Artikel Tesis
-
Upload
riezqha-althafunnisa-sativa -
Category
Documents
-
view
62 -
download
1
Transcript of Artikel Tesis
1
PENDAHULUAN
Perawatan kesehatan masyarakat
terutama pelayanan kunjungan rumah
merupakan pelayanan yang diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, agar mandiri dalam
kesehatannya, yang lebih menonjolkan
aspek peningkatan (promotive) dan
pencegahan (preventive) tanpa mengabaikan
aspek kuratif dan rehabilitatif.
Pelayanan keperawatan merupakan
bagian integral dari pelayanan rujukan
yang bertujuan meningkatkan
derajat kesehatan (Hidayat, 2008). Tujuan
pelayanan keperawatan pada umumnya
ANALISIS BERBAGAI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA
PERAWAT DALAM PELAKSANAAN KUNJUNGAN RUMAH
DI KOTA PARIAMAN TAHUN 2012
Sovia Susianty
Pembimbing:
Dr. Zulkarnain Edwards, Msc & Etty Rekawati, SKp. MKM
Abstrak
Kunjungan rumah adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan
untuk pembinaan keluarga yang rawan kesehatan dengan memandirikan pasien dan
keluarganya. Pelaksanaan kunjungan rumah belum terlaksana dengan efektif. Hal ini terlihat
dari masih rendahnya cakupan kunjungan rumah oleh perawat puskesmas yaitu 35,4% pada
tahun 2011. Kinerja perawat dalam Pelaksanaan kunjungan rumah di pengaruhi oleh faktor
sosiodemografi, organisasi dan psikologi. Tujuan penelitian ini untuk melihat factor-faktor
yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan kunjungan rumah di Kota
Pariaman Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain analitik yang bersifat cross
sectional. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bertugas di
enam Puskesmas di Kota Pariaman dengan 63 perawat sebagai responden, dengan tekhnik
pengambilan sampel total sampling. Instrument yang digunakan adalah angket. Hasil uji
statistik bivariat chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sarana
prasarana (p value= 0,000 ), supervise (p value= 0,000), pembinaan (p value= 0,000 ) dan
motivasi (p value= 0,025 ) dengan kinerja perawat. Hasil uji multivariate menunjukkan
variable supervisi merupakan factor dominan yang mempengaruhi kinerja perawat. Hasil
penelitian ini merekomendasikan kepada Dinas Kesehatan Kota Pariaman untuk meningkatkan
supervise, pembinaan, ketersediaan sarana prasarana terhadap pelaksanaan kunjungan rumah,
serta mempertimbangkan pemberian motivasi dalam bentuk peningkatan kredit poin perawat
Kata kunci : Kinerja , Kunjungan rumah, Perawat Puskesmas
Daftar Pustaka : 57 (2000-2012)
2
kepada individu, keluarga, kelompok
daditetapkan untuk meningkatkan dan
masyarakat, agar mandiri dalam
kesehatannya, yang lebih menonjolkan
aspek peningkatan (promotive) dan
pencegahan (preventive) tanpa mengabaikan
aspek kuratif dan rehabilitatif
Mengeluarkan uang untuk pencegahan
penyakit (preventif) akan meningkatkan
kesehatan seseorang dari pada
mengeluarkan uang untuk pengobatan
(Felstein, 2003 dalam Nies, 2007).
Pelaksanaan kunjungan rumah
secara komprehensif akan dapat
memberikan daya ungkit yang besar
terhadap pencapaian program kesehatan,
dikarenakan pada awal dimulai dari
pengkajian penyakit, masalah kesehatan
yang berhubungan dengan 6 Upaya
Kesehatan Wajib Puskesmas. Pelayanan
keperawatan sangat erat kaitannya dengan
kinerja tenaga perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada individu,
keluarga dan masyarakat. Secara umum ada
tiga penyebab timbulnya masalah kinerja
yaitu kurang terampil, kurang termotivasi,
dan kurang sumber daya (Minor, 2003).
Banyak teori yang menjelaskan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja, antara lain dikemukakan oleh
Gibson (1996) yang mengatakan ada 3
variabel yaitu : variabel individu, variabel
organisasi dan variabel psikologi. Variabel
individu meliputi : kemampuan dan
keterampilan , latar belakang keluarga,
tingkat sosial, pengalaman, dan karateristik
demografi. Variabel psikologis meliputi
motivasi, sikap, persepsi, kepribadian.
Menurut Depkes (2010) kemampuan
perawat puskesmas masih perlu
ditingkatkan karena berbagai kondisi, antara
lain: kurangnya pelatihan yang diikuti,
kurangnya buku pedoman sebagai acuan
kerja, sebahagian besar masih
berpendidikan tingkat menengah, serta
belum optimalnya peran, fungsi, dan tugas
3
pokok perawat dilaksanakan dipuskesmas.
Beban kerja perawat dipuskesmas tidak
sesuai dalam penilaian jabatan fungsional
karena banyak melaksanakan tugas yang
bukan kewenangannya.
Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui berbagai faktor yang
berhubungan dengan kinerja perawat dalam
pelaksanaan kunjungan rumah di Kota
Pariaman Tahun 2012.
.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan deksriptif analitik
dengan desain penelitian cross sectional
yang datanya diperoleh dari perawat di Kota
Pariaman.
Penelitian ini akan dilaksanakan
pada 6 (enam) Puskesmas di Kota Pariaman
yaitu : Puskesmas Naras, Puskesmas Kp.
Baru Padusunan, Puskesmas Air santok,
Puskesmas Pauh Pariaman, Puskesmas
Marunggi dan Puskesmas Kr.Taji.
Responden penelitian ini adalah perawat
yang ada pada 6 puskesmas se-Kota
Pariaman sejumlah 63 orang. Analisa data
dilakukan dengan analisa univariat, bivariat
dan multivariat
HASIL PENELITIAN
1. Karateristik RESPONDEN
Tabel 5.1
Distribusi Responden Menurut
Jenis Kelamin Dan Pelatihan
Yang Diikuti di Kota Pariaman
Tahun 2012 (n=63) Karateristik Frekuensi Persentase
(%)
Jenis kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
8
55
12,7
87,3
Total 63 100
Pelatihan
perkesmas
a. Tidak
pernah
b. Pernah
50
13
79,3
20,7
Total 63 100
Tabel diatas menunjukkan
bahwa distribusi frekuensi jenis
kelamin responden sebahagian besar
(87,3%) adalah perempuan dan
sebahagian besar responden (79,3
%) tidak pernah mengikuti Pelatihan
Perkesmas
4
1. Gambaran distribusi frekuensi
faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja perawat dalam pelaksanaan
kunjungan rumah
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan
Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kinerja Perawat dalam
Pelaksanaan Kunjungan Rumah
Di Kota Pariaman Tahun 2012 (n=63)
N
o
Variabel
independent
Frekuens
i
Persentas
e (100%)
1 Umur
a. Muda
b. Tua
45
18
71,4
28,6
Total 63 100
2 Pendidikan
a. Rendah
b. Tinggi
54
9
85,7
14,3
Total 63 100
3 Pengetahuan
a. Kurang
b. Baik
30
33
47,6
52,4
Total 63 100
4 Lama kerja
a. Baru
b. Lama
21
42
33,3
66,7
Total 63 100
5 Sarana
prasarana
a. Tidak
sesuai
standar
b. Sesuai
standar
36
27
57,1
42,9
Total 63 100
6 Imbalan
a. Tidak
sesuai
standar
b. Sesuai
standar
31
32
49,2
50,8
Total 63 100
7 Supervisi
a. Kurang
baik
b. Baik
32
31
50,8
49,2
Total 63 100
8 Pembinaan
a. Kurang
baik
b. Baik
29
34
46
54
Total 63 100
9 Motivasi
a. Rendah
b. Tinggi
16
47
25,4
74,6
Total 63 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa
sebahagian besar responden (71,4%)
termasuk kategori muda, sebahagian besar
responden (85,7%) termasuk kategori
pendidikan rendah. Lebih dari separoh
responden (52,4%) berpengetahuan baik
dan lebih dari separoh (66,7%) responden
kategori lama dalam bekerja.
Gambaran distribusi frekuensi
variabel organisasi dalam penelitian ini
meliputi: Sarana prasarana, imbalan,
supervisi dan pembinaan. Tabel diatas
menunjukkan lebih dari separoh (57,1%)
responden mengatakan bahwa sarana
prasarana untuk kunjungan rumah tidak
sesuai standar., imbalan yang sesuai standar
50,8 % , supervisi yang kurang baik
5
sejumlah 50,8% dan pembinaan yang baik
sejumlah 54%. Tabel 5.3 diatas
menunjukkan bahwa sebahagian besar
responden (74,6%) responden memiliki
motivasi tinggi dalam pelaksanaan
kunjungan rumah
2. Gambaran distribusi frekuensi kinerja
responden dalam pelaksanaan
kunjungan rumah
Tabel 5.3
Distribusi Kinerja Responden dalam
Pelaksanaan
Kunjungan Rumah di Kota Pariaman
Tahun 2012 (n=63)
No Variabel
independent
Frekuensi Persentase
(100%)
1 Kinerja
a. Kurang
baik
b. Baik
30
33
47,6
52,4
Total 63 100
Distribusi kinerja diatas
menunjukkan bahwa lebih dari separoh
(52,4%) responden memiliki kinerja baik
dalam pelaksanaan kunjungan rumah
3. Hubungan Faktor Sosiodemografi
dan Kinerja Responden dalam
Pelaksanaan Kunjungan Rumah di
Kota Pariaman nalisis bivariat
Tabel 5.5
Analisis Hubungan
Sosiodemografi dan Kinerja
Responden dalam Pelaksanaan
Kunjungan Rumah di Kota
Pariaman
Tahun 2012 (n=63)
No Sub Variabel
Kinerja
Kurang baik
Baik Total
OR
(95%CI
)
P value
N % n % n %
1 Umur
Muda Tua
23 7
51,1
38,
9
22 11
48,9 61,1
45 18
100 100
1,643
0,55
2 Pendidikan Rendah
Tinggi
26
4
48,
1 44,
4
28
5
51,9
55,6
54
9
100
100
1,16
1
1,000
3 Pengetahuan Kurang baik
Baik
15
15
50
45,5
15
18
50
54,5
30
33
100
100
1,20
0
0,91
4 Lama kerja
Baru
Lama
10
20
47,
6
47,6
11
22
52,4
52,4
21
42
100
100
1,000
1,000
Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa proporsi
usia muda yang memiliki kinerja baik lebih rendah
(48,9%) dibanding dengan usia tua yang memiliki kinerja
baik (61,1%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p
value = 0,55 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara umur dengan kinerja
responden dalam pelaksanaan kunjungan rumah. Proporsi
responden berpendidikan rendah yang berkinerja baik
6
lebih rendah (51,9%) dibanding dengan pendidikan tinggi
yang berkinerja baik (55,6%). Berdasarkan
uji statistik didapatkan nilai p value = 1,000
maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pendidikan dengan kinerja
responden dalam pelaksanaan kunjungan
rumah
4. Hubungan faktor psikologi dengan
kinerja perawat
Tabel 5.6
Analisis Hubungan Motivasi
dan Kinerja Responden dalam
Pelaksanaan Kunjungan
Rumah di Kota Pariaman
Tahun 2012 (n=63)
No Sub
Variabel
Kinerja
Kurang
baik Baik Total
OR
(95%CI
)
P value
n % n % n %
1 Motivasi
Rendah
Tinggi
12
18
75,0
38,3
4
29
25,0
61,7
16
47
100
100
4,83
0,025
Total 30 33 63
Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa
proporsi motivasi rendah yang berkinerja
baik lebih rendah (25,0%) dibanding
dengan responden motivasi tinggi yang
berkinerja baik (61,7%). Berdasarkan uji
statistik didapatkan nilai p value = 0,025
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara motivasi
dengan kinerja responden dalam
pelaksanaan kunjungan rumah. Hasil
analisis diperoleh OR = 4,83 artinya
Motivasi yang rendah berpeluang 4,8 kali
lebih tinggi menyebabkan kinerja kurang
baik dibandingkan dengan motivasi tinggi
5. Hubungan faktor organisasi dengan
kinerja perawat dalam pelaksanaan
kunjungan rumah dianalisis dengan
menggunakan uji chi-square
Tabel 5.7
Analisis Hubungan Variabel Organisasii
dan Kinerja Responden dalam
Pelaksanaan Kunjungan Rumah di Kota
Pariaman
Tahun 2012 (n=63)
No Sub Variabel
Kinerja
Kurang baik Baik Total OR
(95%CI) P value
n % n % n %
1 Sarana prasarana
Tidak sesuai standar sesuai standar
26
4
72,2
14,8
10
23
27,8
85,2
36
27
100
100
14,95
0,000
2 Imbalan Tidak sesuai standar
sesuai standar
17
13
54,8
40,6
14
19
45,2
59,4
31
32
100
100 1,775
0,380
3 Supervisi 12,5 0,000
7
Kurang baik
Baik
24
6
75
19,4
8
25
25
80,6
32
31
100
100
4 Pembinaan Kurang baik
Baik
22
8
75,9
23,5
7
26
24,1
76,5
29
34
100
100
10,2
0,000
Tabel diatas menunjukkan bahwa
proporsi sarana prasarana tidak yang tidak
sesuai standar yang berkinerja baik lebih
rendah (27,8%) dibanding dengan sarana
prasarana sesuai standar yang berkinerja
baik (85,2%). Berdasarkan uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,000 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara sarana prasarana dengan
kinerja responden dalam pelaksanaan
kunjungan rumah. Hasil analisis diperoleh
OR = 14,95 artinya sarana prasarana yang
tidak sesuai standar berpeluang 14,9 kali
lebih tinggi memiliki kinerja kurang baik
dibandingkan dengan sarana prasarana yang
sesuai standar.
Tabel 5.7 memperlihatkan proporsi
imbalan tidak sesuai standar yang
berkinerja baik lebih rendah (45,2 %)
dibanding dengan imbalan sesuai standar
yang berkinerja baik (59,4%). Berdasarkan
uji statistik didapatkan nilai p value = 0,380
maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara
imbalan dengan kinerja responden dalam
pelaksanaan kunjungan rumah. Proporsi
supervisi kurang baik yang berkinerja baik
lebih rendah (25%) dibanding dengan
supervisi baik yang berkinerja baik (80,6%).
Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p
value = 0,000 maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara supervisi dengan kinerja responden
dalam pelaksanaan kunjungan rumah. Hasil
analisis diperoleh OR = 12,5 artinya
supervisi yang kurang baik berpeluang 12,5
kali lebih tinggi memiliki kinerja kurang
baik dibandingkan dengan supervisi yang
baik.
Tabel 5.7 juga memperlihatkan
bahwa proporsi Proporsi pembinaan kurang
baik yang berkinerja baik lebih rendah
(24,1%) dibanding dengan pembinaan baik
yang berkinerja baik (76,5%). Berdasarkan
8
uji statistik didapatkan nilai p value = 0,000
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara pembinaan
dengan kinerja responden dalam
pelaksanaan kunjungan rumah. Hasil
analisis diperoleh OR = 10,2 artinya
pembinaan yang kurang baik berpeluang
10,2 kali lebih tinggi memiliki kinerja
kurang baik dibandingkan dengan
pembinaan yang baik.
C. Analisis multivariat
Penentuan variabel yang paling dominan
dilakukan dengan nilai Odd Ratio OR),
variabel yang mempunyai OR tertinggi
maka disebut sebagai variabel yang paling
besar pengaruhnya terhadap kinerja perawat
(Hastono, 2007). Dapat dijelaskan pada
tabel 5.12
Tabel 5.12
Variabel yang Paling Besar Pengaruhnya
terhadap Kinerja
Perawat dalam Pelaksanaan Kunjungan
Rumah
di Kota Pariaman Tahun 2012
No Variabel p value OR
1 Motivasi 0,401 2,070
2 Pembinaan 0,338 2,188
3 Supervisi 0,010 6,214
4 Sarana prasarana 0,031 5,850
Tabel 5.12 dapat dijelaskan bahwa
untuk melihat variabel yang paling besar
pengaruhnya terhadap kinerja dilihat dari
nilai Odds Ratio (OR) untuk variabel yang
signifikan, semakin besar nilai OR semakin
besar pengaruhnya terhadap kinerja. Hasil
analisis multivariat pada tabel diatas berarti
variabel supervisi yang paling besar
pengaruhnya terhadap kinerja perawat
dalam pelaksanaan kunjungan rumah
kemudian sarana prasarana. Hasil analisis
didapat nilai Odds Ratio OR) dari variabel
supervisi adalah 6,2, artinya supervisi yang
kurang baik akan mendapatkan kinerja yang
kurang baik sebesar 6 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan supervisi yang baik
setelah dikontrol oleh variabel sarana
prasarana, motivasi dan pembinaan
9
PEMBAHASAN
Hasil analisis univariat menunjukan
bahwa lebih dari separoh (52,4%) perawat
memiliki kinerja baik dalam pelaksanaan
kunjungan rumah. Hasil Penelitian ini
hampir sama dengan penelitian
Nurindrawati (2004) Tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan kinerja petugas
perawatan kesehatan masyarakat dalam
penanganan penderita Tuberculosis di
Kabupaten Propinsi Lampung bahwa dari
100 orang perawat 50 % memiliki kinerja
baik dan 50 % memiliki kinerja kurang
baik. Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Ratna (2004) bahwa
kegiatan perkesmas di puskesmas
Mantrijeron Kota Yogyakarta telah berjalan
baik dilihat dari adanya partisipasi
masyarakat atau kader dan keluarga rawan
yang aktif.
Menurut analisa peneliti, 52,4%
perawat memiliki kinerja baik karena ada
kontribusi dari faktor jenis kelamin perawat
yaitu sebahagian besar perempuan (87,3%).
Hasil penelitian Nurhaeni (2001)
menunjukkan bahwa secara proposional
perawat yang berjenis kelamin perempuan
kinerjanya lebih baik dibanding laki-laki.
Teori ini menjadi masukan bagi peneliti
dengan ditemukannya data bahwa 87,3 %
responden adalah perawat. Pekerjaan
keperawatan membutuhkan sifat sabar,
tekun dan kelembutan dimana sifat ini lebih
banyak dimiliki perempuan. Sopiah (2008)
menyatakan bahwa karyawan wanita
cendrung lebih rajin, teliti dan sabar.
Menurut Robbin (2006) mengatakan bahwa
terdapat hanya sedikit perbedaan antara pria
dan wanita yang mempengaruhi kinerja
Dari hasil penelitian, ada beberapa
kinerja perawat dalam pelaksanaan
kunjungan rumah yang masih belum
optimal yaitu perencanaan perawat dalam
10
kunjungan rumah yang diintegrasikan
dengan kegiatan wajib. Perawat yang tidak
pernah melakukan perencanaan sebanyak
14,2% dan 28,5% kadang-kadang
melakukannya. Kunjungan rumah
merupakan kegiatan yang terintegrasi
kedalam enam upaya kesehatan wajib
(Promkes, KIA/KB, Gizi, Kesling, P2M dan
pengobatan. Koordinasi dan kerjasama
dengan tenaga kesehatan lainnya
dipuskesmas sangat dibutuhkan seperti,
koordinasi dengan petugas gizi ketika
perawat membina keluarga dengan masalah
gangguan gizi. koordinasi dengan dokter
ketika perawat membina lansia dengan
Diabetes Mellitus. Koordinasi harus telah
direncanakan ketika sasaran telah
ditetapkan. Koordinasi ini akan sangat
terlihat ketika pelaksanaan implementasi.
Kerjasama ini diharapkan dapat
memberikan daya ungkit terhadap
peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
bertanggungjawab dalam upaya
peningkatan kinerja sumberdaya manusia
termasuk perawat puskesmas. Kordinasi
dalam kegiatan kunjungan rumah perlu
dilakukan di tingkat Puskesmas maupun
Dinas Kesehatan. Koordinasi bisa dilakukan
dengan membentuk kesepakatan diantara
kepala bidang terkait operasional pelaksaan
kunjungan rumah seperti kerjasama dalam
penetapan sasaran keluarga binaan,
kerjasama dalam pemberian pelayanan
kesehatan sesuai dengan masalah.
Kesepakatan ini nantinya akan
ditindaklanjuti oleh pimpinan puskesmas
sehingga bisa memberi bimbingan dan
arahan bagi perawat dalam melaksanakan
kunjungan rumah
Salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan
kesehatan adalah meningkatkan kinerja
perawat puskesmas melalui penerapan
pengembangan manajemen kinerja (PMK)
11
sehingga perawat puskesmas dapat
melaksanakan tugasnya sesuai standar,
sesuai dengan uraian tugas yang mengacu
pada kompetensi dan kewenangannya,
menggunakan indikator kinerja untuk
mengukur kinerja, menggunakan metode
diskusi refleksi kasus dalam membahas
masalah/ kasus yang dihadapi serta
melakukan bimbingan dan evaluasi secara
berkesinambungan.
Menurut analisis peneliti meskipun
52,4 % perawat memiliki kinerja baik dalam
pelaksanaan kunjungan rumah namun
belum berdampak pada peningkatan jumlah
kunjungan rumah yang sudah ditargetkan
yang baru mencapai 35,4% pada tahun
2011. Berdasarkan indikator output kegiatan
perkesmas yang mengacu pada indikator
program maka angka tersebut masih jauh
dibawah target, antara lain (2006a) : 100%
balita gizi buruk mendapat perawatan,
100% ibu hamil resiko tinggi yang
dikunjungi, 70 % keluarga binaan mampu
merawat lansia. Indikator kinerja perawat
dalam pelaksanaan kunjungan rumah tidak
hanya bersumber pada indikator input dan
proses tetapi juga dinilai dari indikator
output dan indikator outcome. Indikator
outcome merupakan indikator yang
langsung berdampak terhadap keberhasilan
perawat dalam melaksanakan kunjungan
rumah yaitu kemandirian keluarga untuk
mempertahankan derajat kesehatan
keluarga. Keluarga dengan tingkat
kemandirian paling rendah yaitu tingkat
kemandirian 1 yang mana keluarga hanya
mampu menerima petugas dan menerima
pelayanan kesehatan. Keluarga KM 1 ini
belum mampu mengungkapkan masalah
kesehatan dan belum mampu melakukan
keperawatan sederhana sesuai anjuran.
Jumlah keluarga KM 1 ini cukup banyak di
Puskesmas Naras yaitu: 48,5%. Lebih dari
separoh (78,8%) keluarga yang dikunjungi
baru mencapai tingkat kemandirian
keluarga 2 artinya, kemandirian keluarga
12
baru sampai melakukan tindakan
keperawatan sederhana sesuai anjuran.
Keluarga KM 2 ini belum mampu
melakukan tindakan pencegahan dan
promotif padahal tujuan dari kunjungan
rumah yaitu memberdayakan keluarga
untuk menjaga kesehatan.
Menurut analisa peneliti masih
kurang baiknya kinerja perawat dalam
pelaksanaan kunjungan rumah
kemungkinan disebabkan oleh belum
optimal bimbingan atau pembinaan dalam
bentuk pelatihan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan. Hal ini terlihat dari jawaban
responden yaitu 79,3% mengatakan belum
pernah mendapatkan pelatihan tentang
Perkesmas. Pelatihan bertujuan untuk
memperbaiki penguasaan berbagai
keterampilan sehingga dapat meningkatkan
produktivitas perawat. Program pelatihan
juga sangat diperlukan untuk melengkapi
atau kompensasi atas rendahnya tingkat
pendidikan dan rendahnya kualitas
pendidikan para pekerja di Indonesia saat
sekarang ini. Pelatihan perkesmas yang
terencana bagi perawat puskesmas
dimaksudkan agar seluruh perawat
puskesmas mempunyai kompetensi yang
memadai untuk mencapai pelayanan
kesehatan terutama keperawatan yang
bermutu.
Dalam penerapan manajemen
kinerja (PMK) Pelatihan pertama ditujukan
untuk melatih pelatih tingkat
Kabupaten/Kota atau DTOT (District
Training of Trainer) kemudian dilanjutkan
dengan pengkajian kebutuhan pelatihan
peserta dari Puskesmas, Rumah Sakit atau
sarana kesehatan lainnya. Pelatihan
Perkesmas mencakup pelatihan klinis
keperawatan maupun manajerial termasuk
penatalaksanaan program prioritas di
puskesmas seperti penanganan HIV/AIDS,
BT Paru BTA Positif, MTBS dll.
Berdasarkan wawancara peneliti
dengan kordinator perkesmas, hal yang
13
menjadi kendala dalam pencapaian target
kunjungan rumah yaitu penetapan sasaran
keluarga binaan yang tidak diawal tahun.
Penetapan sasaran yang terlambat
menyebabkan keterlambatan perawat dalam
mengunjungi keluarga binaan. sehingga
target tidak tercapai. Perawat penyelia di
Dinas Kesehatan yang bertugas untuk
membimbing kegiatan kunjungan rumah
seharusnya memantau dan mencari solusi
terhadap kendala-kendala yang ditemukan
di Puskesmas. Pertemuan dalam rangka
monitoring dan evaluasi kegiatan kunjungan
rumah perlukan dilaksanakan secara rutin
sehingga bisa menjadi wadah untuk
meningkatkan kinerja perawat
Hasil analisis univariat
menunjukkan lebih dari separo (50,8%)
supervisi yang dilakukan kurang baik.
Supervisi yang kurang baik bisa terlihat dari
jawaban perawat tentang kunjungan rumah.
Hasil analisis peneliti terdapat 49% perawat
mengatakan tidak pernah diamati dalam
melaksanakaan kunjungan rumah. Lebih
dari separoh (50,7%) perawat tidak pernah
diamati atau diobservasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan di keluarga binaan.
Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa
supervisi yang dilakukan atasan kepada
bawahan merupakan alat untuk memotivasi
karyawan apabila caranya tepat yaitu atasan
memberikan bimbingan, arahan, konsultasi
terhadap tugas atau pekerjaan bawahan,
karyawan didorong melaksanakan tugas
atas dasar kemauannya sendiri, bukan
karena perintah
Berdasarkan hasil penelitian lebih
dari separoh (68,2%) perawat mengatakan
tidak pernah ditindaklanjuti jika pencapaian
kunjungan rumah tidak sesuai target. Hal ini
tentu akan berdampak terhadap kinerja
perawat. Supervisi adalah hal yang sangat
penting dilakukan karena ketika supervisi
dapat teramati penyimpangan-
penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan
sehingga dapat diatasi segera agar tetap
14
sesuai dengan rencana kerja dan tujuan
yang akan dicapai
Analisa bivariat menunjukkan
bahwa 75 % perawat yang mengatakan
supervisi kurang baik memiliki kinerja
kurang baik dan 25% memiliki kinerja baik
dengan p value sebesar 0,000 yang berarti
terdapat hubungan yang bermakna antara
supervisi dan kinerja perawat dalam
pelaksanaan kunjungan rumah. Hasil uji
multivariat didapatkan bahwa variabel
supervisi merupakan variabel yang paling
mempengaruhi kinerja perawat dalam
pelaksanaan kunjungan rumah setelah
dikontrol oleh variabel pembinaan, motivasi
dan sarana prasarana. Hasil uji interaksi
menunjukkan bahwa supervisi berinteraksi
dengan variabel sarana prasarana dalam
meningkatkan kinerja perawat dalam
pelaksanaan kunjungan rumah setelah
dikontrol dengan variabel motivasi dan
pembinaan
Hasil penelitian ini selaras dengan
penelitian Hermita (2010) yang menunjukan
hubungan yang bermakna antara supervisi
dinas kesehatan dan kinerja bidan desa
dalam pelaksanaan kunjungan nifas di Kota
Pariaman. Penelitian Nurindrawati (2004),
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara supervisi dengan kinerja
perawat kesehatan masyarakat dalam
penanganan penderita Tuberculosis
Supervisi mempunyai pengaruh
terhadap kinerja dinegara berkembang,
berbeda dengan dinegara maju yang sudah
tidak memerlukan supervisi lagi. Budaya
kerja begara maju sudah tidak memerlukan
kontrol dan supervisi yang ketat dari
organisasi dan atasan, karena kinerja
masyarakat sudah pada tingkat yang
optimal. Supervisi merupakan suatu usaha
dalam meningkatkan, mengarahkan
pelaksanaan program dengan cara
membimbing dan membina serta
15
menumbuhkan rasa tanggung jawab staf
dalam mencapai tujuan
Tujuan supervisi yaitu untuk
meningkatkan kerja petugas, melalui suatu
proses yang sistematis dengan peningkatan
pengetahuan, keterampilan, perbaikan sikap
petugas dalam bekerja dan peningkatan
motivasi (Depkes, 2006a). Selain itu
supervisi juga memberikan petunjuk dengan
suatu ketegasan pada suatu proses kemajuan
pekerjaan
Menurut peneliti supervisi yang
dilakukan Dinas Kesehatan haruslah
terencana baik setiap bulan maupun
triwulan. Supervisi dapat dilakukan melalui
kegiatan monitoring evaluasi terhadap
pencatatan dan pelaporan dalam
pelaksanaan kunjungan rumah maupun
melalui observasi lapangan terhadap
kegiatan rutin yang dilakukan perawat
puskesmas. Sebagai daerah yang baru
melaksanakan kegiatan kunjungan rumah,
supervisi perlu dioptimalkan agar bisa
meminimalkan dampak yang ditimbulkan
dari pelatihan yang masih jarang
didapatkan tenaga kesehatan di Kota
Pariaman.
Pelaksanaan supervisi dapat
dilakukan dengan demonstrasi pelaksanaan
intervensi keperawatan seperti : pendidikan
kesehatan, tindakan fisioterapi dada dan
membersihkan luka. Kegiatan observasi
dilakukan oleh perawat penyelia dari Dinas
Kesehatan. Observasi dilakukan terhadap
kegiatan rutin perawat dalam kunjungan
rumah serta pencatatan dan pelaporan.
Supervisi diikuti dengan memberikan
masukan ataupun perbaikan terhadap
demonstrasi yang dilakukan perawat.
Kegiatan supervisi seyogyanya dilengkapi
dengan format supervisi yang akan
memandu supervisor dalam melakukan
supervisi
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa supervisi merupakan variabel
dominan yang berhubungan dengan kinerja
16
perawat dalam melaksanakan kunjungan
rumah jika didukung oleh sarana prasarana
dan dikontrol oleh pembinaan dan
motivasi. Supervisi yang dilakukan oleh
perawat penyelia meliputi observasi
terhadap pendidikan dan penyuluhan
kesehatan yang dilakukan perawat. Hasil
supervisi ini tentunya dipengaruhi oleh
kelengkapan sarana prasarana perawat
dalam kunjungan rumah seperti : alat-alat
pemeriksaan fisik, set injeksi, obat-obatan
emergensi serta kendaraan yang juga
diperlukan ketika mengunjungi keluarga
binaan. Ketersediaan sarana prasarana
dalam kunjungan akan berdampak terhadap
hasil supervisi. Dalam proses supervisi juga
diperlukan format-format
pendokumentasian hasil supervisi tersebut
Supervisi akan meningkatkan kinerja jika
pembinaan dan motivasi ditingkatkan.
Supervisi merupakan bagian dari
pembinaan karena dalam supervisi,
supervisor tidak hanya mengamati
kesalahan yang terjadi tetapi juga
memperbaiki hal-hal yang dirasa perlu
melalui diskusi kasus
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan:
1. Proporsi perawat puskesmas di Kota
Pariaman sebahagian besar kategori
muda dan berpendidikan rendah,
lebih dari separoh perawat memiliki
pengetahuan baik dan kategori lama
dalam bekerja
2. Lebih dari separoh sarana dan
prasarana yang tersedia dalam
kunjungan rumah tidak sesuai
standar, imbalan tidak sesuai
standar, supervisi dan pembinaan
baik
3. Lebih dari separoh perawat
puskesmas memiliki motivasi tinggi
dalam pelaksanaan kunjungan
rumah
4. Lebih dari separoh perawat
puskesmas memiliki kinerja baik
17
dalam pelaksanaan kunjungan
rumah
5. Tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara variabel
sosiodemografi (umur, pendidikan,
pengetahuan dan lama kerja) dengan
kinerja perawat dalam pelaksanaan
kunjungan rumah
6. Terdapat hubungan yang bermakna
antara variabel organisasi (sarana
prasarana, supervisi, pembinaan)
dengan kinerja perawat dalam
pelaksanaan kunjungan rumah
7. Terdapat hubungan yang bermakna
antara variabel psikologi (motivasi)
dengan kinerja perawat dalam
pelaksanaan kunjungan rumah
8. Varibel supervisi merupakan
variabel yang paling berhubungan
dengan kinerja perawat dalam
pelaksanaan kunjungan rumah
Saran:
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota
Pariaman
a) Untuk meningkatkan supervisi
dari perawat penyelia di Dinas
Kesehatan Kota Pariaman kepada
perawat pelaksana di Puskesmas
tidak hanya berupa observasi namun
juga memberikan solusi tindak
lanjut terhadap permasalahan yang
ditemukan dilapangan atau indikator
yang belum mencapai target.
Supervisi seyogyanya dilakukan
secara terencana dan
berkesinambungan sehingga dapat
meningkatkan pemahaman perawat
dalam kunjungan rumah
b) Untuk melengkapi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan perawat
dalam kunjungan rumah terutama
alat pemeriksaan fisik sehingga akan
memfasilitasi perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan
18
yang professional terhadap keluarga
di rumah
c) Untuk melakukan pembinaan
terhadap perawat baik dalam bentuk
bimbingan teknis (clinical
supervision) dan pelatihan secara
terus menerus kepada perawat serta
melakukan advokasi kepada
pemerintah dalam penganggaran
dana yang dibutuhkan dalam
peningkatan kegiatan perkesmas
d) Memfasilitasi perawat dalam
penetapan sasaran dengan cepat agar
kegiatan kunjungan rumah dapat
terlaksana sesuai rencana
2. Bagi Puskesmas
a) Untuk melakukan monitoring
dan evaluasi secara
berkesinambungan terhadap
pelaksanaan kegiatan kunjungan
rumah yang dilakukan perawat
b) Memfasilitasi perawat dalam
melakukan koordinasi pelaksanaan
kunjungan rumah dengan tim
kesehatan lain di Puskesmas
3. Bagi Peneliti Lain
a) Melakukan penelitian lanjutan
tentang kunjungan rumah yang
berkaitan dengan kinerja perawat
baik yang dilakukan secara
kuantitatif maupun kualitatif
b) Mengembangkan desain
penelitian lain dalam menguraikan
lebih lanjut hasil penelitian ini yang
dapat dilakukan pada puskesmas
yang diberi perlakuan tertentu dan
yang tidak diberi perlakuan tertentu
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Y.T (2000) Manajemen
administrasi rumah sakit, Jakarta :
Universitas Indonesia
Adji, Irwan (2001) Faktor –Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kinerja
19
Bidan Desa Kabupaten Bungo
Tebo Tahun 2001 .Tesis Program
Paska Sarjana UI. Depok
Gillies, DA. (2000) Nursing Management A
system Approach Philadelpia :
WB. Sauders Company
(2004a) Pedoman Penerapan
Model Pelayanan Keperawatan
Keluarga di Rumah Jakarta : Depkes
RI
Depkes RI, (2004b) Pedoman
Pengembangan Manajemen Kinerja
Perawat dan Bidan Jakarta: Depkes
RI
(2006b) Pedoman Peningkatan
Kinerja Perawat Di Puskesnas.
Jakarta: Depkes RI
(2006a) Pedoman Promosi
Kesehatan Bagi Perawat kesehatan
Masyarakat Jakarta Depkes RI
(2006c) Pedoman
Penyelenggaraan Upaya
Keperawatan Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Jakarta:
Depkes RI
Depkes RI, (2006d) Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Seri C
Petunjuk Teknis Keperawatan
Kesehatan Masyarakat pada
Sasaran Individu dan Keluarga.
Jakarta: Depkes RI
(2008a) Pedoman kegiatan
Perawat Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Jakarta: Depkes RI
(2008b) Panduan Asuhan
Keperawatan Paliatif di Rumah
Jakarta : Depkes RI
(2010) Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan
Keperawatan Keluarga
Jakarta : Depkes RI
Dharma, S. (2011) Manajemen Kinerja
Jakarta : Pustaka Pelajar
Dahlan, M (2004) Seri Statistik: Statistik
untuk Kedokteran Kesehatan Uji
Hipotesa dengan Menggunakan
SPSS 12 Jam. Jakarta: PT. Arkans
Farida (2009) Pemahaman Perawat
Pelaksana Perkesmas dalam
Pemberian Askep Keluarga
20
Friedman (2010) Buku Ajar Keperawatan
Keluarga Riset, Teori dan Praktek.
Jakarta : EGC
Hasibuan, SP (2005). Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Hidayat. (2007) Riset Keperawatan dan
Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Ilyas, Y. (2002). Kinerja, Teori, Penilaian
dan Penelitian. Jakarta: Fakultas
Kesehatan Masyarakat UI.
Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Ibu,
Anak & Lansia Bidang Kesehatan
Keluarga. Dinas Kesehatan Kota
Pariaman Tahun 2011
Laporan Kinerja Instansi Pemerinta Kota
Pariaman Tahun 2011
Mulyadi (2007). Sistem perencanaan dan
Pengendalian Manajemen Jakarta :
Salemba Empat
Mondy, W.R. (2008) Manajemen Sumber
Daya Manusia, Jakarta : PT Gelora
Pratama
Marquis, B.L& Houston C.J (2010)
Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Teori dan Aplikasi
Jakarta : EGC
Martono, N (2010) Metode Penelitian
Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Nurhaeni (2001) Faktor-Faktor Determinan
yang Berhubungan dengan Kinerja
Perawat Pelaksana di Rumah Sakit
Jiwa Makassar Tahun 2001. Tesis
Program Paska Sarjana UI. Depok
Nur Indrati (2004) Kinerja petugas
perawatan kesehatan masyarakat
dalam penanganan penderita
Tuberculosis di Kabupaten
Tanggamus Provinsi Lampung.
Tesis Program Paska Sarjana UI.
Depok
Notoatmodjo, S (2003) Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan, Jakarta : PT
Rineka Cipta
Notoatmodjo, S (2005) Metodologi
penelitian Kesehatan , Jakarta : PT Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S (2007) Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku , Jakarta : PT
Rineka Cipta
21
Nursalam. (2011) Manajemen Keperawatan
Aplikasi Praktek Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba
Medika
Nies, A.M (2007) Community/ Public
Health Nursing. Canada: Saundess
Elvisier
Profil Dinas Kesehatan Kota Pariaman
Tahun 2010
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat ahun 2010
Ramli. (2007) Pelaksanaan Program
Perawatan Kesehatan Masyarakat
Keluarga Miskin di Kabupaten
Agam. Yogyakarta : UGM. Tesis
Rivai (2003). Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Jakarta :Raja Grafindo
Persada
Ratna, W.(2010). Evaluasi Kegiatan
Perawatan Kesehatan Keluarga
Rawan di Puskesmas Mergangsan
dan Matrijon Kota Yogyakarta.
UGM: 2004
Robin, S.P. (2010). Manajeman. Edisi
Bahasa Indonesia, Edisi kesepuluh,
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Ridarson (2004) Analisis Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan
Kinerja Petugas dalam
Pelaksanaan Klinik Sanitasi
pada Puskesmas di Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2003.
Tesis. Depok :FKM UI
Russel, C & Swanburg R,J (1999)
Introductory Management and
Leadership for Nurses London :
Jones and Bartlett Publishers, Inc
Russel, C & Swanburg R,J. (2001)
Kepemimpinan dan manajemen
Keperawatan untuk perawat Klinis,
Jakarta : EGC
Robbins, P.S & Coulter, M (2010)
Manajemen edisi kesepuluh Jakarta :
PT Gelora Aksara Pratama
Safruddin, A (2002) Sikap Manusia: Teori
dan Pengukurannya Jakarta: Pustaka
Pelajar
Suyatno, diakses tgl 6 April 2012 di
www.suyatno.blog.undip.ac.id or
Sugiono (2000) Metode Penelitian
Kuantitatif dan kualitatif dan R&D
Bandung : Alfa
22
Simamora, H. (2001) Manajemen Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta :
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YPKN
Siagian, S.P (2003) Teori Motivasi dan
Aplikasi Jakarta:
Rineka Cipta
Sugiyono, (2010) Statistika untuk
Penelitian, Bandung: Alfabeta
Simanjuntak, P.J. (2011) Manajemem dan
evalausi kinerja Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Sopiah (2008) Perilaku Organisasi.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Tafwidhah, (2010). Hubungan Kompetensi
Perawat Puskesmas dan Tingkat
Keterlaksanaan Kegiatan
Perawatan Kesehatan Masyarakat
(PERKESMAS) di Kota Pontianak
Tahun 2010. Tesis Program Paska
Sarjana UI. Depok
Umar. (2007) Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kinerja Bidan
Desa Dalam Pelayanan Antenatal
Care (ANC) Berdasarkan Standar
Pelayanan Kebidanan Di Kabupaten
Batang Hari Tahun 2007. Tesis
Program Paska Sarjana UI. Depok
Winardi. J (2007) Motivasi dan
Pemotivasian dalam Manajemen.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Wibowo (2011) Manajemen Kinerja
Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama