Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

42
Tafsir Kereta Kuda Jokowi PAGI sebelum Joko Widodo dan Jusuf Kalla dilantik, Mujiono sudah terbangun pada pukul 05.00 WIB. Ia mempersiapkan segala perhiasan kereta dan sebuah ritual khusus sera ya menaikkan doa. Pukul 06.00, ia sudah berada di sekitar Bundaran HI untuk menunggu Jokowi dan JK. “Ini akan menjadi kenangan manis seumur hidup saya,“ cetus Mujiono.  Keputusan Jokowi untuk menggunakan kereta kuda membawa banyak komentar dan taf sir. Budayawan Adi Kurdi menilai keputusan itu didasari dua alasan, yaitu demokrasi kerakyatan dan untuk menghindari membeludaknya iklan terang-terangan ataupun ter selubung. “Bila Presiden Jokowi menggunakan mobil bermerek tertentu, suatu waktu mobil itu akan  bernilai mahal sekali. Jokowi punya sikap pemimpin sejati. Ia ibarat tidak mau menun jukkan kesombongan sehingga hanya mengendarai kereta kuda,“ ujar lelaki yang berperan sebagai tukang becak dalam sinetron Keluarga Cemara (1997) itu. Adi melihat ada harapan baru demi merealisasikan revolusi mental. Apalagi, lanjutnya, dalam tradisi Jawa pun ada prosesi ruwatan demi kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia. “Ruwatan inilah yang mampu membuat semua pihak berkumpul dan euforia mengantar sang  presiden ke istana. Saya kira, ini demokrasi sesungguhny a,“ jelas Adi yang kini sedang mempersiapkan syuting film layar lebar Tak Melaju Kencang . *** BUNDARAN Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Senin (20/10), luar biasa ramai. Rakyat tumpah ruah mengiringi kereta kencana yang menjadi kendaraan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Seusai dilantik, pasangan presiden dan wakil presiden itu memang memilih membaur, naik kereta menuju istana.

Transcript of Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

Page 1: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 1/42

Tafsir Kereta Kuda Jokowi

PAGI sebelum Joko Widodo dan Jusuf Kalla dilantik, Mujiono sudah terbangun pada pukul

05.00 WIB. Ia mempersiapkan segala perhiasan kereta dan sebuah ritual khusus seraya

menaikkan doa. Pukul 06.00, ia sudah berada di sekitar Bundaran HI untuk menunggu

Jokowi dan JK. “Ini akan menjadi kenangan manis seumur hidup saya,“ cetus Mujiono. 

Keputusan Jokowi untuk menggunakan kereta kuda membawa banyak komentar dan tafsir.

Budayawan Adi Kurdi menilai keputusan itu didasari dua alasan, yaitu demokrasi kerakyatandan untuk menghindari membeludaknya iklan terang-terangan ataupun terselubung.

“Bila Presiden Jokowi menggunakan mobil bermerek tertentu, suatu waktu mobil itu akan

 bernilai mahal sekali. Jokowi punya sikap pemimpin sejati. Ia ibarat tidak mau menunjukkan

kesombongan sehingga hanya mengendarai kereta kuda,“ ujar lelaki yang berperan sebagai

tukang becak dalam sinetron Keluarga Cemara (1997) itu.

Adi melihat ada harapan baru demi merealisasikan revolusi mental. Apalagi, lanjutnya, dalam

tradisi Jawa pun ada prosesi ruwatan demi kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia.

“Ruwatan inilah yang mampu membuat semua pihak berkumpul dan euforia mengantar sang

 presiden ke istana. Saya kira, ini demokrasi sesungguhnya,“ jelas Adi yang kini sedang

mempersiapkan syuting film layar lebar Tak Melaju Kencang .

***

BUNDARAN Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Senin (20/10), luar biasa ramai. Rakyat tumpah

ruah mengiringi kereta kencana yang menjadi kendaraan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Seusai

dilantik, pasangan presiden dan wakil presiden itu memang memilih membaur, naik keretamenuju istana.

Page 2: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 2/42

Di mata koreografer Matheus Wasi Bantolo, kereta kencana merupakan kendaraan tradisional

yang dikendalikan kusir dan ditarik kuda. Ada simbol filosofis yang begitu kuat. Kusir

diibaratkan rakyat yang melayani, sedangkan kuda sebagai alat untuk mencapai tujuan.

“Ke arah mana kereta berjalan, tergantung kusir dan kudanya. Bukan raja yang menjadi

 penumpang. Di sinilah, makna pemimpin harus mengutamakan kepentingan rakyat,“ ujar

Wasi kepada Media Indonesia, Jumat (24/10).

Wasi yang kini sedang berada di Tokyo, Jepang, mengaku keputusan Jokowi menumpang

kereta kuda sebagai bukti kebijakan untuk menjaga hubungan dekat dengan rakyat.

Dalam dunia koreografi, kereta kuda memiliki simbol khusus, yaitu sebuah kehormatan.

Lewat kereta kuda dalam kisah Mahabharata, misalnya, Kresna selalu digambarkan

menunggang kuda. Kresna menjadi raja sekaligus kusir. “Untuk Jokowi, apakah Jokowi mau

menjadi sekadar `raja' yang menumpang kereta atau mau berperan seperti Kresna?“ ujarWasti yang juga menjadi visiting professor  di University of Michigan dan University of

Wisconsin, Amerika Serikat.

Wasi pun mengaku tidak memiliki harapan pada masa kepemimpinan Presiden Jokowi jika

sistem pemerintahan masih sama seperti sebelumnya. Namun, bila Jokowi bisa mengontrol

sistem pemerintahannya, ia optimistis revolusi mental akan mengubah Indonesia sehingga

 bisa dikenang dunia.

Kereta kencana

Filsuf Plato, dalam dialog termasyhurnya, Phaedrus (bagian 246a-254e), menggunakan

alegori kereta kuda untuk menjelaskan pandangannya mengenai jiwa. Ia mengatakan kereta

kuda memiliki dua kuda, satu menjadi perlambang keturunan bangsawan, lainnya rakyat

 biasa. Satu kuda merupakan simbol impuls rasional, lainnya merupakan kehendak atau sifat

irasional. Perlu keahlian untuk mengarahkan keduanya.

Bagaimana dengan makna kereta kuda? Pada zaman kerajaan dan kesultanan di Nusantara,

kereta kuda punya gengsi tersendiri. Di Keraton Kesepuhan, Cirebon, masih terdapat kereta

kencana Singa Barong. Dulu itu diperuntukkan Sunan Gunung Jati. Kini, kereta tersebut tidaklagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan tiap 1 Syawal untuk dimandikan lewat prosesi adat

Cirebonan.

Begitu pula dengan kereta kencana di Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Pada saat

 penobatan raja, misalnya, Keraton Surakarta memiliki kereta kencana Kyai Garuda Kencana,

sedangkan Yogyakarta memiliki Kyai Garudayaksa. Kereta yang juga untuk tumpangan

Pakubuwono X itu masih tersimpan rapi dan menjadi salah satu objek wisata sejarah.

Tak hanya di keraton-keraton di Nusantara, keberadaan kereta kencana juga menjadi

kendaraan elite pada masanya, baik di Inggris, Prancis, maupun Rusia. Inilah bukti peradabantelah membawa semangat atas nama rakyat di berbagai penjuru dunia.

Page 3: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 3/42

“Sekarang Singa Barong sudah tidak memungkinkan untuk digunakan. Namun, ini bukti

 peninggalan keraton yang masih kami jaga,“ papar Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati

Arief Natadiningrat dari Keraton Kasepuhan dalam sebuah perbincangan.

Simbol kehormatan

Keberadaan kereta kencana menjadi simbol kekuasaan sekaligus kehormatan. Untuk itulah,

cendekiawan Yudi Latif menilai keberanian Jokowi dalam mengambil langkah untuk

menumpangi kereta kuda sebagai simbol pemimpin nan merakyat.

“Saya kira, Presiden Jokowi tetap ingin lebih dekat dengan rakyat. Langkah itu sudah tepat.

Ini menjadi catatan sejarah penting bagi bangsa. Presiden Jokowi menjadikan momen itu

sebagai sebuah hajatan rakyat,“ jelasnya. 

Seakan, ada pesan simbolis di balik keputusan kereta kuda Jokowi-JK. Mereka berasal darirakyat biasa yang ingin mengabdikan diri bagi kepentingan rakyat, di atas kepentingan partai,

golongan, suku, agama, ras, dan sebagainya.

Seperti disebutkan Wasi, sekarang keputusan ada di tangan Jokowi-JK, apakah Jokowi mau

menjadi sekadar `raja' yang menumpangi kereta atau mau berperan seperti Kresna yang

dikenal pandai, berani, arif, dan bijaksana. (M-3)

[email protected] 

Page 4: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 4/42

PIGURA

Jokowi Ajatasatru

ONO SARWONO

BILA menyimak perilaku kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) dari perspektif dunia

wayang, Presiden Republik Indonesia itu tampak mencerminkan watak lima kesatria

Pandawa yang legendaris, yakni karakter Puntadewa, Werkudara, Arjuna, Nakula, dan

Sadewa.

Seninya, Jokowi sangat mengerti kapan dirinya berperan sebagai Puntadewa, kapan pula

harus menjangkah seperti Werkudara, lalu kapan waktunya menyelinap di tengah rakyat ala

Arjuna, serta kapan pula mesti menjadi pendengar yang baik ibarat Nakula dan Sadewa.

Peran-peran tersebut muncul bergantung pada sikon dan kebutuhan.

Seperti seusai pilpres hingga hari-hari menjelang pelantikannya sebagai kepala negara lalu.

Di tengah mengerasnya persaingan Koalisi Merah Putih (KMP) versus Koalisi Indonesia

Hebat (KIH), Jokowi muncul dengan berperan sebagai Puntadewa, sulung Pandawa.

Jokowi mencairkan serta mendinginkan suasana. Ia menunjukkan kepada siapa saja, seluruh

rakyat, bahwa dirinya sesungguhnya tidak memiliki musuh seperti yang terlanjur

terpersepsikan sebagian masyarakat akibat ketegangan KMP dengan KIH, pendukungnya.

Lihatlah, bagaimana luwesnya Jokowi dengan kerendahan hati aktif menjalin komunikasi

dengan sejumlah ketua umum parpol yang berada di KMP. Termasuk, yang paling utama

ialah menemui kompetitornya dalam pilpres lalu, yakni Prabowo Subianto, di kediaman

keluarga besarnya di Jakarta. Semua itu dilakukan dengan asas kejujuran dan ketulusan.

Pengorbanan itu, kalau boleh disebut demikian, yang sangat sulit dilakukan kebanyakan pemimpin di negeri ini, merupakan refleksi murni dari pemahaman yang mendasar bahwa

Page 5: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 5/42

negara ini tidak bisa dibangun bila semua komponen bangsa tidak akur. Tidak akan berhasil

 bila tanpa kegotongroyongan. Karena itu, kerukunan para elite dan pemimpin, sekeras apa

 pun perbedaan sikap politik mereka, hukumnya fardu. 

Atas dasar pertimbangan itu, Jokowi tidak pernah lelah untuk terus beranjangsana,

 bersilaturahim dengan kekuatan-kekuatan mana pun guna menciptakan sekaligus

mengukuhkan kondisi kondusif itu. Dalam konteks kearifan lokal, langkah-langkah Jokowi

itu juga merupakan pengejawantahan sesanti rukun agawe sentosa, crah agawe bubrah atau

 bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Fokus urus rakyat

Itulah sebagian watak utama Puntadewa, raja Amarta atau Indraprastha, yang dipraktikkan

Jokowi. Menurut sanggit  pedalangan, Puntadewa ialah satu-satunya titah yang tidak memiliki

musuh. Jangankan sesama insan, dengan makhluk lainnya, termasuk kutu-kutu walang ataga (berbagai jenis hewan kecil) pun, ia merasa satu keluarga sehingga sikapnya welas asih

kepada semuanya. Dari wataknya itu Puntadewa memiliki nama Ajatasatru yang berarti tidak

ada musuh.

Sebagai kepala negara, Puntadewa tidak pernah memosisikan dirinya lebih tinggi derajatnya

daripada rakyat. Karena itu, dalam kehidupannya sehari-hari, ia begitu sederhana. Contohnya

dalam hal penampilan, ia hanya bergelung keling, bukan bermahkota bertakhtakan emas

 permata seperti yang umum dikenakan para raja.

Puntadewa juga tidak sekelumit pun jemawa. Sebagai penguasa, ia memiliki berbagai hak

 prerogatif serta kekuasaan yang besar. Namun, ia tidak pernah sekali pun memerintah dengan

otoriter. Berdiskusi dengan keluarga, pepunden, serta selalu meminta masukan dari rakyat

merupakan langgam kepemimpinannya.

Dalam konteks kekuasaan pula, Puntadewa bukanlah kalis dari pihak-pihak yang

menginginkan kejatuhannya, terutama dari saudara sepupunya sendiri, keluarga Kurawa.

 Namun, menghadapi itu semua, Puntadewa tidak pernah memberikan perlawanan, apalagi

dendam. Ia memilih fokus mengurus rakyat dengan kesabaran dan ketelatenan prima.

Sebagai pemimpin, Puntadewa juga menghindari penyelesaian setiap persoalan dengan

konfrontasi. Ia memilih untuk bicara baik-baik serta mencari solusi bersama tanpa harus

menimbulkan perselisihan. Padahal, Puntadewa bisa saja memaksakan kehendak karena ia

memiliki kesaktian yang tak tertandingi, mampu ber-tiwikrama. 

Pada bagian lain, Puntadewa mengemban misi luhur, yakni memayu hayuning bawana. Ia

ikhlas mendarmabaktikan jiwa raganya untuk ketenteraman dunia. Namun, ia sadar bahwa

kebaikan dunia tidak bisa tercipta bila tidak ada persaudaraan serta kegotongroyongan semua

unsur penghuni jagat. Dengan kualitas jiwanya itulah Puntadewa menjadi rumah yang

nyaman bagi Bethara Darma--dewa kebenaran dan keadilan--untuk menitis. Karena kebaikan

Page 6: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 6/42

hatinya pula, Puntadewa mendapat nama Samiaji, yang berarti makhluk yang menghormati

orang lain seperti dirinya sendiri.

Satu kesatuan

Akankah Jokowi sebagai presiden akan selalu berwatak Puntadewa? Pada dasarnya, ia sudah

terbukti mampu melakukan itu. Namun, kapan ia akan berperan sebagai Puntadewa tentu

 bergantung pada kebutuhan. Berdasar rekam jejaknya sejak menjabat Wali Kota Surakarta

dan kemudian Gubernur DKI Jakarta, Jokowi pernah berwatak Bratasena, yakni tegas tanpa

kompromi. Itu muncul ketika ada pihak yang membandel.

Pada sisi lain, Jokowi juga sangat piawai seperti Arjuna. Dalam hal ini terkait dengan

kesukaannya blusukan. Arjuna ialah kesatria yang tidak betah duduk nyaman di istana atau

kesatrian Madukara. Panengah Pandawa tersebut menghabiskan sebagian besar hidupnya

untuk tapa brata (prihatin) di berbagai pelosok negeri bersama-sama punakawan yangmerupakan simbol rakyat. Dari aktivitasnya itu ia mendapatkan inspirasi.

Kemudian pada suatu waktu, Jokowi bisa bersikap seperti halnya Nakula dan Sadewa. Watak

anak kembar itu ialah sama-sama berpredikat sebagai pendengar yang baik. Namun,

keduanya memiliki keahlian dalam bidang pangan. Nakula memiliki perhatian besar terhadap

 pertanian, sedangkan Sadewa konsen kepada urusan maritim.

Dari filosofinya, Pandawa itu sesungguhnya lima tetapi satu. Mereka memiliki komitmen

hidup satu hidup semua, mati satu mati semua. Maknanya mereka tidak bisa dipisahkan satu

sama lain. Itulah rahasia Pandawa berhasil membawa Amarta hebat. (M-2)

Page 7: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 7/42

KPU Bisa Lanjutkan Persiapan Pilkada Serentak

KOMISI Pemilihan Umum (KPU) bisa melanjutkan persiapan Pilkada serentak 2015 sesuai

dengan Perppu Pilkada yang diterbitkan oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Ia meyakini Perppu Pilkada yang akan dibahas oleh anggota dewan akan disetujui dan

dinyatakan sebagai undang-undang nantinya.

“Saya optimistis Perppu Pilkada akan diterima DPR. Antara hasrat dan keinginan publik atas

keadilan masyarakat dan bertemu dengan keinginan berkuasa oleh DPR tidak lagi bisa

 bertabrakan. Hasrat itu kemudian menjadi keinginan untuk membangun bangsa,” jelas Ketua

Fraksi Partai NasDem Victor Laiskodat, kemarin.

Sebelumnya, terjadi perdebatan alot antara kubu pendukung Prabowo dan kubu pendukung

Presiden Joko Widodo terkait mekanisme pemilihan kepala daerah (gubernur, bupati, dan

wali kota) yang tertuang dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2014 melalui DPRD atau langsung

dipilih rakyat. Kubu pendukung Prabowo bertahan bahwa pilkada dilakukan lewat DPRD,

sedangkan kubu Jokowi menginginkan hak rakyat untuk memilih langsung kepala daerahnya

tetap diakomodasi.

Mengenai hal itu, Victor menekankan bahwa pimpinan DPR, yang kini diduduki oleh pihak

KMP, tidak mempunyai semangat yang sama seperti waktu itu.

“Sekarang mereka (pimpinan DPR) sebagai seorang politisi mempunyai semangatmemberikan pelayanan kepada masyarakt. Jadi, sangat kecil Perppu Pilkada itu akan ditolak,”

tegasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan (Fraksi PAN) mengatakan bahwa

 pihaknya ingin secepatnya pembahasan Perppu Pilkada dilakukan. “Tapi faktanya, sampai

rapat paripurna kemarin belum lengkap. Masih ada 5 fraksi yang belum menyetorkan nama-

nama anggota fraksi mereka. Karena itu, kita mengharapkan secepat mungkin,” kata Taufik.

Diakui DPR tidak bisa melangkah lebih jauh, apalagi untuk membahas Perppu Pilkada,

sementara Komisi II khususnya belum terbentuk. “Kalau terlalu lama, otomatis agendakonstitusi tertunda,” cetusnya. (Nur/P-2)

Page 8: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 8/42

Perubahan Nomenklatur Dibahas Hari Ini

PRESIDEN Joko Widodo akan bertemu Ketua DPR Setyo Novanto untuk membahas perihal pertimbangan DPR tentang nomenklatur kementerian yang diusulkan Presiden, hari ini.

Meski harus mendapat pertimbangan DPR, nomenklatur kementerian akan tetap bisa

diberlakukan sesuai usulan Presiden.

Sedianya, pertemuan antara Presiden Jokowi dan Setya Novanto untuk membahas

nomenklatur kementerian dijadwalkan, kemarin. “Pertemuan diundur. Kemungkinan besar

 pertemuan antara Jokowi dan pimpinan DPR akan dijadwalkan ulang di Istana pada Minggu

(26/10),” kata mantan Deputi Tim Transisi Andi Widjajanto.

Dengan adanya pengunduran pertemuan itu, masih belum dipastikan apakah hal tersebut juga bakal berdampak kepada pengumuman kabinet pemerintahan Jokowi-JK yang rencananya

disampaikan pada Minggu (26/10) sekitar pukul 16.00 di halaman dalam Istana Merdeka,

Jakarta. Diinformasikan juga bahwa pelantikan kabinet kemungkinan akan dilaksanakan

 pada Senin (27/10) pukul 11.00 WIB di Istana.

Terpisah, Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan (Fraksi PAN) mengatakan ada tiga poin yang

menjadi kajian untuk memberikan pertimbangan dalam membalas surat perubahan

nomenklatur kementerian.

Ia menjelaskan pihaknya telah menerima kajian dari kesekjenan DPR dan ada tiga hal yang

akan diserahkan kepada Jokowi. Pertama, terkait budgeting . Kedua, struktur personalia dan

administrasi kementerian terkait dengan pejabat eselon. Terakhir, terkait dengan keselarasan

antara kementerian dan mitra komisi.

 Namun, menurut Ketua Asosiasi Pengajar Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Widodo Eka

Tjahjana, pengumuman kabinet kerja Jokowi tidak perlu menunggu hasil pertimbangan DPR.

“Yang terpenting Presiden mengubah Keppres No 47 Tahun 2009, yang menjadi landasan

kabinet II mantan Presiden SBY sebelum pelantikan kabinet pemerintahannya.”

Perubahan ini untuk memberikan legitimasi terhadap para menterinya agar memiliki tugas-

tugas yang sesuai dengan kementerian yang baru. (Nur/P-2)

Page 9: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 9/42

Kandidat Menteri Sesuai Harapan

ANSHAR WIBOWO

Para menteri yang ditunjuk Presiden Jokowi segera bekerja setelah pelantikan Senin

besok. 

PRESIDEN Joko Widodo telah menuntaskan proses seleksi kandidat menteri yang akan

membantu menjalankan roda pemerintahan lima tahun ke depan. Sore nanti pukul 16.00 WIB

di Istana Negara, Presiden Jokowi akan memperkenalkan satu per satu menteri yang

dipilihnya.

Sejumlah nama yang dipanggil ke Istana Negara untuk melakukan audiensi dengan PresidenJokowi hampir dipastikan mereka yang akan mengisi pos-pos menteri di Kabinet Trisakti.

Bahkan, meski libur 1 Muharam, kemarin, Presiden Jokowi tidak menyia-nyiakan waktu

untuk memfinalisasi penyusunan anggota kabinet dengan memanggil sejumlah nama. Mereka

yang dipanggil di antaranya pengusaha Rachmat Gobel dan Ketua DPP Hanura Saleh Husin.

“Saya diundang ke Istana bertemu Pak Jokowi, tapi hanya diskusi,“ ujar Saleh seusai bertemu

Jokowi, seraya mengaku tidak ada pembicaraan soal posisi menteri.

Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menilai nama-nama yang dipanggil Presiden Jokowi ke

Istana mempunyai kompetensi, kapabilitas, dan integritas yang baik.

“Tokoh yang dipanggil hampir semuanya yang mempunyai kapabilitas, kompetensi, dan

integritas yang baik. Kalau nanti line up seperti itu, suatu posisi yang tepat,“ ujar Ryan

melalui sambungan telepon, kemarin.

Hal senada juga dikemukakan pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie

Sudjito. Menurutnya, nama-nama yang mengerucut dalam daftar kandidat yang dipanggil

Jokowi sesuai dengan ekspektasi publik. Apalagi, pemilihan kandidat juga berdasarkan penilaian KPK dan PPATK.

“Ini tradisi yang baru dan awal yang baik. Tinggal para menteri ini bekerja untuk rakyat dan

tidak boleh mencederai awal yang baik itu,“ tandasnya, kemarin. 

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati pun

mengingatkan menteri yang mengisi pos strategis perekonomian harus mengusung platform

ekonomi kerakyatan. “Masyarakat berharap dari ekonomi yang liberal ke kerakyatan. Ini

harus mempunyai komitmen yang sungguh-sungguh,“ ujar Enny. 

Page 10: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 10/42

Harapan publik agar pemerintahan Jokowi-JK bersih dan profesional juga disampaikan dalam

aksi relawan Jokowi-JK di depan Istana Merdeka, kemarin.

Langsung kerja

Mantan Deputi Tim Transisi Jokowi-JK Andi Widjajanto mengatakan Presiden Jokowi akan

melantik para menteri besok dan langsung dilanjutkan dengan memimpin rapat seluruh

anggota kabinetnya. Persiapan rapat perdana ini sudah dirancang Menteri Sekretaris Negara

(Mensesneg) dan Kepala Bappenas yang telah ditunjuk sejak Kamis (23/10) lalu.

“Mensesneg dan Kepala Bappenas yang baru sudah bekerja sejak Kamis. Mereka yang

mempersiapkan pelantikan dan rapat kabinet nanti. “ kata Andi tanpa mau mengungkap siapa

yang dipilih menjadi Mensesneg dan Kepala Bappenas.

Menurutnya, pada rapat pertama seluruh anggota kabinet itu, Presiden Jokowi akan segeramemberikan arahan dan instruksi pertama kepada para menterinya untuk langsung bekerja,

seperti janji yang diucapkan Jokowi saat pesta rakyat di Lapangan Monas, Jakarta.

(Nov/Ant/X-10)

[email protected] 

Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui e-mail : [email protected] 

Facebook: Harian Umum Media Indonesia Twitter: @MIdotcom Tanggapan Anda bisa

diakses di metrotvnews.com 

Page 11: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 11/42

Lebih Rileks Minum Teh Bersama

HAMPIR di berbagai belahan dunia, teh dianggap bagian dari sejarah, budaya, status, dan

kepribadian bangsa termasuk Indonesia. Teh juga menjadi hidangan yang umum disajikan

kepada para tamu di tengah perbincangan formal ataupun informal.

Gaya itulah yang dipilih Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) saat

mengumumkan susunan kabinet yang akan mem bantunya kepada publik, sore ini. “Sebanyak

34 nama menteri terpilih datang ke Istana Merdeka. Suasana perkenalan akan berlangsung

santai dan hangat sembari menikmati teh di sore hari,“ kata mantan Deputi Tim Transisi Andi

Widjajanto di Istana Negara, kemarin.

“Perkenalan lebih informal, buat suasana cair di antara 34 menteri. Minum teh sore bersama,saling perkenalkan diri dalam suasana yang rileks,“ tambah Andi. 

Di dalam kesempatan itu, lanjutnya, disampaikan pula perihal acara pelantikan yang akan

dilakukan besok pukul 11.00 WIB dan dilanjutkan rapat kabinet pada pukul 14.00.

“Nanti akan ada pemaparan sedikit tentang pelaksanaan pelantikan untuk Senin dan meminta

 para menteri untuk langsung siap bekerja esok harinya. Jadi tidak perlu ada upacara macam-

macam di setiap kementerian,“ paparnya. 

Saat dihubungi secara terpisah, pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan

Emrus Sihombing menilai gaya komunikasi politik yang dipilih Jokowi lebih mendekatkan

 pada sisi humanis dan produktivitas.

Berbincang-bincang sambil minum teh bersama, katanya, akan mengesankan seorang

 pemimpin lebih dekat dengan bawahannya. “Gaya informal dengan duduk satu meja sambil

minum teh itu merupakan bentuk kebersamaan. Kalau dengan gaya formal, lebih tampak ada

 jarak antara pemimpin dan bawahan,“ tambah Emrus. 

Dengan suasana yang santai dan tidak kaku, menurutnya, seseorang biasanya lebih terbuka

mengungkapkan pembicaraannya. Dengan cara itu, sambung dia, diharapkan segala

 permasalahan juga lebih mudah mendapat solusi. “Baru langkah formalnya saat

keputusannya,“ pungkasnya. (Astri Novaria/X-8)

Page 12: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 12/42

Pengawasan Harus Produktif

INDRIYANI ASTUTI

Pola relasi kedua lembaga tinggi negara, antara presiden dan parlemen formal dan

institusional, bukan personal dan informal.

PENELITI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan membaiknya

komunikasi politik dua koalisi sebaiknya tidak membuat Koalisi Merah Putih (KMP) akan

menyejukkan suasana politik yang memanas pascaPemilu 2014.

Jalinan komunikasi politik ini sekaligus menepis rumor yang ada bahwa Koalisi Indonesia

Hebat akan mengganggu langkah pemerintah. Ia menilai sepanjang tujuannya untuk menjalinkomunikasi dan stabilitas politik agar pemerintahan proposional yang dilakukan para elite

ialah langkah yang baik.

“Menurut saya, selama komunikasi dilakukan untuk menjamin stabilitas politik dan membuat

 pemerintah proposional, ini baik,” kata Siti Zuhro di Jakarta, kemarin.

 Namun, ia mengingatkan bahwa KMP berjanji untuk jadi pengawas pemerintah di parlemen.

“KMP harus memegang janjinya melakukan fungsinya secara baik di parlemen,” katanya.

Siti Zuhro mengatakan perlu membangun pola relasi eksekutif-legislatif yang efektif dan profesional tanpa harus menonjolkan rasa permusuhan atau saling tidak suka. “Pola relasi

kedua lembaga tinggi negara tersebut adalah formal dan institusional, bukan personal dan

informal,” kata dia.

Dia mengingatkan mencairnya ketegangan politik dan teduh serta jernihnya iklim politik di

Indonesia tetap memerlukan rasionalitas dan kedewasaan serta kematangan politik para elite.

Ia khawatir akan ada terlalu banyak investor dalam kabinet.

“Salah satu kekuatan pemerintahan Jokowi ialah kepercayaan publik, yang kuat dari gayanya

ialah tidak terbebani dengan banyak parpol,“ pungkasnya. 

Beberapa elite politik dari KMP dan KIH telah menjalin komunikasi politik. Beberapa waktu

lalu Wakil Presiden Jusuf Kalla bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie.

Selain itu, secara terpisah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto juga bertemu JK

dan tim Jokowi; Rini Soemarno, Akbar Faisal, dan Luhut Panjaitan. Ketua Fraksi PDIP Puan

Maharani juga dikabarkan menemui sejumlah petinggi Partai Keadilan Sejahtera.

Saat ditanya mengenai konteks pertemuan antara Puan dan partainya, Sekretaris JenderalPKS Taufik Ridho membenarkan adanya pertemuan tersebut. Begitu pun Wakil Ketua

Page 13: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 13/42

Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nur Wahid. Namun, keduanya enggan

memberitahukan tujuan pertemuan itu.

“Setahu saya ada. Mungkin kesepakatan dua belah pihak kalau politik itu kan memang harus

komunikasi. Kalau sekarang komunikasi politik yang sedang berjalan, bisa jadi untuk

 pembahasan fraksi, “ ungkap Taufik ketika dihubungi Media Indonesia, kemarin. (Ant/P-5)

indriyani @mediaindonesia.com 

Page 14: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 14/42

Harga BBM Naik, Pangan Diawasi

IRANA SHALINDRA

Pemerintah harus mengawasi distribusi dan harga pangan agar tidak terlalu tinggi

pascapenaikan harga BBM. 

RENCANA Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menaikkan harga BBM

 bersubsidi Rp3.000 per liter pada 1 November mendatang diprediksi mengerek inflasi kurang

lebih 3%. Dampak ikutan penaikan harga tersebut harus diantisipasi pemerintah.

Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah, dengan penaikan harga

BBM bersubsidi pada November, inflasi keseluruhan pada 2014 ditaksir sekitar 8%-9%.Adapun target inflasi pada APBN-P 2014 ialah 5,3%. “Inflasi mungkin akan tetap tinggi

sampai awal 2015, tapi dia lama-lama akan melandai dan turun di akhir tahun,“ ujar Halim

dalam forum group discussion di Pangkal Pinang, Bangka, kemarin.

Halim menegaskan penaikan harga BBM bersubsidi ialah langkah tidak terelakkan untuk

memperbaiki keseimbangan APBN. “Tanpa itu, APBN tidak tertolong,“ ucapnya. 

Halim merujuk kepada besaran subsidi BBM dan elpiji yang kian membengkak. Pada 2015,

 bujetnya mencapai Rp276 triliun, naik dari Rp246,5 triliun pada 2014. Besarnya subsidi

BBM membuat pemerintah kehilangan potensi untuk memanfaatkan APBN bagi aktivitas

ekonomi yang lebih produktif, seperti pengadaan infrastruktur.

Pengamat ekonomi dari Institute for Development for Economics and Finance (Indef) Enny

Sri Hartati menyebut kenaikan angka inflasi akibat penaikan harga BBM bersubsidi

sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan, sebab inflasi Indonesia pernah mencapai 8% pada

tahun lalu.

“Kalau harga BBM dinaikkan, akan ada inflasi 6%-7%, tidak terlalu masalah, bahkan kita

 pernah capai 8% dan buktinya Indonesia kuat,“ jelasnya via telepon, kemarin. 

Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Franky

Sibarani mengklaim tidak ada kenaikan harga makanan yang signifikan jika BBM bersubsidi

naik Rp3.000 per liter November nanti.

“Enggak sampai 1%,“ ujar Franky melalui sambungan telepon, kemarin. 

Franky menjelaskan anggota Gapmmi yang tergolong kelompok industri menengah memakai

BBM industri yang mengacu harga internasional dalam proses produksinya.

Page 15: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 15/42

Ia justru mengkhawatirkan kelompok usaha kecil dan menengah (UKM) yang tidak

mempunyai akses mendapatkan BBM industri dari Pertamina. Kelompok itu harus

menggunakan BBM seperti masyarakat pada umumnya. Alhasil, biaya produksi ikut

meningkat.

Harga pangan

Pengamat ekonomi dari Universitas Padjadjaran Ina Primiana mengingatkan pemerintah

harus mengawasi distribusi dan harga pangan agar tidak terlalu tinggi pascapenaikan harga

BBM itu.

“Pemerintah juga harus menjaga harga bahan pangan. Pasti semuanya akan naik, tetapi

 pemerintah harus punya batasan agar kenaikan harga tidak melebihi standar yang sudah

ditetapkan,“ jelasnya. 

Hal itu diamini seorang karyawan swasta, Laila, 24, yang mengkhawatirkan dampak ikutan

 penaikan harga BBM.

“Sebenarnya kalau dinaikkan tidak akan terlalu menjadi masalah dan dampaknya tidak akan

terlalu besar kalau para pedagang dan penyedia jasa tidak panik dan berlebihan dalam

menanggapinya. Kalau mereka berlebihan, pasti tarif angkot dan makanan akan naik,“ kata

dia. (Riz/Wib/E-3)

[email protected] 

Page 16: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 16/42

Demonstrasi Hong Kong Dijadikan Gim

DALAM waktu singkat, gim Yellow Umbrella menjadi populer. Dalam tempo kurang darisepekan, gim yang diperuntukkan ponsel pintar itu telah diunduh sebanyak lebih dari 40 ribu

kali di Google Store.

Jumlah tersebut terbilang banyak mengingat gim tersebut belum beredar di Apple Store dan

tidak bisa diunduh dari daratan Tiongkok.

Permainan itu menempatkan pemain di barikade pengunjuk rasa untuk melawan polisi,

 preman, dan penduduk setempat yang marah akibat demonstrasi. Bahkan, permainan itu

menyertakan karakter Pemimpin Hong Kong Leung Chun-ying berpakaian serigala.

Secara keseluruhan, permainan mirip dengan gim Plants vs Zombies itu populer di kalangan

 pengguna ponsel pintar. Ketika level permainan menjadi sulit, pemain yang berperan sebagai

demonstran bisa meminta perlindungan kepada dewa Guan Yu.

“Seperti halnya Guan Yu, mereka (para demonstran) ingin menyelesaikan masalah, tapi tidak

tahu cara melakukannya. Mereka tidak ingin menggunakan kekerasan. Jadi, mereka hanya

meminta dewa untuk membantu,” kata pencipta gim tersebut, Fung Kam-keung (31).

Permainan itu penuh dengan referensi budaya dan terinspirasi oleh aksi demonstrasi di Hong

Kong. Dalam demonstrasi sesungguhnya, payung kuning dan pita digunakan sebagai alat

 pertahanan para demonstran.

Dalam gim, karakter Leung yang berbaju serigala hanya mengangguk. Itu merupakan bentuk

 penghinaan yang biasa dilemparkan untuknya. Apalagi, dalam bahasa Kanton, nama orang

nomor satu di Hong Kong itu terdengar seperti serigala.

Akan tetapi, sesuai etos para pengunjuk rasa yang antikekerasan, pemain tidak bisa

menyerang penyerang mereka.

“Aku ingin membuat gim tidak hanya untuk bersenang-senang, tapi juga untuk menunjukkan

dukungan kami kepada para siswa dan membiarkan orang lain tahu bahwa aksi mereka

sangat damai dalam meminta pemilihan universal di Hong Kong,” ungkap Fung yang

 berkantor di kawasan industri di Distrik Sha Tin.

Fung tidak memungkiri jika dirinya membuat gim Yellow Umbrella untuk menunjukkan

dukungan terhadap gerakan pro-demokrasi di Hong Kong.

“Setelah gas air mata dan kekerasan dari gangster  serta polisi, saya pikir kita perlu berbuat

lebih banyak untuk menunjukkan dukungan terhadap para siswa,” tukasnya.

Page 17: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 17/42

Sejauh ini, beragam ulasan yang dikemukakan terhadap gim buatan Fung sangat positif.

“Kami memainkan permainan ini untuk terus mengingatkan perjuangan demi demokrasi.

Berjuang untuk kebebasan!” kata Zux Kev yang memberikan penilaian maksimum di Google

Play. (AFP/Fox/I-2)

Page 18: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 18/42

Arema Jaga Peluang Lolos ke Semifinal

AREMA Cronus Indonesia untuk sementara memimpin klasemen sementara Grup 1 babakDelapan Besar Indonesia Super League (ISL) 2014. Pada laga di Stadion Kanjuruhan, tadi

malam, `Singo Edan' menang 4-0 atas Persela Lamongan.

Dalam duel itu empat gol Arema dilesakkan Cristian Gonzales pada menit ke-1 dan 66,

Syamsul Arif (45') dan Gustavo Lopez (53'). Hasil ini membuat Arema mengoleksi 10 angka

atau unggul satu poin dari Semen Padang dan Persipura Jayapura yang sama-sama

mengoleksi sembilan angka.

Untuk lolos ke semifinal, Arema harus menang di laga terakhir melawan Semen Padang

(29/10). Demikian dengan Persipura dan Semen Padang juga masih berpeluang jika menangdi laga terakhir grup.

Pada pertandingan lainnya, gol tunggal Boaz Salossa di menit ke-61 membuat Persipura

menang tipis 1-0 atas Semen Padang di Stadion Mandala, Jayapura, kemarin.

Di awal laga Persipura yang dilatih duet karteker Metu Dwaramuri dan Chris Yarangga

langsung menggebrak. Peluang pertama langsung didapatkan Robertino Pugliara. Robertino

yang menerima umpan dari Boaz Solossa mencoba melepaskan tendangan dari dalam kotak

 penalti. Namun, bola hasil tendangannya masih melambung di atas mistar gawang Semen

Padang yang dikawal Fakhrurrazi.

Semen Padang juga mencoba memberikan tekanan. Kali ini, Rudi yang melepaskan

tembakan dari luar kotak penalti. Namun, bola masih bisa ditangkap dengan baik oleh kiper

Persipura, Yoo Jae-hoon.

Kedua tim saling bergantian melakukan serangan. Serangan yang mereka lakukan masih

mengalami kebuntuan. Hingga babak pertama usai, skor tetap 0-0.

Di babak kedua, „Mutiara Hitam‟ tetap terus menyerang. Menit 61 akhirnya Persipura bisaunggul 1-0 lewat tendangan Boaz Salossa memanfaatkan umpan dari Ian Louis Kabes.

Pelatih Semen Padang Jafri Sastra mengaku timnya kelelahan dengan jadwal padat dan

 perjalanan panjang ke Papua. “Pemain kita bermain tidak efektif karena itu dimanfaatkan

Persipura yang mampu memenangi laga ini. Di laga terakhir kita menjamu Arema, mau tidak

mau kita harus menang bila ingin lolos ke babak semifinal.”

Sementara itu, Asisten Pelatih Persipura Chris Yarangga mengatakan pertandingan ini

 berjalan menarik, fairplay, dan dengan tempo cepat. (Ant/R-1)

Page 19: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 19/42

Saatnya Drogba Jadi Star ter  

ASNI HARISMI

Louis van Gaal juga akan berkutat dengan rotasi pemain menyusul banyak anak

asuhnya yang bakal absen. 

DIDIER Drogba amat mungkin bakal mengakhiri penantiannya untuk berada dalam starting

line-up Chelsea malam nanti. Menghadapi Manchester United di Old Trafford, dua

 penyerang utama „the Blues‟ Diego Costa dan Loic Remy tak bisa tampil akibat cedera.

Saat menghadapi Maribor di Liga Champions, tengah pekan lalu, Remy yang mencetak gol

 pembuka terpaksa ditarik keluar hanya 16 menit setelah kick-off . Ia kemudian digantikanDrogba yang juga mencetak gol lewat titik putih, 7 menit kemudian.

Cedera Remy menambah panjang daftar pemain cedera yang diderita Chelsea. Sebelumnya,

Costa juga terlebih dahulu absen karena cedera hamstring  meski pelatih MU Louis van Gaal

 percaya pemain naturalisasi Spanyol itu akan tetap turun di Old Trafford nanti.

“Saya baca di situs resmi mereka bahwa Costa telah ikut berlatih, jadi saya tetap waspada dia

akan bermain melawan kami,” ujar Van Gaal.

Soal itu, pelatih Chelsea Jose Mourinho menegaskan hanya akan menurunkan Costa di Old

Trafford jika kondisinya sudah fit betul. Ia menegaskan duel Minggu malam ini hanya

diper untukkan pemainnya yang sudah fit karena ia tak ingin berjudi.

Bukan hanya Costa dan Remy, John Obi Mikel dan Ramires juga diragukan untuk turun.

Meskipun demikian, kondisi keduanya sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan Costa

dan bisa menjadi pilihan dari bangku cadangan, begitu pula Andre Schuerrle. Tidak tertutup

kemungkinan juga, Mourinho bakal memainkan false nine dengan mengandalkan Cesc

Fabregas.

Apa pun strategi yang bakal diterapkan „the Special One‟, para pengamat menilai „the Blues‟ 

tetap difavoritkan untuk membawa pulang tiga angka.

Sejarah pun mengatakan tim London biru itu berada dalam sisi yang baik. Secara

keseluruhan, United baru menang enam kali dari 22 laga Liga Primer kontra Chelsea. John

Terry dkk selalu menjaga clean sheet  di dua pertemuan terakhir dengan `Setan Merah'.

Putar otak

Bukan hanya Mourinho yang bakal memutar otak akibat banyaknya daftar pemain cedera.Van Gaal juga akan berkutat dengan hal yang sama menyusul Wayne Rooney yang masih

Page 20: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 20/42

menjalani sanksi, begitu pula dengan bek Jonny Evans dan Paddy McNair serta gelandang

Jesse Lingard (lutut) dan Antonio Valencia (hamstring ).

Untungnya, winger  Angel Di Maria dipastikan fit meski menderita sakit ringan di pahanya,

 pekan lalu. Namun, untuk sektor serangan, Van Gaal masih punya jasa Radamel Falcao yang

mungkin kembali berduet dengan Robin van Persie.

“Saya sudah menduga sakit Di Maria tidaklah parah dan ternyata itu benar. Dia sudah

kembali berlatih bersama kami seperti tidak pernah mengidap cedera sebelumnya,“ ujar

mantan juru taktik timnas Belanda itu seperti dilansir situs resmi MU.

Meski memiliki nama besar, Van Gaal masih harus membuktikan kapabilitasnya dalam

menukangi Manchester merah. Apalagi pekan lalu, United hanya mampu imbang dengan

West Brom 2-2 sehingga kini terpaut 10 angka dari pemuncak tabel sementara Chelsea.

Selain performa kedua tim, hal menarik yang ditunggu dalam laga ini ialah reuni Van Gaal

dengan Mourinho. Keduanya pernah berada dalam satu payung ketika menangani Barcelona

di era 1990-an dengan Van Gaal sebagai pelatih utama dan Mou menjadi asistennya.

(AFP/AP/R-1)

[email protected]

Page 21: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 21/42

Sunyi Karinding di Kawali

Oleh: TONI LESMANA

WASTU berjalan paling belakang. Teman-temannya sudah jauh di depan. Ia sengaja berjalan

lambat di jalan setapak yang diapit pohon-pohon mahoni. Ia enggan pulang dari hutan mungil

di Kawali ini. Seolah ada yang menahannya.

Hampir seharian ia mengitari situs Astana Gede. Masih saja belum puas.

Senja hampir habis. Mendung menyerbu langit. Malam berkemas.

Puluhan kelelawar terbangun di dahan-dahan pohon. Serentak beterbangan. Berputar di atas

situs sebelum bergerak ke utara. Kepak sayapnya seakan menjatuhkan gerimis.

Memasuki areal situs, setetes gerimis pecah menimpa jarinya, Wastu teringat karinding.

Karinding pemberian seorang kakek tadi pagi. Barangkali Aki Kuncen. Ia tak sengaja

menjumpainya sedang menyendiri dalam situs, tepatnya di tengah akar melingkar di depan

cungkup berisi batu datar terhampar dan batu yang berdiri. Tangannya menggenggam pisau

raut, di tangan yang lain sebuah karinding.

“Ambillah!” bisik Aki Kuncen sambil tersenyum.

“Kakek bisa membuat karinding?” Wastu bertanya takjub. Selama ini ia hanya bisa

memainkannya, tanpa pernah bisa membuatnya.

“Kau bisa memainkannya?” Aki Kuncen balik bertanya, lalu bangkit meraih sapu lidi yang

disandarkan pada sebuah pohon.

Wastu hanya mengangguk, masih dengan perasaan takjub.

“Ambillah! Karinding ini sepertinya berjodoh denganmu.” Wastu meraih karinding dari

tangan Aki Kuncen. Wajah Aki Kuncen seolah bercahaya, ubannya tampak berkilau.

Ah, barangkali itu karena cahaya matahari pagi yang menerobos rimbun dedaunan, pikir

Wastu.

Aki Kuncen menyapu serpih-serpih sisa rautan, lalu daun-daun di sekitar situs. Suara sapu

lidi mengisi keheningan situs. Wastu memperhatikan Aki Kuncen yang berjalan ke arah

 prasasti, sampai menghilang di kelokan jalan setapak menuju areal situs, yang konon tempat

 penyimpanan abu orang yang gugur di Bubat.

Page 22: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 22/42

Suara sapu lidi itu bergema lagi dalam ingatannya. Teman-temannya sudah tak terlihat.

Mungkin sudah bersiap untuk pulang. Namun, Wastu masih ingin di sini. Menikmati suasana

situs menjelang malam. Sebentar lagi, kata Wastu. Bus yang membawanya tak akan pergi

 jika jumlah rombongan belum utuh.

Gerimis menjadi hujan. Wastu menaiki pagar cungkup Batu Panglinggihan. Melompat dan

 berteduh di dalamnya. Duduk di batu yang datar lebar terhampar. Ia merasa nyaman.

Sejak bertemu Aki Kuncen, ia ingin duduk di batu itu. Sunyi. Hanya suara hujan. Ia mainkan

karinding. Mula-mula pelan, lama-lama ia asyik sendiri.

Bunyi karinding seperti mengundang hujan lebih lebat lagi, mengundang malam. Seperti

 panggilan. Dari langit bersusulan suara guludug . Hujan deras menimpa hutan mungil yang

remang.

Menerobos dedaunan. Berjatuhan di atas akar, batu, dan membasahi jalan setapak di antara

cungkup-cungkup sunyi. Bunyi karinding terus mengalun dari prasasti ke prasasti. Bunyi

sunyi.

“Wastuuuu! Wastuuuu!” teriakan dari gerbang situs Astana Gede tak dihiraukannya.

Di atas batu, yang konon dulunya digunakan untuk penobatan raja itu, Wastu menabuh

karinding. Ia serasa menabuh segala yang ada di dalam situs itu. Menabuh batu, menabuh

daun, menabuh akar, menabuh angin, menabuh waktu. Ia seperti menabuh tubuh sendiri.

Menabuh jantung, hati, lambung. Menabuh kesunyian situs, kesunyian diri sendiri.

Wastu semakin khusyuk.

Karinding dan hujan. Malam merayap.

Karinding semakin cepat tabuhannya dan hujan semakin deras menimpa apa saja. Wastu

samar-samar melihat seseorang berjalan dari arah gerbang.

Perempuan berpakaian putih-putih. Berjalan limbung. Di belakangnya obor-obor melayang,

apinya berwarna hijau kebiruan. Obor-obor yang melayang mengikuti ke mana saja

 perempuan itu berjalan.

Setiap akar, batu, daun, dan mendadak memancarkan cahaya hijau keperakan. Aksara-aksara

 pada setiap batu prasasti serentak bercahaya keemasan.

Situs itu marak dengan cahaya yang disiram bening hujan.

“Wastuuuu! Wastuuuuu!” teriakan kembali terdengar. Ini bukan suara teman-temannya. Ini

suara perempuan. Merdu.

Page 23: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 23/42

Wangi kembang menyeruak. Wastu memejamkan mata. Ia tahu ini tempat yang menyimpan

sejarah. Ia tak ingin terbawa suasana. Namun, semakin dipejamkan semakin tampak sosok

yang berjalan itu, semakin bening suara panggilannya. Semakin tak tentu tabuhan

karindingnya. Terkadang dengung yang bergulung, terkadang seperti jerit tipis burung mungil

kesepian.

Obor-obor melayang di udara. Cahaya menetas di mana-mana. Di tangan perempuan itu

terlihat bunga-bunga mekar, di tangan yang lain, darah berleleran. Teriakan perlahan menjadi

nyanyian. “Wastu, Aku pulang....” perempuan itu berputar dan menari. Seperti tersesat.

Bunga-bunga terus bertebaran dari tangan kanan, sedang tangan kirinya tak henti meneteskan

darah.

Tirai hujan dan remang malam tak dapat menutupi kecantikan perempuan muda itu. Jelita.

Seperti bunga yang sedang mekar. Mekar dalam deras hujan. Wastu merasakan getar dalam

dadanya. Batu, daun, tanah, dan angin ikut berdebar. Seisi situs seakan memiliki jantung. Dansemua jantung itu berdegup dalam dada Wastu. Ia mendengar seisi situs seperti berkata-kata,

seperti merapal mantra atau doa. Seperti pernyataan cinta yang diulang-ulang. Pernyataan

cinta yang murung dan gemuruh.

“Wastuuuu! Wastuuuu!” teriakan dari arah gerbang muncul lagi. Gaduh tak merdu.

Mendekat. Ia mendengar langkah-langkah kaki. Tapi ia tak melihat siapa pun. Langkah-

langkah begitu sibuk di sekitar situs. Tak lama menyebar, menjauh ke arah jalan setapak

menuju mata air Cikawali.

Teriakan yang memanggil Wastu bergantian dari yang gaduh ke yang merdu. Yang merdu,

 pemilik suara merdu masih terus berputar dan menari. Dari cungkup ke cungkup.

Menebar kembang meneteskan darah. Seperti mencari sesuatu. Seperti mencari pintu rumah.

Pakaian putih perempuan itu kuyup. Ada merah darah di dadanya. Ada sesuatu yang

menancap. Wastu merasakan degupnya makin gemuruh.

Pesona keindahan itu menikamkan kesedihan yang dalam. Ia tiba-tiba menyadari hujan

adalah tangisan.

Tangisan langit.

Perempuan itu terus menyibak hujan. Kain putihnya yang jatuh menutupi kaki, mulai

 bercampur warna tanah. Warna tanah itu naik merambati kain putih.

Wastu ingin bangkit dan menyongsong perempuan itu. Ingin memeluknya dan meredakan

kesedihannya. Tapi ia tak bisa menghentikan jarinya yang terus menabuh karinding. Ia

tumpahkan segalanya pada karinding yang menempel di bibirnya. Karinding seperti

menguasai dirinya. Ia tak tahu lagi siapa yang sesungguhnya memainkan karinding, ataumungkin ia sendiri yang dimainkan oleh karinding.

Page 24: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 24/42

“Wastu! Wastu! Aku pulang membawa kembang dan darah,” perempuan itu meliuk dari

cungkup ke cungkup. Disentuhnya daun-daun. Tariannya melambat. Gerakan yang seakan

melayang.

Warna tanah terus merambat naik ke pinggangnya, sedang warna darah di dadanya melebar.

Kain putih itu pelan berganti warna. Warna tanah melahap putih kain, melahap merah darah.

Wastu serasa ikut melayang. Batu, akar, daun, dan pohonan juga ia saksikan melayang. Ia

seakan berada di tempat lain. Berada di ketinggian.

Jauh di atas hujan. Ia masih mendengar gaduh yang memanggil namanya, tetapi suara-suara

itu seperti berada jauh di bawah.

Semakin jauh. Teriakan-teriakan itu semakin riuh.

 Namun, ia terus melayang. Seisi situs melayang. Cahaya-cahaya melayang.

“Wastu! Aku pulaaang!” jerit perempuan itu melengking tinggi.

Melayang lebih tinggi lagi. Seluruh kain putihnya sudah berwarna tanah. Benar-benar tanah.

Tiba-tiba saja seluruh cahaya menetes seperti hujan, seperti air mata, lalu bergerak

mengerumuni tubuh yang masih menari dengan gerakan yang sangat lambat. Cahaya-cahaya

 bergulung.

Menyatu. Membubung tinggi membawa perempuan jelita itu lepas dari pakaiannya. Melesat

menjadi cahaya dalam cahaya. Pakaiannya yang berwarna tanah meledak. Berguguran.

Hujan abu. Wastu merasa dirinya ikut hancur menjadi abu.

“Pulanglah, Wastu. Pulanglah, Wastu!” seseorang berbisik, melepas karinding dari bibirnya.

Wastu tersentak. Ia mendapati dirinya terduduk di dalam cungkup Batu Pangeunteungan. Tak

ada hujan.

Di hadapannya Aki Kuncen tersenyum sambil membawa obor. Di luar cungkup ada banyak

orang. Remang wajah orang-orang. Selebihnya gelap.

“Siapa yang tadi kulihat, Ki?” Wastu gemetar.

“Dia yang berangkat berhias dan pulang hanya abu. Dia yang abunya disemayamkan di sini.

Dia yang sangat mencintai tanah airnya, melati Kawali yang gugur di Bubat. Barangkali ia

melihat adiknya dalam dirimu,” bisik Aki Kuncen halus. “Dyah Pitaloka¹ barangkali ingin

mengisahkan kesedihannya. Namamu Wastu, bukan? Adiknya bernama Wastu Kancana².”

Page 25: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 25/42

Wastu diam. Nama yang benar-benar sama dengan namanya. Aki Kuncen kembali tersenyum

sambil mengusap lembut kepalanya.

“Hampir pagi, Ki³!” terdengar ada yang berbisik gelisah dari orang-orang berwajah remang.

“Ayo, pulang. Teman-temanmu sudah lama menunggu. Bawalah karinding ini sebagai

kenang-kenangan. Ini milikmu.” Aki Kuncen menuntunnya. Memintanya berjalan di depan.

Wastu melangkah sambil menggenggam karinding, ia teringat cahaya-cahaya yang marak di

situs.

Ia teringat kesedihan seisi situs. Cahaya-cahaya yang menangis. Wastu tenggelam dalam

kesedihan.

Sebelum mencapai pintu gerbang, Wastu berbalik, ingin mengucapkan terima kasih kepadaAki Kuncen.

 Namun, nyala obor itu, orang-orang itu, seolah lenyap ditelan gelap. Tak ada siapa pun di

 belakangnya. **

Page 26: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 26/42

Desersi Bawah Tanah

IWAN KURNIAWAN

Religiositas bukan diukur dari penampilan semata. Namun, kesalehan yang mampu

mengangkat harga diri lewat teater. 

PRODUKSI ke-99 Teater Kanvas menghadirkan “Penghuni Kapal Selam” suguhan sutradara

Zakaria Sorga. Kelompok teater asal Depok, Jawa Barat, itu tidak sekadar mengangkat isu

korupsi dan kritik sosial. Namun, ada religiositas yang terbungkus lewat lakon berdurasi 2

 jam itu.

Lewat penampilan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Jakarta Pusat, pertengahan pekan ini,Teater Kanvas memang menghadirkan gaya teater realis. Pertautan dramaturgi terbagi dalam

dua babak. Itu menandaskan ada tokoh sentral sebagai bagian yang tak terpisahkan.

Lakon “Penghuni Kapal Selam” memang berbeda dari kelompok teater pada umumnya. Pada

 pementasan kali ini, Zak Sorga, sapaan Zakaria, menghadirkan tautan yang cukup khas.

Tata panggung pun sengaja tidak dibuat berganti-gantian. Pada awal hingga akhir hanya

 berkisah tentang para penghuni penjara yang berasal dari berbagai profesi.

Lampu samar-samar membuka adegan awal. Tata panggung tampak sederhana. Ada sebuah

 jendela kecil, toilet, ember, dan tempat duduk. Tiang-tiang penyangga berukuran besar pun

angkuh berdiri. Di sudut kanan, ada sebuah tangga kecil untuk menuju ke ruangan atas.

Zak Sorga memang punya pilihan tersendiri lewat bui bawah tanah. Sebuah tempat bagi

orang-orang yang dinistakan. Mereka harus mendekam seumur hidup di ruangan sempit dan

 bau busuk itu.

Hamparan sobekan kertas koran menjadikan ruangan itu memang menjadi tempat `angker'

 bagi para tahanan. Ada harapan dan doa, tetapi suasana mencekam menjadikan “PenghuniKapal Selam” sebagai refleksi atas kehidupan itu sendiri.

Pementasan lakon ini menjadi khas dengan gaya berteater aktor Teater Kanvas. Ada Jimmy S

Johansyah, Husnawi, Uche Ismail, Achmad Fadhilah, Bambang Wahyudin, Angga Roman

W, Risdo M, Andy Birulaut, Badri, Dwi Cahyadi, Sapto Wibowo, Pradono, Nursaid Saputra,

Heri Purwoko, dan Ogel.

Penistaan

Tokoh utama dalam lakon “Penghuni Kapal Selam” ialah Abdul Ghofar (Nursaid Saputra).Iamerupakan tokoh agama berpengaruh yang dinistakan dan dipenjarakan rezim penguasa atas

Page 27: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 27/42

alasan yang tidak jelas. Tentu saja, suspensi yang ada dalam lakon terasa kuat, terutama

kebaikan yang `disalahartikan'.

Tentu saja, sebagai tokoh sentral dalam lakon, Abdul Ghofar memiliki karakter yang saleh,

religius, penyabar, dan bijak. Sebuah karakter yang menggambarkan keimanan seseorang

yang diuji kesetiaannya saat harus mendekam dalam bui bawah tanah.

Di bui, Abdul Ghofar bertemu dengan berbagai sosok, mulai perampok, politikus, tukang

 bengkel, mahasiswa, mantan pejuang, hingga tukang es. Setiap aktor memerankan sosok-

sosok yang dibangun sehingga memberikan sentuhan realis pada lakon realisme itu.

Selama pementasan, selain tokoh utama, ada dua yang menjadi perhatian khusus, yaitu

tukang es (Dwi Cahyadi) dan mantan pejuang (Jimmy S Johansyah). Kedua aktor itu

membuat suasana yang tegang bisa sedikit mencair. Sang mantan penjuang, misalnya, selalu

 berpikir untuk melakukan revolusi, sedangkan si tukang es gesit merealisasikan cita-citanyauntuk bisa berdagang es kembali.

Harapan utopia memang menjadikan proses pengadegan terasa memiliki alur cerita

mendebarkan. Itu membuat penonton tetap menikmati pentas.

Inilah kejelian sutradara untuk menghadirkan lakon yang pertama kali dipentaskan pada 2008

silam itu.

“Bagaimana Ustaz. Bisa? Ustaz bisa berdakwah lagi. Ustaz bisa mendapatkan semuanya

yang Ustaz inginkan (bila mau membantu kami),“ ujar kepala sipir (Risdo M) dalam suatu

adegan. Abdul Ghofar pun tidak berkata. Hal itu pun membuat kepala sipir pun naik pitam

dan meletakkan gagang tongkat golf ke leher sang ustaz.

Kegigihan dan kewibawaan Abdul Ghofar, tokoh pendiri Negara Islam, yang tidak bisa

disuap atau diperdaya membuat kepala sipir dan penjaga sel pun bungkam. Salah satu

adegan, saat seorang algojo (sipir) melibas dan memukul ustaz. Namun, ia tidak bisa

memengaruhi Abdul Ghofar. Algojo pun frustrasi sendiri.

Si algojo memutuskan untuk tidak mau bekerja lagi di bui bawah tanah itu. “Bila kau melepas

 jabatan, ingat tidak saja kau yang mati. Ingat anak-anakmu juga akan mati,“ teriak kepala

sipir ke arah anak buahnya itu.

“Biarkan istri saya dan anak -anakku ikut mati,“ jawab algojo. “Ah! Dasar desersi,“ balas

kepala sipir seraya menembak si algojo.

Tentu saja, ada pelajaran bijak lewat lakon suguhan Teater Kanvas. Kesalehan dan kebenaran

tidak bisa dibeli atau diperdaya. Tokoh Abdul Ghofar memiliki karisma sehingga bisa

memengaruhi para penghuni `Kapal Selam'. Malahan, para sipir yang saling baku bunuh.

Page 28: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 28/42

Terlepas dari lakon realis itu, masih ada beberapa adegan yang masih kaku. Itu tampak

semisal pada adegan tukang es mengepel lantai di bui. Namun, kain pelnya tidak basah. Lalu,

 pada bagian terakhir seperti pada runtuhnya bangunan yang membuat semua penghuni tewas.

 Namun, hanya Abdul Ghofar yang selamat.

Tentu saja, ada antiklimaks pada pementasan itu sehingga akhir lakon masih terasa dangkal.

 Namun, Zak Sorga mampu menghadirkan realitas yang ia suguhkan lewat produksi kali ini.

“Di pekerjaan inilah (ranah teater), kita bisa mengemas pesan-pesan sosial dan banyak hal

yang bisa disuarakan lewat penciptaan karya seni,“ tutur sutradara kelahiran Tuban, Jawa

Timur, 8 Januari 1964.

Salah satu penonton yang juga aktor, Didi Hasyim, menilai pementasan itu masih belum kuat.

Beberapa adegan membuat penonton merasa bosan.

“Unsur realis yang dibangun Teater Kanvas belum maksimal sehingga masih perlu

 pemantapan,“ nilainya. 

Setelah pentas di GKJ, Teater Kanvas akan pentas keliling “Penghuni Kapal Selam” di kota-

kota besar di Jawa dan Sumatera, pada November hingga Desember ini. Teater Kanvas masih

minim menghadirkan unsur religiositas dan kritik sosial kali ini. (M-2)

[email protected]

Page 29: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 29/42

KHOTBAH DI ATAS BUKIT

Khotbah tentang Kegalauan

HARYO PRASETYO

Fenomena kehidupan kontemporer yang kian didominasi materialisme menguatkan

pesan Kuntowijoyo dalam novel itu. 

BAHASA simbol menjadi salah satu media yang digagas manusia untuk merefleksikan diri.

Ia dapat menjadi jalan untuk mencari makna keberadaan. Melalui simbol, manusia semakin

memahami dan mengapresiasi keberadaan manusia lain lewat karya mereka.

Budayawan, cerpenis, dan novelis Kuntowijoyo menghidupkan perspektif itu dalam riwayat

kepenulisannya. Cerpen-cerpen dan novel-novel kelahiran Yogyakarta, 18 September 1943

itu tidak terlepas dari bahasa pasemon.

 Novel Khotbah di Atas Bukit  yang ditulis Kuntowijoyo pada 1973 bukan sebuah

 pengecualian dari prinsip itu. Melalui novel setebal 164 halaman, Kuntowijoyo menantang

 pembaca untuk menjelajahi selubung-selubung kesadaran dan makna keberadaan.

Page 30: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 30/42

Barman ialah tokoh sentral dalam roman itu. Karakter Barman ditampilkan perlahan dalam

kisah itu sebagai seorang pensiunan diplomat yang galau dan mengidap gangguan post power

 syndrom.

Dari hari ke hari, Barman bergelut mencoba menjawab pertanyaan tak berujung. Pertanyaan

mengenai makna hidup yang tak juga dia genggam, bahkan saat usia senja terus

mengganggunya.

Meningkahi hari-harinya yang gelisah, Barman memutuskan untuk menghabiskan waktu

 bersama Poppy. Seorang perempuan muda, rupawan, semampai, dan bertubuh sempurna.

Hari-hari Barman bersama Poppy dilalui pada sebuah rumah di atas bukit yang hening.

Keputusan cepat dan pragmatis diambil Barman, setelah Bobi dan Dosi, putera dan menantu

Barman berhasil membujuk pengagum kuda dan perempuan cantik itu menerima usulan

keduanya.

Barman mengira dengan menjalani hidup bersama Poppy, dia akan menemukan kebahagiaan,

keceriaan, dan kebermaknaan. Ternyata, ekspektasi tentang keindahan, ketenangan,

kenikmatan, kemantapan, dan kebahagiaan hidup bersama Poppy hanyalah ilusi. Sebaliknya,

keputusan untuk mencercap hedonisme di hari tua telah menjadi bumerang bagi Barman.

Kehidupan Barman bersama Poppy kian hari kian diliputi kegelisahan dan kegalauan.

Apalagi, usia yang telah senja, membuat Barman gagal memaknai kemudaan, keindahan, dan

kecantikan Poppy.

“Maafkanlah Pop,“ kata Barman kepada Poppy dalam sebuah dialog yang melukiskan

ketidakberdayaan mantan diplomat sukses itu. “Barangkali aku terlalu tua ya?“ “Ah pap,

 percayalah, tak ada laki-laki yang cukup tua bahkan untuk gadis sekali pun,“ jawab Poppy.

Barman tahu itu cara Poppy untuk menghiburnya. Berkali-kali Barman berusaha untuk

 bangkit, tetapi setiap kali dia mencoba kembali, setiap itu pula kegagalan datang kepadanya.

Di tengah kegalauan Barman yang kian membuncah, Kuntowijoyo menghadirkan Humam,

karakter lain dalam latar cerita. Usia Humam kira-kira sebaya Barman.Berbeda dengan

Barman yang gagap memaknai hidup, Humam bermata gesit, tajam, dan kaya spontanitasyang mengejutkan Barman.

“Bung, kesenangan itu tak bertambah atau berkurang. Kebahagiaan yang mutlak tak

memerlukan apa pun di luar diri kita.Tinggalkan segala milikmu. Apa saja yang menjadi

milikmu, sebenarnya memilikimu,“ tutur Humam. 

Barman dan Humam pun kemudian menjadi sahabat. Barman menemukan alter ego pada diri

Humam, figur yang dia kagumi sekaligus menjadi sumber pencerahan. Sayangnya,

 perjumpaan kedua sahabat itu tidak berlangsung lama, karena Humam kemudian meninggal.

Page 31: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 31/42

Kematian Humam membuat Barman berubah. Dia memutuskan untuk hidup terpisah dari

Poppy dan tinggal di rumah warisan Humam.

Dalam sebuah adegan, Barman dilukiskan menunggang kuda putih kesayangan. Dia

 berkeliling dari sudut ke sudut pasar, membangunkan orang-orang yang tengah terlelap,

setelah mereka ter  bangun, dia kemudian bertanya, “Berbahagiakah engkau?“ “Mmmm,“

orang-orang hanya mampu bergumam mendengar pertanyaan itu.

Barman pun kemudian menjadi fenomena. Orang-orang di pasar yang sehari-hari hanya

 berpikir tentang jual beli, untung dan rugi, mulai terpana oleh kehadiran Barman yang tiba-

tiba. Mereka menganggap Barman ialah orang suci yang diturunkan kepada mereka untuk

membawa pencerahan.

Orang-orang pun terus berdatangan ke pondok Barman. Mereka mengikuti Barman ke mana

 pun dia pergi.

Barman terjebak dalam lingkaran para pencari kebahagiaan. Namun, dia tidak siap dengan

 jawaban. “Mengapa kalian mencariku nak?,“ tanya Barman.“Kami gelisah tanpa engkau,“

kata orang-orang itu.

Barman berupaya melepaskan diri. Secara spontan, dia mengumpulkan orang-orang pasar di

atas bukit. Di sanalah dia berkhotbah. “Hidup ini tidak berharga untuk dilanjutkan. Bunuhlah

dirimu!“ seru Barman. 

Tidak lama setelah khotbah yang pendek itu kemudian Barman menghilang bersama kuda

 putih kesayangan dan jatuh ke dasar bukit.

Materialisme dan hedonisme

Melalui Khotbah di Atas Bukit, Kuntowijoyo bertutur tentang kehidupan manusia modern

yang terjebak pada kehidupan yang menahbiskan materialisme dan hedonisme sebagai

tujuan. Dalam memaparkan latar dan karakter, Kuntowijoyo menggunakan metode flash back  

yang tidak runtut di sepertiga bagian awal cerita. Gaya pemaparan seperti itu menimbulkan

kesan melompat-lompat dan membuat alur cerita berjalan tidak linear.

Gaya Kuntowijoyo itu dalam level tertentu berpengaruh hingga kini dan menjadi inspirasi

 para penulis generasi berikutnya dalam membangun gaya flash back  sendiri dan membentuk

karakter kepenulisan.

Meskipun ditulis hampir 44 tahun silam, Khotbah di Atas Bukit  tidak kehilangan relevansi

dengan kekinian. Fenomena kehidupan kontemporer yang kian didominasi materialisme,

menguatkan pesan Kuntowijoyo dalam novel itu bahwa kisah tentang alienasi manusia

modern yang haus materi tetapi hampa makna bukanlah sekadar fiksi, melainkan fakta yang

kian hari kian telanjang. (M-2)

Page 32: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 32/42

Penulis dan Akademisi yang Disegani

Di bidang keilmuan, kontribusi Kuntowijoyo juga dihargai. Gagasannya yang sangatpenting bagi pengembangan ilmu sosial di Indonesia adalah ide tentang Ilmu Sosial

Profetik (ISP). 

KUNTOWIJOYO lahir di Yogyakarta pada 18 September 1943. Setelah menamatkan studi di

Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada pada 1969, dia kemudian

mengajar di almamater tersebut.

Pada 1973, dosen yang semasa mengajar akrab dipanggil dengan sebutan Pak Kunto oleh

 para mahasiswanya itu mendapatkan tugas belajar di Universitas Connecticut, AS dan

setahun kemudian meraih gelar master.

Pada 1975, Kunto melanjutkan studi jenjang S3 di Universitas Columbia, AS dan meraih

gelar Ph.D dalam ilmu sejarah.

Riwayat kepenulisan Kunto berbalik dengan pengarang lain yang kebanyakan memulai

dengan menulis sajak, kemudian menemukan jati diri dalam menulis prosa. Kuntowijoyo

telah menulis cerita pendek sejak duduk di bangku SMA, kemudian menulis drama, esai, dan

roman.

Setelah bermukim di Amerika Serikat dan meraih gelar MA dan Ph.D, kemudian Kunto

mulai menulis sajak. Dua kumpulan sajaknya dihasilkan sekaligus pada 1976, yakni Isyarat

dan Suluk Awang Uwung .

Dalam dunia cerpen, karya Kuntowijoyo diapresiasi secara luas dan diterbitkan oleh majalah

 Horison, harian Kompas, dan pernah terpilih menjadi cerpen terbaik harian, yakni cerpen

 berjudul “Laki-laki yang Kawin dengan Peri” (1994), “Sampan Asmara dan Pistol

Perdamaian” (1995).

Berbagai penghargaan lain juga pernah diterima Kunto. Misalnya, cerpen “DilarangMencintai Bunga-Bunga”. Dramanya yang berjudul Tidak Ada Waktu bagi Nyonya Fatma,

 Barda dan Cartas (1972) dan Topeng Kayu memperoleh hadiah dalam Sayembara Penulisan

Lakon Dewan Kesenian Jakarta pada 1972 dan 1973.

Pada 1986 dia mendapat Hadiah Seni dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahun

1999 dia menerima SEA Write Award dari kerajaan Thailand. Tulisannya berupa esai banyak

dimuat di surat kabar.

Di bidang keilmuan, kontribusi Kuntowijoyo juga dihargai. Gagasannya yang sangat penting

 bagi pengembangan ilmu sosial di Indonesia adalah ide tentang Ilmu Sosial Profetik (ISP).

Page 33: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 33/42

Bagi Kuntowijoyo, ilmu sosial tidak boleh berpuas diri dalam usaha untuk menjelaskan atau

memahami realitas dan kemudian memaafkannya begitu saja. Dia kemudian merumuskan

tiga nilai dasar sebagai pijakan ilmu sosial profetik, yakni humanisasi, liberasi, dan

transendensi.

Kuntowijoyo meninggal dunia pada 2005 akibat komplikasi penyakit sesak napas, diare, dan

ginjal yang diderita setelah beberapa tahun mengalami serangan virus meningoencephalitis. 

(Har/M-2)

Page 34: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 34/42

Mengilhami Karya Sastra dan Semangat

Kebangsaan

ARZIA TIVANY WARGADIREDJA

Buku Max Havelaar  mengkritik kesewenang-wenangan pemerintahan kolonial Belanda

di Hindia Belanda. Roman ini sudah diterjemahkan ke dalam 46 bahasa di dunia. 

“SEBAB kita bersukacita bukan karena memotong padi, kita bersukacita karena padi yang

kita tanam sendiri.“ 

Itulah sepenggal kalimat yang terlontar dari mulut Max Havelaar dalam pidatonya yang ia

sampaikan di depan persidangan di Lebak pada 1856. Melalui pidatonya tersebut, tersirat

hasrat besar dirinya membebaskan Lebak yang begitu tandus dibekap rakus, dan

masyarakatnya melarat tak bisa berbuat.

Kisah ini kemudian dikemas kembali oleh penerbit Qanita, Mizan Pustaka, yang

diterjemahkan kembali oleh Inggried Dwijani Nimpoeno, dan didiskusikan dalam “OPMI

Bedah Buku Max Havelaar ” di Freedom Institute, Jakarta, Sabtu (18/10) lalu.

Terjemahan versi Qanita, Mizan Pustaka, dianggap belum semenarik terjemahan pertamanya,

yakni karya HB Jassin yang dinilai sangat cermat menempatkan intimasi dan penggambaran

suasana berdasarkan waktu dengan kata `aku' dan `saya', tetapi novel terjemahan Inggried

Dwijani Nimpoeno ini pun dinilai menarik dan tetap bisa menggambarkan pengaruhnya bagi

 pembaca.

Salah satu pembahas yang hadir dalam bedah buku ini adalah pendiri taman bacaan Multatuli,

Ubaidilah Muchtar. Menurutnya, kisah buku ini bukanlah roman semata. “Kisah ini bukan

roman, ini adalah gugatan.“ tegasnya. 

Page 35: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 35/42

Bisa jadi perkataan Ubai benar, seperti yang banyak orang ketahui, buku ini memang

 berkisah tentang perlawanan seorang Asisten Residen Lebak yang dikisahkan bernama Max

Havelaar.

Max Havelaar menentang sistem kolonialisme yang telah diterapkan selama bertahun-tahun

oleh Belanda. Tidak hanya vokal menentang sistem yang dibuat negaranya sendiri, Havelaar

 pun harus menyaksikan kesengsaraan masyarakat Lebak dari penindasan dan perampasan hak

yang dilakukan pemimpin mereka sendiri yang menjadi cerminan feodalisme yang telah

mengakar di Banten, bahkan di seluruh kawasan Hindia Belanda.

Multatuli, melalui penokohan dirinya sebagai Max Havelaar tetap bersikukuh pada

 pandangannya bahwa sistem tanam paksa harus segera diakhiri. Dia pun kerap memberikan

kritik dan protesnya pada gubernur jenderal, tetapi usaha tersebut malah dianggap sebagai

 penghalang, dan itu menjadi penyebab dia dipindahkan ke Ngawi. Havelaar pun menolak,

dan memilih untuk kembali ke Eropa, dan menuliskan kisahnya dalam sebuah buku berjudulasli Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij (1860).

Sastra sekaligus autobiografi

Roman ini dibingkai melalui beberapa jalinan cerita, mulai dari kisah yang dipaparkan

Droogstoppel, seorang makelar kopi di Belanda yang chauvinis, kaku, dan menjemukan yang

menjadi representasi bangsa kolonial. Cerita ini pun pada intinya menceritakan tentang kisah

 pribadi Multatuli yang diwakili oleh Max Havelaar selama menjadi pegawai pemerintah

Belanda di Hindia Belanda. Ada pula kisah cinta tragis mengenai Saijah dan Adinda, yang

menjadi korban penindasan dan keserakahan para feodal.

“Bisa dibilang, ini adalah autobiografi yang Multatuli tulis sendiri, tetapi keberadaannya

sebagai karya sastra tetap diterima“ jelas Ubaidilah. Karya ini tidak hanya mengentaskan

sistem tanam paksa, tapi juga menjadi salah satu karya penting dalam dunia sastra, baik

Belanda maupun Indonesia.

Seperti diketahui sebelumnya, Max Havelaar menjadi salah satu karya paling berpengaruh

dalam kesusastraan Belanda pada sekitar abad ke-19, seperti yang pernah disebutkan Maritha

Matijsen, seorang profesor sastra Belanda abad ke-19.

 Namun, di sisi lain, mahakarya Multatuli ini pun memberikan pengaruh besar bagi dunia

sastra Indonesia, “Karya ini berperan sebagai tonggak awal sastra Indonesia dengan

fiksionalisasi potret sosial yang ada,“ jelas sejarawan UI Hilmar  Farid. Pada abad ke-19, di

Indonesia terdapat keterbatasan bentuk dalam sastra. Menurutnya, kritik-kritik yang

disampaikan dalam roman ini memberikan napas bagi pencapaian tema Indonesia sebagai

gagasan, sekaligus cita-cita yang harus direalisasikan.

Jika Pramoedya Ananta Toer menyebutnya kisah yang membunuh kolonialisme, sejatinya

kalimat tersebut tak berlebihan. Bagi Hilmar, novel Max Havelaar  berperan penting terhadap

Page 36: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 36/42

 banyak perubahan yang terjadi. “Karya ini berhasil membongkar skandal yang selama

 berpuluh tahun dilihat tapi tak disadari,“ ungkapnya. 

Hilmar pun berpendapat, energi yang dimiliki oleh novel realisme memiliki kelebihan untuk

menyampaikan kritik. “Kritik dalam bentuk novel bisa mengungkapkan cerita yang lebih

mendalam dan bisa menciptakan perubahan dengan daya yang masif dan global,“ jelasnya. 

Melalui karya ini, pembaca dibuat sadar bahwa kolonialisme akan senantiasa bergantung

 pada feodalisme.“Kolonialisme itu ibaratnya parasit yang menempel pada feodalisme, tanpa

feodalisme kolonialisme sulit untuk tumbuh,“ ungkap Hilmar. 

Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam 46 bahasa di dunia. Buku ini pun diyakini sebagai

 penggerak perubahan berakhirnya sistem tanam paksa yang menyengsarakan rakyat pribumi

di Hindia Belanda. Diawali dengan diberlakukannya Agrarische Wet atau Undang-Undang

Agraria.

Kisah tentang kolonialisme dan feodalisme senantiasa relevan, dan keniscayaannya terbukti

kini. Setelah 154 tahun sejak kelahiran buku ini, kisah antara rakyat dan penguasa Banten tak

 jauh berubah. Kisahnya tetap terwakili oleh dinasti era kini. “Mungkin seharusnya anggota

DPR dan pemimpin di negeri ini harus baca Max Havelaar ,“ singgung Ubai. 

Hingga kini, keadaan masyarakat Banten khususnya Lebak tak bisa dibilang jauh berbeda.

“Di Lebak, tempat anak -anak Taman Bacaan Multatuli, listrik itu baru masuk 2 tahun

terakhir,“ ungkap Ubai. 

Kondisi itu seharusnya tak terjadi mengingat Banten terletak di Pulau Jawa. Hal ini menjadi

kontras jika dibandingkan dengan dinasti keluarga gubernur Banten yang seakan raja.(M-2)

[email protected]

Page 37: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 37/42

Monita Tahalea

Bukan Mengejar Banyaknya Album

DZULFIKRI PUTRA MALAWI

Berbeda dari beberapa jebolan I ndonesian Idol  yang sukses di dapur rekaman, Monita

Tahalea tampak lebih eksis di festival. Kenikmatan bertemu musikus lain ternyata

sangat penting baginya. 

DARI festival jazz paling populer di Tanah Air--Java Jazz Festival, hingga di panggung yang

 jauh dari Ibu Kota seperti Jazz Gunung di Bromo dan Banyuwangi Jazz Festival atau bahkan

di acara jazz kampus, nama Monita Tahalea rajin muncul. Sejak meraih posisi keempat

 Indonesian Idol 2005, Monita tampak lebih menikmati panggung festival musik.

Perempuan berusia 27 tahun itu juga telah merilis album solo pada 2010 dan album solo

rohani pada 2013. Meski begitu, pencapaiannya dari sisi dapur rekaman tampak tetap

ketinggalan jika dibandingkan dengan beberapa jebolan Indonesian Idol  lainnya.

Ketika ditemui di Jakarta, Rabu (8/10), sebelum manggung di acara seni “Salam Kreatif ” di

Taman Ismail Marzuki, Monita mengaku ada kenikmatan tersendiri dari sebuah acara musik.

Meski begitu, penyanyi dan penulis lagu yang sejak 2013 selalu tampil bersama band The

 Nightingales ini juga tidak sembarang menerima tawaran off air .

Baginya, kesesuaian karakter lagu dengan tempat dan citra pribadinya ialah hal penting.

 Nilai-nilai itu mungkin sudah semakin jarang di industri musik yang semakin komersial

sekarang ini.

Page 38: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 38/42

Lalu, bagaimana pandangan soal popularitas dan jalan kariernya ke depan? Berikut

 penuturannya kepada Media Indonesia.

Kenapa Anda lebih sering terlihat di ajang festival?

Festival memang sesuatu yang menyenangkan untuk saya, panggungnya banyak dan saya

 bisa bertemu dengan berbagai musikus, melihat mereka tampil sebelum saya manggung. Lalu

saya juga bisa berbagi ilmu. Selain itu, saya coba memperkenalkan musik saya lewat festival.

Belum lama ini saya ikutan Kuala Lumpur Jazz Festival, lalu ASEAN Jazz Festival.

Beberapa bulan lalu saya juga ke Rotterdam (Belanda) acara di Kedutaan Besar RI. Saya

memang ingin berekspansi karya ke luar negeri lewat festival.

Apakah setiap tawaran off air  pasti akan kamu sambut? 

 Event yang datang selalu saya filter berdasarkan tempat. Saat ada tawaran di klub atau bar

 juga tidak saya ambil karena susunan lagu yang saya bawakan tidak sesuai dengan karakter

tempat. Takut terkesan memaksa. Rezeki tidak ke mana, itu berhubungan dengan nama yangdibangun, saya tidak membawa nama pribadi saja tapi nama keluarga juga, ada tanggung

 jawabnya.

Bagaimana kamu melihat makin banyaknya festival musik sekarang ini? 

Sayangnya belakangan ini banyak yang bikin festival karena ikut-ikutan. Bawa nama jazz

tapi tidak bisa dipertanggung jawabkan, tidak mengedukasikan penonton. Lebih enak kalau

dibilang festival musik saja, tidak mengotak-ngotakkan genre karena kepentingan popularitas

sebuah acara. Sebagai musisi yang tampil, kita juga punya tanggung jawab untuk membawa

sesuatu yang mengedukasikan penonton sesuai dengan festival yang diangkat.

Pengalaman menarik saat ikut festival? 

Di Java Jazz yang nonton tidak hanya orang Indonesia saja. Waktu turun panggung banyak

yang mendatangi saya, dari warga negara asing dan bawa CD saya. Mereka tidak peduli

 bahasanya.Mereka mendengar melodi dan nada. Musik mampu menembus bahasa, kalau

orang suka, mereka akan cari tahu, dan bahasa kita jadi dikenal. Jadi menurut saya, kalau

(ekspansi) ke luar negeri harus pakai bahasa Indonesia.

Kenapa tidak memilih untuk lebih rajin berproduksi lewat album?

Untuk memperkenalkan karya, saya rasa tidak hanya dari banyaknya album yang diproduksi.Justru dari perjalanan album tersebut agar dimaksimalkan. Saat ini saya juga sedang

memproduksi album ketiga.

Album perdana kamu kan dikerjakan oleh Indra Lesmana, bagaimana dengan yang

ini, apakah sudah berani menulis lagu sendiri?

Saya sebenarnya sudah mulai menulis lirik lagu sejak album pertama itu tapi mas Indra yang

 banyak bikin musiknya. Di album kedua sudah mulai bikin lagu sendiri bersama gitaris saya

Gerald Situmorang.

Page 39: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 39/42

Lirik lagu seperti apa yang suka kamu tulis? 

Tema liriknya kebanyakan kiasan, tidak pernah kalimat langsung, dan diksi yang umum.

Matahari terbenam dan senja. Banyak makna dari senja, ada banyak cerita yang pernah saya

alami, seperti puisi tapi dijadikan lagu, saya suka itu. Biarlah orang yang menebak rasa itu

menjadi rasa apa. Tidak usah saya jelaskan pesannya, kalau ada beberapa pendengar yangmerasakan hal sama dengan saya itu bagus tapi kalau ada yang tidak sama, mereka suka

menyampaikan dari Twitter, justru itu banyak menjadi inspirasi baru bagi saya.

Seberapa penting lagu kamu disukai orang? 

Bagi saya, kita tidak pernah tahu kalau lagu kita bisa memberkati orang dan nyanyian kita

 bisa menyentuh hati. Kalau kita bisa berbagi perasaan yang sama kepada orang yang tidak

dikenal itu ialah anugerah di musik yang paling besar. Ketika dengarkan Norah Jones nyanyi,

aku bisa merasakan melodinya hidup tidak hanya sampai telinga tapi masuk ke dalam hati.

Selepas I ndonesian Idol  hingga kini sepertinya karakter jazz kamu semakin kuat,bagaimana mengasahnya?

Saat produksi album perdana banyak diarahkan oleh mas Indra (Lesmana) dari segi vokal dan

semakin tajam soal karakter, akhirnya saya melekat pada jazz. Saya pelajari musik jazz.

Sebelumnya saya mendengarkan musik jazz tapi tidak tahu kalau itu musik jazz karena

didengarkan hanya saat backsound  film yang banyak menggunakan lagu-lagu jazz klasik.

Tahun 2008 mulai mencari tahu dan mas Indra yang membukakan soal itu. Saya mencari tahu

 penyanyi soal musik dari penyanyi yang dikagumi seperti Billie Holiday dan Norah Jones.

Apa mimpi besar kamu? 

Ingin sekolah lagi, ingin berkarya dalam hal apa pun tidak hanya di musik saja. (M-4)

[email protected] 

Page 40: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 40/42

Rindu Nilai Pancasila

ANAK-ANAK usia sekolah dasar yang mahir menggunakan gadget  bukan pemandanganasing. Namun, bagi Monita Tahalea, ada sebersit rasa miris dan kekhawatiran saat melihat

itu.

Arus informasi yang serbamudah dan cepat ia lihat juga memberi pengaruh buruk pada

generasi sangat belia itu. Pasalnya, kebanyakan informasi yang mereka akses bukanlah

 budaya-budaya dari dalam negeri.

Lagu-lagu yang akrab di telinga anak, contoh Monita, justru lagu-lagu Barat atau paling tidak

lagu Korea Selatan. Sementara lagu-lagu dalam negeri, apalagi lagu nasional justru

tenggelam.

Perempuan kelahiran Jakarta ini menilai fenomena tersebut sangat mengkhawatirkan. Sebab,

secara tidak langsung anak-anak jadi tidak mengenal banyak nilai-nilai yang bagus yang

terdapat dalam lagu dan budaya tanah air. Bukan saja rasa nasionalisme yang luntur, generasi

muda zaman sekarang bahkan tidak mengerti norma-norma yang dulu sangat umum.

“Saya melihat, anak -anak di bawah saya sudah tidak ada budaya seperti permisi dan terima

kasih, mereka sudah cuek main gadget,“ keluhnya. 

Menurut Monita, tidak bisa dipungkiri dasar-dasar mental para anak muda saat ini juga

 berawal dari rumah dan sekolah. Ia beranggapan, jika di sekolah sudah tidak ada pelajaran

moral, yang terlihat akan seperti saat ini.

“Sekarang banyak sekolah internasional, tidak ada lagi pendidikan Pancasila. Akhirnya, rasa

sayang dan peduli sama negara kita tidak ada. Aku bersyukur dahulu pernah dapat pelajaran

itu, jadi peduli sama keadaan kita saat ini,“ kenangnya. 

Wanita yang hobi berenang sejak sekolah dasar ini mengungkapkan rasa gundahnya tersebut

dengan berbagai aksi. Salah satunya ia ingin setiap karyanya berbahasa Indonesia. “Sayaingin bahasa Indonesia bisa tetap menjadi akar. Kalau bukan kita siapa lagi, kita mau kabur

ke mana pun tidak bisa bohong kalau darah kita Indonesia,“ ungkap penyanyi yang kerap

tampil dengan gaya sentuhan etnik ini.

Monita yang telah menyelesaikan kuliah Desain Komunikasi Visualnya di Universitas

Trisakti tahun 2010 ini juga ingin melanjutkan studi. “Tidak tahu apakah S-2 atau ambil S-1

 psikologi yang sempat tertunda. Sekaligus ingin membuat orang tua senang. Papa saya tipikal

orang akademis, tapi setelah lulus kuliah, ia membebaskan anaknya untuk hidup di dunia

musik,“ pungkasnya. (Fik/M-4)

Page 41: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 41/42

BIDASAN BAHASA

Kultur Bahari

MUHIDIN M DAHLAN Kerani Warungarsip

Kita mengenal satu istilah lagi yang masih memiliki famili dengan dunia laut, bahari.

SEJAK debat capres hingga Joko Widodo menjadi presiden terpilih, wacana kemaritiman

mengalami pasang naik. Apalagi, salah satu titik utama perhatian Jokowi ialah membangun

 poros maritim sebagai kekuatan ekonomi baru Indonesia.

Yang terjadi kemudian nyaris „maritim‟ menjadi kata tunggal untuk membahas apa pun soal

laut. Padahal, istilah „maritim‟ hanya berkait dengan jalur perniagaan dengan menggunakan

lintasan/ pelayaran laut. Karena itu, titik berat maritim ialah segala sesuatu yang terkait

dengan tata kelola niaga laut seperti ketersediaan dermaga representatif dan penambahan

kapal.

 Namun, laut bukan hanya semata soal dermaga, kapal peti kemas, dan pelayaran, melainkan

 juga puisi, musik, ritus karnaval, dan adat. Maritim tak mengakrabi bidang itu. Karena itu,

kita mengenal satu istilah itu, kita mengenal satu istilah lagi yang masih memiliki famili

dengan dunia laut, yakni „ bahari‟.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, „ bahari‟ adalah (1) laut, (2) masa silam, (3) dan

sekaligus keindahan. Dalam bahari, laut adalah ekosistem tempat sistem kehidupan tepi-laut

terbangun secara ekstensif dan terus-menerus.

Karena itu, laut juga ialah sebuah tapak dalam babakan sejarah. Bahari memungkinkan

memori kita berenang hingga ke abad XV, misalnya, untuk menyaksikan pulau-pulau rempah

di Maluku dan Malaka menyebarkan bau wangi dan memancing semut rangrang kolonialisme

Eropa masuk dan mengisapnya hingga telangas.

Dari masa silam dalam bahari itulah kita mengenal sumpah Sultan Nuku, Kaicil Paparangan,

sebagaimana diekspresikan dalam sebait puisi Dino Umahuk dalam Panggilan Laut

 Halmahera (2011): `mengangkat parang, membangun armada, tapi sekarang binasa'.

 Namun, tepian laut tidak sekadar ingatan tentang medan perang yang di sana kita melulu

kalah. Laut juga perairan inspirasi bagi seni dan keindahan yang tiada habisnya. Puluhan

festival yang berkenaan dengan laut (atas dan bawah) digelar tiap tahun secara regular dari

Sabang, Tasikmalaya, Bantul, Probolinggo, Kutai, Mamuju, Manado, Lamalera, Halmahera,

hingga Raja Ampat menunjukkan ritus kebudayaan tepian laut itu mengalami perkembangan

signifikan.

Page 42: Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

8/10/2019 Artikel Pilihan Media Indonesia Minggu 26 Oktober 2014

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pilihan-media-indonesia-minggu-26-oktober-2014 42/42

Hanya dalam bahari kita bisa berbicara puisi dari penyair-penyair yang hidupnya dibuai

desau angin buritan. Dalam kultur bahari, penyair adalah keluarga batih bagi laut. Bahasa

mereka ialah, pinjam istilah Gerson Poyk, narasi yang menari di atas buih ombak. Sejak

Sanusi Pane, Subagio Sastrowardojo, Umbu Landu, Zawawi Imron, Mardi Luhung, hingga

Dino Umahuk dan Bara Pattyradja, laut menjadi sahabat dan sekaligus rumah. Karena itu, jika puisi lahir dari gunung, mestinya puisi berakhir di lautan, tulis Sanusi Pane dalam sebuah

sajaknya.

Bahari sebagai seni dan keindahan pula yang menuntun petikan gitar Leo Kristi yang

merintihkan nasib manusia-manusia tepian laut agar intimasi manusia negeri kepulauan

dengan lautnya ini tidak hanya melulu statistik, harta karun kapal karam, bom ikan, dan

hitungan ekonomi.

Maritim tanpa bahari seperti pedagang yang isi tasnya melulu kalkulator tanpa tasbih kerang,

sirih, bibit bakau, dan gitar. Maritim tanpa kultur bahari seperti bajak laut Eropa abad ke-15yang datang ke negeri bawah angin untuk mengeksploitasi apa saja yang memiliki

keuntungan besar bagi dunia niaga benua mereka.* 

Media Indonesia menerima kiriman artikel yang terkait dengan bahasa, dengan panjang

naskah 440 kata dan berformat .doc (word document). Naskah dikirim ke alamat surat

elektronik [email protected].