artikel memperingati hari bumi

5
Selamatkan Hutan Kita “Mother earth is like my mother, your mother.” Kalimat tersebut terlontar dari seorang anak kelas 5 SD dalam acara yang beberapa hari yang lalu disiarkan di salah satu stasiun televisi swasta. Kalimat tersebut menarik menurut saya. Ibu pertiwi seperti ibu saya, ibu Anda. Tanpanya kita tak ada di sini. Menyakitinya sama dengan menyakiti ibu kita sendiri. Tegakah Anda menyakiti ibu Anda sendiri? Disengaja maupun tidak disengaja, disadari maupun tidak disadari, kita telah menyakitinya. Menyakiti ibu kita. Kerusakan alam sekarang ini telah terjadi dimana-mana. Di kota besar, di kota kecil. Di negara maju, di negara berkembang. Di daratan, di lautan. Dimana-mana. Pelakunya pun tak pandang bulu. Perusahaan besar, perusahaan kecil. Tua, muda. Muda, mudi. Siapa saja. Lalu, siapa yang terkena dampaknya? Tentu saja kita semua, penghuni bumi ini. Untuk memperkaya diri, untuk menyejahterakan rakyat, bahkan untuk kepentingan pribadi adalah beberapa alasan para pelaku pengrusakan lingkungan melakukan hal yang sangat merugikan orang banyak itu. Intinya, faktor ekonomi yang memaksa mereka melakukan itu semua. Faktor ekonomi telah mengalahkan keinginan menusia untuk melestarikan lingkungan. Inilah yang terjadi sekarang di bumi kita tercinta. Hutan Setidaknya ada tiga fungsi hutan yang berpengaruh global terhadap bumi sebagai habitat yang lebih luas: hutan sebagai daerah resapan air; hutan sebagai payung raksasa; dan hutan sebagai paru-paru dunia.

description

iseng2 doang bikin artikel

Transcript of artikel memperingati hari bumi

Page 1: artikel memperingati hari bumi

Selamatkan Hutan Kita

“Mother earth is like my mother, your mother.”

Kalimat tersebut terlontar dari seorang anak kelas 5 SD dalam acara yang beberapa hari yang lalu

disiarkan di salah satu stasiun televisi swasta. Kalimat tersebut menarik menurut saya. Ibu pertiwi

seperti ibu saya, ibu Anda. Tanpanya kita tak ada di sini. Menyakitinya sama dengan menyakiti ibu kita

sendiri. Tegakah Anda menyakiti ibu Anda sendiri? Disengaja maupun tidak disengaja, disadari maupun

tidak disadari, kita telah menyakitinya. Menyakiti ibu kita.

Kerusakan alam sekarang ini telah terjadi dimana-mana. Di kota besar, di kota kecil. Di negara maju, di

negara berkembang. Di daratan, di lautan. Dimana-mana. Pelakunya pun tak pandang bulu. Perusahaan

besar, perusahaan kecil. Tua, muda. Muda, mudi. Siapa saja. Lalu, siapa yang terkena dampaknya? Tentu

saja kita semua, penghuni bumi ini. Untuk memperkaya diri, untuk menyejahterakan rakyat, bahkan

untuk kepentingan pribadi adalah beberapa alasan para pelaku pengrusakan lingkungan melakukan hal

yang sangat merugikan orang banyak itu. Intinya, faktor ekonomi yang memaksa mereka melakukan itu

semua. Faktor ekonomi telah mengalahkan keinginan menusia untuk melestarikan lingkungan. Inilah

yang terjadi sekarang di bumi kita tercinta.

Hutan

Setidaknya ada tiga fungsi hutan yang berpengaruh global terhadap bumi sebagai habitat yang

lebih luas: hutan sebagai daerah resapan air; hutan sebagai payung raksasa; dan hutan sebagai paru-

paru dunia. Hutan di dunia sudah berkurang jumlahnya. Berkurang drastis. Di Indonesia, menurut data

yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, kerusakan hutan (deforestasi) periode 2003-2006

mencapai 1,17 juta hektar pertahun. Bahkan jika menilik data yang dikeluarkan oleh State of The

World’s Forest 2007 yang dikeluarkan The UN Food and Agriculture Organization (FAO), angka

deforestasi di Indonesia pada periode 2000-2005 adalah 1,8 juta hektar pertahun. Tak heran jika negara

kita tercinta ini mendapatkan gelar kehormatan dari Guiness Book of Record sebagai negara dengan

daya rusak hutan tercepat di dunia. Hebat, bukan? 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah. 48

juta hektar mengalami deforestasi, dan hanya sekitar 43 juta hektar yang masih selamat. Penyebabnya

sudah dapat ditebak. Berkisar antara kegiatan industri, terutama industri kayu, penebangan liar, dan

Page 2: artikel memperingati hari bumi

pengalihan fungsi hutan dari konversi hutan menjadi perkebunan. Padahal tindakan-tindakan tersebut

hanya akan mempercepat kepunahan manusia. Mengapa?

Tentu saja hal ini dikarenakan fungsi hutan yang sudah tidak berjalan seperti semestinya.

Pertama, fungsi hutan sebagai daerah resapan air. Hutan merupakan penahan dan area resapan air yang

efektif. Banyaknya lapisan humus yang berpori-pori dan banyaknya akar yang menahan tanah

mengoptimalkan fungsi hutan sebagai daerah penahan dan resapan air. Rusaknya hutan menyebabkan

terganggunya fungsi hutan sebagai daerah penahan dan resapan air. Terjadi banjir dimana-mana. Dan

yang lebih parah, ketidakadaan hutan sebagai dearah resapan air ini menimbulkan kelangkaan air

higienis dan air bersih untuk manusia. Sementara air dibutuhkan untuk semua makhlukk hidup,

terutama manusia.

Kedua, fungsi hutan sebagai ‘payung raksasa’. Maksud dari ‘payung raksasa’ disini dikarenakan

rapatnya jarak antara tetumbuhan satu dengan tetumbuhan lainnya, juga rata-rata pohon di segenap

lokasinya, berguna untuk melindungi permukaan tanah dari derasnya hujan. Tanpa ‘payung raksasa’ ini,

lahan gembur yang menerima curah hujan tinggi lambat laun akan mengalami erosi. Maka, daerah

sekitarnya rentan terhadap bahaya longsor. Kita telah lihat sendiri, banyaknya laporan dalam acara

berita yang memberitakan tentang peristiwa tanah longsor di berbagai daerah. Pada setiap bencana

tanah longsor yang terjadi, tak sedikit yang menelan korban jiwa. Jika masyarakat tidak menyadari fungsi

hutan sebagai ‘payung raksasa’ ini, sudah dapat dipastikan bencana tanah longsor akan terus terjadi.

Dan yang terakhir, fungsi hutan sebagai paru-paru dunia. Hutan berperan dalam menjaga

keseimbangan suhu dan iklim. Seperti yang diajarkan guru biologi kita dari SD, tumbuhan melakukan

fotosintesis. Fotosintesis memerlukan karbondioksida dan menghasilkan oksigen. Kita tentu tahu,

karbondioksida merupakan zat yang dibuang manusia pada saat bernafas. Jadi disini peran tumbuhan

yang pertama adalah mengurangi zat karbondioksida. Peran tumbuhan yang kedua, tentu saja, sebagai

penyedia oksigen untuk manusia. Ingat, tanpa oksigen kita tidak bisa hidup. Menghilangkan hutan

berarti menghilangkan sumber untuk manusia dapat bertahan hidup. Memusnahkan manusia

singkatnya.

Kemampuan hutan dalam menyerap karbondioksida ini membuat suhu dan iklim di bumi selalu

seimbang. Jika fungsi hutan sebagai paru-paru dunia ini tergangggu, maka suhu dan iklim di bumi akan

bergerak ke titik ekstrem: kadang temperaturnya terlalu rendah, kadang temperaturnya terlalu tinggi.

Selain itu, zat karbon menjadi tidak ternetralisir, bahkan bisa memicu badai global di seluruh dunia. Hal

Page 3: artikel memperingati hari bumi

ini dapat terjadi karena sifat gas karbon yang mengurung panas, maka suhu akan bergerak naik sampai

ke titik yang ekstrem. Terjadilah pergeseran arus gelombang panas di laut yang kemudian memicu

terjadinya perubahan tekanan, yang akhirnya akan menimbulkan angin besar (badai). Selain itu kenaikan

suhu juga dapat mencairkan salju-salju abadi di puncak-puncak gunung ataupun di kutub sehingga

terjadi banjir besar di beberapa tempat.

Dan yang tak kalah penting, rusaknya hutan dapat memusnahkan satwa-satwa yang ada di

dalam hutan itu sendiri. Mereka kehilangan tempat hidupnya. Satwa-satwa yang terancam punah antara

lain lutung jawa, merak, owa jawa, macan tutul, elang jawa, dan gajah Sumatra. Jika deforestasi ini terus

berlanjut, maka nasib manusia pun akan sama seperti mereka, terancam punah.

Siapa yang harus disalahkan? Saya yakin, tidak ada yang mau disalahkan atas apa yang terjadi

sekarang. Sayangnya, kitalah yang telah membuat bumi menjadi seperti sekarang ini jadi kita jugalah

yang harus bertanggungjawab. KITA SEMUA, tanpa kecuali. Kita semua harus menyadari betapa

pentingnya hutan untuk kelangsungan hidup kita. Setelah kesadaran itu timbul, kita dapat mulai

merawat ibu pertiwi kita dengan mulai melakukan hal-hal kecil seperti menanam pohon. Tanami lahan

kosong yang ada di sekitar kita dengan pohon atau tumbuhan lainnya. Ingatlah bahwa baik tumbuhan

besar maupun tumbuhan kecil semua dapat menyerap karbondioksida. Sekecil apapun usaha yang kita

lakukan dapat membantu penyerapan karbondoksida di sekitar kita. Setelah itu, untuk langkah lebih

lanjut kita tidak perlu memperbaiki hutan yang telah rusak, tetapi cobalah untuk membuat hutan tropis

mini di lingkungan sekitar kita. Dan ingat, kita semua yang harus melakukannya. Hal ini agar kagiatan

yang kecil ini menjadi kegiatan yang berpengaruh besar dalam kehidupan anak cucu kita selanjutnya.

Tak perlu menanyakan sudah berapa miliar tahunkah bumi ini ada, tetapi tanyakanlah berapa

miliar tahun lagikah bumi ini akan tetap ada? Jika kita juga tidak menyadarinya, jangankan beberapa

miliar tahun lagi, beberapa tahun lagi pun mungkin bumi ini sudah tak ada lagi. Sadarkah kita saat kita

menebang pohon, pohon itu menjerit, berteriak namun kita tak mendengarnya? Cobalah dengar suara

mereka, pahami gerak mereka. Ciptakan keselarasan antara manusia dan alam. Selamat hari bumi.

Selamatkan hutan kita.

Cindy Aprialita