Artikel Kegiatan Mengaktifkan Siswa Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

download Artikel Kegiatan Mengaktifkan Siswa Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

of 2

Transcript of Artikel Kegiatan Mengaktifkan Siswa Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

PEMBELAJARAN AKTIF SEBAGAI BAGIAN PARADIGMA BARU PENDIDIKAN PENDAHULUAN Paradigma pembelajaran yang intinya hanya mentranfer ilmu pengetahuan kepada siswa telah terjadi dan berlangsung cukup lama, dan mungkin masih berlangsung hingga saat ini. Hal ini oleh para ahli disebut sebagai paradigma lama. Menurut Park ( dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, 2007 : 81) menyatakan bahwa pendidikan yang menggunakan paradigma lama dilaksanakan berdasarkan asumsiasumsi berikut ini : a) orang mentransfer pembelajaran secara mudah dengan mempelajari konsep abstrak dan konsep yang tidak berhubungan dengan konteksnya, b) pembelajar merupakan penerima pengetahuan, c) pembelajaran bersifat behavioristik dan melibatkan penguatan stimulus dan respon, d) pembelajar dalam keadaan kosong yang siap diisi dengan pengetahuan, e) keterampilan dan pengetahuan sangat baik diperoleh dengan terlepas dari konteksnya. Adanya paradigma lama memunculkan adanya paradigma baru yang intinya aktivitas pembelajaran itu harus membantu siswa untuk berfikir secara mendalam mengenai muatan dalam konteks yang relevan dan realistik. Oleh karena itu proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas harus merupakan aktivitas menstranformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengajar diharapkan mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran itu sendiri, maka pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu pengajar dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dave Meier ( dalam Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, 2007 : 74 ) menyatakan : Belajar itu harus dilakukan dengan aktivitas, yaitu menggerakkan fisik ketika belajar, dan memanfaatkan indera sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/fikiran terlibat dalam proses belajar. Kemudian PP. No 19 Tahun 2005, pasal 19 ( ayat 1 ) menyatakan : Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik ( Martinis Yamin : 2007 : 75 ) Dalam Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I Ketentuan Umum, pasal 1 ( ayat 1 ) dinyatakan : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara ( Nazirun dkk, 2011 : 116 ). Berdasarkan uraian diatas diketahui partisipasi aktif siswa dalam belajar adalah hal yang sangat urgen untuk membuat siswa lebih termotivasi dalam meningkatkan hasil belajarnya.

DISKUSI Pendidikan dengan paradigma lama yang mengasumsikan bahwa pembelajar itu merupakan penerima pengetahuan, maka guru-guru melaksanakan pembelajaran yang arahannya memberi pengetahuan sebanyak-banyaknya pada siswa. Satu-satunya sumber pengetahuan hanya berasal dari guru dan bahan-bahan ajar pegangannya. Ausubel dan Robinson ( dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, 2007 : 59 ) menyatakan ciri utama dari pendidikan pada pardigma lama adalah : materi yang disampaikan oleh guru merupakan ciri dominan, siswa bersifat receiptive ( menerima ), dengan variasi kegiatan duduk, dengar, dan catat yang merupakan ciri utama kegiatan siswa. Dalam paradigma baru, terjadi pergeseran yang mana siswa dituntut harus aktif dalam kegiatan pembelajaran. Karena suatu pengajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil secara baik, manakala ia mampu mengubah peserta didik dalam arti luas serta mampu menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pembelajaran itu, dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan peserta didik. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis ( kejiwaan ) adalah, jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau berfungsi dalam pengajaran ( Ahmad Rohani, 2004 : 6 ). Dalam proses pembelajaran, perubahan perilaku terjadi karena adanya latihan atau pengalaman seseorang. Perubahan tersebut biasanya bersifat relatif permanen dan tetap ada dalam waktu yang lama. Belajar aktif merupakan fungsi interaksi antara individu dan situasi disekitarnya yang ditentukan oleh indikator merupakan pengembangan dari kompetensi dasar. Interaksi yang terus-menerus menimbulkan pengalaman-pengalaman dan keinginan untuk memahami sesuatu yang baru, yang belum dipahami, atau yang belum dialami. Belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Dalam proses pembelajaran terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan siswa, baik dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif ( Martinis Yamin, 2007 : 82 ) Gagne dan Briggs ( dalam Kiat Membelajarkan Siswa, 2007 : 83 ) menjelaskan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas meliputi 9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa. Masing-masing diantaranya : 1). Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, 2). Menjelaskan tujuan instrusional ( kemampuan dasar ) kepada siswa, 3). Mengingatkan kompetensi pra syarat, 4). Memberikan stimulus ( masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari, 5). Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya, 6). Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, 7). Memberikan umpan balik ( feed back ), 8). Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur, 9). Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pelajaran. Sebagai seorang guru tentunya kita harus bisa melaksanakan pembelajaran yang dapat memacu aktivitas siswa secara penuh. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain untuk mengkontrusikan pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi, bisa dikatakan bahwa siswa bukanlah sebatas penerima pengetahuan pasif dari gurunya melainkan sebagai individu yang aktif memproses segala informasi yang ia temukan dari lingkungannya ( tidak hanya guru ) untuk memperoleh pemahamannya sendiri. Agar siswa mau berfikir dan memproses segala informasi yang diperoleh dari lingkungannya maka para siswa/pembelajar itu harus membawa kebutuhan dan pengalaman mereka ke dalam situasisituasi belajar. Jika mereka merasa butuh dan familier dengan apa yang sudah mereka alami maka situasi pembelajaran yang tercipta tersebut akan mendorong siswa secara aktif menggali dan memproses informasi yang mereka temukan untuk mencapai suatu pemahaman. Para siswa tersebut aktif karena mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.