Artikel Impact Lagi
Transcript of Artikel Impact Lagi
5/16/2018 Artikel Impact Lagi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-impact-lagi 1/8
ANALISA SIFAT MEKANIK POLIESTER/ BENTONIT
NANOKOMPOSIT
Teuku Rihayat
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Jl. B.Aceh – Medan, km. 280 Buketrata – Lhokseumawe 24301
Email : [email protected]
Abstrak
Nanokomposit adalah campuran dua bahan yang berbeda atau lebih untuk menghasilkan sifat-sifat danciri-ciri spesifik yang tidak dapat dicapai oleh bahan utama. Resin poliester merupakan bagian
dominan (mayor) dalam komposit yang berfungsi sebagai matrik dan bentonit merupakan bagian tidak
dominan (minor) dalam komposit yang berfungsi sebagai pengisi. Penelitian pendahuluan untuk
mengolah bentonit yang bersifat hidrofilik menjadi sifat hidrofobik seperti yang dimiliki oleh Resin
poliester telah berhasil dilakukan, dengan penambahan surfaktan Cetil Trimetil Ammonium Bromida(CTAB) 0,05 mol. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan X-Ray Difraction (X-RD) yang
menghasilkan d-spasing bentonit sebelum diolah 1,142 nm dan setelah diolah dengan CTAB d-spasing
menjadi 1,571 nm, yang berarti sejumlah alkil ammonium sudah terinterkalasi dalam lapisan bentonit.
Khususnya pada komposit 1,5%-3,5% berat bentonit dan ukuran partikel bentonit 200-300 Mesh,
menunjukkan sifat-sifat jauh lebih besar daripada resin poliester. Pada komposit 3,5% berat bentonit
dan ukuran partikel 300 Mesh menghasilkan kekuatan tarik sebesar 196,58 MPa, regangan pada saatputus sebesar 24% dan impak 0,80 Joule. Hal ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan hasil yang
didapat oleh resin murni, yaitu kekuatan tarik sebesar 104,92 MPa, regangan pada saat putus sebesar13,32% dan impak 0,21 Joule. SEM digunakan untuk mengkaji morfologi komposit yang terdiri dari
dispersi acak agregat hasil interkalasi diseluruh matrik
Kata Kunci : Komposit, Hidrofilik, interkalasi
Abstract
Composite are mixture difference materials or has more produces characterize and characterization it
doesn’t produces main material. Resin polyester BQTN 157-EX are part of dominant (major) into
composite the function as matrix and bentonite are part of not dominant (minor) into composite the
function as filler.The first research for bentonite processed that source from material anorganic and
hydrophilic characteristic was done. These processed was done to produce bentonite that has related withpolymer the material organic and hydrophobic characteristic. This examination was done with using X-
Ray Diffraction (X-RD) that produce d-spacing bentonite before processed 1,142 nm and after processedwith CTAB d-spacing being 1,571 nm, that means a parts of alkyl ammonium had intercalation into
bentonite commercial layer. Especially nanocomposite upon 2,5% the mass of bentonite showing biggest
characteristic than resin polyester. In 3,5 % nanocomposite, mass of bentonite and 300 mesh of particle
sizes produced a tensile strength of 196,57 MPa, elongation of 24 % and 0,80 joule of impact.. This case
more better if we compare with result that we have from resin polyester, that produce 104,92 MPa of
tensile strength, 13,32% of elongation and 0,21 Joule of impact. SEM used for morphology composite testthat composite from random agregat dispersion as a result of intercalation from the whole matrics. Heat
degradation a part of composite found a little bit fast compare with pure polymer
Key words : Composite , hidrofilic, intercalasi
5/16/2018 Artikel Impact Lagi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-impact-lagi 2/8
1. Pendahuluan
Poliester merupakan polimer sintetis
yang serba guna karena mendapatkan aplikasi
komersial yang luas sebagai serat, plastik danbahan pelapis. Poliester-poliester tak jenuh
termasuk diantara polimer paling umum yangdipakai bersama dengan penguat serat kaca. Hal
ini terjadi karena poliester memiliki harga yang
relatif murah, warna yang bervariasi, rasio
kekuatan yang tinggi. Poliester mempunyai sifat-
sifat, antara lain : kaku, rapuh serta tembuspandang. Dalam pembuatan komposit, suatu
matriks harus digabungkan dengan bahan
penguat dan penghubung lainnya supaya dapat
memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan
dengan sifat-sifat bahan tunggal. Salah satu
bahan penguat yang paling baik digunakanadalah dalam bentuk serat dapat berupa serat
kaca (fiber glass), serat kayu, serbuk dan lain-
lain (Malcolm, 1989) .
Untuk meningkatkan suatu sifat yang
diinginkan dalam thermosetting polimer, seperti :
kekuatan (strength), kekakuan (stiffness) dan juga ketahanan terhadap api (fire retardant),
polimer sering ditambahkan dengan bahan-bahan
pengisi. Bahan pengisi yang sering ditambahkan
ke dalam polimer adalah bahan yang mampu
menyatu secara homogen ke dalam matriksnya
dan yang paling sering ditambahkan adalah talc,
mika, kapur, bentonit dan lain-lain. Berhubungandengan sifat homogen di atas, sering polimer
yang berasal dari bahan organik dengan
pengisinya ( filler) yang berasal dari bahan
anorganik tidak mampu menjadi homogen,
disebabkan oleh berbedanya energi permukaan
dari kedua bahan tersebut. Untuk menyelesaikan
permasalahan di atas, maka filler dapat
dimodifikasi dengan bahan organik seperti alkyl
ammonium (Jin, 2003).
Permasalahan lain yang kerap dihadapi
adalah rendahnya sifat elastis pada polimer
komposit yang dihasilkan, akibat dari
penambahan filler . Pengaruh ini dapat dicermati
dengan penambahan filler yang seminimal
mungkin, seperti dalam menghasilkan struktur
nanokomposit (Gopakumar, 2002). Dalam
struktur nanokomposit ini, filler yang umumnya
berasal dari mineral tanah liat seperti
monmorillonit (merupakan komponen utama dari
bentonit), dimana jika bentonit tadi ditambahkan
dalam persentasi yang sedikit (1-5 %) akanmenghasilkan peningkatan sifat kekuatan
mekanik (mechanical strength), ketahanan
terhadap panas (thermal stability) dan
permeability sehingga 60% dari sifat asli polimer
tanpa adanya penambahan bentonit (Akane dan
Arimitsu, 1995; Wang dkk, 2002).
Polimer - mineral tanah liat nanokomposit
pertama sekali dilaporkan dalam literatur adalah
pada tahun 1961 oleh Blumstein dengan
mendemonstrasikan pencampuran monomervynil dengan tanah liat (Gilman, 1999). Akan
tetapi hal ini masih akan terus diperdebatkankarena di dalam banyak jurnal disebutkan yang
pertama melakukan sintesa polimer – mineral
tanah liat nanokomposit adalah riset yang
dilakukan oleh group Toyota di Jepang
(Qutubuddin, 2001). Penyelidikan polimer- tanahliat nanokomposit telah menjadi salah satu
bidang yang paling banyak diteliti orang.
Penelitian-penelitian terbaik secara
fundamental yang melibatkan nanokomposit –
tanah liat telah dilakukan oleh beberapa group
penyelidikan. Secara umum merekamenghasilkan suatu metode baru dalam hal
pencampuran polimer dengan material
pengisinya (filler), seperti yang dilakukan oleh
Kojima dkk., (1993); Usuki dkk., (1997); dengan
metode in situ polimerisasi, atau metode
pencampuran dengan menambah pelarut danpelelehan oleh group Giannelis, (1996); Lee dan
Giannelis, (1997) Lee dkk., (1998).
Sejak penelitian yang dilakukan oleh
Usuki dkk pada tahun 1991 dengan penyelidikan
sintesa nilon-6 – nanokomposit – tanah liat,
maka banyak riset polimer dengan filler tanah
liat yang dilakukan seperti poly (ε-caprolactone)(Lepoittevin, dkk., 2002; Gorasi,
dkk., 2003), Polystyrene (Chen, dkk., 2001),
Epoxy (Gu, dkk., 2003), Polyimide (Agag, dkk.,
2001; Hu, dkk., 2001), Polyurethane (Yao, dkk.,
2002; Chen, dkk., 2004; Tien, dkk., 2001; Song,
dkk., 2005; Xiong, dkk., 2004). Akan tetapi
semua penyelidikan ini hanya melibatkan tanah
liat, sedangkan yang berjenis bentonit sangat
sedikit. Padahal Indonesia sangat berpotensi
besar dengan bahan berjenis bentonit karena
banyaknya tersedia sumber bahan baku tersebut
dan sangat mudah didapat.
Secara umum penambahan bentonit ke
dalam polimer sangat tergantung dari kekuatan
interaksi antara filler dengan polimer dan akan
menghasilkan salah satu dari tiga sifat
nanokomposit, seperti : intercalated
nanocomposite, flokulated nanocomposite dan
exfoliated nanocomposite. Sifat fisik paling
utama dari bentonit adalah daya serap, derajat
plastisitas, daya pembersih, daya mengembang,derajat pergantian ion, warna, derajat kecerahan
dan ukuran butiran dari bentonit tersebut
(Harjanto, 2000).
Kekuatan pada resin poliester tak jenuh
BQTN 157-EX mengacu kepada
kemajuaan/perbaikan yang dicapai pada
5/16/2018 Artikel Impact Lagi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-impact-lagi 3/8
pemakaian campuran poliester dan bentonit
sehubungan dengan peningkatan kekutan tarik,regangan, ketahanan terhadap sobekan dan
ketahanan terhadap abrasi. Ada 3 (tiga) faktor
yang mempengaruhi dan membantu menetapkan
tingkat kemampuan kekuatan pada suatumaterial, antara lain : ukuran partikel, struktur
dan karakteristik permukaan suatu material. Darike tiga faktor ini ukuran partikel mempunyai
pengaruh yang paling signifikan (Ratana, 2003).
Sejauh ini bentonit menjadi bahan yang
mendapat perhatian besar berdasarkan
kemampuannya menyebar antar lapisan secaraluas dan kemampuannya untuk mengembang.
Oleh karena sifatnya maka bentonit dapat diolah
menjadi suatu komposit resin poliester sehingga
mempunyai arti yang sangat penting dalam suatu
produk.
Ditinjau dari segi ekonomis danaplikasinya plastik terbagi dua golongan utama
yaitu plastik komoditi dan plastik teknik.
Poliester merupakan plastik teknik yang utama
yang mencapai 99% dari plastik teknik lainnya
yang beredar dipasaran yang dipakai dalam
bidang transportasi (mobil, truk, pesawat udara),konstruksi (perumahan, instalasi pipa, perangkat
lunak dan perangkat keras), bahan listrik dan
elektronik, mesin-mesin industri dan barang-
barang konsumsi rumah tangga (Steven, 2001).
Banyak jenis polimer yang diproduksikan
oleh industri, yang berbeda sifat fisik, kimia serta
mekanis. Berdasarkan struktur rantai dan sifatmekanis, polimer dapat digolongkan dalam lima
golongan besar, antara lain : thermoset,
thermoplastik, elastomer, polimer serat dan
polimer larut air (Basuki, 2005).
Chen, dkk (2001), melaporkan dispersi
tanah liat monmorillonit pada poliester tak jenuh
menghasilkan komposit keras karena adanya
penurunan aluminosilikat. Mereka menemukan
bahwa faktor kekenyalan meningkat dua kali
lipat dengan hanya mendispersikan 1,5%
aluminosilikat dan adanya peningkatan
bersamaan pada sifat-sifat mekanis lainnya.
Such, dkk (2000), menunjukkan bahwa
sifat-sifat komposit poliester – tanah liat yang
dihasilkan sangat tergantung pada prosedur
perlakuan awal berkenaan dengan pencampuran
resin poliester tak jenuh dan tanah liat serta
kondisi pengeringannya.
Penelitian sebelumnya Bhradwaj, dkk
(2002), melaporkan walaupun ada bukti kuat
yang menunjukkan pembentukan strukturkomposit resin polyester tak jenuh, namun
modulus regangan, modulus kehilangan dan
penyimpangan menunjukkan kecenderungan
menurun secara progresif dengan meningkatnya
konsentrasi tanah liat .
Berdasarkan penelitian-penelitian
terdahulu, maka dalam penelitian ini, bentonitteknis yang ada dipasaran akan diolah menjadi
serbuk penguat komposit resin poliester dengan
pemilihan surfaktan Cetil Trimetil Ammonium
Bromida (CTAB) 0,05 mol, yang berfungsisebagai alkil ammonium yang dapat
mencampurkan secara homogen bahan resinpoliester (bahan organik) dan bentonit
(anorganik).
2. Teori Dasar
Resin poliester termasuk diantarapolimer umum yang dipakai bersama dengan
penguat serat kaca. Poliester ini di preparasi dari
monomer-monomer difungsional, salah satunya
mengandung ikatan rangkap dua yang mampu
menjalani polimerisasi adisi dalam suatu reaksi
ikat silang berantai. Pada poliester tak jenuhdiproses sampai mencapai berat molekul yang
relatif rendah, kemudian dilarutkan dalam suatu
monomer untuk membentuk larutan yang kental.
Sejauh ini stirena merupakan monomer pelarut
yang paling umum dipakai selain vinil metil
metakrilat. Satu-satunya bahan yang mempunyainilai komersial untuk mengintrodusir
pentakjenuhan ke dalam kerangka polimer
adalah anhidrida maleat dan asam fumarat,
teristimewa karena harganya murah. Poliester tak
jenuh biasanya dipreparasi dengan mengandung
asam tak jenuh dan asam yang tidak bisa berikat
silang (noncrosslinkable). Pada polimerisasi, poliester akan
mengalami beberapa fase yang berbeda sebelum
mengalami perubahan menjadi keras, tebal dan
padat. Resin dengan kekentalan cairan yang
rendah atau sedang akan dapat larut dalam
monomer. Untuk mencegah perubahan resin dari
bentuk cair kebentuk agar-agar yang terlalu
cepat, maka perlu dicampurkan suatu inhibitor
yaitu bahan yang digunakan untuk
memperlambat aktivitas kimia serta dapat
memperpanjang waktu penyimpanan resin atau
mengurangi kecepatan pembebasan panas yang
timbul selama polimerisasi. Sedangkan bahan
yang bertindak sebaliknya disebut katalisator
(Cowd, 1991).
Syahrul, (1998) melaporkan beberapa
jenis katalis yang sangat erat kaitannya dengan
jenis bahan yang digunakan, sehingga
pengolahan resin dapat dilakukan dengan metode
yang tepat, antara lain :
1. Katalis pada temperatur kamar,diantaranya : Metil Etil Keton Peroksida
(MEKP), Benzoil Peroksida dan
siklohexa (1) Peroksida
2. Katalis temperatur menengah,
diantaranya : Metil Etil Keton Peroksida
(MEKP) dan Lauroyl Peroksida
5/16/2018 Artikel Impact Lagi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-impact-lagi 4/8
3. Katalis temperatur tinggi, diantaranya :
Tertiari butil perbenzoat (TBP), 2,5dimetil heksane dan dikumil peroksida.
Nama bentonit sebenarnya merupakan
nama suatu jenis lempung yang terdiri dari
monmorillonit. Di Inggris nama bentonit hanyadipakai pada jenis lempung yang terdiri dari
mineral monmorillonit-Natrium dan disebutdengan lempung pembersih/ filler’s earth,
(Departemen Pertambangan Direktorat Jendral
Pertambangan Umum, ITB.,1978).
Istilah bentonit pertama sekali
digunakan oleh Knight yaitu suatu jenis lempungyang sangat plastis (koloid) yang terdapat pada
formasi “Benton”, rock creek, Wyoming
Amerika Serikat. Istilah tersebut digunakan
untuk menggantikan istilah-istilah sebelumnya
seperti ,” china clay”, soapy clay”, taylorite”,
bleacing clay”, dan fuller’s earth”, (Riyanto,1994).
Secara mineralogi bentonit oleh Gilson
pada tahun 1960 didefinisikan sebagai lempung
yang terdiri dari 85% monmorilonit yang
mempunyai rumus kimia (Al2O3 .4SiO2 xH2O).
Lempung tersebut sebenarnya lebih tepat disebutlempung monmorilonit, tetapi dunia perdagangan
menyebutnya dengan bentonit (Riyanto, 1994).
Bentonit mempunyai plastisitas tinggi
yang dihasilkan dari dekomposisi abu vulkanis.
Pada umumnya jenis bentonit yang banyak
terdapat di Indonesia adalah jenis Kalsium.
Magnesium-bentonit mempunyai sifat kurangmengembang apabila dicelupkan ke dalam air
sedangkan bentonit jenis Na bila dicelupkan ke
dalam air akan mengembang dan membentuk
larutan koloid seperti susu. Sifat ini terutama
ditentukan oleh jumlah kandungan ion atau
kation yang mudah tertukar misalnya Natrium
(Na+), Kalsium (Ca++), Magnesium(++) dan
Hidrogen (H+). Di antara ion-ion tersebut, maka
ion Natrium yang dapat menyebabkan lempung
tersebut mengembang dan membentuk larutan
koloid yang lebih baik (Riyanto, 1994).
Monmorilonit dapat digunakan untuk
mengontrol viskositas pada polimer cair seperti
poliester tak jenuh, PVC plastisol, polisulfida
dan alkid serta dapat juga digunakan untuk
memperkeras poliamida. Dengan sifat mudah
mengembang, maka bentonit ini memiliki area
permukaan aktif yang cukup luas (800 m2 /g),
sehingga memungkinkan jangkauan yang sangat
besar bagi interkalasi molekul-molekul lainnya
(Ratana, 2003)Secara umum penambahan bentonit ke
dalam polimer sangat tergantung dari kekuatan
interaksi antara filler dengan polimer dan akan
menghasilkan salah satu dari tiga sifat
nanokomposit ditunjukkan pada Gambar 2.1
(a),(b),(c) :
a. Intercalated nanocomposite, yaitu : sifat
yang umum terjadi jika bentonit yangtelah diolah dimasukkan ke dalam
polimer, dimana bentonit akan
berinteraksi dengan matrik polimer
dengan cara melebarkan lapisanbentonit yang bertindak sebagai filler,
susunan bentonit masih dalambentuk/susunan awal.
b. Floculated nanocomposite, yaitu :
Konsepnya sama saja seperti
intercalated nanocomposite, tetapi ada
sebagian lapisan yang menjadi
flocculated.
c. Exfoliated nanocomposite, yaitu : sifat
yang sangat diinginkan dalam
pengolahan clay nanocomposite,
dimana bentonit tidak terlihat lagi
bentuk asalnya. Maknanya adalahterjadi interaksi yang sangat homogen
antara struktur bentonit dengan struktur
polimer
Gambar 2.1 a. Intercalated nanocomposites; b.
Floculated nanocomposites; c. Exfoliated
nanocomposites (Suprakas and Masami, 2003)
Peningkatan pada sifat fisik berhubungan langsung dengan ukuran partikel
bahan pengisi. Peningkatan modulus dan
kekuatan regang sangat bergantung pada
ukuran partikel bahan pengisi yang memiliki
partikel lebih kecil pada pencampuran poliester
tak jenuh dibandingkan dengan bahan pengisi
yang mempunyai ukuran partikel lebih besar,
karena ukuran partikel berbanding terbalik dengan luas permukaan per gram bahan pengisi.
Semakin kecil ukuran partikel akan semakin
besar luas permukaan sehingga terjadi
peningkatan nilai kekuatan. Semakin kecil
ukuran partikel juga semakin mempengaruhi
interaksi polimer dan bahan pengisi (bentonit).
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam kekuatan
adalah keberadaan partikel-partikel besar atau
gumpalan-gumpalan didalam poliester tak jenuh,
karena akan mengurangi kontak antara bahan
pengisi dan matrik serta dapat juga menyebabkan
kerusakan material (Ratana, 2003).
5/16/2018 Artikel Impact Lagi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-impact-lagi 5/8
3. Metodologi
3.1 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain : media cetakan komposit, ayakan,stirrer dan alat uji karakteristik seperti : alat uji
tarik statis, impak, scanning elektron mikroskopi(SEM) dan X-Ray Difraction (X-RD).
Bahan/ alat yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain :
- Resin poliester
- Bentonit (Brataco)- Hardener
- AgNO3 0,1 N
- Cetil metal ammonium bromide
(CTAB) 0,05 mol (Fluka)
- Air suling
- Mortar sieve- Kertas saring
- Beaker gelas 500 ml – 1 liter
- Sieve tray 100 – 300 mesh
- Oven
- Cetakan stainless stell
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Persiapan Resin Poliester
Resin poliester ditimbang sebanyak
85,637 gram dan ditambahkan katalis MEKPO
sebanyak 0,85 ml (Resin poliester : MEKPO =
100 : 1), diaduk hingga homogen, selanjutnyadimasukkan ke dalam cetakan dengan ukuran
tebal 3 mm, diameter 173 mm yang dilapisi
aluminium foil dan ditekan dengan alat tekan,
kemudian dibiarkan selama 24 jam, perhitungan
berat resin polyester terdapat pada lampiran A.
3.2.2 Pengolahan Bentonit dengan
menggunakan Surfaktan Cetil
Trimetil Ammonium Bromida
(CTAB)
Bentonit ditimbang sebanyak 20 gram
dilarutkan dengan 500 ml H2O, dilakukan
pengadukan dan dipanaskan pada suhu 80 oC
selama 1 jam, selanjutnya ditambahkan CTAB
0,05 mol yang telah dilarutkan dengan 200 ml
H2O dengan cara dipanaskan terlebih dahulu.
Campuran ini kemudian disaring, residunya
dicuci dengan air panas secara berulang-ulang
sehingga didapat filtrat yang jernih. Selanjutnya
residu ini dikeringkan dalam oven 60oC selama
dua hari. Bentonit ini diayak denganmenggunakan ayakan ukuran 100, 200 dan 300
mesh.
3.2.3 Pembuatan Komposit Resin Poliester
dengan Bentonit yang telah diolah
dengan Surfaktan Cetil Trimetil
Ammonium Bromida (CTAB)
Bentonit dengan jumlah yang telah
ditetapkan (1,5% - 5,5% berat) dimasukkandalam larutan resin poliester, diaduk hingga
homogen dan ditambahkan katalis MEKPO.Selanjutnya diaduk dan ditekan dengan alat tekan
selama 24 jam. Kemudian cetakan dibuka dan
akan dilakukan uji karakteristiknya, antara lain
uji tarik statis, uji impak, tes X-RD, SEM.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Analisis hasil X-RD
X-Ray Difraction (X-RD) merupakan
alat untuk mengidentifikasi pengisian struktur
terhadap lapisan-lapisan silikat. Hasil yangdidapat berupa grafik dimana posisi, bentuk dan
intensitas menggambarkan pendistribusian
bentonit / filler pada komposit resin poliester.
Pada grafik bentonit murni dan bentonit yang
telah diolah dengan surfaktan CTAB ditunjukkan
pada Gambar 4.1a dan Gambar 4.1b. PadaGambar 4.1a, d-spacing (jarak antar lapisan
bentonit) yang diperoleh adalah 1,142 nm
dengan sudut difraksi (2θ) sebesar 7,76o
dan
setelah diolah dengan CTAB d-spacing melebar
menjadi 1,571 nm dengan sudut difraksi (2θ)
sebesar 5,66o
(gambar 4.1b). Hal ini
menunjukkkan alkil ammoniumCetilTrimetilAmmonium Bromida (CTAB) 0,05
mol sudah terinterkalasi dalam lapisan bentonit
murni, sehingga memudahkan polimer resin
poliester menyisip atau menyebar diantara
lapisan-lapisan bentonit dan membentuk jaringan
ikat silang sehingga menghasilkan komposit
yang lebih kuat.
Hasil ini adalah sama seperti penelitian
yang telah dilakukan oleh Usuki, dkk (1993) dan
Aijun G (2003), yang menggunakan X-Rd untuk
mengkarakterisasi interkalasi antara clay sebelum
dan setelah diolah, dimana d-spacing juga
mengalami peningkatan setelah adanya
pengolahan.
a. b.
Gambar 4.1a. X-RD bentonit belum diolah
dan 4.1b. X-RD bentonit setelah diolah
5/16/2018 Artikel Impact Lagi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-impact-lagi 6/8
Tabel 4.1 menunjukkan d-spacing komposit resin
poliester – bentonit meningkat denganpertambahan jumlah bentonit yang digunakan
(1,5% sampai 5,5%), hal ini disebabkan karena
jumlah surfaktan yang mengalami pertukaran
kation meningkat, sedangkan d-spacing akanterjadi penurunan pada ukuran bentonit terbesar
(100 mesh, 200 mesh dan 300 mesh) hal inidisebabkan masih terdapatnya gumpalan-
gumpalan pada bentonit, sehingga sukarnya resin
poliester melakukan interkalasi atau penyisipan
ke dalam bentonit.
Tabel 4.1 Hasil Analisa data X-RD
Berat
bentonit
d-spasing
100 mesh
d-spasing
200 mesh
d-spasing
300 mesh
1,5 1,609 1,798 1,868
2,5 1,905 1,923 1,9313,5 1,966 2,040 2,056
4,5 3,357 3,386 3,481
5,5 3,525 3,607 3,673
Dengan berhasilnya Cetil Trimetil
Ammonium Bromida (CTAB) 0,05 mol
berinterkalasi ke dalam lapisan bentonit murnimaka bentonit yang sebelumnya bersifat
hidrofilik telah berubah menjadi bersifat
hidrofobik yang menyerupai sifat yang dimiliki
oleh resin poliester BQTN 157-EX. Persamaan
sifat adalah sangat penting untuk menghasilkan
suatu interkalasi yang baik antara bentonitsebagai pengisi (filler) dengan resin poliester
sebagai matriknya, dimana nantinya diharapkan
dapat meningkatkan sifat mekanik dan ketahanan
yang lebih terhadap panas dari komposit
tersebut serta dapat mengurangi biaya produksi
bahan.
4.2 Analisa hasil uji tarik statis
Pada tabel 4.2 menunjukkan kekuatan
tarik, regangan dan impak yang diperoleh pada
resin poliester lebih rendah dibandingkan dengan
komposit, hal ini menunjukkan bahwapengaruh bahan pengisi terhadap komposit
memperlihatkan kekuatannya dan menunjukkan
adanya perubahan sifat-sifat dari komposit
tersebut.
Tabel 4.2 Hasil pengujian resin poliester
terhadap sifat-sifat uji tarik dan uji impak
Sifat uji tarik/impak Resin poliester
kekuatan tarik , σ
(MPa)
104,92
Elongasi/regangan, Σ
(%)
13,32
Impak/pukulan,
(Joule)
0,21
Pada tabel 4.3 Kekuatan tarik dan
regangan pada komposit yang mengandungbentonit 1,5% - 3,5 % berat dengan ukuran
partikel 200 - 300 Mesh semakin meningkat
sehingga menghasilkan kualitas yang baik pada
komposit resin poliester, hal ini menunjukkanadanya interkalasi ataupun penyebaran resin
poliester yang sangat baik ke dalam bentonit,dikarenakan mempunyai permukaan yang luas
dari partikel yang lebih halus. Hal ini sama
seperti yang didapat oleh Suprakas, dkk (2003)
dimana semakin meningkat jumlah bahan pengisi
/Clay maka semakin besar kekuatan tariknya.Komposit dengan filler yang semakin
banyak dan ukuran partikel bentonit yang
terkecil mempunyai kekuatan pukul/impak
yang lebih besar dibandingkan dengan resin
poliester, hal ini membuktikan bahwa adanya
ikatan jaringan hidrogen yang kuat diantaragugus hidroksil pada bentonit dan gugus
karboksil pada resin poliester, sehingga
menghasilkan komposit yang keras, tidak mudah
patah atau rapuh.
Tabel 4.3 pengaruh bentonit terhadap sifat-
sifat uji tarik komposit
Ukuran
Partikel
(mesh)
(%)
uji tarik
Impak
(Joule)σ Σ
100
1,5 149,44 14,80 0,30
2,5 166,56 16,00 0,40
3,5 170,13 20,00 0,35
4,5 137,77 14,80 0,75
5,5 121,48 21,20 0,80
200
1,5 168,87 16,00 0,35
2,5 181,55 18,40 0,40
3,5 195,77 29,20 0,75
4,5 145,21 16,00 0,40
5,5 133,96 12,00 0,25
300
1,5 171,98 14,80 0,44
2,5 172,68 13,20 0,55
3,5 196,57 24,00 0,80
4,5 126,10 24,00 0,45
5,5 110,62 17,20 0,55
4.3 Analisis Hasil SEM
SEM membantu untuk mengetahui bentuk
dan perubahan permukaan dari suatu bahan. Pada
prinsipnya jika terjadi suatu perubahan pada
suatu bahan dari permukaan, maka bahan
tersebut telah mengalami perubahan energi.
Energi tersebut dapat dipancarkan, dipantulkan
dan diserap serta diubah bentuknya menjadi
fungsi gelombang elektromagnetik lainnya yang
dapat dibaca pada foto SEM (Zaimahwati, 2002).
Fraktografi merupakan permukaanperpatahan yang dapt memberikan informasi
5/16/2018 Artikel Impact Lagi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-impact-lagi 7/8
tentang jenis perpatahan. Dari Gambar 4.2
dibawah ini terlihat struktur permukaan danbentuk putus (faset) dari resin poliester akibat
deformasi tarik. Hal ini tergolong dalam bentuk
getas yaitu putus jenis pembelahan yang terjadi
sepanjang bidang kristalogi (Suprakas,2003),sedangkan pada Gambar 4.3 sampai Gambar 4.5
semua komposit menunjukkan penyebaran yangbaik dan struktur sisipan ,di sebabkan karena
komposit merupakan morfologi multi lapis
dengan lapisan-lapisan silikat polimer dan silikat
anorganik secara berselang- seling (Bharadwaj
dkk, 2002).
Gambar 4.2 Permukaan patah pada resin
poliester
Gambar 4.3 Permukaan Patah Spesimen
1,5% Bentonit 100 Mesh
Gambar 4.4 Permukaan Patah Spesimen
2,5% Bentonit 100 Mesh
Gambar 4.5 Permukaan Patah Spesimen3,5 % Bentonit 200 Mesh
5. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasandiatas dapat diambil beberapa kesimpulan, antara
lain :
1. Bentonit yang telah diolah dengan
menggunakan surfaktan CTAB danberfungsi sebagai filler dapat digunakan
dalam pembuatan komposit resinpoliester.
2. Surfaktan CTAB sangat berperan dalam
mengubah sifat bentonit yang hidrofilik
menjadi sifat hidrofobik yang menyerupai
sifat yang dimiliki oleh polimer yangmerupakan syarat penting dalam
pemilihan bahan pengisi (filler) sebagai
penguat komposit.
3. Hasil analisa dari X-RD adalah berupa
grafik dimana posisi, bentuk dan
intensitinya memberikan pendistribusianbentonit komposit yang bersifat
intercalated dan exfoliated. Pada saat
sebelum pengolahan bentonit murni
memiliki d-spacing 1,142 nm dan setelah
mengalami perlakuan dengan penambahan
CTAB sebagai alkyl Ammonium maka d-spacing dari bentonit menjadi 1,571 nm.
4. Hasil analisa dari uji tarik statis, regangan
pada saat putus dan uji impak/pukulan
yang sangat baik terdapat pada jumlah
bentonit 2,5% - 3,5% berat dan ukuran
partikel 200 - 300 mesh.
5. Pada SEM terdapat perubahan strukturbentonit, sehingga dapat dikatakan bahwa
terjadi interaksi resin ke dalam bentonit.
Daftar Simbol
σ = Kekuatan tarik, MPa
Σ = Rengangan saat putus, %
% = Jumlah Bentonit
Daftar Pustaka
Agag, T.; Koga, T; Takeichi, T. ,” Studies on
Thermal and Mechanical Properties of Polyamide Clay Nanocomposites”,
Polymer (2001) 3399-3408
Akane O. and Aritmisu.,” The Chemistry of
Polymer-Clay Hybrids,”Materials Science
and Engeering”, (1995) 109-115
Basuki W,” Struktur dan Sifat Mekanis Polimer”,Medan : Penerbit Intan Dirja lela press,
1996
Basuki W,” Polimer Komersial”, Jurusan Kimia,
FMIPA-USU, Medan , 2005
Bharadwaj, R. K,” Structure-Property
Relationship in Cross-Linked Poliester-
Clay Nanocomposites”, Avery researchCenter, 2900 Bradley Street, Pasadena,
CA 91107, USA, 2002
5/16/2018 Artikel Impact Lagi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/artikel-impact-lagi 8/8
Cowd, M.A,”Kimia Polimer”, Terjemahan olehFirman H., ITB, Bnadung, 1991
Chen, G.; Ma, Y.,; Qi, Z.,” Preparation and
Morphological Study of an Exfoliated
Polystyrene/MonmorillonitNanocomposites”, Scripta Materialia
(2001) 125-128Gilman, J.,” Flammability and Thermal Stability
Studies of Polymer Layered-Silicate
(Clay) Nanocomposites”, Applied Clay
Science (1999) 31-49
Gopakumar, J.A.Lee,” Influence of ClayExfoliation on the Physical Properties of
Monmorilonite/Polyethylene
Composite”,Polymer (2002) 5483-5491
Gorasi, G.; tortora, M.; Vittoria, V.; Pollet, E.;
Lepoittevin, B.; Alexandre, M.; Dubois,
P.,” Vapour barrier Properties of Polycaprolactone Monmorillonite
Nanocomposites; effect of Clay
Dispersion”, Polymer (2003) 2271-2279
Gu, A.; Liang, G.,”Thermal Degradation
Behavior and Kinetic Analysis of
Epoxy/Monmorilonite Nanocomposites”,Polymer Degradation and Stability”,
(2003) 283-391
Harjanto, S.,” Lempung, Dolomit dan Magnesit”,
Publikasi Khusus Direktorat Sumber daya
Mineral, Bandung.
Hu, Y.; Song, L.; Xu, J.; Yang, L.; Chen, Z.;
Fan, W.,”Synthesis of Polyurethane/ClayIntercalated Nanocomposites”, Colloid
and Polymer Science (2001) 819-822
Jin, H.,” Synthesis of Polybutylene Terephatale
Nanocomposite by Insitu Interlayer
Polymerization and Characterization of Its
Fiber,”Polymer Buletin 51 (2003) 69-75
Malcolm P.S,” Kimia Polimer”, University of
Hartford, West Hartford, Conn, 1989
Ratana T.,” Reinforcement of Natural Rubber
Latex by Nanosize Monmorillonite Clay”,
The Pensylvania State University, 2003
Syahrul, H.,” Bahan Komposit Polimer”,
FMIPA USU, Medan, 1998
Schey, J.,” Introduction to Manufacturing
Processes”, Departemen of Mechanical
Engenering, University of Waterloo,
Ontario, (1987)
Such, Dj, Lim YT, Park OO, “Polymer”, 2000
Song, L.; Hu, Y.; Tang, Y.; Zhang, R.; Chen, Z.;
Fan, W.,” Study on the Properties of
Flame Retardant Polyurethane/OrganoclayNanocomposites”, Polymer Degradation
and Stability (2005) 111-116
Suprakas, S.,” Polimer/layered silicate
nanocomposite : a review from
preparation to processing”, Japan, 2003
Tien, Y.I.; Wei, K.H., “ Hydrogen Bonding and
Mechanical Properties on SegmentedMonmorilonite/Poliurethane
Nanocomposites of different hard
Segment ratio”, Polymer (2001) 3213-
3221Usuki, Y. Kojima, Kawasumi, A. okada, Y.
Fukushima, YT. Kurauchi, O. Kamigaito,“Synthesis of Nylon 6-Clay Hybrid”,
Journal of Materials Resesarch (1993)
1185-1189
Wang, S.; Hu T.; Wang, Z.; Chen, Z.; Fan, W.”
Preparation and Thermal Properties of ABS/ Monmorilonite Nanocomposites
“Polymer Degradation and Stability
(2002) 423-426
Qutubuddin, S.” Polymer-Clay Nanocomposite:
Exfoliation of Organofilic Monmorilonite
Nanolayer in Polystyrene”, Polymer(2001)807-813
Xiong, J.; Liu, Y.; Wang, X.” Thermal and
Mechanical Properties of
Polyurethane/Monmorilonite
Nanocomposites based on a Novel
Reactive Modifier”, Polymer Degradationand Stability (2004) 549-555
Yao, K.; Song, M.; Hourston, D.; Luo,
D.Z,”Layered Clay Nanocomposites :
Polyurethane Nanocomposite”, Journal of
Photochemestry and Photobiology A:
Chemestry (2002) 169-174
Zaimahwati,” Impregnasi Kayu Kelapa Sawitdengan Larutan Polivinil Klorida
Komersial”,Universitas Sumatera Utara
(2002)