ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan...

12
ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR (BBAT) KECAMATAN SUNGAI GELAM JAMBI Oleh: Nurhasanah A1C409066 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI APRIL, 2014

Transcript of ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan...

Page 1: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Sedangkan ... perairan lainnya untuk proses

ARTIKEL ILMIAH

KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR

(BBAT) KECAMATAN SUNGAI GELAM JAMBI

Oleh:

Nurhasanah

A1C409066

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

APRIL, 2014

Page 2: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Sedangkan ... perairan lainnya untuk proses

KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR

(BBAT) KECAMATAN SUNGAI GELAM JAMBI

Oleh:

Nurhasanah

NIM.A1C409066

(Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan P.MIPA FKIP Universitas Jambi)

ABSTRAK Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Kecamatan Sungai Gelam Jambi mempunyai peranan

memberikan pelayanan teknis kepada masyarakat dalam membangun dan mengembangkan

perikanan air tawar. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat permasalahan dalam pembudidayaan

ikan air tawar diantaranya adalah susahnya suplai air dan buruknya kualitas air sehingga

berdampak pada kematian ikan-ikan budidaya. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman mikroalga di BBAT

Kecamatan Sungai Gelam Jambi yang dijadikan sebagai sumber air bagi pembudidayaan ikan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2013 di waduk BBAT Kecamatan

Sungai Gelam Jambi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Rancangan

penelitian ini dilakukan dengan menentukan lokasi penelitian secara purposive sampling sesuai

dengan tata guna waduk di BBAT Kecamatan Sungai Gelam Jambi. Teknik pengambilan sampel

pada penelitian ini adalah secara vertikal. Analisis data pada penelitian ini meliputi analisis

kualitas air, menghitung volume air yang di saring, kelimpahan, indeks keanekaragaman,

keseragaman dan dominasi.

Berdasarkan hasil analisis sampel air di Waduk BBAT Kecamatan Sungai Gelam Jambi,

ditemukan 5 kelas dan 45 genus mikroalga yang terdiri dari kelas Chlorophyceae sebanyak 29

genus dengan persentase kelimpahan 77,5%, Euglenophyceae sebanyak 2 genus dengan persentase

kelimpahan 3,8%, Cyanophyceae sebanyak 7 genus dengan persentase kelimpahan 11,8%,

Bacillariophyceae sebanyak 4 genus dengan persentase kelimpahan 4,7%, dan Xantophyceae

sebanyak 3 genus dengan persentase kelimpahan 2,2%. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh

indeks keanekaragaman mikroalga pada stasiun pengambilan sampel berkisar antara 1,28 hingga

1,51 dengan kriteria tercemar sedang. Indeks keseragamannya berkisar antara 0,35 hingga 0,41,

dan indeks dominasinya berkisar antara 0,005 hingga 0,008.

Berdasarkan hasil penelitian dari perhitungan kelimpahan, indeks keanekaragaman,

keseragaman dan dominansi serta pengukuran kualitas air. Dapat disimpulkan bahwa perairan di

BBAT Kecamatan Sungai Gelam Jambi masih tergolong layak digunakan sebagai sumber air

untuk pembudidayaan ikan air tawar. Disarankan bagi penelitian selanjutnya mengenai

keanekaragaman mikroalga dapat dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau agar dapat

memberikan gambaran perbedaan keanekaragaman mikroalga pada musim yang berbeda.

Kata Kunci : Balai Budidaya Air Tawar, Waduk, Mikroalga, Keanekaragaman

I. PENDAHULUAN

Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Kecamatan Sungai Gelam Jambi berlokasi di Desa

Sungai Gelam Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, sekitar 30 km di sebelah Timur

dari Kota Jambi dengan koordinat 0045’-2045’ Lintang Selatan dan antara 1010-104055’ Bujur

Timur. Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Kecamatan Sungai Gelam Jambi ini memiliki tugas

pokok yaitu melaksanakan penerapan teknik pembudidayaan ikan air tawar serta pelestarian

sumber daya induk/benih ikan dan lingkungan. Sumber air yang digunakan untuk budidaya ikan

air tawar berasal dari resapan lahan di sekitar Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Kecamatan

Sungai Gelam Jambi yang ditampung dalam tiga waduk/reservoir (Anonim, 2013a:4). Waduk

yang berada di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi dibagi berdasarkan fungsi yaitu waduk

pertama dimanfaatkan sebagai penampungan air tawar atau daerah resapan air baik air hujan

maupun air di sekitar rawa-rawa, waduk kedua dan ketiga dimanfaatkan sebagai keramba ikan air

tawar.

Menurut Suseno (1977:62-63) kapasitas produksi ikan dalam keramba pada sebuah

waduk tergantung pada jumlah mikroalga yang tumbuh di lapisan atas dari tanah dasar keramba.

Apabila cahaya matahari bisa mencapai dasar keramba dan apabila oksigen (O2) tersedia cukup

Page 3: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Sedangkan ... perairan lainnya untuk proses

banyak, maka mikroalga dapat tumbuh subur di dasar keramba yang terdapat di dalam sebuah

waduk. Sehingga ikan yang dibudidayakan dapat memperoleh oksigen dan sumber makanan yang

cukup. Mikroalga merupakan kelompok organisme berukuran renik berdiameter antara 3-30

nanometer, hidup di seluruh wilayah perairan air tawar maupun air laut yang sering disebut

fitoplankton. Mikroalga mampu untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen.

Mikroalga juga dapat digunakan untuk menduga kualitas air pada semua jenis ekosistem perairan

(Winahyu.dkk, 2013:2).

Seperti pada hasil penelitian Apridayanti (2008:38) di Waduk Lahor Jawa Timur

menemukan 9 genus mikroalga. Dengan indeks keanekaragaman berkisar antara 0,8568-1,81492.

Indeks keanekaragamannya menunjukan stabilitas komunitas biota sedang atau kualitas air

tercemar sedang hingga berat. Hasil penelitian Winahyu. dkk, (2013: 95-96) di Pusat Konservasi

Gajah Taman Nasional Way Kambas menemukan 66 genus mikroalga. Dengan indeks

keanekaragaman antara 0,28-0,36. Indeks keanekaragamannya menunjukan bahwa komunitas

mikroalga tidak stabil atau kualitas air tercemar berat. Hasil penelitian Prihantini.dkk., (2008:47-

49) di beberapa situ/danau di Kawasan Jakarta-Depok-Bogor menemukan 47 genus mikroalga.

Dengan indeks keanekaragaman antara 0,4-1,6. Indeks keanekaragamannya menunjukan stabilitas

komunitas biota sedang atau kualitas air tercemar sedang hingga berat. Hasil penelitian Mandasari

(2010:30-32) di Danau Sipin Kota Jambi menemukan 46 genus mikroalga, dengan indeks

keanekaragaman antara 0,97-1,72. Indeks keanekaragaman tersebut menunjukan bahwa kualitas

air di Danau Sipin Kota Jambi tercemar sedang hingga berat, akan tetapi masih tergolong layak

untuk pembudidayaan ikan air tawar. Serta hasil penelitian Novita (2007:21-28) di Danau Teluk

Kota Jambi menemukan 40 genus mikroalga dengan indeks keanekaragaman berkisar antara 2,06-

2,74. Berdasarkan indeks keanekaragaman tersebut menunjukan bahwa kualitas air tercemar

sedang atau moderat dan masih dapat mendukung untuk budidaya perikanan.

Berdasarkan hasil wawancara, di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Kecamatan Sungai

Gelam Jambi pada awal tahun 2013 terdapat suatu permasalahan dalam pembudidayaan ikan air

tawar. Permasalahan tersebut adalah banyaknya kematian ikan-ikan yang dibudidayakan. Hal

tersebut diduga karena buruknya suplai air dan kualitas air yang digunakan untuk

membudidayakan ikan air tawar.

Dengan demikian, maka dirasa perlu dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman

mikroalga di waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Kecamatan Sungai Gelam Jambi yang

menjadi sumber air bagi ikan-ikan yang dibudidayakan agar dapat diketahui bagaimanakah kondisi

perairan waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Kecamatan Sungai Gelam Jambi berdasarkan

keanekaragaman mikroalga yang tumbuh di waduk tersebut. Dengan demikian peneliti

berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul ”Keanekaragaan Mikroalga di Balai

Budidaya Air Tawar (BBAT) Kecamatan Sungai Gelam Jambi“.

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Profil Lokasi Penelitian

Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi adalah Unit Pelaksana Teknis Kementrian Kelautan dan

Perikanan di bidang budidaya air tawar berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur

Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi dibentuk pada tanggal 1

Mei 2001 berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.26E/MEN/2001

tentang Organisasi dan Tata Kerja yang mempunyai wilayah kerja di seluruh Pulau Sumatera.

Lokasi Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi yaitu di desa Sungai Gelam Kec. Sungai Gelam

Kab. Muaro Jambi, 30 km di sebelah Timur Kota Jambi. Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi

memiliki luas 20 ha terdiri atas 4.8 ha perkolaman, 3.35 ha waduk/reservoir, dan 11.85 ha daratan

untuk perkantoran, asrama, mess operator serta sarana penunjang lainnya. Balai Budidaya Air

Tawar (BBAT) Jambi mempunyai peranan memberikan pelayanan teknis kepada masyarakat

dalam membangun dan mengembangkan perikanan air tawar di daerah, khususnya Pulau Sumatera

(Anonim, 2013a:1).

2.2 Sarana Dan Prasarana Balai Budidaya Air Tawar Jambi Menurut Anonim (2013a:5) dalam mendukung semua kegiatan di Balai Budidaya Air

Tawar (BBAT) Jambi, maka berdasarkan laporan tahunan pada tahun 2010 Balai Budidaya Air

Tawar (BBAT) Jambi dilengkapi dengan sarana dan prasarana seperti Hatchery, Kolam

Pendederan, Kolam Induk, Kolam Pembesaran, Kolam Induk Ikan Hias, Keramba Jaring Apung,

Laboratorium Nutrisi, Laboratorium Kesehatan Ikan, Laboratorium Kualitas Air, Gedung

Perkantoran, Aula, Perpustakaan, Waduk, Asrama, Kantor R & D, dan Mess Operator.

Page 4: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Sedangkan ... perairan lainnya untuk proses

2.3 Ekosistem Air Tawar

Ekosistem air tawar memiliki beberapa karakteristik, seperti variasi suhu yang

perubahannya tidak menyolok, organisme yang dominan yaitu mikroalga yang mempunyai

dinding sel yang kuat, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Sedangkan

karakteristik hewan yang hidup di perairan air tawar memiliki ciri-ciri mengeluarkan air berlebih,

garam diabsorpsi (diserap) melalui insang secara aktif dan sedikit minum, air masuk ke dalam

tubuh ikan secara osmosis. Ekosistem air tawar dibagi menjadi dua, yaitu lotik dan lentik.

Ekosistem air tawar lotik merupakan perairan berarus, contohnya adalah sungai. Adapun

ekosistem air tawar lentik memiliki ciri airnya tidak berarus. Contoh perairan lentik adalah danau

atau waduk (Anonim, 2011a:2). Menurut Anonim (2013b:21-22) pengertian umum waduk adalah

tempat yang digunakan untuk penampungan air disaat terjadi kelebihan air / musim penghujan

sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering.

2. 4 Parameter Kualitas Air

Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi

parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis (Anonim, 2012:1).

1. Parameter Fisika

Parameter fisik dalam kualitas air merupakan parameter yang bersifat fisik, dalam arti

dapat dideteksi oleh panca indera manusia yaitu melalui visual, penciuman, peraba dan perasa.

Parameter fisika kualitas air diantaranya adalah:

a. Kecerahan

Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada

suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang

jauh kedalam Perairan (Anonim, 2012:2).

b. Kedalaman

Kedalaman merupakan dalamnya suatu perairan dari permukaan air hingga ke sadar

perairan. Kedalaman perairan dimana proses fotosintesis sama dengan proses respirasi disebut

kedalaman kompensasi. Kedalaman kompensasi biasanya terjadi pada saat cahaya di dalam kolom

air hanya tinggal 1 % dari seluruh intensitas cahaya yang mengalami penetrasi dipermukaan air

(Anonim, 2012:4)

c. Suhu

Menurut Nontji (1987) dalam Anonim (2012:3), suhu air merupakan faktor yang banyak

mendapat perhatian dalam pengkajian- pengkajian kelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan

bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi juga dengan kaitannya

kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi.

d. Warna Air

Warna air merupakan hasil refleksi kembali dari berbagai panjang gelombang cahaya

sejumlah material yang berada dalam air yang tertangkap oleh mata. Material dalam air dapat

berupa jumlah zat tersuspensi (Anonim, 2012:3).

2. Parameter Kimia

Parameter kimia adalah parameter yang ditujukan untuk mengetahui kandungan zat kimia

yang terkandung dalam air. Parameter kimia diantaranya adalah:

a. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, tak berasa, dan hanya sedikit larut

dalam air. Untuk mempertahankan hidupnya organisme air tergantung pada oksigen terlarut ini.

Oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehidupan organisme dalam air. Jika

tingkat oksigen terlarut selalu rendah, maka organisme anaerob dapat mengalami kematian dan

memungkinkan organisme anaerob mengurai bahan organik dan menghasilkan bahan seperti

metana dan hidrogen sulfida. Zat tersebut yang menyebabkan air berbau busuk (Sastrawijaya,

2009:100-102).

b. pH

pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen

menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+dan OH- dalam jumlah

berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak banyak ion OH+ dalam cairan makin

rendah ion H+ dan makin tinggi pH (Anonim, 2012:3).

Air yang mempunyai pH antara 6,7 sampai 8,6 mendukung populasi ikan dalam suatu

perairan. Penentuan pH dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengukuran yang mudah dilakukan

Page 5: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Sedangkan ... perairan lainnya untuk proses

adalah dengan menggunakan perangkat pH dengan indikator universal dan komparator warna

(Sastrawijaya, 2009:105-167).

c. Amonia

Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat, sebab

sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul (NH3) lebih beracun

daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk molekul dapat bagian membran sel

lebih cepat daripada ion NH4+ (Anonim, 2012:5).

d. Nitrat

Nitrat dalam air dibuat oleh mikrooeganisme dengan cara biologis. Nitrat menyebabkan

air cepat kotor, menurunkan oksigen terlarut, penurunan populasi ikan, dan bau busuk

(Sastrawijaya, 2013:109-110).

e. Nitrit

Jika amonia diubah menjadi nitrat oleh bakteri, maka akan terdapat nitrit dalam air. Hal ini

terjadi jika air tidak mengalir, khususnya di bagian dasar perairan (Sastrawijaya, 2009:109-110).

2. 5 Pengertian Mikroalga

Alga renik atau mikroalga merupakan bagian dari fitoplankton yang berguna sebagai

sumber makanan yang penting bagi organisme-organisme air lainnya. Mikroalga dapat

menghasilkan oksigen dari hasil fotosintesisnya dan oksigen ini dimanfaatkan oleh organisme

perairan lainnya untuk proses respirasi aerob. Mikroalga mengandung klorofil serta pigmen-

pigmen lain untuk melangsungkan fotosintesis, tersebar luas di alam, dan dijumpai hampir di

segala macam lingkungan yang terkena sinar matahari. Sebagian besar alga berukuran mikroskopis

dan banyak yang hidup di air tawar (Pelczar, 2008:238). 2. 6 Keanekaragaman Jenis Alga

Menurut Tjitrosomo (1983:29-30) diperkirakan terdapat 30.000 spesies alga yang hidup

di bumi, kebanyakan diantaranya merupakan spesies yang hidup di perairan. Spesies mikroalga

yang hidup di air tawar mempunyai arah perkembangan yang lebih luas jika dibandingkan dengan

alga yang hidup di air laut. Beberapa spesies alga memperlihatkan keanekaragaman dalam warna

yang berbeda-beda, yaitu dari warna hijau, hijau – kuning, dan hijau – biru, sampai kepada warna

merah, kuning, jingga, dan cokelat.

2. 7 Klasifikasi Mikroalga

Hampir semua mikroalga mengandung klorofil dengan demikian alga bersifat autotrof,

akan tetapi banyak pula yang mempunyai pigmen tambahan yang dapat menutupi klorofil.

Mikroalga diklasifikasikan terutama berdasarkan pigmen-pigmen yang dikandungnya, oleh karena

itu mikroalga dibagi menjadi empat golongan, diantara nya adalah alga hijau-biru, hijau, kuning

keemasan, dan pirang ( Tjitrosomo, 1983:34).

III. METODE PENELITIAN

3. 1 Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Selanjutnya

rancangan pada penelitian ini dilakukan dengan menentukan lokasi penelitian secara purposive

sampling sesuai dengan tata guna lahan atau pemanfaatan waduk di Balai Budidaya Air Tawar

(BBAT) Jambi.

3. 2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi GPS (Global Potitioning System),

ember, kayu, kertas label, tali, spektrofotometer, DO meter, pH meter, tali, sedgwick rafter, alat

tulis, botol koleksi, jala plankton (plankton net) ukuran 85 µm, mikropipet plastik, mikroskop

binokuler (Olympus BX 41), kulkas, fotomikroskopik, dan buku panduan identifikasi mikroalga.

3.2.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran jenis mikroalga yang

terkandung dalam sampel air waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi, lugol, Deionized

Water (DW), Nitrit Ver 3, Nitrat Ver 5, Amonnia Cyanurat, Ammonia Salycilat dan aquadest.

3. 3 Pelaksanaan Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian ini meliputi empat tahap diantaranya yaitu : penetapan lokasi

sampel, pengambilan sampel di lapangan, penanganan sampel di laboratorium, hingga analisis

data.

Page 6: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Sedangkan ... perairan lainnya untuk proses

3. 3. 1 Penetapan Lokasi Pengambilan Sampel

1. Dilakukan survei lapangan untuk mengetahui kondisi fisik waduk di Balai Budidaya Air Tawar

(BBAT) Jambi yang akan menjadi objek penelitian.

2. Pada penentuan lokasi penelitian ini dilihat dari pemanfaatan waduk. Lokasi pengamatan

terdiri dari 3 stasiun dengan tingkat pemanfaatan masing-masing waduk. Stasiun I yaitu waduk

I yang dimanfaatkan sebagai penampungan air tawar, stasiun II yaitu waduk II yang

dimanfaatkan sebagai Keramba Jaring Apung (KJA), dan stasiun III yaitu waduk III yang juga

dimanfaatkan sebagai Keramba Jaring Apung (KJA).

3. Masing-masing stasiun tersebut dibagi lagi menjadi 3 titik pengambilan sampel. Titik pada

masing-masing stasiun dibakukan koordinatnya dengan menggunakan GPS (Global

Potitioning System).

3.3. 2 Pengambilan Sampel di Lapangan

1. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 periode, dengan selang waktu satu minggu dan

pengambilan sampel pada masing-masing periode dilakukan pada pagi, siang dan sore hari.

2. Pengambilan sempel menggunakan plankton net berukuran 85 µm, dengan jari-jari

lingkaran plankton net 10 cm.

3. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik secara vertikal yaitu

dilakukan dengan cara menarik jaring plankton yang ditenggelamkan dengan kedalaman

yang telah ditentukan (2 m) dari atas permukaan dan didiamkan selama 5 menit (Fachrul,

2007:94).

4. Sampel air yang tersaring oleh plankton net pada tiap titik pengambilan sampel dalam satu

kali ulangan adalah 90 ml. Selanjutnya sampel diberi label, pada label dituliskan nomor

stasiun, tanggal dan waktu pengambilan sampel, serta teknik pengambilan sampel. Sampel

selanjutnya diawetkan dengan menggunakan lugol.

5. Botol-botol koleksi kemudian dibawa ke laboratorium Balai Budidaya Air Tawar (BBAT)

Jambi untuk disimpan di dalam kulkas dan dilakukan pengamatan serta identifikasi

terhadap jenis mikroalga yang terdapat di waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

3.3 3 Penanganan Sampel di Laboratorium

1. Sampel yang telah diperoleh diteteskan 1 ml di atas sedgwick rafter untuk diamati di bawah

mikroskop binokuler.

2. Selanjutnya sampel diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali pembesaran.

3. Mikroalga yang berhasil diamati di bawah mikroskop diidentifikasi menggunakan buku

untuk mengidentifikasi mikroalga yaitu Ilustrations of the Freshwater Plankton of Japan

(Mizuo, 1998), Photo Sheet of Plankton in Fish pound (Adhitomo & Limuna, 2002), dan

Algae In Introduction Phycology (Hoek, 1995), serta dibantu oleh tim ahli plankton dari

Balai Budidaya Air Tawar Jambi.

3. 4 Analisis Data

3.4.1 Analisis Kualitas Air

1. Pengukuran Suhu

2. Kecerahan

3. Kedalaman’

4. Warna air

5. pH

6. Oksigen Terlarut

7. Amonnia

8. Nitrat

9. Nitrit

3.4.2 Volume Air yang Disaring

Menurut Fachrul (2007:95), untuk mengetahui volume air yang masuk kedalam jaring

plankton dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan:

t 3.4.3 Kelimpahan Mikroalga

Penentuan kelimpahan plankton dilakukan berdasarkan metode sapuan di atas Sedgwick

Rafter. Kelimpahan plankton dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah sel/liter. Kelimpahan

plankton diukur berdasarkan rumus (Fachrul, 2007:95) :

Page 7: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Sedangkan ... perairan lainnya untuk proses

N

Keterangan :

N = Jumlah sel per liter

n = jumlah sel yang diamati

Vr = Volume air tersaring (ml)

Vo = Volume air yang diamati (pada Sedgwick Rafter) (ml)

Vs = Volume air yang disaring (l)

3.4.4 Indeks Keanekaragaman

Menurut Begon (2006:151) persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks ini

adalah persamaan Shanon-Wiener sebagai berikut:

Keterangan :

Hʹ indeks diversitas Shannon-Wiener

Pi = ni/N

ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah total individu

S = jumlah genera

Dengan kriteria sebagai berikut :

Hʹ < 1 = Komunitas biota tidak stabil atau kualitas air tercemar berat

1< Hʹ˃3= Stabilitas komunitas biota sedang atau kualitas air tercemar sedang

Hʹ ˃ 3 = Stabilitas biota dalam kondisi prima (stabil) atau kualitas air bersih.

3.4.5 Indeks Keseragaman

Menurut Fachrul (2007:95) indeks kemerataan di hitung dengan menggunakan rumus :

E

Keterangan :

E = Indeks Kemerataan

Hʹ maks =

Dengan kriteria sebagai berikut :

E = 0, kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing

spesies sangat jauh berbeda.

E = 1, kemerataan antar spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies retatif

sama.

3.4.6 Indeks Dominasi Menurut Odum dalam Fachrul (2007:96 ) untuk mengetahui adanya dominasi jenis

tertentu di perairan dapat digunakan indeks dominasi Simpson dengan persamaan berikut :

D =

Keterangan :

D = indeks dominasi

ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah total individu

S = jumlah genera

Dengan kriteria sebagai berikut :

D = 0, berarti tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas

dalam keadaan stabil.

D = 1, berarti terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas labil,

karena terjadi tekanan ekologi (stres).

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan pada bulan Oktober sampai Nopember tahun 2013 di Waduk

Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

Page 8: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Sedangkan ... perairan lainnya untuk proses

4.1 HASIL DAN PEMABAHASAN PENELITIAN

4.1.1 Kelimpahan Mikroalga

Berdasarkan analisis sampel air di Waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi,

ditemukan 5 kelas mikroalga yang terdiri dari kelas Euglenophyceae, Chlorophyceae,

Cyanophyceae, Bacillariophyceae, dan Xantophyceae. Mikroalga yang berhasil ditemukan pada

semua stasiun pengambilan sampel di Waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi terdiri

dari 45 genus. Untuk kelimpahan mikroalga tertinggi yaitu dari kelas Chlorophyceae ditemukan

29 genus, kelas Cyanophyceae ditemukan 7 genus, kelas Bacillariophyceae ditemukan 4 genus,

kelas Xantophyceae ditemukan 3 genus dan kelas Euglenophyceae ditemukan 2 genus. Untuk hasil

persentase kelimapahanya adalah pada stasiun I terdapat 38 genus, pada stasiun II ditemukan 41

genus dan pada stasiun III ditemukan 39 genus. Dimana kelas Chlorophyceae mendominasi

kelimpahan mikroalga di waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Kecamatan Sungai Gelam

Jambi dengan persentase total 77,5%, Cyanophyceae sebesar 11,8%, Bacillariophyceae sebesar

4,7%, Euglenophyceae sebesar 3,8%, dan Xantophyceae sebesar 2,2%. Tingginya kelimpahan

Chlorophyta menyebabkan perairan pada stasiun II dan III berwarna hijau tua, sedangkan pada

stasiun III warna air relatif cokelat jernih.

4.1.2 Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominasi

Berdasarkan Tabel 4.1 kelimpahan mikroalga yang telah ditemukan, maka dapat

ditentukan Indeks Keanekaragaman (Hʹ), Indeks Keseragaman (E), dan Indeks Dominasi (D) dari

mikroalga pada masing-masing stasiun pengambilan sampel, sehingga dari hasil perhitungan

tersebut dapat diketahui tingkat keanekaragaman mikroalga dan kondisi perairan di waduk Balai

Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi yang dijadikan sebagai sumber air bagi budidaya ikan air

tawar. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diperoleh indeks keanekaragaman mikroalga

pada stasiun pengambilan sampel berkisar antara 1,28 hingga 1,51, indeks keseragamannya

berkisar antara 0,35 hingga 0,41, dan indeks dominasinya berkisar antara 0,005 hingga 0,008. Nilai

hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominasi

Parameter Stasiun Pengambilan Sampel Rata-Rata

I II III

Jumlah Genus 38 41 39

Keanekaragaman

(Hʹ)

1,28 1,51 1,51 1,43

Kriteria Tercemar

sedang

Tercemar

sedang

Tercemar sedang Tercemar

sedang

Keseragaman (E) 0,35 0,41 0,41 0,39

Kriteria Keseragaman

rendah

Keseragaman

rendah

Keseragaman

rendah

Keseragaman

rendah

Dominasi (D) 0,005 0,008 0,007 0,007

Kriteria Stabil Stabil Stabil Stabil

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa perairan di waduk BBAT Jambi dalam keadaan

tercemar sedang dan stabilitas biotanya pu dalam keadaan stabil.

4.1.3 Parameter Kualitas Air Waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi

Untuk mengukur kualitas air waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi parameter

yang diukur adalah parameter fisika yang meliputi suhu, kedalaman, dan kecerahan. Selain itu, ada

pula parameter kimia yang diukur yaitu meliputi pH air, Oksigen Terlarut (DO), Amonia, Nitrat

dan Nitrit. Pada Tabel 4.3 berikut ini menunjukan nilai hasil pengukuran parameter fisika air

waduk.

Tabel 4.3. Kisaran Suhu, Kedalaman, Kecerahan dan Warna Air Pada Masing-masing Stasiun

Parameter Stasiun Pengambilan Sampel

I II III

Suhu (˚C) 27,1 - 34,0 26,2 – 33,3 27,0 – 34,7

Kedalaman (m) 2,3 – 3,5 2,3 – 2,7 2,1 – 2,6

Kecerahan (cm) 87 – 113 54 – 65 55 – 63

Warna Air Kecokelatan Hijau Tua Hijau Tua

Dari hasil pengukuran tersebut di atas dapat diketahui bahwa suhu tertinggi berturut-turut

terdapat pada stasiun III dan II. Sedangkan untuk kedalaman dan kecerahan tertinggi adalah pada

stasiun I.

Page 9: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Sedangkan ... perairan lainnya untuk proses

`Parameter kimia yang diamati dalam penelitian ini adalah pH, Oksigen Terlarut (DO),

Amonia, Nitrat dan Nitrit. Hasil pengukuran parameter kimia dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut

ini :

Tabel 4.4 Kisaran hasil pengukuran pH, Oksigen terlarut, Amonia, Nitrat, dan Nitrit.

Parameter

Stasiun Pengambilan Sampel

I II III

pH

6,16 – 6,42

6,70 – 7,28

6,72 – 7,12

Oksigen Terlarut

(mg/L)

2,10 – 6,70

2,03 – 9,80

1,07 – 10,45

Amonia (mg/L)

0,00 – 0,55

0,05 – 0,98

0,21 – 1,80

Nitrat (mg/L)

0,03 – 0,19

0,05 – 0,54

0,17 – 0,49

Nitrit (mg/L)

0,003 – 0,036

0,013 – 0,206

0,015 – 0,139

Berdasarkan hasil pengukuran parameter kimia pada stasiun II dan stasiun III kadar

amonia,nitrat dan nitritnya relatif tinggi apabila dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Air

Jambi seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Nilai baku mutu air untuk Perairan Jambi

No. Parameter Satuan Batas Maksimum

1. pH 6,0-9,0

2. Oksigen Terlarut (DO) mg/L ˃ 4

3. Amonia mg/L 1,0

4. Nitrat Mg/L 10

5. Nitrit mg/L 0,06

Sumber: PERGUB JAMBI No.20 Tahun 2007 dan PPRI No.82 Tahun 2001: BLHD Kota Jambi

Akan tetapi tingginya kadar amonia, nitrat dan nitrit ini hanya di temukan pada

beberapa pengambilan sampel saja dan pada pengambilan sampel terbanyak hasil pengukurannya

relatif sedang dan masih layak digunakan sebagai sumber air untuk pembudidayaan ikan air tawar.

V. PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air di waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi

dapat disimpulkan bahwa suhu pada tiap-tiap stasiun tidak jauh berbeda, dengan kisaran suhu

pada stasiun I antara 27,1 – 34,0˚C, stasiun II antara 26,2 – 33,2˚C dan stasiun III antara 27,0 –

34,7˚C. Kecerahan yang paling tinggi adalah pada stasiun I yaitu 87-113 cm, dan pada stasiun II

dan III hanya 54-65 cm dan 55-63 cm. Oksigen Terlarut pada stasiun I berkisar antara 2,10-

6,70mg/L, stasiun II berkiasar antara 2,03-9,80 mg/L, dan pada stasiun III 1,07-10,45mg/L. Kadar

amonia pada stasiun I berkisar antara 0,00 – 0,55 mg/L, pada stasiun II 0,05-0,98 mg/L dan pada

stasiun III 0,21-1,80 mg/L. Kadar nitrit pada stasiun I berkisar antara 0,003-0,036 mg/L, pada

stasiun II berkisar antara 0,13-0,206 mg/L dan pada stasiun III berkisar antara 0,015-0,139 mg/L.

kadar nitrat pada stasiun I berkisar antara 0,03-0,19 mg/L, pada stasiun II berkisar antara 0,005-

0,54 mg/L dan pada stasiun III berkisar antara 0,17-0,49 mg/L. Parameter kualitas air di waduk

Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Kecamatan Sungai Gelam Jambi pada setiap harinya berubah-

ubah dan dapat dikatakan relatif sedang. Sehingga masih dapat dikatakan cocok untuk kehidupan

ikan.

2. Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman mikroalga pada bulan Nopember 2013,

dapat disimpulkan bahwa indeks keanekaragaman mikroalga di waduk Balai Budidaya Air Tawar

(BBAT) Jambi berkisar antara 1,28 – 1,51. Indeks tersebut mengindikasi bahwa kualitas perairan

waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi tercemar sedang dan stabilitas komunitas biota

Page 10: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Sedangkan ... perairan lainnya untuk proses

sedang dan masih layak digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar. Sedangkan untuk nilai

keseragaman mikroalga berkisar antara 0,35 – 0,41. Hal tersebut menunjukan bahwa keseragaman

rendah dengan nilai mendekati 0, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies

sangat jauh berbeda. Dan untuk indeks dominasi berkisar antara 0,005 – 0,008. Dari nilai indeks

tersebut menunjukan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur

komunitas di waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Kecamatan Sungai Gelam Jambi dalam

keadaan stabil. Jadi, berdasarkan hasil pengukuran parameter kualitas air dan penghitungan indeks

keanekaragaman mikroalga apabila dibandingkan dengan nilai baku mutu air di kota Jambi dapat

disimpulakan bahwa perairan di waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi secara

keseluruhan masih tergolong layak digunakan sebagai sumber air untuk pembudidayaan ikan air

tawar.

3. Berdasarkan hasil kelimpahan mikroalga yang ada di waduk Balai Budidaya Air Tawar(BBAT)

Kecamatan Sungai Gelam Jambi dapat disimpulkan bahwa ditemukan 5 kelas dan 45 genus

mikroalga. Terdiri dari kelas Euglenophyceae sebanyak 2 genus dengan persentase kelimpahan

3,8%, Chlorophyceae sebanyak 29 genus dengan persentase kelimpahan 77,5%, kelas

Cyanophyceae sebanyak 7 genus dengan persentase kelimpahan 11,8%, kelas Bacillariophyceae

sebanyak 4 genus dengan persentase kelimpahan 4,7%, dan kelas Xanthophyceae sebanyak 3

genus dengan persentase kelimpahan 2,2%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kelas

Chlorophyceae memiliki kelimpahan terbanyak khususnya bagi genus Pediastrum, Scenedesmus,

Coelastrum, Ulothrix dan Chlorella. Selain itu ada pula kelimpahan terbanyak dari kelas

Cyanophyceae adalah genus Anabaena.

5.2 Saran Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember yang seharusnya menjadi musim

penghujan. Akan tetapi pada saat pengambilan sampel keadaan cuaca tidak menentu antara hujan

dan panas. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar pengambilan sampel dibedakan antara

musim penghujan dan musim panas karena dapat mempengaruhi perbedaan kelimpahan

mikroalga. Hasilnya diharapkan dapat memberikan gambaran perbedaan keanekaragaman

mikroalga di waduk Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi pada musim yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Adhitomo, Y. dan Limuna, M. 2002. Photo Sheet of Plankton in fish pond. Freshwater

Aquaculture Development Project in Indonesia. balai Budidaya Air Tawar Jambi &

Japan International Cooperation Agency. Jambi.

Anonim. 2010a. Diakses tanggal 15 mei 2012. Solusi pemanasan Global Dengan Mikroalga.

http://coralit.us/solusi-pemanasan-global-dengan-mikroalga.htm.

_______. 2010b. Diakses tanggal 13 Desember 2013. Xantophyceae-

Euglenophyceae.http://biophylosophy.com/2010/10/euglenophyta.html.

______. 2011a. Diakses tanggal 4 mei 2012. Mikroalgae. http://wartapedia.com/edukasi/ensiklopedia/452-mikroalga.html.

_______. 2011b. Algae-Cyanophyta. Diakses tanggal 13 Desember 2013.

http://www.botany.hawaii.edu/bot201/algae/cyanophyta%20lecture%20notes.htm.

______. 2011c. Diakses tanggal 15 Maret 2014. Mikroalga.

http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201106.pdf

_______. 2012. Diakses tanggal 11 Desember 2013. Kualitas Air. http://o-

fish.com/Air/kualitas_air.php.

______. 2013a. Diakses tanggal 24 Mei 2013. Profil Balai Budidaya Air Tawar Jambi.

http://www.bbatjambi.co.id/index1.php?act=profil-balai –nbudidaya-air-tawar-

jambi.html.

______. 2013b. Diakses tanggal 7 September 2013. Pengertian waduk.

http://eprints.undip.ac.id/34513/5/1501_chapter_II.pdf.

Page 11: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Sedangkan ... perairan lainnya untuk proses

_______. 2013c. Diakses tanggal 14 Desember 2013. Chlorophyta atau Ganggang Hijau.

http://www.artikelbiologi.com/2013/04/chlorophyta-atau-ganggang-hijau.html.

_______. 2014. Diakses tanggal 23 Januari 2014. Budidaya Ikan Berdasarkan Sumber Daya Air.

http://www.naturalnusantara.co.id/?mod=artikel&act=view&id=85 Apridayanti, E. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lahor Kabupaten

Malang Jawa Timur. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas

Diponegoro: Semarang. http://eprints.undip.ac.id/17305/1/EKA_APRIDAYANTI.pdf

Azwar, D., Windarti, dan Putra, R.M. 2012. Analisis Saluran Pencernaan Ikan Selinca (Belontia

haseelti) Dari Kanal Sawit di Desa Terantang Kecamatan Tambang Kabupaten

Kampar Provinsi Riau. Jurnal Penelitian. Universitas Riau.

https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/681/Delpi%20Azwar%2

0-%200804113747.docx?sequence=1

Begon, M., Colin, R., dan John, H. 2005. Ecology From Individuals to Ecosystems. School of

Biological Science. The University of Liverpool: Liverpool, UK.

Darmono. 2008. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara: Jakarta

Hoek, V.D. Algae In Introduction to Phycology. New York: Cambridge University Press.

Ling, L.A. 2014b. Diakses tanggal 15 Maret 2014. Kepelbagian Fitoplankton di Laut Chenahan,

Tasik Chini, Pahang. http://www.ukm.my/ahmad/tesispelajar/fitochenahan.htm

Mizuno, T. 1998. Ilustration of The Fresh Water Plankton of Japan. Hoikusha Publishing: Japan.

Mandasari, N. 2010. Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Sipin Kota Jambi Sebagai

Bioindikator Kualitas Air. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi. FKIP: Universitas

Jambi.

Novita, W. 2007. Studi Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Teluk Kota Jambi Dalam

Menunjang Perikanan Rakyat. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi. FKIP: Universitas

Jambi.

Nuraeni, E. 2013. Diakses tanggal 20 Februari 2014. Bahan Ajar chrysophyta.

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197606052001122-

ENI_NURAENI/BAHAN_AJAR/CHRYSOPHYTA.pdf

Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press:

Jakarta.

Prihantini, N.B, Whardana, W., Hendrayanti, D., Widyawan, A., Ariyani, Y., dan Rianto, R. 2008.

Biodiversitas Cyanobacteria dari Beberapa Situ/Danau di Kawasan Jakarta-Depok-

Bogor, Indonesia. Jurnal Penelitian. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universiitas Indonesia: Jakarta.

http://journal.ui.ac.id/science/article/viewFile/309/305

Puspita, L., E. Ratnawati, I.N.N. Suryadiputra, dan A.A. Meutia. 2005. Lahan Basah Buatan di

Indonesia . Wetlands International -Indonesia Programme: Bogor.

Rusdi, T. 1987. Usaha Budidaya Ikan Gurami (Osphronemus goramy, Lac). CV. Simplex: Jakarta.

Sastrawijaya, T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta: Jakarta.

Sastrodinoto, S. 1980. Biologi Umum 2. PT. Gramedia: Jakarta.

Page 12: ARTIKEL ILMIAH KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI · PDF filedinding sel yang kuat, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Sedangkan ... perairan lainnya untuk proses

Suharni, T.T., Nastiti, S.J., dan Soetarto, A.E.S. 2008. Mikrobiologi Umum. Universitas Atma

Jaya: Yogyakarta.

Sulaiman, T.G. Struktur Komunitas Bacillariophyta (Diatome) di Daerah Pertambakan Maunda

Cilingcing, Jakarta Utara. Skripsi. Jurusan Program Studi Biologi. Universitas

indonesia: Jakarta.

Suseno, S. 1977. Dasar-dasar Perikanan Umum. CV. Yasaguna: Jakarta.

Tetrapoik, O.M. 2011. Diakses tanggal 15 Maret 2014. Hubungan Antara Amonia, Nitrat, Nitrit,

pH, dan Alkalinitas..http://www.arowana-asia.com/id/board/index.php?topic=198.0

Tjirosoepomo, 1986. Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi Khusus). Bhratara Karya Aksara: Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan. Universitas Gajah Mada Press: Yogyakarta..

Tjitrosomo, S.S. 1983. Botani Umum 3. Angkasa: bandung.

Winahyu, D.A., Anggraini, Y., Rustiati, E.L., Master, J., dan Setiawan, A. 2013. Studi

Pendahuluan Mengenai Keanekaragaman Mikroalga di Pusat Konservasi Gajah,

Taman Nasional Way Kambas. Jurnal Penelitian. Laboratorium Biomassa Terpadu,

Jurusan Kimia, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Lampung: Bandar Lampung.

jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/download/796/615.