Lap.ikan Dan Lingkungannya

50
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA A. Tujuan 1. Mengetahui hubungan antara ikan dengan lingkungan perairan 2. Mengetahui adanya perubahan oksigen, suhu, derajat keasaman dalam akuarium 3. Mengetahui frekuensi respirasi ikan dan posisi ikan dalam lingkungan akuarium 4. Mengetahui pengaruh suhu, pH, DO, terhadap frekuensi operculum ikan B. Dasar Teori Setiap mahluk hidup memiliki ciri-ciri tertentu, salah satunya menerima dan menanggapi rangsang. Ketika terjadi perubahan terhadap kondisi lingkungan, maka mahluk hidup akan melakukan penyesuaian diri atau adaptasi untuk merasa lebih nyaman dan bisa beraktivitas dengan normal. Ketika mahluk hidup tersebut tak mampu untuk menyesuaikan diri, maka ia akan mengalami kematian atau terkana seleksi alam (Amdah, 2011). Ekosistem adalah suatu sistem di alam dimana di dalamnya terjadi hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya, serta kondisi lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung kepada ukuran, tetapi lebih ditekankan kepada kelengkapan komponennya. Ekosistem lengkap terdiri atas

description

laporan interaksi makhluk hidup

Transcript of Lap.ikan Dan Lingkungannya

Page 1: Lap.ikan Dan Lingkungannya

INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA

A. Tujuan

1. Mengetahui hubungan antara ikan dengan lingkungan perairan

2. Mengetahui adanya perubahan oksigen, suhu, derajat keasaman dalam

akuarium

3. Mengetahui frekuensi respirasi ikan dan posisi ikan dalam lingkungan

akuarium

4. Mengetahui pengaruh suhu, pH, DO, terhadap frekuensi operculum ikan

B. Dasar Teori

Setiap mahluk hidup memiliki ciri-ciri tertentu, salah satunya menerima

dan menanggapi rangsang. Ketika terjadi perubahan terhadap kondisi lingkungan,

maka mahluk hidup akan melakukan penyesuaian diri atau adaptasi untuk merasa

lebih nyaman dan bisa beraktivitas dengan normal. Ketika mahluk hidup tersebut

tak mampu untuk menyesuaikan diri, maka ia akan mengalami kematian atau

terkana seleksi alam (Amdah, 2011).

Ekosistem adalah suatu sistem di alam dimana di dalamnya terjadi

hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya, serta

kondisi lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung kepada ukuran, tetapi

lebih ditekankan kepada kelengkapan komponennya. Ekosistem lengkap terdiri

atas komponen abiotik dan biotik. Komponen biotik dan abiotik tersebut antara

lain:

1. Komponen Biotik

Biotik adalah mahluk hidup. Lingkungan biotic suatu mahluk hidup adalah

seluruh mahluk hidup, baik dari spesiesnya sendiri maupun dari spesies berbeda

yang hidup di tempat yang sama. Dengan demikian, dalam suatu tempat , setiap

mahluk hidup merupakan lingkungan hidup bagi mahluk hidup lain. Komponen-

komponen biotic terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, hidrila, dan lain-lain.

2. Komponen Abiotik

Abiotik adalah bukan mahluk hidup atau komponen tak hidup. Komponen

abiotik merupakan komponen fisik dan kimia tempat hidup mahluk hidup. Contoj

Page 2: Lap.ikan Dan Lingkungannya

komponen abiotik antara lain suhu, cahaya, air, kelembapan,udara, garam-garam

mineral, dan tanah.

Keadaan lingkungan suatu organisme umumnya selalu berubah. Keadaan

lingkungan yang mempengaruhi suatu habitaat adalah perubahan suhu udara,

kelembapan, intensitas cahaya matahari, air, tanah, dan makanan. Bila keadaan

lingkungan berubah maka sifat habitat akan berubah pula. Banyak faktor yang

dapat mempengaruhi organisme dalam melakukan aktivitasnya contohnya

pengaruh dari luar seperti lingkungan dan pengaruh dalam yang berasal dari

organisme itu sendiri.

Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas

tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu lingkungan

sekelilingnya (Tunas, 2005). Sebagai hewan air, ikan memiliki beberapa

mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat

menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi

lingkungan (Yushinta, 2004). Secara kesuluruhan ikan lebih toleran terhadap

perubahan suhu air, beberapa spesies mampu hidup pada suhu air mencapai 290C,

sedangkan jenis lain dapat hidup pada suhu air yang sangat dingin, akan tetapi

kisaran toleransi individual terhadap suhu umumnya terbatas (Sukiya, 2005)

Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan (Ewusie, 1990).

Kenaikan suhu air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya

terganggu (Kanisius, 1992). Menurut Soetjipta (1993), Air memiliki beberapa

sifat termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air berjalan lebih lambat

dari pada udara. Selanjutnya Soetjipta menambahkan bahwa walaupun suhu

kurang mudah berubah di dalam air daripada di udara, namun suhu merupakan

faktor pembatas utama, oleh karena itu mahluk akuatik sering memiliki toleransi

yang sempit.

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi aktivitas organisme adalah DO

(Dissolved Oxygen) dan pH. Tingginya suhu air akan mengurangi kadar oksigen

terlarut. Keadaan suhu air dan DO akan mempengaruhi aktivitas ikan. Suhu air

sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi

oksigen hewan air . Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh

semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat

Page 3: Lap.ikan Dan Lingkungannya

yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.

Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan

anorganik dalam proses aerobik. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut

dalam perairan. Kadar oksigen yang larut di perairan bervariasi, tergantung pada

suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan

ketinggian serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin

kecil (Effendi, 2003). Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari

suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup

dalam perairan tersebut (Salmin, 2005).

Kadar kelarutan oksigen menentukan kualitas suatu perairan, semakin

tinggi kualitas air semakin baik kehidupan ikan dan organisme air lain di

dalamnya. Proses metabolisme ikan membutuhkan oksigen untuk menghasilkan

energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Sumber utama oksigen dalam

perairan berasal dari proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis

tumbuhan yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2005). Kecepatan difusi

oksigen dari udara, tergantung dari kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan

massa air dan udara, kadar garam (salinitas), luas daerah permukaan perairan yang

terbuka, tekanan atmosfer, dan prosentase oksigen di sekelilingnya. pH sangat

penting sebagai parameter kualitas air karena dapat mengontrol tipe dan laju

kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air, selain itu ikan dan mahluk-mahluk

akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai

pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang

kehidupan organisme air termasuk di dalamnya ikan dan tumbuhan air.

C. Alat dan Bahan

~ 5 buah ikan ~ Hidrila

~ 4 buah aquarium ~ Stopwatch

~ Air ~ pH meter dan DO meter

~ Counter ~ Termometer

~ Penggaris ~ Batu

Page 4: Lap.ikan Dan Lingkungannya

D. Prosedur

1. Mencuci Aquarium hingga bersih

2. Mengisi ketiga Aquarium dengan volume air yang sama

3. Memasukkan ikan, dan hidrila dengan ketentuan berikut ini :

Aquarium pertama diisi dengan hidrila

Aquarium kedua diisi dengan ikan

Aquarium ketiga diisi dengan hidrila dan 1 ikan

Aquarium keempat diisi dengan hidrila dan 3 ikan

4. Aquarium diletakkan didekat jendela

5. Mengukur ketinggian air, pH, DO, , dan frekuensi membuka menutupnya

operculum ikan selama 1 temperature menit

6. Pengukuran dilakukan secara berkala selama 10 hari dan dilaksanakan tiap

pukul 12.00 WIB.

E. Data

1. Aquarium 1

Komponen ekosistem aquariumnya adalah Hidrilla, dan air.

Hari ke-

pHSuhu (◦C)

DO (mg/L)Volume (L)

1 7,4 26 7.5 10.04852 6.89 25.1 6.63 10.04853 7,49 24.4 7.0 10.04854 7.65 24 7.63 10.04855 6.96 24 7.16 9.774456 7.2 25.3 7.33 9.68317 7.3 24 7.23 9.50048 7.3 24.3 7.28 9.4547259 7.3 24.7 7.33 9.4090510 7.3 25 7.4 9.40905

Page 5: Lap.ikan Dan Lingkungannya

2. Aquarium 2

Komponen ekosistem aquariumnya adalah air dan ikan .

Hari ke-

pHSuhu (◦C)

DO (mg/L)

f operkulum ( ../ menit)

Volume (L)

1 7.5 26 7.57 49 9.774452 6.88 24.6 6.83 84 9.774453 7.31 24.3 7.1 70 9.68314 7.6 25.2 7.67 55 9.591755 7.1 25.5 6.4 61 9.1356 7 25.3 7.2 61 8.860957 7.3 24.9 6.6 12 8.76968 7.4 25 6.9 25 8.58699 7.4 25 7.1 38 8.586910 7.4 25 7.3 46 8.5869

Catatan :

1. Hari 1 : Jum’at, 24 Januari 2014

Posisi ikan di bawah dan tidak naik ke permukaan

2. Hari 2 : Sabtu, 25 Januari 2014

Posisi ikan di pojok bawah

3. Hari 3 : Minggu, 26 Januari 2014

Posisi ikan di pojok kiri bawah

4. Hari 4 : Senin, 27 Januari 2014

Posisi ikan di pojok kiri bawah

5. Hari 5 : Selasa, 28 Januari 2014

Posisi ikan di pojok kiri bawah

6. Hari 6 : Rabu, 29 Januari 2014

Posisi ikan di pojok kiri bawah

7. Hari 7 : Kamis, 30 Januari 2014

Posisi ikan yakni berenang dari ujung satu ke ujung

yang lain dengan lincah

8. Hari 10 : Minggu, 2 Februari 2014

Posisi ikan berada di pojok kanan bawah dan

pergerakan operkulum lemah

Page 6: Lap.ikan Dan Lingkungannya

9. Pengamatan pada hari ke- 8 dan hari ke- 9 tidak dilakukan

dan perhitungan data secara statistik

3. Aquarium 3

Komponen ekosistem aquariumnya adalah Hidrilla, air, dan 1 ikan.

Hari ke-

pHSuhu (◦C)

DO (mg/L)

f operkulum ( ../ menit)

Volume air ( L)

1 7,5 26 7,5 69 10,715

2 6,97 24,4 6,9 86 10,604

3 7,42 24,3 7,1 51 10,604

4 7,2 25 5,6 52 10,604

5 6,7 25,6 6,5 71 10,408

6 7,1 25,9 7,4 52 10,212

7 7,4 25,2 7,5 64 10,212

8 7,3 25,2 7,4 61 10.212

9 7,1 25,2 7,4 59 10.212

10 6,9 25,1 7,3 57 10.212

Keterangan:

1. Hari 1 : Jum’at, 24 Januari 2014

Posisi ikan di dasar aquarium

2. Hari 2 : Sabtu, 25 Januari 2014

Posisi ikan di dasar aquarium

3. Hari 3 : Minggu, 26 Januari 2014

Posisi ikan di dasar aquarium

4. Hari 4 : Senin, 27 Januari 2014

Posisi ikan di dasar aquarium

5. Hari 5 : Selasa, 28 Januari 2014

Posisi ikan di dasar aquarium

Page 7: Lap.ikan Dan Lingkungannya

6. Hari 6 : Rabu, 29 Januari 2014

Posisi ikan di dasar aquarium

7. Hari 7 : Kamis, 30 Januari 2014

Posisi ikan di dasar

8. Hari 10 : Minggu, 2 Februari 2014

Posisi ikan berada di pojok dasar aquarium.

4. Aquarium 4

Komponen ekosistem aquariumnya adalah Hidrilla, air, dan 3 ikan

Hari ke-

pHSuhu (◦C)

DO (mg/L)

f operkulum ( ../ menit)

Volume (L)

1 7.36 26 7.5 63 9.77445

2 6.89 24.13 7.03 82 9.77445

3 7.21 24.2 6.97 65 9.6831

4 6.9 25.9 7.1 54 9.59175

5 7.13 25.2 5.5 53 9.135

6 6.9 27.4 6.7 57 8.86095

7 7.2 25.8 7.3 46 8.7696

8 7.2 25.1 7.4 50 8.5869

9 7.25 25 7.5 52 8.5869

10 7.4 24.7 7.6 54 8.5869

Keterangan :

1. Hari Ke-4 ( Senin, 27 Januari 2014)

Keadaan ikan : Ikan lebih sering berada dibawah

2. Hari Ke-5 ( Selasa, 28 Januari 2014)

Keadaan ikan : Ikan cenderung diam, tidak aktif berenang

3. Hari Ke-6 (Rabu, 29 Januari 2014)

Keadaan Ikan : Ikan lebih sering berada di bawah, dan didekat

hidrilla

4. Hari Ke-7 (Kamis, 30 Januari)

Keadaan Ikan : Ikan lebih sering berada di tengah, kurang aktif

berenang, dan berada didekat hidrilla

5. Hari Ke-10 (Ahad, 2 Februari 2014)

Page 8: Lap.ikan Dan Lingkungannya

Keadaan ikan : Ikan aktif berenang dan lebih sering berada

disekitar hidrilla.

E. Analisi data

Percobaan mengetahui pengaruh ikan terhadap lingkungannya diawali

dengan tahap persiapan dimana praktikan mencuci k Aquarium hingga bersih,

kemudian mengisi keempat Aquarium dengan volume air yang sama, setelah itu

memasukkan ikan, dan hidrila dengan ketentuan berikut ini ke dalam akuarium:

akuarium pertama diisi dengan hidrila

akuarium kedua diisi dengan ikan

akuarium ketiga diisi dengan hidrila dan 1 ikan

akuarium keempat diisi dengan hidrila dan 3 ikan

Setelah siap, akuarium diletakkan di dekat jendela gunanya untuk

mendapatkan lingkungan hidup ikan yang seolah-olah sesuai dengan habitat

aslinya, mendapatkan sinar matahari dan pada malam hari mengalami malam

karena tidak ada lampu penerangan.

Pengukuran pertama mulai dilakukan setelah tahap persiapan selesai

dilakukan, dilakukan pengukuran terhadap ketinggian air (untuk mengetahui

volumenya), pH, DO, temperature, dan frekuensi membuka menutupnya

operculum ikan selama 1 menit, serta kondisi ikan apakah ikan berada pada dasar

atau permukaan air. Pengukuran dilakukan secara berkala selama 10 hari dan

dilaksanakan tiap pukul 12.00 WIB.

Berdasarkan  table di atas, akuarium 1 hanya terdiri dari tanaman hidrila,

akuarium 2 hanya berisi ikan, akuarium 3 berisi tanaman hidrila dan 1 ikan, dan

akuarium 4 berisi tanaman hidrila dan 3 ikan menunjukkan perbedaan pada

masing-masing indikator yang akan diukur dan nantinya antar indicator ada yang

dapat saling mempengaruhi misalnya suhu terhadap DO. Selain itu perbedaan

indicator tampak pada pengamatan masing-masing harinya. Baik suhu, pH, DO

pada tiap-tiap akuarium berbed, serta pada operculum ikan pada akuarium yang

berisikan ikan pun frekuensinya berbeda.

Pengambilan data pada hari ke 8 dan ke 9 tidak dilakukan secara langsung,

hal tersebut dikarenakan situasi dan kondisi yang kurang memungkinkan untuk

melakukan praktikum karena bertepatan dengan hari libur nasional sehingga

Page 9: Lap.ikan Dan Lingkungannya

dalam memperoleh data dilakukan perhitungan statistic. Caranya adalah sebagi

berikut :

1) Data pada pengamatan hari ke-7 ditambahkan dengan data pada

pengamatan pada hari ke-10 kemudian dibagi 2. Dan hasil perhitungan

tersebut untuk sementara dimasukkan dalam data pada hari ke-8.

2) Data pada hari ke-8 ditambahkan dengan data pada hari ke-10, kemudian

dibagi 2. Dan hasil perhitungan tersebut diletakkan pada data ke-9.

3) Untuk mencari data yang digunakan pada hari ke-8, maka dengan cara

menambahkan data pada hari ke-9 dengan data pada hari ke-7 kemudian

dibagi menjadi 2.

F. Pembahasan

1. pH dan Hubungan pH dengan Respirasi Ikan

pH (singkatan dari “ puisance negatif de H “ ), yaitu logaritma negatif

dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan dan mempunyai

pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga pH perairan

dipakai sebagai salah satu untuk menyatakan baik buruknya sesuatu perairan.

Ph sangat penting sebagai parameter kualitas air karena dapat mengontrol tipe

dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air, selain itu ikan dan

mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga

dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai

atau tidak untuk menunjang kehidupan organisme air termasuk di dalamnya

ikan dan tumbuhan air.

Derajat keasaman atau pH dalam air menunjukan aktifitas ion

hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion

hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu atau dapat ditulis pH = log

(H+). Jika pH dalam perairan < 4,5 maka air bersifat racun bagi ikan, sedangkan

pH > 9,0 pertumbuhan ikan sangat terhambat. Maka dari itu pH yang

diperlukan agar ikan mengalami pertumbuhan yang optimal yaitu 6,5 – 9,0

(Kordi, 2004). Dampak perubahan pH :

a. Terganggunya proses metabolisme ikan

b. Ikan mudah terserang penyakit

Page 10: Lap.ikan Dan Lingkungannya

c. Pertumbuhan menurun, karena ikan mengalami stress

d. pH tinggi dapat meningkatkan kandungan ammonia sehingga kualitas

air terganggu.

Pengaruh pH pada biota terletak pada aktivitas enzim. Kondisi perairan

yang bersifat asam maupun basa membahayakan ikan karena dapat menyebabkan

terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Nilai pH rendah dapat

menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat semakin tinggi dan

enzim akan mengalami protonasi . Keasaman juga berpengaruh pada tingkat

kelarutan suatu nutrien dalam perairan, yang menentukan keberadaan suatu

organisme. sedangkan pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara

amonium dan amoniak akan terganggu sehingga dapat menyebabkan

meningkatkan konsentrasi amoniak yang bersifat toksik bagi organisme (Barus,

2001). Klasifikasi nilai pH air dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

Netral : pH air = 7

 Alkalis (basa) : 7 < pH air < 14

 Asam : 0 < pH air < 7 (Efendi, 2003)

Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan

biota perairan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tinggi atau

rendahnya pH air dipengaruhi oleh senyawa / kandungan dalam air tersebut.

Faktor yang mempengaruhi kadar pH air yaitu sisa-sisa pakan dan kotoran yang

mengendap di dasar Aquarium. Faktor tersebut juga lah yang mengakibatkan

perbedaan kadar pH pada tiap Aquarium. Perbedaan jumlah rata-rata kadar pH

pada tiap aquarium dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel Kadar Rata-Rata Tiap Aquarium

Aquarium 1 Aquarium 2 Aquarium 3 Aquarium 4

7.252 7.289 7.159 7.144

Keterangan:

Aquarium 1 diisi dengan hidrila

Aquarium 2 diisi dengan ikan

Aquarium 3 diisi dengan hidrila dan 1 ikan

Aquarium 4 diisi dengan hidrila dan 3 ikan

Page 11: Lap.ikan Dan Lingkungannya

Pada table diatas dapat diketahui bahwa aquarium yang didalamnya

tidak terdapat ikan, dan hanya terdapat hidrilla saja kadar pHnya lebih tinggi

dibandingkan dengan aquarium yang memiliki ikan didalamnya.  Faktor- faktor

yang mempengaruhi Perubahan pH di aquarium yaitu (1.)      Aktivitas

fotosintesis, (2      Aktivitas respirasi (Ayubi, 2011). Hidrilla dalam Aquarium

meningkatkan kadar oksigen terlarut (DO) dan jumlah ikan yang melakukan

respirasi dan menghasilkan CO2, sehingga terdapat saling keterkaitan antara 2

faktor tersebut. Hidrilla membutuhkan ikan yang mampu menghasilkan CO2

dalam respirasi untuk fotosintesis dan ikan membutuhkan O2 yang dihasilkan

oleh fotosintesis hidrilla.

Semakin tinggi kadar oksigen terlarut maka makin tinggi pula pH pada

aquarium, dimana kedua faktor tersebut akan mempengaruhi aktivitas (respirasi)

pada ikan. Semakin rendah kadar pH pada suatu perairan maka semakin rendah

pula kadar oksigen terlarut pada suatu perairan yang menyebabkan semakin

cepat kegiatan ventilasi pernapasan ikan per menit sehingga menyebabkan

pergerakan ikan menjadi sangat agresif dan selalu muncul di permukaan untuk

bernafas. Meningkatnya kadar CO2 di perairan akan menurunkan kadar pH di

aquarium dan meningkatnya kadar oksigen terlarut di perairan akan

meningkatkan kadar pH air. Peningkatan kadar CO2 dapat diatasi oleh adanya

Hidrilla yang mampu melakukan fotosintesis yang memanfaatkan hasil

respirasi ikan, yakni CO2 sebagai salah satu sumber fotosintesis selain cahaya,

sehingga kadar antara O2 dan CO2 cukup stabil.

Pada praktikum Hubungan antara Ikan dengan Lingkungan, dapat

diketahui bahwa respirasi ikan berbanding terbalik dengan nilai pH. Semakin

rendah nilai pH di perairan maka menyebabkan kegiatan respirasi ikan semakin

cepat, sebaliknya jika nilai pH diperairan tinggi maka akan menyebabkan

respirasi ikan semakin lambat. Hubungan antara pH dengan frekuensi respirasi

(membuka dan menutupnya operculum) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 12: Lap.ikan Dan Lingkungannya

Tabel hubungan antara pH rata-rata dengan frekuensi rata-

rata operkulum

Aquarium 2 Aquarium 3 Aquarium 4

pH rata-rata 7.289 7.159 7.144

F Operkulum rata-rata 50 62 58

Keterangan:

Aquarium 1 diisi dengan hidrila

Aquarium 2 diisi dengan ikan

Aquarium 3 diisi dengan hidrila dan 1 ikan

Aquarium 4 diisi dengan hidrila dan 3 ikan

Pada table diatas, dapat diketahui bahwa terdapat ketidak konsistenan

data. Jika menurut teori seharusnya aquarium yang memiliki kadar pH rendah,

maka respirasi ikan akan semakin cepat namun hasil data pada aquarium 4

tidaklah sesuai dengan teori tersebut jika dibandingkan dengan aquarium 2 dan

3. Ketidak konsistenan tersebut dapat diakibatkan karena beberapa factor,

antara lain : (1) kurang telitinya praktikan dalam menghitung frekuensi

respirasi ikan, (2) posisi ikan yang selalu berubah-ubah, jika ikan berada pada

dasar dan menjauh dari hidrilla maka respirasinya cepat, namun jika ikan

berada di atas permukaan dan atau didekat hidrilla maka frekuensi ikan akan

semakin lambat, karena kadar oksigen disekitar hidrilla, dan diatas permukaan

lebih tinggi dibandingkan kadar oksigen didasar aquarium.

2. Hubungan Antara DO dengan Respirasi Ikan

Dissolved Oxygen (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang

berasal dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer atau udara. DO di suatu perairan

sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam

air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan

mengamati beberapa parameter kimia seperti DO. Semakin banyak jumlah DO

(dissolved oxygen), maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut

yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi

Page 13: Lap.ikan Dan Lingkungannya

anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase

saturasi (Salmin, 2000).

Kandungan Dissolved Oxygen (DO) minimum adalah 2 ppm dalam

keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik) atau

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menegaskan bahwa kadar DO

minimum yang harus ada pada air adalah >2 mg O2/lt. Idealnya, kandungan

oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan

sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70%. Penurunan kadar oksigen

terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal, yakni (1)  Proses oksidasi

(pembongkaran) bahan-bahan organic, (2) Proses reduksi oleh zat-zat yang

dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan, (3)  Proses pernapasan orgaisme

yang hidup di dalam air, terutama pada malam hari. “ Semakin tercemar, kadar

oksigen terlerut semakin mengecil

Pada akuarium pertama, sesuai analisis dari hari pertama sampai hari

kedua oksigen terlarutnya turun dengan menurunnya suhu lingkungan. Pada hari

ketiga sampai hari keempat oksigen terlarutnya bertambah dengan menurunnya

suhu lingkungan. Hari kelima dan keenam oksigen terlarutnya bertambah

dengan bertambahnya suhu lingkungan. Hari keenam ke hari yang ketujuh

oksigen terlarutnya berkurang dengan menurunnya suhu lingkungan. Pada hari

kedelapan hingga hari kesepuluh oksigen terlarutnya meningkat dengan

menurunnya suhu lingkungan. Jika dibandingkan hampir keseluruhan oksigen

terlarut meningkat jika suhu lingkungannya bertambah. Seharusnya hubungan

antara oksigen terlarut dengan suhu lingkungan berbanding terbalik, sehingga

jika oksigen terlarutnya bertambah maka suhu lingkungannya akan menurun.

Hal-hal seperti itu dapat terjadi dikarenakan beberapa factor, salah satunya

adalah praktikan tidak jeli dalam menentukan angka yang tertera pada alat

pengukur oksigen terlarut dikarenakan angka yang tertera berubah-ubah sangat

cepat.

Pada akuarium kedua, sesuai analisis dari hari pertama sampai hari

kedua oksigen terlarutnya turun dengan menurunnya suhu lingkungan. Pada hari

ketiga sampai hari keempat oksigen terlarutnya bertambah dengan

Page 14: Lap.ikan Dan Lingkungannya

meningkatnya suhu lingkungan. Hari kelima dan keenam oksigen terlarutnya

bertambah dengan menurunnya suhu lingkungan. Hari keenam ke hari yang

ketujuh oksigen terlarutnya berkurang dengan menurunnya suhu lingkungan.

Pada hari kedelapan hingga hari kesepuluh oksigen terlarutnya meningkat

dengan suhu lingkungan yang tetap. Jika dibandingkan hampir keseluruhan

oksigen terlarut berkurang sedangkan suhu lingkungannya menurun. Seharusnya

hubungan antara oksigen terlarut dengan suhu lingkungan berbanding terbalik,

sehingga jika oksigen terlarutnya bertambah maka suhu lingkungannya akan

menurun. Hal-hal seperti itu dapat terjadi dikarenakan beberapa factor, salah

satunya adalah praktikan tidak jeli dalam menentukan angka yang tertera pada

alat pengukur oksigen terlarut dikarenakan angka yang tertera berubah-ubah

sangat cepat.

Pada akuarium ketiga, sesuai analisis dari hari pertama sampai hari

kedua oksigen terlarutnya berkurang dengan menurunnya suhu lingkungan.

Pada hari ketiga sampai hari keempat oksigen terlarutnya berkurang dengan

meningkatnya suhu lingkungan. Hari kelima dan keenam oksigen terlarutnya

bertambah dengan bertambahnya suhu lingkungan. Hari keenam ke hari yang

ketujuh oksigen terlarutnya bertambah dengan menurunnya suhu lingkungan.

Pada hari kedelapan sampai hari kesembilan oksigen terlarut dengan suhu

lingkungannya sama. Hari kesembilan sampai hari kesepuluh oksigen

terlarutnya berkurang dengan suhu lingkungannya menurun . Jika dibandingkan

masih terdapat hasil yang tidak sesuai dengan teori yang ada. Seharusnya

hubungan antara oksigen terlarut dengan suhu lingkungan berbanding terbalik,

sehingga jika oksigen terlarutnya bertambah maka suhu lingkungannya akan

menurun. Hal-hal seperti itu dapat terjadi dikarenakan beberapa factor, salah

satunya adalah praktikan tidak jeli dalam menentukan angka yang tertera pada

alat pengukur oksigen terlarut dikarenakan angka yang tertera berubah-ubah

sangat cepat.

Pada akuarium keempat, sesuai analisis dari hari pertama sampai hari

kedua oksigen terlarutnya berkurang dengan menurunnya suhu lingkungan.

Pada hari ketiga sampai hari keempat oksigen terlarutnya bertambah dengan

meningkatnya suhu lingkungan. Hari kelima dan keenam oksigen terlarutnya

Page 15: Lap.ikan Dan Lingkungannya

bertambah dengan meningkatnya suhu lingkungan. Hari keenam ke hari yang

ketujuh oksigen terlarutnya bertambah dengan meningkatnya suhu lingkungan.

Pada hari kedelapan hingga hari kesepuluh oksigen terlarutnya meningkat

dengan menurunnya suhu lingkungan. Jika dibandingkan hampir keseluruhan

oksigen terlarut meningkat jika suhu lingkungannya bertambah. Seharusnya

hubungan antara oksigen terlarut dengan suhu lingkungan berbanding terbalik,

sehingga jika oksigen terlarutnya bertambah maka suhu lingkungannya akan

menurun. Hal-hal seperti itu dapat terjadi dikarenakan beberapa factor, salah

satunya adalah praktikan tidak jeli dalam menentukan angka yang tertera pada

alat pengukur oksigen terlarut dikarenakan angka yang tertera berubah-ubah

sangat cepat.

Berdasarkan oksigen terlarut yang diperoleh dalam percobaan ini,

masih banyak hasil yang tidak sesuai dengan oksigen terlarut yang diinginkan,

seharusnya oksigen terlarut dalam akuarium sangat dipengaruhi dengan suhu

yang berada disekitarnya, namun hal ini tidak terjadi dikarenakan oleh kondisi

cuaca pada saat pelaksanaan praktikum, dimana pada saat melakukan praktikum

cuaca disekitar tidak terlalu panas dan cenderung dingin, hal ini menyebabkan

perubahan suhu yang terjadi tidak terlalu besar. Disamping itu faktor kurang

telitinya para praktikan dalam mengamati termometer dan alat engukur oksigen

terlarut juga berpengaruh besar pada hasil praktikum yang didapat.

3. Hubungan Antara Volume dengan Respirasi Ikan

Pada percobaan yang dilakukan, data yang diambil salah satunya

adalah mengukur ketinggian air pada akuarium untuk menghitung volume air

yang ada di dalamnya. Pengukuran volume air ini dilakukan pada semua

akuarium (akuarium1-4). Berdasarkan perhitungan dan pengukuran pada

akuarium pertama, volume air pada hari pertama sampai keempat tetap sama,

yaitu 10.0485 liter. pada hari kelima, volume air berkurang menjadi 9.77445

liter, hari keenam 9.681 liter, hari ketujuh 9.5004 liter, serta hari kedelapan

sampai 10 volume air sama yaitu 9.40905 liter. Pada akuarium kedua tidak

diukur volume airnya (tidak ada data). Pada akuarium ketiga hanya mengukur

volume air sampai hari ketujuh. Pada hari pertama, volume air adalah 10,715

Page 16: Lap.ikan Dan Lingkungannya

liter, hari kedua sampai keempat 10,604 liter, hari kelima 10,408, hari keenam

dan ketujuh 10,212 liter.

Pada akuarium keempat Rata-rata, volume air yang ada di dalam

akuarium ini semakin berkurang setiap harinya, walaupun hanya sedikit.

Berkurangnya volume air ini disebabkan karena ada beberapa air yang

menguap. Menguapnya air ini dapat dipengaruhi oleh suhu dan cahaya yang

mengenai akuarium tersebut.selain itu, berkurangnya air dalam akuarium ini

juga disebabkan oleh tanaman hydrilla yang ada di dalam akuarium. Tumbuhan

tersebut menyerap air untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen

yang nantinya akan digunakan oleh ikan untuk respirasi. Selain itu diakibatkan

karena aktivitas metabolisme ikan yang menggunakan air untuk hidupnya baik

untuk pencernaan maupun sirkulasi.

4. Frekuensi Membuka dan Menutupnya Operkulum (Respirasi)

Pada percobaan yang dilakukan, data yang diambil salah satunya

adalah frekuensi membuka dan menutupnya operculum. Operculum adalah

tutup insang. Insang adalah alat yang digunakan untuk bernafas. Pada insang

terjadi perukaran gas O2 dan gas CO2 . mekanismenya adalah tutup insang

menutup, mulut ikan terbuka, air masuk melalui mulut, lalu air melewati

insang, kemudian terjadi pertukaran gas O2 dengan gas CO2 , lalu mulut ikan

menutup dan tutup insang terbuka dan akhirnya air keluar dari insang.

Frekuensi operculum yang diamati hanya pada akuarim 2, 3, dan 4

sedangkan akuarium 1 tidak karena hanya mengamati hydrila saja. Pada

akuarium pertama berisi satu ikan. Pada akuarium ketiga juga berisio satu ikan.

Sedangkan pada akuarium keempat berisi 4 ikan. Karena pada akuarium

keempat berisi tiga ikan maka frekuensi operkulumnya dirata-rata karena yang

diminta hanya satu data saja.

Pada akuarium kedua, sesuai analisis dari hari pertama sampai hari

kedua frekuensi operculum naik dengan menurunnya oksigen terlarut, ketika

oksigen yang terlarut dalam air sedikit maka ikan akan terus membuka dan

menutup mulutnya lebih cepat untuk mencari oksigen yang terlarut dalam air

untuk kebutuhan respirasinya. Pada hari ketiga sampai hari keempat frekuensi

operculum menurun dengan bertambahnya jumlah oksigen terlarut dalam air,

Page 17: Lap.ikan Dan Lingkungannya

ketika oksigen yang terlarut banyak maka ikan akan lebih tenang dalam

mencari oksigen terlarut untuk respirasinya. Hari kelima dan keenam frekuensi

operkulumnya sama tetapi jumlah oksigen yang terlarut dalam air meningkat

dari hari keenam ke hari yang ketujuh. Pada hari kedelapan hingga hari

kesepuluh ferkuensi operculum meningkat dengan bertambahnya oksigen

terlarut, seharusnya semakin tinggi oksigen terlarut maka akan semakin rendah

frekuensi operkulumnya. Akan tetapi jika dibandingkan antara hari ketiga

dengan hari kesepuluh frekuensi respirasi menurun dengan meningkatnya

oksigen terlarut. Dan jika dibandingkan antara hari ketiga dengan hari ke

Sembilan, oksigen terlarutnya sama tetapi frekuensi operkulumnya sangat jauh

berbeda. Perbandingan antara hari ketujuh dengan hari kedelapan, seharusnya

dengan meningkatnya oksigen terlarut sebanding dengan menurunnya

frekuensi operculum. Hal-hal seperti itu dapat terjadi dikarenakan beberapa

factor, salah satunya adalah praktikan tidak jeli dalam melihat membuka dan

menutupnya operculum.

Pada akuarium ketiga, dari hari pertama ke hari yang kedua frekuensi

operculum mengalami kenaikan dikarenakan jumlah oksigen terlarut dalam

mengalami penunuran sehingga ikan bernafas lebih cepat agar memperoleh

oksigen yang cukup untuk respirasi. Pada hari ketiga frekuensi operculum

turun dengan naiknya jumlah oksigen terlarut dalam air. Hari keempat dan hari

kelima frekuensi operculum mengalami kenaikan dengan menurunnya jumlah

oksigen terlarut dalam air dibanding dengan hari ketiga, tetapi perbandingan

jumlah oksigen terlarut dalam air lebih banyak pada hari kelima di

dimungkinkan terjadi jika praktikan kurang jeli dalam menghitung frekuensi

operculum. Hari keenam frekuensi operculum turun dengan naiknya jumlah

oksigen terlarut. Hari ketujuh frekuensi operculum naik dengan naiknya

jumlah oksigen terlarut, dibanding hari pertama dengan jumlah oksigen yang

terlarut sama frekuensi operculum masih lebih sedikit pada hari ketujuh jadi

pada hari ketujuh masih dalam keadaan normal, hal ini juga ditandai dengan

ikan masih berenang di dasar aquarium tidak di atas akuarium. Jika ikan lebih

sering berenang diatas menandakan bahwa jumlah oksigen terlarut sedikit.

Pada hari kedelapan hingga hari kesepuluh frekuensi operculum mengalami

Page 18: Lap.ikan Dan Lingkungannya

penurunan dengan menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air disbanding

dengan hari ketujuh. Jika dibandingkan antara hari kedelapan hingga hari ke

kesepuluh dengan hari ketiga masih dalam keadaan normal.

Pada aquarium keempat. Mulai hari pertama sampai hari kedua

frekuensi operculum naik dengan berkurangnya jumlah oksigen terlarut. Pada

hari ketiga jumlah oksigen terlarut turun tetapi jumlah frekuensi operculum

juga menurun jika dibandingkan dengan hari sebelumnya. Hari keempat

frekuensi operculum turun dengan naiknya jumlah oksigen terlarut dalam air.

Pada hari kelima sama seperti pada hari ketiga, jumlah oksigen terlarut

menurun tetapi frekuensi operculum juga menurun jika dibandingkan dengan

hari berikutnya. Sedangkan pada hari keenam jumlah oksigen terlaruk naik

tetapi frekuensi operculum juga ikut naik jika dibandingkan dengan hari

sebelumnya. Pada hari ketujuh hingga hari ke kesepuluh frekuensi operculum

turun dengan naiknya jumlah oksigen terlarut. Pada hari ketiga, kelima dan

keenam terjadi seperti itu dapat dikarenakan frekuensi operculumnya

merupakan rata-rata dari tiga ikan pada akuarium keempat karena praktikan

tidak bisa mengkontrol jumlah frekuensi operculum pada setiap ikan agar

sama.

Perbandingan rata –rata frekuensi operculum pada akuarium kedua,

ketiga dan keempat, frekuensi terbanyak pada akuarium ke tiga kemudian

keempat dan yang terakhir yang kedua. Dengan jumlah oksigen terlarut paling

banyak pada akuarium ketiga dan kemudian akuarium keempat dan kedua sama.

Seharusnya jika dibandingkan dengan sumber rujukan jumlah oksigen terlarut

banyak maka frekuensi operkulumnya akan semakin sedikit. Tetapi tidak pada

praktikum ini. Banyak hal yang menjadi sebab hal ini terjadi, yang pertama

adalah besar ikan pada tiap akuarim dan pada akuarium yang sama tidak sama

semuanya, yang kedua dimungkinkan kesalahan praktikan dalam melihat

terbuka dan tertutupnya operculum. Tetapi hal ini masih dalam keadaan normal

dikarenakan sampai hari terakhir tidak ada ikan yang mati. Dan sesuai dengan

pengamatan tambahan bahwa ikan masih sering berenang di bawah akuarium

tidak diatas merupakan indicator lain bahwa jumlah oksigen terlarut dalam air

masih dapat menunjang kehidupan ikan.

Page 19: Lap.ikan Dan Lingkungannya

5. Hubungan Antara Suhu, DO dan pH terhadap Respirasi Ikan

Air sebagai lingkungan hidup organisme, air relatif tidak begitu banyak

mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas

jenis air lebih tinggi dari pada udara. Artinya untuk naik 1 C, setiap satuan volume

air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Pada perairan

dangkal akan menunjukkan fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada perairan

yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi

suhu yang rendah. menyatakan bahwa suhu air normal adalah suhu air yang

memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan

berkembangbiakan.

Kenaikan suhu air pada aquarium akan menimbulkan akibat sebagai

berikut: 1) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun; 2) Kecepatan reaksi

kimia meningkat; 3) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. Suhu dapat

mempengaruhi fotosintesa yakni suhu berperan untuk mengontrol reaksi kimia

enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum

fotosintesa. Selain itu suhu air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen

terlarut didalam air. Jika suhu tinggi, air akan lebih lekas jenuh dengan oksigen

dibanding dengan suhunya rendah. Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi

oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu

dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air

mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi serta

penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya.

Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di

dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan

mengakibatkan berubahnya semua proses didalam perairan. Hal ini dilihat dari

peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan berkurang. Dalam perairan,

khususnya perairan tawar memiliki kadar oksigen (O2) terlarut berkisar antara 15

mg/l pada suhu 0oC dan 8 mg/l pada suhu 25oC. Kadar oksigen (O2) terlarut dalam

perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/l (Efendi, 2003).

Jika suhu air dapat mempengaruhi kecepatan reaksi kimia sehingga suhu

juga mempengaruhi pH air sebab pH air berfluktuasi mengikuti kadar CO2

Page 20: Lap.ikan Dan Lingkungannya

terlarut dan memiliki pola hubungan terbalik, semakin tinggi kandungan CO2

perairan, maka pH akan menurun dan demikian pula sebaliknya. Kadar pH di

perairan dan meningkatnya kadar oksigen terlarut di perairan akan meningkatkan

kadar pH air. Kadar oksigen rendah dan pH yang rendah akan berpengaruh

terhadap aktivitas respirasi ikan. Hubungan DO dan pH dengan respirasi ikan

adalah berbanding lurus, semakin tinggi kadar DO di perairan maka semakin

tinggi pula kadar pH di perairan, sedangkan kegiatan ventilasi pernapasan ikan

berbanding terbalik dengan nilai DO dan pH, semakin rendah nilai DO dan nilai

pH di perairan maka menyebabkan kegiatan ventilasi ikan semakin cepat. Kisaran

suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis

dapat berlangsung berkisar antara 25 0C - 32 0C. Kisaran suhu tersebut biasanya

berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat

menguntungkan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan.

Hasil pengamatan kami pada aquarium 1 yang hanya berisi hydrilla dan

air didapatkan data pada hari ke satu pengamatan suhunya 260C, yang merupakan

suhu normal dan merupakan suhu normal untuk semua organisme yang hidup di

air dan pada hari ke satu ini keadaan di dalam aquarium 1 ini masih keadaan air

alami belum terjadi proses fotosintesis oleh tumbuhan hydrilla, dengan kadar

oksigen terlarut (DO) sebesar 7,5 mg/L dan pH sebesar 7,4 pada volume air

10,4085 L.

Pada hari ke dua terjadi penuruanan suhu dari sehingga menyebabkan

penurunan kadar oksigen terlarut (DO), hal ini di sebabkan karena penurunan

suhu sehingga tumbuhan hydrilla tidak dapat melakukan fotosintesis secara

maksimal. Serta terjadi penurunan pH hal ini dikarenakan hydrilla tidak dapat

melakukan fotosintesis secara maksimal menyebabkan karbon dioksida dalam air

tidak dipakai seluruhnya pada proses fotosintesis.

Pada hari ke tiga dan ke empat terjadi penurunan suhu, namun oksigen

terlarut dan pH pada air meningkat.Hal ini memang agak ganjal dan aneh sebab

jika suhu turun kemungkinan aktifitas hidrilla untuk melakukan fotosintesis juga

menurun sehingga kadar oksigen terlarut juga rendah serta menyebabkan pH air

juga menurun. Namun jika di tinjau dari sudut pandang yang lain hal tersebut bisa

terjadi karena pada aquarium 1 hanya terdapat satu organisme yaitu hidrilla

Page 21: Lap.ikan Dan Lingkungannya

sehingga tidak terlalu banyak pencemaran air oleh hasil ekskresinya pada saat

respirasi sehingga pH air meningkat dan kadar oksigen terlarut dapat meningkat

karena adanya proses difusi antara air degann udara bebas dan juga hasil

fotosintesis.

Pada saat hari ke lima suhu air tetap namun DO menurun, begitu pula

dengan pH air dan terjadi penurunan volume air. Seharusnya jika suhu tetap maka

DO dan juga pH juga tetap, namun hal tersebut dapat terjadi karena kemungkinan

aktifitas hidrilla untuk melakukan fotosintesis juga menurun sehingga kadar

oksigen terlarut juga rendah serta menyebabkan pH air juga menurun penurunan

volume dapat disebabkan karena cahaya yang terus menerus mengenai aquarium

sehingga terjadi penguapan air di aquarim dan bisa juga karena proses fotosintesis

pada hidrilla.

Pada hari ke enam suhu meningkat begitu pula DO dan pH di karenakan

pada suhu ini terjadi fotosintesis yang maksimal sehingga menghasilkn hasil yang

sangat baik. Pada hari ke tujuh sampai ke sepuluh terjadi peningkatan suhu, pH

konstan dan kadar oksigen terlarut mengalami peningkatan. Hal tersebut terjadi

karena pada setiap perubahan terjadi peningkatan suhu sehingga fotosintesis

berlangsung dengan maksimal setiap peningkatan suhu menyebabkan terjadi

peningkatan kadar oksigen terlarut setiap hari sehingga pH air pun konstan sebab

proses fotosintesis selalu berlangsung maksimal.

Pada aquarium 2 yang hanya berisi ikan dan air didapatkan data pada hari

ke satu pengamatan suhunya 260C, yang merupakan suhu normal dan merupakan

suhu normal untuk semua organisme yang hidup di air dan pada hari ke satu ini

keadaan di dalam aquarium 2 ini masih keadaan air alami belum terjadi proses

respirasi oleh ikan mas dengan kadar oksigen terlarut (DO) sebesar 7,57 mg/L,

pH sebesar 7,7 dan frekuensi operkulum ikan sebesar 49/menit hal ini dikarenakan

ikan baru saja di pindah dari ember ke dalam aquarium sehingga ikan

membutuhkan adaptasi dengan lingkungan di dalam aquarium pada volume air

9.77445 L.

Pada hari ke dua suhu air menurunan sehingga terjadi penurunan kadar

oksigen terlarut dan pH seingga terjadi peningkatan frekuensi operculum. Hal ini

dikarenakan terjadi penggunaan oksigen oleh ikan sedangkan sumber oksigen

Page 22: Lap.ikan Dan Lingkungannya

hanya dari difusi air dengan udara bebas dan hal tersebut tidak selalu dapat

dilakukan sehngga terjadi penurunan pH serta peningkatan frekuensi operkulum

karenakan kadar oksigen terlarut yang tersedia sangat sedikit.

Pada hari ke tiga terjadi penurunan suhu sehingga terjadi peningkatan

kadar oksigen terlarut dan pH sehingga terjadi penurunan frekuensi operculum.

Hal tersebut dapat terjadi karena tekanan udara pada saat itu tidak terlalu pekat

sehingga proses difusi dapat terjadi dengan maksimal sehingga pH air juga

meningkat dan frekuensi operculum turun karean kadar oksigen meningkat.

Namun terjadi penurunan volume hal ini disebabkan karena cahaya terus menerus

mengenai akuarium sehingga air mengalami penguapan dan terjadi proses

metabolisme oleh ikan.

Pada hari ke empat terjadi kenaikan suhu air namun terjadi kenaikan kadar

oksigen terlarut dan pH sehingga terjadi penurunan frekuensi

operculum.seharusnya jika terjadi kenaikan suhu maka kadar oksigen terlarut

menjadi rendah namun pada kondisi ini kadar oksigen terlarut meningkat hal

tersebut dapat dikarenakan pada waktu itu tekanan udara tidak terlalu pekat

sehingga proses difusi dapat terjadi dengan maksimal sehingga terjadi

peningkatan pH dan terjadi penurunan frekuensi operkulum ikan karena kadar

oksigen terlarut meningkat. Namun terjadi penurunan volume hal ini di karenakan

kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi

pengupan air dalam aquarium dan terjadi proses metabolisme oleh ikan.

Pada hari ke lima terjadi kenaikan suhu air di ikuti dengan penurunan

kadar oksigen terlarut dan pH sehingga frekuensi operculum meningkat. Hal

tersebut terjadi karena pada saat itu proses difusi udara dengan air tidak berjalan

maksimal dan juga terjadi prosesmetabolisme oleh ikan secarah berlebih sehingga

menyebabkan kadar oksigen terlarut dan pH menurun sehingga frekuensi

operculum meningkat karena kadar oksigen terlarut juga menurun. Terjadi

penurunan volume hal ini di karenakan akuarium selalu mendapat cahaya

langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalam aquarium

dan juga terjadi proses metabolisme oleh ikan.

Pada hari ke enam terjadi penurunan suhu sehingga terjadi

peningkatan kadar oksigen terlarut dan pH namun frekuensi

Page 23: Lap.ikan Dan Lingkungannya

operculum konstan. Hal ini dikarenakan tekanan udara pada saat itu

tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi dengan maksimal dan ikan

tidak melakukan proses metabolisme secara berlebihan sehingga frekuensi

operculum konstan. Sedangkan volumenya mengalami penurunan

hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun

siang sehingga terjadi pengupan air dalam aquarium dan proses metabolisme yang

dilakukan oleh ikan.

Pada hari ke tujuh terjadi penurunan suhu namun terjadi

penurunan kadar oksigen terlarut hal tersebut terjadi karena terjadi

penggunaan oksigen oleh ikan sedangkan sumber oksigen haya dari difusi air

dengan udara bebas dan hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan sebab ada

beberapa faktor yang mempengaruhi serta terjadi proses respirasi oleh ikan yang

menghasilkan karbon dioksida. Namun pH air malah meningkat dimungkinkan

terdapat kesalahan oleh pengamat saat membaca skala pada

alat. Karena kadar oksigen terlarut menurun namun frekuensi

operkulum ikan menurun seharusnya frekuensi operculum

meningkat hal tersebut dapat terjadi karena pada

saatmenghitung frekuensi operculum ikan pengamat kurang teliti

memperhatikan ikan yang diamati. Sedangkan volumenya

mengalami penurunan hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya

langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalam aquarium

dan terjadi proses metabolisme oleh ikan.

Pada hari ke delapan terjadi peningkatan suhu menjadi 25

sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 6,9

hal tersebut terjadi karena difusi air dengan udara bebas walaupun tidak

maksimal. Sehingga terjadi kenaikan kadar pH air menjadi 7,4 karena kadar

oksigen terlarut lebih besar dibandingkan karn dioksida dalam air. Sehingga

terjadi kenaikan frekuensi operkulum ikan menjadi 25/menit karena kadar oksigen

terlarut dalam air dapatmencukupi kebutuhan ikan. Sedangkan volume airnya

senantiasa mengalami penurunan sebab aquarium selalu mendapat cahaya

langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.

Page 24: Lap.ikan Dan Lingkungannya

Pada hari ke sembilan dan kesepuluh suhunya tidak

mengalami perubahan namun mengalami peningkatang kadar

oksigen pada hari ke sembilan dan ke sepuluh namun pH airnya

konstan, namun frekuensi operkulumnya juga meningkat. Hal

tersebut di sebabkan oleh kadar oksigen terlarut yang semakin

meningkat dan kekonstanan pH serta pembacaan angka pada

alat yang tidak akurat sebab pada alatpengukur DO dan pH

angka mengalami perubahan cepat sekali. Namun volume airnya

tidak mengalami perubahan malah tetap konstan dari hari ke

delapan sampai ke sepuluh.

Pada aquarium 3 yang hanya berisi satu ikan, hidra dan air didapatkan data

pada hari ke satu pengamatan suhunya 260C, yang merupakan suhu normal dan

merupakan suhu normal untuk semua organisme yang hidup di air dan pada hari

ke satu ini keadaan di dalam aquarium 3 ini masih keadaan air alami belum terjadi

proses respirasi oleh ikan mas dengan kadar oksigen terlarut (DO) sebesar 7,5

mg/L, pH sebesar 7,5 dan frekuensi operkulum ikan sebesar 69/menit hal ini

dikarenakan ikan baru saja di pindah dari ember ke dalam aquarium sehingga ikan

membutuhkan adaptasi dengan lingkungan di dalam aquarium. Pada aquarium

telah di isi air dengan volume air 10,715 L.

Pada hari ke dua suhu air berubah menjadi 24,4 terjadi penurunan suhu

sehingga terjadi penurunan kadar oksigen terlarut dari 7,5 mg/L menjadi 6,9 mg/L

hal ini dikarenakan terjadi proses foosintesis yang kurang maksimal oleh hidrilla

atau difusi air dengan udara bebas kurang maksimal sebab hal tersebut tidak selalu

dapat dilakukan sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Serta terjadi

penurunan pH menjadi 6,97 sebab kadar oksigen terlarut lebih sedikit daripada

kadar karbon dioksida dan frekuensi operkulum meningkat menjadi 86

dikarenakan kadar oksigen terlarut yang tersedia sangat sedikit. Terjadi penurunan

suhu menjadi 10,604 dikarenakan aquarium selalu mendapatkan pencahayaan oleh

matahari baik pagi maupun siang hari dan aktivitasikan serta hidrilla.

Pada hari ke tiga terjadi perbahan menjadi 24,3 terjadi penurunan suhu

namun terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7.1 mg/L hal tersebut

dikarenakan tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi

Page 25: Lap.ikan Dan Lingkungannya

dengan maksimal dan proses fotosintesis oleh hidrilla juga berjalan maksimal.

Terjadi kenaikan pH menjadi 7.42 hal ini terjadi karena kadar oksigen terlarut di

dalam air lebih banyak dari pada kadar karbon dioksida dalam air sehingga terjadi

penurunan frekuensi operkulum ikan menjadi 51/menit karena kadar oksigen

terlarut tercukupi. Volume air dalam akuarium konstan yaitu sebesar 10,604.

Pada hari ke empat terjadi perubahan menjadi 25 terjadi kenaikan suhu air

disertai dengan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 5,6 hal tersebut

dikarenakan tekanan terlalu pekat sehingga proses difusi tidak terjadi dengan

maksimal sehingga terjadi penurunan pH menjadi 7,2 hal ini terjadi karena kadar

oksigen terlarut di dalam air lebih sedikit dari pada kadar karbon dioksida dalam

air sehingga terjadi penurunan frekuensi operkulum ikan menjadi 52/menit karena

kadar oksigen terlarut tidak tercukupi namun terjadi penurunan volume menjadi

9.59175 hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi

maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium. Volume air dalam

akuarium konstan yaitu sebesar 10,604.

Pada hari ke lima terjadi perubahan suhu menjadi 25,9 terjadi kenaikan

suhu air di ikuti dengan peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 6.5 hal

tersebut terjadi karena terjadi hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan sebab ada

beberapa faktor yang mempengaruhi, terjadi penurunan pH menjadi 6,7 mungkin

terjadi kesalahan saat membaca skala pada alat sehingga frekuensi operkulum

ikan meningkat menjadi 71/menit karena kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan

tidak tersedia sesuai dengan kebutuhannya dan terjadi penurunan volume menjadi

10.408 hal ini di karenakan aquarium selalu mendapat cahaya langsung baik pagi

maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium dan juga terjadi

kenaikan suhu air.

Pada hari ke enam terjadi perubahan suhu menjadi 25,9

terjadi peningkatan suhu sehingga terjadi peningkatan kadar

oksigen terlarut menjadi 7.4 hal ini dikarenakan tekanan udara tidak

terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi dengan maksimal dan terjadinya

fotosintesis yang maksimal oleh hidrilla.terjadi peningkatan pH 7,1, hal ini terjadi

karena metabolisme ikan dan hidrilla meningjat. Namun frekuensi operkulum

meningkat menjadi 52/menit hal tersebut terjadikarena kadar oksigen terlarut

Page 26: Lap.ikan Dan Lingkungannya

dalam air meningkat. Sedangkan volumenya mengalami penurunan

menjadi 10,212 hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung

baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.

Pada hari ke tujuh terjadi penurunan suhu menjadi 25,5

namun terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7,5

hal ini dikarenakan tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi

dapat terjadi dengan maksimal dan terjadinya fotosintesis yang maksimal oleh

hidrilla. Sehingga terjadi peningkatan pH air menjadi 7,4 karena kadar

oksigen terlarut lebih banyak dibandingkan dengan kadar karbon

dioksida. Namun frekuensi operkulum ikan meningkat menjadi

64/menit karena oksigen terlarut yang tersedia tidak mencukupi

kebutuhannya. Sedangkan volumenya konstan yakni sebesar

10,212.

Pada hari ke delapan terjadi penurunan suhu menjadi 25,2

namun terjadi penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 7,4 hal

tersebut terjadi karena difusi air dengan udara bebas tidak maksimal dan proses

fotosintesis tumbuhan hidrilla juga berlangsung tidak maksimal. Sehingga terjadi

penurunan kadar pH air menjadi 7,3 karena kadar oksigen terlarut lebih sedikit

dibandingkan karbon dioksida dalam air. Namun terjadi penurunan frekuensi

operkulum ikan menjadi 61/menit.

Pada hari ke sembilan dan kesepuluh suhu mengalami

perubahan yakni 25,5 pada hari ke sembilan dan 25,1 pada hari

ke sepuluh terjadi penurunan, namun mengalami penurunan juga

pada kadar oksigen terlarutnya di hari ke sembilan sebesar7,4

dan di hari ke sepuluh sebesar7,3 sehingga pH airnya juga

mengalami penurunan dari 7,1 menjadi 6,9. Namun frekuensi

operkulumnya menurun pada hari ke sembilan 59/menit dan

pada hari ke sepuluh 57/menit.

Pada aquarium 4 yang hanya berisi tiga ikan, hidrilla dan air didapatkan

data pada hari ke satu pengamatan suhunya 260C, yang merupakan suhu normal

dan merupakan suhu normal untuk semua organisme yang hidup di air dan pada

hari ke satu ini keadaan di dalam aquarium 3 ini masih keadaan air alami belum

Page 27: Lap.ikan Dan Lingkungannya

terjadi proses respirasi oleh ikan mas dengan kadar oksigen terlarut (DO) sebesar

7,5 mg/L, pH sebesar 7,36 dan frekuensi operkulum ikan sebesar 63/menit hal ini

dikarenakan ikan baru saja di pindah dari ember ke dalam aquarium sehingga ikan

membutuhkan adaptasi dengan lingkungan di dalam aquarium. Pada aquarium

telah di isi air dengan volume air 9,77445L.

Pada hari ke dua suhu air berubah menjadi 24,13 terjadi penurunan suhu

sehingga terjadi penurunan kadar oksigen terlarut dari 7,5 mg/L menjadi 7,03

mg/L hal ini dikarenakan terjadi proses foosintesis yang kurang maksimal oleh

hidrilla atau difusi air dengan udara bebas kurang maksimal sebab hal tersebut

tidak selalu dapat dilakukan sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Serta

terjadi penurunan pH menjadi 6,89 sebab kadar oksigen terlarut lebih sedikit

daripada kadar karbon dioksida dan frekuensi operkulum meningkat menjadi 82

dikarenakan kadar oksigen terlarut yang tersedia sangat sedikit. Terjadi

kekonstanan volume yaitu 9,77445.

Pada hari ke tiga terjadi perbahan menjadi 24,2 terjadi peningkatan suhu

sehingga terjadi penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 6,97 mg/L hal tersebut

dikarenakan tekanan udara terlalu pekat sehingga proses difusi tidak dapat terjadi

dengan maksimal dan proses fotosintesis oleh hidrilla juga berjalan tidak

maksimal. Namun terjadi kenaikan pH menjadi 7.24 hal ini terjadi karenena

dimungkinkan saat mengukur pH peneliti tidak akurat dalm melihat angka dan

terjadi penurunan frekuensi operkulum ikan menjadi 65/menit karena kadar

oksigen terlarut tercukupi n karena ikan sudah ber adaptasi terhadap lingkungan.

Volume air dalam akuarium menurun menjadi 9,6831 hal ini di karenakan kolam

selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi

pengupan air dalm aquarium dan juga terjadi kenaikan suhu air.

Pada hari ke empat terjadi perubahan menjadi 25,9 terjadi kenaikan suhu

air disertai dengan terjadi kenaikan kadar oksigen terlarut menjadi 7,1 hal tersebut

dikarenakan tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi

dengan maksimal dan juga fotosintesis oleh hidrilla berjalan dengan maksimal.

Namun terjadi penurunan pH menjadi 6,9 . sehingga terjadi penurunan frekuensi

operkulum ikan menjadi 54/menit karena kadar oksigen terlarut tercukupi namun

terjadi penurunan volume menjadi 9.59175 hal ini di karenakan kolam selalu

Page 28: Lap.ikan Dan Lingkungannya

mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air

dalm aquarium.

Pada hari ke lima terjadi perubahan suhu menjadi 25,2 terjadi penurunan

suhu air di ikuti dengan penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 5.5 hal tersebut

terjadi karena difusi udara dengan air tidak selalu dapat terjadi sebab ada beberapa

faktor yang mempengaruhi, terjadi kenaikan pH menjadi 7,13 mungkin terjadi

kesalahan saat membaca skala pada alat sehingga frekuensi operkulum ikan

menurun menjadi 53/menit karena kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan tidak

tersedia sesuai dengan kebutuhannya dan terjadi penurunan volume menjadi 9,135

hal ini di karenakan aquarium selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun

siang sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium dan juga terjadi kenaikan suhu

air.

Pada hari ke enam terjadi perubahan suhu menjadi 27,4

terjadi peningkatan suhu sehingga terjadi peningkatan kadar

oksigen terlarut menjadi 6,7 hal ini dikarenakan tekanan udara tidak

terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi dengan maksimal dan terjadinya

fotosintesis yang maksimal oleh hidrilla. Namun terjadi penurunan pH menjadi

6,9 hal ini terjadi karena metabolisme ikan dan hidrilla meningkat. Namun

frekuensi operkulum meningkat menjadi 57/menit hal tersebut terjadi karena

kadar oksigen terlarut dalam air meningkat. Sedangkan volumenya

mengalami penurunan menjadi 8,86095 hal ini di karenakan kolam

selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi

pengupan air dalm aquarium.

Pada hari ke tujuh terjadi penurunan suhu menjadi 25,8

namun terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7,3

hal ini dikarenakan tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi

dapat terjadi dengan maksimal dan terjadinya fotosintesis yang maksimal oleh

hidrilla. Sehingga terjadi peningkatan pH air menjadi 7,2 karena kadar

oksigen terlarut lebih banyak dibandingkan dengan kadar karbon

dioksida. Namun frekuensi operkulum ikan menurun menjadi

46/menit. Sedangkan volumenya mengalami penurunan menjadi

Page 29: Lap.ikan Dan Lingkungannya

8,7696 hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi

maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.

Pada hari ke delapan terjadi penurunan suhu menjadi 25,1

sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7,4

hal tersebut terjadi karena difusi air dengan udara bebas berjalan maksimal dan

proses fotosintesis tumbuhan hidrilla juga berlangsung maksimal, sehingga terjadi

kekonstanan kadar pH air sebesar 7,2. Namun terjadi penurunan frekuensi

operkulum ikan menjadi 50/menit hal ini terjadi karena oksigen terlarut tidak

dapat mencukupi kebutuhan 3 ikan sehingga rata-ratanya terus menurun.

Sedangkan volumenya mengalami penurunan menjadi 8,5869

hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun

siang sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.

Pada hari ke sembilan dan kesepuluh suhu mengalami

perubahan yakni 25 pada hari ke sembilan dan 24,7 pada hari ke

sepuluh terjadi penurunan, sehingga terjadi peningkatan pada

kadar oksigen terlarutnya di hari ke sembilan sebesar7,5 dan di

hari ke sepuluh sebesar7,6 sehingga pH airnya juga mengalami

peningkatan dari 7,25 menjadi 7,4. Namun frekuensi

operkulumnya meningkat pada hari ke sembilan 52/menit dan

pada hari ke sepuluh 54/menit.

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa semakin rendah kadar pH pada suatu perairan maka semakin rendah pula

kadar oksigen terlarut pada suatu perairan yang menyebabkan semakin cepat

kegiatan ventilasi pernapasan ikan per menit sehingga menyebabkan pergerakan

ikan menjadi sangat agresif dan selalu muncul di permukaan untuk bernafas.

Meningkatnya kadar CO2 di perairan akan menurunkan kadar pH di perairan dan

meningkatnya kadar oksigen terlarut di perairan akan meningkatkan kadar pH air.

Hubungan DO dan pH dengan respirasi ikan adalah berbanding lurus,

semakin tinggi kadar DO di perairan maka semakin tinggi pula kadar pH di

perairan, sedangkan kegiatan ventilasi pernapasan ikan berbanding terbalik

Page 30: Lap.ikan Dan Lingkungannya

dengan nilai DO dan pH, semakin rendah nilai DO dan nilai pH di perairan maka

menyebabkan kegiatan ventilasi ikan semakin cepat

Kenaikan suhu air pada aquarium akan menimbulkan beberapa akibat

antara lain: (1) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun, (2) Kecepatan

reaksi kimia meningkat, dan 3) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya

terganggu. Sedangkan dampak perubahan pH adalah : (1) Terganggunya proses

metabolisme ika, (3) Ikan mudah terserang penyakit, (3) Pertumbuhan

menurun, karena ikan mengalami stress, (4) pH tinggi dapat meningkatkan

kandungan ammonia sehingga kualitas air terganggu.

Penurunan kadar oksigen terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal,

yakni (1)  Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organic, (2) Proses

reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan, dan (3)

Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam hari.

“Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut semakin mengecil”

DAFTAR PUSTAKA

Amdah, Misdar. 2011. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme, (online), (http://blognaghgeo.blogspot.com/2011/02/pengaruh-suhu-terhadap-aktifitas.html) diakses 31 Januari 2014

Ayubi, Aludin Al. 2011. pH (Derajat Keasaman Perairan), (online) (http://aludinkedang.blogspot.com/2011/06/ph-derajat-keasaman-perairan.html), diakses 31 Januari 2014.

Barus, T. A. 2001. Metode Ekologis untuk Menilai Kualitas Suatu Perairan Lotik. Medan: Fakultas MIPA USU Medan.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: KANISIUS. 

Effendie. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Jogjakarta: Kanisius.

Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta: P.T Rineka Cipta.

Page 31: Lap.ikan Dan Lingkungannya

Kanisius. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogjakarta: Kanisius.

Kordi, K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT Rineka Cipta dan PT Bina Aksara.Jakarta.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, Volume XXX, Nomor 3, 2005 : 21 - 26 ISSN 0216-1877,(online),(http://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/), diakses 02 Februari 2014.

Soetjipta. 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Yogjakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sugiri.

Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.

Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Yogjakarta: Universitas Gadjah Mada

Page 32: Lap.ikan Dan Lingkungannya