ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

19
TUGAS ARTIKEL ILMIAH “PENGAMATAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI KONVENSIONAL DAN KOMBINASI KONVENSIONAL- HERBAL PADA PASIEN HIPERTENSI” BLOK MEDICAL RESEARCH PROGRAM 3 Tutor : Bapak Ageng Brahmadi, S.Si, M.Sc Disusun oleh : Handika Rheza Alfianto (G1A010100) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATAN

Transcript of ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

Page 1: ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

TUGAS ARTIKEL ILMIAH “PENGAMATAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI KONVENSIONAL DAN KOMBINASI

KONVENSIONAL-HERBAL PADA PASIEN HIPERTENSI”BLOK MEDICAL RESEARCH PROGRAM 3

Tutor :

Bapak Ageng Brahmadi, S.Si, M.Sc

Disusun oleh :

Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2013

Page 2: ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

PENGAMATAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI KONVENSIONAL DAN KOMBINASI KONVENSIONAL-

HERBAL PADA PASIEN HIPERTENSI

Handika Rheza Alfianto

G1A010100

ABSTRAK

Prevalensi penyakit hipertensi yang belum terjangkau di Indonesia tahun 2009 menurut Departemen Kesehatan RI adalah 75,8% dan yang sudah terjangkau adalah 32,2%. Puskesmas telah melakukan terapi terhadap penyakit ini dengan memberikan antihipertensi. Selain obat yang biasa diberikan dokter (konvensional), ternyata banyak pasien mengkonsumsi tanaman yang berkhasiat obat (obat bahan alam). Dalam mengontrol hipertensi kita dapat memanfaatkan pengobatan secara farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sintetis yang cenderung mahal. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut, kita dapat memanfaatkan pengobatan non farmakologis dengan bahan baku herbal atau dengan buah belimbing yang dapat dijangkau dari segi materil dan sudah teruji dapat mengatasi hipertensi seperti penelitian yang dilakukan di kota Mojokerto. Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Pada dasarnya artikel ilmiah ini mengulas tentang 3 jurnal yang sama-sama membahas tentang pengobatan herbal, judul dari jurnal pertama adalah Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional dan Kombinasi Konvensional-bahan Alam Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Wilayah Depok oleh Sefni Gusmira, lalu judul dari jurnal kedua adalah Daun Tanaman Akar Mambu (connarus grandis jack) Sebagai Obat Antihipertensi: Efektifitas Ekstrak Etanolnya Pada Tikus Hipertensi 2k1c Goldblatt oleh Armenia, serta judul jurnal ketiga yaitu Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto oleh Putri Indah Dwipayanti. Metode penelitian dari jurnal pertama memiliki desain kohort retrospektif dan menggunakan sampel pasien hipertensi yang datang ke puskesmas Depok, kemudian metode penelitian dari jurnal yang kedua menggunakan desain eksperimental dengan 2k1c (two kidney, one clip) pada tikus, sedangkan metode penelitian dari jurnal yang ketiga menggunakan desain pra eksperimen dengan rancangan one-group pre-post test design.

Kata Kunci : Hipertensi, terapi konvensional, terapi kombinasi, terapi herbal, belimbing, daun tanaman akar mambu.

Page 3: ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

PENDAHULUAN

Prevalensi hipertensi di dunia diperkirakan sebesar 1 milyar jiwa dan hampir

7,1 juta kematian setiap tahunnya akibat hipertensi, atau sekitar 13% dari total

kematian. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan penyakit

kardiovaskular telah meningkat dari urutan ke-11 (1972), menjadi urutan ke- 3 (1986)

dan menjadi penyebab kematian utama pada tahun 1992, 1995, dan 2001 (Sari, 2008).

Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara

maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang, adanya kegagalan penggunaan

obat modern untuk penyakit tertentu seperti hipertensi, dan semakin luasnya akses

informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia (Armenia, 2007).

Hipertensi sering dijumpai pada orang dewasa dan merupakan masalah

kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Banyak orang yang menderita penyakit

tersebut, tetapi tidak menyadarinya. Penyakit ini berjalan terus menerus seumur hidup

dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama belum ada komplikasi pada organ

tubuh. Sehingga tidaklah mengherankan bila hipertensi dijuluki sebagai pembunuh

diam-diam (the silent killer). Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat

disembuhkan melainkan hanya dapat dikontrol, untuk itu diperlukan ketlatenan dan

biaya yang cukup mahal. Dalam mengontrol hipertensi kita dapat memanfaatkan

pengobatan secara farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sintetis yang

belakangan ini cenderung mengalami hambatan karena daya beli masyarakat yang

semakin menurun, sehingga kita dapat memanfaatkan pengobatan secara non

farmakologis dengan obat alternatif berbahan baku buah belimbing yang bisa

dijangkau dari segi materiil (Lastri, 2009).

Penelitian terhadap pasien hipertensi yang dilakukan di beberapa negara

Eropa dan Amerika tahun 1990, didapatkan bahwa hipertensi yang terkontrol dari

pasien yang diterapi di Jerman sebanyak 29,9%, Swedia 21,0%, Inggris 40,3%,

Spanyol 18,7%, Italia 28,1%, Kanada 47,3%, dan Amerika Serikat sebanyak 54,5%

(Hasurungan,2002).

Page 4: ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

Pengobatan hipertensi diperlukan untuk mengontrol tekanan darah dengan

menggunakan antihipertensi. Selain antihipertensi yang biasa diberikan dokter

(konvensional), ternyata banyak pasien menggunakan herbal atau kombinasi

konvensional-herbal. Faktanya, terdapat rumah sakit yang melayani konsultasi herbal

seperti RS Puri Mandiri, dan RS Harapan Bunda yang membuka Unit TCM

(Traditional Chinese Medicine) di wilayah Jakarta (DEPKES RI,2001).

Melihat kompleksnya permasalahan hipertensi dan adanya hambatan

pengobatan hipertensi secara farmakologis akibat daya beli masyarakat yang semakin

menurun dan mempunyai harga yang cukup mahal, sehingga antisipasi dari

permasalahan tersebut perlu diberikan terobosan baru kepada masyarakat,

bahwasannya pengobatan non farmakologis atau contohnya pengobatan herbal atau

tradisional dapat menjadi pilihan alternatif yang bagus, baik dari segi ekonomis

maupun manfaatnya (Lastri, 2009).

Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat

obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan

tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan keterampilan yang

secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 80% penduduk dunia

masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan

obat yang berasal dari tanaman (Radji,2008).

Penelitian deskriptif terhadap pengguna herbal di Trinidad yang dilakukan

oleh Clement et al., melaporkan bahwa 86,8% pengguna herbal percaya bahwa herbal

sama efektifnya atau lebih efektif daripada pengobatan konvensional. Sedangkan

penggunaan terapi kombinasi obat konvensional dengan herbal adalah sebanyak 30%,

dan kebanyakan mereka tidak menginformasikan kepada dokter. Penggunaan

kombinasi obat juga dilakukan oleh pasienpasien di Puskesmas. Maka penelitian ini

dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh antihipertensi kombinasi konvensional-

bahan alam terhadap tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik terhadap pasien

Puskesmas (Clement et al., 2007 dalam Gusmira, 2012).

Page 5: ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

METODE

Metodologi yang dilakukan masing-masing peneliti pada ketiga jurnal ini

berbeda-beda. Jurnal pertama yang dilakukan oleh Sefni Gusmira dengan judul

Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional Dan Kombinasi Konvensional-

bahan Alam Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Wilayah Depok menggunakan

desain penelitian kohort retrospektif. Pasien yang datang ke Puskesmas diukur

tekanan darahnya oleh dokter Puskesmas. Kemudian pasien diwawancara dengan

panduan lembar pertanyaan yang berisi 31 pertanyaan dan dengan bantuan rekam

medis pasien. Lembaran pertanyaan berisi tentang biodata pasien dan riwayat

penyakitnya, yaitu berupa berapa besar tekanan darah pada kunjungan sebelumnya,

obat antihipertensi atau bahan alam yang telah diminum, efek samping yang

dirasakan, dan lain lain (Gusmira,2012).

Jurnal kedua yang dilakukan oleh Armenia dengan judul Daun Tanaman Akar

Mambu (connarus grandis jack) Sebagai Obat Antihipertensi: Efektifitas Ekstrak

Etanolnya Pada Tikus Hipertensi 2k1c Goldblatt menggunakan desain penelitian

eksperimental dengan melakukan 2k1c (two kidney, one clip) pada tikus. Ekstrak

etanol dibuat dari sampel daun tanaman C.grandis yang diambil dari Kebun Raya

Bogor pada bulan April 2007 dengan mengikuti prosedur. Kemudian tikus diinduksi

supaya hipertensi dengan menjepit salah satu arteri ginjalnya selama 1 bulan (2k1c-

Goldblatt), lalu hewan 2K1C goldblatt yang hipertensi dikelompokkan. Data dihitung

sebagai perubahan Tekanan darah diastolik (TDD), Tekanan darah sistolik (TDS),

Mean arterial pressure (MAP) dan Laju jantung (LJ), yakni selisih nilai awal tiap

parameterdengan nilai akibat perubahan oleh obat. Ekstrak atau Captopril diberikan

masing-masing sebagai bolus dose secara intra peritoneal sesuai dengan dosis yang

telah direncanakan (Armenia,2007).

Jurnal ketiga yang dilakukan oleh Putri Indah Dwipayanti dengan judul

Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto menggunakan desain

penelitian pra eksperimen dengan rancangan One-group pre-post test design. Peneliti

Page 6: ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

menggunakan desain ini karena penelitian ini akan mengungkapkan sebab-akibat

dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum

dilakukan intervensi (pre test), kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (post

test). Dalam penelitian ini, populasi targetnya adalah semua penderita hipertensi

primer yang ada di Sumolepen sejumlah 172 orang (Data Puskesmas Balongsari

periode Januari-November tahun 2009). Populasi terjangkau dalam penelitian ini

adalah penderita hipertensi primer yang rutin memeriksakan penyakitnya di

Puskesmas Balongsari sebanyak 43 orang. Teknik pengambilan sampel penelitian ini

dilakukan secara purposive sampling sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini

sebanyak 30 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah terapi buah

belimbing dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan

darah. Pemberian terapi buah belimbing dilakukan selama 3 hari berturut-turut

dengan frekuensi 2x dalam sehari. Setelah proses pemberian terapi buah belimbing

dilakukan, tepatnya pada hari ketiga, peneliti kembali mengukur tekanan darah

responden. Setelah itu peneliti mencatat kembali hasil tekanan darah dalam lembar

observasi tekanan darah dan dilakukan penyeleksian untuk selanjutnya dilakukan

pengolahan data. Setelah data terkumpul melalui observasi, kemudian data ditabulasi

dan dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Untuk hasil MAP yang telah

dihitung kemudian dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data berdistribusi

normal atau tidak (Dwipayanti, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari ketiga jurnal ini memang menghasilkan hasil yang berbeda-beda,

akan tetapi pada dasarnya dari hasil ketiga jurnal ini saling berkesinambungan, yaitu

pengobatan herbal memang dapat digunakan sebagai obat alternative hipertensi. Hasil

dari jurnal yang pertama yang penelitiannya dilakukan oleh Sefni gusmira dengan

judul Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional Dan Kombinasi

Konvensional-bahan Alam Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Wilayah Depok,

mengindikasikan bahwa penggunaan bahan alam dapat bervariasi, baik jumlah yang

Page 7: ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

dikonsumsi maupun bentuk pengolahannya. Timun yang mengandung saponin,

flavonoid dan polifenol secara empiris dapat menurunkan tekanan darah. Sedangkan

bahan alam lain seperti seledri, kumis kucing, labu siem, daun jati belanda dan lain-

lain sudah terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada hewan (Gusmira,2012).

Hasil analisis Chi-square ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara

terapi konvensional dengan terapi kombinasi konvensional-bahan alam terhadap

tekanan darah sistolik maupun diastolik. Hasil analisis belum dapat dijadikan

kesimpulan karena banyaknya faktor perancu yang berperan, terutama tingginya

ketidakpatuhan pasien dalam minum obat. Selain itu bahan alam yang paling banyak

digunakan yaitu timun, hanya diketahui sebagai empiris dapat menurunkan tekanan

darah (Gusmira 2012).

Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan, bahwa terapi konvensional

menurunkan sistolik lebih baik dibandingkan terapi kombinasi, dan terapi kombinasi

menurunkan diastolik lebih baik dibandingkan terapi konvensional. Perhitungan

tersebut yang memasukkan kelompok hipertensi tahap I dan II memberikan hasil

yang sama dengan perhitungan odds ratio pada kelompok hipertensi tahap II saja.

Pasien hipertensi tahap I pada kelompok terapi kombinasi menunjukkan penurunan

sistolik dan diastolik yang lebih baik daripada konvensional (Gusmira, 2012).

Hal ini dimungkinkan terjadinya efek sinergis dari obat konvensional dan

bahan alam. Namun karena jumlah pasien hipertensi tahap I yang sedikit, maka

pernyataan diatas belum dapat dijadikan kesimpulan. Sedangkan pada perhitungan

odds ratio pasien hipertensi tahap II, hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok

terapi konvensional menurunkan sistolik lebih baik dibandingkan kelompok terapi

kombinasi dan terapi kombinasi menurunkan diastolik lebih baik dibandingkan

kelompok terapi konvensional (Gusmira, 2012).

Metode analisis yang digunakan adalah Chi-Square dan Kolmogorof-

Smirnov. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya faktor kontinuitas terapi

konvensional yang berbeda bermakna terhadap sistolik (p=0,005). Terapi

konvensional yang kontinu akan menyebabkan efek tekanan darah sistolik yang baik,

Page 8: ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

sedangkan terapi konvensional yang tidak kontinu menyebabkan efek sistolik yang

tidak baik (Gusmira, 2012).

Jurnal kedua yang penelitiannya dilakukan oleh Armenia dengan judul Daun

Tanaman Akar Mambu (connarus grandis jack) Sebagai Obat Antihipertensi:

Efektifitas Ekstrak Etanolnya Pada Tikus Hipertensi 2k1c Goldblatt menggunakan uji

statistik Annova dua arah dan dilanjutkan dengan “Duncan’s Post Hock Test” sebagai

analisis statistiknya. Dan pada hasilnya mengindikasikan bahwa walaupun prosentase

penurunan tekanan darah oleh ekstrak etanol daun Connarus grandis yang diperoleh

pada penelitian ini sangat kecil (4,417 % untuk sistol, 2,98% untuk diastole dan

3,48% untuk tekanan arteri rata-rata), akan tetapi dibandingkan dengan captopril

perubahan tekanan darah tikus yang diberi ekstrak ini tidak berbeda nyata (p>0,1),

yang nyata-nyata dapat menurunkan tekanan darah sistol, diastole, dan tekanan arteri

rata-rata tikus hipertensi (p<0,05) (nilai penurunan tekanan darah mencapai 7,71 %

untuk sistol, 8,41 % untuk diastole, 8,16 % untuk tekanan arteri rata-rata). Dan dari

penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak etanol daun C. grandis dapat

menurunkan tekanan darah tikus hipertensi 2k1c secara signifikan (p<0,05). Efek

penurunan tekanan darah tikus terbesar diberikan oleh ekstrak dosis 20 mg/KgBB.

Potensi efek hipotensi dari ekstrak etanol daun C. grandis ini lebih kecil

dibandingkan dengan efek Captopril pada dosis 2,5 mg/KgBB (Armenia,2007).

Kemudian jurnal ketiga yang penelitiannya dilakukan oleh Putri Indah

Dwipayanti dengan judul Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Penderita Hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota

Mojokerto menggunakan uji statistik t sampel berpasangan (Paired T Test) atau uji

komparasi 2 sampel berpasangan dengan SPSS 17.0 dan dengan tingkat kemaknaan p

≤ 0,05 sebagai analisis statistiknya. Dan pada hasilnya menunjukkan bahwa nilai rata-

rata MAP pre test (sebelum diberikan terapi buah belimbing) sebesar 126,45 mmHg.

Variasi nilai tekanan darah tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah faktor usia, jenis kelamin, kegemukan (obesitas), faktor riwayat

keluarga, kebiasaan/pola hidup (konsumsi garam, merokok, konsumsi alcohol, dan

olahraga) serta stress. Dan hasil nilai rata-rata MAP post test (setelah diberikan terapi

Page 9: ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

buah belimbing) sebesar 112,78 mmHg. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan

uji statistik Paired t Test yang diperoleh hasil nilai signifikansi (2-tailed) 0,000 yang

berarti bahwa buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto (Dwipayanti, 2011).

Pada dasarnya buah belimbing mengandung kadar kalium yang tinggi serta

natrium yang rendah sebagai obat anti hipertensi. Kandungan kalium (potassium)

dalam 1 buah belimbing (127 gram) adalah sebesar 207 mg. Hal ini menunjukkan

bahwa kalium dalam buah belimbing mempunyai jumlah yang paling banyak dari

jumlah mineral yang ada dalam kandungan 1 buah belimbing (Dwipayanti, 2011).

Terjadinya penurunan tekanan darah responden disebabkan oleh karena

kandungan buah belimbing yang kaya akan kalium dan rendah natrium. Dimana

dalam hal ini awal mula terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

Angiostensin I yang diubah menjadi Angiostensin II oleh ACE (Angiostensin I –

Converting Enzyme) yang memiliki peran dalam menaikkan tekanan darah melalui 2

aksi utama, yaitu menurunnya cairan intraseluler dan meningkatnya cairan

ekstraseluler dalam tubuh. Namun dengan pemberian terapi buah belimbing yang

tinggi kalium dan rendah natrium kepada responden yang menderita hipertensi, maka

2 aksi utama tersebut telah mengalami perubahan arah dari semula. Dimana dengan

tingginya kalium akan mampu menurunkan produksi atau sekresi hormon antidiuretik

(ADH) dan rasa haus. Hormon ini bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas

dan volume urine. Dengan menurunnya ADH, maka urine yang diekskresikan keluar

tubuh akan meningkat, sehingga menjadi encer dengan osmolalitas yang rendah.

Untuk memekatkannya, volume cairan intraseluler akan ditingkatkan dengan cara

menarik cairan dari bagian ekstraseluler. Sedangkan menurunnya konsentrasi NaCl

akan dipekatkan dengan cara menurunkan cairan ekstraseluler yang kemudian akan

menurunkan tekanan darah (Dwipayanti, 2011).

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa fakta adanya penurunan nilai rata-

rata MAP post test penderita hipertensi (responden) telah sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa buah belimbing dapat dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan

darah tinggi. Sehingga terjadinya penurunan rata-rata sistolik dan distolik ini terjadi

Page 10: ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

oleh karena responden telah diberikan terapi buah belimbing, dan keadaan ini

menunjukkan bahwa pemberian terapi buah belimbing efektif untuk menurunkan

tekanan darah responden yang menderita hipertensi (Dwipayanti, 2011).

KESIMPULAN

Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa hasil dan kesimpulan dari ketiga

jurnal ini memang saling mendukung satu dengan yang lainnya, yaitu bahwa

pengobatan herbal atau obat-obat herbal khususnya daun tanaman akar mambu

(cannarus grandis jack) dan buah belimbing seperti yang dibahas dari ketiga jurnal

ini, memang bisa menjadi pengobatan alternatif hipertensi.

Page 11: ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, doa,

serta dukungan dari berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT,

penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. dr. Diah Krisnansari. M.Si sebagai Person In Charge (PIC) 1 blok MRP 3 2013.

2. dr. Susiana C. Sp.KO sebagai Person In Charge (PIC) 2 blok MRP 3 2013.

3. dr. Wahyu Dwi Kusdaryanto sebagai Person In Charge (PIC) 3 blok MRP 3 2013.

4. Bapak Ageng Brahmadi, S.Si, M.Sc sebagai tutor serta dosen pembimbing artikel

ilmiah.

5. Pihak-pihak lain yang ikut membantu namun tidak bisa disebutkan satu per satu

oleh penulis, baik yang ikut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam

penulisan karya ilmiah ini.

Page 12: ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)

DAFTAR PUSTAKA

Sari AW. Profil penyakit koroner dan faktor risikonya pada penduduk miskin perkotaan di Jakarta, abstrak. Puslitbang Bio Medis dan Farmasi. Research Report from JKPKBPPK, 2008-02-20. (Internet) [cited 20 Februari 2008].

Hasurungan J. Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia di Kota Depok tahun 2002. Tesis Pasca Sarjana. FKM, UI, 2002.

Radji M. Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbal. Ilmu Kefarmasian, 2005;2(3): 113-126. (internet) [cited 20 Desember 2005].

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI. Inventaris tanaman obat Indonesia(I) Jilid 2. DEPKES RI. Jakarta, 2001.

Gusmira S. 2012. Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional Dan Kombinasi Konvensional-Bahan Alam Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Wilayah Depok. Makara, Kesehatan- Volume 16/nomor 2/Desember 2012.

Armenia. 2007. Daun Tanaman Akar Mambu (connarus grandis jack.) Sebagai Obat Anti Hipertensi : Efektivitas Ekstrak Etanolnya pada Tikus Hipertensi 2k1c Goldblatt. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi- Volume 12/nomor 2/2007.

Dwipayanti, Putri I. 2011. Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto. Jurnal Keperawatan- Volume 01/nomor 01/Januari 2011.