ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)
-
Upload
anggit-na-santi -
Category
Documents
-
view
31 -
download
1
Transcript of ARTIKEL Ilmiah FIX Handika Rheza Alfianto (G1A010100)
TUGAS ARTIKEL ILMIAH “PENGAMATAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI KONVENSIONAL DAN KOMBINASI
KONVENSIONAL-HERBAL PADA PASIEN HIPERTENSI”BLOK MEDICAL RESEARCH PROGRAM 3
Tutor :
Bapak Ageng Brahmadi, S.Si, M.Sc
Disusun oleh :
Handika Rheza Alfianto (G1A010100)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2013
PENGAMATAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI KONVENSIONAL DAN KOMBINASI KONVENSIONAL-
HERBAL PADA PASIEN HIPERTENSI
Handika Rheza Alfianto
G1A010100
ABSTRAK
Prevalensi penyakit hipertensi yang belum terjangkau di Indonesia tahun 2009 menurut Departemen Kesehatan RI adalah 75,8% dan yang sudah terjangkau adalah 32,2%. Puskesmas telah melakukan terapi terhadap penyakit ini dengan memberikan antihipertensi. Selain obat yang biasa diberikan dokter (konvensional), ternyata banyak pasien mengkonsumsi tanaman yang berkhasiat obat (obat bahan alam). Dalam mengontrol hipertensi kita dapat memanfaatkan pengobatan secara farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sintetis yang cenderung mahal. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut, kita dapat memanfaatkan pengobatan non farmakologis dengan bahan baku herbal atau dengan buah belimbing yang dapat dijangkau dari segi materil dan sudah teruji dapat mengatasi hipertensi seperti penelitian yang dilakukan di kota Mojokerto. Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Pada dasarnya artikel ilmiah ini mengulas tentang 3 jurnal yang sama-sama membahas tentang pengobatan herbal, judul dari jurnal pertama adalah Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional dan Kombinasi Konvensional-bahan Alam Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Wilayah Depok oleh Sefni Gusmira, lalu judul dari jurnal kedua adalah Daun Tanaman Akar Mambu (connarus grandis jack) Sebagai Obat Antihipertensi: Efektifitas Ekstrak Etanolnya Pada Tikus Hipertensi 2k1c Goldblatt oleh Armenia, serta judul jurnal ketiga yaitu Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto oleh Putri Indah Dwipayanti. Metode penelitian dari jurnal pertama memiliki desain kohort retrospektif dan menggunakan sampel pasien hipertensi yang datang ke puskesmas Depok, kemudian metode penelitian dari jurnal yang kedua menggunakan desain eksperimental dengan 2k1c (two kidney, one clip) pada tikus, sedangkan metode penelitian dari jurnal yang ketiga menggunakan desain pra eksperimen dengan rancangan one-group pre-post test design.
Kata Kunci : Hipertensi, terapi konvensional, terapi kombinasi, terapi herbal, belimbing, daun tanaman akar mambu.
PENDAHULUAN
Prevalensi hipertensi di dunia diperkirakan sebesar 1 milyar jiwa dan hampir
7,1 juta kematian setiap tahunnya akibat hipertensi, atau sekitar 13% dari total
kematian. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan penyakit
kardiovaskular telah meningkat dari urutan ke-11 (1972), menjadi urutan ke- 3 (1986)
dan menjadi penyebab kematian utama pada tahun 1992, 1995, dan 2001 (Sari, 2008).
Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara
maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang, adanya kegagalan penggunaan
obat modern untuk penyakit tertentu seperti hipertensi, dan semakin luasnya akses
informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia (Armenia, 2007).
Hipertensi sering dijumpai pada orang dewasa dan merupakan masalah
kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Banyak orang yang menderita penyakit
tersebut, tetapi tidak menyadarinya. Penyakit ini berjalan terus menerus seumur hidup
dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama belum ada komplikasi pada organ
tubuh. Sehingga tidaklah mengherankan bila hipertensi dijuluki sebagai pembunuh
diam-diam (the silent killer). Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan melainkan hanya dapat dikontrol, untuk itu diperlukan ketlatenan dan
biaya yang cukup mahal. Dalam mengontrol hipertensi kita dapat memanfaatkan
pengobatan secara farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sintetis yang
belakangan ini cenderung mengalami hambatan karena daya beli masyarakat yang
semakin menurun, sehingga kita dapat memanfaatkan pengobatan secara non
farmakologis dengan obat alternatif berbahan baku buah belimbing yang bisa
dijangkau dari segi materiil (Lastri, 2009).
Penelitian terhadap pasien hipertensi yang dilakukan di beberapa negara
Eropa dan Amerika tahun 1990, didapatkan bahwa hipertensi yang terkontrol dari
pasien yang diterapi di Jerman sebanyak 29,9%, Swedia 21,0%, Inggris 40,3%,
Spanyol 18,7%, Italia 28,1%, Kanada 47,3%, dan Amerika Serikat sebanyak 54,5%
(Hasurungan,2002).
Pengobatan hipertensi diperlukan untuk mengontrol tekanan darah dengan
menggunakan antihipertensi. Selain antihipertensi yang biasa diberikan dokter
(konvensional), ternyata banyak pasien menggunakan herbal atau kombinasi
konvensional-herbal. Faktanya, terdapat rumah sakit yang melayani konsultasi herbal
seperti RS Puri Mandiri, dan RS Harapan Bunda yang membuka Unit TCM
(Traditional Chinese Medicine) di wilayah Jakarta (DEPKES RI,2001).
Melihat kompleksnya permasalahan hipertensi dan adanya hambatan
pengobatan hipertensi secara farmakologis akibat daya beli masyarakat yang semakin
menurun dan mempunyai harga yang cukup mahal, sehingga antisipasi dari
permasalahan tersebut perlu diberikan terobosan baru kepada masyarakat,
bahwasannya pengobatan non farmakologis atau contohnya pengobatan herbal atau
tradisional dapat menjadi pilihan alternatif yang bagus, baik dari segi ekonomis
maupun manfaatnya (Lastri, 2009).
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat
obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan
tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan keterampilan yang
secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 80% penduduk dunia
masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan
obat yang berasal dari tanaman (Radji,2008).
Penelitian deskriptif terhadap pengguna herbal di Trinidad yang dilakukan
oleh Clement et al., melaporkan bahwa 86,8% pengguna herbal percaya bahwa herbal
sama efektifnya atau lebih efektif daripada pengobatan konvensional. Sedangkan
penggunaan terapi kombinasi obat konvensional dengan herbal adalah sebanyak 30%,
dan kebanyakan mereka tidak menginformasikan kepada dokter. Penggunaan
kombinasi obat juga dilakukan oleh pasienpasien di Puskesmas. Maka penelitian ini
dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh antihipertensi kombinasi konvensional-
bahan alam terhadap tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik terhadap pasien
Puskesmas (Clement et al., 2007 dalam Gusmira, 2012).
METODE
Metodologi yang dilakukan masing-masing peneliti pada ketiga jurnal ini
berbeda-beda. Jurnal pertama yang dilakukan oleh Sefni Gusmira dengan judul
Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional Dan Kombinasi Konvensional-
bahan Alam Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Wilayah Depok menggunakan
desain penelitian kohort retrospektif. Pasien yang datang ke Puskesmas diukur
tekanan darahnya oleh dokter Puskesmas. Kemudian pasien diwawancara dengan
panduan lembar pertanyaan yang berisi 31 pertanyaan dan dengan bantuan rekam
medis pasien. Lembaran pertanyaan berisi tentang biodata pasien dan riwayat
penyakitnya, yaitu berupa berapa besar tekanan darah pada kunjungan sebelumnya,
obat antihipertensi atau bahan alam yang telah diminum, efek samping yang
dirasakan, dan lain lain (Gusmira,2012).
Jurnal kedua yang dilakukan oleh Armenia dengan judul Daun Tanaman Akar
Mambu (connarus grandis jack) Sebagai Obat Antihipertensi: Efektifitas Ekstrak
Etanolnya Pada Tikus Hipertensi 2k1c Goldblatt menggunakan desain penelitian
eksperimental dengan melakukan 2k1c (two kidney, one clip) pada tikus. Ekstrak
etanol dibuat dari sampel daun tanaman C.grandis yang diambil dari Kebun Raya
Bogor pada bulan April 2007 dengan mengikuti prosedur. Kemudian tikus diinduksi
supaya hipertensi dengan menjepit salah satu arteri ginjalnya selama 1 bulan (2k1c-
Goldblatt), lalu hewan 2K1C goldblatt yang hipertensi dikelompokkan. Data dihitung
sebagai perubahan Tekanan darah diastolik (TDD), Tekanan darah sistolik (TDS),
Mean arterial pressure (MAP) dan Laju jantung (LJ), yakni selisih nilai awal tiap
parameterdengan nilai akibat perubahan oleh obat. Ekstrak atau Captopril diberikan
masing-masing sebagai bolus dose secara intra peritoneal sesuai dengan dosis yang
telah direncanakan (Armenia,2007).
Jurnal ketiga yang dilakukan oleh Putri Indah Dwipayanti dengan judul
Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto menggunakan desain
penelitian pra eksperimen dengan rancangan One-group pre-post test design. Peneliti
menggunakan desain ini karena penelitian ini akan mengungkapkan sebab-akibat
dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum
dilakukan intervensi (pre test), kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (post
test). Dalam penelitian ini, populasi targetnya adalah semua penderita hipertensi
primer yang ada di Sumolepen sejumlah 172 orang (Data Puskesmas Balongsari
periode Januari-November tahun 2009). Populasi terjangkau dalam penelitian ini
adalah penderita hipertensi primer yang rutin memeriksakan penyakitnya di
Puskesmas Balongsari sebanyak 43 orang. Teknik pengambilan sampel penelitian ini
dilakukan secara purposive sampling sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini
sebanyak 30 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah terapi buah
belimbing dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan
darah. Pemberian terapi buah belimbing dilakukan selama 3 hari berturut-turut
dengan frekuensi 2x dalam sehari. Setelah proses pemberian terapi buah belimbing
dilakukan, tepatnya pada hari ketiga, peneliti kembali mengukur tekanan darah
responden. Setelah itu peneliti mencatat kembali hasil tekanan darah dalam lembar
observasi tekanan darah dan dilakukan penyeleksian untuk selanjutnya dilakukan
pengolahan data. Setelah data terkumpul melalui observasi, kemudian data ditabulasi
dan dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Untuk hasil MAP yang telah
dihitung kemudian dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data berdistribusi
normal atau tidak (Dwipayanti, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari ketiga jurnal ini memang menghasilkan hasil yang berbeda-beda,
akan tetapi pada dasarnya dari hasil ketiga jurnal ini saling berkesinambungan, yaitu
pengobatan herbal memang dapat digunakan sebagai obat alternative hipertensi. Hasil
dari jurnal yang pertama yang penelitiannya dilakukan oleh Sefni gusmira dengan
judul Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional Dan Kombinasi
Konvensional-bahan Alam Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Wilayah Depok,
mengindikasikan bahwa penggunaan bahan alam dapat bervariasi, baik jumlah yang
dikonsumsi maupun bentuk pengolahannya. Timun yang mengandung saponin,
flavonoid dan polifenol secara empiris dapat menurunkan tekanan darah. Sedangkan
bahan alam lain seperti seledri, kumis kucing, labu siem, daun jati belanda dan lain-
lain sudah terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada hewan (Gusmira,2012).
Hasil analisis Chi-square ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara
terapi konvensional dengan terapi kombinasi konvensional-bahan alam terhadap
tekanan darah sistolik maupun diastolik. Hasil analisis belum dapat dijadikan
kesimpulan karena banyaknya faktor perancu yang berperan, terutama tingginya
ketidakpatuhan pasien dalam minum obat. Selain itu bahan alam yang paling banyak
digunakan yaitu timun, hanya diketahui sebagai empiris dapat menurunkan tekanan
darah (Gusmira 2012).
Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan, bahwa terapi konvensional
menurunkan sistolik lebih baik dibandingkan terapi kombinasi, dan terapi kombinasi
menurunkan diastolik lebih baik dibandingkan terapi konvensional. Perhitungan
tersebut yang memasukkan kelompok hipertensi tahap I dan II memberikan hasil
yang sama dengan perhitungan odds ratio pada kelompok hipertensi tahap II saja.
Pasien hipertensi tahap I pada kelompok terapi kombinasi menunjukkan penurunan
sistolik dan diastolik yang lebih baik daripada konvensional (Gusmira, 2012).
Hal ini dimungkinkan terjadinya efek sinergis dari obat konvensional dan
bahan alam. Namun karena jumlah pasien hipertensi tahap I yang sedikit, maka
pernyataan diatas belum dapat dijadikan kesimpulan. Sedangkan pada perhitungan
odds ratio pasien hipertensi tahap II, hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok
terapi konvensional menurunkan sistolik lebih baik dibandingkan kelompok terapi
kombinasi dan terapi kombinasi menurunkan diastolik lebih baik dibandingkan
kelompok terapi konvensional (Gusmira, 2012).
Metode analisis yang digunakan adalah Chi-Square dan Kolmogorof-
Smirnov. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya faktor kontinuitas terapi
konvensional yang berbeda bermakna terhadap sistolik (p=0,005). Terapi
konvensional yang kontinu akan menyebabkan efek tekanan darah sistolik yang baik,
sedangkan terapi konvensional yang tidak kontinu menyebabkan efek sistolik yang
tidak baik (Gusmira, 2012).
Jurnal kedua yang penelitiannya dilakukan oleh Armenia dengan judul Daun
Tanaman Akar Mambu (connarus grandis jack) Sebagai Obat Antihipertensi:
Efektifitas Ekstrak Etanolnya Pada Tikus Hipertensi 2k1c Goldblatt menggunakan uji
statistik Annova dua arah dan dilanjutkan dengan “Duncan’s Post Hock Test” sebagai
analisis statistiknya. Dan pada hasilnya mengindikasikan bahwa walaupun prosentase
penurunan tekanan darah oleh ekstrak etanol daun Connarus grandis yang diperoleh
pada penelitian ini sangat kecil (4,417 % untuk sistol, 2,98% untuk diastole dan
3,48% untuk tekanan arteri rata-rata), akan tetapi dibandingkan dengan captopril
perubahan tekanan darah tikus yang diberi ekstrak ini tidak berbeda nyata (p>0,1),
yang nyata-nyata dapat menurunkan tekanan darah sistol, diastole, dan tekanan arteri
rata-rata tikus hipertensi (p<0,05) (nilai penurunan tekanan darah mencapai 7,71 %
untuk sistol, 8,41 % untuk diastole, 8,16 % untuk tekanan arteri rata-rata). Dan dari
penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak etanol daun C. grandis dapat
menurunkan tekanan darah tikus hipertensi 2k1c secara signifikan (p<0,05). Efek
penurunan tekanan darah tikus terbesar diberikan oleh ekstrak dosis 20 mg/KgBB.
Potensi efek hipotensi dari ekstrak etanol daun C. grandis ini lebih kecil
dibandingkan dengan efek Captopril pada dosis 2,5 mg/KgBB (Armenia,2007).
Kemudian jurnal ketiga yang penelitiannya dilakukan oleh Putri Indah
Dwipayanti dengan judul Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota
Mojokerto menggunakan uji statistik t sampel berpasangan (Paired T Test) atau uji
komparasi 2 sampel berpasangan dengan SPSS 17.0 dan dengan tingkat kemaknaan p
≤ 0,05 sebagai analisis statistiknya. Dan pada hasilnya menunjukkan bahwa nilai rata-
rata MAP pre test (sebelum diberikan terapi buah belimbing) sebesar 126,45 mmHg.
Variasi nilai tekanan darah tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah faktor usia, jenis kelamin, kegemukan (obesitas), faktor riwayat
keluarga, kebiasaan/pola hidup (konsumsi garam, merokok, konsumsi alcohol, dan
olahraga) serta stress. Dan hasil nilai rata-rata MAP post test (setelah diberikan terapi
buah belimbing) sebesar 112,78 mmHg. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan
uji statistik Paired t Test yang diperoleh hasil nilai signifikansi (2-tailed) 0,000 yang
berarti bahwa buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto (Dwipayanti, 2011).
Pada dasarnya buah belimbing mengandung kadar kalium yang tinggi serta
natrium yang rendah sebagai obat anti hipertensi. Kandungan kalium (potassium)
dalam 1 buah belimbing (127 gram) adalah sebesar 207 mg. Hal ini menunjukkan
bahwa kalium dalam buah belimbing mempunyai jumlah yang paling banyak dari
jumlah mineral yang ada dalam kandungan 1 buah belimbing (Dwipayanti, 2011).
Terjadinya penurunan tekanan darah responden disebabkan oleh karena
kandungan buah belimbing yang kaya akan kalium dan rendah natrium. Dimana
dalam hal ini awal mula terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
Angiostensin I yang diubah menjadi Angiostensin II oleh ACE (Angiostensin I –
Converting Enzyme) yang memiliki peran dalam menaikkan tekanan darah melalui 2
aksi utama, yaitu menurunnya cairan intraseluler dan meningkatnya cairan
ekstraseluler dalam tubuh. Namun dengan pemberian terapi buah belimbing yang
tinggi kalium dan rendah natrium kepada responden yang menderita hipertensi, maka
2 aksi utama tersebut telah mengalami perubahan arah dari semula. Dimana dengan
tingginya kalium akan mampu menurunkan produksi atau sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. Hormon ini bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas
dan volume urine. Dengan menurunnya ADH, maka urine yang diekskresikan keluar
tubuh akan meningkat, sehingga menjadi encer dengan osmolalitas yang rendah.
Untuk memekatkannya, volume cairan intraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian ekstraseluler. Sedangkan menurunnya konsentrasi NaCl
akan dipekatkan dengan cara menurunkan cairan ekstraseluler yang kemudian akan
menurunkan tekanan darah (Dwipayanti, 2011).
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa fakta adanya penurunan nilai rata-
rata MAP post test penderita hipertensi (responden) telah sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa buah belimbing dapat dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan
darah tinggi. Sehingga terjadinya penurunan rata-rata sistolik dan distolik ini terjadi
oleh karena responden telah diberikan terapi buah belimbing, dan keadaan ini
menunjukkan bahwa pemberian terapi buah belimbing efektif untuk menurunkan
tekanan darah responden yang menderita hipertensi (Dwipayanti, 2011).
KESIMPULAN
Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa hasil dan kesimpulan dari ketiga
jurnal ini memang saling mendukung satu dengan yang lainnya, yaitu bahwa
pengobatan herbal atau obat-obat herbal khususnya daun tanaman akar mambu
(cannarus grandis jack) dan buah belimbing seperti yang dibahas dari ketiga jurnal
ini, memang bisa menjadi pengobatan alternatif hipertensi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, doa,
serta dukungan dari berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT,
penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. dr. Diah Krisnansari. M.Si sebagai Person In Charge (PIC) 1 blok MRP 3 2013.
2. dr. Susiana C. Sp.KO sebagai Person In Charge (PIC) 2 blok MRP 3 2013.
3. dr. Wahyu Dwi Kusdaryanto sebagai Person In Charge (PIC) 3 blok MRP 3 2013.
4. Bapak Ageng Brahmadi, S.Si, M.Sc sebagai tutor serta dosen pembimbing artikel
ilmiah.
5. Pihak-pihak lain yang ikut membantu namun tidak bisa disebutkan satu per satu
oleh penulis, baik yang ikut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan karya ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sari AW. Profil penyakit koroner dan faktor risikonya pada penduduk miskin perkotaan di Jakarta, abstrak. Puslitbang Bio Medis dan Farmasi. Research Report from JKPKBPPK, 2008-02-20. (Internet) [cited 20 Februari 2008].
Hasurungan J. Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia di Kota Depok tahun 2002. Tesis Pasca Sarjana. FKM, UI, 2002.
Radji M. Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbal. Ilmu Kefarmasian, 2005;2(3): 113-126. (internet) [cited 20 Desember 2005].
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI. Inventaris tanaman obat Indonesia(I) Jilid 2. DEPKES RI. Jakarta, 2001.
Gusmira S. 2012. Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional Dan Kombinasi Konvensional-Bahan Alam Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Wilayah Depok. Makara, Kesehatan- Volume 16/nomor 2/Desember 2012.
Armenia. 2007. Daun Tanaman Akar Mambu (connarus grandis jack.) Sebagai Obat Anti Hipertensi : Efektivitas Ekstrak Etanolnya pada Tikus Hipertensi 2k1c Goldblatt. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi- Volume 12/nomor 2/2007.
Dwipayanti, Putri I. 2011. Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto. Jurnal Keperawatan- Volume 01/nomor 01/Januari 2011.