ARTIKEL HIBAH KKN-PPM - lppm.uny.ac.idlppm.uny.ac.id/sites/lppm.uny.ac.id/files/Budi...
Transcript of ARTIKEL HIBAH KKN-PPM - lppm.uny.ac.idlppm.uny.ac.id/sites/lppm.uny.ac.id/files/Budi...
ARTIKEL HIBAHKKN-PPM
JUDUL KEGIATAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMULUNG DALAM PRODUKSI KITPRAKTIKUM SAINS REALISTIK HASIL RE-USE LIMBAH ANORGANIK
SEBAGAI MEDIA JOYFULL LEARNING UNTUK IMPLEMENTASIKURIKULUM 2013 ASPEK PENELITIAN ILMIAH
Oleh:
Budi Purwanto, M.Si. (NIDN: 0014065702)Suyoso, M.Si. (NIDN. 0010065306)
Dr. Dadan Rosana, M.Si. (NIDN. 0003075808)
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTANOVEMBER 2013
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMULUNG DALAM PRODUKSI KITPRAKTIKUM SAINS REALISTIK HASIL RE-USE LIMBAH ANORGANIK SEBAGAIMEDIA JOYFULL LEARNING UNTUK IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 ASPEK
PENELITIAN ILMIAH
Oleh:Budi Purwanto*, Dadan Rosana*, Suyoso*
Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA UNY, email: [email protected]
AbstrakPemberdayaan sumber daya manusia harus dilandasi dengan kondisi eksisting di
masyarakat. Pemulung yang dicitrakan sebagai individu dan kelompok masyarakat marjinal,kumuh, kriminal, tidak taat hukum, dan cenderung menimbulkan ketidak tertiban masyarakat.Padahal pada hakekatnya mereka adalah warga masyarakat yang memiliki kesempatan yangsama dengan komunitas masyarakat lainnya. Untuk itu diperlukan upaya pemberdayaan yangdalam wacana pembangunan masyarakat dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi,jaringan kerja dan keadilan. Karena itu dalam kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) dalam bentukpengabdian pada masyarakat (PPM) ini, akan dilakukan pemberdayaan secara generik, yaitudimulai dengan pola pencitraan pemulung menjadi kelompok produktif yang berguna dalammendukung pelaksanaan implementasi kurikulum 2013, peningkatan kecakapan hidup (life skill),dan pola pemasaran.
Berdasarkan rasional ini maka tujuan umum dari KKN-PPM ini adalah menghasilkan kitpraktikum sains realistik hasil re-use limbah anorganik sebagai media joyfull learning untukimplementasi Kurikulum 2013 aspek penelitian ilmiah. Tujuan khususnya adalah; (1)meningkatkan keterampilan mahasiswa sebagai sasaran antara yang strategis dalam mendesaindan membuat kit praktikum sains realistik dari daur ulang re-use limbah anorganik untukmengembangkan joyfull learning melalui kegiatan workshop dan pendampingan, (2)membangun jaringan kerja dalam bentuk kelompok produksi usaha kecil dan membuka aksespemasaran melalui kemitraan dengan sekolah dalam mengimplementasikan aspek penelitianilmiah sesuai tuntutan kurikulum 2013, (4) memberikan pelatihan pada pihak sekolah tentangpemanfaatan kit praktikum yang dihasilkan pemulung sekaligus sebagai sarana promosi, (5)mengembangkan pola pemberdayaan kolaboratif melalui pendampingan dalam transferketerampilan, modal dan akses pemasaran yang lebih luas. Metode yang digunakan dalampemberdayaan didasarkan pada kelayakan usaha, ketersediaan produk hasil pulungan, nilaiekonomi produk, ketersediaan SDM pengelola, teknologi, aspek financial dan dampak sosialnya.
Hasil yang dicapai pada kegiatan ini adalah sampai pada tahapan pemulung mampumerancang dan membuat kit praktikum realistik hasil re-use limbah anorganik untukimplementasinya telah dilakukan oleh mahasiswa untuk peningkatan keterampilan mengajar danpendampingan pemulung dalam bentuk praktek dan diskusi. Kegiatan KKN PPM ini telahmendapatkan hasil; (1) teknologi tepat guna kit praktikum sains realistik untuk mengembangkanjoyfull learning sebagai upaya meningkatkan penelitian ilmiah dalam rangka implementasiKurikulum 2013, (2) dihasilkannya model pemberdayaan kolaboratif antara Perguruan Tinggidan masyarakat pemulung, (3) dihasilkannya pengalaman belajar (melalui KKN) yang berhargabagi mahasiswa dengan adanya keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan masyarakat secaralangsung menanggulangi permasalahan pembangunan secara pragmatis dan interdisipliner.
Kata kunci: pemberdayaan masyarakat, pemulung, daur ulang, kurikulum 2013
SCAVENGER COMMUNITY DEVELOPMENT KIT IN PRODUCTION SCIENCEPRACTICAL RESULTS Realistic INORGANIC WASTE RE - USE AS A LEARNING FORMEDIA JOYFULL 2013 CURRICULUM IMPLEMENTATION ASPECTS OF SCIENTIFIC
RESEARCH
by:Budi Purwanto *, Dadan Rosana *, Suyoso *
Education Department of Physics, FMIPA UNY, email: [email protected]
Empowerment of human resources should be based on the existing conditions in thecommunity. Scavengers are imaged as individuals and marginalized groups, seedy, criminal,lawless, and tend to cause lack of disorderly society. Whereas in fact they are citizens who havethe same opportunities as other communities. It required an effort to empower the community inthe development discourse associated with self- concept, participation, and justice network.Because it is in the real working class activity in the form of community service, will be done ina generic empowerment, which begins with a scavenger imaging patterns into useful productivegroups in supporting the implementation of curriculum implementation in 2013, the increase inlife skills, and the pattern of collaborative marketing with the school in the neighborhood wherehe was domiciled.
Based on this rationale the general purpose of KKN-PPM is a science lab kits producerealistic results inorganic waste re-use as a medium for learning joyfull Curriculum 2013implementation aspects of scientific research. The specific objective is: (1) improve the skills ofstudents as among the strategic objectives in the designing and making of realistic science labkits recycling inorganic waste re-use joyfull to develop learning through workshops andmentoring activities, (2) to build networks in the form of group production and access to smallbusiness marketing through partnerships with schools in implementing aspects of scientificresearch as demanded by the curriculum, 2013, (4) provide training in the schools on the use oflab kits produced scavengers as well as a means of promotion, (5) developing patterns ofcollaborative empowerment through mentoring in the transfer of skills, capital and access to abroader marketing. The method used in the empowerment based on feasibility, availability ofproducts Pulungan result, the economic value of the product, the availability of human resourcesmanagers, technological, financial and social impact.
The results achieved in this activity is to the point where scavengers are capable ofdesigning and making kits realistic lab results inorganic waste re-use for its implementation hasbeen done by the student for the improvement of teaching and mentoring skills scavengers in theform of practice and discussion. This community service activity has been getting results: (1)appropriate technology lab science kit for developing realistic joyfull learning as an effort toimprove scientific research in the framework of the implementation of Curriculum 2013, (2)empowerment model generates a collaborative between public universities and scavengers, (3)generates learning experience (through CCN) is valuable for students with student involvementin community activities directly address the problems of development in a pragmatic andinterdisciplinary.
Keywords: community empowerment, scavengers, recycling, curriculum 2013
PENDAHULUAN
Pemulung hidup dalam rantai kemiskinan struktural karena berada dalam dasar rantai bisnis
sampah. Definisi-definisi mengenai pemulung pun hampir semua ahli menyatakan hal yang sama
bahwa pemulung adalah golongan masyarakat yang dikategorikan miskin dan marjinal, yang
akhir-akhir ini tumbuh diperkotaan sebagai akibat dari suatu konsep pembangunan. Dengan
kemiskinan yang menerpa pemulung tersebut menjadikan kehidupan pemulung dari segi sosial,
ekonomi, pendidikan dan kesehatan mereka terlihat memprihatinkan.
Umumnya pemulung berpendidikan rendah sehingga sangat sulit bagi mereka untuk
memperoleh pekerjaan sesuai bidang yang mereka miliki sehingga memilih pekerjaan sebagai
pemulung. Meski begitu sebenarnya pemulung juga tidak menginginkan bekerja sebagai
pemulung dianggap rendah oleh masyarakat umum, namun pemulung merupakan pekerjaan
yang tepatuntuk mereka, karena tidak memerlukan pendidikan yang tinggi. Pada umumnya
tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang
diperoleh. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi peluang kerja serta semakin
tinggi pendapatan dan status sosialnya.Sehingga dapat diasumsikan bahwa pendapatan pemulung
rata-rata berpenghasilan rendah karena tingkat pendidikan pemulung tersebut pun rendah.
Karena itu, menjadi tugas segenap masyarakat termasuk perguruan tinggi untuk melakukan
upaya pemberdayaan masyarakat marjinal ini. Pemberdayaan masyarakat sektor informal ini
bertalian erat dengan upaya penanggulangan masalah pembangunan, yang identik dengan
pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan.
Pemberdayaan sumber daya manusia harus dilandasi dengan kondisi eksisting di
masyarakat. Pemulung yang dicitrakan sebagai individu dan kelompok masyarakat marjinal,
kumuh, kriminal, tidak taat hukum, dan cenderung menimbulkan ketidak tertiban masyarakat.
Padahal pada hakekatnya mereka adalah warga masyarakat yang memiliki kesempatan yang
sama dengan komunitas masyarakat lainnya. Untuk itu diperlukan upaya pemberdayaan yang
dalam wacana pembangunan masyarakat dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi,
jaringan kerja dan keadilan.
Identifikasi kondisi eksisting, berdasarkan marjin pemasaran hasil dari memulung, ternyata
lebih banyak dinikmati oleh para bandar, sehingga terlihat bahwa besaran marjin keuntungan
yang diterima para bandar lebih bersifat eksploitasi dibanding penciptaan nilai tambah (kualitas)
terhadap produk pulungan yang dipasarkan. Hal ini disebabkan karena tidak ada proses spesifik
yang dikerjakan Bandar untuk meningkatkan nilai tambah ke atas produk pulungan sebelum
produk tersebut dijual ke level pasar lebih tinggi. Potensi eksploitasi para Bandar terhadap
pemulung ini dapat dijadikan pintu masuk bagi pemberdayaan pemulung. Dalam hal ini
pemberdayaan dilakukan dengan memberikan peluang usaha yang lebih baik untuk mengolah
hasil pulungannya menjadi produk yang layak jual, sehingga dengan sendirinya mereka dapat
meningkatkan nilai tambah produknya.
Karena itu dalam kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) dalam bentuk pengabdian pada
masyarakat (PPM) ini, akan dilakukan pemberdayaan secara generik, yaitu dimulai dengan pola
pencitraan pemulung menjadi kelompok produktif yang berguna dalam mendukung pelaksanaan
implementasi kurikulum 2013, peningkatan kecakapan hidup (life skill), dan pola pemasaran
yang bersifat kolaboratif dengan pihak sekolah di lingkungan tempat dia berdomisili.
Perubahan kurikulum yang akan diberlakukan pada 2013 ini memiliki tujuan untuk
meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk aktif. Pada kurikulum baru,
siswa bukan lagi menjadi obyek tapi justru menjadi subyek dengan ikut mengembangkan tema
yang ada. Dengan adanya perubahan ini, tentunya berbagai komponen dalam pelaksanaan
pendidikan, khususnya di kelas pembelajaran akan berubah. Baik dari aspek startegi,
pendekatan pembelajaran, media maupun cara penilaian harus menyesuaikan dengan tuntutan
kurikulum. Untuk mengantisipasi hal itu, maka diperlukan media pembelajaran yang dapat
menjamin tercapainya kompetensi inti yang terkait dengan pengembangan hands-on dan minds-
on peserta didik, salah satunya adalah kit praktikum sains realistik. Seringkali pengadaan media
pembelajaran terkendala dengan harga yang cukup mahal, sehingga tidak semua sekolah dapat
mengadakannya. Karena itulah dalam kegiatan KKN PPM ini, akan dilakukan daur ulang dalam
konteks re-use limbah anorganik (plastik, logam, dan kayu) menjadi kit praktikum yang
memiliki nilai kemanfaatan tinggi dalam mempelajari konsep-konsep ilmiah. Berhubung yang
erat kaitannya dengan sampah adalah kelompok masyarakat pemulung, maka akan sangat efektif
bila mereka memiliki nilai tambah berupa keterampilan produksi alat-alat praktikum sains,
sehingga memiliki nilai tambah secara ekonomis dan pencitraan yang positif terhadap
kelompoknya.
Dalam kegiatan PPM-KKN ini, akan dilakukan upaya pemecahan masalah dan strategi
pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:
1. Meningkatkan keterampilan mahasiswa sebagai sasaran antara yang strategis dalam
mendesain dan membuat kit praktikum sains realistik dari daur ulang re-use limbah anorganik
untuk mengembangkan joyfull learning melalui kegiatan workshop dan pendampingan.
2. Melibatkan mahasiswa dalam peningkatan keterampilan pemulung sebagai sasaran utama
yang strategis dalam mendesain dan membuat kit praktikum sains realistik dari daur ulang
re-use limbah anorganik untuk mengembangkan joyfull learning melalui kegiatan workshop
dan pendampingan.
3. Membangun jaringan kerja dalam bentuk kelompok produksi usaha kecil dan membuka akses
pemasaran melalui kemitraan dengan sekolah dalam mengimplementasikan aspek penelitian
ilmiah sesuai tuntutan kurikulum 2013.
4. Memberikan pelatihan pada pihak sekolah tentang pemanfaatan kit praktikum yang dihasilkan
pemulung sekaligus sebagai sarana promosi.
5. Mengembangkan pola pemberdayaan kolaboratif melalui pendampingan dalam transfer
keterampilan, modal dan akses pemasaran yang lebih luas.
Mengingat keterbatasan kemampuan dan pendidikan para pemulung, maka dalam KKN
PPM ini dilakukan pemberdayaan untuk dapat mengembangkan Kit Praktikum Sains dari bahan
daur ulang ”re-use” limbah anorganik (kususnya plastik, logam dan kayu) dengan menggunkan
teknologi sederhana. Keterampilan yang diajarkan dimulai dengan keterampilan membuat alat,
dengan desain sementara dibantu oleh mahasiswa karena harus mampu mengembangkan
keterampilan proses sains.
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Pemulung yang menjadi sasaran dalam kegiatan ini adalah para pemulung di Kabupaten
Sleman, khususnya di Kecamatan Dusun Pengok, Kelurahan Demangan, Kecamatan
Gondokusuman yang telah teridentifikasi berjumlah sekitar 56 orang pemulung yang tersebar
di beberapa kelurahan. Ilustrasi tentang bagaimana pola kehidupan pemulung dan payung hokum
proses pemberdayaan untuk menghantarkan pemulung pada kehidupan yang lebih baik dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Metode kegiatan KKN-PPM ini adalah metode workshop dalam bentuk pelatihan dan
pendampingan secara intensif sampai menghasilkan produk berupa Kit Praktikum Sains
realistik hasil re-use limbah anorganik sebagai media joyfull learning untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Kegiatan pelatihan dlaksanakan selama 24 jam dengan struktur program
sebagai berikut:
Tabel 1. Struktur Program Pelatihan Perancangan Kit Praktikum Sains Bagi Mahasiswa KKN
No Materi Pelatihan Jenis Kegiatan JumlahJKEM
JumlahMahasiswa
1 Pengantar PengembanganKit Praktikum Sains
Presentasi dan Focus GroupDiscusion (FGD)
2 JKEM 30
2 Teknik pemilihan bahandaur ulang
Simulasi dan Focus GroupDiscusion (FGD)
2 JKEM 30
3 Desain alat percobaansains
Presentasi dan Praktek 4 JKEM 30
4 Pembuatan alat KitPraktikum Mekanika
Teori dan Praktek 5 JKEM 30
5 Pembuatan petunjukpraktikum Mekanika
Teori dan Praktek 2 JKEM 30
6 Pembuatan alat KitGetaran dan Gelombang
Teori dan Praktek 5 JKEM 30
7 Pembuatan petunjukpraktikum Getaran danGelombang/Bunyi
Teori dan Praktek 2 JKEM 30
8 Pembuatan alat KitPraktikum Listrik
Teori dan Praktek 5 JKEM 30
9 Pembuatan petunjukpraktikum Listrik
Teori dan Praktek 2 JKEM 30
10 Pembuatan alat KitPraktikum Biologi
Teori dan Praktek 5 JKEM 30
11 Pembuatan petunjukpraktikum Biologi
Teori dan Praktek 2 JKEM 30
12 Pembuatan alat KitPraktikum Kimia
Teori dan Praktek 4JKEM 30
13 Pembuatan petunjukpraktikum Kimia
Teori dan Praktek 2 JKEM 30
14 Presentasi hasil workshop Teori dan Praktek 4 JKEM 3015 Evaluasi hasil kerja Simulasi dan FGD 2 JKEM 3016 Evaluasi kinerja dan
produkTeori dan Praktek 2 JKEM 30
Total 50 JKEM 30
Tabel 2. Struktur Program Pelatihan Perancangan Kit Praktikum Sains Bagi Pemulung
No Materi Pelatihan Jenis Kegiatan Jumlah JamEfektif
JumlahPemulung
Hari 1
1 Sekilas PengenalanDesain alat percobaansains
Presentasi dan Focus GroupDiscusion (FGD)
2 JKEM 45
2 Teknik pemilihan bahan Teori dan Praktek 2 JKEM 45
daur ulang3 Pembuatan alat Kit
Praktikum MekanikaTeori dan Praktek 4 JKEM 45
Hai 24 Pembuatan alat Kit
Praktikum Getaran danGelombang
Teori dan Praktek 4 JKEM 45
5 Pembuatan alat KitPraktikum Listrik
Teori dan Praktek 4 JKEM 45
6 Strategi PemasaranProduk
Presentasi dan Focus GroupDiscusion (FGD)
3 JKEM 45
Hari 37 Pembuatan alat Kit
Praktikum BiologiPraktek dan Focus GroupDiscusion (FGD)
3 JKEM 45
8 Pembuatan alat KitPraktikum Kimia
Praktek dan Focus GroupDiscusion (FGD)
3 JKEM 45
9 Pembentukan kelompokproduksi dalam bentukusaha kerajinan rumah
Teori dan Praktek 3 JKEM
Total 28 JKEM 45
Tabel 3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan pendampingan
No Jenis Kegiatan Bukti Dokumen Waktupelaksanaan
1 Koordinasi, dan memfasilitasi para pemulunguntuk melaksanakan produksi alat praktikum
Surat kesediaankerjasama
2013
2 Produksi dan pendampingan; Penyortiran danpemilihan bahan yang dapat di re-use untukmembuat kit praktikum sains realistic
Daftar hadir danfoto kegiatan
Juli- september2013
3 Produksi dan pendampingan; Pembuatan alat KitPraktikum Mekanika
Data dan fotokegiatan
2013
4 Produksi dan pendampingan; Pembuatan alat KitPraktikum Gelombang dan Bunyi
Data dan fotokegiatan
Agustus 2013
5 Produksi dan pendampingan; Pembuatan alat KitPraktikum Listrik
DataFoto kegiatan
Agustus2013
6 Produksi dan pendampingan; Pembuatan alat KitPraktikum Biologi
DataFoto kegiatan
Agustus2013
7 Produksi dan pendampingan; Pembuatan alat KitPraktikum Kimia
DataFoto kegiatan
Agustus2013
8 Produksi dan pendampingan; Pemasaran produkke sekolah
DataFoto kegiatan
Agustus-September2010
9 Produksi dan pendampingan; Insentifpembentukan kelompok usaha dan sewa tempat
DataFoto kegiatan
Agustus-September 2013
Sebagaimana telah diuraikan pada bagian metode pelaksanaan kegiatan maka evaluasi
dilakukan pada setiap tahapan kegiatan dengan menggunakan berbagai instrumen, diantaranya;
Lembar observasi pelaksanaan kegiatan, Angket respon peserta pelatihan, Lembar penilaian
kinerja, Logbook kegiatan pendampingan dan analisis produk dan pemasarannya dengan
menggunakan data primer. Secara lebih rinci rancangan evaluasi dapat dilihat di tabel di bawah
ini:
Tabel 5. Evaluasi pelaksanaan Kegiatan
No Jenis Kegiatan InstrumenEvaluasi
Waktupelaksanaan
1 Koordinasi, dan memfasilitasi para pemulunguntuk melaksanakan produksi alat praktikum
Ketersediaan suratkesediaankerjasama
Juli -Agustus
2013
2 Produksi dan pendampingan; Penyortiran danpemilihan bahan yang dapat di re-use untukmembuat kit praktikum sains realistic
Angket responpeserta
Penilaian kinerja
Agustus 2013
3 Produksi dan pendampingan; Pembuatan alat KitPraktikum Mekanika
Penilaian kinerja Agustus - 2013
4 Produksi dan pendampingan; Pembuatan alat KitPraktikum Gelombang dan Bunyi
Penilaian kinerja Agustus - 2013
5 Produksi dan pendampingan; Pembuatan alat KitPraktikum Listrik
DataFoto kegiatan
Agustus - 2013
6 Produksi dan pendampingan; Pembuatan alat KitPraktikum Biologi
DataFoto kegiatan
Agustus2013
7 Produksi dan pendampingan; Pembuatan alat KitPraktikum Kimia
DataFoto kegiatan
Agustus2013
8 Produksi dan pendampingan; Pemasaran produkke sekolah
DataFoto kegiatan
20 Agustus2010
9 Produksi dan pendampingan; Insentifpembentukan kelompok usaha dan sewa tempat
DataFoto kegiatan
Agustus2013
10 Koordinasi, dan memfasilitasi para pemulunguntuk melaksanakan produksi alat praktikum
Angket September 2013
11 Produksi dan pendampingan; Penyortiran danpemilihan bahan yang dapat di re-use untukmembuat kit praktikum sains realistic
Portofolio Oktober 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam jangka panjang kegiatan pemanfaatan Kit Praktikum Sains Realistik Hasil Re-Use
Limbah Anorganik Sebagai Media Joyfull Learning untuk Implementasi Kurikulum 2013
Aspek Penelitian Ilmiah ini dilakukan melalui kelompok-kelompok pemulung dengan difasilitasi
oleh pemerintah kelurahan setempat. Sedangkan untuk pemasarnnya maka dilakukan koordinasi
dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk memenuhi konsumen sekolah-sekolah yang
ada di Kota Yogyakarta. Kegiatan peningkatan kapasitas pemulung ini, dapat dilakukan terus-
menerus dengan memasukkannya melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilakukan
melalui kegiatan Kerja Nyata (KKN), sehingga dapat mengoptimalkan potensi mahasiswa setiap
tahun. Keberlanjutan program perlu di komunikasikan dengan pihak Dinas Pendidikan dan Dinas
Sosial Kota Yogyakarta, sehingga dapat dilakukan secara luas dengan melibatkan Tim PPM-
KKN UNY dalam setiap kegiatan pelatihan dan pendampingan.
Tindak lanjut kegiatan akan dilakukan melalui perluasan penerapan untuk beberapa jenis
limbah anorganik lainnya dan. Dengan demikian perangkat teknologi yang memperluas wilayah
binaan ke seluruh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di kantong-kantong Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Keterlibatan masyarakat juga dapat terus diperluas, dengan
melibatkan kelompok tani kelompok pemulung lainnya di seluruh Indonesia sehingga perbaikan
ekonomi sebagai bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat pemulung dapat dilakukan. Pada
akhirnya persepsi masyarakat yang kurang positif terhadap profesi pemulung dapat diperbaiki
dengan pencitraan sebagai kelompok produktif yang bermanfaat bagi pendidikan.
Indikator capaian produk Program PPM yang telah direalisasikan dalam kegiatan
KKN PPM ini adalah:
1. meningkatnya keterampilan mahasiswa sebagai sasaran antara yang strategis dalam
mendesain dan membuat kit praktikum sains realistik dari daur ulang re-use limbah
anorganik untuk mengembangkan joyfull learning melalui kegiatan workshop dan
pendampingan,
2. adanya keterlibatan langsung dari mahasiswa KKN UNY 2013 dalam workshop
peningkatan keterampilan pemulung sebagai sasaran utama yang strategis dalam
mendesain dan membuat kit praktikum sains realistik dari daur ulang re-use limbah
anorganik untuk mengembangkan joyfull learning melalui kegiatan workshop dan
pendampingan,
3. terbangunnya jaringan kerja dalam bentuk kelompok produksi usaha kecil dan membuka
akses pemasaran melalui kemitraan dengan sekolah dalam mengimplementasikan aspek
penelitian ilmiah sesuai tuntutan kurikulum 2013,
4. implementasi penggunaan kit praktikum realistik di sekolah oleh mahasiswa KKN PPL
sehingga pihak sekolah dapat memanfaatkan kit praktikum yang dihasilkan pemulung
sekaligus sebagai sarana promosi,
5. mulai terlihatnya pola pemberdayaan kolaboratif antara Perguruan Tinggi dan pemulung
di wilayah Pengok melalui pendampingan dalam transfer keterampilan, modal dan akses
pemasaran yang lebih luas.
6. dihasilkannya pengalaman belajar yang nyata dalam pemberdayaan masyarakat yang
berharga bagi mahasiswa dengan adanya keterlibatan dalam masyarakat secara langsung
menemukan, merumuskan, memecahkan dan menanggulangi permasalahan
pembangunan secara pragmatis dan interdisipliner.
Sosialisasi rancangan pelatihan pemulung ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 31 Agustus
2013 di laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNY, bersamaan dengan kegiatan diskusi dalam
bentuk focus group discussion (FGD) antara Tim Pengabdi, Perwakilan LPPM, Perwakilan
masyarakat Pengok (Bapak Budi Prasetya) dan mahasiswa KKN PPL di wilayah Kota
Yogyakarta khususnya yang terdekat dengan wilayah Pengok. Pada sosialisasi ini dijelaskan
kelebihan dan keuntungan kegiatan pemberdayaan masyarakat pemulung dalam produksi kit
praktikum sains realistik hasil re-use limbah anorganik sebagai media joyfull learning.
Pada kegiatan sosialisasi ini ketua tim pengabdi Budi Purwanto, M.Si. menjelaskan tentang
rancangan kemitraan kolaboratif antara Perguruan Tinggi dan masyarakat khususnya pemulung
di daerah Pengok. Selanjutnya Suyoso, M.Si. menjelaskan strategi kegiatan yang berkaitan
dengan pembuatan kit praktikum sains realistik. Penjelasan juga mencakup bahan-bahan yang
digunakan serta mekanisme penggunaannya. Disamping itu dilakukan pula identifikasi potensi
masyarakat pemulung yang diharapkan dapat lebih berkembang sehingga memungkinkan
pengembangan yang berkelanjutan. Selanjutnya angota tim pengabdi Dr. Dadan Rosana, M.Si.
menjelaskan tentang penggunaan rancangan konsep pemberdayaan masyarakat yang akan
diupayakan terealisasi untuk peningkatan pendapatan masyarakat pemulung.
Kegiatan sosialisasi juga dilakukan dengan masyarakat pemulung yang dilaksanakan di
Balai RT 11 Perumahan PJKA Pengok pada tanggal 1 September 2013 (daftar hadir dan foto
kegiatan terlampir). Pada kegiatan sosialisasi hanya berkisar tentang penjelasan umum dan
permohonan Tim Pelaksana KKN PPM agar dapat bekerjasama dengan masyarakat pemulung
dalam konteks kemitraan dan pendampingan agar dapat dibangun hubungan setara sehingga
memperlancar komunikasi.
Kegiatan pelatihan mahasiswa dalam perancangan dan penerapan kit praktikum realistik di
kelas pembelajaran ini dilakukan pada 7 dan 8 September 2013. Peserta yang hadir terdiri dari
45 orang mahasiswa yang melaksanakan kegiatan KKN PPL di SDN Lempuyangan 1, SDN
Demangan, SDN Tukangan, dan SDN Tegal Panggung. Materi yang dilatihkan mencakup
tinjauan tentang permasalahan pembelajaran sains di sekolah khususnya dikaitkan dengan
kesiapan sekolah dalam persiapan implementasi kurikulum 2013 aspek keterampilan ilmiah,
praktek implementasi dalam pembuatan alat peraga sains, dan praktek penerapannya di kelas
pembelajaran.
Hasil yang dicapai pada kegiatan ini adalah sampai pada tahapan mahasiswa mampu
merancang dan mengimplementasikan kit praktikum realistic hasil re-use limbah anorganik
untuk peningkatan keterampilan mengajar dan pendampingan pemulung dalam bentuk praktek
dan diskusi.
Dari diskusi yang dilakukan mahasiswa KKN PPL begitu antusias dengan kegiatan yang
dilakukan (dapat dilihat dari angket tentang respon mahasiswa KKN PPL dalam pelatihan) dan
menganggap bahwa kegiatan pelatihan ini sangat penting dalam memperkaya pengetahuan dan
pemahaman mereka tentang kit praktikum realistik re-use limbah anorganik untuk peningkatan
keterampilan membuat alat peraga sains.
Foto 1. Mahasiswa sedang mengikuti pelatihan
Kegiatan pelatihan pemulung dalam perancangan dan pembuatan kit praktikum realistik
di kelas pembelajaran ini dilakukan pada setiap hari minggu pada bulan Oktober sampai
November 2013. Peserta yang hadir terdiri dari 20 orang pemulung yang berada di daerah
Pengok. Media yang dihasilkan sangat beragam tapi lebih diarahkan untuk pembelajaran IPA
khususnya dikaitkan dengan kesiapan sekolah dalam persiapan implementasi kurikulum 2013.
Hasil yang dicapai pada kegiatan ini adalah sampai pada tahapan pemulung mampu
merancang dan membuat kit praktikum realistic hasil re-use limbah anorganik untuk
implementasinya telah dilakukan oleh mahasiswa untuk peningkatan keterampilan mengajar dan
pendampingan pemulung dalam bentuk praktek dan diskusi. Materi dan foto kegiatan terlampir.
Dari diskusi yang dilakukan mahasiswa KKN PPL begitu antusias dengan kegiatan yang
dilakukan (dapat dilihat dari angket tentang respon mahasiswa KKN PPL dalam pelatihan) dan
menganggap bahwa kegiatan pelatihan ini sangat penting dalam memperkaya pengetahuan dan
pemahaman mereka tentang kit praktikum realistik re-use limbah anorganik untuk peningkatan
keterampilan membuat alat peraga sains.
Foto 2. Masyarakat pemulung sedang mengikuti pelatihan
Proses pelatihan berlangsung penuh dinamika yang ditandai dengan tanya jawab anatara
pelatih dan para mahasiswa KKN PPL dalam suasana santai. Banyak diantara mereka yang
aktif membuat mencoba sendiri dan hanya sebagian kecil saja yang ragu-ragu dan hanya
membantu teman lainnya yang bekerja. Hasil yang didapat kemudian diujicobakan dikalangan
mereka sendiri dan ternyata hasilnya baik dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran kit
praktikum realistik re-use limbah anorganik.
Prosentase aktivitas tim pengabdi dan aktivitas mahasiswa KKN PPL yang terjadi selama
proses pelatihan. Prosentase aktivitas tim pengabdi berkisar antara 8.5% sampai 36.8%.
Aktivitas tim yang paling dominan adalah menjelaskan materi pelatihan, yaitu 45.5 % dan
mengusahakan contoh tambahan 11.5%. sedangkan aktivitas yang paling sedikit adalah
memberikan umpan balik 8% dan merangsang untuk terlibat aktif 8.5 %.
Sedangkan aktivitas mahasiswa KKN PPL didominasi oleh kegiatan Mendengarkan/
memperhatikan penjelasan tim pelatih atau mahasiswa KKN PPL yang lain 35.2% dan yang
paling sedikit adalah mengajukan pertanyaan 12.4 % dan menuliskan hal yang penting 14.4 %.
Indikator keberhasilan produk ditandai dengan: (1) kemampuan mahasiswa KKN PPL
dalam melaksanakan kegiatan menggunakan kit praktikum realistik re-use limbah anorganik (2).
Tim pengabdi mampu mengembangkan pelatihan dengan menggunakan jenis metode lainnya
(3) Dibuatkannya kerjasama untuk penggunaan kit praktikum realistik re-use limbah anorganik
dalam skala paraktikum yang secara aplikatif telah dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran mata
pelajaran sains terpadu di SDN 1 Lempuyangan, SDN Demangan, SDN Tukangan dan SDN
Tegal Panggung.
Butir (1) kemampuan mahasiswa KKN PPL dalam melaksanakan kegiatan menggunakan
kit praktikum realistik re-use limbah anorganik meningkat dapat dilihat dari diskusi antara tim
pengabdi dengan mahasiswa KKN PPL yang bersangkutan. Peningkatan kemampuan ini
memang mudah diprediksi karena sebelumnya mereka tidak melakukan proses pelatihan
menggunakan kit praktikum realistik re-use limbah anorganik.
Butir (2) Tim pengabdi mampu mengembangkan pelatihan dengan menggunakan jenis
metode lainnya terlihat dari beberapa masukan dari mahasiswa KKN PPL . Sedangkan hasil (3)
Dibuatkannya kerjasama pemanfaatan kit praktikum realistik re-use limbah anorganik yang
secara aplikatif telah dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran mata pelajaran sains terpadu di
sekolah berbasis agama telah dapat dilihat langsung dilokasi atau melalui foto-foto kegiatan
dalam lampiran.
Hasil dalam bentuk kemitraan sampai saat ini dapat terlihat dari kesediaan bekerja sama
baik dari mahasiswa KKN PPL, masyarakat pemulung di Pengok dan tim pengabdi yang
bersangkutan. Secara formil bentuk kerjasama ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan konsultasi
dan pemantauan secara berkala baik di lokasi pembuatan kit praktikum di balai RT 11
Perumahan PJKA Pengok maupun pada kelas di SDN 1 Lempuyangan, SDN Demangan, SDN
Tukangan dan SDN Tegal Panggung, yang telah disepakati untuk memberikan pembelajaran
mengembangkan peangkat pembelajaran menggunakan Kit praktikum realistik re-use limbah
anorganik ini.
KESIMPULAN
Perubahan kurikulum yang akan diberlakukan pada 2013 ini memiliki tujuan untuk
meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk aktif. Pada kurikulum baru,
siswa bukan lagi menjadi obyek tapi justru menjadi subyek dengan ikut mengembangkan tema
yang ada. Dengan adanya perubahan ini, tentunya berbagai komponen dalam pelaksanaan
pendidikan, khususnya di kelas pembelajaran akan berubah. Baik dari aspek startegi,
pendekatan pembelajaran, media maupun cara penilaian harus menyesuaikan dengan tuntutan
kurikulum. Karena itulah dalam kegiatan KKN PPM ini, akan dilakukan daur ulang dalam
konteks re-use limbah anorganik (plastik, logam, dan kayu) menjadi kit praktikum yang
memiliki nilai kemanfaatan tinggi dalam mempelajari konsep-konsep ilmiah. Berhubung yang
erat kaitannya dengan sampah adalah kelompok masyarakat pemulung, maka akan sangat efektif
bila mereka memiliki nilai tambah berupa keterampilan produksi alat-alat praktikum sains,
sehingga memiliki nilai tambah secara ekonomis dan pencitraan yang positif terhadap
kelompoknya.
Hasil dari penelitian ini, adalah; (1) meningkatnya keterampilan mahasiswa sebagai
sasaran antara yang strategis dalam mendesain dan membuat kit praktikum sains realistik dari
daur ulang re-use limbah anorganik untuk mengembangkan joyfull learning melalui kegiatan
workshop dan pendampingan, (2) adanya keterlibatan langsung dari mahasiswa KKN UNY 2013
dalam workshop peningkatan keterampilan pemulung sebagai sasaran utama yang strategis
dalam mendesain dan membuat kit praktikum sains realistik dari daur ulang re-use limbah
anorganik untuk mengembangkan joyfull learning melalui kegiatan workshop dan
pendampingan, (3) terbangunnya jaringan kerja dalam bentuk kelompok produksi usaha kecil
dan membuka akses pemasaran melalui kemitraan dengan sekolah dalam mengimplementasikan
aspek penelitian ilmiah sesuai tuntutan kurikulum 2013, (4) implementasi penggunaan kit
praktikum realistik di sekolah oleh mahasiswa KKN PPL sehingga pihak sekolah dapat
memanfaatkan kit praktikum yang dihasilkan pemulung sekaligus sebagai sarana promosi, (5)
mulai terlihatnya pola pemberdayaan kolaboratif antara Perguruan Tinggi dan pemulung di
wilayah Pengok melalui pendampingan dalam transfer keterampilan, modal dan akses pemasaran
yang lebih luas, (6) dihasilkannya pengalaman belajar yang nyata dalam pemberdayaan
masyarakat yang berharga bagi mahasiswa dengan adanya keterlibatan dalam masyarakat secara
langsung menemukan, merumuskan, memecahkan dan menanggulangi permasalahan
pembangunan secara pragmatis dan interdisipliner.
PERSANTUNAN
Dengan terlaksanannya kegiatan ini diucapkan terimakasih kepada Direktorat Penelitian dan
Pengabdian Pada masyarakat (Ditlitabmas) Dirjen Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan atas dukungan dana dan monitoringnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amien, M. 1987. Pendidikan Science. Yogyakarta: FKIE IKIP.Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw-Hill Companies.Ashman,A.& Elkins,J.(1994). Educating Children with Special Needs. New York: Prentice Hall.
Baker,E.T.(1994). Metaanalysis evidence for non-inclusive educational practices. Disertasi,Temple University.
Baker,E.T., Wang,M.C. & Walberg,H.J.(194/1995). The effects of inclusion on learning.Educational Leadership. 52(4) 33-35.
Bodner, George.M. 1986. Constructivism A Theory of Knowledge. Purdue University. Journal ofChemical Education Vol. 63 No. 10.
Borich, G.D. 1994. Observation Skills for Effective Teaching. New York: Mcmillan PublishingCompany.
Carlberg,C.& Kavale,K. (The efficacy of special class vs regular class placement for exceptionalchildren: a metaanalysis. The Journal of Special Education. 14, 295-305.
Carin, A.A. 1993. Teaching Modern Science. New York: Mcmillan Publishing Company.Cennamo, K. and Kalk, D. (2005). Real World Instructional. Design. From Thompson Learning.
Available at UT-Coop and. www.Amazon.comDahar, R.W. 1986. Interaksi Belajar Mengajar IPA. Jakarta UT.De Vries and Betty Zan. (1994). Moral Classroom, Moral Children. Creating a Constructivist
Atmosphere in Early Education. Teachers College Colombia University.
Dillon, William R, Matthew Goldstein (1984), Multivariate Analysis, John Wiley and Sons,Canada
Edge, J. 1992. Cooperative Development. Harlow: Longman.
Fish, D. 1989. Learning through practice in Initial Teacher Training. London. Kogan Page.Kemp, J.E., Morrison, G.R., Ross, S.M. 1994. Designing Learning in the Science Classroom.
New York: Glencoe Macmillan/Mc.Graw-Hill.Kolb. D.A. 1984. Experiential Learning. Englewood Clifts, N.J: Prentice Hall.Mulyono Abdulrahman (2003).Landasan Pendidikan Sekolah rawan bencanaf dan Implikasinya
dalam Penyelenggaraan LPTK. Makalah disajikan dalam pelatihan penulisan buku ajarbagi dosen jurusan PLB yang diselenggarakan oleh Ditjen Dikti. Yogyakarta, 26 Agustus2002.
Nunan, D. 1989. Designing Task for the Communicative Classroom. Cambridge: CambridgeUniversity Press.
O’Neil,J.(1994/1995). Can inclusion work? A Conversation with James Kauffman and MaraSapon-Shevin. Educational Leadership.52 (4) 7-11.
Richards, J.C. 1981. Towards Reflective Teaching. The Teacher Trainer 5/3.Richards, J.C., J. Platt, and H. Platt. 1992. Longman Dictionary of Language Teaching and
Applied Linguistics. Longman.O’Neil,J.(1994/1995). Can inclusion work? A Conversation with James Kauffman and Mara
Sapon-Shevin. Educational Leadership.52 (4) 7-11.
Stainback,W. & Sianback,S.(1990). Support Networks for Inclusive Schooling: IndependentIntegrated Education. Baltimore: Paul H. Brooks.
Staub,D. &Peck, C.A.(1994/195). What are the outcomes for nondisabled students? EducationalLeadership. 52 (4) 36-40.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
UNESCO (1994). The Salamanca Statement and Framework for Action on Special NeedsEducation. Paris: Author.
Ur, P. 1996. A Course in Language Teaching Practice and Theory. Cambridge: CambridgeUniversity Press.
Vaughn,S., Bos,C.S.& Schumn,J.S.(2000). Teaching Exceptional, Diverse, and at Risk Studentsin the General Educational Classroom. Boston: Allyn Bacon.
Wallace, M.J. 1991. Training Foreign Language Teachers. Cambridge: Cambridge UniversityPress.