ARSITEKTUR - ftp.unpad.ac.id filekita peroleh, apa pun tujuannya ... P11 dan P10 Lantai ini bermula...

1
Karakter dalam Desain Kantor A RSITEK TUR | SABTU, 10 DESEMBER 2011 | HALAMAN 13 MENEMBUS JARINGAN ODESSA Cobalah untuk tidak selalu meremehkan catatan harian. Dari situ Anda bisa menemukan sesuatu yang ada kaitannya dengan keluarga Anda sendiri. Jendela Buku, Hlm 16 Mendesain kantor perlu memperhatikan hubungan kepentingan antara desainer dan klien, serta kepentingan para pengguna. MEMILIH baju, menggunakan mobil tertentu, juga berdandan merupakan contoh naluri yang ada di hampir setiap individu, sadar atau tidak. Motivasinya beragam, dari ingin lebih di- hargai, mendapatkan pasangan hidup, hingga ingin menjadi sorotan publik. Tanpa kita sadari, yang kita lakukan ialah mendesain diri sendiri. Kita juga melakukan brand association produk-produk yang kita gunakan. Kita ingin mempunyai citra yang setara atau mempunyai misi yang sama dengan merek yang kita gunakan. Dalam hubungan sosial, tampil menonjol atau notice- able sangatlah penting. Dengan RAUL’S CORNER Elemen Pemasaran Paling Jitu perhatian tertuju pada kita, banyak manfaat yang dapat kita peroleh, apa pun tujuannya nanti. Usaha mendesain diri kita sendiri merupakan bagian dari langkah-langkah tersebut. Bayangkan bila cara yang sama kita gunakan dalam ele- men bisnis. Sering kita lihat, produk atau jasa yang kita beri- kan tidak berhubungan dengan desain. Namun, itu bukan ber- arti elemen desain tidak akan membantu bisnis kita tampil lebih baik. Sebuah perusahaan yang tampil baik di mata klien menun- jukkan sebuah bisnis yang sehat dan dijalankan secara profesio- nal. Sentuhan desain yang baik pada usaha kita mengandung komunikasi positif antara kita dan klien atau customer kita. Maka, bukan hal aneh bila perusahaan bidang pertambang- an, perbankan, transportasi, kurir, travel, bahkan jasa advoka- si menggunakan elemen desain sebagai sesuatu yang penting dalam menjalankan bisnis. Dalam proyek yang baru saja saya selesaikan, terlihat Rubrik ini terbuka untuk arsitek muda. Silakan hubungi e-mail [email protected] Raul Renanda Desainer arsitektural dan interior (www.renanda.com) bagaimana sang klien secara jitu menggunakan elemen de- sain agar menjadi buah bibir di masyarakat. Yang menarik ialah bagaimana klien meminta saya mendesain semaksimal mung- kin agar menjadi perhatian publik dan para kliennya. Upaya tersebut berhasil de- ngan baik sehingga mempunyai nilai pemasaran jitu dengan per- hatian dari pihak klien, media, dan tentu masyarakat pengguna produk mereka. Maka, mulailah kita melihat faktor pendukung bisnis kita dengan saksama, seperti logo, kartu nama, laman, kantor, se ragam, dan kemasan, agar tampil lebih baik dan mendu- kung bisnis kita. (M-3) DOK. PRIBADI FOTO-FOTO: DOK. RAUL RENANDA RAUL RENANDA M ENDESAIN kantor un- tuk Kaskus, sebuah la- man yang sangat dicintai penggunanya, bukanlah hal yang mudah. Untuk itu, penting bagi saya untuk mengunjungi laman dan melihat lebih dalam lagi tentang makna Kaskus. Pasar, dalam benak saya, bukan sekadar tempat jual beli, melainkan penjelmaan sebuah kehidupan di dalam pasar. Orang jual beli, orang berkumpul di warung dan berdebat, orang makan siang, ada preman, tu- kang parkir, pengamen, dan lainnya. Semua mempunyai tujuan yang berbeda saat datang ke pasar. Namun, semua berada dalam satu lingkungan, satu ‘rumah’, yaitu lokasi pasar. Seperti umumnya pasar, semua serba-chaotic tetapi tetap pada posisi masing-masing, dalam lingkungan yang terbatas. Controlled chaos merupakan gam- baran berbagai kegiatan yang seolah tidak tertata, tetapi dalam satu pattern yang telah ditentukan. Di sisi lain, sebagai the largest Indo- nesian community--seperti tagline-nya- -Kaskus ialah tentang komunitas. Ke- hidupan Kaskus ialah kehidupan yang diberikan penggunanya. Maka, wajar bila komunitas menjadi fokus losoutama yang patut diperhatikan. Dalam mendesain kantor ini, saya berkolaborasi dengan Ken Dean La- wadinata dan Andrew Darwis. Yang paling penting tentunya, desain harus mencapai tujuan utama mengapa kan- tor ini diperlukan. Itu berarti desain harus fokus pada sisi fungsionalnya. Kantor ini dibagi dua lantai dengan luas hampir 1.500 m2 dan memiliki 12 fungsi utama, 4 koridor, dan 11 tema desain. Kedua lantai dibedakan lewat kode P11, lantai untuk publik dan dapur utama Kaskus, dan P10, area manajemen dan kantin. Tema desain untuk P11 adalah simbolisasi Kaskus dari pengamatan saya dan hasil kolaborasi dengan Ken dan Andrew. Adapun P10 merupakan sentuhan khusus saya dengan losodesain yang searah dengan kondisi Kaskus saat ini. P11 dan P10 Lantai ini bermula dari pintu masuk sederhana dan logo Kaskus tiga di- mensi. Itu menunjukkan bahwa kita memasuki alam Kaskus yang nyata- -berbeda dari logo Kaskus di layar monitor saat kita membuka laman yang tentunya dua dimensi. Area pembukaan ini sengaja dibuat simpel untuk menurunkan ekspektasi pe- ngunjung. Setelah entrance, masuklah kita ke lorong hitam yang berfungsi sebagai ruang tunggu kecil dan area Gallery. Pada dasarnya, ruang ini tidak bisa dibentuk tertutup karena peraturan ge- dung yang memerlukan akses ke ruang utilitas. Akhirnya, ruangan digunakan sebagai galeri sekaligus prosesi menu- ju ruangan penerimaan sesungguhnya, yang dinamai Triangularity. Suasananya redup dan sisi dinding berbentuk segitiga. Itulah suasana pembuka ‘Kaskus experience’, yang di- lengkapi monolith terang benderang bertuliskan ‘Kaskus’--sebagai pemberi cahaya yang membuat kita menjadi tenang, diterima di kantor ini. Berikutnya ruang tunggu yang saya beri nama The Grass is not That Green (TGISTG). Selain ruang tunggu, ruang ini juga dapat digunakan sebagai panggung atau tempat berkumpul informal. Desainnya berkesan altered reality, sebuah dunia antara nyata dan tidak nyata. Rumput yang menjulang dan pohon terbalik memberikan suasana tidak biasa, diperkuat dinding kaca berbentuk segitiga. Selepas ruang tunggu ialah Time Tunnel atau Gang Senggol. Tampilan- nya keras seperti sisik yang berkesan tidak nyaman, tetapi bagian dalamnya dilapisi kayu yang tentunya berkesan ramah. Pesannya ialah kita tidak bisa menilai sesuatu dari luar saja. Ruang lorong juga sengaja didesain sempit agar orang bersenggolan. Itu pun mengandung makna agar kita lebih perhatian pada sekeliling kita. Lorong tiba-tiba menurun, meng- antar kita ke ruang peralihan antara publik dan privat. Karena gedung ini sebenarnya tempat parkir, tata letaknya pun mengikuti kebutuhan tempat parkir dengan posisi toilet tidak ideal. Karena itu pula, seluruh dinding area peralihan dibuat dari keramik WC yang biasa digunakan di toilet umum. Ruang kantor berupa open space yang dibagi menjadi ruang kerja terbuka dan tertutup. Di antara keduanya ter- dapat ruang dari kaca, yaitu play room, sekaligus memperkuat losokeseim- bangan antara kerja dan bermain. Ruang kantor memang sengaja se- laras dengan konsep dua raksasa inter- net, Google dan Facebook. Pertimbangan- nya, dunia bisnis bidang ini masih muda sehingga publik memerlukan desain ikonik dari yang established. Saya berupaya untuk tetap memberi- kan karakter yang jelas dengan perbe- daan kedua simbol perusahaan raksasa tersebut. Desain pada Kaskus lebih konservatif dengan garis-garis tegas. Pengolahan warna terkesan cheerful, tanpa elemen desain yang x. Warna ditampilkan dalam wujud aksesori yang eksibel sehingga dapat berubah bentuk. Saya sangat mengan- jurkan tim Kaskus untuk mengganti aksesori dengan tema warna yang berbeda setiap tahun agar tetap segar dalam bekerja. Ada pula ruang meeting yang di- namai Demigods Room. Tema yang diambil ialah menciptakan suasana sesimpel mungkin agar dapat fokus pada tema pembicaraan dan juga memberikan kesan high-tech. Sementara itu, suasana di P10 atau ruang manajemen lebih serius. Tema yang dipakai adalah movement. Dengan garis tegas dan elemen segitiga yang mempunyai arah, saya berusaha mem- berikan kesan dinamis. Filosobentuknya terinspirasi oleh kapal dengan layarnya, yang melam- bangkan sebuah perjalanan menuju suatu harapan. Warna yang dipilih memang lebih tegas dan maskulin, diusahakan se- natural mungkin dan mentah. Desain yang dikonsepkan pada lantai ini ialah kesamaan rasa dan tetap memiliki ciri khasnya sendiri. Ruang kantin dengan suasana akrab dan simpel, ruang kerja yang dinamis, ruang lounge dan manajemen yang elegan, serta ruang auditorium yang lega. (M-3) [email protected] Pintu masuk dengan logo tiga dimensi. Ruang rapat. Ruang kerja berbentuk open space.

Transcript of ARSITEKTUR - ftp.unpad.ac.id filekita peroleh, apa pun tujuannya ... P11 dan P10 Lantai ini bermula...

Karakter dalam Desain Kantor

ARSITEKTUR| SABTU, 10 DESEMBER 2011 | HALAMAN 13

MENEMBUS JARINGAN ODESSACobalah untuk tidak selalu meremehkan catatan harian. Dari situ Anda bisa menemukan sesuatu yang ada kaitannya dengan keluarga Anda sendiri. Jendela Buku, Hlm 16

Mendesain kantor perlu memperhatikan hubungan

kepentingan antara desainer dan klien, serta kepentingan

para pengguna.

MEMILIH baju, menggunakan mobil tertentu, juga berdandan merupakan contoh naluri yang ada di hampir setiap individu, sadar atau tidak. Motivasinya beragam, dari ingin lebih di-hargai, mendapatkan pasangan hidup, hingga ingin menjadi sorotan publik.

Tanpa kita sadari, yang kita lakukan ialah mendesain diri sendiri. Kita juga melakukan brand association produk-produk yang kita gunakan. Kita ingin mempunyai citra yang setara atau mempunyai misi yang sama dengan merek yang kita gunakan.

Dalam hubungan sosial, tampil menonjol atau notice-able sangatlah penting. Dengan

RAUL’S CORNER

Elemen Pemasaran Paling Jituperhatian tertuju pada kita, banyak manfaat yang dapat kita peroleh, apa pun tujuannya nanti. Usaha mendesain diri kita sendiri merupakan bagian dari langkah-langkah tersebut.

Bayangkan bila cara yang sama kita gunakan dalam ele-men bisnis. Sering kita lihat, produk atau jasa yang kita beri-kan tidak berhubungan dengan desain. Namun, itu bukan ber-arti elemen desain tidak akan membantu bisnis kita tampil lebih baik.

Sebuah perusahaan yang

tampil baik di mata klien menun-jukkan sebuah bisnis yang sehat dan dijalankan secara profesio-nal. Sentuhan desain yang baik pada usaha kita mengandung komunikasi positif antara kita dan klien atau customer kita.

Maka, bukan hal aneh bila perusahaan bidang pertambang-an, perbankan, transportasi, kurir, travel, bahkan jasa advoka-si menggunakan elemen desain sebagai sesuatu yang penting dalam menjalankan bisnis.

Dalam proyek yang baru saja saya selesaikan, terlihat

Rubrik ini terbuka untuk arsitek muda.Silakan hubungi e-mail [email protected]

Raul RenandaDesainer arsitektural dan interior(www.renanda.com)

bagaimana sang klien secara jitu menggunakan elemen de-sain agar menjadi buah bibir di masyarakat. Yang menarik ialah bagaimana klien meminta saya mendesain semaksimal mung-kin agar menjadi perhatian publik dan para kliennya.

Upaya tersebut berhasil de-ngan baik sehingga mempunyai nilai pemasaran jitu dengan per-hatian dari pihak klien, media, dan tentu masyarakat pengguna produk mereka.

Maka, mulailah kita melihat faktor pendukung bisnis kita dengan saksama, seperti logo, kartu nama, laman, kantor, se ragam, dan kemasan, agar tampil lebih baik dan mendu-kung bisnis kita. (M-3)

DOK. PRIBADI

FOTO-FOTO: DOK. RAUL RENANDA

RAUL RENANDA

MENDESAIN kantor un-tuk Kaskus, sebuah la-man yang sangat dicintai penggunanya, bukanlah

hal yang mudah. Untuk itu, penting bagi saya untuk mengunjungi laman dan melihat lebih dalam lagi tentang makna Kaskus.

Pasar, dalam benak saya, bukan sekadar tempat jual beli, melainkan penjelmaan sebuah kehidupan di dalam pasar. Orang jual beli, orang berkumpul di warung dan berdebat, orang makan siang, ada preman, tu-kang parkir, pengamen, dan lainnya.

Semua mempunyai tujuan yang berbeda saat datang ke pasar. Namun, semua berada dalam satu lingkungan, satu ‘rumah’, yaitu lokasi pasar. Seperti umumnya pasar, semua serba-chaotic tetapi tetap pada posisi masing- masing, dalam lingkungan yang terbatas.

Controlled chaos merupakan gam-baran berbagai kegiatan yang seolah tidak tertata, tetapi dalam satu pattern yang telah ditentukan.

Di sisi lain, sebagai the largest Indo-nesian community--seperti tagline-nya--Kaskus ialah tentang komunitas. Ke-hidupan Kaskus ialah kehidupan yang diberikan penggunanya. Maka, wajar bila komunitas menjadi fokus fi losofi utama yang patut diperhatikan.

Dalam mendesain kantor ini, saya berkolaborasi dengan Ken Dean La-wadinata dan Andrew Darwis. Yang paling penting tentunya, desain harus mencapai tujuan utama mengapa kan-tor ini diperlukan. Itu berarti desain harus fokus pada sisi fungsionalnya.

Kantor ini dibagi dua lantai dengan luas hampir 1.500 m2 dan memiliki 12 fungsi utama, 4 koridor, dan 11 tema desain. Kedua lantai dibedakan lewat kode P11, lantai untuk publik dan dapur utama Kaskus, dan P10, area manajemen dan kantin.

Tema desain untuk P11 adalah simbolisasi Kaskus dari pengamatan saya dan hasil kolaborasi dengan Ken dan Andrew. Adapun P10 merupakan sentuhan khusus saya dengan fi losofi desain yang searah dengan kondisi Kaskus saat ini.

P11 dan P10Lantai ini bermula dari pintu masuk

sederhana dan logo Kaskus tiga di-mensi. Itu menunjukkan bahwa kita

memasuki alam Kaskus yang nyata--berbeda dari logo Kaskus di layar monitor saat kita membuka laman yang tentunya dua dimensi. Area pembukaan ini sengaja dibuat simpel untuk menurunkan ekspektasi pe-ngunjung.

Setelah entrance, masuklah kita ke lorong hitam yang berfungsi sebagai ruang tunggu kecil dan area Gallery. Pada dasarnya, ruang ini tidak bisa dibentuk tertutup karena peraturan ge-dung yang memerlukan akses ke ruang utilitas. Akhirnya, ruangan digunakan sebagai galeri sekaligus prosesi menu-ju ruangan penerimaan sesungguhnya, yang dinamai Triangularity.

Suasananya redup dan sisi dinding berbentuk segitiga. Itulah suasana pembuka ‘Kaskus experience’, yang di-

lengkapi monolith terang benderang bertuliskan ‘Kaskus’--sebagai pemberi cahaya yang membuat kita menjadi tenang, diterima di kantor ini.

Berikutnya ruang tunggu yang saya beri nama The Grass is not That Green (TGISTG). Selain ruang tunggu, ruang ini juga dapat digunakan sebagai panggung atau tempat berkumpul informal.

Desainnya berkesan altered reality, sebuah dunia antara nyata dan tidak nyata. Rumput yang menjulang dan pohon terbalik memberikan suasana tidak biasa, diperkuat dinding kaca berbentuk segitiga.

Selepas ruang tunggu ialah Time Tunnel atau Gang Senggol. Tampilan-nya keras seperti sisik yang berkesan tidak nyaman, tetapi bagian dalamnya

dilapisi kayu yang tentunya berkesan ramah. Pesannya ialah kita tidak bisa menilai sesuatu dari luar saja.

Ruang lorong juga sengaja didesain sempit agar orang bersenggolan. Itu pun mengandung makna agar kita lebih perhatian pada sekeliling kita.

Lorong tiba-tiba menurun, meng-antar kita ke ruang peralihan antara publik dan privat. Karena gedung ini sebenarnya tempat parkir, tata letaknya pun mengikuti kebutuhan tempat parkir dengan posisi toilet tidak ideal. Karena itu pula, seluruh dinding area peralihan dibuat dari keramik WC yang biasa digunakan di toilet umum.

Ruang kantor berupa open space yang dibagi menjadi ruang kerja terbuka dan tertutup. Di antara keduanya ter-dapat ruang dari kaca, yaitu play room, sekaligus memperkuat fi losofi keseim-bangan antara kerja dan bermain.

Ruang kantor memang sengaja se-laras dengan konsep dua raksasa inter-net, Google dan Facebook. Pertimbangan-nya, dunia bisnis bidang ini masih muda sehingga publik memerlukan desain ikonik dari yang established.

Saya berupaya untuk tetap memberi-kan karakter yang jelas dengan perbe-daan kedua simbol perusahaan raksasa tersebut. Desain pada Kaskus lebih konservatif dengan garis-garis tegas. Pengolahan warna terkesan cheerful, tanpa elemen desain yang fi x.

Warna ditampilkan dalam wujud aksesori yang fl eksibel sehingga dapat berubah bentuk. Saya sangat mengan-jurkan tim Kaskus untuk mengganti aksesori dengan tema warna yang berbeda setiap tahun agar tetap segar dalam bekerja.

Ada pula ruang meeting yang di-namai Demigods Room. Tema yang diambil ialah menciptakan suasana sesimpel mungkin agar dapat fokus pada tema pembicaraan dan juga memberikan kesan high-tech.

Sementara itu, suasana di P10 atau ruang manajemen lebih serius. Tema yang dipakai adalah movement. Dengan garis tegas dan elemen segitiga yang mempunyai arah, saya berusaha mem-berikan kesan dinamis.

Filosofi bentuknya terinspirasi oleh kapal dengan layarnya, yang melam-bangkan sebuah perjalanan menuju suatu harapan.

Warna yang dipilih memang lebih tegas dan maskulin, diusahakan se-natural mungkin dan mentah.

Desain yang dikonsepkan pada lantai ini ialah kesamaan rasa dan tetap memiliki ciri khasnya sendiri. Ruang kantin dengan suasana akrab dan simpel, ruang kerja yang dinamis, ruang lounge dan manajemen yang elegan, serta ruang auditorium yang lega. (M-3)

[email protected]

Pintu masuk dengan logo tiga dimensi.

Ruang rapat.

Ruang kerja berbentuk open space.