Arg Desember 2015 Mustajib

download Arg Desember 2015 Mustajib

of 14

description

EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN2009 TERHADAP KEPATUHAN UJI KENDARAANBERMOTOR WAJIB UJI (STUDI PADA UPT PENGUJIANKENDARAAN BERMOTOR KABUPATEN LUMAJANG)

Transcript of Arg Desember 2015 Mustajib

  • 69 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TERHADAP KEPATUHAN UJI KENDARAAN

    BERMOTOR WAJIB UJI (STUDI PADA UPT PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR KABUPATEN LUMAJANG)

    Mustajib

    - Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Jenderal Sudirman - Jl. Mahakam No. 7 Lumajang

    Email: [email protected]

    ABSTRAK UU dibentuk untuk diimplementasikan. Berdasarkan titik pandang demikian ini ternyata implementasi UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap kepatuhan pemilik kendaraan bermotor wajib uji di Kabupaten Lumajang dalam mengujikan kendaraannya secara berkala masih belum efektif. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kepatuhan uji berkala Kendaraan Bermotor Wajib Uji di Kabupaten Lumajang belum maksimal adalah kurangnya intensitas kegiatan operasi penertiban oleh petugas, aksi damai yang dilakukan petugas, tidak adanya saran pengujian keliling/pengujian portable untuk daerah-daerah yang jauh dari lokasi UPT Pengujian Kendaraan Bermotor dan rendahnya kesadaran hukum masyarakat. Kata Kunci: UU, Implementasi, efektif

    A. PENDAHULUAN

    Undang-undang dalam arti materiil ialah suatu keputusan pemerintah yang menetapkan peraturan-peraturan yang mengikat secara umum (peraturan-peraturan hukum obyektif).1 Ditinjau dari isinya undang-undang mengandung arti materiil apabila undang-undang sebagai peraturan yang dikeluarkan oleh alat penguasa dapat melahirkan hak dan kewajiban sehingga mengikat umum (algemeen bindende regels), berlaku bagi pihak luar (naar buiten

    1 L.J. van Apeldoorn (1978) Inleideng tot de Studie van het Nederlandse

    Recht. diterjemahkan oleh Oetarid Sadino, Pengantar Ilmu Hukum. Pradnya

    Paramita, Jakarta,hal. 92.

  • 70 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    bindende regels) dan mempunyai daya laku kepada umum (algemeen werkende regels).2

    Perundang-undangan merupakan sarana yang diunggulkan dan sekaligus puncak dari perkembangan hukum. Perundang-undangan tidak dapat dilepaskan dari peradaban manusia dan telah menjadi standar bagi manusia.3 Pembuatan hukum yang dilakukan oleh badan yang berwenang menghasilkan substansi yang ipso jure4 (kebenaran/pengakuan secara hukum), disebut sebagai hukum yang diundangkan (enacted law, statute law, jus scriptum). Sebagai sumber hukum, perundang-undangan mempunyai kelebihan dari norma sosial lain karena ia dikaitkan dengan kekuasaan yang tertinggi di suatu negara dan karenanya pula memiliki kekuasaan memaksa yang besar sekali.5

    Salah satu sifat yang melekat pada perundang-undangan sebagai hukum yang tertulis (jus scriptum) adalah sifat otoritatif dari rumusan peraturannya. Hal itu dikarenakan perundang-undangan mempunyai kelebihan dalam hal kepastiannya. Kepastian ini dijamin oleh adanya pembuatan hukum (perundang-undangan) yang dilakukan secara sistematis oleh badan-badan yang khusus untuk itu dan teknik-teknik perumusannya yang terpelihara dan dikembangkan secara baik.6

    Proses pembuatan perundang-undangan dapat berupa penambahan terhadap peraturan-peraturan yang sudah ada maupun merubahnya. Hal ini bertujuan agar supaya peundang-undangan yang dibuat mampu mencapai tujuan-tujuan ideal yang diharapkan oleh pata pembuatnya. Demikian juga halnya dengan peraturan perundang-undangan di bidang pengujian berkala kendaraan bermotor, yang beberapa kali mengalami perubahan seiring dinamika kebutuhan masyarakat, kebutuhan lalu lintas dan angkutan jalan, teknologi kendaraan bermotor dan pembangunan

    2 R. Soeroso (2013) Pengantar Ilmu Hukum. Sinar Grafika, Jakarta, hal.

    129-130.

    3 Dikutip oleh Satjipto Rahardjo (2014) Ilmu Hukum. Citra Aditya Bakti,

    Bandung, hal.89. dari P.J. Fitzgerald ( 1966) Salmond on Jurisprudence. Sweet &

    Mazwell, London, p. 124. 4 http://id.w3dictionary.org/index.php?q=ipso+facto, diakses tanggal

    03 Pebruari 2015. 5 Satjipto Rahardjo (2014) Op.Cit. hal. 85.

    6 Ibid.hal.91-93.

  • 71 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    nasional yang berwawasan lingkungan. Tujuan dari perkembangan (perubahan) peraturan perundang-undangan di bidang pengujian berkala kendaraan bermotor tidak lain adalah untuk mencapai tujuan pengujian berkala kendaraan bermotor sebagaimana diamanatkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 71 Tahun 1993 tentang Uji Berkala Pasal 2 ayat (1), yaitu : 1. Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap

    kendaraan bermotor pada saat dioperasikan di jalan. 2. Melestarikan lingkungan atau mencegah pencemaran

    lingkungan terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan.

    3. Memberikan pelayanan umum. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan teknis yang

    mengakibatkan suatu kendaraan bermotor wajib uji (KBWU) tidak memenuhi persyaratan teknis dan tidak laik jalan, diperlukan adanya suatu institusi yang bertugas dan berwenang memeriksa dan menguji persyaratan teknis dan kelaikan suatu kendaraan bermotor. Suatu kendaraan bermotor yang telah lulus uji berkala dinyatakan aman dan layak untuk beroperasi di jalan tanpa menimbulkan hambatan teknis terhadap lalu lintas dan angkutan jalan secara umum.

    Dengan telah disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan yang merupakan petunjuk pelaksanaan dari UU 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, diharapkan upaya untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien dapat tercapai melalui kegiatan pengujian berkala kendaraan bermotor.7

    B. RUMUSAN MASALAH 1. Mengapa ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor

    22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan belum efektif terhadap kepatuhan uji KBWU di Kabupaten Lumajang?

    2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan kepatuhan uji KBWU di Kabupaten Lumajang masih belum maksimal?

    7 http:/m.dephub.go.id/read/berita/direktorat jenderal perhubungan

    darat, diakses tanggal 05 Pebruari 2015.

  • 72 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat yuridis

    sosiologis. Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum dengan aspek empiris atau jenis penelitian hukum non doktrinal (sosio legal research). Penelitian ini menggunakan data skunder sebagai data awal untuk kemudian dilanjutkan dengan data primer atau data lapangan.

    Penelitian ini tetap bertumpu pada kaidah-kaidah normatif dimana definisi operasionalnya diambil dari peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk kemudian dikomparasikan dengan kenyataan yang ada di lapangan, sehinggga dapat dilihat tingkat efektivitas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap kepatuhan pemilik KBWU di Kabupaten Lumajang.

    Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara studi dokumentasi, observasi, dan wawancara. Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan model deskriptif kualitatif. Data-data yang telah diperoleh baik data primer maupun data sekunder selanjutnya diolah dan dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Model analisis secara deskriptif ini berarti menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan permasalahan yang disajikan dalam penelitian ini guna memberikan pemahaman yang jelas dan terarah yang diperoleh dari hasil penelitian ini, sehingga diharapkan dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang simpulan atas hasil penelitian yang dicapai. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN D.1. Visi dan Misi

    Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1993 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (sebagaimana telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan), pengujian berkala kendaraan bermotor yang pada awalnya menjadi tugas dan wewenang Pemerintah Provinsi dilimpahkan menjadi tugas dan wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota. Pada awalnya Pemerintah Kabupaten Lumajang menggunakan fasilitas pengujian milik Pemerintah Propinsi Jawa Timur, berupa fasilitas pengujian manual yang berada di wilayah

  • 73 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    Kecamatan Klakah, menjadi satu areal dengan Balai Pelayanan Jembatan Timbang Klakah.

    Setelah melalui tahapan persiapan dan proses yang panjang, maka pada tanggal 19 Mei 2003 diresmikanlah gedung UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang oleh Bupati Lumajang, yang terletak di wilayah Kecamatan Kedungjajang. Dasar pertimbangan ditetapkannya lokasi UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang di wilayah Kecamatan Kedungjajang adalah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor Pasal 6 ayat (2), yaitu : 1. Terletak pada daerah yang mudah dijangkau oleh pemilik

    kendaraan. 2. Sesuai dengan rencana umum tata ruang daerah. 3. Luas areal tanah yang tersedia sesuai dengan kebutuhan. 4. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan. D.2. Pelayanan pada UPT Pengujian Kendaraan Bermotor

    Kabupaten Lumajang Pengujian kendaraan bermotor adalah suatu rangkaian

    kegiatan menguji dan/atau memeriksa bagian atau komponen kendaraan bermotor, kereta gandengan dan kereta tempelan dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan, sehingga pada saat dioperasikan di jalan tidak mengandung kelemahan atau kerusakan-kerusakan teknis yang dapat mengganggu kelancaran, keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan secara umum. Di samping itu melalui kegiatan pengujian emisi gas buang kendaraan bermotor, merupakan salah satu upaya untuk melestarikan lingkungan hidup terhadap polusi udara yang diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor.

    Obyek dan sasaran pelayanan UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang, meliputi : 1. Kendaraan wajib uji yang berada di wilayah Kabupaten

    Lumajang. 2. Kendaraan wajib uji dari luar wilayah Kabupaten Lumajang. 3. Layanan khusus selain uji berkala.

  • 74 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    Adapun jenis pelayanan yang diberikan oleh UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut : 1. Uji pertama, yaitu jenis pelayanan pengujian yang diberikan

    kepada pemilik kendaraan baru untuk mendapatkan nomor uji kendaraan, penetapan daya angkut, penetapan muatan sumbu terberat (MST), penetapan jumlah berat yang diiijinkan (JBI) dan penetapan kelas jalan yang boleh dilalui.

    2. Uji berkala, yaitu jenis pelayanan pengujian yang dilakukan secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali kepada pemilik kendaraan bermotor wajib uji (mobil barang, mobikl penumpang umum, kendaraan khusus, kereta gandengan dan kereta tempelan.

    3. Uji ulang, yaitu jenis pelayanan pengujian yang dilakukan terhadap kendaraan yang dinyatakan tidak lulus uji dan telah melakukan perbaikan terhadap komponen-komponen sebagaimana disebutkan dalam surat keterangan tidak lulus uji.

    4. Uji pelanggaran, yaitu jenis pelayanan pengujian yang dilakukan terhadap kendaraan bermotor wajib uji yang pada saat dioperasikan di jalan melakukan pelanggaran terhadap pemenuhan persyaratan teknis.

    6. Numpang uji, yaitu jenis pelayanan pengujian yang diberikan kepada kendaraan bermotor wajib uji yang berasal dari luar wilayah Kabupaten Lumajang seteglah mendapatkan rekomendasi persetujan dari daerah asal.

    7. Pelayanan penunjang administrasi pengujian dan rekomendasi pengujian, yaitu pelayanan selain pelayanan pengujian yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku menjadi kewenangan UPT Pengujian Kendaraan Bermotor, meliputi : rekomendasi uji ke luar, rekomendasi mutasi uji ke luar, rekomendasi perubahan sifat pemakaian kendaraan dan pemeriksaan dan/atau pengujian kendaraaan untuk kepentingan tertentu (pengujian kendaraan untuk pengahapusan aset kendaraan pemerintah, untuk kegiatan lelang, dan lain-lain).

    Produk atau out-put dari pelayanan pengujian di atas adalah berupa : nomor uji (untuk pelayanan uji pertama), buku uji, plat uji, tanda uji samping dan rekomendasi berupa surat

  • 75 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    keterangan atau surat persetujuan (untuk pelayanan penunjang administrasi dan rekomendasi pengujian).

    Prosedur administrasi yang harus dipenuhi oleh pemohon/pengguna pelayanan pengujian pada UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut : 1. Kendaraan telah didaftarkan paling lambat 1 (satu) hari sebelum

    pelaksanaan pengujian. 2. Permohonan pendaftaran pengujian dilengkapi dengan berkas

    persyaratann yang telah ditentukan. 3. Melunasi biaya pendaftaran dan biaya retribusi pengujian. 4. Kendaraan yang telah didaftarkan harus datang sesuai jadwal

    yang telah ditetapkan. Setelah prosedur administrasi dinyatakan memenuhi syarat,

    maka untuk selanjutnya dilakukan proses pengujian, meliputi pengujian visual (pra uji) dan pengujian mekanis (pengujian dengan menggunakan alat uji mekanis). Pengujian visual (pra uji) adalah pemeriksaan dan/atau pengujian secara visual meliputi fungsi dan/atau kondisi dinding kendaraan, cat kendaraan, ban, keseluruhan lampu-lampu kendaraan, bumper depan belakang, ruang pengemudi, keseluruhan kaca kendaraan, penghapus kaca, klakson, rem tangan, baut roda, perisai kolong, kotak P3K, sabuk keselamatan dan peralatan serta perlengkapan kendaraan lainnya. Sedangkan pengujian secara mekanis adalah pengujian dan/atau pemeriksaan kendaraan bermotor beserta bagian-bagiannya dengan menggunakan alat uji, meliputi uji emisi gas buang, uji keakuratan speedometer, uji gaya rem utama setiap sumbu kendaraan, uji kincup roda depan, uji intensitas penyinaran lampu utama kendaraan, uji kebisingan, uji tingkat suara klakson serta pengujian bagian bawah kendaraan (sistem kemudi, sistem suspense, sistem bahan bakar, sistem pembuangan, sistem penerus daya, sistem rangka/landasan).

    Suatu kendaraan bermotor dinyatakan lulus uji visual apabila setiap bagian yang diuji dan/atau diperiksa mempunyai kondisi dan fungsi yang baik. Selanjutnya suatu kendaraan bermotor dinyatakan lulus uji mekanis apabila memenuhi standar ambang batas laik jalan sebagaimana tabel berikut :

  • 76 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    Tabel 1 Ambang Batas Laik Jalan Kendaraan Bermotor

    No Item yang diuji Ambang batas Dasar hukum

    1. Emisi gas buang - Mesin disel jbb 3.500 kg - Mesin disel jbb > 3.500 kg - Mesin bensin < th 2007 :

    CO

    HC - Mesin bensin th 2007 :

    CO

    HC

    Max 50 % Max 70 % Max 4,5 % Max 1.200 ppm Max 1,5 % Max 200 ppm

    PP No.55/2012 KMLH. No. 05/2009

    2. Akurasi speedometer -10% s/d +15% PP.No. 55/2012 KM.63/1993

    3. Gaya rem utama per sumbu Min 50 % PP.No. 55/2012 KM.63/1993

    4. Kincup roda depan 5 mm/m PP. No. 55/2012 KM.63/1993

    5. Daya pancar lampu utama serta deviasi/penyimpangan penyinaran

    intensitas min 12.000cd Penyimpangan : - ke kanan max 0o 34 - ke kiri max 1o 09

    PP. No. 55/2012 KM.63/1993

    6. Tingkat suara klakson 90 dB s/d 118 dB PP.No. 55/2012 KM.63/1993

    7. Pemeriksaan bagian bawah kendaraan

    - PP.No. 55/2012

    Sumber : Dirjen Perhubungan Darat 2015 Kendaraan yang dinyatakan lulus uji dan laik jalan, langsung

    mendapatkan pengesahan hasil uji oleh penguji (buku uji dan kartu induk) serta mendapatkan bukti lulus uji berupa buku uji, plat uji dan tanda samping. Sebaliknya bagi kendaraan yang dinyatakan tidak lulus uji, diberikan surat keterangan tidak lulus uji dan diberi kesempatan untuk melakukan banding. Selanjutnya Kepala UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang akan menunjuk penguji lain untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian ulang terhadap kendaraan bermotor yang bersangkutan. Apabila dalam pemeriksaan dan pengujian ulang ternyata dinyatakan lulus, maka akan langsung mendapatkan pengesahan hasil uji dan mendapatkan bukti lulus uji. Apabila dalam pemeriksaan dan pengujian ulang ternyata tetap dinyatakan tidak lulus uji, maka diharuskan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen-komponen yang disebutkan dalam surat keterangan

  • 77 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    tidak lulus uji selama 2 x 24 jam dan pada saat pengujian ulang tidak diperlakukan sebagai pemohon baru (tidak membayar retribusi lagi). Seluruh proses mulai dari pemeriksaan dan/atau pengujian, penetapan hasil uji dan pemberian bukti lulus uji selesai dalam 1 (satu) hari kerja.

    D.3. Efektivitas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

    Apabila ingin mengetahui efektivitas dari suatu Undang-Undang dalam mencapai target atau sasarannya, maka pertama-tama harus dapat diukur sejauh mana aturan yang ada dalam Undang-Undang tersebut ditaati atau tidak ditaati. Tentu saja jika suatu aturan yang ada dalam sebuah Undang-Undang ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya, dapatlah dikatakan bahwa Undang-Undang tersebut adalah efektif. Namun demikian, sekalipun dapat dikatakan bahwa suatu Undang-Undang sudah efektif, tetapi masih dapat dipertanyakan lebih jauh derajat efektivitasnya.

    Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan memberikan pengaruh terhadap kepatuhan pemilik KBWU di Kabupaten Lumajang dalam melakukan pengujian kendaraannya secara berkala, penulis melakukan wawancara dengan Kepala UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang, Sri Purnomo (wawancara tanggal 05 Januari 2015). Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa efektivitas Undang-Undang Nomor 22 Tahun terhadap kepatuhan pemilik KBWU dalam mengujikan kendaraannya secara berkala sudah cukup baik, tetapi masih belum maksimal. Hal itu dapat diketahui dari kenyataan bahwa masih banyak KBWU yang mati uji (tidak melakukan pengujian secara berkala), sebagaimana data pada tabel berikut :

  • 78 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    Tabel 2 Rekapitulasi Kendaraan Bermotor Mati Uji s/d Desember 2014

    Mopen mobil bus

    Mobil barang

    Kend. Khusus

    Kereta Gandeng

    Kereta tempel

    Jumlah

    U BU U BU U BU U BU U BU U BU U BU U+BU

    47 1 70 6 506 1771 0 40 113 0 0 0 736 1818 2554

    Sumber : UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang 2014

    Tabel 3 Rekapitulasi Kendaraan Bermotor Wajib Uji s/d Desember 2014

    Mobil pen mobil bus

    Mobil barang

    Kendaraan khusus

    Kereta Gandeng

    Kereta tempel

    Jumlah

    1 2 3 4 5 6 7

    883 428 10.200 94 367 17 11.229

    Sumber : UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang 2014

    Menurut Arie Bidayanto, Penguji Kendaraan Bermotor pada UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kabupaten Lumajang (wawancara tanggal 29 Januari 2015), jika dibandingkan antara jumlah kendaraan bermotor yang wajib melakukan pengujian secara berkala (11.229 unit) dengan jumlah kendaraan bermotor yang tidak melakukan pengujian secara berkala atau mati uji (2.554 unit), merupakan indikator yang menggambarkan bahwa ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap kepatuhan pemilik kendaraan bermotor di wilayah Kabupaten Lumajang dalam mengujikan kendaraannya secara berkala belum sepenuhnya efektif. D.4. Faktor-Faktor Penyebab Kepatuhan Uji Belum Maksimal

    Faktor-faktor yang menyebabkan kepatuhan pemilik KBWU di Kabupaten Lumajang masih belum maksimal dalam mengujikan kendaraannya, disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1. Faktor penegak hukum

    Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 264, pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dilakukan oleh Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang lalu

  • 79 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    lintas dan angkutan jalan. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 265 ayat (1) butir b menyatakan bahwa pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan, salah satunya meliputi pemeriksaan tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib uji. Adapun tentang tata cara pemeriksaan kendaraan di jalan (termasuk di dalamnya adalah pemeriksaan tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib uji) dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 266, bahwa pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dapat dilakukan secara insidentil oleh Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, atau dapat dilakukan secara berkala secara gabungan oleh Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.

    Kegiatan pemeriksaan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud di atas sangat jarang dilakukan terutama di daerah pinggiran, kalau pun ada kegiatan operasi gabungan biasanya sudah bocor lebih dulu sehingga kendaraan bermotor yang mati uji tidak beroperasi dan otomatis tidak terjaring dalam kegiatan operasi gabungan tersebut. Kalau pun ada kendaraan bermotor mati uji yang terjaring, biasanya terjadi aksi damai antara petugas dengan pihak pelanggar, sehingga berkas pelanggarannya tidak dilanjutkan dalam persidangan di Pengadilan Negeri Lumajang. 2. Faktor sarana atau fasilitas pendukung.

    Banyak pemilik kendaraan wajib uji yang sengaja tidak mengujikan kendaraannya secara berkala karena tempat tinggal mereka sangat jauh dari lokasi UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang. Apalagi di tempat mereka mengoperasikan kendaraannya sehari-hari tidak pernah ada kegiatan pemeriksaan tanda bukti lulus uji.

    Seorang pemilik kendaraan wajib uji bernama Paiman menyatakan kepada penulis (wawancara 02 Pebruari 2015), bahwa yang bersangkutan sengaja tidak mengujikan kendaraannya secara berkala dan sengaja membiarkan kendaraannya mati uji hanya karena tempat tinggal yang bersangkutan (Desa Sido Mulyo Kecamatan Pronojiwo) sangat jauh dari lokasi UPT Pengujian

  • 80 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang ( 100 km). Masih menurut yang bersangkutan, tempat tingglnya juga terisolir/ terpisah areal pegunungan dan akses jalan menuju UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang sempit dan berkelok-kelok. Alasan-alasan tersebut membuat Paiman malas untuk mengujikan kendaraannya secara berkala. Ia menambahkan, alangkah bijaksananya apabila Pemerintah Kabupaten Lumajang menyediakan sebuah unit pengujian keliling/portable yang dapat melakukan kegiatan pengujian kendaraan secara mobile guna menjangkau daerah-daerah pinggiran yang sangat jauh dari lokasi UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang. 3. Faktor Masyarakat

    Irfan Timbul, Kepala Seksi Pengendalian Operasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Dinas Perhubungan Kabupten Lumajang, menyatakan kepada penulis (wawancara tanggal 11 Pebruari 2015), bahwa dalam hal kepatuhan para pemilik kendaraan wajib uji dalam mengujikan kendaraannya secara berkala sebenarnya tergantung kepada tingkat kesadaran masyarakat terhadap hukum. Menurut Irfan Timbul apabila tingkat kesadaran masyarakat terhadap hukum sudah baik, mereka akan tetap mengujikan kendaraannya secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, meskipun petugas jarang melakukan kegiatan operasi pemeriksaan, ataupun tempat tinggal mereka jauh dari lokasi UPT Pengujian Kendaraan.

    Menurut Kepala UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang, Sri Purnomo (wawancara tanggal 05 Januari 2015), kesadaran masyarakat masih rendah akan pentingnya fungsi dan manfaat pengujian berkala kendaraan bermotor. Perlu adanya sosialisasi yang terpadu dan berkesinambungan kepada masyarakat khususnya pemilik kendaraan wajib uji.

    E. PENUTUP E.1. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

    Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap kepatuhan pemilik

  • 81 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    kendaraan bermotor wajib uji di Kabupaten Lumajang dalam melaksanakan pengujian kendaraannya secara berkala masih belum efektif. Hal itu dapat dilihat dari data yang terdapat pada UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang, bahwa masih banyak kendaraan bermotor wajib uji yang mati uji (tidak melakukan pengujian secara berkala).

    2. Faktor-faktor yang menyebabkan kepatuhan uji berkala KBWU di Kabupaten Lumajang masih belum maksimal adalah kurangnya intensitas kegiatan operasi penertiban oleh petugas, aksi damai yang dilakukan petugas, tidak adanya sarana pengujian keliling/pengujian portable untuk daerah-daerah yang jauh dari lokasi UPT Pengujian Kendaraan Bermotor dan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi dan manfaat pengujian kendaraan bermotor secara berkala terhadap keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan secara umum.

    E.2. SARAN Agar supaya ketentuan yang ada dalam Undang-Undang

    Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat efektif dalam memberikan pengaruhnya terhadap kepatuhan pemilik kendaraan bermotor wajib uji di Kabupaten Lumajang, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Petugas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

    melakukan pemeriksaan kendaraan (termasuk pemeriksaan tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib uji), wajib bertindak profesional dan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji (aksi damai, misalnya) dan wajib melanjutkan berkas pelanggaran ke Pengadilan Negeri Lumajang, sehingga diharapkan akan memberikan efek jera kepada para pelanggar.

    2. Perlu diadakan unit pengujian keliling/pengujian portable untuk menguji secara mobile kendaraan wajib uji di wilayah-wilayah pinggiran yang jauh dari lokasi UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Lumajang.

    3. Harus dilakukan sosialisasi kepada masyarakat (khususnya pemilik KBWU) secara terpadu dan berkesinambungan tentang pentingnya fungsi dan manfaat pengujian kendaraan bermotor secara berkala terhadap keamanan, keselamatan, ketertiban

  • 82 ARGUMENTUM, VOL. 15 No. 1, Desember 2015

    dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan secara umum, sehingga diharapkan kepatuhan masyarakat akan meningkat.

    -----

    DAFTAR PUSTAKA

    L.J. van Apeldoorn (1978) Inleideng tot de Studie van het

    Nederlandse Recht. diterjemahkan oleh Oetarid Sadino,

    Pengantar Ilmu Hukum. Pradnya Paramita, Jakarta.

    P.J. Fitzgerald ( 1966) Salmond on Jurisprudence. Sweet &

    Mazwell, London.

    R. Soeroso (2013) Pengantar Ilmu Hukum. Sinar Grafika, Jakarta.

    Satjipto Rahardjo (2014) Ilmu Hukum. Citra Aditya Bakti, Bandung

    Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

    Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan

    http://id.w3dictionary.org/index.php?q=ipso+facto.

    http://m.dephub.go.id/read/berita/direktorat.jenderal.perhubungan.d

    arat