Arah Pendampingan Desa Apbn 2015 Telah..

5
11/10/2015 ARAH PENDAMPINGAN DESA APBN 2015 telah... Forum BKAD PNPM Mpd Kabupaten Pati https://www.facebook.com/permalink.php?id=357520247601217&story_fbid=860132170673353 1/5 Forum BKAD PNPM Mpd Kabupaten Pati ARAH PENDAMPINGAN DESA APBN 2015 telah ditetapkan melalui paripurna DPR pada 29 September 2014. Bagi kalangan pegiat pemberdayaan desa, penetapan APBN2015 menjadi jawaban pasti atas perdebatan dan silang sengkarut mengenai besaran alokasi dana desa maupun keberlanjutan PNPM. Dalam APBN 2015, dana desa yang bersumber dari APBN ditetapkan sebesar 9,1 Triliun. Besaran dana desa itu berasal dari realokasi anggaran PNPM di Kementerian Dalam Negeri. Kementerian Keuangan sendiri juga sudah menetapkan rincian alokasi dana desa per kabupaten. Meski demikian, kemungkinan besar APBN akan dilakukan perubahan lebih cepat pasca pelantikan Presiden terpilih, Jokowi, pada 20 Oktober2014 nanti. Berdasarkan pemberitaan media akhirakhir ini, perubahan utama yang akan dilakukan pada APBN setidaknya terkait dengan review alokasi subsidi BBM dan dana desa. Subsidi BBM dikurangi dan otomatis harga BBM naik, sedangkan alokasi dana desa akan ditingkatkan secara signifikan dari alokasi sebelumnya. Pada perubahan nanti, alokasi BLM PNPM kemungkinan kecil akan mendapat alokasi dari APBNP 2015. Hal ini sejalan dengan implementasi UU Desa, dimana meminjam istilah Budiman Sujatmiko, UU Desa adalah PNPM plus. Keberhasilan PNPM telah menjadikan para pengambil kebijakan untuk melembagakannya melalui undangundang ini. Alhasil, meneruskan PNPM di tengah implementasi UU Desa justru akan menjadi tumpang tindih dan tidak efektif. Kunci Sukses Pendampingan PNPM. Komponen penting yang menjadi kunci sukses PNPM, salah satunya adalah efektifitas pengelolaan pendampingan. Fasilitator PNPM dikelola oleh Kemendagri melalui SOP yang sangat tegas dan terstandard. Tidak sedikit fasilitator yang di PHK karena terbukti melanggar kode etik. Meskipun halhal teknis dilimpahkan (dekonsentrasi) kepada Bapemas Provinsi, namun halhal strategis tetap tidak bisa dilakukan tanpa persetujuan pusat. Alhasil, meski lokasi tugas fasilitator ada ditingkat kecamatan, namun ia menjadi kepanjangan tangan bagi pemerintah pusat. Posisi seperti inilah yang menjadikan fasilitator mampu membebaskan diri dari intervensi birokrasi, baik ditingkat kabupaten maupun birokrasi kecamatan. "Fasilitator itu asset program yang digaji dari APBN, bukan Pegawai Bapemas, apalagi anak buah camat" demikian kalimat yang disering terlontar dari para fasilitator untuk menangkal intervensi birokrasi lokal. Sukses program lepas dari intervensi aparat birokrasi lokal, oleh pihak pihak tertentu, sering diputarbalikkan dengan memunculkan stigma yang mendiskreditkan, seperti "PNPM membuat negara sendiri", "PNPM berdiri sendiri", "PNPM tidak melibatkan birokrasi" dan berbagai sebutan lainnya. Meskipun kenyatannya tidak demikian, namun fasilitator pasti memahami suasana batin mereka yang menyampaikan perkataan seperti itu. Mengawal UU Desa. Seiringan ditepatkannya UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, issue pendampingan desa juga semakin santer diperbincangkan kalangan fasilitator pemberdayaan masyarakat (FMP), utamanya Fasilitator PNPM. Hal ini wajar karena salah satu misi UU Desa, sebagaimana tersirat dalam pertimbangan, adalah untuk melindungi, menguatkan dan memberdayakan desa agar lebih maju, mandiri dan demokratis. Semangat pemberdayaan sangat mewarnai UU Desa. Setidaknya terdapat 24 kata pemberdayaan dan puluhan kata yang semakna menjejali uu desa ini. Sedangkan pendampingan selalu melekat sebagai salah satu strategi dalam pemberdayaan. Disamping itu, kucuran dana desa yang begitu besar akan sangat berbahaya jika tanpa adanya program pendampingan yang mengawalnya. Banyak pihak yang meragukan profesionalitas dan integritas aparat desa dalam mengelola dana desa ini. Atas keraguan itu, baik dari LSM, akademisi maupun DPR hingga Bank Dunia merekomendasikan adanya pendampingan seiring implementasi UU Desa yang berbasis pemberdayaan ini. 12 Oktober 2014 · Disunting · Bahasa Indonesia · Privasi · Ketentuan · Kuki · Iklan · · Lainnya Facebook © 2015 Pilihan Iklan Email atau Telepon Kata Sandi [email protected] Masuk Lupa kata sandi Anda? Biarkan saya tetap masuk Mendaftar

description

arah

Transcript of Arah Pendampingan Desa Apbn 2015 Telah..

Page 1: Arah Pendampingan Desa Apbn 2015 Telah..

11/10/2015 ARAH PENDAMPINGAN DESA APBN 2015 telah... ­ Forum BKAD PNPM Mpd Kabupaten Pati

https://www.facebook.com/permalink.php?id=357520247601217&story_fbid=860132170673353 1/5

Forum BKAD PNPM Mpd Kabupaten Pati

ARAH PENDAMPINGAN DESA

APBN 2015 telah ditetapkan melalui paripurna DPR pada 29 September2014. Bagi kalangan pegiat pemberdayaan desa, penetapan APBN 2015menjadi jawaban pasti atas perdebatan dan silang sengkarut mengenaibesaran alokasi dana desa maupun keberlanjutan PNPM.

Dalam APBN 2015, dana desa yang bersumber dari APBN ditetapkansebesar 9,1 Triliun. Besaran dana desa itu berasal dari realokasianggaran PNPM di Kementerian Dalam Negeri. Kementerian Keuangansendiri juga sudah menetapkan rincian alokasi dana desa per kabupaten.

Meski demikian, kemungkinan besar APBN akan dilakukan perubahanlebih cepat pasca pelantikan Presiden terpilih, Jokowi, pada 20Oktober2014 nanti. Berdasarkan pemberitaan media akhir­akhir ini,perubahan utama yang akan dilakukan pada APBN setidaknya terkaitdengan review alokasi subsidi BBM dan dana desa. Subsidi BBM dikurangidan otomatis harga BBM naik, sedangkan alokasi dana desa akanditingkatkan secara signifikan dari alokasi sebelumnya.

Pada perubahan nanti, alokasi BLM PNPM kemungkinan kecil akanmendapat alokasi dari APBN­P 2015. Hal ini sejalan dengan implementasiUU Desa, dimana meminjam istilah Budiman Sujatmiko, UU Desa adalahPNPM plus. Keberhasilan PNPM telah menjadikan para pengambilkebijakan untuk melembagakannya melalui undang­undang ini. Alhasil,meneruskan PNPM di tengah implementasi UU Desa justru akan menjaditumpang tindih dan tidak efektif.

Kunci Sukses Pendampingan PNPM.

Komponen penting yang menjadi kunci sukses PNPM, salah satunyaadalah efektifitas pengelolaan pendampingan. Fasilitator PNPM dikelolaoleh Kemendagri melalui SOP yang sangat tegas dan terstandard. Tidaksedikit fasilitator yang di PHK karena terbukti melanggar kode etik.Meskipun hal­hal teknis dilimpahkan (dekonsentrasi) kepada BapemasProvinsi, namun hal­hal strategis tetap tidak bisa dilakukan tanpapersetujuan pusat.

Alhasil, meski lokasi tugas fasilitator ada ditingkat kecamatan, namun iamenjadi kepanjangan tangan bagi pemerintah pusat. Posisi seperti inilahyang menjadikan fasilitator mampu membebaskan diri dari intervensibirokrasi, baik ditingkat kabupaten maupun birokrasi kecamatan.

"Fasilitator itu asset program yang digaji dari APBN, bukan PegawaiBapemas, apalagi anak buah camat" demikian kalimat yang diseringterlontar dari para fasilitator untuk menangkal intervensi birokrasi lokal.

Sukses program lepas dari intervensi aparat birokrasi lokal, oleh pihak­pihak tertentu, sering diputarbalikkan dengan memunculkan stigma yangmendiskreditkan, seperti "PNPM membuat negara sendiri", "PNPM berdirisendiri", "PNPM tidak melibatkan birokrasi" dan berbagai sebutan lainnya.Meskipun kenyatannya tidak demikian, namun fasilitator pasti memahamisuasana batin mereka yang menyampaikan perkataan seperti itu.

Mengawal UU Desa.

Seiringan ditepatkannya UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, issuependampingan desa juga semakin santer diperbincangkan kalanganfasilitator pemberdayaan masyarakat (FMP), utamanya Fasilitator PNPM.Hal ini wajar karena salah satu misi UU Desa, sebagaimana tersirat dalampertimbangan, adalah untuk melindungi, menguatkan danmemberdayakan desa agar lebih maju, mandiri dan demokratis.

Semangat pemberdayaan sangat mewarnai UU Desa. Setidaknya terdapat24 kata pemberdayaan dan puluhan kata yang semakna menjejali uu desaini. Sedangkan pendampingan selalu melekat sebagai salah satu strategidalam pemberdayaan.

Disamping itu, kucuran dana desa yang begitu besar akan sangatberbahaya jika tanpa adanya program pendampingan yang mengawalnya.Banyak pihak yang meragukan profesionalitas dan integritas aparat desadalam mengelola dana desa ini. Atas keraguan itu, baik dari LSM,akademisi maupun DPR hingga Bank Dunia merekomendasikan adanyapendampingan seiring implementasi UU Desa yang berbasispemberdayaan ini.

12 Oktober 2014 · Disunting ·

Bahasa Indonesia · Privasi · Ketentuan · Kuki ·Iklan · · Lainnya

Facebook © 2015

Pilihan Iklan

Email atau Telepon Kata Sandi

[email protected] Masuk

Lupa kata sandi Anda?Biarkan saya tetap masukMendaftar

Page 2: Arah Pendampingan Desa Apbn 2015 Telah..

11/10/2015 ARAH PENDAMPINGAN DESA APBN 2015 telah... ­ Forum BKAD PNPM Mpd Kabupaten Pati

https://www.facebook.com/permalink.php?id=357520247601217&story_fbid=860132170673353 2/5

Pasal 1 UU Desa menegaskan Istilah pemberdayaan masyarakat desasebagai upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraanmasyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan,perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber dayamelalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yangsesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

Konsepsi pendampingan desa ini, lebih lanjut dijabarkan dalam PP 43 /2014 Tentang Peraturan pelaksana UU Desa pasal 128 ­ 131 dengan subparagraf Pendampingan Masyarakat Desa. Hal­hal baru yang diatur dalampasal pendampingan antara lain.

Pertama: Tugas pendampingan menjadi tugas dari jenjang pemerintahdisemua level, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi hinggapemerintah kabupaten (pasal 128 ayat 1). Namun pendampinganlangsung / pendampingan teknis hanya menjadi tugas SKPD kabupatensebagai wilayah otonom terdekat dengan desa (pasal 128 ayat 2). Camatsebagai kepanjangan tangan dari pemerintah kabupaten, bertugasmengkoordinasikan pendampingan masyarakat desa di wilayah kerjanya(pasal 128 ayat 3).

Dengan demikian, jika sebelumnya makna pendampingan identik dengantugas dari tenaga pendamping profesional / fasilitator, maka sekarangpendampingan masyarakat desa menjadi tugas dari pemerintah disemualevel. Dalam menjalankan tugas pendampingan, aparatur pemerintahtentu juga memposisikan diri sebagai fasilitator. Istilah fasilitator kemudianmengalami perluasan makna, tidak hanya menjadi monopoli kalanganFPM.

Kedua: Fasilitator pemberdayaan masyarakat (FPM) dipertegassebutannya sebagai tenaga pendamping profesional yang terbagi ataspendamping desa, pendamping teknis dan tenaga ahli pemberdayaanmasyarakat. Tidak disebut sebagai fasilitator, karena fungsi fasilitator bisadiperankan siapa saja termasuk pemerintah.

Tenaga pendamping profesional bertugas membantu peranpendampingan masyarakat desa yang menjadi tugas dari pemerintah. Jikaternyata pemerintah melalui SKPD, dinilai sudah mampu ­dari sisi kualitasdan kuantitas­ memposisikan diri sebagai fasilitator, maka keberadaantenaga pendamping profesional ini tidak diperlukan lagi.

Ketiga: Tenaga Pendamping Profesional yang boleh direkrut untukmembantu tugas pendampingan masyarakat desa hanyalah mereka yangmemiliki sertifikasi kompetensi. Saat ini satu­satunya lembaga sertifikasiprofesi itu adalah LSP­FPM yang berdiri atas prakarsa asosiasi profesi,pemerintah dan perguruan tinggi. Sayangnya Tempat Uji Kompetensi(TUK) LSP ini masih sangat terbatas.

Keempat: Istilah Pendamping desa bukanlah dimaksudkan untukmembatasi wilayah tugas pendamping, melainkan sebagai sebutan bagipendamping yang direkrut untuk mengawal implementasi UU Desa.Pendamping dilevel desa tetap dipegang oleh KPMD.

Dengan demikian, dalam satu kecamatan bisa saja hanya akan ada 2orang pendamping desa atau menyesuaikan dengan jumlah desa dalamkecamatan terkait. Bukan setiap desa harus ada pendamping desa. Jikaada asumsi bahwa pendamping desa itu hanya mendampingi satu desa,tentu akan tumpang tindih dengan tugas KPMD.

Sedangkan pendamping teknis adalah pendamping yang secara khususbertugas mendampingi desa dalam kaitannya pelaksanaan program yangmenjadikan desa sebagai sasarannya. Contoh PNPM.

Kelima: Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupatenpunya hak mengadakan tenaga pendamping profesional. Hak ini, dalampelaksanaannya tentu disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuankeuangan yang dimiliki.

Jika yang melakukan rekrutmen pendamping adalah pemerintah, makabiaya pengadaan dan penggajian pendamping berasal dari dipakementerian. Demikian juga provinsi dan kabupaten, maka dipa berasaldari anggaran SKPD terkait.

Sedangkan dana desa hanya bisa dipakai untuk melakukan pengadaandan operasional dari KPMD. Pendamping desa atau pendamping teknistidak bisa digaji dari APBDesa, melainkan dari APBN atau APBD.

Keenam: Kementerian Dalam Negeri berkewajiban menyusun Pedomanpendampingan desa sebagai SOP pengelolaan pendamping yang akandipakai oleh pemerintah dan pemerintah daerah dalam mengelola tenagapendamping profesional.

Pendamping Teknis vs Pendamping Desa.

UU Desa tidak hanya melembagakan kebiasaan baik di PNPM, namun

Page 3: Arah Pendampingan Desa Apbn 2015 Telah..

11/10/2015 ARAH PENDAMPINGAN DESA APBN 2015 telah... ­ Forum BKAD PNPM Mpd Kabupaten Pati

https://www.facebook.com/permalink.php?id=357520247601217&story_fbid=860132170673353 3/5

lebih dari itu, UU Desa telah melampaui apa yang selama ini ada di PNPM.Prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas diformalkan denganlebih apik.

PP 43 / 2014, Pasal 126 ayat 1 merumuskan tujuan Pemberdayaanmasyarakat Desa adalah untuk memampukan Desa dalam melakukan aksibersama sebagai suatu kesatuan tata kelola Pemerintahan Desa,kesatuan tata kelola lembaga kemasyarakatan Desa dan lembaga adat,serta kesatuan tata ekonomi dan lingkungan. Dengan tujuan seperti itu,pendamping desa akan menghadapi tantangan yang lebih kompleksdibandingkan dengan pendamping teknis.

Pendamping teknis seperti Fasilitator PNPM, selama ini hanyabersinggungan dengan sisi luar aktifitas pemerintahan desa. Penyusunanperencanaan pembangunan desa hanya selesai sampai tahap formalisasiRPJMDesa dan RKPDesa. Sampai disini, PNPM dan desa berjalan sendiri­sendiri. Tidak pernah ada singkronisasi rencana kerja anggaranpembangunan desa melalui APBDes.

Pada saat selesai penganggaran di MAD Penetapan Usulan, FasilitatorPNPM juga hanya fokus pd kegiatan yang didanai PNPM. Begitu jugapemantauan Tim Monitoring juga hanya fokus pada kegiatan PNPM. Tidakpernah ada pengawasan terpadu atas pelaksanaan pembangunan didesa. Fasilitator PNPM memang tidak bisa masuk terlalu jauh ke dalamsistem pemerintahan desa karena itu tidak diperintahkan PTO.

Konsep integrasi juga hanya sampai pada dokumen RPJMDesa danRKPDesa. Upaya mengawal penyusunan APBDesa seperti mengoreksumber dan besaran pendapatan desa seperti mencari masalah, apalagimempertanyakan alokasi hingga penggunaanya. Tindakan seperti itu bagiFasilitator PNPM akan dianggap telah mengobok­obok desa. Begitulahketerbatasan wewenang pendamping teknis. Berbeda denganpendamping desa.

Pada saatnya nanti, pendamping desa akan jauh melampaui FasilitatorPNPM. Mereka nantinya harus masuk lebih jauh kedalam tatakelolapemerintahan desa. Memastikan pemerintah desa, BPD, LembagaKemasyarakatan dan komponen desa lainnya, mengambil peran secaramaksimal dalam kerangka pemberdayaan masyarakat.

Pasal 127 PP 43 / 2014 memberikan arahan lebih detail. Pendampingdesa harus mengawal penyusunan perencanaan dan penganggaran yangberpihak kepada kepentingan warga miskin, warga disabilitas, perempuan,anak, dan kelompok marginal;Jika Pendamping PNPM hanya fokus pada penganggaran BLM saja, makapendamping desa harus mengawal konsolidasi keuangan desa melaluiAPBDesa. Sumber pendapatan desa, mulai dari PADesa, ADD dari APBN,ADD dari APBD, bagi hasil pajak dan retribusi, serta berbagai sumberpendapatan lainnya harus dikelola secara transparan dan akuntabelmelalui APBDesa.

Bukan hanya memastikan pembangunan desa dilaksanakan secaratransparan dan akuntabel, namun juga penyelenggaraan pemerintahandesa juga harus demikian. Lebih dari itu, juga harus dikembangkan sistemtransparansi dan akuntabilitas tata pemerintahan desa. Terkait dengansemangat ini, komunitas Gerakan Desa Membangun (GDM) telahmengawali aksi dengan meluncurkan domain desa.id yang arahnyamenjadi media transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraanpemerintahan desa dan pembangunan desa.

Terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ini,Pasal 86 UU Desa mengamanatkan kepada Pemerintah dan PemerintahDaerah untuk mengembangkan sistem informasi Desa dan pembangunanKawasan Perdesaan, meliputi fasilitas perangkat keras dan perangkatlunak, jaringan, serta sumber daya manusia.

Sistem informasi Desa dikelola oleh Pemerintah Desa dan harusmemberikan akses kepada masyarakat Desa dan semua pemangkukepentingan. Dalam jangka panjang, penerapan teknologi informasi dankomunikasi ini dapat menjadi pintu masuk bagi penerapan e audit danadesa.

Pendamping desa juga memegang peran penting dalam mendorongpendayagunaan lembaga kemasyarakatan Desa dan lembaga adat.Bukan tugas yang mudah, karena selama ini dibanyak tempat, lembagakemasyarakatan seakan hanya lembaga papan nama saja. Kondisi initerjadi karena memang lembaga kemasyarakatan di desa tidak pernahmendapat sentuhan. Di PNPM Perdesaan, LPM, salah satu lembagakemasyarakatan ini baru disentuh setelah konsep integrasi digaungkanpada awal 2011.

Dalam menguatkan lembaga kemasyarakatan ini, Pasal 98 UU Desa

Page 4: Arah Pendampingan Desa Apbn 2015 Telah..

11/10/2015 ARAH PENDAMPINGAN DESA APBN 2015 telah... ­ Forum BKAD PNPM Mpd Kabupaten Pati

https://www.facebook.com/permalink.php?id=357520247601217&story_fbid=860132170673353 4/5

menegaskan, Pelaksanaan program dan kegiatan yang bersumber dariPemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah DaerahKabupaten/Kota, dan lembaga non­Pemerintah wajib memberdayakan danmendayagunakan lembaga kemasyarakatan yang sudah ada di Desa.

Tidak kalah penting, pendamping desa juga dituntut mendorongpartisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan Desa yang dilakukanmelalui musyawarah Desa. Kebijakan­kebijakan strategis yang berkaitandengan desa, utamanya pengelolaan pembangunan desa, harusdipertanggungjawabkan melalui musyawarah desa.

Selanjutnya, Pendamping desa juga bertugas mendorong pengawasandan pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan desa danpembangunan Desa yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakatDesa. Pengawasan secara kelembagaan menjadi tugas utama BPD dansecara partisipatif menjadi hak dan kewajiban masyarakat desa. Karenaitu mendorong penguatan fungsi BPD

UU Desa Pasal 61, BPD berhak mengawasi dan meminta keterangantentang penyelenggaraan Pemerintahan desa kepada Pemerintah Desa.BPD juga berhak menyatakan pendapat atas penyelenggaraanPemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaankemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Hak­hakinilah yang harus dikuatkan oleh pendamping desa.

Kepala desa memang pemegang kuasa atas pengelolaan keuangan desa,namun UU Desa juga memberi ruang kepada BPD untuk terus terlibatdalam pengambilan keputusan strategis. RPJMDesa, RKPDesa danAPBDesa adalah dokumen strategis yang ditetapkan dengan melibatkanBPD.

Jika sebelumnya, di PNPM, masyarakat dididik mengawasi pelaksanaankegiatan melalui kelembagaan program yang bernama Tim Monitoring,kemudian dikembangkan menjadi konsep CBM, maka UU Desamengembangkan konsep Community Based Monitoring (CBM) meluas keranah penyelenggaraan pemerintahan desa.

Pada tahap selanjutnya, pendamping desa bahkan dituntut untukmelakukan penyadaran kepada masyarakat desa akan hak dankewajibannya sebagai warga desa. Pada tahap ini, pendamping desaharus memerankan diri sebagai community organizer yang harus jelimembaca fenomena hubungan sosial antar kelembagaan danmasyarakat.

Untuk itulah, UU Desa Pasal 68 merinci hak Masyarakat Desa antara lain:

a. meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa sertamengawasi kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaanPembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, danpemberdayaan masyarakat Desa;

b. memperoleh pelayanan yang sama dan adil;

c. menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis secarabertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan PemerintahanDesa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatanDesa, masyarakat Desa; dan pemberdayaan

d. memilih, dipilih, dan/atau ditetapkan menjadi: 1. Kepala Desa; 2.perangkat Desa; 3. anggota Badan Permusyawaratan Desa; atau 4.anggota lembaga kemasyarakatan Desa. e. mendapatkan pengayomandan perlindungan dari gangguan ketenteraman dan ketertiban di Desa.

Kemudian Masyarakat Desa juga berkewajiban:

a. membangun diri dan memelihara lingkungan Desa;b. mendorong terciptanya kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, danpemberdayaan masyarakat Desa yang baik;

c. mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram diDesa;

d. memelihara dan mengembangkan nilai permusyawaratan,permufakatan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan di Desa; dan

e. berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa.

Sejalan dengan penguatan kelembagaan dan penyadaran masyarakatdesa, paradigma pemerintah desa juga harus dirubah. Dominasipemerintah desa yang terlalu kuat dalam hubungannya dengankelembagaan desa, harus mulai ditata ulang. Kita tahu, salah satukompenen yang mendesakkan aspirasi dana desa dari APBN adalahAsosiasi Kepala Desa (AKD), karena itu jangan sampai UU Desa hanyadipahami dana desanya saja. Pemerintah desa harus memahami bahwaessensi pengaturan desa sebagaimana pasal 4 UU Desa adalah

Page 5: Arah Pendampingan Desa Apbn 2015 Telah..

11/10/2015 ARAH PENDAMPINGAN DESA APBN 2015 telah... ­ Forum BKAD PNPM Mpd Kabupaten Pati

https://www.facebook.com/permalink.php?id=357520247601217&story_fbid=860132170673353 5/5

membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif,terbuka, serta bertanggung jawab.

Itulah sekilas tantangan kerja­kerja pendampingan era UU Desa.Dibutuhkan tidak hanya sekedar ketrampilan teknis fasilitasi, melainkanjuga kemampuan membaca hubungan sosial yang terbingkai dalamkesatuan masyarakat hukum yang bernama desa. Jika PendampingTeknis mendasarkan aktifitas pendampingannya pada aturan program,maka pendamping desa mengorganisasikan pendampingan masyarakatdesa berdasarkan UU Desa dan peraturan pelaksananya.

Mengutip arahan Direktur Usaha Ekonomi Masyarakat, Ditjen PMD,Kemendagri, Bito Wikantosa, implementasi UU Desa menuntutpembaharuan konsep pendampingan dari model pendamping teknisCommunity Sriven Development (CCD), menjadi paradigma pendampingdesa Village Driven Development (VDD).

Saran Bito Wikantosa, Fasilitator PNPM, sebagai pendamping teknis,harus segera mengambil langkah­langkah menyongsong pendampingandesa dengan Menambah ketrampilan diri untuk mampu mendampingiDesa dalam kerangka kerja VDD, mereorientasi diri dari pekerja proyekyang taat menjalankan PTO menjadi community organizer yang secarakreatif memfasilitasi Desa tumbuh menjadi kesatuan masyarakat hukumyang demokratis dan berkeadilan sosial.

Mengubah sikap diri dari pekerja proyek yang berada dalam pusarankekuasaan jalur fungsional menjadi Pemberdaya Masyarakat yang Mandiridan Berpikir Kritis­Kontekstual serta memanfaatkan waktu yang terbatasdalam skala kerja PNPM Mandiri Perdesaan untuk melakukanPembaharuan Diri.

Rabiah Adawiyah

194 Suka 138 komentar 107 Dibagikan

Suka Komentari