April - Mei 2019 MARI KITA BERDOA MEMOHON ROH KUDUS 02. APR-MEI 2019.pdfDoa, doa, doa! Se-moga...

26
April - Mei 2019 SUSUNAN PENGURUS PELINDUNG BPN PKKI Sie Medikom Ferry Lubis PENASEHAT Rm. Subroto Widjojo, SJ PENANGGUNG JAWAB Mariani Ojong TIM REDAKSI Anastasia Marchell Tifani Ignatius Surya Prasetya Wijaya, MBA A. Widri Karnanta KONTRIBUTOR Agus Goenawan Seluruh BPK dan BPPG REDAKSI WARTA SHEKINAH [email protected] Telp. (021) 57940872 Fax. (021) 57940871 Hp. 0821 1481 7203 (Iche) ALAMAT REDAKSI/ IKLAN DAN SIRKULASI Kompleks Rukan Senayan Blok E No.6 Jl. Tentara Pelajar Jakarta - Selatan Telp. 021-57940872 Fax. 021-57940871 MARI KITA BERDOA MEMOHON ROH KUDUS Pentakosta tahun ini akan menjadi awal mula berope rasinya CHARIS, badan tunggal yang melayani seluruh arus rahmat Pembaharuan Karis- matik Katolik. Inilah kesem- patan langka untuk menerima pencurahan Roh Kudus secara baru bagi kita dan bagi selu- ruh Gereja. Renungan ini dan dua renungan lain saya susun sesuai permintaan komite ko- ordinasi, dengan tujuan untuk mendorong dan menyema- ngati banyak saudara saudari kita yang akan melaksanakan komitmen doa guna men- dukung ke berhasilan acara ini secara spiritual. Renungan ini akan menyuguhkan dasar dasar biblis dan teologis dari komitmen doa tersebut. Bagaimana cara para rasul mempersiapkan diri untuk kedatangan Roh Kudus? De- ngan berdoa! “Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.” Doa para rasul yang berkumpul bersama Bunda Maria di Ru- ang Atas adalah epiklesis besar per- tama, yang mem- buka dimensi epi- kletik Gereja: “Da- tanglah Roh Kudus”, yang akan terus berku- mandang di Gereja untuk selama-lamanya, dan yang akan digunakan untuk meng- awali setiap langkah penting dalam liturgi. Saat Gereja berdoa, “tu- runlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras... maka penuhlah mereka de- ngan Roh Kudus...” Kejadian ini sama seperti yang terjadi saat Yesus dibaptis: “Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atasNya.” Dapat dikatakan bahwa bagi Santo Lukas, doa Yesus-lah yang membelah langit dan menye- babkan Roh Kudus turun ke atasNya. Hal yang sama ter- jadi saat Pentakosta.

Transcript of April - Mei 2019 MARI KITA BERDOA MEMOHON ROH KUDUS 02. APR-MEI 2019.pdfDoa, doa, doa! Se-moga...

April - Mei 2019

SuSunan PenguruS

PelindungBPN PKKI Sie MedikomFerry Lubis

PenaSehaTRm. Subroto Widjojo, SJ

Penanggung JawabMariani Ojong

Tim redakSiAnastasia Marchell TifaniIgnatius Surya Prasetya Wijaya, MBAA. Widri Karnanta

konTribuTorAgus GoenawanSeluruh BPK dan BPPG

redakSi warTa [email protected]. (021) 57940872Fax. (021) 57940871Hp. 0821 1481 7203 (Iche)

alamaT redakSi/ iklan dan SirkulaSiKompleks Rukan SenayanBlok E No.6Jl. Tentara Pelajar Jakarta - SelatanTelp. 021-57940872Fax. 021-57940871

MARI KITA BERDOA MEMOHON ROH KUDUS Pentakosta tahun ini akan menjadi awal mula beroperasinya CHARIS,

badan tunggalyang melayani seluruh arus rahmat Pembaharuan Karis-matik Katolik. Inilah kesem-patan langka untuk menerimapencurahan Roh Kudus secara baru bagi kita dan bagi selu-ruh Gereja. Renungan ini dandua renungan lain saya susunsesuai permintaan komite ko-ordinasi, dengan tujuan untukmendorong dan menyema-ngati banyak saudara saudari kita yang akan melaksanakankomitmen doa guna men-dukung ke berhasilan acara ini secara spiritual. Renungan ini akan menyuguhkan dasardasar biblis dan teologis darikomitmen doa tersebut.

Bagaimana cara para rasulmempersiapkan diri untuk kedatangan Roh Kudus? De-ngan berdoa! “Mereka semua

bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, denganbeberapa perempuan sertaMaria, ibu Yesus, dan dengan

saudara-saudara Yesus.”Doa para rasul yang

berkumpul bersamaBunda Maria di Ru-ang Atas adalah epiklesis besar per-tama, yang mem-buka dimensi epi-

kletik Gereja: “Da-tanglah Roh Kudus”,

yang akan terus berku-mandang di Gereja untuk

selama-lamanya, dan yang akan digunakan untuk meng-awali setiap langkah pentingdalam liturgi.

Saat Gereja berdoa, “tu-runlah dari langit suatu bunyiseperti tiupan angin keras... maka penuhlah mereka de-ngan Roh Kudus...” Kejadianini sama seperti yang terjadi saat Yesus dibaptis: “Ketikaseluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa,terbukalah langit dan turunlahRoh Kudus dalam rupa burungmerpati ke atasNya.” Dapatdikatakan bahwa bagi SantoLukas, doa Yesus-lah yang membelah langit dan menye-babkan Roh Kudus turun keatasNya. Hal yang sama ter-jadi saat Pentakosta.

02 April - Mei 2019

Sangat menarik bahwa dalam Kisah ParaRasul, kedatangan Roh Kudus selalu dihu-bungkan dengan doa. Tentu pembaptisanjuga berperan penting di sana, tetapi adasuatu penekanan yang lebih pada doa. Saulus “sedang berdoa” saat Tuhan mengirim Ana-nias untuk memulihkan penglihatannya danmemenuhinya dengan Roh Kudus. Saat pararasul mendengar bahwa tanah Samaria telah menerima Firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ. “Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orangSamaria itu beroleh Roh Kudus.”

Dalam peristiwa yang sama, ketika Simonsi Tukang Sihir mencoba membeli Roh Kudusdengan uang, para rasul menjadi marah. RohKudus tidak bisa dibeli, Roh Kudus hanya bisadiminta lewat doa. Yesus sendiri menghu-bungkan karunia Roh Kudus dengan doa, dan berkata, “Jadi jika kamu yang jahat tahu mem-beri pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akanmemberikan Roh Kudus kepada mereka yangmeminta kepadaNya.”

Yesus bukan hanya mengaitkannya dengandoa, tetapi juga, dan terlebih lagi, doaNya. Kata Yesus, “Aku akan minta kepada Bapa,dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain...” ‘Doa’ dan ‘karunia RohKudus’ saling menyatu dan terkait dalam suatulingkaran yang berputar tak henti, persis se-perti ‘kasih karunia’ dan ‘kebebasan’. Kitaperlu menerima Roh Kudus agar bisa berdoa,

dan kita harus berdoa agar bisa menerimaRoh Kudus. Kita terlebih dahulu menerimakarunia rahmat ini, tetapi kemudian kita harusberdoa agar karunia ini tetap ada dan makinbertambah.

Namun, pengajaran ini harus menyatakansesuatu kepada diri saya pribadi agar tidakmelulu menjadi teori yang abstrak dan terlaluumum. Apakah Anda rindu menerima RohKudus? Apakah Anda merasa lemah dan ingin diperlengkapi “dengan kekuasaan dari tempat tinggi?” Apakah Anda merasa suam-suam kuku dan ingin dipanaskan?

Kering dan ingin disirami? Kaku dan ingin dibengkokkan? Anda tidak puas dengan masa laludan ingin diperbaharui? Doa, doa, doa! Se-moga seruan lembut ini tidak pernah sirna: Veni Sancte Spiritus, datanglah Roh Mahakudus!

Jika ada seseorang atau sekumpulan orangpercaya berkumpul dalam doa dan retret, dandengan keteguhan hati menetapkan bahwamereka tidak akan pergi sebelum diperleng-kapi dengan kekuasaan dari tempat tinggidan dibaptis dalam Roh Kudus, orang ataukelompok itu tidak akan pergi sebelum ter-lebih dahulu menerima apa yang merekaminta dan bahkan lebih lagi. Inilah yang ter-jadi pada retret pertama di Duquesne, padasaat awal mula munculnya Pembaharuan Ka-rismatik Katolik.

April - Mei 2019 03

Doa kita haruslah seperti Bunda Maria danpara rasul ‘bertekun dan sehati’. Sehati atausepakat (homothymadon) secara harafiahberarti: dilakukan dengan hanya satu pikirandan ‘satu jiwa’. Yesus berkata, “Dan lagi Akuberkata kepadamu: Jika dua orang dari pa-damu di dunia ini sepakat meminta apa punjuga, permintaan mereka itu akan dikabulkanoleh BapaKu yang di sorga.” Ciri khas kedua dari doa Bunda Maria danpara rasul adalah ‘ketekunan’. Dalam bahasaYunani, kata ini (proskarterountes) digunakanuntuk menggambarkan ciri doa Kristiani, yangberarti suatu tindakan yang ulet dan terus me-nerus, sikap yang selalu menunjukkan kete-kunan. Kata ini diterjemahkan sebagai kete-kunan (perservering, assiduous) dalam doa,tetapi juga bisa diterjemahkan sebagai “ber-tahan dengan keuletan” dalam doa.

Proskarterountes adalah kata yang amatpenting dalam Perjanjian Baru, yang biasadigunakan untuk menerjemahkan sikap doayang semacam ini. Di dalam Kisah Para Rasul,kita menjumpai kata ini lagi, saat kita mem-baca tentang jemaat pertama

“yang ditambahkan ke jumlah itu”, dan “ber-tekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.

Dan mereka selalu berkumpul untuk meme-cahkan roti dan berdoa.”Santo Paulus jugameminta mereka untuk “bertekunlah dalamdoa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sam-bil mengucap syukur.”Dalam Surat kepadajemaat di Efesus, kita bisa membaca, “Ber-doalah setiap waktu di dalam Roh dan ber-jaga-jagalah di dalam doamu itu dengan per-mohonan yang tak putus-putusnya untuk se-gala orang kudus.”

Inti dari pengajaran ini berasal dari Yesus,yang menceritakan mengenai Perumpamaantentang Janda yang Pantang Menyerah(Perumpamaan tentang Hakim yang Tak Benar), untuk mengajarkan para rasul bahwa mereka“harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.”Perempuan Kanaan adalah contoh nyatadari doa tidak jemu-jemu yang pada akhirnyamemperoleh apa yang dimohonnya. Awalnya,dia meminta kesembuhan bagi putrinya danKitab Suci mengatakan bahwa Yesus “samasekali tidak menjawabnya.

04 April - Mei 2019

” Dia terus meminta, dan Yesus menjawab, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hi-lang dari umat Israel.” Kemudian perempuanitu mendekat dan menyembah Dia, dan Yesusmenolaknya,“Tidak patut mengambil roti yangdisediakan bagi anak-anak dan melempar-kannya kepada anjing.” Jawaban yang sangatkeras! Cukup untuk membuat seseorang pu-tus asa! Tetapi perempuan Kanaan itu pantang menyerah dan menjawab, “Benar Tuhan, na-mun anjing itu...” dan Yesus dengan girang berkata, “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki.”

Berdoa untuk waktu yang lama, dengan ke-tekunan, bukan berarti mengucapkan banyakkata-kata yang sia-sia, “bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.”Bertekun dalam doa berarti sering meminta, tidak berhenti meminta, tidak berhenti ber-harap, tidak menyerah. Bertekun dalam doaartinya tidak beristirahat dan tidak membiarkanTuhan beristirahat, “Hai kamu yang harus me-ngingatkan TUHAN kepada Sion, janganlahkamu tinggal tenang dan janganlah biarkanDia tinggal tenang, sampai Ia menegakkanYerusalem.”

Tetapi mengapa kita harus berdoa terus-menerus dan mengapa Tuhan tidak langsungmengabulkannya? Bukankah Dia sendiri yangberjanji di dalam Kitab Suci, bahwa Dia akansegera menjawab saat dipanggil, atau bahkan sebelum seseorang selesai berdoa? “Makasebelum mereka memanggil, Aku sudah men-jawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya.” Yesus men-jawab dengan keras, “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya? Dan adakahIa mengulur-ulur waktu sebelum menolongmereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan se-gera membenarkan mereka.”

Bukankah jelas-jelas pengalaman kita sering-kali bertentangan dengan ayat tersebut? Tidak.Allah berjanji untuk selalu mendengar danmenjawab doa kita dengan segera, dan itulah yang dilakukanNya. Kitalah yang harus mem-buka mata kita. Allah selalu menepati janjiNya. Saat ia lambat menolong, sesungguhnya Dia sudah menolong kita, bahkan, penundaan ter-sebut adalah suatu bentuk penyelamatan.

Penundaan terjadi karena Allah tidak inginterlalu cepat mengabulkan permohonan sipendoa, tetapi Allah ingin agar si pendoa dipulihkan secara penuh. Kita perlu membe-dakan antara mengabulkan permohonan se-suai kehendak si pendoa atau sesuai kebutu-han si pendoa. Tentu yang terakhirlah yangakan membawa keselamatan.

Yesus berkata, “Carilah, maka kamu akanmendapat; ketoklah, maka pintu akan dibu-kakan bagimu.” Saat membaca ayat ini,kitalangsung berpikir bahwa Yesus berjanji untuk mengabulkan semua hal yang kita minta,

dan kita bingung saat melihat bahwa itu jarang terjadi. Sesungguhnya, yang Yesus maksudkan hanyalah satu: “Carilah Aku dan kau akan me-nemukan Aku, ketuklah dan Aku akan terbuka bagimu.” Yesus berjanji memberikan diriNya, yang jauh melampaui hal-hal remeh yang kitaminta dariNya, dan janji ini selalu ditepatiNya.

April - Mei 2019 05

Orang yang mencari Tuhan akan menemu-kanNya; orang yang mengetuk akan menda-pati bahwa pintu Tuhan terbuka baginya, dansaat hal ini terjadi, semua hal lainnya akan men-jadi tidak penting lagi.

Ketika ujud doa kita adalah karunia yangbaik, yang melampaui segalanya, yang inginAllah berikan kepada kita melebihi segalapemberian lain, yaitu Roh Kudus, maka kitaharus berhati-hati terhadap tipu muslihat.Seringkali, secara sadar atau tanpa sadar, kitamenganggap Roh Kudus sebagai bantuanyang luar biasa yang datang dari atas, nafaskehidupan yang dengan mudah akan mem-bangkitkan doa dan semangat kita, untukmenjadikan pelayanan kita lebih efisien lagi,dan membantu kita memikul salib denganlebih mudah. Selama bertahun-tahun Andaberdoa memohon Pentakosta dengan caraseperti ini, tetapi seembus angin segar puntidak Anda temukan. Semua yang Anda ha-rapkan tidak terjadi.

Roh Kudus dicurahkan bukan untuk me-menuhi keegoisan kita. Coba saja lihat seke-liling Anda. Mungkin Roh Kudus yang Andaminta untuk diri Anda sendiri sudah Tuhancurahkan, tetapi kepada orang lain. Mungkindoa orang-orang di sekitar Anda sudah diper-baharui berkat doa Anda, tetapi Anda sendirimasih harus berjuang keras dalam doa Anda.Mungkin hati orang-orang lain telah terjamah, mereka menyesal, menangis, dan bertobat,tetapi Anda masih tetap sama, masih memohon rahmat yang sama.

Biarkan Allah bertindak dengan bebas. Hor-mati Allah dengan memberiNya kebebasan.Inilah cara yang dipilihNya untuk memberi Roh Kudus kepada Anda, dan inilah cara yang te-rindah. Saya membayangkan, mungkin sajasaat para rasul memandang orang banyakyang terjamah oleh Firman Tuhan dan ber-tobat di hari Pentakosta, mereka merasa iridan bingung bahwa orang banyak itu tidakmenyesali perbuatan mereka yang telah me-nyalibkan Yesus dari Nazaret? Santo Paulus,yang kotbah-kotbahnya selalu penuh urapandan kuasa Roh Kudus, memohon hingga tigakali agar dibebaskan dari duri dalam da-gingnya, tetapi tidak dikabulkan dan harus rela untuk hidup dengan kelemahan itu “supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”

Dalam Pembaharuan Karismatik, doa me-wujudkan diri dalam bentuk yang baru, yangberbeda dengan masa lampau, yaitu ‘doadalam kelompok’ atau ‘kelompok doa’. Saatberdoa dalam kelompok, kita akan menyadari apa yang dimaksud para rasul saat menulis kepada umat Efesus: “Hendaklah kamu penuhdengan Roh, dan berkata-katalah seorang ke-pada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan ber-soraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala se-suatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristuskepada Allah dan Bapa kita.”2 Dan: “dalamsegala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh.”

Kita hanya mengenal dua jenis doa yangmendasar: doa liturgis dan doa pribadi. Doaliturgis adalah doa kelompok, tetapi tidakspontan. Doa pribadi adalah doa yang spon-tan, tetapi tidak berkelompok. Ada saatnyakita perlu berdoa secara spontan, mengikutidorongan Roh; tetapi ada saatnya pula kitaperlu berbagi doa dengan orang lain, meng-gabungkan berbagai karunia dan karisma,serta saling memperkaya dan menyemangati:menggabungkan ‘lidah api’ yang berbeda-beda hingga membentuk suatu nyala apitunggal. Singkatnya, kita memerlukan suatudoa yang spontan sekaligus berkelompok.

Contoh terbaik doa yang ‘karismatis’ ini, yaitu doa yang spontan sekaligus berkelompok,

06 April - Mei 2019

doa atau doa dalam kelompok adalah elemendasar yang sama-sama dimiliki oleh Perse-kutuan Doa dan Kelompok Fraternitas Karis-matik.

Kita bisa berpartisipasi dalam rantai doayang dilaksanakan guna menyambut Penta-kosta dengan kedua cara berdoa sebagai-mana dijelaskan di atas. Bagi mereka yangmenyukai doa liturgis, saya sarankan untukmemilih salah satu doa di bawah ini dan men-doakannya beberapa kali sehari. Doa ini adalah doa untuk memohon datangnya RohKudus yang digunakan di dalam liturgi. Dengan mendoakannya, Anda sedang me-mohon kedatangan Roh Kudus bersama-samadengan banyak orang percaya lain yang telahmendoakannya sebelum Anda:

“Datanglah, ya Roh Kudus, penuhilah hatiumatMu dan nyalakanlah di dalamnya api cintaMu.” (Bagi mereka yang ingin meng-gunakan rumusan Latin aslinya: “Veni, SancteSpiritus, reple tuorum corda fidelium et tuiamoris in eis ignem accende.”) Atau: “Utuslah RohMu, ya Tuhan, dan perbaharuilah muka bumi.” Atau: “Datanglah, ya Roh Pencipta, terangi akal budi kami, penuhi hati yang telah Kau ciptakan ini dengan rahmat surgawi.”

dapat kita jumpai dalam Kisah Para Rasul 4.Petrus dan Yohanes dibebaskan dari penjaradengan perintah supaya sama sekali janganberbicara atau mengajar lagi dalam namaYesus. Mereka kembali kepada komunitas me-reka dan mulai berdoa. Yang seorang me-ngutip ayat Alkitab (“Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk me-lawan Tuhan dan Yang DiurapiNya”), yangseorang lagi memperoleh karunia untuk me-ngaitkan ayat tersebut dengan situasi saatitu. Seolah-olah ada suatu “kebangkitan” imanyang memberi mereka kekuatan untuk me-mohon “kesembuhan, tanda-tanda, dan mu-jizat-mujizat”. Pada akhirnya, peristiwa yang terjadi saat Pentakosta kembali terjadi dan“mereka semua penuh dengan Roh Kudus”dan terus memberitakan Kristus “denganberani.”

Karunia yang harus kita minta dari Roh Kudus dalam menyambut peristiwa penggabungandan pembaharuan kedua organisasi pelayanan ini adalah agar keajaiban yang dialami ke-lompok persekutuan doa karismatis pertamaitu terjadi kembali, saat kehadiran Roh Kudus sangat jelas terasa dan ketuhanan Kristus bukan hanya sebagai kebenaran yang dipro-klamirkan, tetapi juga bisa dirasakan wujudnya secara nyata. Jangan lupa bahwa kelompok

April - Mei 2019 07

Atau Anda juga bisa mengulangi kata-katalagu yang kita terima dari saudara-saudariPantekostal kita. Lagu ini telah mengiringi jutaan orang percaya saat mereka menerimapembaptisan Roh Kudus. Anda bisa melaku-kannya sendiri atau dalam kelompok. Saat mendoakannya dalam kelompok, ganti kata‘aku’ dengan ‘kami’:

“Roh Allah yang hidup, turun atas KAMI: leburlah, bentuklah, (penuhilah), pakailah KAMI. Roh Allah yang hidup, turun atas KAMI. Dalam buku tentang Veni Creator, saya juga telah menyusun suatu doa saya sendiri untukmemohon turunnya Roh Kudus. Pada kesem-patan ini, saya ingin membagikannya kepadaAnda dan semoga doa ini bisa menginspirasiAnda:***

Datanglah, ya Roh Kudus!

Datanglah, kekuatan dan kelembutan Allah!

Datanglah, kegerakan dan kedamaian!

Perbaharui keberanian kami,

Temani kami dalam kesendirian kami di dunia ini,

Ciptakan di dalam diri kami suatu keintiman dengan Allah!

Berbeda dari para nabi, kami tidak lagi berkata:

“Datanglah dari empat penjuru mata angin”,

Karena kini kami tahu dari mana Engkau datang,

Tetapi kami berkata: Datanglah, Roh dari lambung Yesus yang tertusuk di atas

salib!

Keluarlah dari Dia yang telah Bangkit!

Come, Holy Spirit!

Come, strength and sweetness of God!

Come, You, movement and peace!

Renew our courage,

Fill our solitude in the world,

Create in us intimacy with God!

We no longer say, like the prophet: “Come from the four winds”,

As if we did not yet know from where you came,

We say: Come, Spirit from the pierced side of Christ upon the cross!

Come from the mouth of the Risen One!

(Fr. Raniero Cantalamessa, OFM Cap.)

08 April - Mei 2019

SEMINAR FRUITFUL BUSINESS 2019

Sekolah Evangelisasi Pribadi (SEP) Shekinahkembali menyelenggarakan Seminar Fruitful Business yang diadakan setahun sekali. Padatahun ini, Seminar Fruitful Business hadir de-ngan mengangkat tema “Hikmat Allah dalamEra Disruption”. Acara kembali digelar di HotelMulia, Senayan, Jakarta pada Kamis, 16 Mei2019 pukul 18.00 - 22.00 WIB.

Adapun visi misi Fruitful Business 2019 iniadalah mengajak peserta untuk mencari maknahidup kita sebagai seorang pengusaha, pe-bisnis, profesional, sekaligus senantiasa beru-saha mengalami dan menghadirkan perjum-paan Tuhan dalam kegiatan kita sehari-hari.Fruitful Business kali ini menghadirkan 22 pem-bicara dari berbagai bidang, di antaranya Mgr. Robertus Rubiyatmoko (Uskup Agung Se-marang), Prof. Rhenald Kasali (Penulis dan Do-sen) dan Yoris Sebastian (Entrepreneur). Parapembicara mengajak peserta untuk menyikapiperubahan secara kreatif sehingga identitas kita sebagai umat beriman tetap aktual dankehadiran kita tetap relevan.

Ketua Fruitful Business (FB) 2019, Th Wir-yawan mengatakan bahwa ada dua benang merah dalam FB kali ini. Pertama, kita diajak merubah paradigma kita: From Best Practicesto Next Practices. “Saat ini sudah kurang re-levan menganalisa berbagai best practicesatau external benchmark karena tantanganmasa depan sungguh berbeda.” jelas Th.Wiryawan.

Kedua, kita diajak untuk melihat kenyataanbaru dengan sikap From Fear to Brave. FB kali ini kita diajak pula sebagai umat beriman agar paham akan teknologi, paham akan kemajuanzaman. Meski begitu, kita tetap memiliki kadar kemanusiaan yang tinggi, empati salah satunya. “Melalui acara FB ini, kita diajak untuk selalumengembangkan kecerdasan dan memper-tajam nurani.” kata Th. Wiryawan.

Prof. Rhenald Kasali sebagai penulis dan guru besar juga turut menggalakkan bagai-mana cara mengantisipasi disrupsi. Menu-rutnya, perubahan bisa diantisipasi jika kitasendiri siap untuk berubah.

Hikmat Allah Dalam Era: Disruption Hotel Mulia Senayan, Jakarta, 16 Mei 2019

April - Mei 2019 09

Acara yang dipandu oleh MC Augie Fan-tinus, Natalie Margareth, Jenny Tan, dan Ideas ini diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sebelum acara dimulai, para peserta dijamu dengan makan malam yang telah dise-diakan panitia dan hotel.

Pada penghujung acara FB 2019 ini ditutupdengan perkataan dari Mgr. Rubiyatmoko

sebagai pembicara Disrupsi di bidang GerejaKatolik. Ia mengatakan bahwa visi wajah Ge-reja ke depan termasuk untuk dalam meng-hadapi era disrupsi. “Saya mengajak umatuntuk memiliki kesiapan menghadapi disrupsi. Disrupsi adalah sesuatu yang harus disikapi dengan pikiran, logika, iman, dan hikmat Allah. ” tutup Mgr. Rubiyatmoko***

10 April - Mei 2019

April - Mei 2019 11

Mengulang sukses Leadership Camp Bra-veheart tahun 2018, BPK PKK Bandung kem-bali membuat Leadership Camp Braveheart2 di Grand Hotel Lembang pada 22-24 Maret2019. Camp kali ini diikuti oleh 70 peserta yang adalah tim inti BPK dan tim inti PDPKK danKomunitas yang ada di Keuskupan Bandung.Berbeda dengan Leadership Camp Braveheart tahun 2018 yang pesertanya adalah tim PDmuda/i dan kegiatannya sepenuhnya bersifatoutdoor, camp kali ini pesertanya mayoritasadalah dari PD umum yang ada di bawah BPK PKK Keuskupan Bandung.

Leadership Camp Braveheart merupakanhasil elaborasi sebagian dari materi Leadership Training Course (LTC) dengan kebutuhan ma-teri kepemimpinan yang praktis dalam PKKyang dikemas lewat kegiatan outbound. Dalam camp ini peserta tidak hanya dibekali secarapengetahuan tentang leadership, namun di-ajak berefleksi lebih dalam tentang kepem-impinan di PKK sambil mengasah ketangkasanbekerjasama, menyusun strategi, kesediaanmelayani dan berkorban serta komunikasi

dalam tim. Oleh sebab itu selain sesi pem-bekalan yang diberikan dalam ruang seminar,kegiatan didominasi oleh kegiatan di lapanganterbuka. Selain itu peserta juga dilatih kedi-siplinan, ketangguhan mental dan tanggungjawab sebagai nilai-nilai karakter yang harusdimiliki oleh pemimpin.

Tujuan dari Leadership Camp Bravehearttidak lain adalah untuk membangun karakterdasar pemimpin kristiani yang mau melayani,setia, bertanggung jawab, tidak mudah me-nyerah, mampu bekerjasama dalam tim, danpunya visi untuk komunitasnya. Karakter inimerupakan nilai-nilai dasar yang harus dimilikipemimpin yang melayani dalam PKK.

Leadership Camp Braveheart 2 memiliki 6sesi seminar yang disampaikan oleh 3 traineryaitu Colin Calmiano (India), Krismanto Kus-biantoro dan Noviyanti Sugita. Adapun sesi-sesi yang diberikan yaitu: Ecclesiology, Beinga Spiritual Leader, Being an Effective Leader, Leadership Traps and Pitfalls, Purpose Driven Community, dan Passing the Authority.

Braveheart 2 Leadership CampBPK Bandung| 22-24 Maret 2019| Grand Hotel Lembang, Lembang

12 April - Mei 2019

Pada sesi Purpose Driven Community, Krismanto Kusbiantoro mengajak pesertauntuk melakukan doa profetik dalam mencaritujuan dari keberadaan komunitasnya. Danpada sesi terakhir Passing the Authority, pe-serta didoakan oleh Colin Calmiano untukmenerima kuasa Roh Kudus yang menyertaikaryanya sebagai seorang pemimpin. Ke-giatan demi kegiatan berkaitan satu sama lain dan meninggalkan kesan yang mendalam bagiseluruh peserta. Lebih lagi karena mereka dituntut untuk komit dan bekerjasama satu

sama lain untuk suatu tujuan bersama. Kekom-pakan dan kesetiaan dalam melakukan bagian masing-masing berdampak pada hasil akhirsuatu tim. Sebagai inisiasi, setelah misa pe-rutusan setiap peserta mendapat coretan diwajahnya sebagai alumni Leadership campBraveheart. Mereka diutus untuk melakukankarya sesuai dengan yel-yel camp Braveheart:Love God – Serve Others - With BraveheartYes…Yes…Yes… *** [KK]

Setiap sesi yang diberikan disertai denganrefleksi dan permainan dinamika kelompoksehingga materi yang diberikan meninggalkan pesan dan kesan bagi peserta. Sementara ke-giatan outbound dan permainan dipandu oleh 18 orang instruktur yang merupakan alumnicamp Braveheart 1.

Pada sesi Ecclesiology yang disampaikanoleh Noviyanti Sugita, peserta diajak mere-fleksikan relasi dirinya dan komunitasnya de-ngan Gereja. Pada sesi Being a Spiritual Leader dan Being an Effective Leader yang dibawakan oleh Colin Calmiano, peserta diajak mere-nungkan panggilannya sebagai seorang pem-impin yang melayani dan disambung dengankegiatan outbound dinamika kelompok yangmelatih strategi dan kerjasama tim. Pada sesiLeadership Traps and Pitfalls yang dibawakan oleh Colin Calmiano, peserta diajak mere-fleksikan hal-hal apa saja yang menjadi peng-halang dan batu sandungan dalam menjadipemimpin yang efektif. Peserta kemudiandiajak untuk melakukan tindakan profetikdalam melepaskan semua penghalang danbatu sandungan.

April - Mei 2019 13

Pada tanggal 30-31 Maret 2019, 70 orangpendoa syafaat dari 7 keuskupan: KAS, Purwo-kerto, Surabaya, Malang, Denpasar, Kupangdan Atambua menghadiri Pertemuan PendoaSyafaat Indonesia Wilayah Selatan. Pertemuan ini diprakarsai oleh Seksi Doa Syafaat BPN PKKIdan didukung oleh BPK Surabaya sebagai tuanrumah. Adapun tujuan dari pertemuan yangdiadakan di Hotel Ibis Styles, Jemursari - Sura-baya ini adalah: Membangun jejaring pendoasyafaat profetik secara Nasional dan menja-dikan doa syafaat profetik sebagai gerakandoa Nasional, khususnya untuk PembaruanKarismatik Katolik.

Dalam pertemuan ini, dipaparkan visi dari Seksi Doa Syafaat BPN PKKI yang disampaikanoleh Christophorus Krismanto Kusbiantorountuk membentuk Menara Doa Syafaat Pro-fetik di 4 wilayah di Indonesia, dan Surabayamenjadi yang pertama di wilayah selatan. Tujuan didirikan Menara Doa Syafaat Profetikini adalah untuk mendorong pertumbuhankegiatan doa syafaat profetik di seluruh Indo-nesia, memastikan keberlanjutan doa syafaatprofetik di seluruh Indonesia, dan menye-diakan arah profetik yang terpercaya untuk PKK di Indonesia. Fungsinya mencakup fungsi

relasi yaitu menjalin relasi antar pendoa sya-faat secara Nasional, fungsi forum komunikasiuntuk sharing pesan profetik yang didapatkan, dan fungsi jejaring/network untuk gerakan doa syafaat profetik secara Nasional. Selain pema-paran visi, peserta pertemuan juga diisi olehpembekalan singkat tentang pentingnya doasyafaat profetik bagi PKK.

Dalam pertemuan ini juga diadakan 2 kali sesi doa syafaat profetik yang semuanyamenghasilkan seruan untuk bertobat, berdoa,dan berpuasa untuk keamanan dan kedamaianIndonesia, khususnya dalam masa Pemilu hingga pasca Pemilu 2019. Pesan ini ditangkapoleh para pendoa dan kemudian dilanjutkandengan rapat untuk menyusun strategi dan jejaring bersama dalam Menara Doa ProfetikIndonesia Wilayah Selatan. Strategi yang di-hasilkan adalah membuat rantai doa puasadengan doa yang tidak terputus di 7 keuskupan yang mewakilkan pendoanya hadir dalam per-temuan ini. Dalam kesempatan ini juga dibentuk Menara Doa Profetik Indonesia Wi-layah Selatan dengan koordinator yaiu BapakIrawan (BPK Surabaya). *** [KK]

PERTEMUAN PENDOA SYAFAAT INDONESIA WILAYAH SELATAN

30-31 Maret 2019| Ibis Syles Hotel, Jemursari, SURABAYA

14 April - Mei 2019

SEMINAR KARUNIA ROH KUDUSMEDAN, 22 – 24 MARET 2019

Berdasarkan penunjukan dari BPN untukmemberikan Seminar Karunia Roh Kudus diMedan pada tanggal 22 – 24 Maret 2019, kami berdua (saya, Devi Joewana dan Chatarina Tan Hwe Wen) dari BPK PKK Surabaya berangkatke Medan. Seminar yang diadakan di salah satu ruangan di lingkungan Gereja Kristus RajaMedan, diikuti oleh sekitar 70an peserta (72 –78 peserta), dari berbagai latar belakang. Baikumat dari PDPKK, tim PDPKK, pengajar jenjang, pewarta dan

ada 3 orang suster.Acara dimulai

pada hari Ju-mat pukul 18.00 - 21.00, Sabtupukul 14.30 - 21.00dan Ming-gu pukul

09.30 - 12.00.

Seminar Karunia RohKudus ini memba-has tentang 9Karunia Roh Kudus. Diba-g i m e n -jadi 8 sesidan 5 workshop,yaitu PKKdan Karu-nia Roh Ku-dus, KaruniaBahasa Roh-dan Tafsiran (di-lanjutkan Workshop), Karunia Iman, Karunia Discerment, Karunia Nubuat (dilan-jutkan Workshop), Karunia Sabda Pengeta-huan dan Kebijaksanaan (dilanjutkan Work-shop), Karunia Penyembuhan (dilanjutkan Workshop), Karunia Mukjijat (dilanjutkanWorkshop).

Sangat terlihat, bagaimana haus dan rin-dunya para peserta ini untuk belajar, mengerti,mengetahui, dan untuk mengalami sendiri

April - Mei 2019 15

karunia-karunia Roh Kudus. Sepertinya se-minar ini yang pertama kali diadakan, karenadari 70an peserta tersebut hanya sekitar 5orang yang pernah mengikuti seminar atauretret karunia Roh Kudus. Sepanjang penga-jaran, para peserta sangat memperhatikanpengajaran, aktif menjawab dan berpartisipasi aktif dalam setiap workshop.

Suasana sukacita dan kerjasama yang baik nampak di seminar, ditambah para pesertasangat membuka hati. Para panitia bahkanjuga berpartisipasi menjadi peserta. Pujianpenyembahan dari panitia, diikuti oleh seluruh peserta yang sungguh rindu akan hadirat Tuhan. Pada saat workshop pun akan sangat

mudah untuk membawa peserta masuk dalam hadirat Tuhan

Walaupun jadwal acara sangat padat, tetapisemangat para peserta tidak menurun. Bahkansaat malampun, tidak ada wajah-wajah yang kuyu, semuanya tampak tetap bersemangat. Masukan dari beberapa peserta yang ditam-pung panitia hampir semuanya mengatakanbagus. Dengan seminar ini, para peserta jugatermotivasi untuk membagikan kepada teman-teman di PD serta akan mencoba memprak-tikannya di PD. Sungguh Tuhan berkarya luar biasa selama seminar berlangsung, sehinggasemuanya dapat berjalan dengan lancar. *** [DJ]

16 April - Mei 2019

Fransiskus Xaverius Cinde TriatmokoKoordinator BPK PKK Keuskupan Bogor periode 2019 – 2021

TETAP FOKUS DAN BERSERAH KEPADA BIMBINGAN ALLAH

Fransiskus Xaverius Cinde Triatmoko, atauakrab disapa Cinde, tidak menyangka bahwa dirinya terpilih sebagai Koordinator BadanPelayanan Keuskupan Pembaruan KarismatikKatolik (BPK PKK) Bogor periode 2019-2021.Pasalnya, Cinde yang baru berusia 31 tahunmerasa usianya masih tergolong muda untukdapat menjadi Koordinator BPK. Saat tahapawal pemilihan berlangsung, nama Cindemasuk dalam daftar kandidat yang diusulkan.Kemudian pada tahap selanjutnya, keluarlahdua nama kandidat calon Koordinator BPK Bogor. Cinde kemudian terpilih sebagai Koor-dinator BPK Bogor periode 2019 - 2021.

Awalnya, Cinde merasa ragu untuk me-ngemban tugas itu, pasalnya saat ini ia tengahmerintis usaha di bidang jual-beli produk per-tanian khususnya komoditi Beras, dan juga

menjalani kehidupan berkeluarga. Namun,dirinya terus mendapat kekuatan dari

rekan-rekan yang lain di BPK Bogor, khususnya dari Ibu Maryati Surya,

Koordinator BPK Bogor periodesebelumnya. “Saya percayaketika Roh Kudus bekerjamaka Roh Kudus sendirilahyang akan membimbingsaya dalam usaha, ke luarga dan pelayanan. Ibarat pe-main sirkus bola, saya me-miliki tiga bola (Usaha, Ke-luarga dan Pelayanan). Tetap fokus dan berserah kepada bimbingan Allahadalah kunci supaya ketiga

bola itu bisa menjadi ‘pertunjukan’ yang indah dan

sempurna,” ujar suami dari Margaretha Purnama Neisya

Putri.

Ketika ditanya mengenai kondisi BPK Bogor saat ini, ia mengungkapkan

bahwa BPK PKK Keuskupan Bogor memiliki area geografis yang sangat luas dari Serang-Cinere-Depok- Kota wisata-Bogor-Sukabumi,namun hanya memiliki 13 PDPKK Umum dan1 PDOMPKK. “Kalau saya diminta menilai se-cara subyektif pribadi, BPK Bogor bila diban-dingakan dengan BPK tetangga (KAJ danBandung) tentunya kami masih perlu kerjakeras untuk dapat mengejar kinerja BPK te-tangga. Akan tetapi saya percaya bahwa RohKudus akan memampukan kami di Bogoruntuk memberikan pelayanan yang terbaik,minimal kami dapat berjalan bersama BPKKAJ dan BPK Bandung.” Cinde sendiri ber-harap, nantinya di setiap Paroki KeuskupanBogor minimal memiliki satu PDPKK Umumdan satu PDOMPKK.

April - Mei 2019 17

Selain jabatan struktural di BPK PKK Keus-kupan Bogor, penyuka Mazmur 100:5 ini jugaseorang Pewarta Mimbar, Pengajar SHDR & BCM, dan Pemimpin Pujian (Wor-ship Leader). Saat ini Cinde aktif melayani di Perse-kutuan Doa St. Joseph Sukabumi. Bagi Cinde, melayani di PKK adalahhal yang sangat indah, “Saya menemukan keindahan doa dan pujian dalam PKK

saya menyadari makna hidup untuk menga-sihi Tuhan dan sesama,” tutupnya.dan spir-

itualitas PKK membawa saya menyadarimakna hidup untuk mengasihi

Tuhan dan sesama,” tutupnya.

Data Diri

Nama Lengkap : Fransiskus Xaverius Cinde Triatmoko

TTL : Sukabumi, 16 November 1987

Alamat : Pesona Bukit Cikembar Blok D No 2, Kampung Cimenteng

RT 001 RW 002, Desa Sukamulya, Kecamatan Cikembar,

Kabupaten Sukabumi

Paroki : St. Fransiskus Asisi – Cibadak- Sukabumi

PD/Komunitas : PDPKK St. Joseph - Sukabumi

Pendidikan Formal : S1 Manajemen – Institut Pertanian Bogor (IPB)

Status : Menikah, dengan Margaretha Purnama Neisya Putri dikaruniai

Satu anak (Albertus Filio Triatmoko)

Pernah melayani sebagai:

Tim Pelayanan PDPKK St. Maria Fatima-BMV Katedral Bogor 2010 - 2017

Tim Pelayanan PDPKK OMK (St. Gregory Prayer Community) - BMV Katedral Bogor 2017 - 2019

Tim Pelayanan PDPKK St. Joseph - Sukabumi 2019 - Sekarang

Seksi Pembinaan Pujian BPKPKK Keuskupan Bogor 2016 - 2019

Koordinator BPKPKK Keuskupan Bogor 2019 - 2021

18 April - Mei 2019

Percakapan di Whatsapp Group KepemudaanBPN PKK Indonesia malam hari itu lebih ramai dari biasanya. Nama George Willy Gunawan berulang kali disebut. Pasalnya, tim Kepemudaan BPN be-ramai-ramai mengusulkan Willy untuk menjadicalon Ketua Kepemudaan BPN periode 2018 - 2021,meneruskan Johan Wijaya. Tidak ada kandidat lain, semua anggota tim Kepemudaan BPN setuju dan mendukung Willy untuk memegang tugas peru-tusan tersebut. “Saya hanya meminta kepadateman-teman yang lain agar turut membantu danmembimbing saya, karena saya masih belajar,” ujar pria kelahiran Jakarta, 24 April 1984 ini. Selainaktif melayani sebagai Ketua Kepemudaan BPN,Willy juga tergabung dalam PDOMPKK St. AndreasKedoya, Jakarta.

Awal perkenalan Willy dengan PKK terjadi pada tahun 2003, ketika ia mengikuti Seminar HidupDalam Roh (SHDR) yang diadakan di Gereja St. Petrus Paulus Mangga Besar. Willy merasa disapasecara pribadi oleh Tuhan pada hari itu. Ia mera-sakan perasaan yang belum pernah ia rasakan se-belumnya, perasaan damai sukacita dan perasaandikasihi oleh Tuhan. Willy ingin, agar banyak orang muda juga dapat merasakan pengalaman yang iaalami itu. Hal itulah yang mendorongnya untukterjun melayani orang muda.

Suami dari Monica Stefilia ini tidak menampikbahwa kendala waktu menjadi tantangan dalampelayanannya. “Saya sedang merintis unit usahabaru dan ekspansi, sehingga jadi cukup menyitabanyak waktu. Tetapi cinta kepada Tuhan lah yangmembuat saya tetap bertahan melayani hingga saat ini. Walaupun di tengah kesibukan pekerjaan,keluarga, dan lainnya, tetapi dalam pelayanan,bisa bertemu dengan OMK se-Indonesia meru-pakan suatu sukacita tersendiri.buat saya.”

Ketika ditanya mengenai program Seksi Ke-pemudaan mendatang, Willy mengungkapkanbahwa saat ini Sie Kepemudaan BPN sedang fokus menyusun arahan untuk diberikan kepada Sie ke-pemudaan di BPK-nya masing-masing, mengenai apa saja yang akan dilakukan selama 3 tahun kedepan. “Kami mencoba mengarahkan daerah ter-sebut berdasarkan evaluasi dan analisa dari timKepemudaan BPN. Tujuan kami nantinya, Sie Ke-pemudaan di masing- masing BPK bisa mandiri,dan saling support antar BPK di dalam region BP-PG. Untuk mendukung itu, kita harus punya leaderyang kuat,” ujarnya. Willy juga tidak memungkiribahwa hambatan terbesar dalam menjalankan pro-gram ini adalah waktu dan sumber daya (tenagadan dana). Tetapi Willy percaya, bahwa Tuhan akan membimbing dirinya beserta tim KepemudaanBPN dalam menjalankan program ini.***

George Willy GunawanKetua Kepemudaan BPN 2018-2021

April - Mei 2019 19

20 April - Mei 2019

Alfons Rialdo, yang akrab disapa Aldo, me-rasakan ada dorongan yang kuat dari dalam dirinya untuk memberikan kesaksian diha-dapan umat yang hadir pada saat pertemuan Komunitas Efata berlangsung. Malam itu, Aldo hadir sebagai keyboardist, mengiringi petugastim pujian. Segera, setelah WL kembali me-ngajak umat yang ingin bersaksi agar meng-angkat tangan, Aldo langsung mengajukan diri.

Dalam kesaksiannya, Aldo mengucapkan syukur kepada Tuhan karena masih diberi ke-sempatan untuk boleh terus melayani sebagai keyboardist di Komunitas Efata. Aldo kemudianmenceritakan lika-liku kehidupannya sebelummengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus.

Tahun 2006, Aldo yang saat itu masih duduk di bangku kuliah sudah bekerja di sebuah café sebagai pemain keyboard. Uang yang di hasilkan dari pekerjaan tersebut tergolongbesar, bahkan bila dikalkukasikan, pengha-silannya mencapai 4 kali Upah Mininum Regional (UMR) di Jakarta. Aldo yang saat itu

masih muda, mulai terlena dengan banyaknyauang yang ia dapatkan. Baginya saat itu, de-ngan uang yang dia miliki, dia dapat mela-kukan apapun.

Di saat yang sama pula, Aldo juga menerima pelayanan yang ditawarkan kepada dirinya, de-ngan motivasi untuk mendapatkan stipedium,“Saya berharap stipendium yang saya terimadari pelayanan dapat bisa saya gunakan untukkebiasaan saya yang buruk pada saat itu. Saya terlibat free-sex, penipuan, dan dosa-dosalainnya,” kenang Aldo.

Tidak berhenti sampai di situ, tahun 2008,Aldo mulai mengenal dunia hitam. Ia kemu-dian pergi ke dukun untuk mendapatkan satubuah keris yang bernama kembang kucup dansatu helai buluh perindu. “Tujuan saya saat ituadalah karna saya ingin semua wanita luluhsama saya.” Kebiasaan berhubungan dengan dunia hitam masih terus Aldo jalankan saat itu.

Titik Balik Awal tahun 2009, Aldo terdaftar sebagaisalah satu peserta Sekolah Evangelisasi Pri-badi (SEP) Mudika Shekinah, Jakarta. Olehibu Lenny yang menjadi Kepala SEP saat itu,Aldo mendapatkan sponsor selama meng-ikuti SEP Mudika tersebut. Keikutsertaan Aldo pada SEP Mudika bukanlah keinginan dari dalam dirinya, melainkan karena ajakan dariIbu Lenny. Namun ternyata, pengalaman me-ngikut SEP Mudika justru mulai menggerakanhatinya. Perlahan-lahan ada kerinduan dari da-lam dirinya untuk lebih mengenal Kristus. Ia me-rasa dijamah oleh Tuhan. Bahkan, jimat yangpernah didapatkannya mulai ia ‘telantarkan’.

Pada tahun yang sama juga ia mengalamiperistiwa yang cukup besar. “Kekasih sayapada waktu itu, bukan yang saat ini menjadiistri saya, melompat dari mobil yang sedangsaya kendarai. Saat itu dokter memperkirakanbahwa dia mengalami gegar otak dan hanyamemiliki 50% kemungkinan untuk bertahanhidup. Informasi itu membuat badan saya lemas dan saya mulai berfikir apakah kejadian yangmenimpa saya adalah hasil benih buruk yangsaya tabur selama ini? Saya merenung dan

BERTOBAT DAN HIDUP DALAM PERTOBATAN

April - Mei 2019 21

mulai bertanya, apa yang akan dilakukan Tuhan kepada saya atas semua dosa yang telah saya perbuat? Tetapi ternyata operasi selesai, dan berjalan baik. Kemudian terlintas dalam benak saya, lohh… Tuhan masih baik sama saya,” ungkap pria kelahiran tahun 1988 ini.

Karena merasa bertanggung jawab terhadap kejadian itu, Aldo kemudian memutuskan untuk menjual mobilnya agar dapat membayar ta-gihan rumah sakit yang nominalnya cukup besar. Saat melakukan pengecekkan terhadapmobilnya, ia menemukan ada jimat yang didapatkannya dari dunia hitam. “Seharusnya jimat itu saya bawa kembali untuk di re-charge,tapi saya telantarkan. Jadi saat itu saya berfikir bahwa kejadian yang terjadi adalah tumbal.” Oleh karena kerinduan yang dalam untuk me-ninggalkan kehidupan lamanya, Aldo akhirnyamembuang jimat itu dan fokus untuk meng-ikutiKristus.

Awal Perjuangan Masa-masa setelah kejadian itu merupakanmasa yang berat bagi Aldo. Tabungannya su-dah habis, mobilnya dijual, tidak ada lagi dana yang bisa digunakan membayar biaya ku-liahnya saat itu. Aldo kemudian memutuskan untuk mengambil cuti kuliah. Ia merasa hi-dupnya seperti direset mulai dari nol oleh Tuhan. Sepanjang tahun 2009, tawaran jobyang masuk padanya sangat sedikit jum-lahnya. Tidak hanya itu, tawaran pelayanan sebagai keyboardist juga sangat jarang. Kon-disi itu membuat Aldo harus menggantungkanhidupnya kepada teman-teman sekitarnya.

“Saya sendiri mencoba mencari pekerjaan tetapi tetap saja nihil hasilnya. Saya mulai ber-fikir, apakah ini akhir jalan hidup saya karnabenih buruk yang saya tabur? Sampai padawaktunya, saya berjanji pada Tuhan. Apabilasaya diterima bekerja nanti, saya ingin sekalitalenta saya dalam bermain musik bisa sayaberikan untuk melayani Dia.” Tuhan menjawab doanya saat itu. Pelan-pelan Aldo mulai men-dapat pekerjaan. Kuliah yang sempat terhentidapat ia lanjutkan. Secara pelan tapi pasti,Tuhan mengubahkan kehidupan Aldo saat itu. “Pada tahun 2012, saya menikah dengan istri saya, dr. Dyana Suwandy. Atas janji saya de-ngan Tuhan, saya mulai melayani kembali.Pelan-pelan sungguh Tuhan pulihkan peker-jaan saya. Bahkan, saya dipercaya menjadi

Product Manager di suatu perusahaan padausia saya yang cukup muda saat itu,” ujarnya.

Dalam pelayanannya juga, Ayah dari duaanak ini berusaha untuk tidak menerima Sti-pendium sekalipun kondisinya sedang susah.Ia ingin mempersembahkan semua itu kepada Tuhan.

Diperbarui Terus Menerus Tidak mudah bagi Aldo untuk menyeim-bangkan antara keluarga, pekerjaan, dan pe-layanannya. Ia tidak memungkiri bahwa ka-dang, ada banyak tawaran pelayanan yangtidak bisa ia terima karena kesibukannya dalam pekerjaan. “Dengan alasan waktu yang sem-pit, kadang saya melupakan waktu saya untuk melayani. Tetapi Puji Tuhan, saya terus di-ingatkan kembali oleh Tuhan. Saya merasaharus sungguh-sungguh meluangkan waktu untuk lebih sering melayani, karena inilah bentuk rasa syukur saya kepada Tuhan.”

Lewat pengalaman-pengalaman yang di-alami, ia belajar bahwa hidup dalam perto-batan harus terus dipertahankan. “Sampaisaat ini saya terus berusaha mempertahankan‘pertobatan’ saya. Terus menerus diperbarui.Itulah kenapa, saya memberanikan diri untuk bersaksi. Bukan hanya pertobatan yang mau saya sampaikan, tetapi bagaimana kita sama-sama berjuang untuk terus hidup dalam per-tobatan.”

Hidup dalam pertobatan bukan berarti terus menerus berbuat dosa lalu bertobat, tetapi bilamana kita jatuh, kita mau bangkitdan kembali kepada Yesus. Aldo percaya,meskipun banyak halangan dan godaan yangdatang padanya, tetapi dengan komitmen danrahmat Tuhan yang menyertai, ia bisa mem-pertahankannya. ***

22 April - Mei 2019

“Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:15)

Sebelum zaman Yesus, pertobatan selalu berarti ‘berbalik’ (kata Ibrani shub berarti ‘ber-balik arah, menelusuri kembali langkah yang telah diambil’). Kata ini menunjukkan tindakanseseorang yang pada suatu titik dala hidupnya,menyadari bahwa dia sudah ‘keluar jalur’. Ke-mudian dia berhenti, berpikir ulang, dan me-mutuskan untuk kembali menaati hukum Tau-rat dan memasuki kembali perjanjian dengan Allah. Benar-benar ‘berbalik arah’. Dalam halini, pertobatan memiliki arti moral yang men-dasar dan menyiratkan sesuatu yang sulit di-capai, yaitu mengubah kebiasaan.

Inilah arti pertobatan yang biasa diwartakanoleh para nabi sebelum dan sampai YohanesPembaptis. Namun saat diucapkan oleh Yesus, kata ini berubah arti. Bukan karena Yesus se-nang mengubah arti kata-kata, tetapi karena Yesus telah mengubah segala sesuatu dengankedatanganNya. ‘Waktunya telah genap danKerajaan Allah sudah dekat!’ Pertobatan bukan berarti kembali kepada perjanjian lama danmenaati hukum Taurat, tetapi pertobatan be-rarti melakukan suatu lompatan ke depan danmemasuki Kerajaan Allah, meraih keselamatanyang telah diberikan kepada umat manusiasecara gratis, melalui inisiatif Allah yang bebas dan berdaulat.

Pertobatan dan keselamatan bertukar tem-pat.Dahulu, manusia harus bertobat sebelummenerima keselamatan sebagai imbalannya.Akan tetapi sekarang sebaliknya, keselamatandatang terlebih dahulu lalu kemudian manusia harus bertobat sebagai syarat untuk menerima keselamatan tersebut. Bukan: bertobatlah maka Kerajaan Allah dan Mesias akan datang,sebagaimana dikatakan para nabi terakhir, te-tapi: bertobatlah karena Kerajaan Allah sudahdatang dan sudah ada di antaramu. Bertobatartinya mengambil keputusan yang menye-lamatkan, ‘keputusan terpenting’, sebagaimana diceritakan dalam perumpamaan me-ngenai Kerajaan Allah.

Dalam persiapan rohani menuju Pentakosta2019, kita telah merenungkan pentingnya doauntuk menerima Roh Kudus. Dalam perme-nungan kedua ini, kita akan merenungkan pen-tingnya pertobatan.

Dalam Injil, kata ‘pertobatan’ digunakan da-lam dua konteks berbeda dan ditujukan ke-pada dua kelompok pendengar: yang pertama kepada semua orang, dan yang kedua kepada mereka yang telah menerima undangan Yesus dan telah mengikutiNya selama beberapawaktu. Mari kita bahas kelompok pertama ter-lebih dahulu agar bisa lebih memahami ke-lompok kedua yang lebih relevan dengan kita, khususnya dalam masa transisi PembaharuanKarismatik Katolik (PKK) ini. Kotbah Yesus se-lalu dimulai dengan kata-kata:

MENGEMBALIKAN KEKUASAAN KEPADA ALLAH!

April - Mei 2019 23

‘Bertobatlah dan percayalah’ bukan berartidua hal yang berbeda dan berurutan, tetapimengacu kepada satu tindakan mendasaryang sama: pertobatan, yang adalah percaya!Kita bertobat dengan cara percaya! Semua inimemerlukan suatu ‘pertobatan’ sejati, suatuperubahan mendasar dalam cara kita berelasidengan Allah. Cara kita memandang Allah harus berubah: kalau dulu kita memandang Allah sebagai sosok yang memerintah dan me-ngancam, sekarang kita memandang Allahyang datang dengan tangan terbuka untukmemberi kita segala-galanya. Perubahan dari‘hukum’ menjadi ‘kasih karunia’ sebagaimanaselalu dikatakan oleh Rasul Paulus.

Sekarang mari kita lihat konteks kedua kata

‘pertobatan’ dalam Injil: ‘Pada waktu itu da- tanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat [terj. Inggris: turn - berbalik kembali] dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan. Sorga.” (Mat 18:1-4)

Kali ini, ya benar, pertobatan berarti ber-balik kembali, bahkan kembali ke saat kita ma-sih kecil! Kata kerja yang digunakan, strefo, me-nunjukkan perputaran arah. Inilah pertobatanorang-orang yang telah memasuki KerajaanAllah, percaya pada Injil, dan telah lama me-layani Tuhan. Inilah pertobatan kita, orang-orang yang telah bertahun-tahun, bahkanmungkin sejak awal mulanya, terlibat dalam PKK! Kali ini, ya benar, pertobatan berarti ber-balik kembali, bahkan kembali ke saat kitamasih kecil! Kata kerja yang digunakan, strefo,menunjukkan perputaran arah. Inilah perto-batan orang-orang yang telah memasuki Ke-rajaan Allah, percaya pada Injil, dan telah lamamelayani Tuhan. Inilah pertobatan kita, orang-orang yang telah bertahun-tahun, bahkanmungkin sejak awal mulanya, terlibat dalamPKK!

Apa yang terjadi dengan para rasul? Apa maksud pembicaraan tentang siapa yang ter-besar? Itu artinya fokus mereka bukan lagi pada Kerajaan Allah, tetapi pada posisi mereka-di dalam Kerajaan Allah, atau dengan kata lain: diri mereka sendiri. Masing-masing rasul itu sudah memegang jabatan tertentu dan me-nganggap diri mereka layak untuk menjadiyang terbesar: Petrus dijanjikan tempat yang utama, Yudas sebagai bendahara, Matius me-rasa telah lebih banyak meninggalkan segala sesuatunya untuk mengikut Yesus dibanding

24 April - Mei 2019

yang didengungkan di tahun-tahun awal ke-beradaan PKK - semacam seruan perang - adalah: ‘Daya untuk kembali kepada Tuhan!’ Mungkin slo-gan ini terinspirasi dari Mazmur 68:35 ‘Akuilah ke-kuasaan Allah’ yang dalam Vulgata1 diterjemahkan sebagai Date gloriam Deo super Israel atau ‘Berikan(reddite) kepada Tuhan kekuatanNya.’ Sejak dulu saya menganggap kata-kata tersebut merupakancara terbaik untuk menggambarkan kebaruan PKK. Akan tetapi, kalau dulu saya pikir seruan itu dige-makan oleh kita dan ditujukan kepada seluruhGereja, namun sekarang saya rasa seruan itu ditujukan kepada kita, yang mungkin secara tidaksadar telah sedikit mencuri kemuliaan Tuhan.

Pada kesempatan ini, saat memulai kembali arus rahmat PKK ini secara baru, kita perlu ‘mengo-songkan kantong’, mengatur ulang diri kita, danmengulangi dengan keyakinan penuh kata-katayang diajarkan Yesus sendiri ‘Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan’ (Luk 17:10). Jadikantujuan Rasul Paulus sebagai tujuan kita: ‘Aku me-lupakan masa lalu, aku mengarahkan diri kepadamasa depan.’ Seperti ‘dua puluh empat tua-tua’di Kitab Wahyu yang ‘melemparkan mahkota dihadapan tahta’ sambil menyerukan: ‘Ya Tuhan danAllah kami, Engkau layak menerima puji-pujiandan hormat dan kuasa’ (Why 4:10-11). Firman Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Yesaya selalu re-levan bagi kita: ‘Lihat, Aku hendak membuat se-suatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh,belumkah kamu mengetahuinya?’ (Yes 43:19). Berbahagialah kita jika kita mengizinkan Tuhanmelakukan hal baru yang ingin dilakukanNya saatini bagi kita dan bagi Gereja.

Saya menyarankan bagi rantai doa: ulangi be-berapa kali setiap hari salah satu doa kepada RohKudus dari Madah Pentakosta, yang dirasa sesuaidengan kebutuhan setiap orang:

Yang cemar bersihkanlah. Yang gersang siramilah. Yang terluka pulihkanlah.

Yang keras lunakkanlah. Yang lemah kuatkanlah.2 Yang sesat arahkanlah.

Fr. Raniero Cantalamessa O.F.M. Cap. Asisten Gerejawi CHARIS

murid yang lain, Andreas sebagai orang per-tama yang mengikut Yesus, Yakobus dan Yo-hanes sebagai orang-orang yang menyertaiYesus di Gunung Tabor... Buah-buahnya jelas terlihat: persaingan, kecurigaan, konflik, frustasi.

Bagi para rasul, kembali menjadi seperti anakkecil artinya kembali ke masa-masa ketika me-reka menerima panggilan Yesus di tepi danauatau di depan rumah cukai: sederhana, tanpajabatan, tanpa membandingkan diri denganyang lain, tanpa iri hati, tanpa persaingan. Me-reka hanya memiliki suatu janji (‘Kamu akanKujadikan penjala manusia’) dan kehadiranYesus sendiri. Kembali ke masa-masa ketikamereka masih menjadi teman seperjalanan dan bukan pesaing untuk memperebutkan tempatpertama. Bagi kita pun, kembali menjadi se-perti anak kecil artinya kembali ke saat-saatkita pertama kali mengalami Roh Kudus secara pribadi dan menemukan apa artinya men-jadikan Kristus sebagai Tuhan di hidupku. Saat-saat ketika kita berkata: “Yesus saja cukupbagiku!” dan kita memercayainya.

Saya sangat tertarik pada contoh yang di-berikan Rasul Paulus dalam Filipi 3. Setelah menemukan Yesus sebagai Tuhannya, Rasul Paulus menganggap semua kejayaannya di masa lampau sebagai suatu kerugian, sampah belaka, demi memperoleh Kristus dan meng-enakan kebenaran yang didapatnya karenakepercayaannya kepada Kristus. Tetapi tidaklama kemudian, Rasul Paulus mengucapkan pernyataan ini ‘Saudara-saudara, aku sendiritidak menganggap, bahwa aku telah menang-kapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melu-pakan apa yang telah di belakangku dan me-ngarahkan diri kepada apa yang di hadapanku’(Flp 3:13). Masa lalu yang mana? Bukan lagi ma-sa lalunya sebagai seorang Farisi, tetapi masalalunya sebagai seorang rasul. Rasul Paulus me-nyadari bahayanya ‘memperoleh sesuatu’ yangbaru dan ‘kebenarannya’ sendiri yang berasal dari apa yang telah dilakukannya untukme-layani Kristus. Rasul Paulus menghapuskan segala sesuatunya dengan keputusan itu: ‘Akumelupakan masa laluku, aku mengarahkan dirikepada masa depanku.’

Dari penjelasan ini, bisakah kita menemukanpelajaran berharga bagi kita di PembaharuanKarismatik Katolik (PKK)? Salah satu slogan

April - Mei 2019 25

DAPATKAH BEBERAPA ORANG BERDOAATAU BERNYANYI DALAM BAHASA LIDAH(‘Roh’) SEKETIKA?

Asuhan:Dr. Mary Healy, Komisi Ajaran ICCRS

UNTUK MENJAWAB pertanyaan ini, pertama-tama saya tekankan bahwa tidak ada ajaran Katolik khusus tentang cara menggunakan karunia Ba-hasa Lidah (roh). Rujukan singkat untuk bahasa lidah dalam ajaran Gereja hanya menegaskan bahwa bahasa lidah adalah salah satu karisma(karunia) yang diberikan oleh Roh Kudus, danbahwa semua karunia dimaksudkan itu adalah untuk kepentingan bersama Gereja (KatekismusGereja Katolik, (KGK) no. 2003). Dengan demikianuntuk memahami dengan jelas pedoman pas-toral dalam penggunaan ‘bahasa-bahasa’ yangbenar, kita harus beralih (merujuk) kepada pe-ngajaran St. Paulus dalam 1 Kor bab 12-14, se-laras dengan (‘common sense) akal sehat dan ke-bijaksanaan praktis yang berasal dari pengalaman.

Ajaran Paulus dalam 1 Korintus menyiratkan bahwa ada dua bentuk karunia lidah yang berbe-da. Perbedaan antara keduanya kadang-kadang digambarkan sebagai “berdoa dalam bahasa lidah” dan “berbicara dalam bahasa lidah”. “Berdoadalam bahasa lidah (roh)” adalah karunia bahasa sebagai bahasa doa, doa yang meluap-luap dan

pujian hati yang diungkapkan dengan lantang tetapi tidak dengan suara-suara yang bermakna. “Karena orang yang berbicara dengan bahasa li-dah tidak berbicara kepada manusia tetapi kepa-da Allah; karena tidak ada orang yang mengerti bahasanya, oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia ”(1 Kor 14:2). Karunia ini adalah sesuatu yang sangat dekat dengan doa kontem-platif. Paulus mencatat bahwa itu berharga un-tuk pertumbuhan rohani seseorang sendiri (1 Kor 14:4), dan ia menunjukkan bahwa bentuk bahasa (doa) ini terbuka bagi semua orang (1 Kor 14:5).

Bentuk bahasa doa ini sangat umum dalam Pem-baruan Karismatik saat ini, dan beberapa orangkudus juga nampaknya telah memilikinya, termasuk Agustinus, Bernard, Teresa dari Avila dan Johanes Maria Vianney. St Teresa menulis, “Tuhan kita ter-kadang memberikan perasaan kegembiraan padajiwa dan doa aneh yang tidak dimengerti…. Se-pertinya omong tanpa konsep (makna) dan tentusaja pengalamannya seperti itu, karena itu adalahkegembiraan yang terasa begitu berlebihan se-hingga jiwa tidak ingin menikmatinya sendiriantetapi ingin memberi tahu semua orang tentanghal itu sehingga pengalaman itu dapat membantujiwa ini memuji Tuhan kita” (Interior Castle, VI.6.10).

26 April - Mei 2019

Perlu juga dicatat bahwa ada banyak kasus ber-bahasa lidah yang ajaib itu direkam, di mana pem-bicara berbicara bahasa yang tidak dikenal olehdirinya sendiri tetapi dimengerti oleh pendengar.

“Berkata-kata dalam bahasa lidah (bernubuat)” adalah bahasa-bahasa lidah dalam bentuk pesan publik yang diucapkan kepada jemaat. Ini suatu karunia yang sangat jarang. Dalam hal ini, Paulus menginstruksikan bahwa pesan dalam bahasa li-dah harus diikuti oleh penafsiran. Kalau tidak, itu tidak berarti bagi orang-orang dan tidak memi-liki kemampuan untuk membangun mereka. Ke-tika sebuah pesan dalam bahasa lidah diikuti oleh suatu penafsiran, itu sebenarnya adalah suatu bentuk karunia bernubuat. Paulus menekankan superioritas nubuat karena kemampuannya un-tuk meneguhkan, mendorong, dan menghibur para anggota Tubuh Kristus. “Dia yang berbicara dengan lidah membangun dirinya, tetapi dia yang bernubuat membangun Jemaat. Aku suka supaya kamu semua berbicara dalam bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya mu bernubuat. Sebab orang Dia yang bernubuat lebih berharga dari pada dia yang berbicara dalam bahasa lidah , kec-uali ada orang yang menafsirkannya, sehingga Je-maat dapat dibangun ”(1 Kor 14: 4-5; lihat 14:28).

Ketidak-aturan yang dikoreksi oleh Paulus jelas-jelas merupakan ketidak-aturan penggunaan bentuk kedua dari karunia bahasa lidah ini. Apa yang tampaknya terjadi di Korintus adalah bahwaorang-orang mengucapkan pesan-pesan dalambahasa dengan lantang tanpa menghormati uru-tan yang benar atau menghargai orang lain yangsudah berbicara.

Inilah sebabnya mengapa Paulus mengajar me-reka, “…baiklah dua atau tiga orang di antaranyaberkata-kata dan yang lain menanggapinya apayang mereka katakan. Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat pernyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri. Sebab kamu se-mua boleh bernubuat seorang demi seorang, se-hingga kamu semua dapat belajar dan berolehkekuatan”(1 Kor 14:29-31).

Hal ini membawa kita pada pertanyaan, dapat-kah orang berdoa dalam bahasa lidah secara ber-samaan? Meskipun kita tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang terjadi dalam pertemuan Korintus 2000 tahun yang lalu, pengalaman ka-rismatik kontemporer (saat ini) tampaknya sesuai dalam banyak hal dengan apa yang digambarkan Paulus. Kita tahu dari pengalaman kontemporer bahwa ketika banyak orang berdoa atau bernyanyi dalam bahasa roh bersama (penggunaan bahasa lidah yang pertama seperti dijelaskan di atas), ada harmoni yang mendalam yang dibawa oleh Roh.

Terkadang ada harmoni (keselarasan) yang luar biasa dalam nada musikal; tetapi yang lebih pen-ting, ada kesatuan spiritual yang ditimbulkan da-lam menyembah Tuhan dalam satu kesatuan. Setiap orang memuji Tuhan dalam bahasa yangberbeda, tetapi bahasa lidah semuanya menyatudalam kesatuan. Ini adalah kebalikan dari ketida-aturan yang Paulus jelaskan ketika karunia ber-bahasa lidah digunakan secara tidak tepat - yaitu,ketika beberapa orang berusaha meminta men-dapatkan perhatian untuk suatu pesannya dalambahasa lidah pada saat yang sama.

Paulus mengingatkan kita bahwa standar ter-tinggi untuk penggunaan bahasa lidah dan semua karunia karismatik adalah kasih. “Sekalipun akudapat berkata-kata dengan semua bahasa ma-nusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidakmempunyai kasih, aku sama dengan gong yangberkumandang dan canang yang gemericing” (1 Kor 13:1). Kasih adalah motivasi dan tujuanyang memberi kepada karunia-karunia itu men-jadi bernilai . Jika kita setia pada nasihat Paulus,baik berdoa dan berbicara dalam bahasa lidah,kita akan memuliakan Allah dan berkontribusipada pembangunan Gereja dalam kasih.*****