Aplikasi Viskositas 2

download Aplikasi Viskositas 2

of 2

Transcript of Aplikasi Viskositas 2

HUBUNGAN VISKOSITAS DENGAN KARET

2.5.Faktor Yang Mempengaruhi Viskositas Koagulan mutu yang biasa terjadi dalam pengolahan SIR3CV adalah viskositas bervariasi, mendekati batas ketentuan mutu dan nilai uji kemantapan yang dipercepat selama penyimpanan tinggi. Untuk mengetahui sebab-sebab kegagalan tersebut maka perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi viskositas yaitu jenis klon, bahan pengawet kebun, cara dan pH pembekuan, pengenceran lateks, melambatkan pengolahan koagulan dan remah, suhu pengeringan, perlakuan dengan bahan kimia dan kontaminasi logam. Faktorfaktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.: 1.Klon Proses pengerasan karet selama penyimpanan disebabkan terbentuknya ikatan silang pada rantai poliisoprena. Ikatan silang terjadi karena adanya gugus aldehid yang reaktif dengan gugus diamin, metal, atau metilen. Jumlah gugus aldehid untuk setiap klon berbeda-beda semakin banyak jumlah gugus aldehid dari setiap klon tidak sama, maka nilai viskositas untuk setiap klon juga berbeda. 2.Pengawetan lateks Penggunaan Amoniak dengan kadar tinggi akan menaikkan nilai viskositas. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi kadarAmoniak maka akan semakin banyak terjadi rantai hidroferoksida pada molekul karetnya. Selanjutnya molekul-molekul karet yang membentuk rantai hidroferoksida beraksi lebih lanjut dengan gugus aldehid dan membentulk ikatan silang akibatnya nilai viskositas meningkat. Untuk menghindari penggunaan Amoniak dengan kadar yang tinggi dalam pengawetan lebih lama, penggunaan asam semut berkurang sampai 79% dan pada kadar karet kering 0,15% sehingga tidak perlu penambahan komposit hidroksilamin sulfat amoniak. 3.Cara dan pH pembekuan Cara pembekuan dapat mempengaruhi nilai viskosiutas yaoitu pada pembekuan dengan asam semut menghasilkan nilai viskositas rendah dibandingkan dengan cara lain. Pembekuan secara alami menyebablkan nilai viskpsitasnya tinggi dan tidak seragam karma proses pembekuannya tidak serentak dan merata. 4.Suhu Pengeringan Pada saat karet alam dipanaskan akan terjadi dua reaksi yaitu ikatan silang gugus aldehid yang reaktif dan reaksi oksidasi yang memutuskan rantai molekul karet. Suhu pengeringan yang tinggi dapat menaikkan atau menurunkan viskositas karet tergantung hubungan diantara kedua reaksi tersebut. 5.Perlakuan dengan Bahan Kimia Perlakuan lateks dengan bahan kimia yang dapat mengikat gufgus aldehid akan mengjhindari terjadinya ikatan silang , sehingga gugus aldehidnya baik. Bahan kima tersebut adalah semua turunan amoniak X-NH2 dimana X adalah gugus hidroksil atau aromatic yang tidak ada subtituen basanya. Bahan kimia yang biasa digunakan adalah hidroksilamin netra sulfatdan hidroksilamin hidroklorida. 6.Kontaminasi Ion Logam Ion logam seperti Cu, Mn, Fe merupakan katalisator degradasi pada waktu pemanasan.Kontaminasi ion-ion logam tersebut dapat menyebabkan viskositas karet menjadi rendah sehingga perlu dicegah terjadinya kontaminasi ion logam. (Solichin,1991)

Karet alam mengalami peningkatan nilai viskositas, storage hardening, selama proses pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan yang disebabkan oleh reaksi ikatan silang antara gugus aldehida pada rantai molekul poliisoprena dengan gugus aldehida terkondensasi yang ada dalam bahan bukan karet atau yang ada pada rantai polimer karet alam. Gejala ini menimbulkan kesulitan bagi konsumen dalam produksi barang jadi karet. Upaya untuk mengatasinya telah dapat dilakukan dengan menambahkan bahan pemantap viskositas karet yang dapat menghambat terbentuknya ikatan silang pada rantai molekul karet tersebut. Pada penelitian ini dilakukan penambahan bahan pemantap viskositas pada pembuatan SIR 20, yaitu sebelum ekstrusi remahan karet dalam ekstruder. Penonaktifan gugus aldehida ini dapat berlangsung dengan sempurna. Penelitian ini merupakan implementasi hasil tahun sebelumnya pada skala industri , dilanjutkan dengan evaluasi masalah yang timbul selama proses pembuatan SIR 20 CV dan menemukan solusinya agar produksi untuk keperluan komersial berlangsung lancar. Percobaan pembuatan karet viskositas mantap jenis SIR 20 CV pada fasa padat pada skala industri di pabrik karet remah PT. Badja Baru, Palembang, yang mengolah bokar dari rakyat telah berhasil dilakukan. Dosis HNS-modifikasi yang diterapkan adalah 1,5, 5,0 dan 7,5 gram/kg karet kering. Data penelitian penentu keberhasilan percobaan diolah secara statistik menggunakan perangkat lunak SPSS 15. Hasil uji homogenitas berdasarkan uji Levene menunjukkan bahwa untuk parameter uji ASHT, accelerated storage hardening test, dan plastisitas awal (Po), untuk dosis 5,0 dan 7,5 memiliki data yang homogen. Berdasarkan uji ANOVA untuk semua parameter ASHT, Po, PRI dan viskositas Mooney penambahan dosis HNS-modifikasi berpengaruh nyata terhadap semua parameter uji yang diamati. Selanjutnya uji beda nyata jujur dan uji Tukey menunjukkan semakin besar dosis HNS-modifikasi semakin kecil nilai ASHT, yang berarti bahwa karet SIR 20 CV yang dihasilkan semakin mantap. Dosis HNSmodifikasi sebesar 5,0 dan 7,5 adalah dosis yang tepat untuk membuat karet alam viskositas mantap jenis SIR 20 CV. Beberapa industri ban kendaraan dunia saat ini memerlukan pasokan SIR-20 CV dengan spesifikasi mutu yang amat ketat, oleh karena itu paket teknologi pembuatan SIR 20 CV dalam fasa padat ini seyogyanya diterapkan oleh produsen karet alam jenis SIR 20, yang bahan bakunya sebagian besar adalah dari karet rakyat, karena mendapat premi dari pembeli. Diharapkan premi yang diperoleh produsen sebagian dapat dikembalikan kepada petani dalam bentuk pembelian bahan olah karet rakyat yang lebih tinggi, sehingga dapat menjadi insentif dalam perbaikan mutu bahan olah karet rakyat di tingkat petani, sehingga citra karet alam Indonesia meningkat dimata konsumen lebih baik lagi. Untuk implementasi hasil penelitian ini pada skala industri di pabrik karet remah yang mengolah karet rakyat lainnya perlu dilakukan uji coba secara kontinu terlebih dahulu di masing-masing pabrik untuk jangka waktu tertentu agar segala jenis bahan olah yang masuk ke pabrik dipelajari agar konsistensi mutu yang dicapai terjamin.