APLIKASI TINDAKAN PERAWATAN METODE KANGURU...
Transcript of APLIKASI TINDAKAN PERAWATAN METODE KANGURU...
APLIKASI TINDAKAN PERAWATAN METODE KANGURU TERHADAP
FUNGSI FISIOLOGIS PADA ASUHAN KEPERAWATAN BAYI Ny. F
DENGAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUANG
HIGH CARE UNIT (HCU) NEONATUS RSUD
Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Disusun Oleh:
DENNY MAYASARI
NIM. P.12 074
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
1
APLIKASI TINDAKAN METODE KANGURU TERHADAP FUNGSI
FISIOLOGIS PADA ASUHAN KEPERAWATAN BAYI Ny. F
DENGAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUANG
HIGH CARE UNIT (HCU) NEONATUS RSUD
Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh:
DENNY MAYASARI
NIM. P.12 074
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
2
3
4
5
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati
Karya Tulis Ilmiah Ini saya persembahkan untuk orang yang kusayangi
Ayah dan Ibu ku tercinta yang tiada henti-hentinya memberi doa
restu,
Kasih sayang, perhatian dan dukungan untuk menjadikanku orang yang
sukses.
Kedua kakakku Didik Jumadi dan Deni Hartanti tersayang yang selalu
memberikan motivasi dan support setiap langkahku.
Orang-orang yang tersayang “ Yanuar Dwi Putra, hachi-hachi Fitri Nur
Rizqiana, Febriana S. Putri, Rita Puspitasari, Rizky Ramadhan, sahabat
dan temen-teman lainnya”, semoga perjalanan yang kita tempuh selama
ini mampu menjadikan
kita lebih baik, bijaksana dan dewasa.
Temen-temen seperjuangan angkatan 2012 terutama kelas 3B.
Bu. Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep. Terimakasih atas
bimbingannya
selama ini.
Almamaterku tercinta.
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya, Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan baik, tepat pada waktunya dengan judul “Aplikasi Tindakan Metode
Kanguru Terhadap Fungsi Fisiologis Pada Asuhan Keperawatan Bayi Ny. F
Dengan Kelahiran Prematur di Ruang High Care Unit (HCU) Neonatus RSUD Dr.
Moewardi Surakarta”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat:
1. Atiek Murharyati, S. Kep., Ns. M. Kep., selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep., selaku Sekretaris Ketua Program Studi
DIII Keperawatan dan sekaligus dosen pembimbing yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah
ini.
3. Noor Fitriyani, S.Kep., Ns. Selaku penguji yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
vi
7
4. Joko Kismanto, S.Kep., Ns. Selaku penguji yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi D III Keperawatan dan Staf Perpustakaan Stikes
Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar
dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk
dapat mengambil kasus di Ruang HCU Neonatus dan memperbolehkan
mengaplikasikan jurnal yang penulis ambil.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, Mei 2015
Penulis
vi
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................ 6
C. Manfaat Penulisan ...................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ............................................................................ 9
1. Bayi Prematur......................................................................... 9
2. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................ 15
3. Fungsi Fisiologis Bayi Prematur ............................................ 20
4. Metode Kanguru..................................................................... 24
B. Kerangka Teori .......................................................................... 29
C. Kerangka Konsep ....................................................................... 30
vii
9
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset ................................................................. 31
B. Tempat dan Waktu ..................................................................... 31
C. Media dan Alat yang digunakan ................................................ 31
D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ......................... 32
E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset .............................. 33
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ............................................................................ 34
B. Pengkajian .................................................................................. 34
C. Perumusan Masalah Keperawatan .............................................. 40
D. Prioritas Diagnosa Keperawatan ................................................ 40
E. Intervensi Keperawatan ............................................................. 41
F. Implementasi Keperawatan ........................................................ 42
G. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 44
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian .................................................................................. 47
B. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 51
C. Intervensi Keperawatan ............................................................. 54
D. Implementasi Keperawatan ........................................................ 56
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 59
vii
10
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 61
B. Saran .......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
11
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 : Prosedur Metode Kanguru .......................................................... 32
Tabel 3.2 :Alat Ukur Fungsi Fisiologis Bayi Prematur ................................. 33
viii
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Bagan 2.1 : Pathway ....................................................................................... 14
Bagan 2.2 : Kerangka Teori............................................................................ 29
Bagan 2.3 : Kerangka Konsep ....................................................................... 30
Bagan 4.1 : Genogram ................................................................................... 38
ix
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 : Surat Pernyataan
Lampiran 3 : Loog Book
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 : Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 6 : Asuhan Keperawatan
Lampiran 7 : Jurnal Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Fungsi
Fisiologis Bayi Prematur Dan Kepercayaan Diri Ibu Dalam
Merawat Bayinya.
14
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bayi prematur terutama yang lahir di usia kehamilan < 32 minggu,
mempunyai resiko kematian yaitu 70 kali lebih tinggi, hal tersebut
dikarenakan mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi akibat
ketidakmatangan sistem organ tubuhnya yaitu seperti paru-paru, jantung,
ginjal, hati dan pada sistem pencernaannya. Bayi prematur secara umum
belum mempunyai kematangan dalam sistem pertahanan tubuhnya untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Bayi prematur dengan Berat Badan Lahir
Rendah cenderung mengalami Hipotermi. Hal ini dikarenakan tipisnya
Lemak Subkutan pada kulit bayi sehingga bayi prematur sangat mudah
dipengaruhi suhu lingkungan (Widjayanegara, 2009).
Setiap tahun di perkirakan lahir sekitar 20 juta Bayi prematur
(WHO, 2003). Menurut WHO 17% dari 25 juta persalinan pertahun adalah
bayi prematur dan hampir semua terjadi di Negara berkembang (Dinkes,
2009). Kejadian berat badan lahir rendah yang tinggi menunjukkan bahwa
kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat itu masih rendah.
Indonesia sebagai salah satu Negara di Asia, memiliki jumlah
kematian bayi tertinggi di ASEAN. Menurut survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa 401 bayi baru lahir di
Indonesia meninggal sebelum berumur satu tahun setiap harinya,
15
diperkirakan 10 bayi barulahir meninggal setiap jamnya dan bayi baru
lahir meninggal setiap 6 menit. Kematian bayi berusia 0- 6 hari di
Indonesia sebesar 32,4% disebabkan oleh prematuritas (Sulani, 2009).
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSDM Surakarta jumlah pasien bayi
prematur yang lahir di RSDM Surakarta pada tahun 2014-2015 sebanyak
413 pasien.
Menurut Depkes RI (2003), bayi prematur merupakan faktor resiko
yang mempunyai kontribusi terhadap kematian dan kelahiran pada bayi
khususnya pada masa perinatal. Dampak kelahiran Bayi prematur
berpengaruh pada generasi mendatang, ditandai dengan lambatnya
pertumbuhan dan perkembangan anak dan akan berpengaruh penurunan
kecerdasan (Andi, 2013).
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah rentan mengalami
berbagai hal komplikasi, jika tidak langsung segera mendapatkan
penanganan perawatan yang tepat. Bayi prematur diharuskan dirawat di
dalam incubator, karena bayi dengan berat badan yang rendah belum
mempunyai kematangan untuk beradaptasi dengan suhu lingkungan
disekitar. Incubator sangat berguna untuk menjaga suhu tubuh bayi agar
tetap dalam kondisi stabil, akibat sistem pengaturan suhu dalam tubuh bayi
prematur belum sempurna, yang dapat membahayakan kondisi
kesehatannya (Mochtar, 2004).
Suhu tubuh normal pada bayi baru lahir yang diukur pada Suhu
axilla 36,5°C- 37,5°C, sedangkan pada suhu ruangan dipertahankan 24-
16
25°C WHO (2009), salah satu ciri bayi prematur yang mempunyai berat
badan lahir rendah yaitu cenderung mengalami hipotermi. Hal tersebut
disebabkan karena tipisnya lemak subkutan pada bayi sehingga bayi
prematur sangat mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada umumnya
bayi prematur dan mempunyai berat badan lahir rendah harus dirawat
dalam incubator (Priya, 2004).
Bayi prematur cenderung suhu tubuhnya hipotermi disebabkan
mekanisme tubuh terjadinya kehilangan panas. Adapun mekanisme
kehilangan panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi, radiasi dan
evaporasi. Konduksi adalah perpindahan panas sebagai akibat perbedaan
suhu antara kedua obyek. Kehilangan panas terjadi ketika adanya kontak
langsung antara kulit bayi dengan permukaan yang lebih dingin. Proses
perpindahan panas yang lain adalah konveksi dan radisi kedua proses yang
menggunakan udara sebagai media perpindahan panas. Konveksi adalah
perpindahan panas yang terjadi apabila ada selisih suhu antara permukaan
kulit bayi, dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi,
sedangkan radiasi adalah pepindahan suhu butuh dari suatu obyek yang
dingin dengan cara memancar (Yunanta, 2010).
Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada pasien dengan kondisi prematur yaitu hipotermi karena di
dalam kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36,5°- 37,5°C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan dengan
17
suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu tersebut
memberi pengaruh pada kehilangan panas pada bayi.
Perawatan metode kanguru (PMK) adalah cara yang sederhana
untuk merawat bayi baru lahir dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya
untuk menghangatkan bayinya. Perawatan metode kanguru merupakan
cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar
yaitu kehangatan bagi bayi, ASI secara eksklusif, perlindungan dari
infeksi, keselamatan dan kasih sayang (Maryunani, 2013).
Perawatan metode kanguru adalah perawatan bayi kecil yang
secara terus-menerus dilakukan kontak langsung dengan ibu dan diberi
ASI secara eksklusif (idealnya). Ini adalah cara terbaik untuk
mempertahankan bayi kecil tetap hangat dan juga membantu pelaksanaan
menyusui. PMK dapat dimulai di rumah sakit segera setelah kondisi bayi
memungkinkan (Subekti, 2008).
Perawatan Metode Kanguru (PMK) bermanfaat dalam
menstabilkan suhu tubuh bayi, stabilitas denyut jantung dan pernafasan,
perilaku bayi lebih baik, kurang menangis dan sering menyusu,
penggunaan kalori berkurang, kenaikan berat badan bayi lebih baik, waktu
tidur bayi lebih lama, hubungan lekat bayi terhadap ibu lebih baik dan
akan mengurangi infeksi pada bayi (Perinasia, 2008).
Menurut Ruth (2002), mengatakan bahwa perawatan metode
kanguru mempunyai dampak positif dan signifikan terhadap
perkembangan motorik dan persepsi kognitif pada bayi dalam proses
18
pengasuhan. Metode kanguru dapat berdampak baik terhadap
perkembangan neurofisiologis pada bayi, meningkatkan interaksi orangtua
terhadap bayi, dan membantu keluarga dalam perkembangan bayinya.
Perawatan metode kanguru dapat dilakukan ibu pada bayinya yang
prematur dengan pengarahan dari perawat. Kepercayaan diri ibu akan
membaik seiring dengan peningkatan kemampuan ibu dalam merawat
bayinya. Ibu yang telah melahirkan bayi prematur bahwa tidak terdapat
perasaan tidak mampu memberi perawatan yang adekuat, oleh karena itu
diperlukan pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kepercayaan
dirinya (Lowdemik, & Jensen, 2005).
Penelitian yang terkait PMK, diantaranya yaitu telah
membandingkan perawatan metode kanguru dengan keperawatan
konvensional terhadap bayi yang lahir prematur. Hasil penelitian tersebut
menyebutkan bahwa frekuensi nafas, suhu tubuh dan saturasi oksigen
lebih baik pada bayi yang menjalani perawatan metode kanguru
dibandingkan dengan bayi yang tidak dilakukan PMK. Dalam perawatan
metode kanguru juga meningkatkan kedekatan antara ibu dengan bayinya,
mengurangi perasaan stress terhadap ibu sebagi hal nya terhapap bayi, dan
bayi dapat merasa lebih tenang (Andi, 2013).
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan penulis pada
bayi Ny. F dengan kelahiran prematur di Rumah Sakit Dr. Moewardi,
berat badan bayi Ny. F didapatkan hasil yaitu 1600 gram, suhu tubuh bayi
Ny. F didapatkan hasil yaitu 35,5°C. Untuk menindaklanjuti hasil
19
penelitian yang telah dilakukan Hikmah dkk (2011). Berdasarkan refrensi
serta hasil pengkajian yang dilakukan penulis maka, penulis tertarik untuk
melakukan aplikasi jurnal yang mengenai Aplikasi Tindakan Metode
Kanguru Terhadap Fungsi Fisiologis Bayi Prematur Pada Asuhan
Keperawatan bayi Ny. F dengan Kelahiran Prematur di Ruang High Care
Unit (HCU) Neonatus Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas penulis tertarik
untuk mengaplikasikan tentang pemberian perawatan metode kanguru
terhadap fungsi fisiologis pada bayi prematur.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan tindakan metode kanguru terhadap fungsi
fisiologis pada bayi Ny. F dengan kelahiran prematur di Ruang High
Care Unit (HCU) Neonatus RSDM Dr. Moewardi Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada bayi Ny.
F dengan kelahiran prematur.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada bayi Ny.
F dengan kelahiran prematur.
c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada bayi Ny. F
dengan kelahiran prematur.
20
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada bayi
Ny. F dengan kelahiran prematur.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada bayi Ny. F
dengan kelahiran prematur.
f. Penulis mampu menganalisis hasil pengaplikasian tindakan metode
kanguru terhadap fungsi fisiologis pada Asuhan Keperawatan bayi
Ny. F dengan kelahiran prematur.
C. Manfaat Penulisan.
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengalaman tentang perawatan bayi
prematur dan aplikasi riset melalui proses keperawatan aplikasi
tindakan PMK pada bayi prematur terhadap fungsi fisiologis.
2. Bagi Pendidik
Sebagai referensi dan wacana dalam ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang keperawatan anak pada bayi prematur terhadap fungsi
fisiologis dimasa yang akan datang dan acuan bagi pengembangan
laporan sejenis
3. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan wawasan baru terhadap pengembangan pada
keperawatan anak khususnya bayi prematur dengan gangguan
fisiologis.
21
4. Bagi Rumah Sakit
Sebagai peningkatan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif terutama pada bayi prematur dengan
kolaborasi pemberian perawatan metode kanguru.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Bayi Prematur
a. Pengertian
Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu dibandingkan dengan bayi
cukup bulan, bayi prematur kurang mampu menghisap,
mempertahankan suhu tubuh, menelan, makan, dan
mempertahankan ventilasi (Molika, 2014).
Bayi prematur adalah bayi yang berumur kehamilan
kurang dari 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan.
Sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram (Pantiawati, 2010).
Menurut Arief, (2009) bayi prematur adalah bayi dengan
masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai
dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonates
kurang bulan sesuai masa kehamilan.
Bayi prematur adalah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram
(Surasmi, 2003 dalam buku Maryunani, 2013).
23
b. Klasifikasi
Menurut Widjayanegara, (2009) klasifikasi bayi prematur yaitu :
1) Prematur preterm: Usia kehamilan 32-36 minggu.
2) Very preterm: Usia kehamilan 28- 32 minggu.
3) Extremely preterm: Usia kehamilan 20-27 minggu
c. Manifestasi klinik
Menurut Pantiawati (2010), tanda dan gejala bayi prematur yaitu :
1) Umur kelahiran sama dengan atau kurang 37 minggu.
2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
3) Panjang badan sama dengan atau kurang 46 cm.
4) Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.
5) Lingkar kepala sama dengan atau kurang 33 cm.
6) Lingkar dada sama dengan atau kurang 30 cm.
7) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
8) Rambut lanugo masih banyak.
9) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.
10) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
11) Testis belum turun ke dalam skrotum (bayi laki-laki), klitoris
menonjol dan labia mayora belum tertutup labio minora (bayi
perempuan).
12) Tonus otot lemah.
13) Fungsi saraf belum atau kurang matang.
24
d. Penyebab
Kelahiran prematur menurut Molika (2014), disebabkan karena:
1) adanya masalah pada ibu hamil.
2) adanya masalah pada janin.
3) letak plasenta yang menutupi jalan lahir.
4) lepasnya plasenta sebelum waktunyamelahirkan.
5) pendarahan sebelum melahirkan.
6) ketuban pecah dini.
e. Komplikasi
Menurut Molika (2014), komplikasi partus prematur yaitu
terjadinya pendarahan plasenta dengan pembentukan
prostaglandin dan mungkin induksi stress, janin mati, dan
kelainan congenital dan komplikasi partus prematur yaitu :
1) Sindrom gawat janin.
2) Ketidakmatangan pada system saraf.
3) Rentang terjadinya pendarahan otak atau serangan apneu
(tidak adanya pernapasan).
4) Intoleransi pemberian makanan.
5) Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan
(fibroplasia retrolental).
6) Dysplasia bronkopulmoner (peradangan dan jaringan parut
pada paru-paru).
7) Penyakit jantung.
25
8) Jaundice (penyakit kuning).
9) Infeksi atau septicemia (kondisi dimana dalam darah terdapat
bakteri).
10) Anemia (suatu keadaan yang menggambarkan kadar
hemoglobin atau jumlah eritrosit dalam darah kurang dari
nilai standar).
11) Perkembangan dan pertumbuhan yang terlambat.
Keterbelakangan mental dan motoric.
f. Penatalaksanaan
Menurut Maryuani (2013), pelaksanaan bayi premature sebagai
berikut :
1) Pengaturan suhu tubuh bayi.
2) Terapi oksigen dan bantuan oksigenasi (jika perlu).
3) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4) Pemberian nutrisi yang cukup.
5) Pencegahan dan penanganan infeksi.
g. Patofisiologi
Secara umum bayi baru lahir rendah ini berhubungan dengan
usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu
juga disebabkan dismaturitas. Biasanya hal tersebut terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi,hipertensi dan keadaan- keadaan yang dapat mnyebabkan
26
suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Ibu dengan kondisi kurang
gizi kronis pada masa kehamilannya sering melahirkan bayi
prematur, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih
lagi jika ibu menderita anemia. Pada ibu hamil yang menderita
anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun
mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi prematur juga
lebih besar. Kekurangan zat besi dapat juga menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel
otak (Maryunani, 2013).
Pada minggu pertama dari kehidupan, bayi preterm
memperlihatkan fluktuasi nyata dalam suhu tubuh dan hal-hal yang
berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan. Keadaan ini
disebabkan oleh mekanisme keringat yang cacat, demikian juga tidak
adanya lemak subkutan. Kehilangan panas yang meningkat karena
adanya permukaan tubuh yang relatif besar dan tidak adanya lemak
subkutan, tidak adanya pengaturan panas bayi sebagian disebabkan
oleh panas immatur dari pusat pengatur panas dan sebagai akibat
kegagalan untuk memberikan respon terhadap stimulus dari luar.
Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabkan tidak
adanya jaringan adeposa coklat (yang mempunyai aktifitas metabolic
yang tinggi), pernafasan yang lemah dengan pembakaran oksigen
yang buruk, dan masukan makanan yang rendah. bayi prematur
cenderung memiliki suhu yang abnormal disebabkan oleh produksi
27
panas yang buruk dan adanya peningkatan kehilangan panas
(Maryunani, 2013).
h. Pathway
Prematur
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
Gambar 2.1 Pathway
Faktor Ibu (< 20 tahun,
paritas, ras, infertilitas,
riwayat kelahiran tidak
baikrahim abnormal
Faktor Plasenta, penyakit
vaskuler, kehamlan ganda,
malformasi tumor
Dinding otot rahim bagian
bawah rahim lemah
Bayi: lahir prematur
Permukaan tubuh
relatif lebih luas
Jaringan lemak
subkutan lebih tipis Prematuritas
Penguapan
berlebihan
Kehilangan
Volume Cairan
Pemaparan dengan
suhu luar
↓ Kehilangan panas
↓ Resiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh
↓
Hipotermi
Kehilangan panas
melalui kulit Kekurangan
cadangan energi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
28
2. Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan bentuk layanan keperawatan
profesional kepada klien dengan menggunakan metodologi proses
keperawatan, asuhan keperawatan diberikan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dasar klien pada semua tingkatan usia dan tingkatan
fokus (Asmadi, 2005).
a. Pengkajian
Pengkajian adalah proses sistematis dari pengumpulan, verivikasi
dan komunikasi data tentang klien yang bertujuan untuk menetapkan
dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang
berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan nilai gaya hidup yang
dilakukan klien (Potter & Perry, 2005).
Menurut Maryunani (2013) pengkajian bayi prematur antara lain :
1) Ukuran umum
a) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
b) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.
c) Panjang badan kurang dari 46 cm.
d) Lingkar dada kurang dari 30 cm.
e) Rambut lanugo masih banyak.
f) Tonus otot lemah.
g) Lapisan lemak subkutan tipis.
29
2) Tanda – tanda vital
a) Suhu axilla 36,5°C- 37,5°C.
b) Denyut jantung rata-rata antara 120 – 160 kali/ menit.
c) Respirasi rata-rata antara 40 – 60 kali/ menit.
3) Kulit
a) Kulit tampak mengkilat, kering.
b) Kulit berwarna merah muda.
c) Rambut lanugo di sekitar/ di sekujur tubuh.
d) Kurus, kulit tampak transparan, halus.
e) Edema yang menyeluruh, atau di bagian tertentu yang terjadi
saat kelahiran.
4) Mata
Mata mungkin tertutup dan mengantup apabila umur
kehamilannya belum mencapai 25 – 26 minggu.
5) Telinga
Tulang kartilago telingga belum tumbuh dengan sempurna,
lembut dan lunak.
6) Genitalia
a) Bayi perempuan klitoris menonjol, labia mayora belum
berkembang.
b) Pada bayi laki- laki skrotum yang belum berkembang
sempurna dengan ruga yang kecil, testis belum turun ke
skrotum.
30
7) Paru
a) Pernafasan tidak teratur dengan flaring nasal (nasal melebar),
dengkuran.
b) Terdengar suara gemerisik.
8) Jantung
a) Ritme teratur
b) Pada saat kelahiran kebisimgan jantung terdengar pada
setengah bagian intercostal, yang menunjukkan aliran darah
dari kanan ke kiri karena hipertens.
9) Abdomen
a) Reflek menelan lemah.
b) Reflek menghisap lemah.
c) Ada atau tidaknya anus, ketidaknormalan kogenital lain.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon
individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan/
proses kehidupan yang actual atau potensial klien terhadap masalah
kesehatan yang perawat mempunyai lisensi dan kompeten
mengatasinya (Potter & Perry, 2005).
Menurut Pantiawati (2010) diangnosa keperawatan yang
muncul pada bayi prematur antara lain yaitu :
1) Resiko tinggi hipotermi berhubungan dengan prematuritas atau
perubahan suhu lingkungan.
31
2) Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan
prematuritas.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
yang disebabkan oleh imaturitas.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan kurang kekebalan tubuh.
c. Intervensi
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan
ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan
tersebut (Potter & Perry, 2005).
1) Resiko tinggi hipotermi berhubungan dengan prematuritas atau
perubahan suhu lingkungan.
Kriteria hasil (NOC)
a) Suhu tubuh dalam batas normal (36,5°C sampai 37,5°C).
b) Akral teraba hangat.
c) Bibir bayi tidak sianosis.
Intervensi (NIC)
a) Kaji tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian metode
kanguru.
b) Berikan perawatan metode kanguru.
c) Tempatkan bayi di bawah penghangatan radian atau
incubator.
d) Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.
32
2) Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan
prematuritas.
Kriterian Hasil (NOC)
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
b) Berat badan normal 2.000 gram
c) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
d) Tidak terjadi penurunan berat badan.
Intervensi (NIC)
a) Timbang berat badan.
b) Bemberian ASI/ Pasi.
c) Edukasi ibu untuk memberi ASI secara eksklusif.
d) Diskusi dengan ahli gizi.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
yang disebabkan oleh imaturitas.
Kriteria Hasil (NOC).
a) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan Berat
Badan.
b) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, Elastisitas, turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab.
Intervensi (NIC).
a) Awasi dan hitung kebutuhan cairan bayi.
b) Timbang bayi setiap hari.
33
c) Pantau dan catat asupan dan pengeluaran cairan bayi.
d) Dorong ibu untuk menyusui bayinya.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan kurang kekebalan tubuh.
Kriteria Hasil (NOC).
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi.
b) Jumlah leukosit dalam batas normal 5.0 – 19.5.
c) Menunjukkan perilaku hidup sehat.
Intervensi (NIC).
a) Kaji adanya tanda dan gejala infeksi.
b) Pantau ulang hasil penelitian leukosit.
c) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawata.
3. Fungsi fisiologis bayi prematur
Pengaruh perawatan metode kanguru tehadap fungsi fisiologis
bayi lahir prematur meliputi suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
saturasi oksigen. Variabel yang diukur pada axsilla dan frekuensi
denyut jantung (Rustian, 2011).
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan
syaraf untuk beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Penyakit
yang terjadi pada bayi prematur berhubungan dengan belum
matangnya fungsi organ tubuhnya.hal tersebut berhubungan dengan
umur kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin muda kehamilan, makin
tidak sempurna organnya. Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi
34
yang belum matang, bayi prematur cenderung mengalami hipotermi,
dalam kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal
dan stabil yaitu 36,5°C- 37,5°C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan
pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Selain itu
hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan
panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas
karena lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf
pengatur suhu tubuh, luas permukaan suhu tubuh relatif lebih besar
dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas
(Pantiawati, 2010).
Menurur Soedirman (2013), fungsi fisiologis pada aplikasi
tindakan metode kanguru yaitu :
a) Suhu tubuh
Suhu tubuh normal pada bayi baru lahir yang diukur pada
Suhu axilla 36,5°C-37,5°C, sedangkan pada suhu ruangan
dipertahankan 24-25°C (WHO, 2009). Salah satu ciri bayi
prematur adalah mempunyai suhu tubuh yang tidak stabil dan
cenderung mengalami hipotermi (suhu <36,5°C). Stress dingin
dapat meningkatkan angka kematian dan menghambat
pertumbuhan, sedangkan hipertermia dan suhu tubuh berfluktuasi
dapat menimbulkan apneu (Perinasia, 2003 dalam tesis Deswita,
2010).
35
Bayi prematur cenderung mengalami hipotermi, dalam
kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36,5°C- 37°C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan
pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Selain itu
hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi
panas sangat terbatas karena lemak subkutan yang sedikit, belum
matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan
suhu tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan
sehingga mudah kehilangan panas (Pantiawati, 2010).
Hipotermi adalah suhu tubuh rendah, hipotermi dapat
disebabkan karena terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu
lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau bayi
dalam keadaan basah tidak berpakaian. Hipotermi dapat
disebabkan oleh terpapar dengan lingkungan yang hangat (suhu
lingkungan panas, paparan sinar matahari atau paparan panas
yang berlebihan dari incubator atau alat pemancaran panas)
(Khoirunnisa, 2010).
Perubahan suhu tubuh ketika bayi lahir bayi berada pada
suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu didalam rahim ibu.
Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25°C maka bayi akan
kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi
sebanyak 200 kal/kg bb/menit. Sedangkan produksi panas yang
36
dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10 nya. Keadaan ini menyebabkan
penurunan suhu tubuh sebanyak 2°C dalam waktu 15 menit,
akibat suhu yang rendah metabolism jaringan meningkat dan
kebutuhan oksigen pun meningkat (Kristiyanasari, 2009).
b) Frekuensi denyut jantung
Frekunsi denyut jantung bayi normal dalam keadaan tidur
adalah terkisar antara 80- 160 x/menit, sedangkan keadaan tidak
tidur adalah sekitar 100- 180 x/menit. Bayi yang sedang
mengalami deman mempunyai frekuensi denyut jantung lebih dari
220 x/menit (Hockenbery & Wilson, 2009).
Frekuensi denyut jantung oada bayi prematur bertanggung
jawab untuk mempertahankan Cardiak output. Cardiak output
yang tidak adekuat, akan mengakibatkan insufiensi pertukaran
oksigen, zat nutrisi dan sisa, metabolism tubuh kurang efisien,
terganggunya fungsi fisiologis tubuh, bias terjadi kurang
terkontrolnya fungsi persyarafan (Dodd, 2003 dalam tesis
Deswita, 2010).
c) Saturasi oksigen
Oksigen adalah sumber sumber bahan bakar untuk
keperluan metabolism terutama kebutuhan otak. Oksigen saturasi
adalah pengukuran non infasif tapi terlihat nyata bagi bayi
prematur. Terjadinya kekurangan oksigen akan menjadi ancaman
serius bagi metabolism dan fungsi fisiologis, yang bias
37
mengakibatkan kurang optimalnya fungsi jantung dan dapat
menimbulkan kerusakan jaringan sebelum akhirnya meninggal.
Secara klinis saturasi oksigen normalnya terkisar 90- 100%.
Oksigen harus diberikan bila saturasi oksigen dibawah 90%
(WHO, 2009).
4. Metode Kanguru
a) Pengertian
Metode kanguru adalah suatu metode perawatan bayi baru
lahir dengan meletakkan bayi diantara kedua payudara ibu
sehingga terjadi kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi
(Arora, 2008).
KMC ( kangaroo Mother Care) adalah kontak kulit diantara
ibu dan bayi secara dini, terus-menerus dan dikombinasi dengan
pemberian ASI eksklusif. Tujuannya adalah agar bayi kecil tetap
hangat. Dapat dimulai setelah lahir atau setelah bayi stabil
(Sudarti & Khoirunnisa, 2010).
Perawatan metode kanguru adalah perawatan bayi kecil
yang secara terus-menerus dilakukan kontak langsung dengan ibu
dan diberi ASI secara eksklusif (idealnya). Ini adalah cara terbaik
untuk mempertahankan bayi kecil tetap hangat dan juga
membantu pelaksanaan menyusui. PMK dapat dimulai di rumah
sakit segera setelah kondisi bayi memungkinkan (Subekti, 2008).
38
b) Manfaat metode kanguru
Manfaat metode kanguru secara klinis, dengan cara ini
detak jantung bayi stabil dan pernapasannya teratur, sehingga
penyebaran oksigen ke seluruh tubuhnya pun lebih baik. Selain
itu, cara ini mencegah bayi kedinginan. Bayi dapat tidur dengan
nyanyak dan lama, lebih tenang, lebih jarang menangis, dan
kenaikan berat badannya menjadi lebih cepat. Pertumbuhan dan
perkembangan motorik pun menjadi lebih baik. Cara ini juga
mempermudah pemberian ASI, mempererat ikatan batin antara
ibu dan anak, serta mempersingkat masa perawatan secara
keseluruhan. Bagi orang tua hal ini turut menumbuhkan rasa
percaya diri dan kepuasan bekerja. Perawatan bayi lekat atau
metode kanguru ini sederhana, praktis, efektif, dan ekonimis,
sehingga bisa dilakukan oleh setiap ibu atau pengganti ibu di
rumah ataupun di puskesmas (Priya, 2004 dalam jurnal Andi
(2013).
c) Jenis PMK (Perawatan Metode Kanguru)
Menurut Maryunani (2013) terdapat 2 jenis perawatan
metode kanguru (PMK), yaitu sebagai berikut :
a) PMK Intermiten :
1) Metode PMK biasanya dilakukan di fasilitasUnit
Perawatan Khusus (level II) dan Intensif (level III).
2) PMK tidak diberikan pada sepanjang waktu.
39
3) PMK hanya dilakukan jika ibu dating mengunjungi
bayinyayang masih berada dalam perawatan incubator
dengan durasi minimal 1 jam.
4) PMK intermiten dapat dimulai pada yang sakit,yang
dalam proses penyembuhan tetapi juga masih memerlikan
pengobatan medis (misalnya infus, tambahan oksigen
dengan konsetrasi rendah).
b) PMK kontinyu:
1) Metode PMK kontinyu dapat dilakukan di unit rawat
gabung atau ruangan yang di gunakan untuk perawatan
metode kanguru atau di rumah.
2) PMK diberikan sepanjang waktu.
3) Pada bayi dalam kondisi sakit, PMK kontinyu dapat di
terapkan apabila kondisi bayi harus dalam keadaan stabil.
4) Bayi juga harus bernapas secara alami tanpa bantuan
oksigen.
d) Mekanisme Kerja Perawatan Metode Kanguru
Pada dasarnya mekanisme kerja perawatan metode kanguru
adalah sama seperti perawatan canggih dalam incubator yang
berfungsi sebagai termoregulator memberikan lingkungan yang
termonetral bagi setiap neonatus melalui aliran panas konduksi
dan radiasi. Lingkungan termoral adalah lingkungan suhu agar
bayi dapat mempertahankan optimal (36,5°C-37,5°C) dengan
40
mengeluarkan energi/ kalori yang minimal, terutama bagi bayi
prematur yang persediaan atau sumber kalorinya sangat terbatas
(Muslihatun, 2010).
Pengaliran panas melalui konduksi adalah identic kontak
kulit ibu-bayi seperti dalam incubator konduksi panas dari badan
incubator ke kulit bayi. Pengaliran panas melalui radiasi adalah
udara hangat di dalam incubator seperti udara hangat dalam/
antara selimut / baju kanguru dan bayi (Usman, 2001 dalam jurnal
Muslihatun, 2010).
Kriteria perawatan metode kanguru adalah suhu tubuh bayi
stabil dan optimal (36,5°C-37,5°C), kenaikan berat badan stabil,
produksi ASI adekuat, bayi tumbuh dan berkembang optimal
(Nur Muslihatun,2010).
e) Pengaruh PMK terhadap fungsi fisiologis bayi
1) Pengaruh PMK Pada suhu tubuh bayi
Rata-tata suhu bayi sebelum dan sesudah dilakukan PMK
menunjukkan perbedaan yang bermakna dari 36,6°C-36,8°C.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ali (2009).
Penelitian lain yang mendukung ditemukan kenaikan suhu
tubuh bayi prematur setelah 1 jam dilakukan PMK, rata-rata
kenaikan suhu tubuh 0,3°C. Penelitian dilakukan 16 responden
(Begum, 2008). Penelitian menyimpulkan bahwa PMK
ditemukan dapat meningkatkan suhu tubuh bayi, dan dan
41
mengurangi terjadinya hipotermi pada bayi prematur (Andi,
2013).
2) Pengaruh PMK pada frekuensi denyut jatung
Peneliti yang menggunakan alat monitor kontinyu, telah
menemukan bahwa selama perawatan menggunakan metode
kanguru, laju frekuensi denyut jantung bayi relative stabil dan
konstan (Ludington-Hoe et al, dalam PERINASIA, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan, pola respirasi dan frekuensi
denyut jantung bayi selama perawatan metode kanguru lebih
stabil dibanding perawatan dalam box atau perawatan
konvensional (PERINASIA, 2008).
3) Pengaruh PMK pada saturasi oksigen
Hasil penelitian menyebutkan bahwa PMK dapat menaikkan
level saturasi oksigen secara signifikan rerata sebelum
dilakukan PMK adalah 87,9% dan setelah di lakukan PMK
yaitu 89, 6%. Responden pada penelitian ini sebanyak 30 bayi
berat badan bayi rendah. Hasil penelitian mengatakan PMK
dapat menjaga kestabilan saturasi oksigen. PMK secara
bermakna mengurangi frekuensi nafas dan meningkatkan
saturasi oksigen. Hal ini bias disebabkan oleh posisibayi yang
tegak, sehingga dipengaruhi oleh gravitasi bumi dan berefek
pada ventilasi dan perfusi respirasi (Ali, 2009).
42
Ketidakmatangan organ
tubuh :
- suhu tubuh
- Frekuensi denyut
jantung
- saturasi oksigen
Perawatan Metode
Kangguru
Peningkatan fungsi
fisiologis
B. Kerangka Teori
Prematur
Gambar 2.2 Kerangka Teori
43
Hipotermi Perawatan Metode
Kangguru
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
44
BAB III
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset
Subyek aplikasi ini adalah aplikasi tindakan metode kanguru
terhadap fungsi fisiologis bayi prematur di Ruang High Care Unit (HCU)
Neonatus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
B. Tempat dan waktu
1. Waktu
Apikasi tindakan metode kanguru ini di lakukan selama 3 haripada
tanggal 14-16 Maret 2015 dengan durasi waktu pelaksanaan selama 2
jam.
2. Tempat
Aplikasi tindakan metode kanguru di lakukan di Ruang High Care
Unit (HCU) Neonatus RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
C. Media dan alat yang digunakan
Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan yaitu :
1. Alat pengukur suhu dengan thermometer digital untuk aksila.
2. Pulse oxymetri untuk monitor jantung serta saturasi oksigen.
3. Penggendong bayi model kanguru untuk mempermudah ibu
menggendong bayi dan untuk menghangatkan suhu tubuh bayi.
45
D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset
Prosedur tindakan yang akan dilakukan pada aplikasi riset tentang
pemberian perawatan metode kanguru terhadap fungsi fisiologis bayi
prematur adalah:
Table 3.1 Prosedur Metode Kanguru
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/ menyapa ibu
2 Memperkenalkan diri
3Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
4 Menjelaskan langkah prosedur
5 Menanyakan kesiapan Ibu
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan
2 Berilah bayi topi, popok dan kaos kaki yang telah dihangatkan lebih dulu.
3 Letakkan bayi di dada ibu
a) Dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu, dan lihat kepala bayi
sudah terfiksasi pada dada ibu.
b) Posisikan bayi dalam “frog position” yaitu fleksi pada siku dan
tungkai, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala
agak ekstensi.
4 Tutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah selimut yang sudah
dihangatkan sebelumnya.
a) Tidak perlu baju khusus bila baju yang di kenakan sudah cukup
hangat dan nyaman selama bayi kontak dengan kulit ibu.
b) Pada waktu udara dingin, kamar harus hangat.
c) Bila baju ibu tidak dapat menyongkong bayi, dia dapat
menggunakan handuk/ kain (dilipat diagonal, dan difiksasi dengan
ikatan atau peniti yang aman di baju ibu) kain lebar yang elastic,
atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi
d) Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan
ibu, bayi diletakkan diantara payudara ibu, baju ditangkupkan.
Kemudianibu memakai selendang yang dililitkandi perut ibu agar
bayi tidak jatuh.
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi tindakan
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut
3 Berpamitan
4 4 Mencuci tangan
Sumber: Khoirunisa (2010).
46
E. Alat ukur
Alat ukur yang digunakan penulis dalam pengaplikasian tindakan
metode kanguru terhadap fungsi fisiologis pada Asuhan Keperawatan bayi
Ny. F dengan kelahiran prematur di Ruang High Care Unit (HCU) RSUD
Dr. Moewardi Surakarta, yaitu :
Table 3.2
Alat ukur untuk mengevaluasi fungsi fisiologis bayi prematur.
No Fungsi Fisiologis Keterangan
1. Suhu Suhu tubuh antara lain :
a) Normal 36,5°C
sampai 37,5°C.
b) Hipotermi kurang dari
36,5°C.
c) Hipertermi lebih dari
37,5°C.
2. Frekuensi denyut jantung Normalnya dalam keadaan
tidur 80- 160x/menit.
Dalam keadaan tidak tidur
100-180x/menit.
3. Saturasi Oksigen Normalnya 90- 100%
Sumber: Deswita (2010)
47
BAB IV
LAPORAN KASUS
Pada bab ini menjelaskan tentang laporan pengelolaan asuhan keperawatan
yang dilakukan pada bayi Ny. F di Ruang High Care Unit (HCU) RSUD Dr.
Moewardi Surakarta, dilaksanakan pada tanggal 14-16 Maret 2015. Asuhan
keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
A. Identitas Klien
Pasien bernama By. S berumur 14 hari dengan jenis kelamin
perempuan lahir pada tanggal 01 Maret 2015. Penanggung jawab pasien
adalah Ny. F berumur 23 tahun, lulusan SMA, beralamat di Grogol,
Sukoharjo, hubungan dengan pasien adalah sebagai Ibu dan Tn. A berumur
27 tahun, pekerjaan swasta hubungan dengan pasien sebagai Ayah.
Didapatkan diagnosa medis Bayi Baru Lahir Rendah Sectio Caesaria.
B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada jam 07.00 WIB tanggal 13 Maret 2015 dengan
metode Auto anamnese dan Allo aamnese, pengamatan, observasi
langsung, pemeriksaan fisik menelaah catatan medis, dan catatan perawat.
1) Riwayat Bayi
48
Hasil pengkaian yang didapatkan APGAR SCORE warna kulit
pada menit ke 1, 5, 10 berwarna pink, pernafasan pada menit ke 10
yaitu 40 kali per menit, nadi pada menit ke 1, 5, 10 yaitu 160 kali per
menit, tonus otot pada menit ke 5, 10 yaitu sedang, usia gestasi 28
minggu dengan berat badan 1600 gram,dengan komplikasi
persalinan ketuban pecah dini. Selama 1 hari, dan didapatkan
perdarahan pervaginam.
2) Riwayat Ibu
Hasil pengkajian yang dilakukan penulis didapat riwayat ibu, ini
merupakan anak pertama dan kehamilan pertama, diketahui usia
kehamilan 28 minggu, dan persalinan pertama, tidak pernah
melakukan abortus. Pada masa kehamilannya, ibu pasien selalu
memeriksakan kehamilannya ke bidan terdekat dan tidak ada
masalah saat hamil. Ibu pasien mengatakan di dalam keluarga tidak
ada yang mempunyai penyakit menular.
Jenis persalinan section caesaria karena mengalami perdarahan.
Didapatkan komplikasi kehamilan rupture plasenta terjadi
perdarahan selama 4 hari dengan jenis persalinan prematur 28
minggu.
3) Pengkajian Fisik Neonatus
Pada pengkajian reflek moro didapatkan hasil moro ada dan
negatif. Reflek menghisap lemah. Reflek meggenggam didapatkan
49
lemah. Pada tonus otot didapatkan hasil lemah, kekuatan menangis
lemah.
Pada pemeriksaan kepala dan leher didapatkan hasil fontanel
anterior lunak, sutura sagitalis tepat didapatkan pula gambaran wajah
simetris dan terlihat pucat, molding (tulang kepala tumpang tindih)
didapatkan hasil tidak tumpang tindih. Pada caput succedenum tidak
ada pembengkakan pada kepala bayi akibat tekanan dari Rahim.
Pada pemeriksaan cephalhematom didapatkan hasil tidak ada
pembengkakan pada kepala bayi, karena penumpukan darah akibat
perdarahan pada sub periosteum.
Pada pemeriksaan fisik mata didapatkan hasil mata bersih,
simetris antara kanan dan kiri, skela tidak ikterik. Pada pemeriksaan
telinga hasil pemeriksaan normal simetris antara kanan dan kiri,
tidak terdapat cairan yang keluar dari telinga.
Pada pemeriksaan hidung didapatkan lubang hidung ada simetris
antara hidung kanan dan kiri, tidak ada pernapasan cupping hidung
dan tidak terpasang oksigen.
Pemeriksaan mulut didapatkan mulut sianosis, membran mukosa
kering dan mulut simetris antara kanan dan kiri. Pemeriksaan
abdomen didapatkan hasil abdomen lunak tidak ada jejas berbentuk
simetris kanan dan kiri, lingkar perut 28 cm.
50
Pemeriksaan thoraks terdapat hasil thoraks berbentuk simetris
kanan dan kiri tidak ada jejas, tidak ada suara tambahan dan tidak
menggunakan alat bantu pernapasan.
Pada pemeriksaan paru-paru didapatkan hasil auskultasi paru
kanan dan kiri vasikuler, suara napas bersih respirasi pernapasan
tidak spontan dan terdapat hasil saturasi oksigen 90%.
Pemeriksaan jantung yaitu didapatkan hasil bunyi jantung
regular frekuensi jantung 160 kali/ menit, jantung saat di auskultasi
terdengan lup dup, dan pada denyut nadi perifer brakial kanan,
brakial kiri, femoral kanan dan kiri didapatkan hasil keras.
Pada pemeriksaan Ekstremitas yaitu gerakan ekstremitas bebas,
ektremitas atas normal terdapat jari-jari tangan lengkap sedangkan
pada ekstremitas bawah didapatkan hasil yang normal, jari-jari kaki
lengkap dan tidak terdapat kelainan pada ektremitas, juga akral
teraba dingin.
Pada umbilicus dihasilkan umbilicus normal dan juga terlihat
bersih, tali pusat sudah lepas.
Pada pemeriksaan genetal dihasilkan berjenis kelamin
perempuan labia mayora belum tertutup labia minora.
Pemeriksaan kulit didapatkan hasil kulit berwarna pink tidak
terdapat sianosis pada kulit bayi, warna kulit tidak kemerahan dan
tidak terdapat tanda lahir. Turgor kulit elastis rambut lanugo tampak
banyak.
51
Pada pemeriksaan suhu yaitu didapat hasil suhu axilla 35,5°C,
dan bayi berada dilingkungan incubator.
4) Riwayat Sosial
a) Struktur keluarga (genogram)
Gambar 4.1
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
: Pasien
: Tinggal Serumah
Ny. F lahir sebagai anak pertama dari 2 bersaudara adik
Ny. F berjenis kelamin perempuan. Ny. F menikah dengan Tn. A
anak pertama dari 2 bersaudara, adik Tn A berjenis kelamin
52
perempuan. Ny. F dan Tn. A setelah menikah memiliki
keturunan anak pertama yang berjenis kelamin perempuan
sebagai pasien atau By. S.
b) Berbudaya jawa, suku jawa, dan beragama Islam, untuk bahasa
utama yang digunakan yaitu bahasa Indonesia, perencanaan
makanan bayi yaitu ASI/ Pasi, hubungan orang tua dengan bayi
terlihat baik Ibu menyentuh, memeluk, berbicara, berkunjung,
memanggil nama dan kontak mata pada bayinya.
5) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 09 Maret
2015 didapatkan hasil pemeriksaan diagnostic sebagai berikut :
Hemoglobin 15,6 g/dL (nilai normal 15,0- 24,6), Hematokrit 4,3 %
(47- 75), Leukosit 17,1 ribu/uL (5,0-19,5), Trombosit 437 ribu/uL
(150- 450), Eritrosit 5,02 juta/uL (3,70- 6,80), MCV 85,4 /um (80,0-
96,0), MCH 21,1 pg (28,0- 33,0), MCHC 36,5 g/dL (33,0-36,0), Row
16,6% (11,6- 14,6), How 4,1 g/dL (2,2- 3,2), MPV 8,6 fL (7,2-11,1),
Limfosit 26,50 % (60,00- 66,00), Basofil 0,9 % ( 0,00- 1,00),
Eosinofil 2,80 % (0,0- 4,00), Gula darah sewaktu 90 mg/dL (50-
80), Bilirubin Total 5,55 mg/dL (0.00- 1,00).
6) Terapi obat
Mendapatkan terapi obat yaitu Ampicillm dengan dosis 80 mg 2x
pemberian golongan penisilin dan kandungan obatnya ampisilin
berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, obat lainnya
53
Aminophilin dengan dosis 3,2 mg 3x pemberian golongan Anti asma
sedangkan golongannya Teofilin etilendiamin yang fungsinya asma
bronkial dan asma kardial, kejang coroner, depresi pernapasan,
pasien juga mendapat terapi obat Erytromicin dengan dosis 3 mg
diberikan 4x golongan obat Antibiotik kandungannya Eritrcmisin,
Etilsubsinat fungsinya mengatasi infeksi akibat bakteri.
C. Perumusan Masalah Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 Maret 2015 pukul 08.00
WIB di ruang High Care Unit (HCU) Neonatus RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Hasil pengkajian ditemukan analisa data sebagai berikut: data
obyektif bayi Ny. F lahir 28 minggu, berat badan 1600 gram, terpasang
NGT, reflek menghisap lemah, dari data tersebut penulis
memprioritaskan diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan pola
makan bayi berhubungan dengan prematuritas bayi.
Analisa data yang kedua ditemukan masalah sebagai hipotermi
berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin. Dengan data
obyektif bayi. Ny.F akral teraba dingin, suhu tubuh 35,5°C, bibir bayi
tampak sianosis, suhu linkungan 28°C.
D. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Hasil analisa diatas maka penulis membuat prioritas diagnosa
keperawatan yang pertama yaitu Ketidakefektifan pola makan bayi
54
berhubungan dengan prematuritas, dan yang kedua Hipotermi
berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin.
E. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan yang akan dilakukan dengan diagnosa
keperawatan Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan
prematuritas yaitu dengan tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 Jam diharapkan kebutuhan nutrisi bayi dapat
terpenuhi dengan kriteria hasil yaitu mempertahankan berat badan tetap
1600- 2.000 gram, berat badan dalam batas normal (2500 gram), tidak
terjadi penurunan berat badan, membran mukosa tidak kering. Intervensi
yang dilakukan penulis meliputi timbang berat badan bayi rasionalnya
untuk mengetahui berat badan bayi setiap harinya, beri ASI/Pasi
rasionalnya untuk meningkatkan nutrisi pasien, Edukasi ibu untuk
memberi Asi rasionalnya untuk memenuhi kebutuhan ASI bayi,
kolaborasi dengan ahli gizi rasionalnya untuk memperbaiki nutrisi bayi.
Pada diagnosa kedua, tujuan yang kriteria hasil yang akan dicapai
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 Jam
masalah hipotermi dapat teratasi dengan kriteria hasil suhu badan
meningkat, suhu badan dalam batas normal (36,5°C-37,5°C), akral
hangat, bibir tidak sianosis, tidak ada cupping hidung Intervensi yang
dibuat penulis meliputi observasi tanda-tanda vital pasien sebelum dan
sesudah pemberian metode kanguru, rasionalnya untuk mengetahui
55
tanda-tanda vital pasien. Berikan metode kanguru rasionalnya untuk
memberi kehangatan tubuh pasien, berikan perawatan pada bayi di
incubator rasionalnya untuk mengatur suhu tubuh agar tetap stabil,
berikan selimut pada bagian tubuh bayi yang terbuka rasionalnya untuk
memberi kehangatan pada bayi, kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian obat sesuai advice rasionalnya untuk proses penyembuhan
pasien.
F. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan penulis selama 3 hari yaitu pada
diagnosa pertama Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan
dengan prematuritas adalah sebagai berikut :
Pada tanggal 14 Maret 2015 yang dilakukan penulis berdasarkan
masalah yang muncul pada diagnosa pertama yaitu pada jam 07.15 wib
menimbang berat badan bayi respon obyektif Berat Badan bayi 1600
gram. Jam 07. 20 wib memberikan ASI/Pasi respon obyektif bayi
minum ASI/Pasi 8x (10-15) ml, reflek menghisap lemah. Jam 07.35 wib
mengedukasi ibu untuk pemberian ASI respon subyektif ibu mengatakan
bersedia dan respon obyektif ibu tampak ingin segera menyusui bayinya.
Jam 07.47 wib melakukan kolaborasi dengan dokter respon obyektif
bayi minum ASI/Pasi.
Pada tanggal 15 Maret 2015 yang dilakukan penulis yaitu jam
07.35 wib menimbang berat badan bayi respon obyektif berat badan bayi
56
1600 gram. Jam 07.48 wib memberikan ASI/Pasi respon obyektif bayi
tampak minum, ASI/Pasi 8x (15-20) ml, reflek menghisap lemah.
Pada tanggal 16 Maret 2015 jam 07.26 wib menimbang berat badan
bayi respon obyektif berat badan bayi bertambah menjadi 1660 gram.
Jam 07.39 wib memberi ASI/Pasi respon obyektif bayi minum 8x (20-
30) ml, reflek menghisap mulai kuat.
Implementasi yang dilakukan penulis pada diagnosa keperawatan
yang kedua Hipotermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang
dingin yaitu :
Pada tanggal 14 Maret 2015 yang dilakukan penulis berdasarkan
diagnosa keperawatan yang kedua yaitu pada jam 08.00 wib mengkaji
tanda-tanda vital pasien respon obyektif suhu 35,5°C, Spo2 90 %, HR
155 x/menit. Jam 08.20 wib memberikan metode kanguru respon
subyektif ibu mengatakan bersedia melakukan metode kanguru, respon
obyektif bayi tampak nyaman didekapan ibu. Jam 10.20 wib mengkaji
ulang tanda-tanda vital pasien suhu 36°C, Spo2 91 %, HR 160 x/menit.
Jam 10.30 wib memberi perawatan pada bayi di incubator respon
obyktif bayi tampak nyaman. Jam 10.35 wib memberi selimut pada
bagian tubuh bayi yang terbuka respon obyektif bayi tampak tertidur.
Jam 11.00 wib melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian obat sesuai advice respon obyektif obat masuk peroral
ampicillim 80 mg, aminophilin 3,2 mg, erytromicin 3 mg.
57
Pada tanggal 15 Maret 2015 Jam 08.35 wib mengkaji tanda-tanda
vital pasien respon obyektif suhu 36,4°C, Spo2 92 %, HR 100 x/menit.
Jam 09.00 wib memberi metode kanguru respon subyektif ibu
mengatakan bersedia, respon obyektif pasien tampak nyaman. Jam 11.00
wib mengkaji ulang tanda-tanda vital pasien respon obyektif suhu
36,6°C, Spo2 95 %, HR 160 x/menit. Jam 11.15 wib memberi perawatan
bayi di incubator respon obyektif bayi tampak tertidur. Jam 12.04 wib
melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat sesuai
advice respon obyektif obat masuk peroral ampicillim 80 mg,
aminophilin 3,2 mg, erytromicin 3 mg.
Pada tanggal 16 Maret Jam 08.15 wib mengkaji tanda-tanda vital
pasien respon obyektif suhu 36,5°C, Spo2 97 %, HR 142 x/menit. Jam
08.30 wib memberikan metode kanguru respon subyektif Ibu
mengatakan bersedia melakukan metode kanguru, respon obyektif bayi
tampak nyaman, tertidur didekapan ibu. Jam 10.30 mengkaji ulang
tanda-tanda vital pasien respon obyektif suhu 36,9°C, Spo2 99 %, HR
159 x/menit. Jam 10.45 wib memberi perawatan bayi di incubator
respon obyektif bayi tampak tenang, akral hangat.
G. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari hasil
evaluasi pada diagnosa pertama yaitu Ketidakefektifan pola makan bayi
berhubungan dengan prematuritas adalah :
58
Pada tanggal 14 Maret 2015 didapatkan hasil evaluasi dengan
metode SOAP yaitu Jam 13.50 wib, Obyektif berat badan 1600 gram,
bayi minum ASI/Pasi 8x (10-15) ml, reflek menghisap lemah, lahir 28
minggu, Analisa masalah belum teratasi, Planning lanjutkan intervensi
yang meliputi meninbang berat badan setiap hari, memberi ASI/Pasi.
Pada tanggal 15 Maret 2015 didapatkan hasil evaluasi jam 14.00
wib, Obyektif bayi minum ASI/Pasi 8x (15-20) ml, Berat Badan 1600
gram, reflek menghisap lemah, Analisa masalah belum teratasi,
Planning lanjutkan intervensi meliputi memingkatkan pemberian
ASI/Pasi, menimbang berat badan bayi.
Pada tanggal 16 Maret 2015 hasil evaluasi yang didapatkan didapat
jam 13.55 wib, Obyektif bayi minum ASI/Pasi 8x (20-30) ml, berat
badan 1660 gram, reflek menghisap mulai kuat, Analisa masalah
keperawatan belum teratasi, Planning lanjutkan intervensi meliputi
menimbang berat badan, memberi ASI/Pasi, mengedukasi ibu untuk
memberi ASI yang cukup.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan hasil evaluasi pada
diagnosa kedua yaitu Hipotermi berhubungan dengan pemajanan
lingkungan yang dingin hasil evaluasi yang di dapat penulis adalah :
Pada tanggal 14 Maret 2015 dengan metode SOAP, pada diagnosa
kedua didapatkan hasil jam 14.05 wib Obyektif suhu tubuh 36°C, Spo2
91 %, HR 160 x/menit, bayi tampak nyaman didekapan ibu, akral
dingin, suhu lingkungan 28°C, Analisa masalah belum teratasi, Planning
59
lanjutkan intervensi meliputi mengkaji tanda-tanda vital pasien sebelum
dan sesudah metode kanguru, memberi metode kanguru, memberi
perawatan di incubator, memberi selimut pada bagian tubuh bayi yang
terbuka.
Pada tanggal 15 Maret 201 didapatkan hasil pada diangnosa kedua
jam 14.15 wib, Obyektif suhu 36,6°C, Spo2 95 %, HR 160 x/menit, bayi
tampak nyaman, akral hangat, Analisa masalah teratasi sebagian,
Planning lanjutkan intervensi yang meliputi mengkaji tanda-tanda vital
pasien sebelum dan sesudah metode kanguru, memberi metode kanguru,
memberi perawatan di incubator.
Pada tanggal 16 Maret 2015 diagnoasa kedua didapatkan hasil
evaluasi jam 14.10 wib, Obyektif suhu 36,9°C, Spo2 99 %, HR 159
x/menit, Analisa masalah keperawatan teratasi, Planning pertahankan
intervensi meliputi memberi metode kanguru.
60
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang “Aplikasi Tindakan
metode kanguru terhadap fungsi fisiologis pada Asuhan keperawatan bayi
Ny. F dengan kelahiran prematur di ruang High Care Unit (HCU) Neonatus
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Asuhan keperawatan yang dilakukan
melalui tahap : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi. Penulis dalam bab ini membahas tentang adanya kesesuaian
maupun kesenjangan antara teori dan hasil aplikasi pada kasus.
A. Pengkajian
Menurut Potter & Perry (2005) pengkajian adalah suatu proses
sistematis dari pengumpulan verivikasi dan komunikasi data tentang
pasien atau klien yang bertujuan untuk menetapkan data tentang
kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik
kesehatan, tujuan, nilai dan nilai gaya hidup yang dilakukan pasien atau
klien. Pengkajian pada bayi prematur meliputi pengumpulan riwayat
bayi, riwayat ibu, pengkajian fisik (Pantiawati, 2010).
Pada riwayat bayi didapatkan hasil pengkjian bayi Ny. F yaitu
warna kulit pink atau merah muda, pernapasan 40 x/menit, nadi 160
x/menit, tonus otot lemah, reflek rangsangan menangis. Menurut teori
Verney, (2007) nilai apgar score pada bayi prematur yaitu : skor
Apperance (warna kulit) 0 : pucat, 1 : badan merah ekstremitas biru, 2 :
61
seluruh tubuh kemerah-merahan. Nilai Pulse rate I (Frekuensi nadi) 0 :
tidak ada, 1 : kurang dari 100, 2 : lebih dari 100. Nilai Grimace (reaksi
rangsangan) 0 : tidak ada, 1 : meringis, 2 : menangis. Nilai Activity
(tonus otot) 0 : lemah, 1 : sedang, 2 : gerakan aktif. Nilai Respration 0 :
tidak ada, 1 : lemah/ tidak teratur, 2 : baik/ teratur.
Dalam pengkajian pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh penulis
pada pasien didapatkan data yaitu reflek menghisap lemah, tonus otot
lemah. Menurut Pantiawati (2010), pada bayi prematur tonus otot
lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah hal
tersebut karena fungsi saraf yang belum atau kurang matang, hal
tersebut juga mengakibatkan reflek menghisap, menelan masih lemah.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital suhu tubuh 35,5°C, frekuensi
jantung 160 x/menit, pernafasan 40 x/menit, saturasi oksigen 90%.
Pada pemeriksaan fisik tanda-tanda vital didapatkan hasil
pengkajian pada bayi Ny. F dengan suhu 35,5°C. Menurut Maryunani
(2013) pada bayi prematur mengalami hipotermi hal tersebut
diakibatkan karena kurangnya jaringan lemak dibawah kulit atau
jaringan lemak bawah kulit lebih sedikit, hipotermi juga terjadi karena
hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada
bayi baru lahir belum matang.
Pada saturasi oksigen penulis mendapatkan hasil saturasi oksigen
yaitu 90 %. Menurut WHO (2009) dalam tesis Deswita (2010), saturasi
oksigen normal terkisar 90-100 %. Selain itu pemantauan saturasi
62
oksigen berarti mencegah terjadinya retinopathy bagi bayi prematur.
Oksigen harus diberikan bila saturasi oksigen di bawah 90 %.
Pada pemeriksaan paru auskultasi didapatkan suara bersih,
respirasi 40 kali per menit, tidak menggunakan alat bantu pernafasan,
hal ini sesuai dengan teori Pantiawati, (2010) pada pemeriksaan paru
jumlah pernafasan rata rata antara 40-60 kali permenit.
Pada pemeriksaan jantung didapatkan bunyi jantung regular
frekuensi jantung 160 kali permenit, saat diauskultasi terdengar suara
jantung lup dup. Hal ini sesuai dengan teori Pantiawati, (2010) yaitu
denyut jantung bayi prematur rata rata 120-160 kali per menit.
Kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagian intercostal.
Pada pemeriksaan kulit bayi Ny. F didapatkan hasil kulit
berwarna pink atau merah muda, turgor kulit tidak elastis dan terdapat
rambut lanugo banyak. Menurut Pantiawati (2010), pada bayi prematur
kulit berwarna merah muda atau merah, atau campuran bermacam
warna, dengan rambut lanugo disekujur tubuh, kulit tampak transparan,
halus dan mengkilat.
Penulis melakukan pengkajian pada kasus ini data yang telah
diperoleh dengan cara autoanamnesa dan alloanamnesa. Pengkajian
pada bayi Ny. F dilakukan pada tanggal 14 Maret 2015 jam 07.55 WIB,
untuk keluhan utama yaitu : Hipotermi bayi Ny. F pasien tampak akral
teraba dingin, suhu tubuh 35,5°C, bibir bayi tampak sianosis. Data yang
didapat oleh penulis di dukung oleh teori bahwa pada pasien bayi
63
prematur yang mengalami hipotermi ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut : Suhu tubuh dibawah normal, akral dingin, kulit dingin dan
sianosis (Pantiawati, 2010).
Berdasarkan kasus bayi Ny. F dengan teori tidak terdapat
kesenjangan, hipotermi pada bayi prematur diakibatkan karena
kurangnya jaringan lemak dibawah kulit atau jaringan lemak bawah
kulit lebih sedikit, hipotermi juga terjadi karena hanya sedikitnya lemak
tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum
matang. (tatalaksana metode kanguru dengan kontak kulit dengan kulit
membantu bayi prematur tetap hangat) (Maryunani, 2013).
Hasil pengkajian ketidakefektifan pola makan bayi yaitu Berat
badan 1600 gram, reflek hisap lemah, terpasang NGT, usia gestasi 28
minggu, bayi minum ASI/Pasi 8x (10-15) ml. berdasarkan dari data
tersebut, kondisi bayi Ny. F mengalami ketidakefektifan pola makan
bayi. Menurut Maryunani (2014) bayi prematur mengalami gangguan
masalah nutrisi karena pada bayi prematur reflek menelan dan
menghisap bayi yang lemah atau buruk terutama sebelum 34 minggu.
Berdasarkan pada kasus bayi Ny. F didapatkan tidak ada
kesenjangan teori, pada bayi prematur yang mengalami
Ketidakefektifan pola makan bayi dikarenakan pada bayi prematur alat
pencernaa yang masih belum sempurna, lambung bayi yang kecil,
enzim pencernaan yang belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3-
5 gr/kg BB dan kalori 110 gr/ BB (Proverawati & Cahyo, 2010).
64
B. Diagnosa keperawatan
Menurut Kusuma, H dan Nurarif (2012) diagnosa keperawatan
merupakan sebuah label singkat yang menggambarkan kondisi pasien
yang diobservasi di lapangan.
Diagnosa yang muncul pada pasien bayi prematur ada 4 yaitu
Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan prematuritas,
hipotermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin,
kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
disebabkan oleh imaturitas, resiko infeksi berhubungan dengan kurang
kekebalan tubuh (Pantiawati, 2010).
Sedangkan diagnosa yang di temukan berdasarkan data
pengkajian bayi Ny. F yaitu diagnosa keperawatan
pertamaKetidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan
prematuritas. Diagnosa kedua Hipotermi berhubungan dengan
pemajanan lingkungan yang dingin. Penulis menegakkan prioritas
diagnosa keperawatan yang pertama yaitu Ketidakefektifan pola makan
bayi berhubungan dengan prematuritas berdasarkan “Hirarki Maslow”
kebutuhan manusia ada 5 tahap antara lain yaitu fisiologis, rasa aman
dan nyaman, sosial, harga diri, aktualisasi diri. Nutrisi adalah
merupakan kebutuhan fisiologis (respirasi, sirkulasi, suhu, nyeri, cairan,
perawatan kulit, mobilisasi dan eliminasi), kebutuhan manusia yang
paling diutamakan (Wahyanti 2014).
65
Prioritas diagnosa kedua yaitu Hipotermi berhubungan dengan
pemajanan lingkungan yang dingin. Pengaturan suhu dan keterbatasan
lemak subkutan juga termasuk dalam kebutuhan dasar manusia
fisiologis. Teori Maslow mengatakan kebutuhan tingkat dasar tersebut
harus terpenuhi dahulu sebelum beralih ke kebutuhan tingkat yang lebih
tinggi.kebutuhan fisiologis biasanya sebagai prioritas yang utama bagi
pasien dari kebutuhan lainnya (Dermawan, 2012).
Penulis menegakkan prioritas diagnosa yang pertama yaitu
Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan prematuritas.
Pada saat pengkajian didapatkan hasil data Obyektif Berat badan 1600
gram, reflek hisap lemah, terpasang NGT, lahir 28 minggu. Batasan
karakteristik pada diagnosa tersebut yaitu Ketidakmampuan untuk
memulai menghisap yang efektif, Barat badan kurang dari 20% atau
dibawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh,
kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang tidak adekuat.
Ketidakefektifan pola makan bayi adalah asupan nutrisi yang tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic (Wilkinson & Ahern,
2012). Penulis mengangkat diagnosa tersebut karena tanda dan gejala
yang muncul pada pasien sesuai dengan batasan karakteristik dalam
teori.
Pada diagnosa kedua yaitu penulis menegakkan diagnosa
keperawatan Hipotermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan
yang dingin. Didapatkan hasil pengkajian data Obyektif pasien tampak
66
akral teraba dingin, suhu tubuh 35,5°C, bibir agak kebiruan, suhu
lingkungan 38°C,. Hipotermi adalah suhu tubuh dibawah kisaran
normal, batasan karakteristik suhu normal yaitu 36,5°C- 37,5°C, akral
dingin, kulit dingin dan sianosis. (Pantiawati, 2010). Perumusan
masalah keperawatan yang diambil penulis hipotermi di karenakan
tanda dan gejala yang ada pada pasien sesuai dengan batasan
karakteristik dalam teori.
Pada diagnosa Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran yang disebabkan oleh imaturitas tidak terdapat pada bayi
Ny. F. diagnosa ini tidak terangkat karena hasil dipengkajian tidak
ditemukan. Kekurangan volume cairan adalah peningkatan retensi
cairan isotonik. Batasan karakteristik kekurangan volume cairan yaitu
gangguan elektrolit, ansietas perubahan pola nafas, edema, penambahan
berat badan dalam waktu singkat. (Hermand, 2013).
Diagnosa Resiko infeksi berhubungan dengan kurang kekebalan
tubuh. Tidak terjadi pada bayi Ny. F karena hasil pengkajian tidak
ditemukan. Resiko infeksi merupakan peningkatan resiko terserang
organisme patogenik. Batasan karakteristik resiko infeksi antara lain
yaitu terdapat tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor,
fungsiolesa), perubahan suhu tubuh, leukosit meningkat (Herdman,
2013).
67
C. Intervensi keperawatan
Perencanaan atau intervensi adalah suatu proses di dalam
pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu
apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, dan
siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan,
2012).
Penulis menyusun rencana tindakan sesuai dengan kriteria NIC
(Nursing Intervention Classification) dengan menggunakan metode
ONEC (Observasi, Nursing, Intervention, Education, Collaboration).
Tujuan dan kriteria hasil ini disusun berdasarkan NOC (Nursing,
Outcomes, Classification) dengan menggunakan metode SMART
(Specific, Meausrable, achievable, realistic, time). (Dermawan, 2012).
Berdasarkan diagnosa pertama intervensi yang dilakukan penulis.
Dengan tujuan dan kriteria hasil pada diagnosa pertama, setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 Jam diharapkan nutrisi
terpenuhi dengan kriteria hasil : nutrisi dapat dipenuhi, berat badan
meningkat, reflek menghisap kuat. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil
tersebut penulis membuat rencana tindakan keperawatan meliputi
timbang berat badan bayi tujuannnya untuk mengetahui peningkatan
berat badan bayi (Pantiawati, 2014). Pemberian ASI/Pasi dan Edukasi
ibu pasien pentingnya pemberian ASI, tujuannya untuk mencegah
kekurangan nutrisi (Preverawati, 2010). Melakukan kolaborasi
pemberian nutrisi dengan dokter, tujuannya untuk menentukan
68
kebutuhan protein pasien yang mengalami ketidakadekuatan asupan
protein atau kehilangan protein (Wilkinson & Ahern, 2012).
Pada diagnosa kedua, tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai
penulis yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
Jam diharapkan hipotermi dapat teratasi dengan kriteria hasil : suhu
tubuh dalam batas normal 36,5°- 37°C, kulit dan akral hangat, tidak
terjadi sianosis. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis
membuat rencana tindakan keperawatan yaitu meliputi observasi suhu
yang meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan, saturasi
oksigen, yaitu untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh,
perubahan tanda-tanda vital dapat terjadi apabila tubuh dalam kondisi
aktivitas atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut sebagai
indikator adanya gangguann tubuh (Hidayat, 2005). Memberikan
metode kanguru untuk menjaga kehangatan pasien, Perawatan Metode
Kanguru adalah cara yang paling sederhana untuk merawat bayi
prematur dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk
menghangatkan bayinya, Metode kanguru tidak hanya sekedar
mengantikan peran incubator, namun juga memberikan berbagai
keuntungan yang tidak dapat di berikan incubator (Maryuni, 2014).
Berikan perawatan bayi di incubator untuk mengatur suhu tubuh agar
tetap stabil (Ismawati, 2010). Berikan selimut pada bagian tubuh bayi
yang terbuka untuk memberi kehangatan pasien (Wong, 2009).
69
D. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien. Implementasi merupakan tahap yang ke empat dari
proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan atau tindakan keperawatan. Implementasi keperawatan
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
pasien dari masalah status kesehatan yang di hadapi kesetatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Fokus utama dari komponen implementasi adalah pemberian asuhan
keperawatan yang aman dan individual dengan pendekatan multifocal
implementasi perencanaan berupa penyelesaian tindakan yang
diperlukan untuk memenuhi kriteria hasil seperti yang digambarkan
dalam rencana tindakan. Tindakan dapat dilaksanakan yaitu oleh
perawat, pasien, anggota keluarga, anggota tim kesehatan lainnya
(Dermawan, 2012).
Penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa
keperawatan yang muncul pada klien dan sesuai rencana yang
ditetapkan. Penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari.
Pada diagnosa pertama tindakan keperawatan yang dilakukan penulis
adalah menimbang berat badan, memberikan ASI/Pasi, mengedukasi
ibu pasien pentingnya pemberian ASI. Melakukan kolaborasi
pemberian nutrisi dengan dokter. Hasil respon baik subyektif maupun
70
obyektif setelah diberikan diatas berat badan pasien menjadi 1660 gram,
reflek menghisap mulai kuat.
Mengkaji berat badan bayi, menurut Pantiawati (2014) bertujuan
untuk mengetahui peningkatan berat badan bayi. Pemberian ASI/Pasi
dan Edukasi ibu pasien pentingnya pemberian ASI, tujuannya untuk
mencegah kekurangan nutrisi (Preverawati, 2010). Kolaborasi
pemberian nutrisi dengan ahli gizi, tujuannya untuk menentukan
kebutuhan protein pasien yang mengalami ketidakadekuatan asupan
protein atau kehilangan protein (Wilkinson & Ahern, 2012).
Pada diagnosa kedua tindakan keperawatan yang dilakukan
penulis adalah mengobservasi tanda-tanda vital pasien. Menurut Hidayat
(2005), pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan suatu cara untuk
mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Selanjutnya tindakan yang
dilakukan penulis yaitu memberikan metode kanguru. Perawatan
Metode Kanguru adalah cara yang paling sederhana untuk merawat bayi
prematur, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk
menghangatkan bayinya (Maryunani, 2014). Memberikan perawatan
pada bayi di incubator untuk mengatur suhu tubuh agar tetap stabil
(Ismawati, 2010). Memberikan selimut pada bagian tubuh bayi yang
terbuka untuk memberi kehangatan pasien (Wong, 2009). Melakukan
kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat sesuai advice untuk
proses penyembuhan pasien (Mitayani, 2012).
71
Pemberian Perawatan metode kanguru merupakan perawatan bayi
kecil yang secara terus-menerus dilakukan kontak langsung dengan ibu
dan diberi ASI secara eksklusif (idealnya). PMK dapat dimulai di
rumah sakit segera setelah kondisi bayi memungkinkan (Subekti, 2008).
Pada tanggal 14 maret 2015 penulis mendapatkan data sahu tubuh
35,5°, terpasang NGT, berat badan 1600 gram, tidak terpasang oksigen.
Mekanisme kerja perawatan metode kanguru adalah berfungsi
sebagai termoregulator dalam memberikan lingkungan yang termonetral
bagi setiap neonatus melalui aliran panas konduksi dan radiasi.
Lingkungan termoral adalah lingkungan suhu agar bayi dapat
mempertahankan optimal (36,5°- 37,5°C) dengan mengeluarkan energi
atau kalori yang minimal, terutama bagi bayi prematur yang persediaan
atau sumber kalorinya sangat terbatas. Data yang didapatkan penulis
yaitu berat badan bayi 1600 gram.
Kriteria perawatan metode kanguru adalah suhu tubuh bayi stabil
dan optimal (36,5°- 37,5°C), kenaikan berat badan stabil, produksi ASI
adekuat, bayi tumbuh dan berkembang optimal (Muslihatun, 2010).
Hipotermi adalah suhu tubuh dibawah 36,5°C, pengukuran
dilakukan pada ketiak/ axilla selama 3-5 menit. (Maryunani, 2014).
Bayi prematur cenderung mengalami hipotermi, dalam kandungan
bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan stabil yaitu 36,5°-
37,5°C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan
yang umumnya lebih rendah. Selain itu hipotermi dapat terjadi karena
72
kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah
produksi panas sangat terbatas karena lemak subkutan yang sedikit,
belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan
suhu tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga
mudah kehilangan panas (Pantiawati, 2010).
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respon perilaku klien yang tampil. Evaluasi adalah
membandingkan suatu hasil atau perbuatan dengan standar untuk tujuan
dalam pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan dapat
tercapai. Evaluasi keperawatan membandingkan efek atau hasil
tindakan keperawatan dengan normal atau kriteria tujuan yang sidah
dibuat (Dermawan, 2012).
Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari sudah
dilakukan sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan serta
kolaborasi dengan tim medis. Hasil evaluasi yang sudah didapatkan
diagnosa pertama masalah keperawatan Ketidakefektifan pola makan
bayi pada pasien belum teratasi karena tujuan yang diharapkan belum
tercapai dan memenuhi kriteria hasil diantaranya, yaitu berat badan
meningkat, berat badan dalam batas normal (2500 gram), membran
mukosa tidak kering (Wilkinson, 2012). Evaluasi dengan metode SOAP
73
yaitu bayi minum ASI/Pasi 8x (20-30), reflek menghisap mulai kuat,
berat badan meningkat menjadi 1660 gram.
Evaluasi menurut SOAP yang sudah didapatkan pada masalah
keperawatan Hipotermia akral hangat, kulit hangat, suhu sudah normal
36,9°C, Spo2 99 %, HR 159 x/menit. Hasil yang di dapatkan oleh
penulis pada pasien sudah teratasi karena tujuan yang diharapkan sudah
tercapai dan memenuhi kriteria hasil diantaranya suhu badan meningkat,
suhu badan dalam batas normal (36,5°C-37,5°C), akral hangat, bibir
tidak sianosis, tidak ada cupping hidung (Wilkinson, 2012).
74
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa,
perencanaan,implementasi dan evaluasi tentang aplikasi tindakan metode
kanguru terhadap fungsi fisiologis pada asuhan keperawatan bayi Ny. F di
ruang High Care Unit (HCU) Neonatal RSUD Dr. Moewardi Surakarta
maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada bayi Ny. F dengan bayi prematur
didapatkan data obyektif data obyektif Bayi, Ny. F lahir 28 minggu,
terpasang NGT, berat badan 1600 gram, reflek menghisap lemah, bayi
minum diet ASI/ Pasi 8x (10-15) ml. Pada diagnosa kedua data
obyektif bayi. Ny.F tampak akral teraba dingin, suhu tubuh 35,5°C,
bibir bayi tampak sianosis, suhu lingkungan 38°C.
2. Diagnos keperawatan
Hasil analisa diatas maka penulis membuat prioritas diagnosa
keperawatan yang pertama yaitu Ketidakefektifan pola makan bayi
berhubungan dengan prematuritas, dan yang kedua Hipotermi
berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin.
75
3. Intervensi keperawatan
Pada diagnosa pertama, intervensi yang dibuat penulis meliputi
timbang berat badan bayi, beri ASI/Pasi, Edukasi ibu untuk memberi
ASI, kolaborasi dengan ahli gizi.
Pada diagnosa kedua Intervensi yang dibuat penulis meliputi
observasi tanda-tanda vital pasien sebelum dan sesudah pemberian
metode kanguru, Berikan metode kanguru, berikan perawatan pada
bayi di incubator, berikan selimut pada bagian tubuh bayi yang
terbuka, kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat sesuai
advise.
4. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada bayi Ny. F selama
tanggal 14-16 Maret 2015 yaitu untuk diagnosa pertama meliputi
menimbang berat badan bayi, memberi ASI/Pasi, mrngedukasi ibu
untuk memberi ASI, melakukan kolaborasi dengan dokter. Pada
diagnosa kedua yaitu mengobservasi tanda-tanda vital pasien sebelum
dan sesudah pemberian metode kanguru, memberikan metode
kanguru, memberikan perawatan pada bayi di incubator, memberikan
selimut pada bagian tubuh bayi yang terbuka, melakukan kolaborasi
dengan tim medis untuk pemberian obat sesuai advise.
5. Evaluasi keperawatan
Hasil evaluasi pada tanggal 14 Maret 2015 dengan metode
SOAP, pada diagnosa pertama hasil yang didapat jam 13.50 wib,
76
Subyektif tidak terkaji, Obyektif berat badan 1600 gram, bayi minum
ASI/Pasi 8x (10-15) ml, reflek mnghisap lemah, Analisa masalah
belum teratasi, Planning lanjutkan intervensi yang meliputi
meninbang Berat Badan setiap hari, memberi ASI/Pasi. Diagnosa
kedua didapatkan hasil jam 14.05 wib Subyektif tidak terkaji, Obyektif
suhu 36°C, Spo2 91 %, HR 160 x/menit, bayi tampak nyaman
didekapan ibu, Analisa masalah belum teratasi, Planning lanjutkan
intervensi meliputi mengkaji tanda-tanda vital pasien sebelum dan
sesudah metode kanguru, memberi metode kanguru, memberi
perawatan di incubator, memberi selimut pada bagian tubuh bayi yang
terbuka.
Pada tanggal 15 Maret 2015 pada diagnosa pertama didapatkan
hasil jam 14.00 wib, Subyektif tidak terkaji, Obyektif bayi minum
ASI/Pasi 8x (15-20) ml, Berat Badan 1600 gram, reflek menghisap
lemah, Analisa masalah keperawatan teratasi sebagian, Planning
lanjutkan intervensi meliputi memingkatkan pemberian ASI/Pasi,
menimbang Berat Badan bayi. Pada diangnosa kedua jam 14.15 wib,
Subyektif tidak terkaji, Obyektif suhu 36,6°C, Spo2 95 %, HR 160
x/menit, bayi tampak nyaman, Analisa masalah teratasi sebagian,
Planning lanjutkan intervensi yang meliputi mengkaji tanda-tanda
vital pasien sebelum dan sesudah metode kanguru, memberi metode
kanguru, memberi perawatan di incubator.
77
Pada tanggal 16 Maret 2015 diagnoasa pertama hasil evaluasi
yang didapat jam 13.55 wib, Subyektif tidak terkaji, Obyektif bayi
minum ASI/Pasi 8x (20-30) ml, Berat Badan 1660 gram, reflek
menghisap mulai kuat, Analisa masalah keperawatan teratasi,
Planning pertahankan intervensi meliputi beri ASI/Pasi. Pada
diagnosa kedua jam 14.10 wib, Subyektif tidak terkaji, Obyektif suhu
36,9°C, Spo2 99 %, HR 159 x/menit, Analisa masalah keperawatan
teratasi, Planning pertahankan intervensi meliputi memberi metode
kanguru.
6. Analisa
Penulis dapat menganalisa bahwa aplikasi tindakan metode
kanguru pada bayi Ny. F terhadap fungsi fisiologis bayi prematur
dapat meningkatkan suhu tubuh. Hasil pengkajian yang dilakukan
penulis selama 3 hari dengan durasi waktu 2 jam suhu tubuh bayi Ny.
F meningkat dari 35,5°C mrnjadi 36,9°C.
B. Saran
Setelah penulis melakukan aplikasi pemberian metode kanguru
terhadap fungsi fisiologis pada asuhan keperawatan bayi Ny. F dengan
kelahiran prematur, penulis akan memberi usulan dan masukan positif
khususnya di bidang kesehatan antara lain :
78
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai peningkatan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif terutama pada bayi prematur dengan
kolaborasi pemberian metode PMK (Perawatan Metode Kanguru).
2. Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan wawasan baru terhadap pengembangan pada
keperawatan anak khususnya bayi prematur dengan ganguan fisiologis.
3. Bagi Pendidik
Sebagai referensi dan wacana dalam ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang keperawatan anak pada bayi prematur terhadap fungsi
fisiologis dimasa yang akan datang dan acuan bagi pengembangan
laporan sejenis.
4. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengalaman tentang perawatan bayi
prematur dan aplikasi riset melalui proses keperawatan memberikan
PMK (Perawatan Metode Kanguru) pada bayi prematur terhadap
fungsi fisiologis.
79
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Profil kesehatan Indonesia
2008. Jakarta.
Dermawan, Deden 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka
Kerja.Yogyakarta : Gosyem Publishing.
Deswita. 2010. Tesis pengaruh perawatan metode kanguru terhadap fungsi
fisiologis bayi prematur: FKI. UI. Depok.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Ed.). St.
Louis: Mosby Inc.
Effendi, S. Jusuf. 2009. Prematuritas. Bandung : Refika Aditama.
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/profil%20kesehatan
%20Indonesia.pdf.
Kemenkes RI. (2010). Buku saku pelayanan kesehatan neonatal esensial. Jakarta :
Kemenkes RI. Jawa Tengah
Maryunani.Anik 2013.Asuhan bayi dengan berat badanrenda.DKI Jakarta :Cv.Trans Info
Media.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Mohctar, P. (2004). Obsetri dan gynecologi. Edisi 5. Jakarta: EGC
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik.
Jakarta : Salemba Medika
Pantiawati, S. Si.T. Ika. 2010.Bayi dengan berat badan rendah.
Yogyakarta :NuhaMedika.
PERINASIA. (2003). Perawatan bayi berat lahir rendah dengan perawatan
metode kangguru.Jakarta : Perinasia.
Perinasia. (2008). Perawatan Bayi berat lahir rendah dengan metode kanguru.
Jakarta : Perinasia.
Potter dan Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta.
Buku Kedokteran : EGC
Proverawati Atika dan Cahyo Ismawati. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah). Yogyakarta: Nuha Medika.
80
Sari. S.Kep. Weni. Kristiyana. Neonatus dan asuhan keperawatan anak.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Syamsu, Andi, Fatmawati 2013.Pengaruh perawatan metode kanguru terhadap
fungsi fisiologis bayi prematur:Politeknik Kesehatan Palu.
Wijayanegara, H. et al. (2009). Prematuritas. Bandung. Penerbit Refika Aditama.
Wilkinson dan Ahern. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta. Buku
Kedokteran: EGC
Wong, D.L., & Hockenberry, M.J. (2004). Wong’sclinical manual of pediatric
nursing (6th