APLIKASI TEORI CLASSICAL CONDITIONING DALAM MEMBERIKAN PENGALAMAN BELAJAR PRAKTIK BACAAN DAN GERAKAN...

5
APLIKASI TEORI BELAJAR IVAN PETROVICH PAVLOV (CLASSICAL CONDITIONING ) DALAM PENGAJARAN SHALAT PADA MASA ANAK USIA 6-11 TAHUN Oleh : Rio Estetika (G00012007) Mengajarkan sholat pada anak adalah hal penting karena shalat merupakan sarana ibadah untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT. Dalam proses belajar diperlukan sebuah teori belajar. Teori belajar sendiri berguna membantu pendidik untuk menentukan pendekatan apa untuk mencapai hasil pembelajaran.Dalam makalah ini penulis mencoba mnguraikan tentang penerapan teori belajar Pavlov ( Classical Conditioning) dalam proses mengajarkan shalat pada anak usia 7 tahun. Teori Classical Conditioning Teori Classical Conditioning (Pengkondisian Klasik) merupakan teori belajar yang digagas oleh Ivan Petrivich Pavlov. Teori classical conditioning berawal ketika Pavlov mengadakan penelitian tentang pencernaan anjing. Dalam percobaan tersebut, ia menemukan bahwa subyek penelitiannya akan mengeluarkan air liur ketika melihat makanan. Selanjutnya ia mengembangkan dan mengeksplorasi penemuannya dengan mengembangkan studi perilaku (behavior study) yang dikondisikan, yang kemudian dikenal dengan Classical Conditioning.Dalam eksperimennya dia melihat bahwa subjek penelitiannya(seekor anjing) akan mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan (Suryabrata, 2006 : 226). 1

description

memberi pengalaman

Transcript of APLIKASI TEORI CLASSICAL CONDITIONING DALAM MEMBERIKAN PENGALAMAN BELAJAR PRAKTIK BACAAN DAN GERAKAN...

Page 1: APLIKASI TEORI CLASSICAL CONDITIONING DALAM MEMBERIKAN PENGALAMAN BELAJAR PRAKTIK BACAAN DAN GERAKAN SHOLAT PADA ANAK USIA 5.docx

APLIKASI TEORI BELAJAR IVAN PETROVICH PAVLOV

(CLASSICAL CONDITIONING )

DALAM PENGAJARAN SHALAT PADA MASA ANAK USIA 6-11 TAHUN

Oleh : Rio Estetika (G00012007)

Mengajarkan sholat pada anak adalah hal penting karena shalat merupakan sarana ibadah untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT. Dalam proses belajar diperlukan sebuah teori belajar. Teori belajar sendiri berguna membantu pendidik untuk menentukan pendekatan apa untuk mencapai hasil pembelajaran.Dalam makalah ini penulis mencoba mnguraikan tentang penerapan teori belajar Pavlov ( Classical Conditioning) dalam proses mengajarkan shalat pada anak usia 7 tahun.

Teori Classical Conditioning

Teori Classical Conditioning (Pengkondisian Klasik) merupakan teori belajar yang digagas oleh Ivan Petrivich Pavlov. Teori classical conditioning berawal ketika Pavlov mengadakan penelitian tentang pencernaan anjing. Dalam percobaan tersebut, ia menemukan bahwa subyek penelitiannya akan mengeluarkan air liur ketika melihat makanan. Selanjutnya ia mengembangkan dan mengeksplorasi penemuannya dengan mengembangkan studi perilaku (behavior study) yang dikondisikan, yang kemudian dikenal dengan Classical Conditioning.Dalam eksperimennya dia melihat bahwa subjek penelitiannya(seekor anjing) akan mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan (Suryabrata, 2006 : 226).

Pavlov menggunakan seekor anjing sebagai binatang percobaan. Kemudian Pavlov memberi makanan di hadapan anjing percobaan. Sebagai reaksi atas munculnya makanan, anjing itu mengeluarkan air liur yang dapat terlihat dengan jelas pada alat pengukur. Makanan yang keluar disebut sebagai rangsangan tak berkondisi (unconditional stimulus) dan air liur yang keluar setelah anjing melihat makanan disebut reflek tak berkondisi (unconditioned reflek), karena setiap anjing akan melakukan reflek yang sama (mengeluarkan air liur) kalau melihat rangsangan yang sama pula (makanan).

1

Page 2: APLIKASI TEORI CLASSICAL CONDITIONING DALAM MEMBERIKAN PENGALAMAN BELAJAR PRAKTIK BACAAN DAN GERAKAN SHOLAT PADA ANAK USIA 5.docx

Kemudian dalam percobaan selanjutnya Pavlov membunyikan sebuah bel setiap kali ia hendak mengeluarkan makan. Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan selama itu keluarnya air liur selalu diamati. Mula-mula air liur hanya keluar setelah anjing melihat makanan (refleks tak terkondisi), tetapi lama kelamaan aiu liur sudah keluar pada waktu anjing baru mendengar bel. Keluarnya air liur setelah anjing mendengar bel disebut sebagai reflek berkondisi (conditioned reflex), karena reflek itu merupakan hasil latihan yang terus menerus dan hanya anjing yang sudah mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel merupakan rangsang berkondisi (conditioned stimulus). Kalau latihan itu diteruskan, maka pada waktu keluarnya aiu liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetap terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengan kata lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak berkondisi tidak ada lagi.

Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi (Muhammad dan Novan, 2013:154). Dengan kata lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar air liur karena menerima atau bereaksi terhadap suara bunyi tertentu.

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:

1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun

2

Page 3: APLIKASI TEORI CLASSICAL CONDITIONING DALAM MEMBERIKAN PENGALAMAN BELAJAR PRAKTIK BACAAN DAN GERAKAN SHOLAT PADA ANAK USIA 5.docx

Aplikasi Teori Classical Conditioning dalam Mengajarkan Sholat pada Anak Usia 7 Tahun

Anak usia 7 tahun pada umumnya telah mampu mengembangkan kecakapan sosial dan intelektual. Dimana pada tahapan ini sangat penting untuk mengajarkan berbagai pengetahuan dan nilai-nilai moral termasuk mengajarkan sholat.

Mengajarkan sholat pada anak dapat dilakukan dengan cara pembiasaan dari orangtua. Misalnya, mengajarkan rukun-rukun shalat melalui pendekatan prktik langsung. Dimana orang tua mengajak anak secara langsung melakukan shalat dengan bimbingan. Mulai dari wudhu,membentuk barisan shaf-shaf. Dalam hal ini orang tua mempraktekan gerakan shalat serta mengeraskan setiap bacaan dengan harapan agar anak menirukan dan menghafalkan bacaan dan gerakan sholat. Cara tersebut harus dilakukan secara berkelanjutan.

Agar anak tertarik untuk mengikuti bimbingan tersebut maka diperlukan sebuah stimulus untuk merangsang keinginan belajar anak. Contoh stimulus yang dapat merangsang keinginan belajar anak adalah dengan membuat perjanjian antara anak dengan orang tua. Perjanjian tersebut berupa hadiah ketika anak bisa mengerjakan sholat. Atau jika si anak tidak mau belajar sholat maka, orang tua dapat memberi denda. Yaitu dengan mengurangi uang jajan atau tidak akan membelikan mainan baru.

Jadi, pengajaran shalat pada anak usia 6-11 tahun dapat dilakukan dengan cara mengajarkan shalat dengan praktik secara bersama-sama secara rutin denga catatan orang tua membuat perjanjian dengan si anak bahwa ketika anak telah mampu shalat,orang tua akan memberikan hadiah tapi bila si anak tidak mau praktik shalat secara bersama maka, orang tua memberi denda dengan mengurangi uang jajan atau tidak akan membelikan mainan baru.

Daftar Pustaka

Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan.Jakarta : Raja Grafika Pustaka

Irham, Muhammad & Novan Ardy Wiyani. 2013.Psikologi Pendidikan : Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

3