Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

download Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

of 11

description

g

Transcript of Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

  • 5/28/2018 Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

    1/11

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Pemanfaatan Geographic Information System (GIS) untuk bidang kelautan semakin

    berkembang dengan sistem aplikasi yang telah banyak dikembangkan oleh berbagai developer

    dan institusi. ComLabs USDI-ITB menyelenggarakan seminar dan training Aplikasi GIS untuk

    Pertanian dan Perkebunan. Seminar dan training merupakan rangkaian program sosialisasi dan

    optimalisasi pemanfaatan GIS untuk bidang Pengembangan Potensi Kelautan (Supriharyono,

    2000).

    GIS juga dapat membawa manfaat dalam menangani bencana alam dengan GIS-OSS.

    Geographic Information System (GIS) yang berbasis Open Source Software (OSS) dapat

    membantu permasalahan manajemen penanganan bencana dengan menghubungkan para donatur,

    sukarelawan, LSM/NGO dan pemerintah sehingga memungkinkan pihak-pihak tersebut dapat

    bekerja sebagai satu kesatuan. Selain itu juga membantu penyaluran bantuan secara merata dan

    seimbang, juga membuat penanganan bencana lebih transparan. Untuk itu dibangun GIS yang

    dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi juga memacu pengembangan perangkat linak

    nasional melalui pengembangan open source software; sehingga dapat membantu program

    pemerintah di bidang TIK terutama untuk penanganan bencana (Tay, 1998).

    Kegiatan penangkapan ikan pada periode akhir-akhir ini semakin berkembang seiring

    dengan perkembangan teknologi penangkapan. Situasi ini terlihat dengan semakin berkurangnya

    jumlah alat tangkap tradisional seperti jenis alat tangkap perangkap dan jaring angkat serta

    diikuti dengan meningkatnya penggunaan alat tangkap yang lebih efektif dan efisien. Hal

    tersebut mengakibatkan pemanfaatan sumberdaya ikan di laut semakin intensif dan daya

    jangkauan operasi penangkapan ikan oleh para nelayan semakin luas dan jauh dari daerah asal

    nelayan tersebut (Budiyanto, 2005).Sumberdaya ikan dikenal sebagai sumberdaya milik bersama (common property) yang

    rawan terhadap tangkap lebih (over fishing) dan pemanfaatannya dapat merupakan sumber

    konflik (di daerah penangkapan ikan maupun dalarn pemasaran hasil tangkapan). Konflik sering

    terjadi karena tidak jelasnya wilayah pemanfaatan yaitu dapat melibatkan nelayan dalam satu

    daerah yang sama ataupun antara daerah yang satu dengan dengan daerah lainnya. Konflik

  • 5/28/2018 Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

    2/11

    nelayan juga terjadi antara nelayan setempat dengan nelayan andon yang umumnya disebabkan

    perbedaan alat tangkap yang dipergunakan dan pelanggaran daerah penangkapan (Pramudya,

    2008).

    Salah satu upaya yang telah ditempuh pemerintah dalam menghindari terjadinya

    konflik pemanfaatan adalah dengan mengendalikan perkembangan kegiatan penangkapan ikan

    melalui penerapan zonasi Jalur Penangkapan Ikan di laut, berdasarkan Kepmentan No. 392 tahun

    1999 yang isinya antara lain mengatur pembagian daerah penangkapan ikan dan penentuan jenis,

    ukuran kapal, dan alat penangkapan ikan yang dilarang dan diperbolehkan penggunaannya.

    Zonasi merupakan suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-

    batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta prosesproses

    ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir (Supriharyono, 2000).

    1.2 Tujuan

    Adapun tujuan dari aplikasi ini adalah :

    1. Untuk mengetahui keberadaan ikan di laut dan kapan bisa ditangkap.

    2. Meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan, disisi biaya BBM

    yang besar, waktu dan tenaga nelayan.

    3. Untuk mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar.

  • 5/28/2018 Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

    3/11

    BAB II

    ISI

    1. Sistem Informasi GeografiKata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema, yang mempunyai satu pengertian

    yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan

    satau kesatuan yang tidak terpisahkan. Sistem secara teknis berarti seperangkat komponen yang

    saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Sistem sebagai suatu

    kesatuan dari berbagai elemen atas bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dan

    berinteraksi secara dinamis untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dari ketiga definisi tersebut,

    dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling

    berhubungan erat satu dengan lainya untuk mendapatkan suatu informasi (Jogiyanto, 1990).

    Sistem Informasi Georafis atau Georaphic Information Sistem (GIS) merupakan suatu

    sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data

    yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Sistem ini mengcapture, mengecek,

    mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang secara spasial

    mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi-operasi umum

    database, seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa yang

    unik yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan Sistem

    Informasi lainya yang membuatnya menjadi berguna berbagai kalangan untuk menjelaskan

    kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang terjadi (Lemay, 1997).

    Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan nama Data

    Banks for Develompment. Munculnya istilah Sistem Informasi Geografis seperti sekarang ini

    setelah dicetuskan oleh General Assembly dari International Geographical Union di Ottawa

    Kanada pada tahun 1967. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS

    (Canadian GIS-SIG Kanada), digunakan untuk menyimpan, menganalisa dan mengolah datayang dikumpulkan untuk inventarisasi Tanah Kanada (CLI-Canadian Land Inventory) sebuah

    inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakan

    berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah

    pada skala 1:250000. Sejak saat itu Sistem Informasi Geografis berkembang di beberapa benua

    terutama Benua Amerika, BenuaEropa, Benua Australia, dan Benua Asia. Seperti di Negara-

  • 5/28/2018 Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

    4/11

    negara yang lain, di Indonesia pengembangan SIG dimulai di lingkungan pemerintahan dan

    militer. Perkembangan SIG menjadi pesat semenjak di ditunjang oleh sumberdaya yang bergerak

    di lingkungan akademis (Budiyanto, 2005).

    Menurut Charter (2003) modul registrasi organisasi akan mengkoordinir dan

    menyeimbangkan distribusi dari organisasi yang ada pada area yang terkena bencana dan

    menghubungkan kelompok yang ada sehingga mereka bisa bekerja sebagai satu kesatuan.

    Aplikasi ini tidak hanya melacak dimana organisasi tersebut aktif, tetapi juga layanan yang

    diberikan oleh organisasi tersebut. Fitur-fitur yang ada meliputi:

    1. Mengetahui daftar semua metadata organisasi pemberi bantuan dan kegiatan yang dilakukan

    di daerah tertentu.

    2. Mendaftar sukarelawan yang ingin berkontribusi,

    3. Mengetahui layanan penting yang disediakan organisasi dan dimana layanan tersebut

    disediakan,

    4. Melaporkan layanan dan dukungan yang terkumpul pada suatu daerah dan juga dimana tidak

    ada layanan bantuan yang tersedia.

    Sebuah sistem informasi yang terintegrasi, sebagai realisasi akan adanya kebutuhan

    suatu sistem pemantau, harus dibangun untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat.

    Sistem ini yang dinamakan Sistem Informasi Perikanan Indonesia mempunyai kegunaan antara

    lain:1. Mendukung terciptanya suasana sinergis antara sistem-sistem informasi yang berkaitan

    dengan perikanan baik yang sudah ada, yang sedang dikembangkan, maupun yang sedang

    direncanakan.

    2. Menekan pemborosan akibat adanya duplikasi data yang berkaitan dengan perikanan,

    sekaligus menjadi saling melengkapinya.

    3. Menciptakan suatu sistem pendataan yang efisien dan sederhana hingga mudah dimengerti

    oleh berbagai pihak.

    4. Mengsyaratkan data-data yang berkaitan dengan perikanan sehingga mudah dijangkau oleh

    seluruh lapisan masyarakat maupun instansi yang memerlukan.

    5. Menyediakan data-data yang berkaitan dengan perikanan secara cepat.

    6. Mendidik masyarakat untuk dapat mengerti karakteristik perikanan Indonesia.

  • 5/28/2018 Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

    5/11

    7. Menciptakan rasa kepemilikan yang bertanggung jawab terhadap perikanan Indonesia pada

    masyarakat Indonesia secara umum.

    8. Menyediakan informasi yang dibutuhkan secara lebih valid dan lengkap untuk menjadikan

    kebijakan lebih efektif.

    Keuntungan yang diperoleh dari ketersediaan sistem informasi perikanan Indonesia

    dapat dilihat dari 3 (tiga) sisi yaitu sebagai pemberi data, sebagai pengambil keputusan, dan

    sebagai pengguna informasi. Dari sisi pemberi data keuntungan diperoleh dengan adanya

    pemanfaatan data yang lebih optimal dan peluang menjual informasi dengan dimensi lebih luas.

    Sisi pengambil keputusan memperoleh manfaat di dalam peningkatan pelayanan, pengambilan

    keputusan yang lebih cepat dan tepat, maupun kebijakan-kebijakan yang akan lebih efektif dan

    efisien. Sedangkan dari sisi pengguna informasi nilai tambah ada pada berkurangnya risiko atas

    tindakan yang tidak tepat, meningkatnya daya saing, dan meningkatnya keuntungan (Suyanto,

    2005).

    2. Komponen SIGSIG merupakan suatu sistem komputer yang terintegrasi di tingkat fungsional dan

    jaringan. Komponen SIG terdiri dari :

    Perangkat Keras (hardware)Komputer (komputer tunggal, komputer sistem jaringan dengan server, komputer

    dengan jaringan global internet) dan periperalnya merupakan komponen yang harus tersedia

    untuk mengoperasikan SIG berbasis komputer. Perangkat keras untuk SIG meliputi perangkat

    keras : pemasukan data, pemrosesan data, dan penyajian hasil, serta penyimpanan (storage).

    Perangkat lunak (software)Perangkat lunak yang mempunyai fungsi diatas dan fasilitas untuk penyimpanan,

    analisis, dan penayangan informasi geografi. Syarat yang harus dipenuhi software SIG

    diantaranya:fasilitas untuk pemasukan dan manipulasi data geografis,fasilitas untuk query,

    analisis, dan visualisasi serta Graphical User Interface (GUI) yang baik untuk mempermudah

    akses fasilitas yang ada.

  • 5/28/2018 Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

    6/11

    Data & Informasi GeografiSIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik

    secara tidak langsung dengan cara mengimportnya dari perangkat- perangkat lunak SIG yang

    lain.

    ManajemenSuatu proyek SIG akan berhasil jika dimanage dengan baik dan dikerjakan oleh orang-

    orang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.

    3. Contoh Aplikasi SIG Di Bidang Perairan dan KelautanPada dasarnya setiap ikan mempunyai kriteria-kriteria lingkungan tersendiri untuk

    kenyamanan hidupnya. Ikan Tuna tergolong jenis scombrid yang sangat aktif dan umumnya

    menyebar di perairan yang oseanik sampai ke perairan dekat pantai, territorial dan Zona

    Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Keberadaan tuna di suatu perairan sangat bergantung pada

    beberapa hal yang terkait dengan spesies tuna, kondisi hidrooseanografi perairan. Pada wilayah

    perairan ZEE Indonesia, migrasi jenis ikan tuna di perairan Indonesia merupakan bagian dan

    jalur migrasi tuna dunia karena wilayah Indonesia terletak pada lintasan perbatasan perairan

    antara samodera Hindia dan samodera Pasifik. Kelompok ikan tuna merupakan jenis kelompok

    ikan palagis besar, yang secara komersial di bagi atas kelompok tuna besar dan tuna kecil. Tuna

    besar terdiri dari jenis ikan tuna mata besar (bigeye

    thunnus obesus), medidihang (yellowfin

    Thunnus albacares), tuna albakora (albacore thunnus alalunga), tuna sirip biru selatan (southem

    blue-fin thunnus maccoyii). Dan tuna abu-abu (longtail tuna thunnus tonggol), sedangkan

    yang termasuk tuna kecil adalah cakalang (skipjack katsuwonus pelamis) (Pramudya, 2008).

    Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui

    teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya

    peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran dan daerah front gradient pertemuan dua massa air

    yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar yang dipakai dalam

    melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di

    sekelilingnya. Dari hasil analisa ini akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan

    tertentu. Sebagai contoh ikan albacore tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsetrasi pada

    kisaran suhu 18.5-21.5 0C dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3

    (Prahasta, 2007).

  • 5/28/2018 Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

    7/11

    Selanjutnya output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian dengan

    distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. Data indikator oseanografi yang

    cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan sangat

    mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter lingkungan saja, tapi berbagai parameter

    yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan

    banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara

    fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang

    efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan

    dimana bias mendapatkan banyak ikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi di lingkungan :

    - Suhu permukaan laut (SST),

    - Tingkat konsentrasi klorofil-a,

    - Perbedaan tinggi permukaan laut,

    - Arah dan kecepatan arus dan tingkat produktifitas primer

    Keberhasilan usaha penangkapan ikan sangat ditentukan kemampuan fishing master

    untuk menduga daerah penangkapan yang potensial. Banyak penelitian yang telah dilakukan

    mengungkapkan bahwa keberadaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan dipengaruhi kondisi

    parameter-parameter oseanografi seperti suhu, salinitas, kandungan fitoplantok, arus dan faktor

    lainnya. Masing-masing jenis ikan mempunyai respon yang spesifik terhadap kondisi parameter-

    parameter oseanografi tersebut. Sebagai contoh ikan tuna mata besar optimum tertangkap padasuhu 10-15C, Salinitas 34.5-35.5 %o dan kandungan oksigen > 1ml/l (Monintja dan

    Yusfiandayani, 2009).

    Penentuan daerah potensial penangkapan ikan berdasarkan input layer-layer faktor

    oseanografi. Daerah potensial untuk penangkapan jenis ikan tertentu ditentukan berdasarkan

    kriteria yang telah diteliti sebelumnya. Permasalahannya hingga saat ini, kriteria yang spesifik

    terhadap jenis ikan tertentu belum banyak diteliti. Parameter oseanografi yang dapat diturunkan

    dari sensor satelit maupun hasil observasi lapang seperti suhu, kandungan klorofil, tinggi paras

    laut (Raymond, 1996).

    Data spasial dan atribut yang berhubungan dengan unit penangkapan ikan dapat

    dibangun dalam SIG. Data ini sebagian besar dapat diperoleh dari pelabuhan tempat pendaratan

    ikan, dinas kelautan dan perikanan setempat. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat

    mengenai armada, alat tangkap, hasil tangkapan dan daerah penangkapan ikan target sebaiknya

  • 5/28/2018 Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

    8/11

    juga dilakukan pengamatan langsung di lapangan. Salah satu contoh aplikasi SIG untuk

    pengelolaan perikanan tangkap yang diuraikan di sini adalah yang dikembangkan oleh Baro et

    al., di wilayah Malaga. Contoh diagram pemroses data secara umum tertera pada dan

    pengembangan model basis data untuk pengelolaan perikanan tangkap tertera pada (Suynto,

    2004).

    Peta lingkungan pantai didigitasi yang digunakan sebagai peta dasar dalam SIG. Peta

    tematik lainnya juga didigitasi sebagai masukan dalam SIG seperti peta orisinil daerah

    penangkapan ikan. Peta-peta ini selanjutnya direlasikan dengan data atribut yang sesuai dalam

    tabel basis data. Basis data mengandung semua informasi yang terintegrasi dalam format SIG

    (Supiharyono, 2000).

  • 5/28/2018 Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

    9/11

    BAB III

    PENUTUP

    Kegiatan penangkapan ikan pada periode akhir-akhir ini semakin berkembang seiringdengan perkembangan teknologi penangkapan. Situasi ini terlihat dengan semakin berkurangnya

    jumlah alat tangkap tradisional seperti jenis alat tangkap perangkap dan jaring angkat serta

    diikuti dengan meningkatnya penggunaan alat tangkap yang lebih efektif dan efisien. Hal

    tersebut mengakibatkan pemanfaatan sumberdaya ikan di laut semakin intensif dan daya

    jangkauan operasi penangkapan ikan oleh para nelayan semakin luas dan jauh dari daerah asal

    nelayan tersebut.

    Keuntungan yang diperoleh dari ketersediaan sistem informasi perikanan Indonesia

    dapat dilihat dari 3 (tiga) sisi yaitu sebagai pemberi data, sebagai pengambil keputusan, dan

    sebagai pengguna informasi. Dari sisi pemberi data keuntungan diperoleh dengan adanya

    pemanfaatan data yang lebih optimal dan peluang menjual informasi dengan dimensi lebih luas.

    Sisi pengambil keputusan memperoleh manfaat di dalam peningkatan pelayanan, pengambilan

    keputusan yang lebih cepat dan tepat, maupun kebijakan-kebijakan yang akan lebih efektif dan

    efisien. Sedangkan dari sisi pengguna informasi nilai tambah ada pada berkurangnya risiko atas

    tindakan yang tidak tepat, meningkatnya daya saing, dan meningkatnya keuntungan

    Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi

    spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan

    fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal

    ini akan memberi gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana bias

    mendapatkan banyak ikan. Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak

    disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan

    tertentu seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran dan daerah front gradient

    pertemuan dua massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofilnya.

  • 5/28/2018 Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

    10/11

    DAFTAR PUSTAKA

    Budiyanto, E. 2005. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS.

    Andi, Yogyakarta.

    Charter, 2003.Desain dan Aplikasi GIS, Geographic Information System. P.T. Gramedia, Jakarta

    Jogiyanto.H.M., 1990. Analisis dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur.

    Yudhistira, Jakarta.

    Lemay, L. 1997.Desain Grafik dan Halaman Web. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

    Monintja. D dan R. Yusfiandayani. 2009. Pemanfaatan Sumberdya Pesisir Dalam Bidang

    Perikanan Tangkap. Institur Pertanian Bogor, Bagor.

    Prahasta, E. 2007. Sistem Informasi Geografis. Informatika, Bandung.

    Pramudya. A. 2008. Kajian Pengelolaan Daratan Pesisir Berbasis Zonasi Di Provinsi Jambi.

    Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

    Raymond McLeod Jr, 1996. Sistem Informasi Manajemen II. PT. Buana Ilmu Popular, Jakarta.

    Supriharyono. 2000.Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis.

    PT. Gramedia, Jakarta.

    Suyanto, M. 2004.Analisis & Desain Alikasi Multimedia untuk Pemasaran. Andi, Yogyakarta.

    Suyanto, M. 2005. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Andi,Yogyakarta.

    Tay, V. 1998.Multimedia Making it Work Fourth Edition. United State of America.Osborne.

  • 5/28/2018 Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan

    11/11

    SISTEM INFORMASI PENANGKAPAN IKAN

    APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI BIDANG

    MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN DAN KELAUTAN

    KELOMPOK

    TETI AMBARANI

    ARI HARSANDI

    MUHAMMAD REZA

    JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS RIAU

    PEKANBARU

    2014