APLIKASI POLMAS.doc

131
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APLIKASI POLMAS 1. Pengantar Dalam kehidupan masyarakat madani yang bercirikan demokrasi dan supremasi hukum, Kepolisian Negara RI (Polri) harus mampu memberikan jaminan keamanan, ketertiban dan perlindungan hak asasi manusia kepada masyarakat serta menunjukkan transparansi dalam setiap tindakan, menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran, keadilan,kepastian dan manfaat sebagai wujud pertanggung jawaban terhadap publik. Proses reformasi yang telah dan sedang berlangsung untuk menuju masyarakat sipil yang demokrasi membaur berbagai perubahan didalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Polri yang saat ini sedang melaksanakan proses reformasi untuk menjadi Kepolisian sipil, harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan kehidupan masyarakat dengan cara merubah paradigma yang menitik beratkan pada pendekatan yang reaktif dan konvensional (kekuasaan) menuju pendekatan yang proaktif dan mendapat dukungan publik dengan mengedepankan kemitraan dalam PERPOLISIAN MASYARAKAT 1 LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

description

APLIKASI POLMAS.doc

Transcript of APLIKASI POLMAS.doc

Page 1: APLIKASI POLMAS.doc

MARKAS BESARKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

APLIKASI POLMAS

1. Pengantar

Dalam kehidupan masyarakat madani yang bercirikan demokrasi dan supremasi hukum, Kepolisian Negara RI (Polri) harus mampu memberikan jaminan keamanan, ketertiban dan perlindungan hak asasi manusia kepada masyarakat serta menunjukkan transparansi dalam setiap tindakan, menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran, keadilan,kepastian dan manfaat sebagai wujud pertanggung jawaban terhadap publik.

Proses reformasi yang telah dan sedang berlangsung untuk menuju masyarakat sipil yang demokrasi membaur berbagai perubahan didalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Polri yang saat ini sedang melaksanakan proses reformasi untuk menjadi Kepolisian sipil, harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan kehidupan masyarakat dengan cara merubah paradigma yang menitik beratkan pada pendekatan yang reaktif dan konvensional (kekuasaan) menuju pendekatan yang proaktif dan mendapat dukungan publik dengan mengedepankan kemitraan dalam rangka pemecahan masalah-masalah sosial. Model penyelenggaraan fungsi kepolisian tersebut dikenal dengan berbagai nama seperti Community Oriental policing, Community Based Policing dan Neigh Bourhood Policing dan akhirnya populer dengan sebutan Community Policing. Atas dasar pertimbangan-pertibangan maka dipandang perlu untuk mengadopsi konsep Community Policing dan menyesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan masyarakat Indonesia serta dengan cara dan nama Indonesia, tanpa mengenyampingkan kemungkinan penggunaan penterjemahan istilah yang berbeda terutama bagi keperluan Akademis , secara formal oleh jajaran Polri model tersebut diberi nama “ Perpolisian Masyarakat” dan

PERPOLISIAN MASYARAKAT 1

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 2: APLIKASI POLMAS.doc

selanjutnya secara konseptual dan operasional disebut “Polmas”. Pemikiran-pemikiran yang berkenaan dengan pengembangan Polmas di pandang perlu dituangkan dalam suatu kebijakan dan strategi organisasi dengan surat keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober 2005.

2. Standar Kompetensi

Setelah mempelajari Naskah Sekolah ini diharapkan peserta didik memahami materi “ Polmas” sehingga mampu mengaplikasikan dalam tugas, guna mewujudkan Polri yang sipil, yang mampu membangun kemitraan dengan masyarakat dilingkungannya.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 2

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 3: APLIKASI POLMAS.doc

BAB I

MEMPERKENALKAN POLMAS

Kompetensi Dasar :

Peserta didik memahami pengertian Polmas, Prinsip-prinsip Polmas, membandingkan Perpolisian yang ada di Asia serta mempraktekkan Polmas.

Indikator Hasil Belajar :

Setelah mempelajari Bab I, peserta didik mampu :

1. Menjelaskan pengertian Polmas.2. Menjelaskan tujuan Polmas.3. Menjelaskan Prinsip-prinsip Polmas.4. Menjelaskan prinsip Operasionalisasi Polmas/Skep 737.5. Menjelaskan anggapan yang salah tentang Polmas.6. Menyebutkan bukti efektifitas Polmas.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 3

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 4: APLIKASI POLMAS.doc

1. Pengertian Polmas

Model Polmas “Perpolisian Masyarakat”, merupakan bentuk perpolisian yang dikembangkan banyak negara dan merupakan satu model Perpolisian yang sangat penting di Asia. Tidak seperti model militeristik yang umumnya banyak terdapat di banyak negara berkembang, Polmas memiliki potensi untuk menjadi model perpolisian yang akan diikuti kebanyakan negara demokratis pada abad ke –21.

Di negara-negara barat, model Polmas berkembang karena organisasi kepolisian disana menyadari bahwa sebagian besar upaya mereka untuk “memberantas kejahatan” tidaklah efektif. Mereka pun mengadakan penelitian untuk mengetahui efektifitas kegiatan yang terdapat dalam model perpolisian tradisional seperti patroli preventif, reaksi cepat terhadap peristiwa-peristiwa kejahatan, dan kegiatan investigasi kejahatan.

Dari penelitian itu, didapat hasil bahwa kegiatan perpolisian tradisional meskipun tetap diperlukan tidak cukup efektif memberantas kejahatan. Pendekatan perpolisian tradisional membutuhkan peralatan teknologi tinggi. Pada saat yang sama, kita juga menyadari bahwa penggunaan teknologi tinggi untuk memberantas kejahatan dirasakan masih kurang memadai, terutama karena anggaran dan sumber daya kepolisian yang tidak cukup mendukung. Oleh karena itulah organisasi-organisasi kepolisian di negara barat berkesimpulan perlunya dibentuk kemitraan dengan masyarakat untuk memberantas kejahatan.

1.1 Penjelasan tentang Polmas

Definisi Polmas diberbagai negara memiliki perbedaan. Maklum hal ini terjadi karena setiap negara memiliki latar belakang dan budaya yang berbeda pula. Oleh karena itu, untuk menghindari kemungkinan model ini pada akhirnya hanya terjebak menjadi satu slogan tak berarti, bab ini akan memberikan penekanan pada prinsip-prinsip dan komponen-komponen Polmas, dilengkapi studi kasus dari pengalaman negara tertentu. Dengan begitu rasa pesimisme dan kebingungan masyarakat dapat diperkecil atau dihilangkan. Sekalipun bukan hal yang mudah untuk memberikan

PERPOLISIAN MASYARAKAT 4

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 5: APLIKASI POLMAS.doc

satu definisi khusus tentang Perpolisian Masyarakat, namun paragrap berikut ini memberikan satu definisi yang cukup mewakili;Polmas adalah sebuah filosofi, strategi operasional, dan organisasional yang mendorong terciptanya suatu kemitraan baru antara masyarakat dengan polisi dalam memecahkan masalah dan tindakan-tindakan proaktif sebagai landasan terciptanya kemitraanPolisi dan masyarakat berkerja sama sebagai mitra untuk mengidentifikasi menetukan segala prioritas, dalam memecahkan berbagai masalah yang sedang dihadapi seperti, kejahatan, narkoba, ketakutan akan kejahatan, ketidak tertiban fisik. Sehingga tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup diwilayah tempat polmas diterapkan bisa tercapai.

Benar model Polmas menuntut adanya komitmen dari seluruh jajaran organisasi kepolisian. Selain melaksanakan kegiatan-kegiatan Perpolisian tradisional, Polisi harus menemukan cara untuk mengekspresikan filosofi Polmas dengan menggali dan menerapkan strategi proaktif. Tujuannya tentu saja untuk mencegah dan memecahkan masalah sebelum hal itu menjadi semakin serius.

Pelaksanaan Polmas didasarkan pada desentralisasi dan personalisasi pelayanan Polisi. Pendekatan ini memungkinkan Polisi memiliki kesempatan kebebasan, dan mandat untuk tetap fokus pada pemecahan masalah berbasis masyarakat. Walhasil wilayah yang bersangkutan dapat menjadi tempat yang lebih baik, aman dan layak didiami.

Konsep Polmas mencakup dua unsur yakni Perpolisian dan Masyarakat. Secara harfiah, perpolisian yang merupakan terjemahan dari “ Policing “ berarti segala hal ihwal tentang penyelenggaraan fungsi kepolisian. Dalam konteks ini, perpolisian tidak hanya menyangkut hal-hal operasional (taktik atau teknik) dan fungsi kepolisian tetapi juga pengelolaan fungsi kepolisian secara menyeluruh mulai dari tataran puncak sampai kebawah termasuk pemikiran-pemikiran filsafat yang melatar belakanginya.

1.2 Masyarakat yang dalam konteks Polmas berarti :

Masyarakat atau komunitas yang berada didalam suatu diwilayah kecil yang jelas batasnya (geographic-

PERPOLISIAN MASYARAKAT 5

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 6: APLIKASI POLMAS.doc

community). Dalam menentukan batas wilayah komunitas ini harus diperhatikan keunikan karakteristik geografis dan sosial dari lingkungan tersebut, terutama efektifitas pemberian pelayanan kepada warga masyarakat. Wilayah tersebut dapat berbentuk rukun tetangga, rukun warga, desa, banjar, dukuh, gampong, mukim, kelurahan ataupun berupa pasar/pusat belanja/mal, daerah pusat industri, pusat /komplek olahraga, terminal bus/stasiun kereta api/ bandara, sekolah, pusat rekreasi dan lain-lain.

Dalam pengertian yang lebih luas, masyarakat dalam pendekatan Polmas juga meliputi sekelompok orang yang hidup dalam suatu wilayah yang lebih luas seperti kecamatan bahkan kabupaten dan kota, sepanjang mereka memiliki kepentingan yang sama. Sebagai contoh kelompok berdasar etnis (suku), agama, profesi, hobi dan sebagainya. Kelompok ini dikenal dengan istilah komunitas berdasar kepentingan (community of interest).Sebagai suatu strategi, Polmas berarti model perpolisian yang menekankan kemitraan sejajar antara petugas Polmas dengan masyarakat lokal. Kemitraan ini penting dalam menyelesaikan dan mengatasi setiap permasalahan sosial yang mengancam keamanan, ketertiban dan ketentraman masyarakat. Pada akhirnya, kemitraan ini dapat mengurangi kejahatan, rasa ketakutan akan terjadi kejahatan, dan meningkatkan kualitas hidup warga setempat.

Dalam pengertian ini, masyarakat tidak lagi menjadi objek dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian melainkan sebagai subyek yang menentukan dalam mengelola sendiri upaya penciptaan lingkungan yang aman dan tertib. Petugas kepolisian sendiri berperan fasilitator dalam suatu kemitraan.

Pengelolaan kemitraan mengandung pengertian, masyarakat berusaha menemukan, mengidentifikasi, menganalisis dan mencari jalan keluar untuk memecahkan berbagai masalah keamanan dan ketertiban umum. Termasuk diantaranya adalah mengatasi pertikaian antar warga, penyakit masyarakat dan permasalahan sosial lain yang bersumber dari dalam kehidupan masyarakat. Walhasil suasana kehidupan bersama yang damai dan tentram dapat terwujud.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 6

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 7: APLIKASI POLMAS.doc

Perwujudan konsep Polmas pada tataran lokal memungkinkan masyarakat setempat untuk memelihara dan mengembangkan sendiri pengelolaan keamanan dan ketertiban. Tentu saja hal ini tetap didasarkan atas norma-norma sosial dan/atau kesepakatan-kesepakatan lokal dengan mengindahkan peraturan-peraturan hukum yang bersifat nasional, serta menjungjung tinggi prinsif-prinsif Hak Asasi Manusia (HAM) dan kebebasan individu dalam kehidupan masyarakat yang demokratis.Sebenarnya, Polmas sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep system keamanan swakarsa (siskam swakarsa) system keamanan Indonesia yang muncul dari inisiatif warga. Konsep ini kemudian disesuaikan dengan tren perpolisian dalam masyarakat madani masa kini. Dengan demikian konsep tersebut tidak semata-mata merupakan penjiplakan dari konsep umum Polmas.

2. Prinsip - prinsip Polmas

Sebagai catatan, Polmas BUKANLAH satu atau lebih dari prinsip-prinsip berikut ini, tetapi merupakan kombinasi dari kesemuanya.

Adapun prinsip-prinsip Polmas adalah sebagai berikut : Komunikasi Intensif Kesetaraan Kemitraan Transparansi Akuntabilitas Partisipasi Personalisasi Desentralisasi Otonomisasi Proaktif Orientasi pada pemecahan masalah Orientasi pada pelayanan Operasionalisasi Polmas

PERPOLISIAN MASYARAKAT 7

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 8: APLIKASI POLMAS.doc

3. Prinsip-prinsip operasionalisasi polmas, meliputi :

Transparansi dan akuntabilitasOperasionalisasi oleh petugas polmas dan forum kemitraan harus dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat setempat.

Partisipasi dan kesetaraan Operasionalisasi polmas harus dibangun atas dasar kemitraan yang setara dan saling mendukung dengan menjamin keikutsertaan warga dalam proses pengambilan keputusan dan menghargai perbedaan pendapat

PersonalisasiPetugas polmas dituntut untuk memberikan layanan kepada setiap warga dengan lebih menekankan pendekatan pribadi daripada hubungan formal yang kaku dengan menciptakan hubungan yang dekat dan saling kenal diantar mereka.

Penugasan permanentPenempatan anggota polri sebagai petugas polmas merupakan penugasan yang permanent untuk jangka yang cukup lama, sehingga memiliki kesempatan untuk membangun kemitraan dengan warga masyarakat dalam wilayah yurisdiksi yang jelas batas-batasnya.

Desentralisasi dan otonomisasiOperasionalisasi polmas mensyaratkan adanya desentralisasi kewenangan yang meliputi pemberian tanggung jawab dan otoritas kepada petugas polmas dan forum kemitraan Polisi-masyarakat (FKPM) sehingga merupakan pranata yang bersifat otonom dalam mengambil langkah-langkah pemecahan masalah termasuk penyelesaian konflik antar warga maupun antara warga dengan polisi/pejabat setempat.

Keefektifan operasionalisasi polmas ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut :

Perubahan pendekatan manajerial yang meliputi :

Kapolsek bertanggung jawab untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas polmas.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 8

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 9: APLIKASI POLMAS.doc

Kapolres bersama staf terkait bertanggung jawab untuk memperoleh dan menyediakan sumber daya dan dukungan yang diperlukan untuk pemecahan masalah

Perubahan persepsi dikalangan segenap anggota kepolisian setempat bahwa masyarakat adalah Stakeholder bukan saja kepada siapa polisi memberikan layanan tetapi juga kepada siapa mereka bertanggung jawab.

Pelaksanaan tugas setiap anggota satuan fungsi opersional polri harus dijiwai dengan semangat ”melayani dan melindungi” sebagai suatu kewajiban profesi

Kerja sama dan dukungan pemerintah daerah dan DPRD serta segenap komponen terkait yaitu : instansi pemerintah terkait, pengusaha, lembaga - lembaga sosial kemasyarakatan (termasuk LSM) dan media massa (media elektronik dan media cetak).

4. Kesalah-pahaman mengenai Polmas

Perlu di garis bawahi Polmas bukanlah :

Suatu bagian atau divisi yang terpisah dalam institusi kepolisian, dan juga bukan merupakan tanggung jawab seorang anggota Polisi (Polki/Polwan) saja.

Polmas bukanlah sebuah tehnik. Polmas bukanlah hubungan masyarakat (Humas) atau

sebuah program yang dirancang khusus untuk memperbaiki citra Polisi.

Polmas tidak bersifat “lunak” terhadap kejahatan. Polmas bukan merupakan “pelayanan sosial”, tetapi

merupakan “pekerjaan polisi” yang sesungguhnya. Polmas bukan suatu obat mujarab.

5. Perbandingan model-model perpolisian

Tak kenal maka tak sayang, demikian pepatah kuno. Oleh karena itu pengenalan dan pemahaman konsep Polmas perlu dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan membandingkan polmas dengan model perpolisian tradisional.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 9

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 10: APLIKASI POLMAS.doc

Model Perpolisian “Tradisional”

Model Perpolisian Tradisional berupaya mengendalikan terjadinya kejahatan melalui penegakan hukum yang reaktif dan peningkatan patroli serta penggunaan teknologi (tinggi). Fokus dari model perpolisian “tradisional” adalah melakukan patroli preventif, memberikan reaksi/respons yang cepat terhadap kejadian kejahatan, dan menindak lanjutinya dengan melakukan investigasi kejahatan.

Seperti tersirat dilapangan, model ini tidak melibatkan hubungan yang sangat penting, dan kemitraan dengan masyarakat. Sayangnya, hal-hal ini menghasilakn jarak antara polisi dan masyarakat. Konsep tradisional ini memunculkan citra bahwa polisi tidak mengganggap penting keikut sertaan dalam masyarakat sebagai mitra utama dalam perpolisian.

Pada konteks ini pendekatan Polmas berbeda dengan pendekatan model perpolisian tradisional. Polmas berupaya mengendalikan kejahatan melalui pencegahan secara proaktif melalui hubungan kemitraan yang sudah terjalin dengan masyarakat. Tidak lagi hanya tergantung pada teknologi mutakhir, mesin-mesin dan penguasaan ilmu pengetahuan, konsep Polmas menunjukan bahwa network atau jaringan manusia merupakan sumber utama untuk mengontrol kejahatan. Tentu saja ada persyaratan utama dalam penerapan Polmas. Perpolisian memiliki latar belakang dan sejarah panjang dengan model militeristik. Sementara itu, Polmas menuntut adanya keterlibatan dan kemitraan penuh masyarakat. Mengingat adanya kegiatan dan fokus yang berlawanan, antara perpolisian tradisional dan Polmas, maka perlu adanya perubahan budaya dan strategi yang serta merta harus dilakukan apabila polmas diterapkan sebagai strategi baru dalam organisasi kepolisian.

Perubahan Kepolisian ini mencakup perubahan sikap, nilai-nilai, dan norma-norma. Perubahan dalam konteks strategi berarti merumuskan kembali hubungan antara polisi dan masyarakat yang dilayaninya. Bentuk pelayanan yang diterima masyarakat dan cara polisi menyampaikan pelayanan adalah fokus utama perubahan.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 10

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 11: APLIKASI POLMAS.doc

Model Perpolisian “Militeristik”

Model perpolisian yang militeristik telah dianut Indonesia selama beberapa dekade. Akibatnya, telah tercipta jarak yang besar antara Polisi dan masyarakat. Model Perpolisian “militer” ini merupakan model perpolisian yang ada dalam pikiran Polisi dan para pemimpin saat ini, karena model tersebut mewakili pengalaman perpolisian mereka yang utama. Sejak pemisahan Polri dari ABRI, juga adanya hubungan dengan negara-negara donor yang memberikan pelatihan Kepolisian, maka muncul satu kesadaran untuk mengubah budaya dan strategi kepolisian. Walhasil sekarang polisi telah menyadari tujuan dan kegiatan “militer” dan polisi sangatlah berbeda dibanding yang ada pada dekade lalu.

Militer adalah organisasi yang melindungi negara dengan cara berperang, penggunaan senjata, dan kekuatan yang mematikan. Pelatihan para anggota militer difokuskan pada hal yang berkaitan dengan peperangan, penggunaan senjata, dan strategi militer untuk melawan musuh dengan kekuatan untuk mematikan. “Membunuh musuh” adalah suatu norma yang dapat diterima dalam peperangan. Tentu saja pendekatan militeristik ini sangat berbeda dengan prinsif polisi yang mengayomi dan melayani masyarakat.

Fokus dari “budaya” dan strategi militer bukan pada melayani masyarakat dengan cara menciptakan kemitraan, menyelesaikan masalah, menghormati hak azasi manusia para warga negara, membatasi penggunaan kekuatan, mencegah kejahatan, dan menjamin hidup yang lebih baik bagi anggota masyarakat. Hal-hal tersebut adalah serangkaian strategi penting bagi Polki dan Polwan yang melayani dan melindungi masyarakat dari warga masyarakat. Serangkaian strategi yang tepat dan cocok dalam “Model Polmas”

6. Polmas di Indonesia

Model perpolisian masyarakat yang telah diadopsi Polri, pada tanggal 13 Oktober 2005, merupakan strategi baru perpolisian di Indonesia. Seluruh anggota polri diharapkan dapat mendukung penerapan Polmas. Caranya dengan cara membangun serta

PERPOLISIAN MASYARAKAT 11

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 12: APLIKASI POLMAS.doc

membina kemitraan dengan masyarakat. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan selalu mengedepankan sikap proaktif dan berorientasi pada pemecahan masalah. Prinsip tersebut telah menjadi strategi organisasional dan operasional Polri yang baru.

Strategi baru ini memungkinkan akan terjadinya garis komunikasi dan tingkat pimpinan sampai tingkat bawah dalam struktur Polri. Secara bertahap system polmas ini akan diimplementasikan ke seluruh jajaran Polri.

Proses implementasi akan dimulai dengan memperkenalkan polmas pada seluruh pendidikan Polri, seperti Sekolah Polisi Nasional, Secapa, Selapa, PTIK, dan pusat-pusat pelatihan lainnya. Polmas juga terus diupayakan untuk diperkenalkan kepada jajaran Polri, mulai dari Babinkamtibmas, Polsek hingga Polres/Polsekta dan Polwil. Proses pelatihan dilakukan dengan cara melatih para anggota Polisi yang lebih senior terlebih dahulu. Selanjutnya para senior secara otomatis akan melatih para juniornya.

Gambar berikut adalah skema hubungan antara implementasi polmas sebagai sebuah kebijakan dan strategi organisasional, operasional, penerapan Polmas, dan struktur organisasi Polri.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 12

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MABES POLRI

POLDA

POLRES/ POLRESTA/ POLTABES

POLSEK / POLSEKTA

BABINKAMTIBMAS / POLICE POST

Page 13: APLIKASI POLMAS.doc

BABINKAMTIBMAS / POLICE POST

Peran forum-forum dalam menyukseskan pelaksanaan polmas.

Dalam rangka memfasilitasi pengenalan perpolisian masyarakat dan menciptakan sebuah kemitraan dengan masyarakat yang memperkuat komunikasi antara Polri dan masyarakat, model ini meliputi pendirian forum Kemitraan Polisi – masyarakat pada tingkat Polsek /Polsekta. Juga terdapat pengaturan pendirian sub forum ditingkat pos polisi atau Babinkamtibmas. Forum kemitraan tersebut tidak dengan sendirinya merupakan perpolisian masyarakat, namun untuk memfasilitasi komunikasi dan implementasi praktis perpolisian masyarakat secara terstruktur. Forum-forum tersebut memungkinkan disusunnya dokumentasi atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan serta keputusan-keputusan yang diambil, secara transparan dan terorganisir. 7. Sasaran dan tujuan forum kemitraan polisi dan

masyarakat (FKPM)

Sasaran dan tujuan pembentukan sebuah forum adalah sebgai berikut : Membangun dan memelihara kemitraan antara Polisi dan

masyarakat. Secara bersama-sama mengenali, mengidentifikasi,

memprioritaskan dan memecahkan masalah-masalah sosial yang terkait dengan kejahatan ancaman Kamtibmas, masalah-masalah yang muncul akibat hubungan antara polisi dan masyarakat yang kurang baik serta kualitas penyediaan pelayanan.

Memperbaiki hubungan antara polisi dan masyarakat dengan membahas serta menindak lanjuti faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya persepsi dan tingkah laku negatif seperti korupsi, dan kualitas pelayanan yang diberikan polisi kepada masyarakat yang sedang mereka perbaiki.

Mempererat hubungan dan meningkatkan komunikasi antara polisi dan masyarakat.

Mengembangkan cara-cara serta mekanisme guna mendukung upaya polisi untuk menjadi lebih transparan dan akuntabel.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 13

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 14: APLIKASI POLMAS.doc

Mendorong terwujudnya peliputan media yang obyektif tentang berbagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh polisi.

Mendorong timbulnya rasa hormat serta terwujudnya penerapan terhadap prinsip-prinsip HAM (Hak Asasi Manusia) dalam setiap tindakan dan perilaku Polisi dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Membangun kerja sama dengan institusi-institusi pemerintah (Pemda) setempat serta mensosialisasikan kepentingan polri dalam mengadakan kegiatan ini.

Membangun kerja sama dengan kelompok bisnis, serta kelompok-kelompok maupun organisasi-organisasi setempat guna meningkatkan kepedulian dan kerja sama dalam menjaga dan mewujudkan kamtibmas dan kepentingan bersama.

Membangun dan meningkatkan pemahaman masyarakat dan polisi, mengenai keanekaragaman budaya, suku, maupun ras yang ada di masyarakat setempat.

Memulai suatu perubahan terhadap persepsi dan tingkah laku yang ada di masyarakat.

Mempererat hubungan dan kerjasama antara polisi dan masyarakat secara menyeluruh dalam memenuhi semua kebutuhan dalam menjalankan Perpolisian masyarakat (Polmas).

Mengadakan evaluasi terhadap hal-hal yang terkait dengan perpolisian.

8. Bukti ke-efektifan Polmas

Hal berikut adalah indikator keberhasilan dan efektivitas Polmas.

Berkurangnya tingkat kejahatan secara menyeluruh. Meningkatkan laporan terhadap kejahatan yang selama ini

jarang dilaporkan, seperti pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, dan pelecehan terhadap anak-anak. Apabila laporan jenis kejahatan ini meningkat dalam laporan polisi, hal ini merupakan salah satu indikator meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap polisi.

Masyarakat memiliki persepsi yang lebih baik terhadap polisi.

Berkurangnya rasa takut terhadap aksi kejahatan.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 14

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 15: APLIKASI POLMAS.doc

Adanya pelayanan polisi yang lebih baik dan professional kepada masyarakat.

Berkurangnya keadaan yang memicu terjadinya kejahatan. Adanya komunikasi yang lebih baik antara polisi dan

masyarakat. Masyarakat turut tanggung jawab terhadap terjadinya

kejahatan.

Tolok ukur keberhasilan FKPM :

a. Ada rapat dan pertemuan konsultasi resmi yang dihadiri oleh seluruh anggota FKPM (polisi dan masyarakat) untuk membahas persoalan-persoalan KAMTIBMAS (keamanan dan ketertiban masyarakat).

b. Adanya persoalan KAMTIBMAS yang dibahas dalam rapat untuk diidentifikasi, dianalisa dan dipecahkan secara bersama-sama. Masalah tersebut bisa berupa kasus korupsi, penanganan kasus pidana, serta kualitas pelayanan yang diberikan polisi kepada masyarakat.

c. Adanya komunikasi dan koordinasi antara polisi dan masyarakat dalam membahas persoalan-persoalan KAMTIBMAS yang bisa dilihat dari hasil notulen rapat resmi dalam rapat-rapat FKPM.

d. Adanya laporan dari pihak kepolisian kepada masyarakat (melalui FKPM) dalam menjalankan fungsi utamanya sebagai penegakan hukum, penjaga Kamtibmas, pelayan dan pelindung masyarakat, secara transparan dan akuntabel.

e. Adanya peliputan media secara obyektif tentang kinerja baik kepolisian dalam menjalankan 3 fungsi utamanya.

f. Semakin meningkatnya pelayanan polisi terhadap masyarakat, dan komitmen terhadap penerapan prinsip HAM (Hak asasi Manusia) dalam setiap tindakan dan prilaku polisi. Hal ini bisa dilihat dari semakin berkurangnya laporan pengaduan masyarakat yang tekait dengan kedua hal tersebut.

g. Meningkatnya laporan masyarakat kepada polisi, terkait dengan kasus-kasus yang selama ini jarang terungkap dan dilaporkan, seperti kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan yang dilakukan oleh aparat polisi dan militer dsb.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 15

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 16: APLIKASI POLMAS.doc

h. Adanya kerjasama dengan lembaga/instansi lain, kelompok bisnis dan lain-lainnya guna meningkatkan kepedulian dan komitmen untuk mewujudkan KAMTIBMAS demi kepentingan bersama.

i. Adanya usulan, pandangan, monitoring, dan evaluasi yang diberikan kepada polisi, terkait dengan hal-hal berikut :

Pembangunan pos polisi dan penempatan personelnya. Respon dan tindak lanjut pengaduan yang disampaikan

masyarakat terhadap Polisi. Pelayanan izin dan perlindungan serta pengamanan

kegiatan keramaian yang diajukan masyarakat. Patroli ke kawasan pemukiman dan niaga. Perlakuan dan keterbukaan dalam proses hukum terhadap

pelaku kejahatan.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 16

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 17: APLIKASI POLMAS.doc

BABII

MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN MASYARAKAT

Kompetensi Dasar :

Peserta didik memahami strategi membangun kemitraan dengan masyarakat dan mampu memanfaatkan sumber daya masyarakat untuk mencegah dan menekan kejahatan

Indikator Hasil Belajar :

Setelah mempelajari Bab ini peserta didik mampu :

1. Tujuan Polmas.2. Menjelaskan Kepolisian sistem terbuka.3. Menyebutkan keuntungan kemitraan.4. Menjelaskan masyarakat berdasarkan kepentingan.5. Menyebutkan strategi membangun kemitraan.6. Menjelaskan faktor yang dapat mempengaruhi hubungan

Polisi dengan Masyarakat.7. Menyebutkan Perilaku Polisi yang dapat dipercaya

masyarakat.8. Menjelaskan bagaimana membangun kemitraan melalui

pencegahan.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 17

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 18: APLIKASI POLMAS.doc

1. Tujuan Polmas

Setiap hal pasti punya tujuan, begitu pula penerapan polmas. Tujuan polmas adalah mencegah dan menangani kejahatan dengan cara mempelajari karakteristik maupun permasalahan yang ada dalam lingkungan tertentu. Hasil yang diperoleh akan dianalisis dan dipecahkan secara bersama-sama, melalui kemitraan yang dibangun, oleh polisi dan masyarakat.

Berkaitan dengan tujuan tadi, dalam konteks perpolisian masyarakat, ada dua komponen yang sangat penting, yakni kemitraan dengan masyarakat dan pemecahan masalah.

Membangun dan membina rasa saling percaya adalah tujuan utama dalam membina kemitraan dengan masyarakat. Sebagai langkah awal tentu saja, kedua belah pihak harus mempunyai keinginan bersama. Polisi harus mengakui pentingnya makna kemitraan dan kerja sama dengan masyarakat, serta keuntungan yang bisa diraih dari kerja sama tersebut. Sementara itu, masyarakat juga harus mengakui perlunya menciptakan kemitraan yang kuat dengan kepolisian untuk menciptakan wilayah yang aman, tertib serta bebas dari rasa takut.

Benar, ada banyak faktor yang mempersulit “terciptanya rasa saling percaya” antara polisi dengan masyarakat di Indonesia. Telah berpuluh tahun masyarakat mengalami system perpolisian yang cenderung militeristik. Hal ini menjadi penyebab utama timbulnya sikap ketidak percayaan pada polisi. Jika masyarakat berhubungan dengan polisi, maka kesan yang muncul adalah pemerasan, pemaksaan, penindasan, arogan dan tertutup.

Persoalan belum berhenti disini. Masih ada lagi satu masalah mendasar yang sangat menghambat terciptanya rasa saling percaya, yaitu polisi yang melakukan korupsi. Masyarakat sering melihat dengan mata kepala telanjang bahkan juga menjadi korban, mereka sering dijadikan target atau obyek korupsi. Meskipun korupsi merupakan satu masalah yang rumit di Indonesia namun fakta menunjukkan korupsi telah “menciptakan jarak” yang nyata antara masyarakat dengan polisi.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 18

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 19: APLIKASI POLMAS.doc

Pada titik ini, Polri harus menemukan cara yang cocok untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat yang mereka layani. Polisi juga perlu menyadari, tindakan-tindakan apa saja yang dapat memberikan pengaruh buruk terhadap hubungan masyarakat. Lebih jauh lagi, polisi perlu memahami karakter dan budaya masyarakat serta organisasi-organisasi dalam masyarakat agar mampu menggerakkan masyarakat dalam kegiatan pencegahan kejahatan dan pemecahan masalah. Fokus ini adalah upaya pembekalan polisi untuk tugas-tugas tersebut.

2. Institusi Kepolisian dengan ”Sistem Terbuka”

Institusi kepolisian selama ini terkesan sebagai sebuah sistem yang tertutup dan penuh dengan rahasia. Komunikasi dan kontak yang dilakukan dengan pihak luar sangat terbatas. Itu sebabnya tindakan Polisi sering tidak memperoleh simpati dan dukungan dari masyarakat. Hal ini merupakan dampak dari kecenderungan Polisi ”Model Militeristik”

Perpolisian ”Model Sipil” atau ”Perpolisian Masyarakat” akan berorientasi pada pencegahan kejahatan dan mengutamakan kemitraan dengan masyarakat Keterlibatan masyarakat dalam mengontrol, memberikan masukan serta memberi dukungan kepada polisi, menandakan adanya hubungan baik dan komunikasi secara teratur dan terus- menerus dengan masyarakat. Ini artinya masyarakat harus bersifat terbuka agar dapat melibatkan masyarakat.

Sistem yang terbuka berarti :

Polisi siap berbagi informasi dengan publik. Melibatkan anggota masyarakat dalam pencegahan dan

penanganan masalah Kamtibmas. Komunikasi yang intens antara polisi dan masyarakat.

Dengan demikian, Polisi tidak boleh terisolasi melainkan harus benar-benar menjadi bagian dari masyarakat yang dilayaninya. Hal ini hanya dapat terwujud jika polisi menganggap dan memperlakukan anggota masyarakat sebagai mitra sejati. Hanya suatu sistem terbuka yang memungkinkan adanya komunikasi

PERPOLISIAN MASYARAKAT 19

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 20: APLIKASI POLMAS.doc

yang saling menguntungkan dan yang bebas dari berbagai prasangka.

Oleh sebab itu kemitraan dalam mendukung polisi dalam pencegahan kejahatan membawa keuntungan-keuntungan bagi masyarakat sebagai berikut :

Komitmen untuk mencegah kejahatan.Polmas berupaya untuk menegaskan kembali bahwa tugas pokok polisi adalah mencegah kejahatan dan ketidak tertiban.

Adanya pengawasan dari masyarakat atas kegaiatan yang dilakukan polisi.Keterlibatan masyarakat dalam kinerja perpolisian memungkinkan masyarakat akan menemukan jawaban atas ”apa” , ”mengapa” , dan ”bagaimana” polisi bekerja. Keadaan seperti itu sangat jelas menimbulkan pengawasan yang kritis serta diskusi-diskusi mengenai respon serta efisiensi kerja polisi dalam menangani masalah-masalah dalam masyarakat.

Akuntabilitas polisi terhadap masyarakat.Sebelum ada konsep polmas, polisi hanya mempertanggungjawabkan kegiatannya kepada pihak pimpinan kepolisian saja. Sekarang polisi juga diharuskan bertanggung-jawab kepada masyarakat yang telah menjadi mitra kerja. Warga yang dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan seperti perencanaan strategi, pelaksanaan taktis, dan pengembangan kebijakan, akhirnya membuat polisi lebih menyadari dan lebih memperhatikan konsekuensi-konsekuensi atas tindakan mereka.

Pelayanan polisi yang disesuaikan Sesuai pendekatan polmas, anggota polisi akan ditempatkan disebuah lokasi dalam waktu lama. Oleh karena itu mereka akan dituntut meningkatkan kemampuan respon terhadap masalah-masalah yang ada dilingkungan.Sejalan dengan dibentuk dan dipeliharanya hubungan kemitraan polisi dan masyarakat, kedua belah pihak akan memiliki kemampuan yang semakin baik saat bekerja bersama dalam mengidentifikasi dan menangani masalah-

PERPOLISIAN MASYARAKAT 20

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 21: APLIKASI POLMAS.doc

masalah yang mempengaruhi mutu kehidupan dilingkungan mereka. Pihak kepolisian akan membangun rasa tanggung jawab atau komitmen untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dilingkungan tersebut.

Organisasi MasyarakatTingkat keterlibatan masyarakat dalam upaya polisi menangani masalah-masalah dilingkungannya memberi dampak signifikan terhadap hasil yang dicapai. Dengan kata lain, keberhasilan dalam mencegah kejahatan tergantung pada kerja sama polisi dan masyarakat-bukan hanya bergantung pada satu pihak saja. Oleh sebab itulah, masyarakatpun harus belajar mengenai soal-soal yang dapat mereka lakukan bagi diri mereka mapun lingkungannya. Agar berhasil, Polisi harus berperan aktif membantu masyarakat melakukan hal tersebut.

3. Pengertian ”Masyarakat”

Setiap upaya membentuk kemitraan dengan ”masyarakat” harus disertai dengan pemahaman tentang arti masyarakat.

Kata masyarakat tidak dapat didefinisikan secara singkat dan sederhana sebab ”masyarakat” memiliki arti yang berbeda-beda untuk tiap-tiap orang. Unit terkecil dari sebuah masyarakat adalah keluarga (keluarga inti dan keluarga besar), lingkungan tetangga, famili/warga dan lembaga-lembaga pendukungnya.

Setiap masyarakat memiliki karakteristik yang berbeda, antara lain budaya, nilai dan masalah yang beraneka ragam, terutama di daerah perkotaan. Masyarakat juga tidak hanya terdiri dari pemerintah daerah setempat tetapi ada juga lembaga-lembaga, termasuk juga penduduk di sebuah lingkungan, disuatu daerah tertentu.

Masyarakat meliputi kelompok-kelompok yang lebih kecil (sub kelompok) yang disebut komunitas berdasarkan kepentingan, yang meliputi :

Tempat-tempat beribadah (masjid, pura, dan gereja-gereja). Sekolah/universitas. Rumah sakit.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 21

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 22: APLIKASI POLMAS.doc

Kelompok-kelompok sosial, perkumpulan, serikat. Badan-badan milik swasta dan umum. Penyedia jasa dan layanan, badan-badan usaha. Orang yang bekerja di satu daerah tertentu. Orang berkunjung ke daerah tersebut.

Komunitas berdasarkan kepentingan ini dibangun menurut karakteristik ras, gender, umur dan pekerjaan anggotanya dalam kurun waktu tertentu. Dengan kata lain, komunitas berdasarkan kepentingan membentuk kelompok, dan membentuk lagi kelompok baru ketika anggotanya mengidentifikasi adanya masalah yang menuntut kelompok tersebut bersatu. Contohnya, Kelompok sosial anak-anak muda yang dengan berjalannya waktu menjadi ”orang tua”.

4. Kehadiran Polisi ditengah Masyarakat

”Masyarakat” yang menjadi tanggung jawab petugas patroli harus merupakan sebuah wilayah yang kecil dan secara geografis, jelas batasannya. Daerah patroli polisi harus diputuskan sedemikian rupa, sehingga karakteristik geografis dan sosial yang khas dari wilayah tersebut dapat dipertahankan. Dengan demikian polisi bisa memberi pelayanan secara efektif.

Petugas patroli merupakan penyedia utama layanan kepolisian dan paling banyak melakukan komunikasi dengan anggota masyarakat. Dalam kegiatan perpolisian masyarakat, petugas patroli memberi informasi kepada institusi kepolisian tentang hal-hal yang diperlukan dalam kegiatan perpolisian tersebut.

Tentu saja, dalam tugas mereka, para petugas patroli tersebut dibantu para Kapolres, Kapolsek, Kasat dan Ka Unit, serta lembaga-lembaga pemerintah dan sosial terkait. Para pejabat tinggi Polri serta mereka yang menjadi pimpinan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa mereka mendukung berbagai upaya yang dilakukan anggota patrolinya.

Keefektifan polmas tergantung pada optimalisasi kontak positif antara petugas patroli dengan anggota masyarakat. Patroli dengan mobil hanya merupakan salah satu metode untuk memberikan pelayanan kepolisian. Kepolisian dapat menambah metode patroli

PERPOLISIAN MASYARAKAT 22

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 23: APLIKASI POLMAS.doc

mobil dengan mengutamakan patroli jalan kaki karena dapat menghilangkan isolasi anggota patroli mobil dengan masyarakat.

Seorang petugas patroli jalan kaki dapat memberikan suatu citra ”yang lebih lembut”. Selain itu juga bagi masyarakat, dalam kesehariannya akan lebih mudah berhubungan, mendekati dan berinteraksi dengan polisi. Patroli bersepeda, bersepeda motor, atau berkuda juga akan membuat polisi lebih dekat dengan masyarakat.

Penambahan ”kantor polisi kecil” atau pos polisi diwilayah tempat anggota polisi bertugas juga akan membantu polisi ”lebih dekat” dengan masyarakat. Dengan makin terdesentralisasi kehadiran polisi (dan keputusan yang mereka ambil), ini akan membawa pengaruh yang lebih baik terhadap kegiatan-kegiatan polmas serta upaya membangun kepercayaan masyarakat.

5. Berbagai Strategi untuk Membangun Kepercayaan

Ketika masyarakat sudah menyadari pentingnya keberadaan polisi yang terus-menerus dan positif ditengah mereka, berbagai upaya harus dilakukan mendorong warga agar mereka mau memberikan informasi yang relevan.

Berikut ini adalah beberapa hal penting yang dapat dilakukan polisi untuk membangun dan menciptakan kemitraan dengan masyarakat :

Polisi dapat berbicara dengan kelompok-kelompok dilingkungan tersebut.

Berpartisipasi dalam kegiatan warga. Bekerja dengan badan-badan sosial. Turut ambil bagian dalam program yang bersifat edukatif

dan rekreatif bagi anak-anak, remaja, pemuda dan perempuan.

Polisi menjadi bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari budaya masyarakat . Sebaliknya masyarakat memberikan umpan balik kepada polisi dalam menentukan skala prioritas untuk masa yang akan datang sesuai dengan sumber daya masyarakat. Kegiatan-

PERPOLISIAN MASYARAKAT 23

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 24: APLIKASI POLMAS.doc

kegiatan ini menjadi dasar bagi polisi untuk menggali sumber daya tersebut dalam upaya memberantas kejahatan.

Kemitraan dengan masyarakat berarti memiliki perspektif perpolisian yang tidak hanya ditekankan pada penegakan hukum secara tradisional saja. Pandangan yang lebih luas ini diakui memberikan nilai terhadap kegiatan-kegiatan yang membantu terciptanya ketertiban dan kesejahteraan sebuah lingkungan.

Selain kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan diatas, polisi dapat :

Menolong korban kecelakaan atau kejahatan. Memberikan pertolongan darurat (PPPK). Membantu menyelesaikan konflik-konflik dalam rumah

tangga dan di lingkungan masyarakat (kekerasan rumah tangga, perselisihan penyewa dan pemilik rumah, atau pelecehan ras).

Bekerja dengan penduduk dan pengusaha setempat untuk meningkatkan kondisi lingkungan.

Membantu pengaturan lalu lintas kendaraan bermotor, pejalan kaki dan permasalahan parkir.

Memberikan pelayanan sosial bagi orang yang rentan terhadap kejahatan.

Melindungi hak asasi manusia setiap anggota masyarakat. Memberi contoh sebagai warga negara yang baik (suka

menolong, hormat pada orang lain; jujur dan adil).

Pelayanan-pelayanan tersebut dapat membantu polisi untuk membangun kepercayaan masyarakat. Jelas, kepercayaan ini kemudian akan memudahkan polisi untuk mendapatkan akses informasi yang lebih besar dan berharga dari masyarakat, yang dapat mengarah pada pemecahan masalah dan pencegahan kejahatan. Institusi kepolisian secara keseluruhan harus dilibatkan dalam mobilisasi/menggerakkan masyarakat dan mendapatkan kepercayaan dari mereka.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 24

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 25: APLIKASI POLMAS.doc

6. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Hubungan Polisi Masyarakat

a. Perilaku polisi ditengah masyarkatBerkali-kali telah ditekankan tentang perlunya hubungan baik warga masyarakat dan citra polisi yang positif. Telah disinggung pula sebelumnya korupsi yang terjadi dilingkungan kepolisian telah menjatuhkan citra polisi dengan sangat dalam. Memang tidak mudah untuk memecahkan masalah ini sebab polisi bekerja dengan orang-orang yang memiliki persepsi dan sikap yang berbeda tentang korupsi

b. Menangani laporan / pengaduanBerikut ini beberapa contoh situasi mengenai hubungan antara polisi dengan masyarakat. Antara lain dalam hal menjawab telepon, mendengarkan keluhan, membantu orang yang datang ke pusat pengaduan masyarakat. Polisi ”melayani dan mengayomi” masyarakat. Polisi harus menunjukkan sikap yang demikian ketika berkomunikasi dengan masyarakat.

Polisi memiliki kewenangan atas warga dalam suatu masyarakat, tetapi mereka tidak boleh dikendalikan oleh kewenangan tersebut ketika berhubungan dengan warga. Meskipun warga masyarakat yang datang melapor bersikap kasar, polisi harus bersikap bijak menangani laporan tersebut.

Haruslah disadari bahwa orang datang melapor ke kantor polisi, ketika melaporkan suatu kejadian, mereka berada dalam keadaan tidak tenang. Mereka menghubungi polisi karena ada sesuatu yang salah, ada satu masalah atau mereka telah menjadi korban.

Oleh karena itu, patut diingat bahwa kesan diberikan polisi, serta persepsi orang lain mengenai polisi, merupakan hal yang penting untuk mendukung terciptanya hubungan yang baik dengan masyarakat.

c. Menangani tersangka dan tertuduhSelain aturan hukum dan institusi yang terkait dengan pembahasan ini, sangat penting bagi anda untuk

PERPOLISIAN MASYARAKAT 25

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 26: APLIKASI POLMAS.doc

memperlakukan orang yang menjadi tersangka atau tertuduh dengan rasa hormat. Harus diingat, ketika seseorang ditangkap, orang tersebut tidak saja kehilangan kebebasannya tetapi harga dirinya juga hancur.

Oleh sebab itu, ada baiknya kita menyimak beberapa hal berikut ini :

Jangan gunakan kekerasan lebih dari seperlunya pada saat melakukan penangkapan.

Menghukum orang yang melanggar hukum bukanlah tugas polisi, itu adalah tugas dan fungsi pengadilan. Oleh karena itu, jangan gunakan metode-metode interogasi yang agresif untuk mendapatkan informasi atau pengakuan dari pelaku pelanggaran.

Jelaskan kepada orang yang dicurigai atau tersangka pelanggaran apa yang telah dia lakukan. Dia memiliki hak untuk mengetahui alasan dia ditangkap. Sampaikan hal tersebut sedemikian rupa sehingga dia mempercayai anda.

Jika dia memerlukan bantuan hukum, upayakan agar bantuan hukum disediakan

Mungkin yang menjadi tersangka adalah penopang ekonomi keluarga. Bantu dia dan keluarganya untuk mengatur urusan-urusan dan kewajiban-kewajibannya.

Hargai hak asasi manusia dari yang menjadi tersangka

d. Menangani korban Disini kita membahas mengenai perbedaan antara korban langsung dan korban tidak langsung. Korban langsung adalah orang yang menjadi obyek sebuah kejahatan. Misalnya orang yang diserang, dirampok, diperkosa atau dibunuh. Sementara itu korban tidak langsung adalah anggota keluarga atau kerabat dekat korban yang menderita akibat kejahatan yang terjadi. Untuk menjaga martabat korban, penting bagi anda untuk bersikap hormat.

7. Prilaku Polisi yang dapat dipercaya masyarakat

Jangan menunjukkan kesan sinis, jangan menuduh korban sebagai penyebab terjadinya kejahatan. Menjadi korban suatu kejahatan adalah pengalaman yang traumatis bagi siapa saja, dan

PERPOLISIAN MASYARAKAT 26

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 27: APLIKASI POLMAS.doc

setiap sikap negatif yang anda tunjukkan akan memperburuk situasi. Berikan bantuan dan tunjukkan empati kepada korban

kejahatan. Hubungi pekerja sosial bila diperlukan, misalnya dalam kasus konflik keluarga.

Jangan mencatat pernyataan dari seorang yang mengalami shock. Yang harus lebih dahulu dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter pribadinya.

Sikap anda harus menunjukkan anda benar-benar siap memberi pelayanan kepada masyarakat.

Korban-korban kejahatan, misalnya penganiayaan / pemerkosaan anak perlakuan tidak senonoh, penyerangan, dan perampokan harus ditangani dengan bijaksana. Ini tidak berarti korban kejahatan lainnya tidak penting tetapi korban kejahatan seperti ini biasanya mengalami trauma emosional yang sangat dalam.

8. Membangun Kemitraan Melalui Pencegahan Kejahatan

Prinsip-prinsip perpolisian tidak cukup hanya mengarah pada sikap proaktif. Polisi juga harus dapat melibatkan masyarakat dalam proses perpolisian. Pencegahan kejahatan , dalam hal ini, dapat diartikan sebagai beragam kegiatan proaktif dan reaktif yang diarahkan kepada pelaku, korban dan lingkungan sosial dan fisik, yang dilaksanakan sebelum atau setelah terjadinya kejahatan.

Kegiatan-kegiatan untuk mencegah terjadinya kejahatan

Mencegah kejahatan hendaknya selalu dilihat sebagai kegiatan yang dilaksanakan polisi dan masayarakat untuk mengurangi kejahatan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan polisi, misalnya ditujukan lebih pada pelaku kejahatan. Pada pihak lain, kegiatan masyarakat ditujukan untuk mengendalikan situasi atau menghilangkan kesempatan terjadinya kejahatan. Berhubung kedua pihak memiliki tujuan sama, keduanya harus saling menyadari dan mengetahui kegiatan masing-masing, serta harus ada koordinasi antara polisi dan masyarakat

Peran polisi dalam mencegah kejahatan

Menghilangkan kesempatan terjadinya kejahatan, Organisasi kepolisian hendaknya kreatif menciptakan program yang

PERPOLISIAN MASYARAKAT 27

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 28: APLIKASI POLMAS.doc

melibatkan masyarakat. Program ini harus mampu memotivasi anggota masyarakat untuk memainkan satu peran aktif dalam mencegah terjadinya kejahatan. Polisi juga harus mendukung program-program masyarakat yang ditujukan untuk mengurangi kesempatan orang malakukan kejahatan

Patroli merupakan peran eksternal kepolisian yang khusus dalam upaya pencegahan kejahatan. Patroli dapat didefinisikan sebagai satu periode gerakan sistematis dengan maksud tertentu, yang dilakukan seorang atau beberapa orang polisi disebuah tempat atau melewati daerah tertentu, untuk mencapai tujuan perpolisian tertentu (terutama yang bersifat preventif)

Peran masyarakat dalam mencegah kejahatan

Telah dijelaskan dan ditekankan betapa pentingnya kontribusi masyarakat terhadap upaya pencegahan kejahatan. Walaupun demikian polisi harus dan tetap menjadi pemegang kendali dibelakang tiap-tiap kegiatan masyarakat meskipun hanya untuk menumbuhkan motivasi serta perhatian. Tanpa tindakan yang demikian, setiap kegiatan masyarakat yang ditujukan untuk mencegah kejahatan akan mengalami kegagalan.

Strategi-strategi masyarakat

Kegiatan-kegiatan pencegahan kejahatan yang sudah dilakukan tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang sudah sempurna. Masyarakat dan polisi hendaknya terus dirancang kegiatan baru lainnya untuk melengkapi aktivitas yang sudah ada

Sistem keamanan Lingkungan – siskamling Sistem pengawasan kemanan kawasan bisnis

Forum-forum diskusi.Setelah terbentuknya polmas, peran forum-forum diskusi tidak dapat diabaikan. Dialog merupakan dasar terciptanya dukungan masyarakat yang kuat. Forum-forum ini merupakan tempat dimana polisi dan masyarkat saling bertemu dan sering merupakan tempat mereka memecahkan masalah bersama. Ceramah, pertemuan untuk penyampaian informasi, dan

penyuluhan Bahan yang dipublikasikan untuk pencegahan kejahatan

PERPOLISIAN MASYARAKAT 28

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 29: APLIKASI POLMAS.doc

E-Mail/Home Page Program komunikasi media masa Survei masyarakat

PERPOLISIAN MASYARAKAT 29

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 30: APLIKASI POLMAS.doc

BABIII

HAM DAN POLMAS DALAM NEGARA DEMOKRASI

Kompetensi Dasar :

Peserta didik memahami dengan benar hubungan HAM dengan Polmas dalam Negara Demokrasi

Indikator Hasil Belajar :

Setelah mempelajari Bab III, peserta didik mampu :1. Menjelaskan pengertian HAM.2. Menjelaskan hubungan HAM dan Polmas.3. Menjelaskan pentingnya polisi menghormati HAM.4. Menyebutkan hasil positif jika Polisi menghargai HAM.5. Menyebutkan contoh pelanggaran HAM dan petugas

penegak hukum.6. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar penegak hukum.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 30

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 31: APLIKASI POLMAS.doc

1. Hak Azasi Manusia dan Polmas dalam Demokrasi

Dalam masyarakat yang demokratis , anggota polisi dan masyarakat bekerja sama bahu membahu. Bersama-sama menjalin upaya menjamin keamanan dan perlindungan terhadap setiap anggota masyarakat perempuan, laki-laki dan anak-anak, tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama atau status politik.

Hubungan yang baik, antara polisi dan masyarakat, adalah syarat mutlak sangat dibutuhkan dalam hal ini. Relasi yang baik tersebut memungkinkan terjadinya penghormatan hak asasi manusia dalam setiap tindakan polisi dan masyarakat. Hubungan yang baik juga mampu meningkatkan saling pengertian antara polisi dan masyarakat. Walhasil, usaha pemecahan masalah yang kreatif dan tindakan-tindakan proaktif dalam perpolisian setiap hari dapat berlangsung.

Pelatihan Hak Asasi Manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam polmas. Pelatihan seperti itu menjamin dilaksanakannya pelayanan yang etis oleh polisi dan meningkatkan profesionalisme mereka. Penting bagi anggota polisi untuk memahami peranan mereka dalam masyarakat dan memahami hak-hak asasi orang-orang yang bekerja sama dengan mereka.

Sebaliknya, masyarakat juga perlu mengerti peranan anggota polisi dan apa yang dapat mereka lakukan untuk membantu polisi dalam melaksanakan tugasnya. Polmas adalah salah satu cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa hak asasi manusia setiap orang dilindungi dan dihormati

Polmas dan hak-hak asasi manusia adalah dasar dari perpolisian ketika polisi melakukan tugas mereka. Karena mereka melakukan tugasnya berdasarkan kedua hal tersebut, maka anggota polisi akan mampu membangun hubungan kerja yang baik dengan masyarakat dan dengan demikian mereka mampu memberikan pelayanan yang profesional.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 31

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 32: APLIKASI POLMAS.doc

2. Pengertian Hak Asasi Manusia

Banyak definisi mengenai hak asasi manusia. Dan agaknya setiap orang memiliki pendapat yang berbeda mengenai pentingnya masing-masing hak tersebut. Namun, secara umum hak asasi manusia didefinisikan sebagai ”prinsip tentang kesamaan dan keadilan yang diterima secara umum” atau ” hak-hak moral yang setara yang dimiliki semua orang sebagai manusia”

Berdasar pengertian tersebut, hak asasi manusia adalah milik semua orang termasuk anggota polisi sekalipun. Hak asasi manusia berarti kesamaan keadilan, dan kesetaraan.

Ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk menjelaskan hak asasi manusia.

Memberikan Perlindungan Minimal Melekat (Inheren) Berlaku bagi semua (Universal) Tidak dapat dicabut Kesetaraan Tidak terpisahkan Fundamental Tidak Selamanya Mutlak (tidak absolut) Kewajiban negara

Hak Asasi Manusia memang dilindungi berdasarkan undang-undang Dasar Republik Indonesia atau melalui peraturan lainnya. Di Indonesia ada Uandang-undang khusus (UU No. 39/1999) tentang Hak Asasi Manusia. Setiap orang memiliki hak untuk memperjuangkan hak-hak mereka, akan tetapi kadang-kadang hak asasi manusia dapat dibatasi jika hak tersebut bertentangan atau ternyata mengganggu hak-hak orang lain. Anggota polisi harus menghargai hak asasi manusia orang lain karena mereka pun akan menghargai hak-hak kita.

3. Hubungan Hak Asasi Manusia dengan Polmas

Perpolisian masyarakat adalah salah satu yang paling efektip untuk menjamin perlindungan dan penghormatan atas hak asasi manusia.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 32

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 33: APLIKASI POLMAS.doc

Apabila masyarakat memahami peran polisi maka mereka akan mampu mengidentifikasi pelanggaran hak asasi manusia. Landasan Polmas adalah kemitraan yang terjalin antara polisi dan masyarakat yang patuh hukum. Dengan demikian, masyarakat dengan sukarela mau membantu polisi dalam memberantas kejahatan. Bekerja dalam kemitraan dengan masyarakat juga akan menjamin munculnya berbagai pendekatan pemecahan masalah yang krestif yang menghormati hak-hak asasi manusia.

4. Pentingnya Polisi Menghormati dan Melindungi HAM

Tugas adalah melindungi, mengayomi, melayani dan menegakkan hukum dalam rangka menciptakan situasi Kamtibmas. Anggota masyarakat dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu polisi melaksanakan tugas-tugasnya. Antara lain, dengan membantu polisi mengidentifikasi, memecahkan kasus kejahatan, dan membersihkan masyarakat dari pelaku kejahatan dan gangguan kamtibmas lainnya.

Patut kita sadari, partisipasi aktif masyarakat tidak datang begitu saja. Petugas kepolisian tidak dapat mengharapkan partisipasi aktif dari masyarakat apabila polisi sendiri tidak menghormati masyarakat, menyalahgunakan wewenang, melanggar hak asasi manusia, dan menunjukkan perilaku yang tidak profesional. Anggota masyarakat tidak akan pernah mau percaya dan bekerja dengan polisi yang melakukan kejahatan, yang menerima suap, yang menutup-nutupi kejahatan, yang menggunakan kekerasan yang berlebihan atau menunjukkan perilaku lainnya yang tidak etis.

Oleh karena itu, jika anggota polisi menghargai dan melindungi hak asasi manusia setiap anggota masyarakat, hasil positif yang dapat diraih adalah :

Hubungan kerja sama yang lebih baik dengan masyarakat Rasa percaya kepada polisi Rasa saling menghargai Kerja sama dalam memberantas kejahatan Lingkungan yang aman dan tertib Profesionalisme.Catatan : Masih ada lebih banyak lagi hasil positif bagi polisi dan masyarakat.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 33

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 34: APLIKASI POLMAS.doc

5. Pelanggaran Hak Asasi Manusia oleh Petugas Penegak Hukum

Salah satu aspek yang penting dalam penegakan hukum adalah bagaimana hukum ditegakkan. Sebagian tanggung jawab Polri adalah menghormati dan melindungi hak asasi manusia setiap orang yang menjadi tanggung jawab mereka serta mempertahankan penegakan hukum. Ini berarti petugas kepolisian harus bertindak di dalam ruang lingkup hukum.

Selain itu, polisi juga mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan tugas mereka dengan penuh disiplin dan profesional. Namun juga ada juga terjadi beberapa oknum kepolisian melanggar hukum atau melanggar Hak Asasi Manusia. Tindakan seperti ini akan selalu dianggap sebagai kesalahan serius dan harus ditangani dengan tegas dan tuntas.

Beberapa contoh pelanggaran hak asasi manusia oleh petugas kepolisian adalah sebagai berikut :

Penangkapan dan penahanan seseorang yang tidak berdasarkan hukum

Perlakuan yang merendahkan, menyiksa, dan yang tidak manusiawi

Korupsi dan menerima suap Menggagalkan atau menghalangi terjadinya proses

peradilan (menutup-nutupi kejahatan) Penyiksaan , perlakuan tidak manusiawi dalam

penangkapan dan penahanan seseorang Perlakuan sewenang-wenang (hukuman fisik yang ilegal) Perlakuan tidak manusiawi terhadap seseorang yang

melaporkan kasus pelanggaran hak asasi manusia oleh orang lain

Prosedur penggeledahan dan penyitaan yang tidak berdasarkan hukum

Penggunaan kekerasan yang berlebihan.

Ketika petugas kepolisian melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan hukum, kepercayaan masyarakat pun hilang. Polisi menjadi tidak profesional karena mereka menjadi pelaku kejahatan dan tidak lagi sebagai petugas penegak hukum.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 34

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 35: APLIKASI POLMAS.doc

Dalam pelajaran mengenai hak asasi manusia dan Polmas, beberapa kasus pelanggaran hak asasi manusia serius, seperti penggunaan kekerasan yang berlebihan dan penggunaan senjata api (senpi), penyiksaan, perlakuan yang tidak manusiawi, dan merendahkan serta usaha menutup-nutupi kejahatan dan korupsi akan dibahas lebih rinci.

6. Penyiksaan, Perlakuan yang tidak manusiawi dan merendahkan

Penyiksaan, tindakan yag tidak manusiawi dan merendahkan adalah pelanggaran hak asasi manusia yang serius. Petugas kepolisian dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini karena untuk tidak disiksa adalah salah satu dari beberapa hak, dalam keadaan apapun juga, yang tidak dapat dibatasi. Hak untuk tidak disiksa adalah hak tidak mutlak

Penggunaan kekerasan yang berlebihan dan senjata api

LEGALITAS NESESITAS PROFORSIONALITAS

Ketika anggota polisi menggunakan kekerasan fisik saat menegakkan hukum, ada tiga prinsip dasar penegakan hukum yang menjadi panduan dalam kaitan hak asasi manusia dan penegakan hukum.

(Ketika seorang petugas penegak hukum tidak mengikuti prinsip-prinsip ini, maka tindakannya menjadi tidak lebih dari sebuah tindakan kekerasan. Tindakannya juga bisa disebut sebagai

PERPOLISIAN MASYARAKAT 35

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Larangan penyiksaan bersifat mutlak

- Tidak ada pengecualian - Penyiksaan tidak pernah dianggap sah- Tidak ada pembelaan hukum bagi pelaku penyiksaan

Page 36: APLIKASI POLMAS.doc

tindakan yang melanggar hukum dan tidak sejalan dengan prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia dan penegakan hukum).

Setiap kali seorang petugas penegak hukum harus mengambil satu keputusan untuk menggunakan kekerasan, ada tiga pertanyaan yang harus dijawab secara berurutan :

Apakah penggunaan kekerasan berdasarkan hukum (legal). Apakah penggunaan kekerasan dibutuhkan (nesesitas). Apakah penggunaan kekerasan proporsional terhadap

ancaman itu ?

Jika salah satu jawaban anda tidak, maka apapun bentuk kekerasan yang digunakan dapat dianggap sebagai pelanggaran HAM.

Melakukan kekerasan fisik secara etis dalam perpolisian didasarkan pada satu (1) prinsif, yaitu proporsionalitas

Menurut prinsip ini, pertama-tama petugas kepolisian harus bertanya kepada dirinya sendiri : ” Tujuan apa yang ingin dicapai dalam sebuah situasi dan metode apa yang ingin digunakannya untuk mencapai tujuan tersebut” Petugas kepolisian hanya boleh menggunakan kekuatan secukupnya saja

Sesudah tujuannya tercapai, penggunaan kekuatan harus dihentikan. Janganlah seseorang memberikan hukuman yang berlebihan hanya karena sentimen pribadi. Situasi akan menentukan tujuan. Selanjutnya, tujuan itulah yang akan berfungsi sebagai pedoman untuk memilih metode-metode alternatip yang akan digunakan.

Kekerasan yang seminimal mungkin adalah metode yang harus kita pilih demi mencapai tujuan prinsip dasar. Penting untuk kita ingat, tindakan penangkapan tersangka tetap membutuhkan keseimbangan antara melakukan tugas polisi secara baik dan meghormati hak-hak tersangka. Tersangka yang ditangkap juga belum sepenuhnya dianggap bersalah sampai ada keputusan pengadilan. Ingat, anda tidak boleh menangkap seseorang untuk menghukum orang tersebut.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 36

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 37: APLIKASI POLMAS.doc

Ingatlah : Seorang tersangka dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah

Potensi tingkat kekerasan dalam melakukan penangkapan :

Kehadiran Anggota polisi; menunjukkan Kewenangan Polisi. Menggunakan kata-kata. Tindakan tangan kosong. Teknik Disfungsi Motorik (teknik melumpuhkan). Zat kimia. Tongkat Polisi dan Impact Weapons ( (senjata yang

mempunyai dampak khusus seperti : tongkat polisi, tameng dan pisau).

Penggunaan senjata api.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 37

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 38: APLIKASI POLMAS.doc

BABIV

PERLAKUAN TERHADAP KELOMPOK RENTAN

Kompetensi Dasar :

Peserta didik sebagai anggota Polri memahami tentang konsep kelompok rentan dalam masyarakat dan dapat memperkenalkan kepada anggotanya.

Indikator Hasil Belajar :

Setelah mempelajari Bab IV , Peserta didik mampu :1. Menyebutkan jenis-jenis kelompok rentan.2. Menjelaskan aturan tambahan terhadap anak dan

perempuan sebagai.3. korban dan tersangka kejahatan.4. Menyebutkan contoh-contoh kekerasan dalam rumah

tangga.5. Menjelaskan faktor yang dapat mempengaruhi hubungan

Polisi dan Masyarakat.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 38

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 39: APLIKASI POLMAS.doc

Apabila kita perhatikan dengan seksama, tidak semua anggota Masyarakat mempunyai kemampuan yang sama untuk melindungi diri sendiri. Beberapa kelompok, misalnya perempuan, anak-anak, manula, orang cacat, pendatang, dan korban kejahatan, termasuk dalam kelompok yang rentan dalam hal perlindungan diri.

Sering diperlakukan tidak adil, kerap menjadi korban kekerasan fisik dan mental, serta tidak dapat melindungi diri sendiri adalah sebab mengapa mereka disebut kelompok rentan. Polisi perlu memberi perhatian dan perlakuan khusus agar hak asasi manusia mereka terlindungi. Harus pula kita sadari bahwa kelompok rentan adalah bagian dari masyarakat juga. Dengan demikian, perlindungan terhadap mereka akan membantu terciptanya hubungan yang lebih baik antara polisi dan keseluruhan masyarakat.

1. Jenis – Jenis Kelompok Rentan

1.1. Anak-anak

1.2. Perempuan

1.3. Pendatang

1.4. Orang asing tergolong :

a. Orang mendapat ijin :

Penduduk tetap Penduduk sementara Pencari suaka Pengungsi

b. Orang yang tidak mendapat ijin adalah Pendatang ilegal.

1.5. Korban kejahatan

1.6. Kelompok minoritas yang antara lain meliputi kelompok suku, agama, etnis, ras kelompok dari kepercayaan tertentu, kelompok dengan orientasi seksual khusus (homoseksual, gay, lesbian, waria), orang cacat, dan orang miskin).

PERPOLISIAN MASYARAKAT 39

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 40: APLIKASI POLMAS.doc

2. Anak-anak dan Perempuan sebagai Korban dan Tersangka Kejahatan

Anak-anak adalah masa depan. Merekalah yang memegang peran sangat penting bagi masyarakat dimasa mendatang. Merekalah kelak yang akan menjadi pemimpin-pemimpin Indonesia. Namun demikian anak-anak juga merupakan salah satu kelompok rentan dalam setiap masyarakat.

Anak-anak dalam kontek pembinaan polmas, juga memegang peranan yang penting. Petugas polisi harus memiliki hubungan yang baik dengan anak-anak. Turut serta dalam berbagai proyek olah raga disekolah adalah contoh cara membina hubungan baik dengan anak-anak. Melalui cara ini anak-anak akan lebih menghargai dan menghormati polisi. Pada gilirannya polisi juga akan lebih mudah mendapatkan akses informasi mengenai berbagai kegiatan kriminal yang timbul dalam masyarakat. Keamanan dan ketentraman masyarakat pun akan lebih meningkat.

Sebelum lebih jauh membahas bagian ini, ada baiknya kita mengetahui definisi anak-anak. Konvensi PBB mengenai hak-hak anak (PBB 16 Juni 1995) menjabarkan definisi seorang anak sebagai

Memperlakukan anak dengan tulus dan sungguh-sungguh adalah salah satu aspek penting dalam menghormati hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu, ketika berhadapan dengan anak-anak, petugas kepolisian harus :

Bersikap sangat sabar. Berusaha menimbulkan kepercayaan anak kepadanya. Memperhatikan bahwa anak-anak, terutama yang masih

kecil atau anak-anak yang tidak tau apa-apa, tidak dapat langsung bahwa ia telah menjadi korban kekerasan atau korban eksploitasi.

Tanggap terhadap tanda-tanda adanya penyiksaan dan eksploitasi.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 40

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 41: APLIKASI POLMAS.doc

Sebagai kelompok rentan, anak-anak memerlukan perlakuan khusus, perhatian, dan perlindungan dari perlakuan kasar. Setiap anak-anak berhak untuk diperlakukan dengan wajar dan sesuai martabat mereka sebagai manusia.

Petugas polisi yang menangani anak yang menjadi korban tindakan kejahatan harus lebih bersikap penuh kasih sayang dibandingkan ketika mereka menangani korban yang sudah dewasa. Anak yang melakukan tindak kejahatan juga harus diperlakukan khusus. Perlakuan yang tidak sama dengan yang diberikan terhadap orang dewasa yang melakukan kejahatan.

a. Anak-anak sebagai tersangka kejahatan

Menurut standar dan praktek internasional Hak Asasi Manusia PBB tentang perlindungan anak, anak-anak berhak mendapatkan semua jaminan hak asasi manusia yang menjadi hak orang dewasa. Namun, disamping itu ada beberapa aturan tambahan khusus anak-anak :

Anak-anak harus diperlakukan sedemikian rupa supaya harga diri dan martabat mereka meningkat sehingga memudahkan mereka kembali bergabung dalam masyarakat. Perlakuan terhadap anak-anak tetap memperhatikan kepentingan si anak dan kebutuhan-kebutuhan anak pada usia tersebut.

Anak-anak tidak boleh disiksa, tidak boleh diperlakukan dengan kejam atau tidak manusiawi. Anak-anak juga tidak boleh dihukum dengan hukuman yang merendahkan martabatnya sebagai manusia, hukuman fisik, atau dipenjara seumur hidup tanpa ada kesempatan untuk bebas.

Penahanan atau pemenjaraan anak harus merupakan usaha terakhir apabila terpaksa, penahanan harus diupayakan sesingkat mungkin.

Tahanan anak-anak harus dipisahkan dari tahanan orang dewasa.

Anak-anak yang ditahan harus diijinkan untuk menerima kunjungan dan menerima surat dari keluarganya.

Harus ditentukan usia minimal anak untuk mempertanggung jawabkan kejahatan yang dilakukannya.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 41

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 42: APLIKASI POLMAS.doc

Harus diusahakan penyelesaian masalah diluar pengadilan dan lembaga rehabilitasi.

Privasi anak harus dihormati. Data catatan tentang anak tersebut juga harus dijaga serta tetap dirahasiakan.

Penggunaan kekerasan atau pengekangan fisik pada anak-anak harus merupakan pengecualian dan hanya boleh dilakukan ketika semua upaya telah digunakan dan gagal. Tindakan inipun harus dilakukan sesingkat mungkin.

Senjata tidak boleh dibawa kedalam lembaga rehabilitasi anak dan remaja

Disiplin atau hukuman boleh diterapkan, tetapi harus dilakukan dengan menghormati martabat anak dan harus tetap menanamkan rasa keadilan menghargai diri sendiri serta menghargai hak asasi manusia

Petugas yang menangani anak-anak dan remaja harus mendapat pelatihan khusus dan kepribadian petugas tersebut harus cocok untuk tugas tersebut.

Kunjungan berkala, seperti juga kunjungan mendadak oleh para pengawas ke fasilitas anak dan remaja harus dilakukan.

Orang tua anak harus diberi tahu jika terjadi penangkapan, penahanan, pemindahan, jatuh sakit, cedera atau kematian.

b. Anak-anak sebagai korban kejahatan

Polisi harus memberikan perlindungan dan perhatian khusus bagi anak-anak yang menjadi korban kejahatan. Semua anak harus diperlakukan dengan adil dan dihargai martabatnya tanpa memandang status dan latar belakang sosialnya. Anak miskin yang menjadi korban kekerasan harus mendapat perlakuan sama dengan yang didapat anak orang kaya.

Secara keseluruhan, anak-anak harus dilindungi dari eksploitasi dan penyalahguanaan seksual. Polisi, dalam hal ini, memainkan peranan penting dalam melindungi anak. Negara harus mengambil tindakan untuk melindungi anak-anak dari bujuk rayu ataupun paksaan untuk terlibat dalam aktifitas atau praktek seksual yang melanggar hukum, prostitusi, pertunjukan atau bahan-bahan pornografi. Polisi dengan demikian, juga harus membantu negara dalam mencegah penculikan atau perdagangan anak untuk tujuan apapun. Anak-anak harus dilindungi dari eksploitasi yang

PERPOLISIAN MASYARAKAT 42

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 43: APLIKASI POLMAS.doc

membahayakan kesejahteraannya. Mereka harus dilindungi dari penyalahgunaan narkoba. Negara juga harus mencegah dimanfaatkannya anak-anak untuk menghasilkan atau memperdagangkan obat-obatan terlarang.

c. Perempuan sebagai kelompok rentan

Perempuan pemegang peranan yang sangat penting dalam masyarakat. Merekalah yang mendidik anak-anak, mengelola rumah tangga, sekaligus menjalankan berbagai jenis profesi dalam masyarakat.

Sebagai layaknya manusia, perempuan berhak menikmati perlindungan hak asasi manusia di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil dan bidang-bidang lain. Hak-hak tersebut antara lain, hak untuk hidup kesetaraan, kebebasan dan keamanan, perlindungan hukum yang sama, bebas dari diskriminasi, mendapatkan standar tertinggi untuk kesehatan mental dan jasmani, juga mendapatkan kondisi kerja yang adil dan layak. Perempuan juga berhak bebas dari penyiksaan, bebas dari perlakuan kejam yang tidak manusiawi, serta bebas dari perlakuan yang merendahkan martabat.

Dalam menerapkan polmas, perempuan juga dapat membantu Polisi. Hubungan baik yang terbina antara polisi dan perempuan akan sangat berguna dalam upaya meningkatkan keamanan dan ketentraman masyarakat.

d. Perempuan sebagai korban kejahatan

Kekerasan berbasis jender, seperti tercantum dalam definisi yang dirilis konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, adalah sebagai berikut.

”Kekerasan yang ditujukan kepada perempuan hanya karena ia perempuan atau suatu kekerasan yang mempunyai dampak pada perempuan secara tidak proporsional. Kekerasan terhadap perempuan meliputi tindakan yang membuat cedera fisik, penderitaan mental atau seksual. Kekerasan juga meliputi

PERPOLISIAN MASYARAKAT 43

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 44: APLIKASI POLMAS.doc

ancaman untuk melakukan tindakan-tindakan diatas, atau tindakan lainnya yang bersifat merampas kebebasan

Ketika perempuan menjadi korban kejahatan, anggota polisi harus memberikan perhatian khusus. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan.

Petugas kepolisian harus selalu menghormati martabat korban. Rasa hormat hendaknya tercermin dalam cara polisi berbicara dan memperlakukan korban.

Dalam kasus korban penyiksaan, naggota polisi (laki-laki atau perempuan) harus menyadari bahwa dirinya berhadapan seseorang yang telah diperlakukan sewenang-wenang telah dianiaya, dan dipermalukan. Korban penyiksaan jauh lebih rentan dibandingkan anggota masyarakat lain.

Biasanya, kalau yang menjadi korban adalah perempuan, maka pihak pertama yang dihubungi adalah polisi. Karena itu kesejahteraan dan kesehatan korban harus menjadi prioritas utama bagi polisi. Tindakan kejahatan yang sudah terlanjur terjadi itu tidak dapat dihilangkan. Namun, bantuan dan penanganan yang tepat terhadap korban jelas dapat membantu meringankan dampak negatif dari kejahatan yang dialaminya.

e. Perempuan sebagai tersangka kejahatan

Tahanan perempuan bisa dikatakan berada dalam posisi kelompok yang paling rentan. Mereka kerap menjadi korban kasus pelanggaran hak asasi manusia yang paling memprihatinkan. Petugas kepolisian yang seharusnya menjadi pihak pelindung, justru menjadi pelaku kekerasan terhadap tahanan perempuan.

Pelanggaran hak asasi perempuan tahanan terjadi diseluruh dunia. Oleh karena itu PBB telah menghimbau negara-negara anggotanya untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menghapus tindakan kekerasan fisik terhadap tahanan perempuan.

Langkah-langkah tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :

PERPOLISIAN MASYARAKAT 44

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 45: APLIKASI POLMAS.doc

Perempuan hanya boleh diinterogasi atau ditahan dibawah pengawasan petugas polisi wanita.

Perempuan yang ditangkap atau ditahan tidak boleh diperlakukan secara berbeda dan harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan atau eksploitasi

Tahanan perempuan harus diawasi dan digeledah oleh petugas perempuan dan atau staf perempuan.

Tahanan perempuan harus ditahan ditempat yang berbeda dengan tahanan laki-laki

Untuk perempuan yang sedang hamil dan ibu yang sedang menyusui harus disediakan fasilitas khusus dalam proses penahanan

Semua petugas kepolisian harus mengetahui bahwa penyerang perempuan yang berada dalam tahanan secara seksual dianggap sebagai suatu tindak penyiksaan atau kekerasan. Tindakan ini, dalam keadaan apapun, tidak akan pernah ditelolir. Prosedur-prosedur penanganan tahanan perempuan semestinya untuk melindungi tahanan perempuan dan bukan untuk meperburuk keadaan.

Apabila seorang anggota polisi mengetahui bahwa rekannya melakukan kekerasan seksual terhadap seorang tahanan perempuan, dia harus segera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang.

3. Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam rumah tangga terjadi disemua negara penjuru dunia. Kekerasan tersebut tidak hanya terjadi dalam keluarga tetapi juga terjadi diantara orang yang menjalin hubungan dekat.

Polisi kadang kala memandang kekerasan dalam rumah tangga sebagai urusan pribadi dan oleh karena itu polisi tidak selalu ingin ikut campur.

Walaupun demikian ada beberapa langkah khusus yang harus diambil ketika polisi menghadapi korban kekerasan dalam rumah tangga. Ada beberapa standar dan praktek internasional yang telah dikembangkan dan dapat digunakan sebagai pedoman

PERPOLISIAN MASYARAKAT 45

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 46: APLIKASI POLMAS.doc

penerapan standar dan praktek penanganan korban kekerasan dalam rumah tangga.

Contoh kekerasan dalam rumah tangga :

Kekerasan fisik Kekerasan seksual Kekerasan emosional dan psikologis Kekerasan ekonomi Kekerasan verbal (dengan perkataan yang kasar) Intimidasi Pelecehan Mengikuti dan memata-matai Merusak harta benda atau propertio (rumah dan barang

lainnya) Memasuki rumah korban tanpa ijin. Sikap lain yang melecehkan atau yang berusaha menguasai

sesuatu.

Namun, penting untuk disadari untuk kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu bentuk kejahatan seperti layaknya kejahatan lain. Oleh karena itu Polisi harus turun tangan.

Standar dan Praktek Internasional dalam penanganan kasus kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kekerasan terhadap perempuan dapat berupa kekerasan fisik, seksual, atau psikologis. Sebagai contoh : pemukulan berulang-ulang, penyiksaan seksual, kekerasan yang berhubungan dengan mas kawin, perkosaaan yang dilakukan suami terhadap isteri, praktek-praktek tradisional yang membahayakan, kekerasan dan perkosaan diluar hubungan suami isteri, pelecehan seksual, pelacuran paksa, perdagangan perempuan, dan kekerasan yang berkaitan dengan eksploitasi perempuan.

Apapun betuknya, kekerasan terhadap perempuan adalah perbuatan melanggar, merusak dan merampas hak asasi manusia dan kebebasan dasar yang berhak dinikmati oleh perempuan.

Polisi harus melakukan tindakan yang sebaik-baiknya untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan. Polisi harus menyelidiki dan menahan setiap

PERPOLISIAN MASYARAKAT 46

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 47: APLIKASI POLMAS.doc

pelaku tindak kekerasan terhadap perempuan dengan tidak pandang bulu. Kekerasan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah atau pribadi, didalam rumah tangga, dalam masyarakat ataupun dalam instansi-instansi pemerintah harus ditangani dengan sebaik-baiknya.

Polisi harus mengambil tindakan tegas untuk mencegah agar perempuan tidak menjadi korban kekerasan. Polisi juga harus memastikan agar seseorang tidak menjadi korban untuk kedua kalinya hanya karena kelalaian polisi atau karena praktek penegakan hukum yang tidak peka dengan masalah jender.

Kekerasan terhadap perempuan adalah suatu kejahatan dan harus diberi hukuman yang setimpal, walaupun kekerasan tersebut terjadi didalam keluarga.

Perlu kita sadari bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga sering kali takut akan tindakan balas dendam apabila mereka mengajukan tuntutan. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan khusus dengan pemberian perlindungan pada korban sehingga tindak kekerasan tidak berlanjut. Pemberian rujukan untuk pemondokan penampungan, dan perawatan kesehatan khusus juga diperlukan.

4. Hak-hak Korban kejahatan

Pimpinan Kepolisian harus memastikan agar semua anggota polisi memperlakukan korban dengan simpati. Beberapa panduan bagi polisi adalah sebagai berikut :

Polisi harus memberikan informasi kepada korban kejahatan sesegera mungkin, jika memungkinkan dalam bentuk tertulis, tentang berbagai hal berikut :

Identitas petugas yang menginvestasi Umpan balik secara teratur selama investigasi Tanggal persidangan kasus Pembatalan atau penundaan persidangan serta tanggal

baru Tanggal pembacaan vonis hukuman Hasil persidangan dan hukuman yang diputuskan

PERPOLISIAN MASYARAKAT 47

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 48: APLIKASI POLMAS.doc

Dimana dan kapan barang-barang korban yang telah disita dapat diambil.

Kompensasi Pembayaran biaya saksi.Korban kejahatan harus didukung oleh anggota polri dengan cara berikut :

Korban/pelapor/saksi harus diperlakukan dengan hormat dan sopan

Pernyataan harus diambil dengan cara yang baik, peka dan sensitif, serta profesional. Hal ini juga harus dilakukan dengan menghormati privasi hak korban. Apabila memungkinkan , proses berita acara pemeriksaan (BAP) dilakukan tanpa disaksikan orang lain.

Kasus-kasus harus diinvestigasi dengan cara yang profesional, termasuk dengan memberikan umpan balik secara teratur kepada korban.

Korban harus diberi informasi mengenai prosedur tetap yang harus diikuti polisi dalam menyelidiki suatu kejahatan.

Polisi harus memberikan petunjuk tentang pencegahan kejahatan.

Polisi harus merujuk korban ke pelayanan medis dan atau konseling serta jasa pendukung lain dalam masyarakat.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 48

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 49: APLIKASI POLMAS.doc

BABV

KETERAMPILAN KOMUNIKASI DALAM POLMAS

Kompetensi Dasar :

Peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi guna mendukung penerapan Polmas

Indikator Hasil Belajar :

Setelah memelajari Bab V, peserta didik mampu :1. Menjelaskan pengertian komunikasi.2. Menjelaskan faktor-faktor penghambat komunikasi.3. Menjelaskan suasana komunikasi yang ideal.4. Menjelaskan komunikasi berempati.5. Menjelaskan tehnik-tehnik wawancara.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 49

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 50: APLIKASI POLMAS.doc

1. Keterampilan Berkomunikasi dalam Polmas

Komunikasi yang efektif sangat penting bagi organisasi dimana pun di dunia. Bahkan, komunikasi yang efektif adalah kunci meraih keberhasilan. Hal ini juga berlaku bagi organisasi kepolisian karena setiap hari mereka berkomunikasi dengan orang dari berbagi kelompok masyarakat.

Ada dua jenis komunikasi yang dibutuhkan dalam organisasi kepolisian, internal dan eksternal. Komunikasi internal terjadi ketika anggota kepolisian berkomunikasi dengan sesama anggota kelompoknya, baik bawahan atau atasan. Sementara itu, komunikasi eksternal terjadi ketika anggota kepolisian berkomunikasi dengan departemen terkait dalam pemerintahan, organisi-organisasi non pemerintah, kalangan bisnis, korban kejahatan, pelaku kejahatan, dan anggota masyarakat lainnya.

Semua anggota polisi wajib mengetahui cara berkomunikasi yang efektif, terutama jika kepolisian hendak menerapkan Polmas sebagai filosofi dasar dan strategi operasional. Dalam bekerjasama dengan masyarakat, dalam konteks Polmas, dilakukan pendekatan dengan manajemen partisipatif. Walhasil, komunikasi yang efektif menjadi syarat keberhasilan yang utama. 2. Faktor - faktor Penghambat Komunikasi

Komunikasi adalah transaksi. Komunikasi bukan sekedar mengucapkan kata-kata sebab aktivitas komunikasi baru terjadi ketika kata-kata diucapkan “diterima”. Apabila ucapan pesan yang dikirimkan “tidak diterima” oleh orang lain, maka tidak terjadi transaksi, yang berarti tidak terjadi komunikasi.

Perlu dicatat bahwa sikap dan prasangka dapat menghambat penerimaan pesan verbal. Walaupun pesan tersebut secara fisik dapat didengar dan dimengerti, dengan adanya sikap dan

PERPOLISIAN MASYARAKAT 50

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 51: APLIKASI POLMAS.doc

prasangka pada pihak penyampaian atau penerima pesan verbal mungkin saja tidak tersampaikan.

Berikut ini beberapa faktor penghambat komunikasi :

Jika orang yang berkomunikasi tidak sopan, bersikap mengancam atau agresif, maka ada kemungkinn bahwa pesannya tidak diterima.

Jika terdapat banyak gangguan disekitar, ada orang lain yang berbicara di dekat kita, mungkin saja kita tidak menerima semua pesan yang dikomunikasikan.

Jika yang diajk berkomunikasi adalah orang yang tidak kita sukai. Tak dapat diingkari, kita akan lebih mendengarkan seseorang yang kita sukai dan jelaskan bahwa perhatian kita tergantung pada siapa yang bebicara.

Kurangnya ketertarikan atas suatu pesan akan menyebabkan pesan yang dikomunikasikan kurang akurat. Kita akan lebih memperhatikan sesuatu topik yang menarik dan tidak membosankan.

Jika orang-orang sedang dalam kondisi terlalu bersemangat, tegang, atau takut, maka mereka mungkin tidak dapat menerima pesan yang disampaikan.

Jika pesan yang kita dengarkan terlalu teknis atau banyak menggunakan kata-kata aneh, kita akan bingung, frustrasi, dan tidak dapat menerima pesan yang dikomunikasikan.

Jika kita tidak mau mendengar atau melibatkan diri, maka kita tidak akan berusaha mendengarkan atau melibatkan diri.

Jika kita harus memikirkan hal-hal lain, atau ada hal lain yang berputar dalam benak kita, kita akan mendapatkan kesulitan untuk mendengarkan pesan dengan baik.

Terlalu banyak informasi yang masuk, maka mungkin saja kita hanya menerima sebagian dari informasi tersebut.

3. Suasana Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu “transaksi” yang selalu terjadi dalam suasana tertentu. Suasana ini bisa saja di kantor, kendaran, atau

PERPOLISIAN MASYARAKAT 51

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 52: APLIKASI POLMAS.doc

mereka yang berada dijalanan. Kondisi alamiah ini berdampak, bisa berupa pengaruh merugikan, menguntungkan, atau netral terhadap proses komunikasi.

Emosi adalah salah satu bentuk suasana yang muncul ketika terjadi komunikasi. Hal ini biasanya diekspresikan melalui bentuk-bentuk komunikasi non verbal, bahasa tubuh seperti ekspresi wajah, mengerutkan kening, sikap cara meletakkan tangan dan telapak tangan , adalah indikasi suasana yang tercipta.

Sikap tubuh yang agresif mungkin saja mengindikasikan adanya kecurigaan atau tuduhan apabila tubuh atau ekspresi wajah disertai nada bicara tertentu, maka sang penerima dapat dengan mudah mengidentifikasi suasana yang tercipta, apakah negatif atau positif bagi suatu komunikasi

Apa Saja Yang Termasuk Dalam Suasana Komunikasi Yang Ideal ?Carl Rogers, seorang psikolog Amerika, mengembangkan sebuah teori yang dikenal luas dikalangan ahli tentng perilaku penerima suatu proses komunikasi. Agar bisa berlangsung efektif, demikian teori Rogers, secara khusus pihak penyampai pesan harus memfokuskan perhatian pada penerima pesan. Dengan demikian, penerima pesan mendapat kesempatan berkomunikasi dengan bebas dan nyaman.

Dasar pemikiran dari teori yang berorientasi pada penerima ini ialah penerapan kriteria-kriteria berikut dalam percakapan :

Kehangatan Empati Penerimaan Kerjasama Dukungan Ketulusan Rasa Hormat

Karakter Apa yang Menciptakan Suasana Komunikasi Negatif

Dalam praktek sehari-hari, kita bisa menjumpai adanya karakter-karakter tertentu yang dapt menggngu komunikasi. Karakter ini

PERPOLISIAN MASYARAKAT 52

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 53: APLIKASI POLMAS.doc

kadang-kadang terkait dengan profesi atau pekerjaan si penyampai pesan.

Berikut ini adalah contoh-contoh karakter atau kecenderungan yang harus dihindari :

Prasangka buruk Kecurigaan berlebihan Gaya yang opresif Dorongan untuk menonjolkan diri Agresi Sikap yang tidak menghargai Sok berkuasa Tidak berempati Polisi harus menyadari bahwa karakter-karakter seperti diatas mempunyai dampak negatif terhadap komunikasi. Karakter seperti itu harus dihindari dalam menjalankan tugas sebagai penegak hukum, terutama dalam pekerjaan yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat.

4. Mendengarkan

Mendengarkan dengan baik akan mampu memberikan kita pandangan yang akurat atas apa yang sedang dikomunikasikan. Mendengarkan adalah suatu seni yang sangat menolong dalam komunikasi yang efektif. Bahkan, kita bisa menyimpulkan bahwa mendengarkan adalah suatu proses yang terjadi terus menerus yang membentuk dasar komunikasi. Aktivitas mendengar tidak hanya sekedar mengartikan informasi tetapi juga mencakup juga usaha untuk membuka akses yang terus menerus, serta melibatkan emosi terhadap usul atau saran lawan bicara kita selama kita berkomunikasi dengannya.

a. Hambatan Dalam Proses Mengirim Dan Mendengarkan Pesan

Hambatan dari Pengiriman Pesan Hambatan dari Penerima Pesan

b. Mendengarkan Secara Efektif Merefleksi Materi Menunjukan Perasaan dan Emosi

PERPOLISIAN MASYARAKAT 53

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 54: APLIKASI POLMAS.doc

Mengulangi atau Menyebutkan Kembali dengan Kata-kata Sendiri (Parfrasing)

c. Teknik Mendengarkan Secara Aktif Mahir mendengarkan secara aktif adalah suatu tantangan.

Pendengaran harus memberikan perhatian penuh dan mampu bersikap obyektif, dalam situasi yang seringkali tidak jelas terlihat akibat ditutup oleh “awan” emosi yang tebal.

Komunikasi Non verbal.

5. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Berempati ?

Berempati adalah cara yang dilakukan seorang petugas polisi untuk membuat anggota masyarakat menyadari bahwa polisi memahami keadaannya. Polisi berusaha berpikir bersama dia, kemudian memahami, bahkan “mengalami” keadaannya. Polisi mencoba membayangkan atau mensualisasikan pengamatan dan pengalaman anggota masyarakat tersebut tanpa kehilangan identitasnya sebagai polisi.

Ada pepatah dalam Bahasa Inggris yang terjemahan harfiahnya sebagai berikut : “Masukan kaki Anda ke dalam sepatunya” (membayangkan bahwa Anda adalah dia). Pepatah tersebut cukup menjelaskan apa yng dimaksud dengan empati. Pemahaman atau pandangan seperti itu harus terbaca dalam sikap polisi dan secara verbal (lisan) “dipindahkan” kepada anggota masyarakat yang dihadapi polisi.

Tujuan Komunikasi Berempati

Komunikasi berempati adalah teknik yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi. Beberapa alasan mengapa teknik ini digunakan, yaitu : Untuk membina hubungan dengan anggota masyarakat. Untuk tetap berhubungan dengan anggota masyarakat. Penentuan masalah-masalah masyarakat secara efektif. Menangani situasi yang sangat emosional.

6. Penerapan Keterampilan Berkomunikasi dalam Wawancara Praktis

PERPOLISIAN MASYARAKAT 54

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 55: APLIKASI POLMAS.doc

6.1. Prinsip-prinsip Wawancara

Sebagai seorang anggota polisi, anda akan menggunakan 70 persen waktu Anda untuk melakukan berbagai bentuk wawancara. Hal ini dilakukan baik dengan cara menjawab telepon, berbicara dengan pelapor dikantor polisi, membuat berita acara pemeriksaan (BAP), atau mendatangi pelapor di lapangan.

Ada tiga komponen dalam wawancara, yaitu :

Orang yang melakukan wawancara (pewawancara). Orang yang diwawancarai. Bahan wawancara.

Sebagai pewawancara, Anda harus menyadari bahwa Anda lah yang harus mengendalikan sepenuhnya wawancara tersebut. Anda adalah komponen terpenting dalam suatu wawancara.

6.2. Tehnik-tehnik Wawancara

Pada dasarnya wawancara hanya dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

6.2.1. Wawancara Terstruktur atau Wawancara yang Dipersiapkan Lebih Dahulu.

Langkah 1 : Siapkan Diri Anda dengan Baik.

a. Pelajari semua pernyataan dan dokumen yang ada b. Pelajari semua barang bukti dan bahan – bahan yang adac. Dapatkan informasi secukupnya tentang orang yang

diwawancarai agar kita dapat mengajukan pertanyaan dan memperoleh informasi yang tepat.

d. Jika anda harus mewawancarai pelapor sebagai korban perkosaan, anda harus membaca kembali KUHP untuk mengingat kembali tentang unsur-unsur dalam kasus perkosaan. Mungkin juga anda harus memutuskan cara yang tepat untuk menanganinya.

Langkah 2 : Pengetahuan Tentang Orang yang Akan di Wawancarai.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 55

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 56: APLIKASI POLMAS.doc

a. Dapatkan sebanyak mungkin informasi tentang orang yang akan diwawancarai.

b. Informasi penting yang perlu anda persiapkan : Latar belakang Ikatan budaya Kepribadian Reaksi dan sikap dalam menghadapi pertanyaan

Langkah 3 : Wawancara di Tempat Kejadian Perkara (TKP).

a. jika situasi mengijinkan, akan lebih baik jika wawancara diadakan ditempat kejadian perkara (TKP). Jika ini tidak mungkin atau jika pelapor keberatan, wawancara harus diadakan secara tertutup disalah satu ruangan di kantor polisi

b. Adalah penting bahwa wawancara terstruktur dilakukan segera setelah kejadian.

c. Aspek paling penting sehubungan dengan tempat wawancara adalah kerahasiaan. Adalah suatu keharusan untuk mengadakan wawancara di tempat tertutup dan menjaga privasi.

d. Wawancara harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terinterupsi oleh deringan telepon atau oleh orang-orang yang keluar masuk ruangan

Langkah 4 :Wawancara dilakukan sambil memperagakan keadaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP).

a. Minta orang yang diwawancarai agar mereka memperagakan kembali seluruh kejadian di TKP. Ini harus dilakukan sejak sebelum insiden terjadi, pada saat insiden terjadi, dan setelah insiden terjadi.

b. Orang yang diwawancara harus memberi informasi yang sangat spesipik dan harus menyebutkan sampai hal yang paling kecil.

c. Saksi harus menyebutkan apa yang dia rasakan, dia cium, dia dengar, dia lihat, bahkan dia cicipi.

d. Diharapkan agar saksi menyebutkan keseluruhan kondisi menyangkut kejahatan yang disaksikannya. Teknik tersebut dapat membuat saksi mengingat kembali insiden yang terjadi dengan menggunakan seluruh panca inderanya.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 56

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 57: APLIKASI POLMAS.doc

Langkah 5 : Meminta kepada Saksi untuk Menjelaskan secara Lengkap.Orang cenderung untuk tidak menyebutkan hal-hal yang mereka anggap tidak penting. Mintalah kepada saksi untuk menyebutkan semuanya (termasuk hal yang dianggap tidak penting).

6.2.2. Wawancara Tidak Terstruktur atau Wawancara Informal

Langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam wawancara tidak tersetruktur, adalah :Langkah 1 : Menenangkan korban atau Orang yang Diwawancarai.Langkah 2 : Membuat Berita Acara Pemeriksaan.Langkah 3 : Terapkan Pengetahuan Tentang Perilaku Manusia.Langkah 4 : Buatlah Catatan.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 57

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 58: APLIKASI POLMAS.doc

BAB VI

PETUGAS POLMAS DAN RESOLUSI KONFLIK

Kompetensi Dasar :

Peserta didik memhami peran dalam Polmas, keterampilan yang dibutuhkan dan ciri-ciri pembawaan yang harus dimiliki untuk menerapkan Polmas sehingga dapat menangani , konflik dalam pelaksanaan tugas

Indikator hasil belajar :

Setelah mempelajari Bab VI, peserta didik mampu :1. Menjelaskan pengertian konflik.2. Menjelaskan dua manajemen arena konflik.3. Menjelaskan keterampilan yang harus dimiliki bagi petugas

Polmas.4. Menjelaskan delapan langkah dan lima langkah rencana

Negoasiasi.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 58

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 59: APLIKASI POLMAS.doc

1. Petugas Perpolisian Masyarakat dan Penanganan Konflik

Namun demikian, konflik tidak selamanya buruk. Biasanya konflik berasal dari perbedaan pendapat. Maklum, tidak ada dua orang berbeda yang melihat dunia dengan sudut pandang yang sepenuhnya sama. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Mungkin saja, seseorang yang selalu menyetujui pendapat Anda, hanya mengatakan apa yang ingin Anda dengar dan bukan mengungkapkan apa yang dia anggap benar. Seorang petugas Polmas harus selalu menyadari perihal “perbedaan cara pandang” ini. Sering kali akar permasalahan yang memicu konflik dalam masyarakat adalah perbedaan cara pandang.

Konflik selalu dianggap buruk karena adanya aspek emosional di dalam konflik. Ketika terjadi konflik, hal yang pasti ialah terdapat perbedaan pendapat yang besar antara dua orang atau lebih. Konflik biasanya berhubungan dengan kepentingan atau ide yang secara pribadi sangat berarti bagi salah satu atau kedua belah pihak yang terlibat, Polisi harus memandang dua kerangka manajemen konflik :

Menyelesaikan konflik dalam hubungan pada kemitraan antara polisi (polki/polwan) dengan masyarakat. Sering ada konflik antara berbagai kelompok kepentingan masyarakat yang dibawa ke dalam forum kemitraan polisi masyarakat.

Menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan tugas-tugas penegakan hukum anggota polisi. Konflik sering terjadi ketika berurusan dengan orang-orang yang berkepribadian sulit dalam investigasi, menegakan hukum, dan menangkap tersangka yang dipercaya telah melakukan kejahatan.

Adanya dua kerangka konflik ini merupakan fakta di lapangan. Polmas berkaitan dengan keduanya dalam tugas-tugas penegakan

PERPOLISIAN MASYARAKAT 59

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 60: APLIKASI POLMAS.doc

hukum dan bekerjasama dengan masyarakat dalam sebuah kemitraan untuk memberantas kejahatan.

Konflik yang tidak terpecahkan dapat mengarah kepada kekerasan dan pembangkangan. Kunci untuk menangani konflik secara efektif adalah dengan mempelajari keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi “manajer konflik” dalam dua kerangka konflik di atas.

2. Pengertian Konflik

Konflik dalam masyarakat adalah perbedaan pendapat yang wajar. Perbedaan ini dikarenakan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ada, berbeda sikap, kepercayaan, nilai-nilai, atau kepentingan.

Konflik dapat juga berasal dari persaingan masa lalu dan perbedaan kepribadian. Penyebab konflik lainnya adalah ketika usaha negosiasi dilakukan pada waktu yang tidak tepat atau sebelumnya informasi yang dibutuhkan diperoleh.

a. Unsur-unsur Konflik

Apa penyebab konflik ? Kebutuhan Persepsi yang Berbeda Mengenai sebuah Masalah Wewenang Nilai

Sebenarnya konflik dalam masyarakat tidak selamanya negatif. Bahkan, konflik dapat menjadi konflik yang sehat, tentu jika dikelola secara efektif.

Konflik yang sehat dapat menghasilkan Pertumbuhan inovasi Cara berpikir baru Toleransi atas perbedaan

Jika konflik dapat dipahami, maka konflik tersebut dapat dikelola secara efektip, dengan meraih konsensus yang memenuhi kepentingan individu dan masyarakat. Mengelola konflik dapat

PERPOLISIAN MASYARAKAT 60

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 61: APLIKASI POLMAS.doc

menghasilkan manfaat bagi kedua belah pihak dan dapat juga memperkuat hubungan. Tujuannya adalah sama-sama “menang” dengan memperoleh setidak-tidaknya sebagian dari kepentingan masing-masing.

b. Faktor-faktor yang Meningkatkan Konflik dalam Masyarakat Petugas kepolisian harus menyadari kenyatan bahwa selain faktor-faktor penyebab konflik seperti yang disebutkan diatas, ada juga faktor-faktor lain, yang memperbesar konflik. Faktor-faktor tersebut adalah :

Kemacetan Komunikasi Perbedaan Aspirasi dalam Masyarakat Persepsi yang Berbeda-beda Perubahan Strategi Kelompok dan Perkumpulan Sosial

3. Konflik dan Kekerasan

Konflik dalam masyarakat memang tidak selamanya negatif. Namun, jika tidak ditangani, konflik dapat mengakibatkan kekerasan terhadap publik, bahkan kekerasan yang terorganisir. Oleh karena itu, penting bagi anggota polisi untuk menyadari faktor-faktor yang dapat mengubah konflik menjadi kekerasan.

Beberapa tanda konflik tersebut adalah :

Meningkatkan frustrasi, ancaman, dan intimidasi. Tidak adanya forum, prosedur, atau pihak ke-tiga yang

dapat dipercaya. Di terimanya ideologi kekerasan (“kekerasan dapat

digunakan”). Kontrol sosial yang lemah (masyarakat/keluarga tidak

mencegah konflik yang berbahaya). Hilangnya norma-norma kelompok, agama dan budaya. Tidak adanya alternatif solusi atas masalah yang dapat

diterima semua pihak. Adanya persepsi akan adanya ketidakadilan. Adanya persepsi bahwa tidak ada tanggung jawab atas diri

sendiri. Adanya persepsi pihak lain bertindak tidak manusiawi. Adanya sejarah kekerasan.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 61

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 62: APLIKASI POLMAS.doc

4. Keterampilan dan Kepribadian yang dibutuhkan dalam Menangani Konflik

Penerimaan filosofi Polmas mensyaratkan Polri untuk mendukung dan penyediaan bentuk dan peran anggota polisi yang baru dalam penegakan hukum.

Bentuk dan peran petugas Polmas, antara lain : Penjaga Perdamaian Pelayan Masyarakat Penentang Kejahatan

a. Keterampilan Umum dalam Polmas

Untuk menjadi petugas Polmas yang baik, diperlukan keterampilan-keterampilan bekerjasama dengan masyarakat, sebagai berikut :

Keterampilan Komunikasi Keterampilan untuk Memecahkan Masalah Keterampilan Kepemimpinan Keterampilan Membangun Tim

Keterampilan Menangani Konflik dan Keterampilan Melakukan Negosiasi (yang Menjadi Fokus dalam Bab Ini) :

Mendapingi anggota masyarakat untuk menyelesaikan pertikaiaan yang terjadi dalam masyarakat.

Menyelesaikan konflik dalam peranan sebagai petugas penegak hukum, ketika berurusan dengan orang-orang yang konfrontatif.

b. Sifat-sifat Untuk Penanganan Konflik yang Sukses

Agar dapat berhasil dalam bekerja dengan masyarakat, petugas Polmas harus memiliki kualitas seperti di bawah ini. Semua kualitas tersebut membantu polisi dalam membangun kepercayaan yang dibutuhkan dalam kemitraannya dengan masyarakat. Kualitas (Kemampuan) Personal. Kualitas ini membantu polisi

PERPOLISIAN MASYARAKAT 62

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 63: APLIKASI POLMAS.doc

memperoleh repulasi sebagai orang yang layak dipercaya Kualitas (Kemampuan) Umum. Kualitas ini membantu anggota polisi untuk memperoleh kepercayaan masyarakat sebagi mitra yang efektif dan efisien. Berbagai kemampuan untuk membangun kepercayaan sambil bekerjasama dalam forum kemitraan polisi-masyarakat yang disebutkan dibawah ini, akan membantu anggota polisi untuk mendapatkan reputasi sebagai anggota forum yang adil, transparan, dan percaya. Juga, meningkatkan kepercayaan antara organisasi kepolisisan dan masyarakat secara signifikan.

Kualitas (Kemampuan) Personal, yaitu :

Mengenali diri sendiri Percaya pada diri sendiri Sikap positif Disiplin pribadi Memotivasi pribadi Penampilan Sikap teratur Atur waktu Sikap tegas Cermat Akurat

Kualitas (Kemampuan) Umum untuk Bekerja dengan Masyarakat, yaitu :

Berpengetahuan Sesuai jadwal Buat prioritas Alokasikan sumber daya secara efektif Selesaikan pekerjaan pengarsipan dan administratif Terima tanggung jawab Inovatif Konsisten Tepati janji

Kualitas untuk Membangun Kepercayan dalam Forum Kemitraan Polisi – Masyarakat, yaitu :

Membangun hubungan yang harmonis

PERPOLISIAN MASYARAKAT 63

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 64: APLIKASI POLMAS.doc

Memuji orang lain Katakan “tidak” Katakan “ya” jika mungkin Pilih “peperangan” Anda secara bijak Biarkan masalah pribadi tetap menjadi masalah pribadi Akui Kesalahan Terima tugas-tugas yang sulit Rencanakan secara sistematis Jangan buang-buang tenaga

5. Strategi Penanganan Konflik

Anggota polisi, berdasarkan sifat tugas, selalu secara langsung berhadapan dengan penjahat. Petugas polisi tidak akan sanggup hanya fokus pada sikap penjahat karena fokus semacam ini tidak akan sanggup menangani konflik yang nyata.

Penting bagi petugas polisi mengidentifikasi hal-hal yang dapat memicu konflik, bertindak preventif, dan dengan demikian mengurangi kemungkinan terjadinya konflik. Ini adalah cara lain untuk menjelaskan apa yang telah dibahas sebelumnya. Bahwa petugas Polmas tidak hanya melakukan tindakan penegakan hukum semata tetapi juga menangani masalah sosial dan mengendalikan suasana yang bisa memicu konflik.

a. Mengenali Cara-cara Penanganan Konflik

Solusi - solusi yang sebenarnya berimplikasi jangka panjang yaitu :

Menghindar Mengakomodasi Bersaing Berkompromi Kolaborasi

b. Langkah-langkah Menyelesaikan Konflik dalam Diri Sendiri

Pendekatan dibawah ini dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik dalam diri sendiri.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 64

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 65: APLIKASI POLMAS.doc

6. Negosiasi dan Menangani Konflik dalam Penegakan Hukum

Petugas kepolisian harus mempelajari tentang keterampilan bernegosiasi yang efektif. Karena mereka banyak menghabiskan waktu untuk bernegosiasi dan mediasi dengan pihak-pihak yang terlibat konflik. Kadang-kadang anggota polisi juga sering menghadapi konflik secara langsung, dalam situasi taktis, ketika berurusan dengan orang-orang yang melakukan kejahatan atau melanggar hukum.

Polisi harus mendapatkan kerja sama dalam hal :

Mendapatkan informasi dan indetifikasi. Upaya mematuhi perintah petugas demi keselamatan itu

sendiri atau rekan. hal permintaan lainnya yang diperlukan untuk melakukan

penangkapan atau memberikan bukti pelanggaran.

Dalam situasi taktis seperti ini, kadang-kadang polisi harus berurusan dengan orang-orang yang konfrontatif atau orang-orang yang “sulit”. Rencana negosiasi taktis dibutuhkan untuk kontak-kontak seperti ini, bahkan juga untuk orang-orang yang tidak bersifat konfrontatif (bersedia berkerjasama). Gunakan “rencana-rencana” ini daripada menangani suatu keadaan tanpa memiliki strategi yang jelas. Bila strategi tidak jelas, pada akhirnya dapat “memaksa” anggota polisi masuk dalam sutu keadaan yang memaksa petugas menggunakan kekerasan fisik.

a. Penggunaan Negosiasi dalam Situasi Penegakan Hukum Taktis

Negosiasi dalam “kerangka” ke –dua dari penangan konflik secara subtansi berbeda dengan negosiasi yang melibatkan orang lain dalm Polmas (menolong anggota masyarakat menyelesaikan konflik). Kerangka baru dalam penangan knflik ini melibatkan situasi tektis, dimana konflik timbul bukan karena perbedaan pendapat, nilai atau budaya, tetapi karena terjadi pelanggaran hukum. Petugas kepolisian memiliki tanggung jawab legal untuk melaksanakan penegakan hukum.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 65

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 66: APLIKASI POLMAS.doc

Negosiasi dibutuhkan ketika berhadapan dengan seorang pelaku yang tidak mau mematuhi peringatan tau perintah pad ssat ia ditangkp. Atau, ketik polisi mengeluarkan kartu pernyataan pelanggaran, atau tindakan lain yang melibatkan tugas-tugas seorang polisi. Tujuan negosiasi bukan kompromi yang dinegosiasikan, tetapi agar pelaku mematuhi perintah, permintaan, atau peringatan polisi secara sukarela. Namun yang harus diingat, isu penting dalam negosiasi adalah pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia dan keselamatan fisik polisi maupun pelaku.

Walaupun fokus melakukan negosiasi berbeda dalam situasi yang taktis, topik-topik yang telah dibahas sebelumnya seperti “Ciri-ciri Penanganan konflik”, “Keterampilan dan Kepribadian”, “Kualitas untuk membangun kepercayaan dalam masyarakat”, dan “ Langkah-langkah menyelesaikan konflik dengan orang lain”, juga berlaku dalam penegakan hukum taktis.

Anda akan melihat ciri-ciri dan kualitas ini dalam dua rencana negosiasi taktis yang berikut.

b. Menang dengan Kata-kata dalam Situasi Taktis

Seorang polisi Amerika bernama George Thompson menciptakan program komunikasi taktis bagi polisi, dengan nama “Verbal Judo”. Dr. Thompson memperoleh gelar dokternya dibidang komunikasi. Beliau juga memegang sabuk hitam judo. Dr. Thompson menggunakan prinsip-prinsip filosofi beladiri Asia tersebut yang diterapkan dalam komunikai pada situasi taktis yang dihadapi polisi.

“Judo” dalam bahasa Jepang berarti “cara yang halus”. Thompson menjelaskan bahwa verbal Judo ini menekankan beberapa konsep penting. Satu yang paling penting adalah “rasa hormat” sopan santun”. Walaupun pendekar samurai di Jepang sangat mahir menggunakan keahlian beladiri, mereka tidak mengangap remeh kesantunan dan rasa hormat.

Berikut ini adalah dua perencanan negosiasi “Verbal Judo” yang dapat digunakan oleh polisi dalam situasi taktis :

Delapan langkah perencanaan negosiasi taktis.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 66

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 67: APLIKASI POLMAS.doc

Lima langkah perencanan negosiasi taktis untuk orang-orang yang sulit.

Tujuan perencanan ini adalah untuk membantu polisi dalam situasi penegakan hukum taktis. “Memang dengan kata-kata, “ akan menyebabkan sipelaku mematuhi perintah dan dengan demikian maka penggunaan kekerasan fisik dapat dihindari.

c. Kedelapan Langkah Perencanaan Negosiasi Taktis

Rencana negosiasi taktis dapat digunakan untuk menghentikan kendaraan di jalan raya, mewawancari orang yang dicurigai, atau keadaan lain dimana polisi harus mendekati orang-orang tertentu dalam masyarakat. Langkah-langkah ini adalah sebagai berikut : Ketemu dan Menyapa Perkenalkan diri Anda Memberi penjelasan kepada Orang yang Ditangkap, tentang

alasan mengapa mereka dihentikan / ditahan Tanyakan pada orang tersebut mengapa pelanggaran

terjadi Minta SIM (dlam kasus pelanggaran lalu lintas) atau KTP,

atau Kartu Identitas Lain Minta surat-surat Registrasi Kendaraan Bermotor (STNK)

dan tanyakan dimana mereka meletakannya di dalam mobil

segera mengambil kesimpulan tentang situasi yang akan dihadapi

Akhiri pembicaran dengan kalimat penutup yang efektif dan “nada yang positif”

Manfaat Delapan Langkah Perencanan Negosiasi Taktis adalah :

Meningkatkan profesionalisme Polisi – melalui pendekatan profesional maka polisi terlihat dan terdengar melakukan pekerjaanya dengan profesional. Orang-orang yang melihat dan mendengar akan mendaptkan kesan yang lebih baik tentang polisi.

Membantu “menyelamatkan” ketika melakukan kontak – Profesionalisme dan sopan santun mengurangi amarah dan permusuhan.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 67

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 68: APLIKASI POLMAS.doc

Mengurang pengaduan atau keluhan warga masyarakat terhadap Polisi Profesionalisme membangun kepercayan dalam masyarakat.

Mengurangi rasa tertekan dalam pribadi polisi – And tidak pernah “kehilangan kata-kata” tetapi akan selalu tahu apa yang akan Anda katakan dan apa yang akan Anda lakukan.

d. Lima Langkah Perencanan Negosiasi Taktis untuk Orang-orang yang Konfrontatif

“Verbal Judo” digunakan ketika polisi menemukan perlawanan dalam menghadapi seseorang dalam situasi taktis. Seperti dalam Judo, ketika kita menghadapi penolakan fisik, reaksi yang baik bukan menolak balik, tetapi dengan “menyerah” atau menghindari penolakan.

Menggunakan kekuatan kekuatan lawan dan mengalahkannnya. Orang yang melakukan pelanggaran hukum sering kali menggunakan “kata” sebagai senjata. Dengan Kelima Langkah ini petugas akan dapat menangkis kata-kata yang mengandung amarah dan kemudian “mengalahkan” orang-orang yang konfrontatif.

Dalam menerapkan Lima Langkah, ada dampak psikologi yang cenderung tidak saja memperkecil kemungkinan adanya kontak dengan orang yang konfrontatif, tetapi juga menenangkan emosi orang bersangkutan. Tentu saja, ada saat-saat dimana permainan kata tidak berhasil. Ini bisa saja disebabkan karena memang orang tersebut sudah berniat untuk melakukan perlawanan, karena sedang di bawah pengaruh alkohol, bingung, atau alasan-alasan psikologis lainnya.

Lima Langkah dalam Perencanaan Negosisasi Taktis untuk Orang-orang yang Konfrontatif adalah sebagai berikut :

Minta atau perintahkan untuk mengikuti perintah. Jelaskan mengapa anda bertanya atau sebutkan tujuan

profesional anda. Menawarkan alternatif. Tanyakan, apakah ada hal-hal yang bisa anda katakan

untuk membuat orang tersebut mau bekerjasama. Bertindak.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 68

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 69: APLIKASI POLMAS.doc

BAB VII

PERPOLISIAN BERORIENTASI MASALAH

Kompetensi dasar :

Peserta didik memahami penanganan masalah bagi anggota dilapangan dan anggota masyarakat

Indikator Hasil Belajar :

Setelah mempelajari Bab VII, peserta didik mampu :1. Menjelaskan pegertian masalah.2. Menjelaskan pengertian Perpolisian berorientasi masalah.3. Menjelaskan kleuntungan Perpolisian beroriwntasi masalah.4. Menjelaskan pemecahan masalah dengan menggunakan

model SARE.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 69

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 70: APLIKASI POLMAS.doc

Perpolisian berorientasi masalah (PBM) dapat dijelaskan sebagai strategi perpolisian yang menekankan pada penggunaan teknik-teknik pemecahan masalah. Tujuannya agar polisi lebih efektif dalam menangani kejahatan atau ketidak tertiban yang terjadi berulang kembali atau yang saling berkaitan

Dalam konsep PBM, bentuk-bentuk kejadian yang jarang terjadi disuatu daerah atau kejadian-kejadian yang tunggal dikelompokkan sebagai satu kelompok masalah. Serangkaian kejadian tersebut dipelajari penyebabnya dan dikembangkan solusinya secara spesifik. Caranya, polisi bekerja sama dengan masyarakat untuk menangani masalah dan penyebabnya dalam jangka pendek, menengah dan panjang.

Selama ini pendekatan pemecahan masalah selalu menjadi kegiatan informal perpolisian. Namun, PBM kini secara formal mengenalkan pemecahan masalah sebagai praktik perpolisian yang sistematis.

Herman Goldstein, Profesor hukum dari universutas Wisconsin, menghabiskan 40 tahun untuk belajar dan bekerja dengan polisi. Tuan Goldstein inilah yang disebut sebagai “ bapak PBM”. Pendekatan pemecahan masalah yang sekarang dilakukan di organisasi kepolisian diseluruh dunia adalah hasil karyanya.

Pada akhir tahun 1970-an, Goldstein menyarankan agar kepolisian mengubah fokus dari fokus internal, yakni jumlah kendaraan, jumlah petugas, dan pola penempatan ataf, menjadi fokus eksternal yang dampaknya adalah kejahatan, ketakutan dan ketidak tertiban.

Goldstein juga mengkampanyekan perlunya polisi sedikit mengurangi pendekatan efisiensi yang menekankan pentingnya anka (contohnya : jumlah penangkapan dan surat perintah).

PERPOLISIAN MASYARAKAT 70

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 71: APLIKASI POLMAS.doc

Sebaliknya, Goldstein menekankan pentingnya pendekatan efisiensi yang lebih berdampak pada turunnya tingkat kejahatan.

1. Pengertian Masalah

Masalah didefinisikan sebagai suatu kondisi yang mengejutkan, merugikan, mengancam, menyebabkan ketakutan, atau cenderung menyebabkan ketidaktertiban dalam masyarakat, terutama kejadian-kejadian yang kelihatannya tidak saling berkaitan. Sebenarnya jika kita amati lebih dalam, banyak masalah memiliki kesamaan karakteristik, contohnya dalam pola, korban, atau lokasi geograpis.

2. Pengertian Perpolisian Berorientasi Masalah

Sebenarnya, pendekatan pemecahan masalah bukan sekadar model perpolisian. PBM adalah suatu strategi operasional yang bertujuan mengelompokan kejadian-kejadian yang saling berhubungan sebagai suatu kelompok masalah, mencari akar penyebabnya, dan kemudian bersama dengan masyarakat memformulasikan pemecahan permasalahan yang spesifik. Tujuannya adalah untuk menangani masalah dan akar permasalhannya, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.

Pemecahan masalah meliputi :

Identifikasi masalah-masalah kejahatan, ketidak tertiban, dan ketakutan dilingkungan warga.

memahami kondisi yang vmenyebabkan terjadinya permasalahan ini.

mengembangkan dan mengimplementasikan solusi jangka panjang.

Menentukan dampaknya.

Unsur-unsur penting dalam PBM :

Masalah adalah unsur dasar dalam pekerjan polisi. Masalah berdampak pada masayarakat, tidak hanya dalam

polisi. Pemecahan masalah mengharuskan polisi menanganinya

secara menyeluruh, bukan hanya penagnan yang cepat.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 71

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 72: APLIKASI POLMAS.doc

Masalah harus dideskripsikan secara akurat. Dibutuhkan investigasi yang sistematis sebelum membuat

solusi. Pertimbangkan semua kemungkinan munculnya respon

atau tanggapan selesaikan masalah secara proaktif. Polisi harus diberi wewenang untuk melakukan dikresi

dalam proses pemecahan masalah yang dilakukan. menilai hasil-hsil respon yang baru dan tidak hanya sekedar

mengevaluasi aktivitas responnya.

3. Keuntungan Perpolisian Berorientasi Masalah

Bebagai unsur penting dalam masyarakat, antara lain konsultasi, adaptasi, mobilisasi, akuntabilitas, dan mandat yang lebih luas, tercakup dalam penerapan PBM. Melalui analisa masalah yang dilakukan bersama dalam konteks sosial dan konteks tertentu, polisi dan masyarakat yang bersama-sama menjadi jalan keluar. Mereka melaksanakan solusi yang dipilih serta mengavaluasinya bersama-sama.

Adapun Keuntungan PBM sebagai berikut :

PBM memungkinkan polisi untuk mencegah masalah dimasyarakat dengan cara menangani akar permasalahan.

PBM melibatkan masyarakat dalam masalah yang terjadi didaerahnya Walhasil, PBM dapat menumbuhkan dan memelihara kerja sama antara polisi dan masyarakat. Hal ini juga memperkuat kemitraan antara polisi dan masyarakt.

PBM menciptakan kesempatan baru bagi staf operasional untuk mengembangkan dan menggunakan bakat menciptakan lingkungan kerja yang positif dan menantang, serta kepuasan kerja yang lebih besar.

4. Model SARE dalam Pemecahan Masalah

Model SARE meliputi scanning, analisa, respon, dan evaluasi

a. Tahap I : SCANNING

Apakah masalah itu ? (Identifikasi)

PERPOLISIAN MASYARAKAT 72

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 73: APLIKASI POLMAS.doc

Suatu kejadian baru dapat dianggap sebagai masalah jika memenuhi dua kriteria berikut :

Kejadiannya terjadi berulang-ulang atau saling berkaitan. Polisi maupun masyarakat prihatin terhadap permasalahan

tersebut.

Suatu masalah adalah kejadian yang terjadi berulang kali atau saling berkaitan.

Jika ditemukan kejadian, telepon permintaan bantuan, pengaduan yng kemungkinan besar terulang kembali, atau berkaitan dengan kejadian-kejadian lainnya, maka hal ini sudah memenuhi syarat sebagai permasalahan yang harus dipecahkan. Pencurian berulang pada alamat yang sama, pola pencurian kendaraan tertentu disuatu daerah, serta telepon permintaan bantuan atau pengaduan yang berulang-ulang dari alamat yang sama, adalah contoh permasalahan yang perlu ditangani.

Hubungan antar kejadian-kejadian yang saling berkiatan atau yang berulang dapat dilihat dengan cara memfokuskan pada karakteristik tertentu. Fokus tersebut adalah :

Perilaku. Cari contoh penggunaan modus operandi yang sama. Cari contoh korban sama yang ditemukan. Cari contoh orang-orang yang sama, sperti korban, pelaku

atau pelapor terlibat. Cari apakah ada prilaku yang sama dari pelaku, korban,

atau saksi. Wilayah.

OrangPerhatikan masalah atau kejadian yng dilkukan atau diprovokasi oleh kelompok tertentu (misalnya, pengrusakan yang dilakukan oleh remaja).

WaktuApakah kejadian-kejadian itu saling berkaitan, karena terjadi pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada jam tertentu dalam sehari, pada hari tertentu dalam seminggu, atau pada musim tertentu ?

PERPOLISIAN MASYARAKAT 73

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 74: APLIKASI POLMAS.doc

Cara-cara mengidentifikasi masalah kejahatan :

Survey penduduk. Pertemuan masyarakat. Wawancara individu dengan anggota masyarakat. Forum masyarakat yang khusus menangani masalah

kejahatan. Wawancara dengan pekerja dari instansi kota lainnya. Informasi itu data dari kota lain. Pengaduan (masyarkat dan petugas). Analisa kejahatan. Diskusi dengan jajaran pimpinan. Diskusi dengan pengawas atau supervisor. Meninjau kembali data kejadian sebelumnya berdasarkan

lokasi, kejahatan, atau catatan telepon. Percakapan dengan petugas di ruang operator telepon. Meninjau kembali informasi data-data kepolisian. Informasi dari staf, polisi, devinisi riset, dan perencanan

pemerintah setempat. Informasi dari kelompok-kelompok, organisasi dan asosiasi

nasional maupun internasional. Media massa.

Biasanya, kebanyakan permasalahan dapat diidentifikasi melalui analisa riwayat kejahatan diwilayah dan analisa terhadap data penggilan bantuan. Idealnya, sebuah pusat data harus dibangun sehinga semu data dapat disimpan dan dianalisa. Hal ini memungkinkan polisi untuk memperoleh gambaran secara lengkap tentang semua masalah yang ada diwilayah hukumnya. Gambaran menyeluruh ini juga dapat membantu polisi membuat skala prioritas permasalahan, karana tak mungkin memecahkan semua masalah pada waktu bersamaan.

Memilah MasalahDari proses pengidentifikasiaan masalah, secara tetap dapat diketahui berapa banyak masalah yang dapat ditangani. Mengingat terbatasnya sumber daya yang dimiliki, maka penting bagi polisi untuk menentukan prioritas pemecahan masalah. Seperti kita ketahui, prioritas tak dapat diambil jika dampak dan tingkat keseriusan permasalahan belum diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa awal sebelum memprioritaskan permasalahan.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 74

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 75: APLIKASI POLMAS.doc

Analisa permasalhan setidak-tidaknya harus menjawab pertanyan berikut :

Bagaimna bentuk dan luasnya permasalahan yang sebenarnya ?

Apa dampak dan konsekuensi permasalahan tersebut ? Mengapa permasalah tersebut harus ditangani ? Apa yang sedang ditangni polisi terhadap masalah tersebut

dan apa hasilnya ? Siapa yang dapat diminta polisi untuk membantu mereka

menangani permasalahn tersebut ?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas harus dimasukan kedalam laporan pendahuluan tentang permasalahan tersebut.

b. Tahap 2 : Analisa (Analisa Masalah)

Analisa adalah tahap yang paling sulit dalam model SARE. Proses ini bahkan sering dilewati polisi dan anggota masyarakat. Penyebabnya, mereka cenderung terburu-buru dan sangat bersemangat untuk mengembangkan solusi yang tepat waktu.

Padahal, tanpa memahami permasalahan yang sedang ditangani, akan ada resiko yang besar terhadap solusi yang dikembangkan. Solusi yang dipilih mungkin saja tidak ada gunannya untuk jangka panjang. Permasalahapun tersebut kan tetap ada karena pemecahannya berdasarkan dengan, bukan fakta.

Tujuan dari menganalisa masalah adalah untuk mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah, yang mendukung terulangnya masalah dan hambatan yang menghambat penanganannya. Sekali sudah diidentifikasikan, faktor-faktor tersebut menjadi target potensial untuk diubah, karena strategi dirancang untuk memperbaiki atau memperkecil dampak masalah tesebut.

Tujuan analisa masalah adalah sebagai berikut :

a. Menentukan penyebab masalah.b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah.c. Membedakan gejala dan penyebab.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 75

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 76: APLIKASI POLMAS.doc

d. Menganalisa orang-orang yang terlibat.Masalah biasanya timbul dari interaksi antara semua. Seseorang bisa melakukan tindakan yang mengakibatkan ketakutan atau kerugian pada orang lain. Kadang-kadang tindakan tersebut menimbulkan reaksi dari orang-orang yang terpengaruh.

e. Pelaku.Cobalah untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pelaku.

f. Korban.Cobalah untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi berikut sehubungan dengan korban.

g. Pihak ketiga.Sering ditemukan bahwa ada orang, selain korban dan pelaku, yang juga ikut terlibat. Beberapa dari mereka mungkin saja berlaku sebagai saksi, pendukung korban, atau pendukung si pelaku. Untuk mengetahuinya cobalah kumpulkan informasi-informasi mengenai pihak ketiga mengenai hal-hal berikut ini :

Identifikasi Keterlibatan dan kepentingan terhadap masalah Faktor-faktor yang berdampak pada kerja sama mereka

dengan polisi Hubungan dengan korban dan atau pelaku

Segitiga KejahatanSegitiga kejahatan menawarkan cara yang mudah untuk memahami dan menvisualisasikan masalah kejahatan. Segitiga kejahatan juga menyediakan cara yang mudah untuk menjelaskan tahap anlisa dengan menggunakan model SARE dan dapat membentu peserta membuat suatu analisa. Ketiga elemen yang disebutkan sebelumnya dipakai untuk mengilustrasikan bahwa suatu tindak kejahatan terkonsentrasi, yakni pelaku, korban, dan lokasi. Ketiga unsur tersebut bersama-sama membentuk satu segitiga kejahatan.

Setelah Anda menegatahui siapa yang berada pada setiap sisi dari segitiga kejahatn tersebut, anda harus melakukan analisa sebelum menyiapkan strategi-strategi untuk memecahkan masalah tersebut. Cari keterangan sebanyak mungkin mengenai korban,

PERPOLISIAN MASYARAKAT 76

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 77: APLIKASI POLMAS.doc

pelaku di TKP untuk mengembangkan pemahaman tentang apa yang terjadi penyebab masalah tersebut.

Sumber-sumber informasi yang memungkinkan :

Bahan bacaan yang relevan Arsip polisi Anggota polisi Satuan kepolisian lainnya Sumber-sumber dalam masyarakat Pelaku c. Tahap 3 : Respon (Merumuskan Respon Strategis)

Respon adalah tahap ketiga dalam model SARE (scanning, analisa, respon dan evaluasi). Masalah akan tetap ada bila dalam solusi jangka panjang tidak dicari penyebab utamannya. Kreativitas juga dianjurkan. Cobalah mengarahkan masyarakat untuk menggunakan pelindung yang ada semaksimal mungkin.

Agar terlaksana secara efektif, solusi yang dipilih harus mempengaruhi minimal dua sisi dari egitiga kejhatan. Mengusahaka solusi hanya pada sisi pelqku saja seringkali tidak efektif, tidak jarang malah memberi peluang terhadap adanya pelaku baru untuk menggantikan pelaku yang lama. Ini mungkin saja terjadi karena belum ada tindakan yang dilakukan polisi untuk mengubah sarang kejahatan atau posisi korban sebagai target buruan. Penanganan harus dilakukan di dua sisi dari segitiga kejahatan demi terciptanya solusi yang efektif dan berjangka panjang.Rumusan tentang sebuah paket respon strategis mewakili inti dari pemecahan masalah dan dilakukan dalam empat langkah, sebagai berikut : Langkah 1 : Identifikasi masalah Langkah 2 : Mencari dan menyusun kemungkinan sosial Langkah 3 : Mengavaluasi kemungkinan-kemungkinan

solusi Langkah 4 : Menyusun rencana implementasi solusi

d. Tahap 4 : Evaluasi

PERPOLISIAN MASYARAKAT 77

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 78: APLIKASI POLMAS.doc

Banyak alasan pentingnya mengavaluasi strategi-strategi pemecahan masalah. Alasan yang paling jelas adalah untuk menilai secara langsung apakah stretegi pemecahn masalah yang dimaksud sudah berjalan atau belum.

Ada dua jenis evaluasi yang harus dipertimbangkan sebagai bagian dari setiap proyek yaitu, evaluasi proses dan evaluasi dampak. Keduanya merupakan hal penting dengan alasan berbeda.

Evalusi dilakukan secara terus menerus selama implementasi rencana kegiatan, dimulai pada saat rencana tersebut dilaksanakan. Evaluasi proses berkaitan dengan hal-hal menentukan yang tercermin dari pertanyaan : Apakah rencana sudah diimplementasikan dengan benar ? Apakah langkah-langkah yang ditetapkan dalam rencana implementasi dijalankan dengan benar ? Apakah ada masalah yang harus dipecahkan ? Haruskah rencana implementasi dimodifikasi ? Apakah Rencana tersebut kelihatannya berjalan ?

Sementara itu, evaluasi dampak berarti menilai konsekuensi atau hasil dari strategi atau efek dari strtegi terhadap permasalahan. Evaluasi dampak biasanya dijalankan dengan membandingkan data “sebelum dan sesudah” atau dengan membandingkan komunitas target dengan suatu kelompok “kontrol”. Hal-hal yang harus dapat ditanyakan meliputi : apakah perencanan tersebut menghasilkan sesuatu sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan ? Kesalahan apa yang telah dibuat ? Mengapa?.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 78

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 79: APLIKASI POLMAS.doc

BAB VIII

MENGELOLA PERUBAHAN

Kompetensi dasar :

Peserta didik diharapkan berperan dalam rangka menerapkan perubahan serta mampu mengatasi penolakan terhadap perubahan secara efektif

Indikator Hasil Belajar :

Setelah mempelajari Bab VIII, peseta didik mampu :1. Menjelaskan sumber-sumber perubahan.2. Menjelaskan dampak perubahan.3. Menyebutkan strategi untuk mengetasi penolakan

perubahan.4. Menjelaskan tiga langkah dalam proses perubahan.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 79

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 80: APLIKASI POLMAS.doc

1. Pengertian Perubahan

Tak ada yang abadi didunia selain perubahan. Dia ada, terjadi setiap saat, dan mempengaruhi setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, bertindak proaktif untuk berubah adalah cara untuk menguasai masa depan, baik secara individu maupun organisasi.

Bagi organisasi, perubahan adalah cara untuk tetap memiliki daya saing dari belakang. Bagi individu, kesempatan-kesempatan yang terciptakan perubahan akan sanggup memperkaya karir dan kehidupan pribadi.

Ada tiga cara menghadapi perubahan : menolak, mengikuti, atau memimpin. Seorang “penolak perubahan” berusaha untuk tetap ditempat, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan karena, toh, segala situasi terus berubah. Kebanyakan orang dan organisasi yang awalnya menolak perubahan, pada akhirnya menyadari bahwa tidak ada jalan lain kecuali menerima perubahan dan harus mengejar ketinggalan akibat penolakan sebelumnya. Jika gagal, mereka menghadapi kerugian akibat kalah kompetisi. Namun, jika berhasil mereka akan menjadi pemimpin dalam perubahan

Pada titik ini, berusaha mengantisifasi atau ‘menjadi pemimpin’ perubahan ternyata juga sebuah paradoks. Bila berhasil, organisasi bersangkutan berpotensi meraih status yang lebih aman dalam persaingan. Sebaliknya, bila gagal, kerugian yang akan terjadi, Walhasil, bisa disimpulkan bahwa mengantisipasi perubahan adalah suatu hal yang terus menantang.

2. Keterbukaan dan Perubahan yang Tidak Direncanakan

Organisasi kepolisian dapat dianggap sebagai sistem terbuka dan konsep “tingkat keterbukaan” dapat diperkenalkan. Semakin besar

PERPOLISIAN MASYARAKAT 80

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 81: APLIKASI POLMAS.doc

jumlah informasi yang diketahui bersama oleh polisi dan lingkungannya, semakin tinggi tingkat keterbukaannya.

Sistem perpolisian yang lebih terbuka, mau tidak mau, akan lebih banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan yang lain. Jika suatu organisasi terbuka dan berinteraksi secara terus menerus dengan lingkungannya, maka organisasi tersebut akan lebih tanggap terhadap pengaruh-pengaruh eksternal yang masuk melalui keterbukaan sistem tersebut. Keterbukaan sistem ini secara tidak langsung akan menimbulkan tingkat perubahan tidak terencana yang lebih intensip. Hal ini terjadi karena sistem organisasi kepolisian tidak memiliki kendali memadai atas lingkungannya untuk mencegah terjadinya peristiwa seperti itu.

Ironisnya, cara termudah untuk menghindari perubahan-perubahan yang tidak direncanakan semacam ini adalah dengan mengesampingkan masukan-masukan dari lingkungan sekitar. Tindakan ini memang akan membatasi dorongan untuk berubah. Namun tindakan ini akan mengubah tingkat keterbukaan sebuah sistem dan menggesernya menjadi sistem kerja yang lebih tertutup. Sistem perpolisian tertutup seperti ini dianggap tidak responsif terhadap masukan dari lingkungan.

Tingkat keterbukaan juga menunjukkan sebuah proses yang dinamis. Sebagaian interaksi yang terjadi antara sisten dan lingkungan sekitarnya bisa berjalan sesuai dengan prilaku sistem. Sebagaian interaksi yang lain tidak sejalan. Contohnya, adalah tepat jika sistem perpolisian merespon masukan dari Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) yang bertujuan menurunkan kejahatan diwilayah tertentu. Namun, tidak tepat jika polisi merespon permintaan sekelompok anggota masyarakat untuk mengurangi kegiatan yang melanggar hukum dapat berkembang.

Perubahan yang tidak terencana bisa diperkecil kemungkinan kemunculannya. Hal ini dilakukan dengan merancang sub-sistem memantau indikator-indikator utama atau kunci kegiatan lingkungan. Malalui pemantauan ketat pada indikator-indikator utama, tak banyak perubahan yang tidak diprediksi muncul sebeb semua sudah diantisipasi.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 81

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 82: APLIKASI POLMAS.doc

Namun demikian, betapapun ketat pemantau yang dilakukan terhadap lingkungan, organisasi kepolisian tetap bisa menjadi korban dari perubahan yang tidak terencana.

Sumber perubahan tak terencana antara lain berikut ini :

Krisis lingkungan yang datang tiba-tiba dan tidak terprediksi Perubahan sistem secara internal maupun eksternal, seperti

penurunan kinerja sistem yang biasanya bertahap lalu tiba-tiba berubah menjadi semakin cepat dengan efek yang menghancukan, sehingga memaksa adanya perubahan mendadak

Adanya faktor psikologis dan sosial atau psikologis yang secara tiba-tiba dan tidak terduga mempengaruhi anggota internal atau masyarakat di luar sistem.

3. Pendorong Perubahan

Sebuah sistem terbuka bertukar sinyal melalui suatu perbatasan dengan lingkungannya, misalnya melalui sebuah forum yang dibentuk oleh polisi. Prinsip pertuklaran sinyal tersebut memunculkan suatui konsep masukan terhadap sistem yng mendorong dan memotivasi perubahan. Sinyal-sinyal ini dapat disebut ”pendorong perubahan”.

Adapun sumber atau penyebab perubahan adalah sebagai berikut : Lingkungan. Teknis. Struktural. Psikologis. Manajerial. Tujuan dan nilai.

Hal-hal berikut ini menunjukan sumber dari tipe-tipe pendorong utama perubahan yang menjadi masukan bagi sistem perpolisian dan memulai proses perubahan.

a. Internal

Pemotongan biaya. Reaksi terhadap kejadian-kejadian yang tidak terduga.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 82

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 83: APLIKASI POLMAS.doc

Beban pekerjaan dan tuntutan yang lebih berat. Tren manajemen. Teknologi informasi dan implementasi teknologi sejenis. Respon atas strategi organisasional, misalnya kualitas

pelayanan atau kinerja yang lebih baik. Arahan dari pejabat yang lebih tinggi. Visi untuk melakukan sesuai dengan lebih baik.

b. Eksternal

Reaksi atas perubahan dilingkungan fisik , misalnya jalan baru, kompleks, perumahan, kelompok penjahat.

Kegagalan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Reaksi atas perubahan didalam lingkungan. Manusia atau

sosial, misalnya perubahan tingkat kejahatan, harapan masyarakat, norma-norma, nilai-nilai dan lain-lain.

Reaksi atas perubahan dalam lingkungan politik dan ekonomi serta tujuan pemerintah.

Reaksi atas perubahan dalam lingkungan teknologi, misalnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pasokan energi dan dimanfaatkannya teknologi oleh penjahat.

4. Penolakan terhadap Perubahan – Keseimbangan Perubahan

Anggapan bahwa penolakan terhadap perubahan selalu menjadi fenomena negatif tidaklah tepat, walaupun seringkali dilihat seperti itu. Semua organisasi, baik swasta maupun pemerintah, memiliki kebutuhan untuk mengejar berbagai tujuan demi kelangsungan hidupnya. Satu diantaranya adalah kebutuhan terhadap stabilitas, yang seharusnya berjalan seimbang dengan kebutuhan akan perubahan.Organisasi-organisasi kepolisian menjalankan fungsinnya dalam lingkungan manusia yang sangat tidak stabil. Seperti kita ketahui, masyarakat dan pemerintah dapat berubah-ubah dengan cepat, intens, dan meluas.

Faktor-faktor manusia dan sosial yang berkontribusi terhadap penolakan untuk berubah merupakan suatu sub-istem psiko-sosial

PERPOLISIAN MASYARAKAT 83

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 84: APLIKASI POLMAS.doc

yang rumit. Elemen-elemennya dapat dikatogorikan seperti dibawah ini : Faktor psikologis. Faktor psiko-sosial. Biaya yang sudah dikeluarkan. Strategi-strategi personal. Kebingungan.

4.1.1 Faktor Psikologis

Berikut ini adalah faktor-faktor psikologis utama yang secara terpisah ataupun dalam bentuk kombinasi dapt menghasilkan penolakan individu atas perubahan organisasi. Ada banyak kondisi psikologis yang tidak umum, bahkan tidak normal, yang terjadi pada manusia yang bisa menghasilkan penolakan untuk berubah atau menghambat kemampuan mengenai situasi yang tidak biasa,. Termasuk dalam kondidi tidak umum ini, antara lain, adalah ketakutan akut akibat sakit jiwa (psychopathic acute paranoia) dan schzophrenia.

a. Ketidak pastian. Anggota staf yang tidak mengetahui secara terperinci apa yang harus dilakukan atau apa yang dituntut oleh system baru. Mereka dapat menciptakan situasi dimana perubahan akan ditolak.

Ketidak pastian dapat timbul karena

Komunikasi internal yang buruk Anggota tidak memperhatikan instruksi baru Ketidak mampuan atau keengganan untuk memahami apa

yang diminta Situasi yang pada dasarnya sudah tidak pasti dan tidak

dapat dibuat lebih pasti

b. Kurang percaya diri, Kurangnya kepercayaan diri seseorang akan kemampuannya untuk melaksanakan tugas atau prosedur baru akan menghalangi implementasi perubahan.

Kurangnya kepercayaan diri dapat timbul, karena :

PERPOLISIAN MASYARAKAT 84

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 85: APLIKASI POLMAS.doc

Kurangnya pelatihan atau komunikasi Tidak adanya kesempatan untuk bereksperimen pada

lingkungan yang aman.

c. Kekhawatiran, Kekhawatiran adalah suatu kondisi yang diperburuk dengan kurangnya kepercayaan diri dan ketidak pastian yang menghasilkan kegelisahan.

Kondisi ini pada gilirannya dapat menciptakan tingkatan stres yang tidak dapat diterima dikalangan staf. Manusia biasanya mengurangi sumber-sumber kekhawatiran. Jika hal ini dipandang sebagai penghambat perubahan, maka secara selektif perubahan-perubahan tersebut akan disepelekan atau ditolak

d. Stres, stres adalah suatu kondisi yang berpotensi menghambat dan membatasi kinerja aktivitas rutin. Kasus stres yang berat akan mengakibatkan tidak adanya kreativitas, hilangnya harga diri, dan tidak dipedulikannya tantangan baru. Yang bersangkutan akan cenderung tidak memperdulikan perubahan.

e. Kebingungan, Kebingungan adalah suatu kondisi gangguan mental sebagai akibat ketidak mampuan untuk menghubungkan kegiatan masa kini dengan tuntutan-tuntutan yang baru. Kondisi tersebut kemungkinan diperburuk oleh kurangnya komunikasi internal atau oleh kegagalan manajemen menyepakati tujuan yang jelas.

f. Takut, Takut adalah emosi yang ditimbulkan oleh kemungkinan adanya bahaya yang akan datang. Reaksi terhadap rasa takut tersebut bisa jadi dihadapi atau melarikan diri. Ketakutan akan perubahan yang menjelang tetapi tidak diketahui akan membatasi kinerja dan menciptakan penolakan atas perubahan dimasa mendatang. Bahkan sebelum rencananya dibuat. Diperkenalkannya teknologi baru telah membuktikan bagaimana beberapa anggota staf melarikan diri dari kemungkinan mempelajari keterampilan baru.

g. Defresi, Defresi adalah suasana hati seseorang yang merasa tidak berdaya, terlalu murung, dan tidak cakap. Hal

PERPOLISIAN MASYARAKAT 85

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 86: APLIKASI POLMAS.doc

ini sering kali terkait dengan kondisi fisik dan mental lainnya. Depresi akan sangat menghambat motivasi seseorang untuk menjalankan pekerjaannya dan terutama untuk mengembangkan atau mengimplementasikan perubahan.

4.1.2 Faktor-Faktor Psiko-Sosial

Pada bagian sebelumnya telah diuraikan konsep budaya organisasi. Pentingnya budaya bagi proses perubahan diakui dan dikembangkan sebagai target perubahan. Budaya organisasi juga berperan penting bagi proses perubahan yang bersumber dri potensi dari orang-orang dalam kelompok yang memiliki nilai yang sama, baik yang bersifat menerima atau atau menolak perubahan.

4.1.3 Biaya yang Sudah Dikelurakan (sunk cost)

Konsep ‘biaya yang sudah dikeluarkan’ merujuk pada situasi ketika waktu, uang, dan energi telah diinvestasikan ke dalam sistem yang ada oleh orang-orang kunci yang berusaha mempertahankan pengaruh-pengaruh tertentu. Biaya yang sudah dikeluarkan bisa mencangkup kepentingan tetap (vested interst). Namun, biaya yang sudah dikeluarkan dapat juga mewakili sejumlah besar investasi dari sumber-sumber milik pribadi dalam sistem yang ada, yang dilakukan oleh seorang manajer yang berpengalamanAkhirnya, apapun manfaat suatu rencana perubahan, seorang manajer berpengalaman mungkin saja sangat menentang perubahan karena ia telah mengeluarkan biaya tertentu. Dengan demikian, usaha-usaha untuk mengubah status quo, baik oleh konsultan eksternal atapun oleh perubahan (inovator).

4.1.4 Strategi-strategi

Kategori-kategori menunjukan beberapa cara yang bisa digunakan manajer dalam bentuk strategi pribadi untuk menghindari perubahan. Apakah cara-cara tersebut berhasil atau tidak, sangat bergantung pada kondisi psikologis mereka dan sejauh mana komitmen sang manajer untuk menolak perubahan, baik secara perorangan atau bersama-sama. Menutup Diri Melihat kebelakang Menganggap enteng

PERPOLISIAN MASYARAKAT 86

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 87: APLIKASI POLMAS.doc

Tokenisme Spesialisasi

4.1.5 Kebingungan

Ketika seorang tidak memahami tujuan, mekanisme, atau konsekuensi dari perubaha, ia akan memiliki kecenderungan untuk menolaknya. Oleh karena itu, orang-orang yang terlibat dalam proses implementasi, terutama pada lini manajer, ingin menjadi efektif, perlu mengetahui yang harus dicapai.Terpenting adalah masalah kebingungan atau ketidak pastian mengenai apa yang akan dihadapi. Tidak adanya pengetahuan tentang perubahan yang sudah terjadi atau yang hampir terjadi, kabar burung serta spekulasi mengenai akibat negatifnya hampir pasti akan berkembang.

4.1.6 Dinamika individual

Keragaman individu tentu saja mempengaruhi perubahan dalam organisasi. Jenis dan intensitas faktor-faktor manusia yang mempengaruhi proses perubahan telah ditujukan oleh membentuk sub-sistem psiko-sosial yang rumuit. Kompleksitas makin bertambah dengan adanya berbagai macam respon individu pada saat proses perubahan berlangsung dari waktu ke waktu. Kemajuan respon perorangan inilah yang merupakan respon dinamika terhadap perubahan.

5. Prinsip-prinsip Pengelolaan Perubahan untuk Mengimple-mentasikan Perubahan dalam Sistem Perpolisian

Komunikasi Dukungan manajemen Kepemimpinan Sasaran Perubahan Perubahan paksaan dan Partisipasi Tim perubahan

6. Strategi-strategi untuk Mengatasi Penolakan Terhadap Perubahan

Pendidikan dan komunikasi

PERPOLISIAN MASYARAKAT 87

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 88: APLIKASI POLMAS.doc

Konsultasi. Partisipasi dan Keterlibatan Menyelidiki penolakan terhadap Perubahan Fasilitas dan Dukungan Negosiasi dan kesepakatan Manipulasi dan Kooptasi Paksaan Eksplisit dan Implisit

7. Proses Perubahan

a. Tahap 1 : Merencanakn Perubahan

Fokus pada tujuan Kenali tuntutan untuk berubah Memilih perubahan yang esensial Mengavaluasi tingkat kerumitan Merencanakan cara-cara melibatkan orang lain Memilih jawaban dan jangka waktu Membuat rencana kegiatan Mengantisivasi penolakan terhadap perubahan Menguji dan memeriksa rencana

b. Tahap 2 : Melaksanakan Perubahan

Mengkomunikasikan perubahan Cara-cara untuk mengkomunikasikan perubahan Memberi tugas dan tanggung jawab Membangun komitmen Mengubah budaya organisasi Memberi penolakan

c. Tahap 3 : Mengkonsolidasikan perubahan

Memantau kemajuan Meninjau ulang asumsi yang ada Mempertahakan momentum Memantapkan perubahan

PERPOLISIAN MASYARAKAT 88

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 89: APLIKASI POLMAS.doc

BAB IX

PENERAPAN / IMPLEMENTASI POLMAS

Kompetensi Dasar :

Peserta didik memahami langkah-langkah inflementasi Polmas.

Indikator Hasil Belajar :

Setelam mempelajari Bab IX, peserta didik mampu :1. Mejelaskan FKPM 2. Menjelaskan langkah-langkah penerapan FKPM3. Menjelaskan tugas FKPM4. Menjelaskan wewenang FKPM5. Menjelakskan larangan FKPM6. Menjelaskan kewajiban FKPM7. Menyebutkan indikator keberhasilan Polmas

PERPOLISIAN MASYARAKAT 89

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 90: APLIKASI POLMAS.doc

1. Kemitraan

Kemitraan adalah kunci para mitra dalam perpolisian harus dibimbing untuk membentuk struktur dan proses yang mendukung kemitraan dengan polisi. Hal ini penting untuk menjamin tercapainya pemecahan masalah kejahatan, ketakutan dan ketidak tertiban secara efisien. Dibentuknya FKPM atau komite polisi dan masyarakat akan menjamin upaya-upaya yang dilakukan oleh berbagai bentuk kemitraan.

Mitra diwilayah Polsek akan menyadari besarnya masalah Kamtibmas dilingkungan mereka. Setelah menyadari hal ini, mereka akan mengajukan usulan upaya-upaya yang terkoordinasi untuk memecahkan masalah tersebut dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat dilaksanakan dengan melakukan perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang.

Perlu ditekankan bahwa FKPM bukanlah Polmas, tapi sebuah struktur yang dirancang untuk mengembangkan kemitraan berdasar bentuk dengan struktur yang terukur dan terkontrol. Pelaksanaan polmas tetap merupakan tanggung jawab setiap anggota polisi.

2. Langkah-langkah Penerapan Polmas

2.1 Persiapan

Kapolsek dan staf mengadakan rapat untuk menetukan desa / kelurahan kawasan yang akan dijadikan tempat

PERPOLISIAN MASYARAKAT 90

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 91: APLIKASI POLMAS.doc

penerapan polmas ( berdasarkan tingkat kerawanan kejahatan )

Melakukan penjajakan terhadap kebutuhan warga tentang penerapan polmas, koordinasi dengan camat / Kades / Lembaga perwakilan desa.

Sosialisasi polmas kepada aparat dan tomas desa / kelurahan atau kawasan oleh Kapolsek atau pejabat yang ditunjuk.

Jika masyarakat belum perlu tidak usah dipaksakan. Jika masyarakat sepakat, Kapolsek menunjuk petugas

Polmas, jika belum ada mengajukan ke Kapolres.

2.2 Pelaksanaan

a. Kapolsek dan petugas Polmas mengadakan persiapan pembentukan FKPM dengan giat.

Koordinasi dengan camat dan aparat desa setempat untuk mengadakan sosialisasi polmas kepada warga masyarakat.

Bersama-sama dengan tokoh / aparat desa / kelurahan / kawasan melaksanakan pertemuan persiapan pembentukan.

b. Kapolsek dan petugas polmas memfasilitasi pembentukan FKPM dengan acara :

Pembukaan Penjelasan tentang polmas Pemilihan anggota FKPM Pemilihan pengurus Do’a Punutup

2.3 Penentuan unsur-unsur FKPM berdasarkan perwakilan yang ada

2.4 Penunjukan anggota atas dasar sukarela, dengan jumlah anggota 10 – 20 orang

2.5 Pemilihan anggota dihindari pendekatan formal/politis

2.6 Kedudukan petugas polmas sebagai pengurus FKPM, tidak mengurangi perannya sebagai petugas polri.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 91

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 92: APLIKASI POLMAS.doc

2.7 Penentuan tempat kegiatan sebelum BKPM (Balai Kemitraan Polisi dan Masyarakat.

2.8 Penyusunan AD / ART jika perlu

2.9 Pelantikan pengurus FKPM oleh Camat / Kapolsek / Kades / Lurah

3. Pengertian FKPM

FKPM adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat independen.

FKPM dapat disebut dengan nama dan istilah lain atau bahasa daerah tertentu atas dasar kesepakatan setempat.

FKPM di bangun atas dasar kesepakatan bersama.

Adapun Model – model polmas yang dikembangkan dan diterapkan di Indonesia :

Modifikasi Pranata Sosial dan pola Perpolisian masyarakat tradisional (Model A).

Intensifikasi fungsi polri di bidang pembinaan masyarakat (Model B).

Penyesuaian Model Community Policing dari negara – negara lain (Model C).

4. Tugas FKPM

mengumpulkan data dan mengidentifikasi permasalahan (deteksi).

Ikut serta mengambil langkah-langkah yang proporsional dalam rangka pelaksanaan fungsi kepolisian umum.

Membahas permasalahan sosial aspek kamtibmas dalam wilayah.

Membahas dan menetapkan program kerja. Menindak lanjuti program kerja.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 92

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 93: APLIKASI POLMAS.doc

Pantau pelaksanaan giat warga/situasi kamtibmas (wilayah lain).

Tampung/bahas/cari jalan keluar keluhan warga. Tampung/bahas/Salurkan keluhan warga (masalah sosial

lain).

5. Wewenang FKPM

Membuat kesepakatan tentang hal-hal yang perlu dilakukan dalam upaya mengidentifikasi dan mewujudkan kebutuhan rasa aman dilingkungannya.

Secara kelompok atau perorangan dapat mengambil tindakan kepolisian terbatas (tidak melakukan tindakan Kepolisian contoh : upaya paksa).

Memberikan pendapat dan saran kepada Kapolsek baik tertulis maupun lisan.

Menegakkan peraturan local (berkaitan dengan norma atau kaidah yang berlaku dilingkungan masyarakat tersebut contoh : bertamu tidak boleh lebih dari 24 jam, wajib lapor kepada ketua RT).

Hak FKPM

Mendapatkan fasilitas baik materil maupun non materil sesuai yang ditetapkan atau disepakati forum.

6. Kewajiban FKPM

Sama seperti kewajiban petugas (kecuali kode etik polri).

7. Larangan FKPM

Membentuk suatu satuan tugas. Menggunakan atribut dan emblem (lambang/symbol) Polri. Tanpa bersama petugas Polmas, menangani penyelesaian

kasus-kasus kejahatan dan pelanggaran. Melakukan tindakan kepolisian (upaya paksa) terhadap

kasus kejahatan (kec. Tertangkap tangan). Mengatasnamakan atau mengkait-kaitkan hubungan

Polmas / FKPM dalam melakukan politik praktis.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 93

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Page 94: APLIKASI POLMAS.doc

8. Indikator Keberhasilan Polmas

Intensitas giat forum. Puan forum temukan dan identifikasi akar masalah. Puan petugas Polmas dalam menyelesaikan masalah. Puan akomodasi/tanggapi keluhan masyarakat. Intensitas dan ekstensitas kunjungan warga oleh petugas

Polmas. Menurunkan angka kejahatan. Kebersamaan dan kepuasan masyarakat. Menurunkan komplain masyarakat.

PERPOLISIAN MASYARAKAT 94

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI