Aplikasi Di Indonesia Jurnal Konstipasi

2
APLIKASI DI INDONESIA Konstipasi adalah buang air besar dengan frekuensi yang jarang, tinja yang dikeluarkan besar dank eras, serta timbul rasa sakit BAB/mengedan. Kasus konstipasi sering kali terjadi pada anak-anak. Penelitan berdasarkan jurnal tersebut dikarenakan berbagai faktor diantaranya adalah nyeri buang air besar, toilet training, perjalanan, perubahan dari asi ke susu formula , dari makanan cair ke makanan padat dan berbagai factor lain. Di Indonesia, kasus konstipasi juga terbanyak terjadi. BAB normal tidak sama pada masing-masing anak atau bayi. Usia juga ikut menentukan frekuensi BAB, terkait jenis makanan yang dikonsumsi. Umumnya, seperti dijelaskan Dr Eva J. Soelaeman SpA(K) dari divisi Gastroenterologi-Hepatologi RSAB Harapan Kita, Jakarta, BAB normal pada anak usia 2 bulan adalah dua kali per hari, usia 4 bulan 1 – 2 kali per hari, dan usia 4 tahun 1 kali per hari. Dari sisi konsistensi, pada bayi baru lahir umumnya cair sehingga beberapa orangtua yang belum pengalaman mengganggap bayi diare. Dokter perlu menjelaskan lebih jauh kepada orangtua. Di usia 4 bulan saat bayi mulai diberi makanan pendamping ASI, konsistensi tinja lunak seperti odol. Dan saat masa penyapihan (usia 2 tahun), di mana bayi sudah mendapatkan makanan seperti orang dewasa, maka konsistensi tinja normal adalah seperti pisang. Penyebab konstipasi terdiri dari kelainan fungsional maupun kelainan organik. Kelainan fungsional biasanya berasal dari

description

aplikasi jurnal konstipasi yg ada di indonesia

Transcript of Aplikasi Di Indonesia Jurnal Konstipasi

Page 1: Aplikasi Di Indonesia Jurnal Konstipasi

APLIKASI DI INDONESIA

Konstipasi adalah buang air besar dengan frekuensi yang jarang, tinja yang dikeluarkan

besar dank eras, serta timbul rasa sakit BAB/mengedan.

Kasus konstipasi sering kali terjadi pada anak-anak. Penelitan berdasarkan jurnal

tersebut dikarenakan berbagai faktor diantaranya adalah nyeri buang air besar, toilet

training, perjalanan, perubahan dari asi ke susu formula , dari makanan cair ke

makanan padat dan berbagai factor lain.

Di Indonesia, kasus konstipasi juga terbanyak terjadi. BAB normal tidak sama pada

masing-masing anak atau bayi. Usia juga ikut menentukan frekuensi BAB, terkait jenis

makanan yang dikonsumsi. Umumnya, seperti dijelaskan Dr Eva J. Soelaeman SpA(K)

dari divisi Gastroenterologi-Hepatologi RSAB Harapan Kita, Jakarta, BAB normal pada

anak usia 2 bulan adalah dua kali per hari, usia 4 bulan 1 – 2 kali per hari, dan usia 4

tahun 1 kali  per hari.

Dari sisi konsistensi, pada bayi baru lahir umumnya cair sehingga beberapa orangtua

yang belum pengalaman mengganggap bayi diare. Dokter perlu menjelaskan lebih jauh

kepada orangtua. Di usia 4 bulan saat bayi mulai diberi makanan pendamping ASI,

konsistensi tinja lunak seperti odol. Dan saat masa penyapihan (usia 2 tahun), di mana

bayi sudah mendapatkan makanan seperti orang dewasa, maka konsistensi tinja

normal adalah seperti pisang.

Penyebab konstipasi terdiri dari kelainan fungsional maupun kelainan organik. Kelainan

fungsional biasanya berasal dari diet/susu formula anak, diet kurang serat, mikroflora

usus tidak seimbang, gengguan motilasi usus, obat-obatan, terjadi retensi tinja (karena

anak suka menahan keinginan BAB), atau dari posisi BAB yang salah.

Kelainan organik penyebab konstipasi, yang tentu saja membutuhkan penanganan

lebih serius, di antaranya hirschprung, kelainan anus bawaan (menyempit atau terlalu

ke depan), kelainan usus peseudoobstruksi, hipotiroid, dan lain-lain. “Untuk mengatasi

konstipasi pada anak, tentu harus dicari penyebabnya, apakah terdapat kelainan

Page 2: Aplikasi Di Indonesia Jurnal Konstipasi

organik, atau hanya gangguan fungsional. Jika memang ada kelainan organik maka

diatasi sesuai kelainan yang terjadi

Ada beberapa penelitian dilakukan berkaitan dengan konstipasi di Indonesia, salah

satunya adalah berkaitan dengan masalah terapi yang akan di lakukan untuk anak yang

mengalami konstipasi diantaranya adalah Manfaat Terapi Pijat pada Konstipasi Anak

oleh Muzal kadim. Dalam penelitian tersebut di sebutkan Konstipasi sering ditemukan

pada anak dan menimbulkan masalah sosial maupun psikologi. Data menunjukkan 95%

kasus konstipasi anak merupakan konstipasi fungsional.