APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan...

134
APARATUR PEMERINTAH XXII/1

Transcript of APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan...

Page 1: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

APARATUR PEMERINTAH

XXII/1

Page 2: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

BAB XXII

APARATUR PEMERINTAH

A. PENDAHULUAN

Usaha-usaha penyempurnaan Aparatur Pemerintah yang menja-di bagian integral dari seluruh usaha pembangunan dalam tahun ketiga Repelita III merupakan peningkatan daripada usaha-usaha yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya.

Sesuai dengan GBHN dan kebijaksanaan dalam Repelita III maka penyempurnaan Aparatur Pemerintah merupakan usaha dengan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan pelaksanaannya dila-kukan secara bertahap sesuai dengan prioritasnya. Pendekatan yang bersifat menyeluruh mempunyai sasaran jangka panjang, ialah agar Aparatur Pemerintah dapat menjadi alat yang efi-sien, efektif, bersih dan berwibawa untuk menjalankan peran-annya dalam mendukung proses pembangunan nasional. Pelaksana- an secara bertahap sesuai dengan urutan prioritasnya dimak-sudkan bukan saja agar masalah-masalah mendesak dapat dipe-cahkan dengan segera, melainkan juga agar aupaya tenaga, biaya, keahlian serta waktu yang tersedia dapat dipergunakan secara optimal.

Usaha dan kegiatan penyempurnaan Adminiatrasi dan Apa-ratur Pemerintah dalam tahun ketiga Repelita III seperti pada tahun sebelumnya ditujukan kepada penyempurnaan bidang-bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian, fasilitas dan sa-rana kerja, baik di tingkat Pusat maupun tingkat Daerah. De-mikian pula telah diusahakan perbaikan sistem perencanaan operasional tahunan, pelaksanaan anggaran belanja Negara ter-utama siatem pelelangan pemborongan pekerjaan/pembelian ba-rang atau jasa, serta bidang-bidang lain yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Di samping itu telah pula diteruskan langkah-langkah untuk meningkatkan kegiatan pengendalian, pengawasan serta penertiban operasi-onal.

B. KEBIJAKANAAN DAN SASARAN PENYEMPURNAAN APARATUR PEMERINTAH

Arah kebijaksanaan di bidang Administrasi dan Aparatur Pemerintah ialah untuk meningkatkan dan memantapkan tata pe-nyelenggaraan pemerintahan yang harus mencerminkan peranan Pemerintah dalam pembangunan nasional. Sesuai dengan yang

XXII/3

Page 3: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

dinyatakan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara titik berat dalam Pembangunan Jangka Panjang adalah pembangunan bidang ekonomi yang didasarkan pada demokrasi ekonomi. Dalam pelak-sanaan pembangunan ekonomi Pemerintah memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha.

Dalam rangka ini pula Aparatur Pemerintah harus peka ter-hadap masalah-masalah pembangunan yang dirasakan oleh rakyat serta tanggap dan terampil untuk menyeleaaikan masalah-masa-lah tersebut. Dengan demikian Aparatur Pemerintah perlu se-cara terus-menerus dikembangkan agar kemampuannya makin me-ningkat dalam pelaksanaan tugas membimbing dan melayani ma-syarakat sehingga dapat dibina gairah rakyat untuk berparti-sipasi dalam proses pembangunan.

Arah kebijaksanaan penyempurnaan Aparatur Pemerintah per-tama-tama ditujukan pada peningkatan pengabdian dan kesetia-annya kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara berdasar-kan Pancasila dan UUD 1945. Aparatur Pemerintah harus benar-benar merupakan abdi Negara dan abdi masyarakat yang bermen- tal baik dalam menjalankan tugas umum pemerintahan, tugas pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Atas dasar landasan serta pokok-pokok kebijaksanaan dan pengarahan penyempurnaan Aparatur Pemerintah sebagaimana di-tuangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara maka sasaran-sasaran usaha dalam Repelita III telah ditetapkan sebagai berikut:

a. Meningkatkan hubungan fungsional yang makin mantap antara lembaga-lembaga perwkilan rakyat dengan Pemerintah, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah.

b. Meningkatkan pembinaan dan penertiban Aparatur Pemerintah

baik di tingkat pusat maupun daerah termasuk perusahaan-perusahaan milik Negara dan milik daerah, sehingga dapat menjadi alat yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa.

c. Mengembangkan keserasian hubungan antara Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah atas dasar keutuhan Negara Kesatuan dan diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggungjawab yang dapat menjamin perkem-bangan dan pembangunan daerah, dan dilaksanakan bersama-sama dengan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

d. Menyempurnakan tata kerja dan hubungan kerja, baik antara Departemen/Lembaga maupun dalam Departemen/Lembaga itu

Page 4: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/4

Page 5: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

sendiri, agar tercipta langkah kegiatan yang lebih terpa-du dan serasi guna mendukung keberhasilan pencapaian tu-juan-tujuan serta pelaksanaan program-program pembangunan secara menyeluruh.

e. Meningkatkan penertiban dan menyempurnakan pengawasan se-luruh aparatur Pemerintah, termasuk perusahaan-perusahaan milik Negara dan milik daerah dalam rangka penanggulangan masalah-masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan Negara, pungutan-pungutan liar serta berbagai bentuk penyelewengan lainnya yang menghambat pelaksanaan pembangunan.

f. Meningkatkan dan memantapkan pembinaan dan pengelolaan perusahaan-perusahaan milik Negara dan milik daerah agar dapat bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi peru-sahaan yang sehat, efisien dan hemat sehi,ngga dapat mem-bantu meningkatkan keuangan Negara, meningkatkan mutu pe-layanan kepada masyarakat serta secara aktif ikut menun- jang kebijaksanaan Pemerintah dalam pengembangan golongan ekonomi lemah.

g. Meningkatkan produktivitas, kegairahan dan disiplin kerja pegawai dengan terus mengembangkan sistem karier yang di-serasikan dengan sistem prestasi kerja.

h. Meningkatkan kemampuan Aparatur Pemerintah dalam pelaksa-naan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan yang meliputi kemampuan dalam penyusunan rencana, perumusan kebijaksanaan dan program, kemampuan dalam pelaksanaan serta kemampuan dalam pengendalian dan pengawasan yang efektif dan efisien. Hal tersebut dilakukan dengan sistem di mana setiap sektor pembangunan menjadi jelas penang-gungjawab dan aparatur Pemerintah yang menanganinya.

i. Mengembangkan Administrasi Pemerintah secara tertib de- ngan antara lain penuangan berbagai ketetapan dan kebi-jaksanaan Pemerintah dalam produk peraturan perundang-un-dangan sehingga ketetapan dan kebijaksanaan tersebut mem-peroleh landasan kekuatan hukum yang pasti dan jelas, baik bagi para pelaksana maupun bagi masyarakat.

C. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKSANAAN DAN HASIL PENYEMPURNAAN APARATUR PEMERINTAH TAHUN 1981/82

1. A p a r a t u r P e m e r i n t a h T i n gk a t P u sa t

XXII/5

Page 6: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

Usaha penyempurnaan Aparatur Pemerintah tingkat pusat te-lah cukup banyak dilakukan seperti perbaikan susunan organi-sasi departemen-departemen, rumusan tugas pokok dan fungsi-fungsinya, uraian kewajiban dan tanggungjawab serta tatakerjamasing-masing unit organisasi di bawahnya, dan sebagainya. Perbaikan yang cukup berarti di bidang organisasi Pemerintah tingkat pusat dilakukan dengan ditetapkannya Pokok-pokok Or-ganisasi Departemen dan Susunan Organisasi Departemen, masing-masing dalam Keputusan Presiden No. 44 dan 45 tahun 1974 dan Keputusan-keputusan Menteri tentang organisasi Departemen masing-masing. Usaha penyempurnaan tersebut merupa- kan pengaturan segi tugas pokok, fungsi, susunan organisasi dan tatakerja dari semua jenis unit-unit pelaksana teknis yang merupakan satuan organisasi yang melaksanakan sebagian tugas-tugas Departemen, demikian pula Susunan organisasi dan tatakerja Kantor Wilayah di tingkat Propinsi Daerah Tingkat I dan Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.

Dalam perkembangannya organisasi departemen telah me-ngalami penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut untuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing departemen agar dapat menghadapi bertambahnya beban tugas karena meningkatnya kegiatan pembangunan.

Dalam masa Repelita III, yakni sejak tahun 1979/80 sampai dewasa ini penyempurnaan-penyempurnaan tersebut meliputi or-ganisasi Departemen Dalam Negeri (Keppres No. 57 dan 62 ta- hun 1980), Departemen Kehakiman (Keppres No. 27 tahun 1981.), De-partemen Keuangan (Keppres No. '57 tahun 1980), Departemen Perdagangan dan Koperasi (Keppres No. 47 tahun 1979 dan No. 57 tahun 1980), Departemen Pertanian (Keppres No. 47 tahun 1979), Departemen Perinduatrian (Keppres No. 47 tahun 1979), Departemen Pertambangan dan Energi (Kepprea No. 47 tahun 1979), Departemen Pekerjaan Umum (Kepprea No. 47 tahun 1979), Departemen Perhubungan (Kepprea No. 47 tahun 1979), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Keppres No. 47 tahun 1979), Departemen Kesehatan (Keppres No. 47 tahun 1979), Departemen Agama (Keppres No. 47 tahun 1979 dan No. 22 tahun 1980), De-partemen Sosial (Keppres No. 47 tahun 1979) dan Departemen Tenaga Kerja dan Tranamigrasi (Keppres No. 47 tahun 197g). Di antara perubahan organisasi tersebut terdapat pembentukan Di-rektorat Jenderal, yaitu Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah pada Departemen Dalam Negeri dan pemecahan Direktorat Jenderal Moneter ke dalam Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri dan Direktorat Jenderal Moneter Luar Negeri pada Departemen Keuangan.

XXII/6

Page 7: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

Penyempurnaan-penyempurnaan tersebut di atas tetap berti-tik tolak dari sifat dan ruang lingkup tugas pokok dan fungsi Departemen-departemen bersangkutan. Walaupun asas fleksibili-tas dalam pengorganisasian telah diterapkan namun asas konti-nuitas tetap diberlakukan.

Sesuai dengan perubahan yang dituntut karena meningkatnya kegiatan-kegiatan pembangunan maka organisasi lembaga-lembaga Pemerintah non Departemen juga memerlukan penyempurnaan se- cara menyeluruh. Walaupun penelitian mengenai penyempurnaan organisasi lembaga-lembaga Pemerintah non Departemen belum berhasil merumuskan pola organisasi, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan tatakerja lembaga-lembaga tersebut dengan dasar penilaian yang sama, namun asas-asas yang dipergunakan dalam penyempurnaan organisasi departemen sejauh mungkin telah di-terapkan, tanpa mengorbankan sifat-sifat khusus dan ruang lingkup tugas pokok masing-masing. Usaha penyempurnaan ini dipersulit terutama oleh adanya perbedaan dasar hukum pemben-tukan masing-masing lembaga, yaitu ada yang dengan Undang- undang, ada pula dengan Peraturan Pemerintah dan sebagian besar dengan Keputusan Presiden. Juga penyempurnaan mengha- dapi kesulitan karena sifat-sifat yang berbeda, ialah adanya kelompok lembaga Pemerintah non Departemen yang menjalankan fungsi lini atau yang melaksanakan tugas eksekutif, kelompok lain mempunyai kedudukan staf atau sebagai badan staf tingkat pusat, sedangkan ada pula yang mempunyai dan melaksanakan tu-gas koordinasi sehingga dapat disebut badan koordinasi.

Tanpa mengurangi arti penyempurnaan secara menyeluruh, perhatian khusus diberikan kepada masalah-masalah yang mende-sak, yaitu perlunya perubahan organisasi dari lembaga-lembaga Pemerintah non Departemen tertentu untuk dapat menanggulangi pelaksanaan tugas yang sangat mendesak dari lembaga yang ber-sangkutan. Demikianlah pada tahun-tahun terakhir penyempurna-an organisasi telah dilakukan terhadap Badan Tenaga Atom Nasional (Keppres No. 51 tahun 1979), Biro Pusat Statistik (PP No. 6 tahun 1980), Badan Administrasi Kepegawaian Negara dengan pembentukan Kantor-kantor Wilayah tingkat Propinsi se- cara bertahap (Keppres No. 53 tahun 1980) dan Sekretariat Ne-gara (Kepprea No. 31 tahun 1980).

Dalam tahun anggaran 1981/82 telah dilakukan penyempurna-an terhadap :

a. Sekretariat Negara dengan Keppres No. 16 tahun 1981 dila-kukan penambahan beberapa jabatan dalam Staf Sekretaris Negara;

XXII/7

Page 8: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

b. Badan Koordinasi Penanaman Modal dengan Keppres No.33 tahun 1981 dalam rangka peningkatan fungsi mengkoordina-sikan perencanaan dan pengembangan penanaman modal secara menyeluruh dan terpadu. Dalam Keppres tersebut ditegaskan antara lain bahwa Badan Koordinasi Penanaman Modal menye-lenggarakan fungsi atas nama menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang bersangkutan dengan penerbitan berbagai ijin dan pemberian beberapa hak dan fasilitas kepada investor. Ketua Badan bertanggungjawab kepada Pre-siden dan sehari-hari menerima petunjuk dari Menteri Ko-ordinator Bidang EKUIN/Ketua Bappenas;

c. Badan Koordinasi Intelijen Negara dengan Keppres No. 19 tahun 1981 dilakukan penambahan beberapa unit pelaksana teknis.

Perlu dikemukakan bahwa untuk mencegah perkembangan yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan, Pe-merintah telah menentukan bahwa setiap perubahan struktur or-ganisasi dari setiap instansi pemerintahan, pimpinan instansi yang bersangkutan harus terlebih dahulu mengadakan konsultasi dengan dan memperoleh persetujuan dari Menteri Negara Pener-tiban Aparatur Negara.

Penyempurnaan administrasi yang bersifat tata hubungan kerja institusional maupun prosedural secara terus-menerus juga telah dilakukan. Penyempurnaan tata hubungan kerja anta-ra berbagai departemen/lembaga yang telah dilakukan terutama meliputi pelaksanaan program-program yang merupakan prioritas dalam pembangunan, aeperti program-program peningkatan dan pengadaan produksi pangan, tata penyelenggaraan transmigrasi, pembinaan golongan ekonomi lemah, perbaikan gizi rakyat, ke-luarga berencana, penanaman modal dan lain-lain. Demikian pula koordinasi yang lebih baik diusahakan dalam administrasi berbagi bidang seperti administrasi pelabuhan, administrasi perencanaan dan pembiayaan pembangunan, administrasi bantuan luar negeri, tata penyelenggaraan perdagangan luar negeri, khususnya untuk meningkatkan ekspor, dan lain sebagainya.

Dalam tahun pertama (1979/80) sampai dengan tahun ketiga (1981/82) Repelita III tata hubungan kerja baik institusional maupun prosedural yang ditetapkan dengan peraturan-peraturan adalah sebagai berikut :

a. Pembentukan Badan Koordinasi Bimbingan Masal (Keppres No. 6 tahun 1979);

b. Pembentukan Badan Koordinasi Penyelenggaraan Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda (Keppres No. 23 tahun1979)

XXII/8

Page 9: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

c. Pembentukan Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Alam (Keppres No. 28 tahun 1979);

d. Pembentukan Badan Koordinasi Energi Nasional (Keppres No. 46 dan No. 75 tahun 1980);

e. Pembentukan Otorita Pembangunan Pelabuhan Udara Inter-nasional Cengkareng yang melibatkan kerjasama antara De-partemen Perhubungan, Pekerjaan Umum, Dalam Negeri, Ke-uangan, Pemerintah Daerah DKI dan PN Pertamina (Keppres No. 16 tahun 1980);

f. Pembentukan Panitia Landrefonn Pusat yang memerlukan ker-jasama antara Departemen Dalam Negeri, Pertahanan dan Ke-amanan, Pertanian, Keuangan, Tenaga Kerja dan Transmi-grasi, Pekerjaan Umum, Perdagangan dan Koperasi serta Ke-hakiman (Keppres No. 55 dan No. 75 tahun 1980);

g. Pembentukan Dewan Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang dengan melibatkan kerjasama antara Departe- men Perdagangan dan Koperasi, Keuangan, Perhubungan, Dalam Negeri, Perindustrian, Pertahanan dan Keamanan serta Bank Sentral (Keppres No. 60 tahun 1980);

h. Pembangunan asrama mahaaiawa untuk perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang perlu dilakukan secara terpadu dan terkoordinasikan dengan penetapan tugas-tugas kepada Menteri-menteri Keuangan, Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri-menteri Muda Urusan Pemuda, Urusan Koperasi serta Urusan Perumahan Rakyat (Keppres No. 40 tahun 1981);

i. Peningkatan usaha pengembalian kredit program masal dengan melibatkan kerjasama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertanian, Menteri Keuangan, Menteri Negara Pe-nertiban Aparatur Negara, Menteri Muda Urusan Produksi Pangan, Menteri Muda Urusan Koperasi, Gubernur Bank Indo-nesia, Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan serta para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I (Inprea No. 10 tahun 1981);

j. Pelaksanaan ekspor, impor dan lalu lintas devisa yang me-libatkan kerjasama antara Menteri Keuangan, Menteri Per-dagangan dan Koperasi, Menteri Perhubungan dan Gubernur Bank Indonesia (PP No.1 tahun 1982 dan peraturan-peratur- an pelaksanaannya) yang ditujukan untuk peningkatan ekspor bukan minyak dan gas bumi.

Berbagai peningkatan tata hubungan kerja juga telah dila-kukan dengan pembentukan badan-badan oleh beberapa Menteri seperti pembentukan Panitia Tetap Kerjasama Bidang Industri Bahan Bangunan dan Industri Konatrukai oleh Menteri Perindus-trian dan Menteri Pekerjaan Umum serta Team Bantuan Mengenai Masalah Perburuhan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmi

XXII/9

Page 10: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

grasi. Dalam Panitia atau Team tersebut duduk wakil-wakil dari berbagai departemen.

Khusus mengenai berbagai bentuk bantuan pembangunan kepa- da Daerah, maka dalam bentuk Surat-surat Keputusan Barsama beberapa Menteri secara terus-menerus telah ditingkatkan pe-nyelenggaraan tata hubungan kerja secara serasi.

2. Aparatur Pemerintah Tingkat Daerah

Penyempurnaan Administrasi dan Aparatur Pemerintah ting- kat Daerah yang telah dilakukan sejak Repelita I telah diman-tapkan dengan berlakunya Undang-undang No. 5 tahun 1974 ten-tang Pokok-pokok Pemerintah di Daerah yang memberikan dasar-dasar bagi penyelenggaraan pemerintahan di daerah menurut asas desentralisasi, dekonsentrasi maupun asas tugas pemban-tuan secara serasi.

Dalam pelaksanaan asas desentralisasi maka urusan-urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada Daerah menjadi we-wenang dan tanggung jawab Daerah sepenuhnya, dalam arti bahwa prakarsa diserahkan kepada Daerah, baik yang menyangkut pe-nentuan kebijaksanaan, perencanaan, pelaksanaan maupun yang menyangkut segi-segi pembiayaannya. Perangkat pelaksanaannya adalah Aparatur Pemerintah Daerah itu sendiri, terutama Dinas-dinas Daerah. Dalam kaitan ini maka oleh Menteri Dalam Negeri telah dikeluarkan berbagai keputusan tentang susunan organisasi Pemerintah Daerah, tugas dan wewenang tiap unit organisasi, demikian pula tatakerja dan tata hubungan kerja, di antaranya yang terakhir ialah perbaikan organisasi . Sekre-tariat Wilayah Daerah berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 240 tahun 1980. Penyempurnaan tersebut adalah un- tuk peningkatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan tugas-tugas yang semakin meluas. Demikian pula dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 219 dan 220 tahun 1979 telah diatur kembali perangkat pengawasan dengan dite-tapkannya organisasi dan tata kerja Inspektorat Wilayah Propinai dan Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kotamadya dalam rangka peningkatan kelancaran penyelenggaraan pengawasan di tingkat Daerah. Selanjutnya dengan disempurnakannya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I dan dengan pemben-tukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II berda-sarkan Keppres No. 27 tahun 1980, dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 185 tahun 1980 telah ditetapkan pedoman organisasi tata kerja, baik untuk Bappeda tingkat I maupun Bappeda tingkat II.

XXII/10

Page 11: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

Dalam penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan di Daerah yang langsung menyangkut kepentingan nasional dan tidak dapat diserahkan kepada Daerah, maka Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sebagai penguasa tunggal dan sebagai admi-nistrator di Daerah bertugas mengkoordinasi instansi-instansi vertikal yang merupakan aparatur Pemerintah Pusat di Daerah. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dengan demikian mengkoordi-nasikan pembangunan di wilayahnya, baik sektoral, regional maupun yang bersifat khuaus. Koordinasi terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan pembangunan itu merupakan ko-ordinasi aktif yang berarti Gubernur Kepala Daerah Tingkat I ikut membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan memberikan pengarahan-pengarahan.

Di bidang perencanaan dan pengendalian Gubernur Kepala Daerah Tingkat I di bantu oleh Bappeda. Perencanaan yang di-lakukan oleh kantor-kantor wilayah maupun oleh pimpinan-pimpinan proyek sektoral harus dikonsultasikan dengan Bappeda bersangkutan. Dalam rangka itu pula maka menjelang tiap akhir tahun dilangsungkan Konsultasi Nasional, yaitu konsultasi Bappeda seluruh Indonesia dengan Bappenas dan Departemen-departemen untuk menelaah masalah-masalah pokok pembangunan di daerah serta dalam rangka persiapan penyusunan rencana ta- hunan tahun berikutnya. Atas dasar Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 259 tahun 1981 maka penyelenggaraan Konsultasi Nasional dilakukan jauh sebelum waktu pemrosesan penyusunan RAPBN 1982/83, yaitu pada pertengahan Oktober. Di samping itu di antara Bappeda dari berbagai propinsi dalam satu wilayah pembangunan dilakukan pula konsultasi secara berkala untuk membahas usaha-usaha bersama dalam peningkatan pembangunan. Dengan kegiatan aktif Bappeda itu maka pertimbangan-pertim-bangan regional akan lebih mendapat perhatian dalam rangka pemerataan serta peningkatan pembangunan.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan di Daerah Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Instruksi No. 1 tahun 1981 kepada semua Gubernur Kepala Daerah Tingkat I untuk berusaha semaksimal mungkin dengan kemampuan dan wewenangnya mensuk-seskan pelaksanaan program-program pembangunan dengan melaku- kan pengendalian sebaik-baiknya dan koordinasi terpadu terha-dap segenap jajaran aparatur Pemerintah Pusat di Daerah, ja- jaran aparatur Pemerintah Daerah dan seluruh masyarakat seca- ra efektif. Diminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau peresmian penggunaan sesuatu proyek di daerahnya sehingga rakyat kecil di pelosok semakin sadar akan

XXII/11

Page 12: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

arti pentingnya serta manfaatnya pelaksanaan pembangunan yang sedang dan akan dilanjutkan kemudian.

Di bidang pengawasan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I di-bantu oleh Inspektorat Wilayah Propinsi yang secara luas me-lakukan pengawasan terhadap tugas pemerintahan baik tugas umum maupun tugas pembangunan. Sehubungan dengan perlunya ke-terarahan, keterpaduan dan keserasian pelaksanaan pengendali- an dan pengawasan yang dilakukan oleh aparatur Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah maka dengan Keppres No. 20 tahun 1981 telah dibentuk Team Koordinasi Pengendalian dan Penga-wasan Pembangunan Di Daerah sebagai pembantu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam mengkoordinasikan pengendalian dan pe-ngawasan pembangunan Pusat dan Daerah di wilayah bersangkut- an. Team diketuai oleh Ketua Bappeda Tingkat I sedangkan para anggotanya adalah Kepala Itwilprop, Kakanwil Ditjen Anggaran, Kakanwil DJPKN, Kepala Cabang Bank Indonesia dan sebagai se-kretaris Kepala Sekretariat Bappeda Tingkat I. Dengan ter-bentuknya team tersebut diharapkan dapat ditingkatkan hasil-guna dan dayaguna pengawasan.

Selanjutnya sebagai tindak lanjut dari Keppres No. 26 tahun 1980 tentang pembentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) di tiap Propinsi Daerah Tingkat I serta Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 167 tahun 1980 tentang su-sunan organisasi dan tata kerja BKPMD maka telah dikeluarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 3 tahun 1981 agar BKPMD-BKPMD yang telah ada disesuaikan dengan yang diatur dalam Ke-putusan-keputusan tersebut. Dalam pada itu dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 26 tahun 1981 telah dibentuk BKPMD Propinsi Su~awesi Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan dan Daerah Istimewa Aceh.

Usaha penyempurnaan administrasi Pemerintahan di Daerah juga terus dilakukan dalam rangka pelaksanaan Undang-undang No.5 tahun 1979 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Desa. Ber-turut-turut telah ditetapkan

a. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa; susun- an organisasinya terdiri dari Kepala Desa, Lembaga Musya-warah Desa dan Perangkat Desa, sedang Perangkat Desa ter-diri dari Sekretaris Desa dan 3 sampai 5 Kepala Urusan (Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 1981);

b. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Musyawarah Desa yang bertujuan memperkuat pemerintahan Desa serta menya-lurkan pendapat masyarakat Desa; anggota-anggotanya ter

XXII/12

Page 13: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

diri dari Kepala Dusun, pimpinan lembaga kemasyarakatan serta pemuka masyarakat desa (Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 2 tahun 1981);

c. Pengambilan Keputusan Desa (Keputusan Menteri Dalam Negeri No.3 tahun 1981);

d. Pembentukan, pemecahan, penyatuan dan penghapusan desa (Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 4 tahun 1981);

e. Pembentukan Dusun dalam Desa dan lingkungan dalam Kelu-rahan (Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1981);

f. Tata cara pemilihan, pensahan, pengangkatan, pemberhentian sementara dan pemberhentian Kepala Desa (KeputusanMenteri Dalam Negeri No.6 tahun 1981);

g. Perayaratan, tata cara pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Desa, Kepala Urusan serta Kepala Dusun (Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 8 tahun 1981).

Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1979 tentang Pokok-po-kok Pemerintahan Desa perangkat desa merupakan aparatur De-partemen Dalam Negeri di daerah tingkat terbawah. Berhubung dengan itu secara bertahap mereka diangkat sebagai pegawai negeri.

Sebagai salah satu tindak lanjut dari Undang-undang No. 5 tersebut di atas maka sistem Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) sebagai sistem perencanaan pembangunan terpadu di tingkat Kecamatan untuk pengembangan desa-desa di seluruh In-donesia menjadi Desa Swasembada telah makin dimantapkan.

Sebagaimana diketahui dengan sistem tersebut perencanaan pembangunan dimulai dan bersumber dari bawah, diawali dengan usul rencana Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) pada tingkat Desa. Rencana tersebut diajukan kepada Camat untuk diolah sehingga merupakan suatu kebulatan rencana pembangunan wilayah Kecamatan yang utuh, dengan memperhatikan potensi dan fungsi serta kedudukan dan peranan desa-desa di dalam wila-yahnya.

Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 4 tahun 1981 tentang Mekanisme Pengendalian Pelaksanaan Program Masuk Desa dalam kaitannya dengan sistem UDKP mempunyai makna makin memantap- kan serta melembagakan pembangunan desa yang terpadu. Pengen-dalian, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pemba-ngunan desa dalam ruang lingkup kecamatan dimaksudkan agar rakyat pedesaan akan lebih terarah perhatian dan kegiatannya sehingga dana yang digunakan dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang maksimal.

XXII/13

Page 14: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

Kepada Kecamatan UDKP diminta agar di samping mengkoordi-nasikan berbagai kegiatan pembangunan sektoral, regional, lokal dan pedesaan, termasuk dengan proyek-proyek Inpres dan swadaya masyarakat, juga mempercepat gerak pembangunan dan pemerataan aerta bersikap tanggap dan peka terhadap masalah-masalah yang dihadapi. oleh rakyat disertai usaha sungguh-sungguh agar kesadaran membangun di kalangan masyarakat desadapat selalu berkembang.

Usaha-usaha penyempurnaan program pembangunan di daerahselanjutnya ialah penyerasian antara proyek-proyek dalamrangka bantuan Pemerintah Pusat kepada Daerah berdasarkanInstruksi Preaiden yang diterbitkan pada setiap permulaantahun anggaran, yaitu pada tahun anggaran 1981/82 berdasarkan:a. Inpres No. 2 untuk Program Bantuan Pembangunan Desa

dengan bantuan langsung kepada Desa masing-masing Rp.1 juta. Di samping itu diberikan pula bantuan keserasian untuk menunjang pembangunan desa dalam Kecamatan UDKP dan untuk menjamin keserasian pembangunan desa yang didasarkan pada usaha-usaha masyarakat yang mencerminkan swadaya gotong-royong desa;

b. Inpres No. 3 untuk Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II yang besarnya bantuan didasarkan pada jumlah penduduk dengan perhitungan Rp. 1.000,- tiap penduduk dengan ketentuan bahwa besarnya bantuan minimum ialah Rp.150,- juta;

c. Inpres No. 4 untuk Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I dengan bantuan minimum Rp. 7,5 milyar;

d. Inpres No. 5 untuk Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar yang untuk keseluruhannya disediakan biaya sebesar Rp. 374,36 milyar;

e. Inpres No. 6 untuk Program Bantuan Pembangunan Sarana Ke-sehatan yang untuk keseluruhannya disediakan biaya sebesar Rp. 79,- milyar;

f. Inpres No. 7 untuk Program Bantuan Penghijauan dan Reboi-sasi dengan jumlah penyediaan biaya Rp. 70,- milyar;

g. Inpres No. 8 untuk Program Bantuan Kredit Pembangunan dan Pemugaran Pasar. Bantuan ini merupakan subaidi bunga Pe-merintah Pusat kepada Bank dalam rangka penyediaan kredit oleh Bank kepada Pemerintah Daerah Tingkat II dan Peme-rintah DKI Jakarta dengan persyaratan pengembalian dalam jangka waktu 10 tahun, termasuk tenggang waktu 2 tahun, dengan bunga 0%. Jumlah dana yang disediakan ialah Rp.50-milyar;

h. Inpres No. 9 untuk Program Bantuan Penunjangan Jalan Ka-bupaten yang diberikan kepada tiap Kabupaten dengan pe-ngutamaan pembangunan jalan yang menunjang kegiatan eko-

XXII/14

Page 15: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

nomi rakyat, jalan yang membantu pembukaan daerah teriso-lasi dan jalan-jalan rusak. Jumlah dana yang disediakan ialah Rp. 55,- milyar.

Prosedur pelaksanaan pembangunan melalui program-program bantuan tersebut tiap tahun disempurnakan dalam bentuk Surat-surat Keputusan Bersama beberapa Menteri. Penyempurnaan pen-ting yang telah dilaksanakan pada tahun pertama Repelita III dan berlaku sampai dewasa ini ialah antara lain mengenai Pe-mimpin Proyek yang ditunjuk dari instansi yang paling berwe-nang, sedangkan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II adalah sebagai penanggungjawab. Selanjutnya tatacara perenca-naan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan untuk semua program bantuan dilakukan berdasar keseragaman dan kejelasan kriteria.

3. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah

Sebagaimana telah ditetapkan dalam GBHN maka dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok Negara dan dalam rangka membina kesatuan Bangsa, maka hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu terus dikembangkan. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah adalah hubungan antara aparatur Pemerintah tingkat Pusat, baik sebagai keseluruhan maupun sebagian, dengan apa-ratur Pemerintah Daerah. Karena Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, maka fungsi Pemerintahan Daerah meru-pakan sebagian dari fungsi Pemerintahan Negara. Guna pening-katan kemampuan Daerah maka kepada Pemerintah Daerah diberi- kan otonomi dalam batas-batas ikatan negara kesatuan, se-hingga asas hubungan kerja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah asas-asas keserasian dekonsentrasi, desentrali- sasi dan tugas pembantuan.

Pelaksanaan hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah pada pokoknya adalah sebagai berikut :

a. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri selaku pembantu Presiden dalam masalah-masalah pemerintahan daerah. Men- teri Dalam Negeri memberikan pedoman/bimbingan, koordi-nasi dan pengawasan terhadap pemerintahan daerah (UU No. 5 tahun 1974);

b. Semua instansi vertikal dalam hubungan hirarki secara teknis, organisatoris dan administratif bertanggung jawab

XXII/15

Page 16: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

kepada Menteri yang bersangkutan, tetapi taktis operasional tunduk pada koordinasi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I (Inpres No. 48/U/IN/8/1967). Dinas otonom mempunyai hu-bungan hirarki dengan Kepala Daerah, tetapi secara taktis fungsional berhubungan pula dengan instansi vertikal De-partemen yang bertugas dalam bidang yang sama (Inpres No. 48/U/IN/8/1967). Dalam memimpin pemerintahan daerah Gu-bernur Kepala Daerah Tingkat I mendapat bantuan nasehat dari Muspida (Inpres 05/1967);

c. Dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan instansi vertikal mengindahkan pedoman dan instruksi Departemen atasannya serta mengindahkan petunjuk Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam rangka memperlancar pelaksanaan proyek. Instansi vertikal Departemen menerima saran dan pertimbangan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I guna dite-ruskan kepada Departemen yang bersangkutan untuk menda- pat perhatian dan mengadakan kerjasama yang erat dengan dinas-dinas otonom;

d. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I turut bertanggungjawab atas pelaksanaan proyek-proyek sektoral di daerahnya, an-tara lain dengan mengikuti dan mengawasi perkembangan proyek-proyek yang ada di daerahnya, baik berdasarkan la-poran dari Pemimpin Proyek maupun dengan melakukan pene-litian sendiri serta dengan mengadakan pertemuan berkala ataupun insidentil dengan para Pemimpin Proyek/ Bendaha-rawan Proyek (Keppres 14 A/1980).

Atas dasar pokok-pokok tersebut maka keserasian hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang dapat menjamin per-kembangan dan pembangunan daerah telah diusahakan sejak Re-pelita I dan disempurnakan secara terus-menerus hingga dewasa ini. Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pe-merintahan di Daerah telah meletakkan dasar bagi pelaksanaan sistem dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan yang lebih serasi serta sesuai dengan tuntutan dalam pelaksa-naan pembangunan. Untuk pengarahan yang lebih mantap maka dapat disebutkan pembentukan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah dengan Keppres No. 23 tahun 1975 yang bertugas meru-muskan kebijaksanaan agar segala kegiatan yang terjadi di daerah dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Peningkatan hubungan antara aparatur Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dilakukan dengan menserasikan kegiatan pem-bangunan guna meningkatkan kemanfaatan pelaksanaan pembangun- an itu sendiri.Dalam hubungan ini sebagai tindak lanjut dari penyempurnaan Bappeda dengan Keppres No.27 tahun 1980 telah diterbitkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.185 tahun 1980

XXII/16

Page 17: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Bappeda Tingkat I dan Bappeda Tingkat II yang memperinci fungsi dalam mengusa-hakan keterpaduan antara rencana Nasional dan Daerah. Untuk mencapai keserasian Bappeda diwajibkan senantiasa melaksana-kan dan memelihara hubungan kerja secara konsultatif dengan instansi-instansi tingkat Pusat dan hubungan kerja secara ko-ordinatif dengan instanai-instanai Daerah. Di samping itu diadakan forum konsultasi nasional dan regional sebagai usaha menserasikan kepentingan daerah dengan kepentingan nasional serta kepentingan antar daerah. Konsultasi regional dan nasi-onal tersebut pada tahun anggaran 1981/82 diselenggarakan lebih awal, yaitu masing-masing pada bulan September dan Oktober, agar konsiderasi regional lebih diperhatikan dalam perencanaan operasional tahunan.

Mengenai peranan Pemerintah Daerah dalam pembangunan na-sional dapat dikemukakan antara lain rumusan dalam Keputusan Presiden No. 14 A tahun 1980 yang disempurnakan dengan Kepu-tusan Presiden No. 18 tahun 1981, yaitu dalam rangka pelaksa-naan kebijaksanaan untuk pengembangan pengusaha golongan eko-nomi lemah sebagai berikut :

a. Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dengan pe-tunjuk Gubernur Kepala Daerah Tingkat II menyusun daftar pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah di daerah ma- sing-masing dengan dibantu oleh para Pemimpin Proyek dan dengan bekerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri Indo-nesia (KADIN) Daerah. Sebelum adanya daftar sebagimana dimaksud di atas Pemimpin Proyek menggunakan daftar pem-borong/rekanan golongan ekonomi lemah yang disusun oleh- nya berdasarkan hasil konsultasi dengan Bupati/Walikota- madya Kepala Daerah Tingkat II.

b. Pengecualian terhadap pengadaan pelelangan pekerjaan untuk pemborongan/pembelian yang dilakukan di tempat lokasi kantor/satuan kerja/Proyek atau di ibukota Kabu-paten/Kotamadya (dengan nilai di atas Rp. 200 juta sampai dengan Rp. 500 juta) dilakukan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah mendengar pertimbangan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II. Demikian pula pengecualian terhadap pengadaan pelelangan (yang bernilai di atas Rp 500 juta) di tempat lokasi kantor/ satuan kerja/Proyek, di ibukota Kabupaten/Kotamadya atau di ibukota Propinsi diputuakan oleh Team Pengendali Pengadaan setelah mendengar pertimbangan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan.

c. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengetuai Panitia Pra-kualifikasi di tingkat Daerah.

XXII/17

Page 18: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

d. Bupati/Walikotamadya dengan mengikuti petunjuk Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam hal penentuan lokasi, dan pengadaan tanah untuk keperluan proyek sektoral.Bupati/ Walikotamadya bertanggung jawab atas kelancaran dan kewa-jaran harga tanah, sehingga dapat dihindarkan apekulasi tanah yang dapat menghambat pelaksanaan pembangunan beri-kutnya.

e. Pada tingkat Daerah Gubernur menampung pengaduan dari ma-syarakat dunia usaha mengenai masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan APBN dan mengambil lang- kah-langkah penyelesaian sesuai dengan kewenangannya.

f. Bappeda Tingkat I menyampaikan laporan triwulan dari Pro-yek-proyek yang ada di daerahnya baik mengenai DIP tahun bersangkutan maupun megenai DIP SIAP kepada Gubernur Ke-pala Daerah Tingkat I bersangkutan, Menteri Keuangan, Menteri Koordinator Bidang EKUIN/Ketua Bappenas dan Menteri Negara PPLH.

g. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengikuti dan mengawasi perkembangan Proyek-proyek yang ada di daerahnya baik berdasarkan laporan dari Pemimpin Proyek dan Bappeda Tingkat I maupun dengan melakukan penelitian sendiri serta dengan mengadakan pertemuan berkala dengan para Pemimpin Proyek dalam wilayahnya dan selanjutnya melapor- kan secara berkala ataupun insidentil kepada Presiden me-lalui Menteri Dalam Negeri dan kepada beberapa Menteri tertentu lainnya.

h. GubernurKepalaDaerah Tingkat I dan Bupati/WalikotamadyaKepala Daerah Tingkat II mengumumkan kepada masyarakatluas mengenai proyek-proyek pembangunan yang akan dilak-sanakan di daerah masing-masing, baik proyek-proyek sek-toral maupun proyek-proyek bantuan berdasarkan InstruksiPresiden dan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenaiproyek-proyek tersebut kepada dunia usaha melalui KamarDagang dan Industri Indonesia (KADIN).Walaupun Keppres No.14A tahun 1980 yang disempurnakan

dengan Keppres No.18 tahun 1981 berlaku bagi kegiatan-kegiat-an pekerjaan atas beban APBN, namun untuk segala pekerjaan yang dibebankan kepa APBD, prinsip-prinsipnya adalah sama. Dengan kesamaan prinsip dalam pelakaanaan anggaran maka diharapkan adanya pemantapan koordinasi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dalam pelakaanaan pembangunan, baik sektoral maupun regional.

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan Pemerintah Pusat di mana Pemerintah Daerah secara aktif diikutsertakan, maka dalam tahun anggaran 1981/82 telah ditetapkan berbagai keten- tuan sebagai berikut :a. Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 189 tahun 1981

tentang Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) ditetap

XXII/18

Page 19: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

kan bahwa para Gubernur Kepala Daerah tingkat I dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II bertang-gungjawab atas pelaksanaan proyek ini untuk daerahnya masing-masing. PRONA diadakan dalam rangka pelaksanaan caturtertib di bidang pertanahan sebagaimana digariskan dalam Repelita III dengan jalan sertifikasi tanah secara masal. Sebagaimana diketahui sertifikat tanah merupakan tanda bukti yang kuat yang memberikan jaminan kepastian hukum bagi penguasaan dan pemilikan tanah. Di samping pe-laksanaan proyek tersebut dilaksanakan pula program pe-nyelesaian sengketa tanah. Kepala Kecamatan dan Kepala Desa, demikian pula tokoh-tokoh masyarakat diikutserta- kan untuk membantu pelaksanaan proyek ini.

b. Berkenaan dengan Keputusan Menteri Pertanian No.595 tahun 1981 tentang program pencetakan sawah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menetapkan lokasi yang terletak dalam kawasan jaringan irigasi. Pencetakan sawah dibiayai ter-lebih dahulu oleh Pemerintah Pusat dan setelah selesai dicetak biaya tersebut diberlakukan sebagai kredit kepada pemilik tanah bersangkutan. Dalam hubungan ini dapat di-kemukakan bahwa selama ini Pemerintah Daerah senantiasa dilibatkan dalam pelaksanaan program peningkatan produksi pangan, khususnya beras. Hal tersebut dilakukan dengan langkah-langkah yang berkembang dari intensifikasi ke intensifikasi yang disempurnakan seperti panca usaha lengkap, intensifikasi khusus dan akhir-akhir ini operasi khusus.

c. Di aetiap Propinsi Daerah Tingkat I seluruh Indonesia berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri dibentuk Pani-tia Kerja Tetap Pengembangan Ekspor Daerah yang diketuai oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, sedangkan anggota-anggotanya ialah unsur-unsur dari Kantor-kantor Wilayah Bea Cukai, Pajak, Pertanian, Pertambangan, Koperasi, Per-dagangan, Perhubungan dan Kantor Cabang Bank-bank Peme-rintah. Tugas dari Panitia tersebut ialah memonitor pe-laksanaan kebijaksanaan ekspor sehubungan dengan program peningkatan ekspor non minyak dan gas bumi.

d. Dalam rangka meningkatkan dan memantapkan sistem perenca naan pembangunan tahunan, khususnya untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pengembangan potensi daerah dan pemecahan masalah-masalah pembangunan yang sifatnya mendesak di daerah, maka dengan Surat Bappenas No. 1799/WK/9/1981 kepada para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II telah dirumuskan petunjuk atau tatacara pengusulan dan perencanaan proyek-proyek pembangunan yang pada pokoknya menetapkan

Page 20: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/19

Page 21: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

tata hubungan kerja dan kerjasama antara Dinas-dinas Daerah, Bappeda dan Instansi-instansi Vertikal.

Akhirnya penting untuk dikemukakan bahwa dalam kaitan dengan usaha meningkatkan fungsi pengkoordinasian kegiatan-kegiatan instansi vertikal di daerah oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sesuai dengan petunjuk Presiden sejak tahun anggaran 1981/82 pelantikan Kepala Kantor Wilayah Departemen/ Direktorat Jenderal/Lembaga di daerah dilaksanakan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan disakaikan oleh pejabat dari Pusat Departemen/Direktorat Jenderal/Lembaga yang ber-sangkutan.

4. Aparatur Perekonomiaa Negara

Usaha penyempurnaan aparatur perekonomian negara yang me-liputi badan-badan usaha dan lembaga-lembaga keuangan milik Negara yang telah dilakukan aecara terus-menerus sejak tahun 1967 dalam Repelita III terus ditingkatkan. Aparatur pereko-nomian Negara, khususnya perusahaan-perusahaan Negara, dia-rahkan agar dapat bekerja berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang sehat dan efisien sehingga menguntungkan bagi penerimaan Negara, di samping dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta dapat menyelenggarakan kemanfaatan umum yang lebih baik dan lebih merata. Denikian pula pening-katan pembinaan lembaga-lembaga keuangan ditujukan ke arah kemampuan menjadi pendorong kegiatan pembangunan dan produksi sektor awasta dan koperasi yang belum mampu. Kemudian agar turut aktif mengamankan dan menunjang pelaksanaan kebijaksa-naan dan program Pemerintah dalam pengembangan pengusaha go-longan ekonomi lemah serta pemantapan stabiliaasi ekonomi.

Sementara itu dalam tahun ketiga Repelita III dalam rangka pembinaan badan-badan usaha negara telah dilakukan an-tara lain :

a. Pengalihan bentuk Perusahaan Negara Perkebunan I menjadi Persero (Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1981);

b. Penyertaan modal Pemerintah untuk pendirian Persero di bidang produksi gula (Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1981);

c. Pembubaran Perusahaan Negara Perkebunan XVI dan pengga-bungannya ke dalam Persero PT Perkebunan XV (Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1981);

d. Penyertaan modal Pemerintah untuk pendirian Persero di

XXII/20

Page 22: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

bidang Aneka Usaha Perkebunan (Peraturah Pemerintah No. 16 tahun 1981);

e. Penyertaan modal Pemerintah untuk pendirian Persero dalam bidang usaha perencanaan, perekayasaan dan konstruksi in-dustri (Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1981);

f. Pendirian Perum Indonesia Farma (Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1981);

g. Penambahan penyertaan modal Pemerintah ke dalam modal saham Persero PT Yodyakarya dan Persero PT Bina Karya (Peraturan Pemerintah No. 21 dan 22 tahun 1981);

h. Pencabutan Peraturan Pemerintah No. 229 tahun 1961 ten-tang Penyerahan Perusahaan Negara Pengangkutan Penumpang Djakarta oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Tingkat I DKI Jakarta Raya (Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1981);

i. Pendirian Perum Pengangkutan Penumpang Jakarta yang se-mula merupakan Perusahaan Negara Pengangkutan Penumpang Djakarta yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Tingkat I DKI Jakarta (Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1981);

j. Pengalihan bentuk Perum Dana Tabungan dan Asuransi Pega-wai Negeri menjadi Persero (Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1981);

k. Penambahan penyertaan modal Pemerintah ke dalam modal saham Persero PT Danareksa (Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1981);

l. Penambahan penyertaan modal Pemerintah ke dalam modal saham Persero PT Indra Karya (Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1981);

m. Penyertaan modal Pemerintah untuk pendirian Persero dalambidang pupuk (Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1981);

n. Penambahan modal kepada Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1981);

o. Penetapan Perusahaan Umum "Otorita Jatiluhur" sebagai perusahaan yang dapat menarik dan menerima iuran pembia-yaan eksploitasi dan pemeliharaan prasarana pengairan (Keputusan Presiden No. 7 tahun 1981).

Dalam pada itu selama tahun ketiga Repelita III proses pengalihan bentuk-bentuk perusahaan berjalan terus. Sampai pada akhir tahun anggaran 1981/82 perusahaan negara berstatus Persero berjumlah 142 buah, temasuk 26 Persero Patungan. Dari jumlah Persero tersebut maka 8 Persero beroperasi di sektor jasa keuangan, 46 Persero di sektor jasa umum, 52 Per-sero di sektor jasa industri (termasuk PT Krakatau Steel) dan 36 di sektor pertanian.

XXI/21

Page 23: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

Perusahaan Negara yang berkedudukan sebagai Perum di 9 Departemen berjumlah 23 buah.

Perusahaan Negara yang berkedudukan sebagai Perjan ber-jumlah 2 buah, yaitu Perusahaan Jawatan Pegadaian di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri Departemen Keuangan serta Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Departemen Perhubungan.

Perusahaan Negara (PN) yang belum ditentukan statusnya menurut Undang-undang No. 9 tahun 1969 tinggal 36 buah, se-dangkan PT lama yang belum disesuaikan dengan Peraturan Peme-rintah No. 12 tahun 1969 menjadi Persero adalah 10 buah.

Perusahaan Negara yang mempunyai status khuaus yang ber-arti pembentukannya didasarkan pada Undang-undang tersendiri berjumlah 9 buah, yaitu 8 buah Bank-bank Pemerintah yang ber- ada di bawah pembinaan Departemen Keuangan dan Pertamina di bawah pembinaan Departemen Pertambangan dan Energi.

Mengenai Pertamina dapat dikemukakan bahwa sejak tahun 1975 Perusahaan Negara tersebut telah mengalami penyempurnaan dan penertiban secara terus menerus yang Aimulai dengan reor-ganisasi berdasarkan Keppres No. 44 tahun 1975. Dalam rangka peningkatan penertiban di segala bidang, terutama di bidang pertanggungjawaban dalam administraai perusahaan maka dengan Keppres No. 73 tahun 1981 telah dilaksanakan pengangkatan Dewan Direksi baru. Kepada para pimpinan dipertanggungjawab-kan 4 hal pokok, yaitu mengusahakan produksi yang meningkat, menguaahakan penerimaan Negara yang makaimal, menyelenggara-kan pembangunan sarana Bahan Bakar Minyak untuk menghadapi kenaikan permintaan dan membuat PN Pertamina menjadi Perusa-haan Negara yang mampu menghadapi perubahan-perubahan yang timbul.

Keadaan badan-badan usaha Negara secara lebih terperinci sampai tanggal 31 Maret 1982 dapat dilihat pada Tabel XXII-1.

Sementara itu berbagai kebijaksanaan khusue dalam rangka usaha pengembangan dunia usaha terus dilakukan. Dalam hubung-an ini dapat disebutkan bahwa perijinan untuk penanaman modal telah disederhanakan,, yaitu dengan pengurangan 36 ijin yang meliputi persetujuan pokok serta persetujuan pelaksanaan men-jadi 15. Sebelumnya dengan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1981 telah ditetapkan pemberian tambahan kelonggaran perpa-jakan bagi perusahaan-perusahaan yang didirikan dalam rangka

Page 24: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/22

Page 25: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

TABEL XXII – 1KEADAAN BADAN-BADAN USAHA NEGARA,

SAMPAI 31 MARET 1982(perusahaan)

1) Perseroan Terbatas yang berdiri sebelum terbit PP 12/19692) Bank Pemerintah3) Pertamina

Page 26: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/23

Page 27: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

penanaman modal dalam negeri. Berdasarkan Peraturan Peme-rintah tersebut perusahaan-perusahaan yang menampung tenaga kerja dalam jumlah besar atau berlokasi di daerah yang perlu dikembangkan sehingga harus membuka sendiri prasarana dengan menghadapi risiko besar, dapat diberikan tambahan kelonggaran perpajakan di luar perpajakan yang telah diberikan berdasar- kan Undang-undang Penanaman Modal.

Berhubung dengan hal di atas maka dalam rangka peningkat-an fungsi koordinasi perencanaan dan pengembangan penanaman modal secara menyeluruh dan terpadu maka dengan Keputusan Presiden No. 33 tahun 1981 sebagai pengganti Keputusan Pre-siden No. 53 tahun 1977 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah mengalami penyempurnaan. Dalam usahanya untuk lebih memperbaiki sistem Daftar Skala Prioritas maka secara berkala dilakukan peninjauan terhadap sistem Daftar Skala Prioritas berdasarkan faktor kejenuhan dalam masing-masing kategori bidang-bidang yang tertutup, yang diregistrasi dan yang mendapat prioritas utama yang dikaitkan secara langsung dengan program-program Sektoral dan Regional.

Untuk menciptakan iklim ekonomi khususnya perdagangan luar negeri yang lebih baik Pemerintah telah menetapkan kebi-jaksanaan baru tentang pelaksanaan ekspor, impor dan lalu lintas devisa. Demikianlah dengan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1982 dan disusul dengan rangkaian peraturan Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Keuangan, Menteri Perhu-bungan dan Gubernur Bank Indonesia telah diadakan perubahan mendasar yang menyangkut sistem serta prosedurnya. Tujuannya ialah pemberian kesempatan yang lebih luas kepada para pengu-saha terutama ekaportir dalam melakukan kegiatan usahanya. Pada pokoknya kebijaksanaan yang dilakukan adalah membebaskan para ekaportir dari kewajiban menjual devisa yang diperoleh-nya kepada Bank Indonesia dengan tujuan agar para eksportir dapat memanfaatkan devisa semaksimal mungkin baik untuk pem-belian bahan atau barang modal guna menunjang ekspornya mau-pun untuk mencapai hasil maksimal dari penggunaan devisa yang dimilikinya. Sejalan dengan itu Pemerintah telah memperluas kesempatan cara pembayaran transakai ekspor dan impor. Dalam rangka ini Pemerintah menyediakan fasilitas kredit ekspor de-ngan syarat-syarat lunak, jaminan kredit ekspor dan asuransi ekspor.

Untuk lebih mengembangkan pasar uang dan modal maka Peme-rintah telah melakukan penambahan penyertaan modal ke dalam modal saham Persero PT Danareksa dengan Peraturan Pemerintah

XXII/24

XXII/24

Page 28: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

No. 33 tahun 1981. PT Danareksa yang didirikan oleh Peme-rintah pada tahun 1976 dan bertugas menjual saham perusahaan-perusahaan yang "go public" dalam bentuk sertifikat saham ke-pada masyarakat telah mengalami kemajuan pesat. Keuntungan PT Danareksa sebagai salah satu sumber bagi penerimaan Negara dari tahun ke tahun meningkat terus dengan gambaran sebagai berikut : keuntungan tahun 1977 ialah Rp.142 juta, tahun 1978 Rp. 315 juta, tahun 1979 Rp. 532 juta dan tahun 1980 Rp. 1,6 milyar.

Mengenai usaha pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah telah ditempuh berbagai jenis pembinaan. Pembinaan oleh Peme-rintah pada hakekatnya ditujukan kepada penanggulangan kesu-karan yang dihadapi oleh para pengusaha golongan ekonomi lemah, yaitu kekurangan modal, kesulitan memasarkan hasil produksi, kesulitan memperoleh bahan baku/penolong dan ke-kurangan keahlian teknis/management.

Dalam rangka usaha membantu kebutuhan modal para pengusa-ha golongan ekonomi lemah selama ini telah dikembangkan lem-baga-lembaga keuangan bukan bank PT Bahana dan PT Askrindo serta pendirian Perum Pengembangan Keuangan Koperasi dengan meleburkan Lembaga Jaminan Kredit Koperasi kedalam badan usaha tersebut berdasarkan Keppres No. 51 tahun 1981 yang bertugas membantu dalam hal perkreditan. Demikian pula secara terus menerus dikembangkan ketatalaksanaan dengan cara-cara yang lebih baik dalam pemberian fasilitas perkreditan oleh Bank-bank Pemerintah. Bahkan Bank Indonesia dewasa ini tidak lagi hanya melaksanakan tugas dalam bidang kas dan pengedaran uang cartal melainkan juga dalam bidang perkreditan dan pe-ngerahan dana perbankan dalam rangka mengembangkan pengusaha kecil.

Selanjutnya untuk membantu para pengrajin sebagai pengu-saha golongan ekonomi lemah sejak Repelita I telah dikembang-kan program BIPIK (Bimbingan dan Pengembangan Industri Kecil) dengan jalan memberikan pendidikan dan latihan, bimbingan dan penyuluhan, bantuan peralatan dan percontohan, bantuan pro-mosi serta pemasaran. Dewasa ini Pemerintah telah mengajukan konsep baru bagi pengembangan industri kecil untuk menampung tenaga kerja yang lebih besar serta memberikan ruang kreasi yang lebih luas. Hal itu dilakukan dengan pembangunan Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK) di samping pembangunan Lingkungan Industri Kecil (LIK) sebagai model pengembangan industri kecil yang memberikan perangkat fisik tempat berproduksi dan berusaha. Demikian pula sistem "Bapak/Anak Angkat", juga

XXII/25

Page 29: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

sistem aub-kontrak dalam hubungan perusahaan besar dan peru-sahaan kecil yang dikembangkan oleh Pemerintah dan akhirnya pemberian pengutamaan kepada golongan ekonomi lemah dalam pemborongan pekerjaan dan pembelian barang/bahan Pemerintah sesuai dengan Keppres No. 14 A tahun 1980 jo Kepprea No. 18 tahun 1981 mempertegas langkah pembinaan oleh Pemerintah dalam rangka pemerataan kesempatan berusaha.

5. Pengawasan dan Penertiban Operasional

Pengawasan dan penertiban operasional yang merupakan alat pengaman bagi keberhasilan pelaksanaan pembangunan telah di-tingkatkan oleh Pemeirintah secara terus menerus. Pengawasan yang intinya menuju kepada tercapainya sasaran krida ke-4 Ka-binet Pembangunan, yakni menegakkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, telah menjadi usaha Pemerintah secara terus-menerus. Oleh karena itu sejalan dengan beban pembangunan yang semakin meningkat pada tahun ketiga Repelita III penga- wasan semakin ditingkatkan, baik pengawasan yang dilakukan oleh aparatur fungsional maupun pengawasan yang melekat pada fungsi pimpinan, yaitu pengawasan oleh atasan terhadap bawah- an dalam pelaksanaan tugas pekerjaan yang telah ditetapkan.

Diperkuatnya unsur pengawasan dengan pengangkatan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup dalam Ka-binet Pembangunan III di samping Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara dan Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban serta aparatur pengawasan lainnya yang sudah ada seperti Di-rektorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara pada Departemen Keuangan, para Inspektur Jenderal Pembangunan (Irjenbang), Inspektorat Jenderal pada Departemen-departemen dan Inspek-torat Wilayah Propinsi pada Daerah-daerah Tingkat I dengan diserai usaha-usaha penyempurnaannya secara terus menerus menggambarkan kesungguhan Pemerintah dalam mengupayakan agar keseluruhan aparatur menjadi alat yang berwibawa, kuat, efek-tif, efisien dan bersih guna menjamin keberhasilan usaha pem-bangunan. Peningkatan pelaksanaan pengawasan dan penertiban dalam lingkungan Departemen/Lembaga telah dilaksanakan dengan dilancarkannya Operasi Tertib berdasarkan Instruksi Presiden No.9 tahun 1977 terhadap penyalah gunaan jabatan, komersiali-sasi jabatan, korupsi, pemborogan-pemborosan, pungutan liar dan lain-lain perbuatan tercela. Operasi Tertib dimaksudkan untuk mendinamisir fungsi aparatur pengawasan Pemerintah da-lam peningkatan tertib organisasi, personalia dan tatalaksana dalam lingkungan Departemen/Lembaga serta lingkungan Pemerin-tah Daerah. Sekalipun Operasi Tertib telah menunjukkan hasil hasil yang nyata dan sekurang-kurangnya dapat diciptakan

XXII/26

Page 30: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

iklim yang tidak merangsang untuk melakukan penyimpangan-pe-nyimpangan, namun Pemerintah menyadari bahwa pengembalian segala sesuatunya kepada ketertiban belum selesai. Oleh kare-na itu peningkatan pengawasan dan penertiban masih harus terus dilaksanakan.

Sejak Juni 1977 hingga Maret 1982 mereka yang ditindak meliputi 9.585 orang yang tersangkut dalam 6.454 kasus. Dari jumlah mereka yang ditindak itu 8.450 orang dikenakan tindak- an administratif, 895 orang tindakan pidana dan 240 orang tindakan lainnya.

Ikhtisar perkembangan Operasi Tertib periode Juni 1977 sampai dengan Maret 1982 dapat dilihat pada Tabel XXII-2.

Pada tahun ketiga Repelita III telah pula dilaksanakan operasi penertiban yang diberi nama "Operasi Bersih dan Ber-wibawa" sebagai operasi untuk menangani adanya penyimpangan dalam pengangkatan pegawai honorer daerah dan pengangkatan lurah dan perangkat kelurahan menjadi pegawai negeri. Dalam operasi tersebut yang dilaksanakan ,di 10 Propinsi Daerah Tingkat I maka telah didapati penyelewengan oleh 97 orang pe-gawai negeri Pusat dan Daerah. Terhadap mereka telah dikena- kan tindakan hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Peme-rintah No. 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara No. 02/SE/Menpan/1980 tentang penertiban terhadap pemilikan dan penggunaan ijasah palsu serta ijasah asli tetapi palsu untuk kepentingan karier kepegawaian atau yang dapat merendahkan martabat aparatur Pemerintah sampai dengan akhir Maret 1982 telah berhasil ditindak Sebanyak 224 orang pegawai dalam lingkungan Depar-temen/Lembaga dengan perincian 63 orang tingkat Sarjana, 47 orang tingkat Sarjana Muda dan 114 orang tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ke bawah.

Dalam kaitan dengan Operasi Tertib tersebut di atas maka atas dasar Instruksi Presiden No. 14 tahun 1981 tentang Pe-nyelenggaraan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih padatanggal 17 setiap bulan di semua Instansi Pemerintah telah diambil kebijaksanaan agar para Menteri/Ketua Lembaga atau Pejabat Eselon I yang ditunjuknya pada kesempatan tersebut dapat antara lain mengumumkan tindakan-tindakan atau langkah-langkah penertiban yang telah diambil dalam lingkungan ma-sing-masing di samping juga hal-hal yang baik atau positif.

Page 31: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/27

Page 32: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

TABEL XXII – 2IKHTISAR PERKEMBANGAN OPSTIB DI LNGKUNGAN APARATUR NEGARA,

PERIODE JUNI 1977 s/d MARET 1982

XXII/28

Page 33: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

Pengumuman pada setiap apel bendera pada tanggal 17 dimaksud-kan sebagai langkah edukatif agar aparatur Pemerintah berbuat semakin tertib.

Selanjutnya sehubungan dengan berlakunya Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang tertuang dalam Undang-undang No. 8 tahun 1981, Menteri Negara Penertiban AparaturNegara telah menetapkan tatacara penyampaian laporan tindak pidana kepada aparatur penindak hukum sebagai berikut : a. Apabila diketahui terdapat adanya tindak pidana dalam

lingkungan sesuatu instansi Pemerintah, maka pejabat yangberwenang berkewajiban untuk melaporkan kepada :(i) Kepolisian, sepanjang menyangkut tindak pidana

biasa (pasal 6 ayat 1 KUHAP);(ii) Kepolisian/Kejaksaan, sepanjang menyangkut tindak

pidana khusus seperti korupsi, subversi, pelanggar- an ekonomi dan lain-lain (pasal 284 ayat 2 KUHAP).

b. Apabila aparatur pengawasan menemukan bukti-bukti adanya tindak pidana maka penanganan lebih lanjut dilakukan dengan tatacara :(i) Dalam hal terjadi di lingkungan Departemen, maka

Inspektur Jenderal melaporkan kepada Menteri yang bersangkutan dan selanjutnya Sekrataris Jenderal atas nama Menteri melaporkan kepada KAPOLRI/Jaksa Agung;

(ii) Dalam hal terjadi di lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat I maka Kepala Inspektorat Wilayah Propinsi melaporkan kepada Gubernur Kepala Daerah. Tingkat I yang bersangkutan apabila tersangkanya adalah pe-gawai negeri Daerah Tingkat I atau pegawai negeri Pusat yang diperbantukan. Selanjutnya Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat I atas nama Gubernur Kepala Daerah Tingkat I melapor kepada KADAPOL/KAJATI.

(iii) Dalam hal terjadi di lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II maka Kepala Inspektorat Wilayah Kabu-paten/Kotamadya melaporkan kepada Bupati/Walikota- madya Kepala Daerah Tingkat II apabila tersangkanya adalah pegawai negeri Daerah Tingkat II atau pe-gawai negeri Daerah Tingkat I yang diperbantukan. Selanjutnya Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat II atas nama Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II melaporkan kepada DANRES/DANRESTA/DANTA-BES/KAJARI.

(iv) Tatacara tersebut di atas berlaku juga bagi apa-ratur pengawasan di Lembaga-lembaga Pemerintah Non

XXII/29

Page 34: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

Departemen, Sekretariat Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan Badan Usaha Milik Negara.

Selama tahun anggaran 1981/82 langkah-langkah untuk me-lanjutkan dan meningkatkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dilakukan dalam pengawasan dan penertiban adalah antara lain Bebagai berikut :

a. Mengembangkan sistem pengawasan yang diueahakan secara lebih terpadu dan terarah antara sesama aparatur penga-wasan, baik di tingkat Pusat maupun tingkat Daerah dan Perusahaan Milik Negara/Daerah.

b. Meningkatkan kemampuan aparatur pengawasan untuk mende-teksi penyimpangan sedini mungkin agar dapat diambil langkah koreksi sebelum terlambat.

c. Meningkatkan kemampuan aparatur pengawasan atas pelaksa-naan pembangunan dari segi penggunaan keuangan, mutu fisik pembangunan serta pemenuhan fungsional proyek se-hingga hasil-hasil pengawasan itu akan bermanfaat untuk digunakan bagi perencanaan dan pelaksanaan.

d. Memantapkan kedudukan dan fungsi Inspektorat Jenderal De-partemen sebagai aparatur pengawasan fungsional.

e. Mengembangkan hubungan kerja pengawasan secara terkoordi-nasikan di daerah dengan cara lebih memantapkan kedudukan dan fungsi Inspektorat Wilayah Propinsi dan Inspektorat Wilayah Daerah sebagai aparat pengawasan PemerintahDaerah.

6. Penyempurnaan di Bidang Kepegawaian

Dalam rangka usaha meningkatkan pengabdian dan kesetiaan Aparatur Pemerintah maka telah dilaksanakan usaha pembinaan pegawai negeri secara berencana dan terarah agar segenap pe-gawai negeri sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur Apa-ratur Pemerintah, abdi Negara dan abdi masyarakat dalam men-jalankan tugas pemerintahan dan pembangunan. Pembinaan pe- gawai negeri tersebut didasarkan pada sistem karier dan sistem prestasi kerja melalui berbagai penyempurnaan di bidang kepegawaian.

Dalam tahun ketiga Repelita III usaha pembinaan yang me-rupakan kelanjutan dari kegiatan-kegiatan dalam tahun-tahun sebelumnya meliputi: (a) penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian, (b) penyempurnaan dasar-dasar penyusunan formasi pegawai, (c) pengadaan dan pengangkatan

XXII/30

Page 35: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

pegawai serta penyelesaian kepangkatan, (d) perbaikan peng-hasilan pegawai negeri dan Pejabat Negara, (e) perbaikan penghasilan penerima pensiun/tunjangan yang bersifat pensiun, (f) penyempurnaan tata usaha kepegawaian, (g) peningkatan ke-mampuan manajemen para pejabat serta peningkatan keterampilan dan produktivitaa kerja pegawai.

Dengan berbagai penyempurnaan di atas, di samping diber-lakukannya penilaian pelaksanaan pekerjaan atas pegawai ne- geri yang obyektif seperti ditentukan dalam PP No. 10 tahun 1979, diharapkan akan semakin terjamin ketenangan dan ke-gairahan bekerja pegawai negeri dan pada gilirannya akan men-dorong pegawai negeri untuk bekerja dengan lebih produktif tertib dan teratur sehingga pelaksanaan tugas-tugas umum pe-merintahan dan pembangunan dapat terselenggara dengan lebih lancar. Demikian pula dengan dikeluarkannya PP No. 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri yang mengatur kewajiban, larangan serta sanksi apabila tidak ditaati atau larangan dilanggar, maka setiap pegawai diharapkan akan lebih menyadari kewajiban dan tanggungjawabnya dan mempunyai di-siplin yang tinggi dalam melakaanakan tugas kewajiban.

a. Penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang ke- pegawaian

Sebagai lanjutan usaha peningkatan pembinaan pegawai negeri maka dalam tahun anggaran 1981/82 telah dikeluarkan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian dengan empat Peraturan Pemerintah dan empat Keputusan Presiden.

Seperti diketahui dalam rangka penyederhanaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian telah ditentukan bahwa pokok-pokok kepegawaian ditetapkan dalam Undang-undang, ketentuan-ketentuan pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan operasionalnya diatur dengan Keputusan Presiden. Selanjutnya petunjuk pelak-sanaan teknis dituangkan dalam Keputusan atau Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.

Perincian dari peraturan perundang-undangan tersebut ada- lah seperti termuat dalam Tabel XXII - 3.

b. Penyempurnaan dasar-dasar penyusunan formasi pegawai

Sebagai lanjutan dari kegiatan yang dilaksanakan dalam Repelita II di bidang kepegawaian, yaitu agar setiap satuan organisasi Negara mempunyai jumlah dan mutu pegawai yang sama

Page 36: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/31

Page 37: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

TABEL XXII – 3PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TELAH DITETAPKAN

TAHUN 1981/82 SEBAGAI PERATURAN PELAKSANAANUNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1974

XXII/32

Page 38: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

dengan jenis dan besarnya beban tugas yang menjadi tanggung-jawabnya, maka dalam Repelita III telah dan akan dilaksanakan terus usaha ke arah penyusunan formasi pegawai negeri berda-sarkan PP No. 5 tahun 1976.

Sebagai langkah pertama ke arah itu maka sejak Repelita II telah diadakan inventarisasi jabatan dengan maksud untuk dapat mengetahui jumlah dan jenis jabatan yang ada pada or-ganisasi Pemerintah. Untuk memudahkan penyusunan daii pen- carian maka jabatan yang ada pada organisasi Pemerintah di kelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok besar yang terdiri dari (a) jabatan struktural, yaitu jabatan yang nyata-nyata ter-cantum pada organisasi Pemerintah yang bersangkutan, dan (b) jabatan non-struktural, yaitu jabatan yang tidak nyata-nyata tercantum pada struktur organisaai Pemerintah, akan tetapi jabatan tersebut diperlukan untuk dapat melaksanakan tugas pokok organisasi Pemerintah yang bersangkutan. Sebagaimana diketahui invertitarisasi jabatan merupakan dasar dalam penyu- sunan uraian jabatan, penggolongan, dan penilaian jabatan se-lanjutnya.

Dalam tahun ketiga Repelita III usaha inventarisasi ja-batan masih diteruskan dengan kegiatan-kegiatan:(i) penyusunan kembali daftar nama dan jumlah jabatan me

nurut inatansi.(ii) perancangan Keputusan Presiden tentang Daftar Nama,

Susunan dan Jumlah Jabatan Pegawai Negeri, dan (iii) penyusunan uraian jabatan fungsional bidang umum.

c. Pengadaan dan pengangkatan pegawai serta penyelesaian pangkatnya

Pengadaan pegawai negeri dimaksudkan untuk mengisi forma- si yang lowong pada masing-masing satuan organisasi Peme-rintah. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 30 tahun 1981 tentang Latihan Pra Jabatan, maka calon pegawai negeri yang diangkat sejak 1 April 1981 diwajibkan mengikuti latihan pra jabatan agar calon pegawai negeri tersebut terampil melaksa-nakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Calon pegawai negeri yang telah lulus dalam latihan pra jabatan dapat diangkat menjadi pegawai negeri.

Kecuali itu berdasarkan keputusan-keputusan Pangkopkamtib tentang Penertiban Personil Aparatur Pemerintah calon pegawai negeri dikenakan skrining mental-ideologinya yang meliputi aspek-aspek antara lain lingkungannya, sikap hidupnya, rasa pengabdian, dan sebagainya. Maksud dari pada skrining calon

Page 39: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/33

Page 40: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

pegawai ialah untuk menjamin agar pembangunan nasional tetap berjalan lancar tanpa adanya gangguan yang timbul dari dalam aparatur Pemerintah sendiri.

Dalam tahun anggaran 1981/82 pengangkatan calon pegawai negeri pada masing-masing Departemen dan Lembaga adalah se-jumlah 150.305 orang.

Selain dari pada itu pengangkatan tersebut di atas, maka diangkat pula :

(i) Pegawai guru SD/guru agama SD berdasarkan Inprea No. 6tahun 1980 dan No. 5 tahun 1981 sejumlah 103.350 orang.

(ii) Tenaga-tenaga medis dan paramedis di Puskesmas yang di-angkat berdasarkan Inpres No. 6 tahun 1981 sejumlah 4.660 orang.

(iii) Pegawai tenaga kesenian dalam lingkungan Departemen Pe-nerangan yang diangkat berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1981 menjadi pegawai negeri aejumlah 453 orang.

(iv) Pegawai TVRI yang diangkat berdasarkan Peraturan Peme- rintah No. 37 tahun 1980 menjadi pegawai negeri se-jumlah 2.331 orang.

(v) Tenaga honorer daerah yang diangkat menjadi pegawai ne-geri sejumlah 12.047 orang.

(vi) Kepala Kelurahan dan Perangkat Kelurahan yang diangkat berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 1980 men-jadi pegawai negeri aejumlah 26.270. Perincian jumlah tersebut tercantum dalam Tabel XXII - 4.

Dengan demikian pengangkatan seluruh pegawai baru dalam tahun anggaran 1981/82 berjumlah 299.416 orang.

Mengenai pengangkatan dapat dikemukakan bahwa jumlah pe-gawai negeri yang bekerja pada Departemen/Lembaga/Daerah Oto-nom yang mengalami kenaikan pangkat dalam tahun anggaran 1981/82 adalah sejumlah 152.829 orang. Selanjutnya usaha pe-ningkatan dalam urusan kenaikan pangkat akan terus dilakukan berdasarkan :(i) hasil pemeliharaan data kepegawaian yang makin sempurna; (ii) usaha standarisasi formulir usul-usul kenaikan pangkat

yang merupakan penyederhanaan administrasi; (iii) hasil penataran pada masing-masing instansi.

d. Perbaikan penghasilan pegawai negeri dan pejabat Negara

XXII/34

Page 41: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

TABEL XXII – 4PENYELESAIAN PENGANGKATAN KEPALA/PERANGKAT KELURAHAN1)

MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL, 1981/82(unit pengangkatan)

1) Tidak termasuk Kepala/Perangkat KelurahanYang telah berstatus sebagai pegawai negeri

2) Angka diperbaiki

XXII/35

Page 42: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

Sejak Repelita I Pemerintah secara bertahap telah beru- saha memperbaiki penghasilan pegawai negeri untuk memenuhi kebutuhan hidup serta dalam rangka usaha meningkatkan pres- tasi kerja untuk mencapai daya guna dan hasil guna sebesar-besarnya.

Dalam tahun anggaran 1981/82 maka sesuai dengan kemampuan keuangan Negara dengan Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1980 tentang Pemberian Tunjangan Perbaikan Penghasilan bagi Pe-gawai Negeri dan Pejabat Negara, terhitung mulai tanggal 1 Januari 1981 diberikan tunjangan perbaikan penghasilan, ialah bagi golongan I dari 60% menjadi 100% dari penghasilan, bagi golongan II dari 50% menjadi 80% dari penghasilan, bagi go-longan III dari 40% menjadi 65% dari penghasilan, bagi go-longan IV dari 40% menjadi 60% dari penghasilan, bagi pejabat Negara dari 40% menjadi 60% dari penghasilan, dan bagi ang-gota Majelis Permusyawaratan Rakyat yang bukan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari 40% menjadi 60% dari uang kehormatan.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1974 tentang Gaji/Gaji Kehormatan/Uang Kehormatan Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara yang berlaku sejak 1 Januari 1981 ditetapkan perubahan gaji pokok bagi pejabat Negara tersebut.

Adapun perbandingan penghasilan rata-rata pegawai negeri pada akhir Repelita II dan pada akhir tahun ketiga Repelita III dapat dilihat pada Tabel XXII-5.

Kemudian dalam tahun anggaran 1981/82 telah ditetapkan kebijaksanaan untuk memberikan tunjangan khusus, yaitu bagi pegawai negeri di lingkungan Badan Tenaga Atom Nasional dibe-rikan tunjangan "bahaya nuklir" berdasarkan Keputusan Pre-siden No.12 tahun 1981 dan bagi pegawai negeri pada inatansi keamanan dan keselamatan pelayaran berdasarkan Keputusan Pre-siden No.12 tahun 1982.

Mengenai pegawai bekas Trikora, yaitu pegawai negeri yang telah bertugas di Irian Jaya sebelum 1 Mei 1969, yang mene- rima penghargaan berdasarkan Keputusan Presiden No. 62 tahun 1979 sampai dengan tanggal 31 Maret 1982 adalah sebanyak 2.848 orang.

Selain itu dengan Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1981 telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai perawatan, tunjang

XXII/36

Page 43: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

TABEL XXII – 5PERBAIKAN PENGHASILAN RATA-RATA PEGAWAI NEGERI SIPIL,

1979/80 – 1981/82

Page 44: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau
Page 45: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/37

Page 46: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

an cacad dan uang duka bagi pegawai negeri. Hal itu berkenaan dengan risiko pegawai negeri yang dalam melaksanakan tugas kewajibannya tidak luput dari kemungkinan mendapat kecelakaanyang mengakibatkan pegawai negeri yang bersangkutan sakit, cacad atau tewas. Dengan adanya jaminan pengobatan, perawat- an, dan atau rehabilitasi serta penghargaan sebagaimana di-maksud di atas, maka diharapkan setiap pegawai negeri melak-sanakan tugasnya dengan penuh rasa pengabdian dan tanggung-jawab.

Ketentuan-ketentuan dari Peraturan Pemerintah tersebut berlaku pula bagi pejabat Negara.

e. Perbaikan penghasilan penerimaan pensiun/tunjangan yang bersifat pensiun

Dalam rangka usaha memperbaiki penghasilan dari para pe-nerima pensiun/tunjangan yang bersifat pensiun maka dalam tahun anggaran 1981/82 kepada penerima pensiun/tunjangan yang bersifat pensiun diberikan tunjangan perbaikan penghasilan pensiun dari 35% menjadi 50% dari penghasilan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1980.

Perbandingan penghasilan pensiun pegawai negeri pada akhir Repelita II dan pada akhir tahun ketiga Repelita III adalah sebagaimana tercantum dalam Tabel XXII-6.

Perbaikan penghasilan bekas pejabat Negara telah pula di-lakukan yaitu berdasarkan Undang-undang No.12 tahun 1980, Peraturan-peraturan Pemerintah No.48 tahun 1980, Nb.50 tahun 1980 dan No.51 tahun 1980 yang pada pokoknya mengatur pene-tapan kembali/penyesuaian pensiun pokok para bekas pejabat Negara serta janda/dudanya. Sampai akhir tahun anggaran 1981/82 bekas pejabat Negara dan janda/dudanya yang berhak mendapat penyesuaian pensiun pokok tercatat sebanyak 1.741 orang dengan perincian sebagaimana dapat dilihat Tabel XXII-7.

Dalam pada itu sebagai salah satu usaha pembinaan kese-jahteraan pegawai negeri maka berdasarkan Peraturan Pemerin- tah No. 25 tahun 1981 telah diselenggarakan asuransi soaialpegawai negeri. Untuk penyelenggaraan aecara terarah dan ter-pusat maka Perum Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Perum Taspen) yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah No.15 tahun 1963 telah dialihkan bentuknya dengan Peraturan Peme-rintah No.26 tahun 1981 menjadi Peraero. Maksud dan tujuan Persero Taapen adalah menyelenggarakan dana pensiun dan ta-bungan hari tua bagi pegawai negeri. Asuransi tersebut bersi-

Page 47: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/38

Page 48: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

TABEL XXII - 6PERBAIKAN PENGHASILAN RATA-RATA PENSIUNAN PEGAWAI NEGERI SIPIL,

1979/80 dan 1981/82(dalam rupiah)

Page 49: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/39

Page 50: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

TABEL XXII – 7PERBAIKAN PENGHASILAN RATA-RATA PENSIUNAN BEKAS PEJABAT NEGARA,

1979/80 – 1981/82(dalam rupiah)

XXII/40

Page 51: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

fat dwiguna, yaitu asuransi yang memberikan jaminan keuangan bagi peserta pada waktu mencapai usia pensiun ataupun bagi ahli warisnya pada waktu peserta meninggal dunia sebelum men-capai usia pensiun. Dalam hal ini peserta wajib membayar iuran setiap bulan sebesar 8% dari penghasilan sebulan tanpa tunjangan pangan, ialah 4,75% untuk pensiun dan 3,25% untuk tabungan hari tua.

f. Penyempurnaan tata usaha kepegawaian

Tata usaha kepegawaian yang tersusun dan terpelihara baik sangat diperlukan karena adanya data kepegawaian yang leng- kap, dapat dipercaya dan mudah ditemukan kembali merupakan sarana penting bagi peningkatan pembinaan pegawai negeri atas dasar sistem karier dan siatem prestasi kerja.

Dalam rangka usaha ini maka dalam tahun anggaran 1981/82 telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:(i) penetapan NIP bagi calon pegawai negeri sebanyak

289.416 orang;(ii) pemberian KARPEG bagi calon pegawai negeri yang diang-

kat menjadi pegawai negeri sebanyak 150.174 orang;(iii) perekaman data aetiap pegawai negeri berikut perkem

bangannya kedalam pita magnetik, dan(iv) penyusunan berkas pegawai negeri pada almari khusus

yang diperuntukkan untuk itu.

Lebih banyak penetapan dan pemberian KARPEG pegawai negeri pada tahun 1981/82, ialah sebanyak 150.174 orang di-bandingkan dengan sebanyak 118.999 orang pada tahun 1980/81, dimungkinkan karena meningkatnya pelayanan setiap petugas kepegawaian di setiap instansi.

Dalam pada itu sesuai dengan perkembangan dan tambahan beban tugas Badan Adminiatrasi Kepegawaian (BAKN) dan untuk lebih meningkatkan pelayanan administrasi kepegawaian, maka dengan Keputusan Presiden No.53 tahun 1980 telah ditetapkan pembentukan Kantor Wilayah BAKN tingkat Propinsi. Untuk tahap pertama dalam tahun anggaran 1981/82 telah dibentuk Kantor Wilayah BAKN di Yogyakarta untuk melayani mutasi kepegawaian di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun-tahun mendatang eecara bertahap akan menyusul pemben-tukan Kantor-kantor Wilayah BAKN di Surabaya, Bandung, Medan, Palembang, Banjarmasin dan Ujung Pandang

g. Peningkatan kemampuan manajemen para pejabat serta pe-ningkatan keterampilan dan produktivitas kerja pegawai

Page 52: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/41

Page 53: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

Bersamaan dengan penyempurnaan di bidang kelembagaan dan ketatalaksanaan maka telah dilakukan pula secara terus me-nerus usaha peningkatan kemampuan dan keterampilan pegawai negeri sebagai uuaur utama aparatur Pemerintah. Hal ini dila-kukan melalui berbagai program pendidikan dan latihan untuk mendukung peningkatan pembinaan pegawai negeri atas dasar siatem karier dan siatem prestasi kerja. Disamping tujuan umum tersebut tujuan khusus program-program pendidikan dan latihan pegawai negeri adalah :(i) menguaahakan perbaikan sikap dan kepribadian pegawai

negeri dalam pengabdian kepada kepentingan Negara dan rakyat sesuai dengan tuntutan tugas dan jabatan se-karang maupun yang akan dijabatnya;

(ii) membina kesatuan bersikap dan kesatuan bahasa di ka-langan pegawai negeri untuk kesatuan gerak dalam rangka pembinaan kerjasama;

(iii) menunjang pelaksanaan pembangunan.

Ruang lingkup pembinaan pendidikan dan latihan pegawai negeri mencakup bidang yang luas, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:(i) bidang teknis fungsional, yaitu yang bertalian dengan

keterampilan teknis sesuatu pekerjaan sebagai pelaksa- naan tugas. pokok dan tanggungjawab fungsional dari sesuatu Departemen/Lembaga;

(ii) bidang administrasi, baik umum maupun pembangunan; ad-ministrasi umum berkenaan dengan peningkatan kemampuan teknik organiaasi dan manajemen yang disyaratkan bagi jabatan pimpinan, sedangkan administrasi pembangunan berkepentingan dengan peningkatan kemampuan dalam pe-rencanaan, pelaksanaan,. pengendalian, penilaian serta kegiatan-kegiatan pembangunan.

Kesemua program-program teraebut diatas pada akhirnya bertujuan untuk menyempurnakan dan meningkatkan kemampuan aparatur Pemerintah dalam penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan dan terutama tugas-tugas pembangunan.

Pembinaan dan koordinasi penyelenggaraan pendidikan dan latihan pegawai negeri adalah menjadi tanggungjawab dan we-wenang Lembaga Administrasi Negara berdasarkan Kepprea No.5 tahun 1971, Keppres No.34 tahun 1972 dan Inprea No.15 tahun 1974. Wewenang dan tanggung jawab itu dilaksanakan dengan pemberian pedoman, konsultasi, perumusan kebijaksanaan teknis dan membantu penyelenggaraan pendidikan dan latihan baik diinstanai pusat maupun daerah.

XXII/42

Page 54: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

Di antara pedoman-pedoman yang telah dirumuskan ialah pe-doman pelaksanaan latihan pra jabatan sebagai pelaksanaan dari Keppres No.30 tahun 1981 tentang Latihan Pra Jabatan yang dituangkan dalam Surat Edaran Bersama Kepala BAKN dan Ketua LAN No.11 SE/1981 - 181/Seklan/7/81 tahun 1981.

Adapun mengenai program-program pendidikan dan latihan di bidang administrasi, yang terutama ialah program pada Sekolah Staf dan Pimpinan Adminiatrasi(SESPA) sebagai program pendi-dikan dan latihan yang tertinggi bagi pegawai negeri serta dimaksudkan untuk mempersiapkan pegawai yang potensial untuk menduduki jabatan eselon II atau memantapkan kemampuan mereka yang sudah menduduki eselon II tersebut. Dewasa ini SESPA di-selenggarakan di Departemen-departemen di samping di Lembaga Administrasi Negara sendi ri. Diusahakan agar SESPA bersifat inter-departemental yang diselenggarakan oleh Lembaga Admi-nistraai Negara dapat ditingkatkan kemampuan dan daya tam-pungnya. Untuk maksud tersebut disediakan gedung kampus SESPA yang dewasa ini sedang dalam taraf penyelesaian. Penyeleng-garaan SESPA selama tahun 1981/82 adalah sebagai tertera pada Tabel XXII-8

Selanjutnya program pendidikan dan latihan administrasi tingkat madya, tingkat lanjutan dan tingkat dasar juga terus dikembangkan. Program-program ini merupakan program pendi-dikan dan latihan penjenjangan bagi pegawai negeri yang di-promosikan ke jenjang jabatan setingkat lebih tinggi dalam golongan jabatan pimpinan.

Program pendidikan dan latihan pegawai lainnya yang perlu dikemukgkan adalah Program Perencanaan Nasional (PPN) yang dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan berbagai pera-latan analisa yang,diperlukan dalam perencanaan dan pelaksa-naan proyek-proyek pembangunan. Pada tahun ketiga Repelita III telah dilakaanakan program angkatan ke-11 yang diikuti oleh 37 orang pejabat tingkat pusat maupun daerah. Sampai dengan tahun ketiga Repelita III Program Perencanaan Nasional yang diselenggarakan sejak tahun 1972 telah menghaailan 497 orang lulusan.

Perlu pula diaebutkan bahwa pada tahun ketiga Repelita III oleh LAN dan beberapa Departemen/Lembaga terus dikembang-kan program pendidikan dan latihan yang memanfaatkan sumber-sumber dari luar negeri. Program ini yang merupakan pelengkap bagi program pendidikan dan latihan reguler meliputi :(i) program yang diselenggarakan di dalam negeri dengan

tenaga ahli dan kerjasama dengan pihak luar negeri.

XXII/43

Page 55: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

TABEL XXII – 8JUMLAH LULUSAN SESPA,

1974/75 S/D 1978/79, DAN 1979/80 – 1981/82

*) Angka diperbaiki

XXII/44

Page 56: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

(ii) penugasan kepada pegawai negeri untuk mengikuti program di luar negeri baik untuk jangka waktu pendek maupun panjang.

Usaha lain di bidang pembinaan pegawai

Dalam rangka usaha meningkatkan pengabdian dan kesetiaan aparatur Pemerintah secara terus-menerus dilakukan langkah-langkah secara berencana dan terarah agar segenap pegawai negeri mempunyai ketaatan penuh pada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah serta bersatu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna, bersih, berkualitas tinggi serta sadar akan tanggungjawabnya. Untuk itu para pegawai negeri perlu memahami, menghayati dan mengamalkan Ekaprasetia Pancakarsa yang merupakan pedoman dan penuntun serta pegangan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara sebagaimana diru-muskan dalam Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) dan No.IV/MPR/1978 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara serta sesuai dengan Instruksi Presiden No.10 tahun 1978 yang mewajibkan seluruh pegawai negeri dan pegawai Perusahaan Milik Negara untuk me-ngikuti penataran P-4.

Penataran yang dilaksanakan secara bertingkat, demikian pula secara bertahap, yang dimulai pada tahun 1979/80 pada tahun 1981/82 dilanjutkan. Sampai dengan 31 Maret 1982 jumlah pegawai negeri di seluruh Indonesia yang telah mengikuti pe-nataran P-4 adalah sebanyak 979.804 orang dengan perincian sebagai berikut: Tipe A yang diikuti oleh pegawai negeri go-longan III keatas atau yang dipersamakan dengan itu sebanyak 288.260 orang. Tipe B yang diikuti oleh pegawai negeri go-longan II atau yang dipersamakan dengan itu sebanyak 480.957 orang, dan Tipe C yang diikuti oleh pegawai negeri golongan I atau yang dipersamakan dengan itu sebanyak 206.401 orang. Perincian menurut tipe penataran adalah sebagai tercantum dalam Tabel XXII-9.

Badan pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP 7) yang dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 10 tahun 1979 dalam rangka pemasyarakatan P-4 telah menyusun pola-pola penataran yang disebut Pola 120 jam dan Pola-pola 45, 25 dan 17 jam bagi golongan-golongan masyarakat. Dalam hubungan dengan permasyarakatan tersebut maka dengan Keputusan-keputusan Menteri Dalam Negeri No. 239 tahun 1980, No. 163 tahun 1981 dan No. 86 tahun 1982 telah

XXII/45

Page 57: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

TABEL XXII – 9PESERTA PENATARAN TINGKAT NASIONAL, INSTANSI PUSAT,

PROPINSI, KABUPATEN/KOTAMADYA DAN KECAMATANTIPE A, TIPE B DAN TIPE C,

KEADAAN SAMPAI DENGAN TANGGAL 31 MARET 1982(orang)

*) Termasuk Penatar tingkat nasional angkatan I

XXII/46

Page 58: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

dibentuk BP-7 Daerah Tingkat I dan BP-7 Daerah Tingkat II di seluruh Indonesia.

Kemudian untuk memelihara dan makin meningkatkan rasa ke-sadaran nasional, tanggungjawab, pengabdian, persatuan dan disiplin pegawai negeri, maka dengan Instruksi Presiden No. 14 tahun 1981 kepada para Menteri, Jaksa Agung, para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, para Sekretaris Jenderal Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan para Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen serta Badan Usaha Milik Negara diminta untuk menyelenggarakan upacara pengibaran Merah Putih pada tanggal 17 setiap bulan pada pagi hari sebelum dimulai jam kerja.

Dalam pada itu dengan terbentuknya Team Penilai Penemuan Baru di kalangan aparatur Pemerintah yang dipimpin oleh Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden No. 61 tahun 1981 telah diusahakan penggairahan be- kerja para pegawai negeri untuk berinovasi dan berkreasi. Me- nurut ketentuan Keputusan Presiden tersebut pegawai negeri yang membuat penemuan baru dengan klasifikasi luar biasa ber-manfaat bagi Negara dipercepat kenaikan pangkat 3 tahun, dengan klasifikasi sangat bermanfaat bagi Negara dipercepat kenaikan pangkat 2 tahun dan dengan klasifikasi bermanfaat bagi Negara dipercepat kenaikan pangkat 1 tahun.

7. Penyempurnaan administrasi bidang-bidang lain

Berbagai usaha telah pula dilakukan untuk penyempurnaan tatakerja, antara lain di bidang administrasi pengerahan pe-nerimaan Negara, administrasi material dan pengelolaan per-lengkapan, administrasi pengadaan barang/peralatan Peme- rintah, persuratan dan kearsipan dan sebagainya.

Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat ser- ta pengamanan penerimaan Negara, maka dalam tahun ketiga Repelita III telah diteruskan berbagai perbaikan dalam sistem perpajakan serta aparatur dan intensifikasi dari pada peneri- maan Negara berupa pajak dan bea cukai. Berbagai cara pening- katan pelayanan kepada masyarakat dilakukan antara lain dengan pengaturan yang lebih baik seperti dalam penyelesaian banding pajak langsung, dalam penyelesaian banding pajak pen-jualan, dalam pemberian perlakuan yang berbeda terhadap para wajib pajak yang dipandang baik. Demikian puls kepada para wajib pajak, terutama para pengusaha golongan ekonomi lemah yang merasa dirugikan atas penetaps_n_ pajak dengan bebas dapat mengajukan kebergcannya kepada Pimpinan Direktorat Jenderal Pajak. Juga dalam rangka ini maka dengan Keputusan Presiden

XXII/47

Page 59: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

No.84/M tahun 1981 telah disempurnakan auaunan Majelis Per-timbangan Pajak dengan mendudukkan wakil-wakil dari Kamar Da-gang dan Industri Indonesia (KADIN) sebagai anggota. Seperti diketahui badan ini bertugas menangani perbedaan pendapat yang terjadi antara kalangan pengusaha dengan petugas pajak mengenai penetapan pajak. Selanjutnya sebagai langkah maju pula dapat disebutkan pembentukan Team Pembina Pelaksana Ke-putusan Menteri Keuangan No. 108/Kmk.07/1979 (tentang peng-gunaan laporan pemeriksaan akuntan publik untuk memperoleh keringanan dalam penetapan pajak perseroan) berdasarkan Kepu-tusan Menteri Keuangan No. 302/Kmk.07/1981. Team Pembina Pe-laksana bertugas selain mengawasi akuntan publik juga menga-wasi inspeksi pajak sehingga badan usaha yang merasa dirugi-kan, sekalipun telah menggunakan akuntan publik, Team akan memeriksa Kepala Inspeksi yang bersangkutan.

Dalam usaha peningkatan mobilisasi penerimaan Negara penting untuk dikemukakan bahwa aparatur perpajakan telah berhasil menyelesaikan tugas menghimpun dana melalui perpa-jakan seperti yang ditetapkan berturut-turut dalam Undang- undang tentang APBN 1980/81 dan 1981/82 dengan realisasi yang melampaui angka-angka sasaran.

Mengenai administrasi perlengkapan Pemerintah yang meru-pakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari administrasi Pemerintah, dewasa ini sedang dirumuakan ketentuan-ketentuan pokok penghapusan barang milik Negara yang akan berlaku sera-gam di semua instansi Pemerintah. Sampai sekarang tatacara penghapusan perlengkapan Pemerintah pada umumnya didasarkan atas Surat Edaran Menteri Keuangan No. B.163/MK/II/5/1979. Proyek Pengembangan Sistem Pengadaan dan Administrasi Pengu-rusan Barang dari Departemen Keuangan dalam temu karya yang diikuti oleh para pejabat yang menangani masalah perlengkapan di tiap Departemen/Lembaga telah merancang ketentuan-keten-tuan penghapusan perlengkapan dalam kaitannya dengan pele-langan/penjualannya, dengan batasan anggaran dan dengan stan-darisasi. Sebagaimana diketahui tanpa adanya peraturan peng-hapusan dapat mengakibatkan kerugian Negara antara lain dengan timbulnya biaya pengamanan dan pemeliharaan di samping akan berkurangnya nilai ekonomis barang yang seharusnya dihapus.

Selanjutnya dalam rangka pengendalian dan pengkoordina-sian pengadaan atau pembelian bara2lg/peralatan yang diperlu-kan Departemen/Lembaga maka Team Pengendali Pengadaan Barang/ Peralatan Pemerintah yang dibentuk dengan Keputusan Presiden

Page 60: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/48

Page 61: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

No. 10 tahun 1980 dan ditambah keanggotaannya dengan Keputus- an Presiden No.1 tahun 1981 telah dapat menyusun berbagai pe-doman antara lain tentang pelaksanaan pekerjaan pemborongan/ pembelian yang bernilai di atas Rp 500 juta serta tatacara pengadaan kendaraan bermotor dan barang-barang lainnya. Tugas pengendalian dan koordinasi Team Pengendali Pengadaan Barang/ Peralatan Pemerintah sebagaimana dimuat dalam Keputusan Pre- siden No. 14 A yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 18 tahun 1981 serta Keputusan Presiden No. 15 tahun 1980 meliputi:

a. menetapkan standar surat perjanjian/kontrak untuk berba- gai pemborongan/pembelian termasuk pembelian tanah serta pedoman penggunaan standar kontrak tersebut;

b. memutuskan pengecualian terhadap ketentuan bahwa semua pelelangan pekerjaan untuk pemborongan/pembelian dengan nilai pelelangan di atas Rp 500 juta dilakukan di tempat lokasi kantor/satuan kerja/proyek, di ibukota Kabupaten/ Kotamadya atau di ibukota Propinsi yang bersangkutan dan menetapkan tempat pelelangan setelah mendengar pertim- bangan Menteri/Ketua Lembaga dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan.

c. koordinasi pelelangan pekerjaan untuk pemborongan/pembe- lian dengan nilai di atas Rp 500 juta;

d. menetapkan pekerjaan pemborongan/pembelian yang bernilai di atas Rp 500 juta tanpa pelelangan;

e. koordinasi pengadaan kendaraan bezmotor dan barang-barang lain untuk keperluan Departemen/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja/Proyek yang dilaksanakan oleh Sekretariat Negara secara terpusat;

f. menetapkan tatacara pengadaan kendaraan bermotor dan barang-barang lain;

Penyempurnaan tatacara dalam rangka perluasan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan bagi pengusaha melalui berbagai kemudahan juga terus dikembangkan. Departemen Per-dagangan dan Koperasi telah berhasil menyempurnakan tatacara pengajuan permohonan, penanganan dan pengeluaran surat ijin

XXII/49

Page 62: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

usaha perdagangan (SIUP) yang lebih sederhana dari masa sebe-lumnya pada tahun pertama Repelita III. Dalam tahun ketiga Repelita TII Departemen tersebut bersama dengan Departemen Keuangan dan Bank Indonesia telah menyempurnakan peraturan-peraturan tentang pelaksanaan ekspor dan impor sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1982 tentang Pe-laksanaan Ekspor, Impor dan Lalu Lintaa Devisa. Demikian pula dengan Keputusan Menteri Perhubungan telah dilakukan upaya peningkatan produktivitas operasional pelabuhan dengan berba-gai penyederhanaan seperti pelayanan kapal, pemanfaatan peng-gunaan gudang dan dermaga, pengaturan bongkar muat barang dan sebagainya yang kesemuanya guna menunjang kebijaksanaan ter-sebut di atas.

Mengenai kearsipan Negara dapat dikemukakan bahwa usaha penyempurnaan terus dilakukan. Dalam tahun anggaran 1981/82 usaha-usaha penertiban dan pembinaan kearsipan semakin di-tingkatkan dan lebih diintensifkan. Jangkaun peningkatan ke-giatan selama tahun anggaran 1981/82 meliputi peningkatan pendidikan dan latihan, pengembangan dan konservasi kearaip-an. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan dilakukan dengan penataran kearsipan dinamis aktif dan penataran kearsipan dinamis inaktif. Penataran kearsipan dinamis aktif ditekankan pada pengurusan surat (mail handling) dan penataan berkas (filing) sedangkan penataran kearaipan dinamis inaktif dilak-sanakan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1979 tentang penyusutan arsip, khususnya penyusutan arsip dalam masa peralihan sebelum adanya jadwal retensi arsip sebagaimana ditentukan dalam pasal 17 PP tersebut dan yang petunjuk pelaksanaannya dituangkan dalam Surat Edaran Kepala Arsip Nasional No. SE/01/1981. Selanjutnya dewasa ini sedang dipersiapkan untuk penyelenggaraan pendidikan tenaga ahli menengah kearsipan dengan bekerjasama dengan Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultaa Sastra Universitas Indonesia yang akan diselenggarakan dalam bentuk pendidikan program diploma.

Dalam tahun 1981/82 kegiatan pengembangan kearsipan dila-kukan dengan pemberian bimbingan dari pejabat-pejabat Arsip Nasional kepada beberapa instansi, baik di tingkat Pusat mau-pun Daerah, termasuk Kecamatan dan Kelurahan

Kegiatan di bidang konservasi kearsipan dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan para pengelola arsip statis dalam teknik perawatan dan pemeliharaan arsip-arsip yang tidak hanya terbatas pada arsip dalam bentuk tekatual, tetapi juga arsip-arsip audio-visual ( yang dapat dilihat dan di-dengar). Pada tahun 1981/82 khazanah kearsipan nasional telah

Page 63: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/50

Page 64: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

diperkaya dengan koleksi film yang diperoleh dari Pusat Pro-duksi Film Nasional (PPFN), Rijksvoorlichtingdienst (Dinas Penerangan Kerajaan Belanda) dan Imperial War Museum dari Kerajaan Inggeris mengenai peristiwa-peristiwa di Indonesia pada tahun-tahun 1945 - 1946.

C. SISTEM PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAN PENGAWASAN KEUANGAN NEGARA

1.Pendahuluan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 1981/82 adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ketiga dalam rangka pelaksanaan Repelita III. Seperti pada tahun - tahun sebelumnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ter-sebut merupakan rencana operasional tahunan yang diusahakan mencerminkan pola kebijaksanaan, prioritas dan program dari Repelita untuk tahun bersangkutan.

Dalam penyusunan anggaran sejak tahun 1967 Pemerintah me-nganut prinsip bekerja atas dasar kemampuan keuangan yang dapat dihimpun dan melakukan kegiatan atas disiplin anggaran. Oleh karena itu sejak tahun anggaran 1969/70 ditempuh kebi-jaksanaan anggaran berimbang yang dinamis, yaitu penyesuaian pengeluaran dengan penerimaan di mana tabungan Pemerintah di-usahakan terus meningkat dalam rangka pelaksanaan pembangunan dengan kemampuan sendiri. Klasifikasi penyediaan biaya pembangunan dilakukan secara fungsional menurut program-program yang lebih lanjut diperinci dalam penyediaan biaya untuk tiap proyek. Penyediaan biaya tersebut ditujukan untuk memelihara serta meningkatkan hasil pembangunan, yaitu menye-lesaikan proyek-proyek dari tahun-tahun sebelumnya, membangun proyek-proyek baru, dan aebagainya. Penyediaan biaya antara lain juga ditujukan untuk terus membina aparatur Pemerintah agar lebih mampu melaksanakan tugas yang makin meningkat se-suai dengan perkembangan pelaksanaan pembangunan. Pada pokok-nya sistem pembiayaan ditujukan untuk mendukung pelaksanaan rencana pembangunan yang dituangkan dalam bentuk program dan proyek dalam satu tahun anggaran.

Pada tahun anggaran 1981/82 sebagaimana pula pada tahun-tahun anggaran sebelumnya, sistem pembiayaan pembangunan telah mengalami berbagai penyempurnaan. Sistem pembiayaan pembangunan yang meliputi tatacara penyelenggaraan pembiayaan untuk tahun anggaran 1981/82 didasarkan pada Keputusan Pre-siden yang berlaku untuk tahun sebelumnya, yaitu Keputusan Presiden No. 14 A tahun 1980, dengan berbagai penyempurnaan

XXII/51

Page 65: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden No. 18 tahun 1981. Penyempurnaan yang cukup mempunyai arti penting tersebut pada pokoknya meliputi hal-hal berikut:

a. penyempurnaan terutama mengenai sankai dengan sasaran agar pengaturan pelaksanaan APBN sekaligus juga mendukung kebijaksanaan pemerataan, terutama pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan kesempatan kerja dan pemerataan pem-bangunan di daerah;

b. penyempurnaan aparatur Pemerintah agar pelaksanaan APBN lebih lancar dan proyek pembangunan terlaksana pada wak-tunya melalui penegasan tanggungjawab pimpinan untuk me-lakukan fungsi pengawasan terhadap bawahan.

Demikian pula pada tahun anggaran 1981/82 telah dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan pelaksanaan berbagai pasal dalam Keputusan Presiden tersebut dalam bentuk Surat Keputus- an Menteri atau Surat Keputusan Bersama beberapa Menteri se-perti ketentuan tentang prakualifikasi di tingkat Daerah, biaya pengadaan tanah untuk keperluan proyek sektoral, tata- cara persetujuan kontrak multiyears, prosedur dan penata usa-haan bantuan luar negeri dan lain sebagainya.

Di samping usaha-usaha penyampurnaan dalam penyusunan anggaran maka secara terus-menerus diusahakan peningkatan ke-mampuan dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek pem-bangunan, perbaikan tatacara penyelenggaraan penyediaan ang-garan serta penyempurnaan tata hubungan kerja antara instansi yang terlibat dalam kegiatan penyusunan pembiayaan pembangun- an serta administrasi pembiayaannya. Tujuan dari kesemua ini adalah supaya penyediaan biaya menjadi lebih terarah, wajar, tidak menghambat, tetapi tidak pula memberi peluang bagi ke-bocoran dan pemborosan.

Kemudian dalam usaha lebih menyerasikan pembangunan yang bersifat nasional maupun yang akan dilaksanakan oleh Daerah-daerah, telah disempurnakan pula tatacara pembiayaan pemba- ngunan pada tingkat Daerah. Penyempurnaan yang penting dalam program-program bantuan kepada Daerah-daerah yang dikenal se- bagai program/proyek Inpres meliputi keseragaman format, sis-tematika, penggunaan kriteria yang sama dalam prosedur pe-rencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelaporan pelaksanaan bantuan pembangunan. Dalam hal pengorganisasian diadakan pe-nyempurnaan yang ditujukan kepada fungsionalisasi dinas-dinas yang bersangkutan. Kesemuanya itu adalah untuk terus mening-

Page 66: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/52

Page 67: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

katkan kemampuan membangun dari Pemerintah Daerah. Hal terse- but telah dilakukan sejak tahun 1979/80.

Selanjutnya untuk dapat menilai pelaksanaan proyek terus dikembangkan sistem pengendalian yang memungkinkan identifi- kasi bagi tindakan-tindakan korektif secepatnya serta penyem-purnaan perencanaan berikutnya. Dalam sistem pengendalian yang terus dikembangkan itu diikut-sertakan Bappeda tingkat Propinsi sebagai pengujian silang terhadap pelaporan oleh Pe-minpin Proyek.

Khusus mengenai pengawasan keuangan Negara tetap ditempuh cara pendekatan preventif maupun represif, atau pendekatan pre-audit dan post-audit. Dalam hal ini secara terus-menerus diusahakan perbaikan-perbaikan melalui penyempurnaan berbagai peraturan, peningkatan koordinasi pelaksanaan pengawasan di bawah Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup, peningkatan kemampuan para pejabat pengawasan, pening-katan mutu inspeksi, pengaturan tindak lanjut pengawasan dan penyempurnaan lainnya. Untuk pengawasan di daerah telah di-terbitkan Keputusan Presiden No.20 tahun 1981 tentang pemben-tukan Team koordinasi Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan di Daerah yang bertugas membantu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam pelaksanaan pengawasan pembangunan sektoral maupun regional.

2. Penyusunan anggaran pembangunan

Rancangan Anggaran Pembangunan sebagai bagian dari RAPBN tahun 1981/82, seperti dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, disusun dan ditetapkan berdasarkan perkiraan tentang besarnya dana pembangunan yang dapat disediakan, khususnya tabungan Pemerintah dan dana bantuan luar negeri. Dalam tahun 1981/82 untuk menjamin kelangsungan kegiatan pelaksanaan proyek-pro-yek, sistem yang memungkinkan penggunaan sisa anggaran pembangunan tahun-tahun lalu dalam tahun anggaran yang sedang berjalan, tetap dilaksanakan. Namun guna peningkatan daya serap anggaran maka penggunaan sisa anggaran pembangunan (SIAP) dalam tahun anggaran berikutnya sejak tahun 1977/78 dibatasi sampai selambat-lambatnya 3 tahun anggaran berturutturut.

Perumusan rencana proyek-proyek tetap dituangkan dalam Daftar Isian Proyek (DIP) yang dimaksudkan sebagai program kegiatan proyek untuk mencapai suatu hasil tertentu dalam jangka waktu setahun. DIP yang seperti pada tahun anggaran sebelumnya hanya terdiri dari 3 halaman dan dengan demikian

Page 68: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/53

Page 69: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

ringkas, padat dan sederhana tetap mengandung pengarahan ke- giatan secara berencana. DIP juga sekaligus berlaku sebagai Surat Keputusan Otorisaai. Sebagai perubahan subatansial lainnya ialah penunjukan Pemimpin dan Bendaharawan Proyek cukup dilakukan dengan pencantuman nama-namanya dalam halaman 1 DIP. Untuk pelaksanaan operasional proyek maka atas dasar DIP Direktur Jenderal atau pejabat setingkat pada Departemen/ Lembaga yang membawahi proyek bersangkutan menyusun Petunjuk Operasional (P0) bagi proyek yang memuat uraian dan perincian lebih lanjut dari DIP yang bersangkutan serta petunjuk khusus yang perlu dilaksanakan oleh Peminpin Proyek. PO digunakan sebagai alat pengawasan bagi Inspektur Jenderal Departemen/ Pemimpin Unit Pengawasan pada Lembaga dan juga sebagai alat pengawasan Direktur Jenderal atau Pejabat yang setingkat pada Departemen/Lembaga dalam rangka pelaksanaan DIP oleh Pemimpin Proyek, menunjukkan perubahan tekanan pengawasan pre-audit kepada pengawasan langsung dan post-audit.

Anggaran Pembangunan diperinci dalam Susunan Sektor, Sub-sektor, Program dan Proyek. Kecuali itu Anggaran Pembangunan juga disusun dalam masing-masing Bagian Anggaran (Departemen/ Lembaga) bersangkutan. Dengan demikian secara jelas dapat di-lihat hubungan secara matrix antara penyusunan menurut Sektor (horisontal) dan penyuaunan menurut Departemen/Lembaga (ver-tikal).

Dalam Repelita III anggaran menurut susunan vertikal me- liputi 18 Sektor, sedangkan menurut susunan horisontal meli- puti 27 Bagian.

Ke-18 Sektor tersebut ialah Sektor Pertanian dan Pengair- an; Sektor Induatri; Sektor Pertambangan dan Energi; Sektor Perhubungan dan Pariwisata; Sektor Perdagangan dan Koperasi; Sektor Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Sektor Pembangunan Daerah, Desa dan Kota; Sektor Agama; Sektor Pendidikan, Gene- rasi Muda, Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa; Sektor Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Pe-ranan Wanita, Kependudukan dan Keluarga Berencana; Sektor Pe-rumahan Rakyat dan Pemukiman; Sektor Hukum; Sektor Pertahanan dan Keamanan Nasional; Sektor Penerangan, Pers dan Komunikasi Sosial; Sektor Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Penelitian; Sektor Aparatur Pemerintah; Sektor Pengembangan Dunia Usaha; dan Sektor Sumber Alam dan Lingkungan Hidup.

Susunan menurut Bagian Anggaran, yaitu bagian anggaran yang disediakan bagi Departemen/Lembaga, meliputi Majelis Permusyawaratan Rakyat; Dewan Perwakilan Rakyat; Dewan Per

XXII/54

Page 70: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

timbangan Agung; Badan Pemerikea Keuangan; Mahkamah Agung; Kepresidenan, Sekretariat Negara; Lembaga-lembaga Pemerintah Non Departemen; Departemen Dalam Negeri; Departemen Luar Negeri; Departemen Pertahanan dan Keamanan; Departemen Keha-kiman; Departemen Penerangan; Departemen Keuangan; Pembiayaan dan Perhitungan; Departemen Perdagangan dan Koperasi; Depar- temen Pertanian; Departemen Perindustrian; Departemen Pertam-bangan dan Energi; Departemen Pekerjaan Umum; Departemen Per- hubungan; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Departemen Kesehatan; Departemen Agama; Departemen Tenaga Kerja dan Transmigraai; dan Departemen Sosial.

Dalam suaunan menurut Bagian Anggaran di antaranya terdapat Bagian Anggaran XVI yang karena sifatnya dimasukkan dalam Bagian Pembiayaan dan Perhitungan. Dalam Bagian ini terdapat sejumlah anggaran pembiayaan melalui perbankan, pembiayaan yang disediakan untuk penyertaan modal Pemerintah dalam badan-badan usaha milik Negara, pembangunan di Propinsi Timor Timur, berbagai program bantuan pembangunan kepada Daerah, dan lain sebagainya.

Dalam hal revisi DIP tatacaranya tetap diberikan kelong-garan yang luas kepada Departemen/Lembaga untuk mengadakan perubahan/penggeseran hal-hal tertentu bilamana keadaan me-merlukannya. Kriteria pokok revisi adalah volume pekerjaan dan biaya tiap tolok ukur. Biaya sesuatu tolok ukur dapat terdiri dari satu atau beberapa jenis pengeluaran.

Kewenangan-kewenangan memutuskan perubahan/penggeseran biaya dalam batas yang disediakan dalam suatu DTP ditetapkan sebagai berikut:

a. Pemimpin Proyek untuk perubahan sampai setinggi-tingginya 10 % di atas atau di bawah volume tolok ukur yang tercan-tum dalam DIP sepanjang tidak melampaui batas biaya yang tersedia untuk keperluan itu;

b. Pemimpin Proyek dengan persetujuan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran setempat untuk perubahan sampai setinggi-tingginya 15 % di atas atau di bawah volume tolok ukur yang tercantum dalam DIP sepanjang tidak melampaui batas biaya yang teraedia untuk keperluan itu; juga perubahan sampai setinggi-tinggginya 15 % di atas atau di bawah biaya untuk tolok ukur yang tercantum dalam DIP sepanjang tidak melampaui volume tolok ukur yang tercantum dalam DIP;

XXII/55

Page 71: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

c. Menteri/Ketua Lembaga untuk perubahan setinggi-tingginya 20 % di bawah volume tolok ukur yang tercantum daiam DIP sepanjang tidak melampaui batas biaya yang tersedia untuk keperluan itu; juga perubahan sampai setinggi-tingginya 20 % di atas atau di bawah biaya untuk tolok ukur yang tercantum dalam DIP aepanjang tidak melampaui batas volu- me tolok ukur yang tercantum dalam DIP.

Demikian pula ketentuan mengenai pemrosesan revisi DIP diusahakan aedemikian rupa sehingga dapat dilakukan secara lebih cepat.

Dalam usaha memperlancar prosedur pembiayaan pembangunan maka beberapa kewenangan yang semula dimiliki oleh Kantor Perbendaharaan Negara (KPN) telah dilimpahkan kepada Pemimpin Proyek. Demikianlah jika dahulu KPN mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalam mengadakan pengujian atas tagihan terhadap Negara, maka kini wewenang dan tanggungjawab tersebut sebagian beralih kepada wewenang dan tanggungjawab pelaksana operasional dan sebagian kepada Departemen/Lembaga yang ber-sangkutan. Dalam DIP juga tidak lagi terdapat uraian terpe-rinci penggunaan dana anggaran. Perincian tersebut terdapat dalam Petunjuk Operasional (P0) yang disampaikan kepada Pe-mimpin Proyek tanpa pengirimannya kepada KPN. Dengan demikian KPN tidak lagi mengadakan pengujian terhadap kesesuaian dengan tujuan pengeluaran anggaran ketika menerima Surat Permintaan Pembayaran Pembangunan (SPPP).

Pada tahun anggaran 1981/82 seperti pada tahun anggaran sebelumnya pelaksanaan anggaran pembangunan dikaitkan secara langsung dengan kebijaksanaan Pemerintah antara lain dalam pelaksanaan 8 jalur pemerataan, khususnya pemerataan kesem-patan kerja. kesempatan beruaaha dan pemerataan pembangunan diseluruh daerah. Penyempurnaan-penyempurnaan yang menyangkut proaedur penatausahaan dan pengawasan anggaran, pedoman pe-laksanaan anggaran, khususnya ketentuan-ketentuan tentang pe-lelangan dan penunjukan langsung untuk pemborongan/pembelian, demikian pula berbagai penyempurnaan berdasarkan Keputusan Presiden No. 18 tahun 1981 mempertegas peningkatan usaha pe-merataan tersebut.

3. Prosedur pelaksanaan Anggaran Pembangunan

RAPBN sebagai rencana operasional tahunan yang disahkan oleh DPR menjadi Undang-undang APBN pelaksanaannya diatur dengan Keputusan Presiden. Undang-undang serta Keputusan Presiden untuk tahun 1981/82 adalah Undang-undang No.1 tahun

XXII/56

Page 72: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

1981 dan Keputusan Presiden No. 14 A tahun 1980 setelah di-sempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 18 tahun 1981. Keputusan-keputusan Presiden tersebut dimaksudkan sebagai pe-doman pelaksanaan anggaran yang tidak terikat hanya untuk tahun 1981/82.

Dengan semakin meningkatnya APBN dari tahun ke tahun, terutama anggaran Pembangunan, yang untuk tahun anggaran 1981/82 mencapai jumlah Rp 13.900,300 milyar, diperlukan tatacara sedemikian sehingga pelaksanaannya semakin lancar, namun tanpa meninggalkan keterarahan dan tanpa meningalkan segi-segi pengawasan. Agar semakin besar daya serap anggaran untuk dapat mengikuti semakin cepatnya laju pembangunan maka pada tahun 1981/82 dilakukan perbaikan. Perbaikan tatacara ini merupakan kelanjutan dari penyempurnaan-penyempurnaan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya.

Beberapa penyempurnaan terhadap Keputusan Presiden No. 14 A tahun 1980 atas dasar Keputusan Presiden No. 18 tahun 1981 menyangkut keikut-sertaan pengusaha golongan ekonomi lemah dalam pelelangan untuk pemborongan/pembelian dengan maksud agar pemberian berbagai kelonggaran dapat mencapai sasarannya tanpa penyalahgunaan.

Dalam pada itu pelaksanaan operasional proyek-proyek tetap dilaksanakan atas dasar Petunjuk Operasional yang di-susun oleh Direktur Jenderal atau Pejabat setingkat pada De-partemen/Lembaga yang membawahi proyek untuk mempertegas tanggung jawab atasan langsung terhadap pelaksanaan fisik dan keuangan proyek. Hal ini merupakan penggeseran tekanan pe-ngawasan dari pre-audit ke pengawasan post-audit. Demikian pula Bendaharawan Proyek didudukkan sebagai pejabat komptabel murni sesuai dengan ketentuan-ketentuan Undang-undang Perben-daharawan Negara. Selanjutnya pengujian kebenaran atas tagih-an kepada Negara tidak lagi dilakukan oleh Kantor Perbenda-haraan Negara, melainkan kini oleh pelaksana operasional, yaitu Pemimpin Proyek. Batas waktu penilaian bukan lagi 3 hari seperti tahun-tahun sebelumnya, tetapi telah dipersing-kat menjadi 2 hari.

Mengenai pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dapat disebutkan bahwa menurut ketentuannya Pemimpin Proyek mengi-rimkan Surat Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pem-bangunan (SPJP) selambat-lambatnya pada tanggal 10 tiap bulan kepada Direktur Jenderal atau pejabat setingkat pada Depar-temen/Lembaga yang membawahkan proyek bersangkutan dengan tembusan kepada Inspektur Jenderal Departemen/Pimpinan Unit

XXII/57

Page 73: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

Pengawasan pada lembaga bersangkutan dan kepada Kepala KPN serta Biro Keuangan Departemen/Lembaga dengan disertai tanda bukti pengeluaran bersangkutan. Setelah bukti pengeluaran asli dicheck oleh Direktur Jenderal atau pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga, kemudian disampaikan kepada Biro Keuangan Departemen/Lembaga. Dengan pengiriman SPJP penelitian pertanggungjawaban pada tingkat post-audit dilakukan oleh aparat Departemen/Lembaga sendiri. Selambat-lambatnya dalam waktu satu bulan setelah penerimaannya KPN menyelesaikan pemeriksaan dan mengirimkan SPJP kepada Kantor Wilayah Direk-torat Jenderal Anggaran disertai tembusan tanda bukti penge-luaran dan catatan hasil pemeriksaan/penelitiannya.

Di samping SPJP yang dikirimkan oleh Pemimpin Proyek, Bendaharawan Proyek selambat-lambatnya pada tanggal 10 tiap bulan mengirimkan Laporan Keadaan Kas Pembangunan (LKKP) me-ngenai bulan yang baru lalu kepada KPN. Di sini juga Direktur Jenderal atau pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga perlu mengambil langkah-langkah penyelesaian apabila terjadi ke-lambatan penyampaian LKKP tersebut.

Mengenai beberapa bataa pembiayaan maka seperti pada tahun anggaran 1980/81 tetap berlaku ketentuan-ketentuan se- bagai berikut :a. pembayaran beban sementara Rp. 5 jutab. batas untuk penunjukan pemborong/rekanan dari golongan

ekonomi lemah setempat Rp. 20 juta.c. Batas untuk pelelangan antara perusahaan setempat dengan

kelonggaran untuk golongan ekonomi lemah dari Rp. 50 juta sampai dengan Rp.100 juta. Kelonggaran kepada pemborong/ rekanan golongan ekonomi lemah di atas harga penawaran yang memenuhi syarat dari peserta pelelangan yang tidak termasuk golongan ekonomi lemah adalah sebesar 10%. Ke-tentuan ini disempurnakan dengan tambahan ketentuan yang menyatakan bahwa pemborong/rekanan yang memperoleh peker-jaan pemborongan/pembelian barang dengan kelonggaran 10% tersebut harus melaksanakan sendiri dan dilarang menye-rahkannya kepada pihak lain. Apabila ini dilanggar maka kontrak dibatalkan dan kontraktor/rekanan dikeluarkan dari daftar pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah dari "Daftar Rekanan yang Mampu" (DRM). Penyempurnaan lainnya ialah apabila dalam pelelangan untuk pemborongan/pembeli-an yang terpilih adalah pemborong/rekanan yang tidak ter-masuk golongan ekonomi lemah, maka dalam kontrak ditetap-kan kewajiban pemborong/rekanan tersebut untuk bekerja-sama dengan pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah se-

XXII/58

Page 74: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

tempat antara lain sebagai sub-kontraktor atau leveran- sir. Pemborong/rekanan diwajibkan pula untuk secara peri- odik membuat laporan mengenai pelaksanaan ketentuan- ketentuan di atas dan apabila ketentuan-ketentuan itu di-langgar maka di samping kontrak akan batal, pemborong/rekanan yang bersangkutan dikeluarkan dari DRM.

Maksud dari peraturan tentang pelelangan untuk pemborong-an/pembelian di atas yang berlaku pula bagi Pemerintah Daerah maupun Badan Uaaha Milik Negara selain merupakan usaha pem-berian kesempatan yang lebih luas kepada pengusaha golongan ekonomi lemah juga sekaligus usaha mencegah penyalahgunaan.

Dalam rangka usaha untuk membantu pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah diadakan ketentuan berkenaan dengan kemungkinan pemborong/rekanan yang memperoleh kontrak pembo-rongan pekerjaan/pembelian barang menggunakan kontrak terse- but sebagai bahan untuk mendapatkan fasilitas pembayaran uang muka dari nilai perjanjian dan/atau fasilitas kredit dari bank Pemerintah untuk membiayai pelaksanaan kontrak tersebut. Ketentuan ini telah dilengkapi dengan tatacara berdasarkanSurat-surat Keputusan Menteri Keuangan dan Direksi Bank Indo-nesia.

Tentang kontrak "multi years", yaitu kontrak pelaksana- an pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari satu tahun anggaran, ketentuannya pun telah dilengkapi dengan tatacara yang ditetapkan dalam Surat Edaran Bersama Departemen Keuangan dan Bappenas No.1.12/DJA/III.O/12/81 - 2484/IV/12/1981 tanggal 3 Desember 1981.

Mengenai prosedur pelelangan yang pada tahun 1981/82 terua disempurnakan sebagai kelanjutan dari penyempurnaan ta- hun sebelumnya dapat dikemukakan tetap dipertahankannya asas keharusan pelaksanaan pelelangan yang lebih terbuka dengan pengumuman dan penjelasan kepada Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) serta asosiasi anggota KADIN yang bersang-kutan. Demikian pula ketentuan tempat diadakannya pelelangan yang lebih jelas untuk nilai-nilai pelelangan dengan batas tertentu di lokasi Kantor/Satuan Kerja/Proyek, di ibukota Kabupaten/Kotamadya, di ibukota Propinsi, di Departemen/Lem- baga dan kewenangan dari inatansi yang dapat memutuskannya. Kemudian diperjelas ketentuan tentang pembentukan Panitia Prakualifikasi di masing-masing Departemen/Lembaga untuk pe-kerjaan pemborongan/pembelian di tingkat.Pusat dan di masing-masing Daerah. Ketentuan lainnya ialah bahwa Gubernur Kepala

Page 75: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/59

Page 76: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Ting-kat II mengumumkan proyek-proyek yang akan dilaksanakan di daerah masing-masing, baik proyek-proyek sektoral maupun proyek-proyek bantuan Inpres melalui KADIN Daerah. Ketentuan lain ialah bahwa Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dengan petunjuk Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menyusun daftar pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah di daerah masing-masing dengan dibantu oleh para Pemimpin Proyek dan dengan bekerjasama dengan KADIN Daerah. Mengenai hal ini te-lah diadakan ketentuan baru, yaitu kewajiban Pemimpin proyek untuk menggunakan daftar pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah dalam melaksanakan pemborongan/pembelian. Sebelum ada-nya daftar tersebut Pemimpin Proyek menggunakan daftar pembo-rong/rekanan golongan ekonomi lemah yang disusun olehnya ber-dasarkan hasil konsultasi dengan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II. Diadakan pula ketentuan baru yaitu keha-rusan tercatatnya pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah yang tercatat dalam DRM juga tercatat dalam Daftar Pemborong/ Rekanan Golongan Ekonomi Lemah.

Selanjutnya Lampiran I Keputusan Presiden No. 14A tahun 1980 telah pula mengalami penyempurnaan. Di antaranya yang penting untuk dikemukakan ialah perubahan ketentuan tentang penetapan calon pemenang pelelangan yang lebih dapat diper-tanggungjawabkan yaitu penetapan tiga peserta yang telah me-masukkan penawaran yang paling menguntungkan bagi Negara dalam arti penawaran secara teknis dan perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan serta penawaran ter- sebut adalah yang terendah di antara penawaran-penawaran yang memenuhi syarat. Juga diadakan perubahan tentang penunjukan pemenang dengan ketentuan yang disempurnakan, yaitu jika ter-hadap penetapan pelelangan diajukan sanggahan oleh peserta pelelangan, maka penunjukan pemenang belum dapat dilakukan selama jawaban atasan dari Pejabat yang berwenang menetapkan pemenang atas sanggahan tersebut belum diterima oleh Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pemimpin Proyek.

Kemudian atas dasar Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara telah dirumuskan pedoman prakualifikaai di tingkat Daerah yang berisi petunjuk-petunjuk tentang tatacara regiatrasi dan klasifikasi pekerjaan pemborongan, pengadaan barang dan jasa serta jasa konsultan.

Penyempurnaan-penyempurnaan sebagaimana dikemukakan di atas menunjukkan adanya pertalian pelaksanaan APBN dengan usaha pemerataan, terutama pemerataan kesempatan berusaha,

XXII/60

Page 77: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

pemerataan kesempatan kerja dan pemerataan pembangunan di semua daerah, demikian pula lebih diperluas desentralisasi kewenangan dan pedoman operasional yang lebih jelas.

4. Pengendalian pelaksanaan proyek

Dalam Keputusan Presiden tentang Pelaksaan APBN pada pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa tahun anggaran berlaku dari tanggal 1 April sampai dengan 31 Maret tahun berikutnya. Di-lengkapi dengan pasal 68 ayat (4) yang menentukan bahwa Pe-mimpin Proyek bertanggungjawab atas penyelesaian proyek tepat pada waktunya maka secara jelas berarti bahwa dalam pelaksa-naan proyek pemimpin Proyek berkewajiban untuk selalu berusa-ha melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tahap-tahap baik pelaksanaan fisik maupun pelaksanaan pembiayaan sebagaimana telah dituangkan dalam Petunjuk Operasional (PO) berdasarkan DIP dari proyek bersangkutan. Namun demikian tidak jarang terjadi bahwa dalam pelaksanaan timbul hal-hal yang semula tidak diduga yang menghambat kelancaran pelaksanaan.

Sistem pengendalian proyek-proyek pembangunan yang di-kaitkan dengan pelaporan agar pelaksanaan proyek dapat di-ikuti, dinilai dan diidentifikasi masalah-masalahnya guna di-adakan tindak lanjut berupa tindakan korektif atau pemecahan secepatnya, didasarkan pada pasal 75 serta Lampiran II Keputusan Presiden No. 14 A tahun 1980 yang disempurnakan dengan Kepu-tusan Presiden No. 18 tahun 1981. Isi pasal dan Lampiran tersebut menentukan kewajiban Pemimpin Proyek serta Badan Pe-rencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I untuk menyampaikan la-poran triwulan mengenai proyek yang bersangkutan, baik dari DIP tahun bersangkutan maupun DIP SIAP. Laporan triwulan ter-sebut disampaikan kepada Menteri/Ketua Lembaga bersangkutan, Menteri Keuangan, Menteri Koordinator Bidang EKUIN/Ketua Bappenas, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I bersangkutan untuk perhatian ketua Bappeda Tingkat I, Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup serta Inspektur Jenderal De-partemen/Pemimpin Unit Pengawasan pada Lembaga bersangkutan, selambat-lambatnya 1 bulan setelah berakhirnya triwulan ber-sangkutan.

Pelaporan pelaksanaan proyek yang memberikan data dan in-formasi faktual tentang status perkembangannya dituangkan dalam suatu formulir yang berisi data umum, data keuangan, tolok ukur dan sasaran usaha, persentase realisasi pencapaian sasaran-sasaran fisik/pembiayaan/fungsional proyek, masalah-masalah yang dijumpai, tindak lanjut yang diperlukan dan catatan-catatan lain dari pelapor. Yang terpenting dalam

Page 78: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

XXII/61

Page 79: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

laporan itu ialah dimuatnya kemajuan pelaksanaan mengenai realisasi jenis pengeluaran serta perincian kegiatan yang telah dilakukan dalam triwulan bersangkutan.

Demikian pula terdapat ketentuan bahwa Gubernur Kepala Daerah Tingkat I mengikuti dan mengawasi perkembangan pelak-sanaan proyek-proyek yang ada di daerahnya baik berdasarkan laporan dari Pemimpin Proyek dan Bappeda Tingkat I maupun dengan melakukan penelitian sendiri serta dengan mengadakan pertemuan berkala dengan para Pemimpin/Bendaharawan Proyek dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran/Kepala KPN dalam wilayahnya serta selanjutnya melaporkan secara ber-kala ataupun insidentil. Laporan pengawasan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri, kepada Departemen/Lembaga bersangkutan, Menteri Keuangan, Menteri Koordinator Bidang EKUIN/Ketua Bappenas dan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup. Selanjutnya perkembangan pelaksanaan Anggaran Pembangunan yang sebagian terbesar digunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan dilaporkan secara berkala oleh Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Bidang EKUIN/Ketua Bappenas kepada Presiden dan Wakil Presiden.

Perlu pula dikemukakan bahwa untuk kelancaran proses pe-ngendalian maka baik bagi Pemimpin Proyek maupun pejabat-pejabat yang terlibat dalam proses tersebut telah tersusun Buku Pedoman dan Petunjuk Pelaporan yang dilengkapi dengan Daftar Klasifikasi dan Kode Masalah.

Dalam perkembangan pelaksanaan sistem pengendalian secara nasional masalah-masalah yang dialami dalam pelaksanaan proyek-proyek pada tahun 1981/82 ialah masalah-masalah yang berhubungan dengan DIP sebanyak 13,42%, masalah kelembagaan dan peraturan sebanyak 12,26%, masalah penelitian perencanaan dan teknik pelaksanaan sebanyak 10,06%, masalah peralatan dan mesin sebanyak 9,62% dan masalah yang berhubungan dengan tanah sebanyak 9,07%. Hal ini menunjukkan adanya kemajuan di-bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sekalipun disadari bahwa masalah-masalah itu masih cukup banyak yang belum dapat diselesaikan.

Di samping sistem pengendalian secara nasional terdapat pula berbagai kegiatan pelaporan yang sistemnya dikembangkan oleh Departemen/Lembaga masing-masing dalam usaha pengendali- an program atau proyek yang menjadi tanggungjawabnya.

XXII/62

Page 80: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

Pelaporan lain yang perlu dikemukakan ialah laporan bulanan dalam bentuk Surat Pertangungjawaban Pelaksanaan Ang-garan Pembangunan (SPJP) yang dikirimkan oleh Pemimpin Proyek selambat-lambatnya pada tanggal 10 tiap bulan kepada Direktur Jenderal atau pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga yang membawahkan proyek bersangkutan dengan tembusan kepada Ins-pektur Jenderal Departemen/Pimpinan Unit Pengawasan pada Lem-baga bersangkutan dan kepada Kepala KPN setempat. Demikian pula laporan keadaan kas anggaran pembangunan (LKKP) yang di-kirimkan oleh Bendaharawan Proyek selambat-lambatnya pada tanggal 10 tiap bulan kepada KPN merupakan unsur dari sistem pengendalian proyek.

Tujuan dari kesemua pelaporan tersebut di atas dalam rangka pengendalian pelaksanaan proyek-proyek pembangunan ialah agar pelaksanaan proyek terselenggara secara lebih baik sehingga tercapai tujuannya sesuai dengan jadwal waktu dan rencana yang telah ditetapkan.

5. Pengawasan Keuangan Negara

Tahun ketiga Repelita III ditandai dengan pelaksanaan APBN 1981/82 yang volumenya meningkat cukup besar dari tahun anggaran sebelumnya. Ini berarti bahwa pengeluaran Peme-rintah, baik untuk keperluan rutin maupun untuk pembangunan, semakin besar dan oleh karenanya memerlukan pengarahan seefi-sien dan seefektif mungkin. Dalam rangka ini peranan penga-wasan adalah sangat penting sehingga perlu selalu ditingkat-kan mutu dan dayagunanya. Demikian pula peningkatan pemba-ngunan yang cepat pada tahun-tahun terakhir ini menimbulkan tuntutan yang lebih tinggi terhadap aparat pengawasan.

Berhubung dengan itu sejalan dengan penyempurnaan-penyempurnaan pedoman dan prosedur pelaksanaan APBN secara terus menerus diusahakan pula pelbagai penyempurnaan penga- wasan atas pengelolaan keuangan Negara. Penyempurnaan dilaku- kan antara lain dengan penyempurnaan sistem koordinasi penga-wasan di tingkat Pusat maupun Daerah, penataran aparat penga-was seluruh Departemen/Lembaga dan berbagai mekanisme untuk mendorong tindak lanjut dari hasil pengawasan. Secara menye-luruh penyempurnaan itu ditujukan kepada pengawasan fungsi-onal dan pengawasan atasan langsung.

Dalam pada itu berhubung dengan pengalihan bobot tanggung jawab yang lebih besar pada Departemen/Lembaga dalam pelaksa- naan pengawasan pembangunan maka pengawasan dewasa ini bukan

XXII/63

Page 81: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

hanya terbatas pada segi keuangan saja, melainkan juga men- cakup pengawasan atas segi-segi lain dari kegiatan management yang meliputi antara lain apakah pimpinan telah mendapatkan informasi yang cukup sebagai bahan untuk memilih alternatif-alternatif keputusan, apakah pelaksanaan telah dilakukan dengan efisien, apakah hasil atau manfaat yang diinginkan dari program telah dicapai secara efektif, dan sebagainya. Kebutuhan akan laporan hasil-hasil pemeriksaan yang memuat data-data di atas telah mendorong pengembangan dan peningkat- an tatacara dan tatalaksana pengawasan dari bidang "financial audit" ke jurusan yang lebih luas, yaitu "management audit" baik untuk pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas intern Departemen/Lembaga, ialah Inspektorat Jenderal, maupun pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas ekstern di luar Departemen/Lembaga seperti Direktorat Jenderal Penga- wasan Keuangan Negara (DJPKN) dan Inspektorat Jenderal Pem-bangunan (Irjenbang). Dengan management audit ini pengawasan akan menjadi lebih berguna bagi Pemerintah maupun bagi pim- pinan Departemen/lembaga sendiri sehingga akan lebih membantu pimpinan Departemen/Lembaga dalam mensukseskan pelaksanaan pembangunan.

Dalam rangka pengembangan pengawasan ke arah yang lebih luas ini telah dilakukan penataran-penataran management audit terhadap tenaga-tenaga pengawas di DJPKN, baik di Pusat mau- pun di Kantor-kantor Perwakilan di Daerah. Demikian pula buku-buku pedoman dewasa ini sedang dipersiapkan. Direncana- kan pula penataran management audit ini akan dilakukan ter- hadap aparat-aparat pengawas intern Departemen/Lembaga dan aparat-aparat pengawas Daerah.

Sementara itu pada tahun 1981/82 oleh DJPKN telah dilaku- kan disamping pengawasan finansial juga pengawasan bidang management audit terhadap proyek-proyek yang menyangkut ke-pentingan masyarakat banyak seperti program transmigrasi, termasuk pemukiman daerah transmigrasi, peningkatan produksi tanaman pangan, pembangunan jaringan irigasi, pengembangan daerah rawa, pembangunan/rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan, dan sebagainya. Untuk pembangunan Daerah pengawasan bidang management audit ditujukan kepada proyek-proyek ban- tuan Inpres seperti pembangunan Sekolah Dasar, sarana kese- hatan serta penghijauan dan reboisasi.

Peningkatan kegiatan pengawasan selalu diusahakan agar dapat mengimbangi peningkatan kegiatan dan peningkatan jumlah anggaran. Karena itu jumlah proyek yang diperiksa dari tahun ke tahun terus meningkat. Perkembangan banyaknya pemeriksaan

XXII/64

Page 82: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

khusus terhadap proyek-proyek Repelita, Non Inpres, Inpres dan Badan Usaha Negara sejak tahun 1979/80 sampai dengan 1981/82 dapat dilihat pada Tabel XXII - 10.

Dalam pada itu kerjasama perangkat pengawasan, baik di Pusat maupun Daerah, terus-menerus ditingkatkan untuk menca- pai koordinasi atas rencana operasi pengawasan masing-masing, keseragaman mengenai sasaran pemeriksaan, cara memeriksa, cara pelaporan, bentuk laporan dan keseragaman istilah yang dipergunakan. Untuk memperlancar pembinaan pelaksanaan penga-wasan maka berdasarkan tugas yang diberikan oleh Presiden, tugas koordinasi dilakukan oleh Wakil Presiden dengan dibantu oleh Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup. Koordinasi pengendalian dan pengawasan pembangunan di Daerah Tingkat I diatur dengan Keputusan Presiden No. 20 ta-hun 1981 yang melibatkan Bappeda, Inspektorat Wilayah Propin-si, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran, Kantor Wila-yah Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara dan Kantor Cabang Bank Indonesia. Koordinasi melalui Keputusan Presiden No. 20 tahun 1981 itu dimaksudkan untuk menciptakan mekanisme penyelesaian masalah di tingkat Daerah yang dapat menghambat pelaksanaan pembangunan.

Pada umumnya pemeriksaan dapat dibedakan antara pemerik-saan rutin, yaitu pemeriksaan yang dilakukan sehari-hari, dan pemeriksaan serentak yang dilakukan pada akhir tahun anggaran terhadap proyek-proyek Repelita dan proyek-proyek pembangunan Daerah Tingkat I. Sasaran pemeriksaan yang dilakukan secara serentak adalah mengenai organisasi dan administrasi proyek, pembiayaan proyek, prosedur dan pelaksanaan pekerjaan sehing-ga hasilnya dapat memberikan gambaran secara menyeluruh me-ngenai pelaksanaan proyek-proyek pembangunan dan diharapkan menjadi bahan untuk perbaikan berbagai ketentuan yang dipan-dang sudah tidak sesuai lagi untuk dipakai sebagai pedoman. Hasil pemeriksaan dalam tahun pertama sampai dengan tahun ketiga Repelita III dapat dilihat dalam Tabel XXII - 11.

Dari tabel itu dapat dilihat beberapa perkembangan pen-ting, yaitu proyek yang diperiksa dari tahun ke tahun makin meningkat jumlahnya, dan bahkan makin mendekati jumlah se-luruh proyek. Dengan demikian jelas bahwa walaupun jumlah proyek makin bertambah banyak sesuai dengan peningkatan ang-garan pembangunan, kegiatan pemeriksaan senantiasa dapat me-ngikutinya.

Kecuali kemajuan-kemajuan tersebut tampak pula kemajuan di dalam disiplin para pelaksana proyek yang ternyata dari

XXII/65

Page 83: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

TABEL XXII – 10PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SERENTAK OLEH DJPKN*)

TERHADAP PROYEK-PROYEK REPELITA DAN BADAN USAHA NEGARA,1978/79 – 1981/82

*) Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara

XXII/66

Page 84: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

TABEL XXII – 11HASIL-HASIL PEMERIKSAAN SERENTAK OLEH DJPKN1) TERHADAP PROYEK-PROYEK REPELITA,

1978/79 – 1981/82

1) Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara2) Mulai tahun anggaran 1979/80, DIP berfungsi sebagai SKO

XXII/67

Page 85: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

berkurangnya berita acara yang tidak benar dan realisasi fisik yang tidak sesuai dengan DIP.

Di samping pemeriksaan terhadap pelaksanaan APBN, peme-riksaan dilakukan pula terhadap badan-badan usaha milik Ne-gara yang meliputi pemeriksaan atas Persero, Perum, Perjan dan Perusahaan-perusahaan Negara yang didirikan dengan undang-undang tersendiri, seperti Pertamina dan Bank-bankmilik Pemerintah. Terhadap Badan Usaha Milik Negara ini pada umumnya dilakukan pemeriksaan terhadap neraca dan perkiraan rugi-laba yang diakhiri dengan pernyataan akuntan yang dapat dipergunakan untuk menilai kemajuan dan ketertiban adminis-trasi Badan Usaha Milik Negara bersangkutan. Pernyataan layak atas laporan keuangan dari tahun ke tahun yang terus mening- kat menunjukkan keadaan administrasi perusahaan yang semakin bertambah baik. Khusus mengenai pengawasan terhadap Pertamina pemeriksaan menjadi lebih penting aehubungan dengan perkem-bangan harga BBM. Salah satu segi dalam pengawasan tersebut ialah pemeriksaan atas kewajaran biaya-biaya BBM termasuk pe-nerapan sistem perhitungan biaya pokok BBM yang telah dite-tapkan. Segi penting lainnya ialah pemeriksaan terhadap usaha-usaha Pertamina dalam segi pertanggungjawaban dalam ad-ministrasi perusahaan serta penertiban atas anak-anak per-usahaan/patungan.

Mengenai pertanggungjawaban administrasi ini Departemen Keuangan telah merencanakan untuk melakukan studi mengenai modernisasi akuntansi dan auditing pemerintahan di bawah pem-binaan dan pengendalian Direktur Jenderal Pengawasan Keuangan Negara dengan menyertakan unsur-unsur Departemen/lembaga.

Selanjutnya dalam rangka usaha mengembangkan pengetahuan pengawasan maka dalam tahun anggaran 1981/82 telah diseleng-garakan serangkaian lokakarya/sarasehan (sebanyak 7 kali) yang diikuti oleh 168 pejabat pengawasan eselon II dan III dari seluruh Departemen/Lembaga. Perincian jumlah dan tingkat peserta dari lokakarya tersebut dapat dilihat pada Tabel XXII - 12.

Penyelenggaraan lokakarya tersebut dimaksudkan untuk men-capai beberapa hal yang bermanfaat bagi usaha-usaha pening-katan kemampuan aparat pengawasan pembangunan. Isi pembahasan dalam lokakarya menyangkut dasar-dasar pengawasan menurut bi-dangnya masing-masing, organisasi dan perangkat pengawasan, anatomi penyimpangan pelaksanaan pembangunan, teknik-teknik deteksi, pendalaman dan investigasi, pengolahan/analisa dan

XXII/68

Page 86: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau

tindak lanjut hasil pengawasan serta masalah-masalah lain yang meliputi konflik kepentingan, pengawasan terhadap pe-ngawas, retaliasi dan sebagainya.

Dengan peningkatan kemampuan aparatur pengawasan dan di-tunjang dengan berbagai penyempurnaan di bidang pengawasan, diharapkan pengelolaan keuangan Negara terselenggara lebih baik dalam mencapai sasaran pembangunan yang telah ditentukan.

XXII/69

XXII/69

Page 87: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewDiminta pula agar kepada rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat hadir menyaksikan langsung upacara pembukaan atau