PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES...

43
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PENYUSUNAN PERATURAN DESA DI DESA TOAPAYA SELATAN KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN NASKAH PUBLIKASI Skripsi diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana bidang Ilmu Pemerintahan Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang Oleh : SOFYAN NIM : 080565201045 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2014

Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES...

Page 1: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PENYUSUNAN

PERATURAN DESA DI DESA TOAPAYA SELATAN KECAMATAN

TOAPAYA KABUPATEN BINTAN

NASKAH PUBLIKASI

Skripsi diajukan sebagai syarat untuk

memperoleh gelar sarjana bidang Ilmu Pemerintahan

Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang

Oleh :

SOFYAN

NIM : 080565201045

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2014

Page 2: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

ABSTRAK

Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan dan tanggungjawab kepada

Pemerintah Desa dalam hal pembentukan peraturan desa demi terwujudnya

kepentingan dan tatanan kehidupan masyarakat desa yang dibentuk berdasarkan

aspirasi masyarakat desa setempat. Peraturan Desa merupakan regulasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dibuat atas usulan dari Pemerintah

Desa atau Badan Permusyawaratan Desa.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis sampaikan temuan-temuan yang terjadi

di Desa Toapaya Selatan, yaitu 1). Fungsi Badan Permusyawaratan Desa sebagai

lembaga penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat desa tidak berjalan

secara optimal ini ditandai banyak masyarakat yang berpartisipasi dalam

menyampaikan aspirasinya kepada Rukun Tentangga (RT) setempat yang mereka

anggap sebagai kepala wilayahnya; 2). Kurangnya sosialisai dari Pemerintah Desa

kepada masyarakat desa akan pentingnya musyawarah untuk mufakat, sehingga

apa yang telah diputuskan bersama tidak menimbulkan pro dan kontra dikemudian

hari, hal ini berdampak pada penerapan Peraturan desa yang telah dibuat; 3) Sosial

ekonomi masyarakat yang digambarkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup hari-

hari yaitu pekerjaan, sehigga kurang optimalnya penyampaian dan penyaluran

aspirasi secara langsung sebagai bentuk partisipasi.

Adapun metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif kualitatif, dimana data yang dikumpulkan berupa kutipan

kata-kata yang bersumber dari naskah wawancara, catatan lapangan, dan poto-

poto, untuk dibandingkan dengan fenomena-fenomena yang terjadi. Metode ini

secara umum dapat dikatakan metode Survei. Dan teori yang penulis gunakan

yaitu teori Bagir Manan (2001;85) berpendapat bahwa partispasi dapat dilakukan

dengan cara : 1) mengikutsertakan dalam tim atau kelompok kerja penyusunan

peraturan deaerah; 2) melakukan Public hearing atau mengundang dalam rapat-

rapat penyusunan peraturan daerah; 3) melakukan uji sahih kepada pihak-pihak

tertentu untuk mendapatkan tanggapan; 4) melakukan loka karya (workshop) atas

ranperda secara teori dibahas oleh DPRD; 5) mempublikasikan ranperda agar

mendapat tanggapan publik. Teori ini juga perkuat dalam peraturan perudang-

undangan yaitu pasal 96 ayat 1dan 2 UU No.12 tahun 2011 tentang pembentukan

peraturan perundang-undangan dan pasal 139 ayat 1 UU No.32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah.

Page 3: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Partisipasi masyarakat Desa Toapaya Selatan dalam proses penyusunan

peraturan desa tergolong partisipasi tidak langsung atau representatif dari

demokrasi perwakilan, sehingga partisipasi secara langsung terlibat aktif masih

yang tergolong rendah sifatnya, dan juga penerapan peraturan desa itu yang tidak

berjalan sebagaimana mestinya sehingga terbentuk opini negatif dimata

masyarakat. Ini terkesan bahwa pemerintah desa dan masyarakat mengabaikan

peraturan desa sebagai dasar penyelenggaraan urusan pemerintahan ditingkat

desa.

Kata kunci : Partisipasi masyarakat, Peraturan desa.

Page 4: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

ABSTRACK

Local Government gave authority and responsibility to Village

Government in forming village’s role for the sake of villagers and arrangement of

villager’s life that is based on villager’s aspiration. The role of village as

regulation in enforcement of government asmade of village Government and

Badan Permusyawaratan Desa.

The result of this research, the researcher found some phenomenon in

south Toapaya, such as, 1) the function of Badan Permusyawaratan Desa as

institution of villagers aspiration that are not run well which is signed by many

villagers are participated in delivering their aspiration to Rukun Tetangga (RT).

2) Less of socialization from village governments to villagers for important of

deliberation for consensus, so what was resolved together are not become pro and

contra in a few days, this case are impacted for application of villager’s role that

are made. 3) The economic social of villagers are showed in fulfillment of life

needs such as; jobs. It makes less optimal in aspiration delivery directly as

participation.

The researcher used descriptive qualitative research. The data was

collected as quotation that was sourced from interview, field note, and

documentation to compare with phenomenon was happened. The method of this

research generally was called survey method. The researcher used BagirManan

(2001;85). Manan states, participant was did such as; 1).The engaging villagers

in a work team in making village’s role. 2) Doing public hearing or inviting some

meeting in enforcement village’s role. 3) Doing valid test for special participant

to get response. 4) Doing workshop for Ranperdain theorist was discussed by

DPRD. 5) Publishing Ranperda to get public response. This theory are reinforced

by Perda subsection 96 verse 1 and 2 UU No. 12 year 2011 about making of

Perda and also subsection 139 verse 1 UU No. 32 year 2004 about Local

Government.

The participation of South Toapaya Villagers is enforcement village’s

role. This villager was instead of indirectly participation or representative from

demarcation. Than the directly participation actively was instead of low habitual,

and then the application of village’s role were not run well that make negative

opinion from villagers. It makes the village government and villagers ignored the

village’s role as a basic enforcement of government in a village.

Key word : villagers participant, village’s role

Page 5: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PENYUSUNAN

PERATURAN DESA DI DESA TOAPAYA SELATAN KECAMATAN

TOAPAYA KABUPATEN BINTAN

Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan kepentingan desa yang berdasarkan dari aspirasi

masyarakat, pemerintah daerah memberikan kewenangan dan tanggungjawab

kepada pemerintah desa dalam hal pembentukan peraturan perundang-undangan

yang lazim disebut Peraturan Desa, dalam penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan untuk kepentingan masyarakat desa itu sendiri. Sesuai dengan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 desa mempunyai kewenangan mengatur

dan mengurus urusan masyarakat setempat sesuai dengan asal usul dan adat

istiadatnya dan juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

Tentang Pemerintahan Desa.

Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat

membentuk pemerintahan desa yang terbentuk dari prakarsa masyarakat setempat

dengan memperhatikan hak asal usul desa dan sosial masyarakat desa setempat

dengan memenuhi ketentuaan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan.

Kewenangan yang diberikan merupakan wujud nyata dalam pelaksaaan hak

otonomi desa yang dimiliki oleh suatu desa.

Peraturan desa ditetapkan oleh kepala desa setelah mendapat persetujuan

bersama Badan Permusyawaratan Desa, dalam menyelenggarakan otonomi desa.

Peraturan desa dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan atau

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam proses pembuatan

Page 6: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

peraturan desa dibutuhkan partisipasi masyarakat, agar output dari peraturan desa

dapat memenuhi aspek kebutuhan masyarakat setempat yang disampaikan melalui

Badan Permusyawaratan Desa, supaya keberlakuan hukum dan dapat

dilaksanakan sesuai tujuan pembentukannya. Aspirasi masyarakat setempat

berupa masukan dan sumbang pemikiran dalam perumusan substansi pengaturan

peraturan desa lebih efektif posisinya dalam mempengaruhi para pengambil

kebijakan kerena keluhan dan pendapat masyarakat acapkali menjadi

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah yang baru, yaitu Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-undang Nomor 22

Tahun 1999, fungsi serta kewenangan Badan Perwakilan Desa yang berdasarkan

UU 32/2004 diganti nama menjadi Badan Permusyawaratan Desa mengalami

penyempitan fungsi dan kewenangan, yaitu hanya berfungsi menetapkan

peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat.

Meskipun Badan Permusyawaratan Desa berdasarkan Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tidak memiliki fungsi pengawasan/ kontrol terhadap

kepala desa, tetapi dari sisi pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam proses

pembangunan masih terbuka dengan diberikannya dua fungsi kepada Badan

Permusyawaratan Desa yang dulu dimiliki berdasarkan Undang-undang Nomor

22 Tahun 1999 yaitu fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat

dan bersama kepala desa menetapkan peraturan desa. Fungsi menampung dan

menyalurkan aspirasi dan fungsi menetapkan Peraturan desa yang dimiliki Badan

Page 7: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Permusyawaratan Desa merupakan sarana penting bagi pelembagaan partisipasi

masyarakat dalam proses pembangunan desa .

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berkedudukan sebagai salah satu

unsur penyelengara Pemerintahan Desa keberadaan BPD dalam pemerintahan

desa adalah bukti pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pemeritahan desa.

Penyelenggaraan pemerintahan desa terdapat dua lembaga yaitu Pemerintah Desa

dan Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah berfungsi sebagai penyelenggara

kebijakan pemerintah atasanya dan kebijakan desa. Sedangkan BPD berfungsi

menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat.

Dalam hal ini partisipasi masyarakat dalam pembetukan paraturan desa

sangat dibutuhkan karena masyarakat pemilik kedaulatan, yang mana hasil akhir

dari peraturan yang dibuat oleh pemerintah desa sebagai penyelenggara

pemerintahan akan dirasakan oleh masyarakat setempat.

Penyusunan peraturan desa dalam membuat suatu kebijakan harus

didasarkan pada kepentingan masyarakat setempat sebagai landasan dalam

menunjang pembangunan. Gagasan dan masukan-masukan tersebut disampaikan

kepada BPD untuk dibahas bersama kepala desa dalam membuat kebijakan demi

kepentingan dan kesejahteraan masyarakat desa.

Proses penyusunan peraturan desa yang dibuat dan disepakati oleh Badan

Permusyawaratan Desa harus menyentuh beberapa asas seperti yang

dikemukankan oleh Van der Vlies sebagaimana dikutip oleh A. Hamid S.

Attamimi yaitu asas formal dan asas material.

Page 8: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Asas formal meliputi :

1. Asas tujuan jelas.

2. Asas lembaga yang tepat.

3. Asas perlunya pengaturan.

4. Asas dapat dilaksanakan.

5. Asas Konsensus.

Asas material meliputi:

1. Asas kejelasan Terminologi dan sistematika.

2. Asas bahwa peraturan perundang-undangan mudah dikenali

3. Asas persamaan

4. Asas kepastian hukum

5. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual.

Untuk menguat asas formal dan material diatas perlu juga dimasukan materi

muatan sebagaiman tercantum dalam pasal 138 UU No. 32 Tahun 2004 yang

meliputi asas :

1. Pengayoman

2. Kemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kekeluargaan

5. Kenusantaraan

6. Bnineka tunggal ika

7. Keadilan

8. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahaan

Page 9: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

9. Ketertiban dan kepastian hukum dan/atau

10. Keseimbangan, keserasian dan keselarasan

Penulis tertarik untuk meneliti di Desa Toapaya Selatan yang merupakan

salah satu desa pemerkaran yang terleak di Kecamatan Toapaya Kabupaten

Bintan, Propinsi Kepulauan Riau dengan luas wilayah 9.180 Km2 yang

berpenduduk sekitar 4.171 jiwa, terbentuk berdasarkan pemekaran dari desa induk

yaitu Desa Toapaya, melalui Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Riau nomor

8 Tahun 2005 Tentang Pembentukan Desa Kuala Sempang Kelurahaan Teluk

Lobam dikecamatan Bintan Utara dan desa Toapaya Utara dan Desa Toapaya

Selatan dikecamatan Gunung Kijang yang selanjutnya melalui Peraturan Derah

Kabupaten Bintan Nomor 12 tahun 2007 tanggal 23 Agustus 2007 dimekarkan

menjadi kecamatan Toapaya. (sumber data : profil Desa Toapaya Selatan, 2011)

Pemekaran yang dilaksanakan berdasarkan kemauan masyarakat desa

Toapaya Selatan itu sendiri, mengingat jumlah penduduk yang semakin

bertambah, potensi ekonomi, luas wilayah, sosial budaya, sosial politik dan

tingkat pendidikan yang cukup baik serta peningkatan beban tugas pemerintahan

dalam hal pelayanan, pembangunan dan pengaturan di dalam masyarakat.

Disamping itu Desa Toapaya Selatan bersempadan dengan Pemerintahan Kota

Tanjungpinang dan Pemerintahan Propinsi Kepulauan Riau.

Diundangkannya Peraturan Daerah tentang pemekaran desa Toapaya

Selatan Tahun 2007 maka terbentuklah organisasi yang mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat desa, yang dikepalai oleh Kepala Desa dan prangkat desa

Page 10: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

serta lembaga Badan permusyawaratan Desa sebagai peyelenggara pemerintahan

desa.

Masyarakat Desa Toapaya Selatan terdiri masyarakat asli tempatan atau

suku asli yaitu suku melayu (bugis) yang sebagian besar berprofesi sebagai

masyarakat nelayan yang menggantung hidupnya dilaut dan sungai serta

masyarakat pendatang seperti Jawa, Sunda, Batak, Padang, Cina, dll yang

mayoritas berprofesi sebagai petani perkebunan, peternak, karyawan swasta,

buruh bangunan. Masyarakat Desa Toapaya Selatan juga banyak yang berkerja di

Kota Tanjungpinang.

Keanekaragaman kebudayaan yang menyatu menjadi kemajemukan yang

bersifat fluralisme dalam suatu desa, dalam membangun kenyamanan dan

ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk menciptakan tatanan

kehidupan yang teratur dalam mengatur urusan masyarakat setempat tersebut,

desa dapat membuat suatu produk hukum dalam meyelenggaran pemerintahan

desa yaitu Peraturan Desa.

Dalam penyusunan peraturan desa, rancangan peraturan desa dapat

diusulkan oleh Pemerintah Desa dan dapat juga berasal dari usulan inisiatif dari

Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Rancangan peraturan desa baik yang

berasal dari pemerintahan desa maupun dari BPD, masyarakat berhak untuk

menyampaikan atau memberikan masukan-masukan atau gagasan-gagasan

sebagai bentuk dari pastisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Page 11: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Berdasarkan pada asumsi sementara pra penelitian melalui observasi penulis

berasumsi bahwa kurang optimalnya partisipasi masyarakata Desa Toapaya

Selatan, sebagai berikut;

1. Dengan adanya lembaga Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan

Pemerintah desa sebagai penyelenggaran pemerintahan yang memiliki salah

satu fungsinya yaitu penyerapan aspirasi, sehingga masyarakat Desa Toapaya

Selatan merasa terwakili dalam berpartisipasi tidak langsung untuk

menyampaikan aspirasinya, yang terbangun dari pola sikap dan prilaku serta

pengetahuan yang minim terhadap musyawarah dalam pembangunan desa,

disamping itu juga aspirasi masyarakat yang ditampung dan disalurkan BPD

belum representatif

2. Pemerintahan desa yang kurang mensosialisasikan kepada masyarakat Desa

Toapaya Selatan akan arti pentingnya musyawarah untuk mencapai mufakat

tentang apa yang diputuskan untuk kepentingan bersama kurang dipahami

masyarakat sehingga bermunculan pro dan kontra terhadap kebijakan yang

diambil, yang berdampak pada kurang optimal nya penerapan peraturan desa

yang telah dibuat.

3. Sosial ekonomi masyarakat desa Toapaya Selatan yang berbagairagam

profesi mata pencarian sehingga menyebabkan kurang aktifnya masyarakat

sehingga berdampak pada kurang optimalnya penyampaian dan penyaluran

aspirasinya secara langsung sebagai bentuk partisipasi, sehingga bentuk

partisipasinya tergolong rendah.

Page 12: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Melihat dari gejala-gejala di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan

peraturan desa di Desa Toapaya Selatan Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan”

Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu

penelitian agar penulis tahu kemana arahnya penelitian ini. Berdasarkan latar

belakang di atas, penulis merumuskan masalah yang akan penulis bahas adalah :

1. Bagaimana partisipasi masyarakat Desa Toapaya Selatan dalam proses

penyusunan peraturan desa di Desa Toapaya Selatan.

2. Apa yang menjadi faktor penyebab rendahnya partisipasi masyarakat

Toapaya selatan dalam proses penyusunan peraturan desa di Desa Toapaya

Selatan.

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya sesuatu

hal yang diperoleh setelah penelitian selesai, dengan demikian tujuan penelitian

untuk memberikan informasi mengenai apa yang telah di peroleh setelah selesai

penelitian (Hasan, 2002;44)

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam

proses penyusunan peraturan desa di Desa Toapaya Selatan Kecamatan Toapaya

Kabupaten Bintan.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dan dapat diperoleh dari

penelitian ini adalah :

Page 13: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

1. Secara praktis yaitu dapat memberikan data dan informasi yang berguna

bagi semua kalangan baik pemerintah desa maupun masyarakat Desa

Toapayaa Selatan dan sebagai wahana untuk mengaplikasikan

pengetahuan dan keterampilan penulis tentang wawasan pemerintahan.

2. Secara akademis, untuk memberikan masukan bagi pengembangan ilmu

pemerintahan dan sebagai informasi dan bahan banding akan pentingnya

partispasi masyarakat dalam proses penyusunan peraturan desa.

Konsep Operasional

Dalam konsep operasional ini penulis menggunakan teori Bagir manan

(2001:85) berpendapat partisipasi dapat dilakukan dengan cara ;

1. mengikutsertakan dalam tim atau kelompok kerja penyusunan peraturan

daerah.

2. melakukan public hearing atau mengundang dalam rapat-rapat

penyusunan peraturan daerah.

3. melakukan uji sahih kepada pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan

tanggapan.

4. melakukan loka karya (workshop) atas raperda sebelum secara teori

dibahas oleh DPRD.

5. mempublikasikan ranperda agar mendapat tanggapan publik.

Teori ini dapat disajikan parameter atau indikator dalam variable yang akan

diteliti dengan tujuan agar mudah dibaca fenomena-fenomena yang akan diteliti

secara konseptual.

Page 14: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Agar penelitian ini dapat dijawab secara rinci maka penulis mengambil

indikator-indikator dibawah ini:

1. Keterlibatan warga masyarakat dalam dalam tahap perencanan proses

penyusunan peraturan desa adalah keikutsertaan masyarakat baik itu terlibat

langsung atau melalui perwakilan yang dimulai dari awal pertemuan atau

musyawarah warga dengan RT/ RW, kepala desa atau BPD untuk memberikan

masukan, gagasa, atau ide-ide yang selanjutnya dibawa dalam pensosialisasian

kebijakan yang akan dibentuk;

1. adanya keikutsertaan warga masyarakat secara langsung dalam kegiatan

musyawarah dengar pendapat dalam penyampaian aspirasi.

2. adanya keikutsertaan warga masyarakat secara tidak langsung

(perwakilan) dalam tingkat Rukun Tetangga (RT) dalam musyawarah

dengar pendapat dalam penyampaian aspirasi.

2. Melibatkan masyarakat dalam tahap awal melalui musyawarah penyusunan

peraturan desa adalah diikutsertakan warga dalam menentukan kebijakan

dalam hal tanya jawab dalam;

- Memberikan kebebasan kepada warga untuk berdialog atau memberikan

tanggapan-tanggapan dalam sesi tanya jawab

Metode penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bersifat deskriptif kualitatif, data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dengan demikin laporan penelitian akan

Page 15: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan yang

bersumber dari naskah wawancara, catatan lapangan, poto-poto,.

Penelitian deskriptif menurut Whiteney dalam Moh.Nazir (2003:16) adalah

pencarian fakta lapangan dengan interprestasi yang tetap, mempelajari masalah-

masalah dalam masyarakat, seta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta

situasi-situasi tertentu, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses

yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena

Dalam metode ini penulis dapat membandingkan fenomena-fenomena yang

terjadi sehingga dapat menjadi suatu studi koperatif. Metode ini secara umum

dapat dikatakan metode survey.

Tujuan penelitian ini memberikan gambaran secar sistimatis, faktual, dan

akurat mengenai fakta dan sifat-sifat serta fenomena-fenomena sosial yang terjadi

dimasyarakat khusunya masyarakat Desa Toapaya Selatan dalam berpartisipasi

penyusunan peraturan desa.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis teliti adalah Desa Toapaya Selatan Kecamatan

Toapaya Kebupaten Bintan kerana Desa Toapaya yang memiliki luas wilayah

9.180 M2 dengan jumlah penduduk 4.171 jiwa, merupakan daerah pemekaran

yang relatif baru yang terbentuk tahun 2007.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk

mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan

penggunaannya melalui, wawancara, pengamatan, dokumentasi dan sebagainya.

Page 16: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata/lisan dan data-data

tertulis sedangkan foto-foto dan statistik adalah data tambahan (moleong,

2007:157)

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melihat fenomena-

fenomena yang terjadi adalah :

1. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh

dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.

(meleong, 2005:186). Wawancara ini akan ditujukan kepada Ketua BPD, RT,

RW, dan mayarakat Toapaya selatan yang keseluruhan responden berjumlah

40 jiwa.

Tabel.1. Responden

RESPONDEN Jumlah jiwa

Ketua Badan Pemusyawaratan Rakyat 1

Kepala desa 1

Sekretaris desa 1

RW 3

RT 7

Masyarakat Desa Toapaya Selatan 27

Jumlah 40

Sumber data: olahan 2013

2. Teknik Pengamatan (observasi)

Observasi adalah teknik yang digunkan dalam mengumpulkan data primer

yang diperlukan dengan melakukan pengamatan langsung pada objek

penelitian dilokasi Desa Toapaya Selatan

Page 17: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

3. Teknik Dokumentasi

Sebagai sumber data seperti arsip-arsip, agenda dan berkas-berkas poto-poto

yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini sebagai pemberi

tambahan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

4. Sumber data

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber

data yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang didapat

berhubungan dengan fokus kajian peneliti yaitu partisipasi masyarakat dalam

proses penyusunan peraturan desa. Dan data sekunder yaitu data yang pendukung

Sumber data dalam suatu penelitian adalah subjek dimana data dapat

diperoleh. Dalam suatu penelitian sebelum penelitian dimulai haruslah diketahui

dulu sumber data yanga akan diteliti.

Arikunto (2006:129) yang dimaksud sumber data adalah “subjek dari mana

data diperoleh” adapun sumber data itu sebagai berikut:

1. Informan, yaitu sumber data yang biasa memberikan data berupa

jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.

2. Informan, yaitu sumber data yang memberikan informasi kepada penulis

dalam melakukan penelitian

3. Dokumen, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,

angka, gambar atau simbol-simbol lain.

5. Jenis Data

Untuk mempermudah penelitian ini peneliti mengindentifikasi sumber data

menjadi dua bagian :

Page 18: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden

terhadap keterlibatan atau keikutsertan masyarakat dalam proses

penyusunan Peraturan desa di Desa Toapaya Selatan

2. Data sekunder adalah data yang didapat melalui dokumen-dokumen

seperti jumlah penduduk, monografi desa, serta bahan bacaan lain yang

mendukung dalam penelitian ini.

6. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif, yang terbangun melalui

pernyataan-pernyataan yang dinyatakatan dalam bentuk penjelasan kata-kata atau

tulisan. Analisa data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistimatis

data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya

yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan

peraturan desa, sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.

Sebagai landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan permasalahan

yang terjadi, maka perlu adanya pedoman teroritis atau tinjauan pustaka yang

dapat membantu penelitian ini agar mempunyai data yang kokoh. Menurut Hoy &

Miskel (dalam Sugiono, 2005:55) teori adalah seperangkat konsep, asumsi dan

generalisasi yang dapat digunakan unutk mengungkapkan dan menjelaskan

perilaku dalam berbagai organisasi.

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi merupakan suatu langkah nyata keikutsertaan individu atau

sekelompok individu dalam menyukseskan suatu tujuan yang hendak dicapai.

Page 19: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Partisipasi masyarakat dianggap penting dalam setiap kebijakan yang akan dibuat

bersama, antara pemerintah, Badan Perwakilan Desa dan masyarakat setempat,

untuk kepentingan dan tujuan bersama. Sehingga partisipasi menjadi kunci

penting bagi masyarakat dalam lancarnya pembuatan peraturan desa.

Partisipasi masyarakat dalam proses pembentukan peraturan perundang-

undangan, diatur pada Pasal 96 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011, ayat (1)

dan (2) menyatakan ;

1. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis

dalam pembentukan peraturan perundangan-undangan.

2. Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat dilakukan melalui (a) rapat dengan pendapat umum, (b)

kunjungan kerja, (c)sosialisasi dan/atau (d) seminar, lokakarya dan/atau

diskusi.

Hal ini juga dijelaskan dalam pasal 139 ayat (1) Undang-undang 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah, mengenai partisipasi masyarakat dalam

pembentukan peraturan daerah, menyatakan, masyarakat berhak memberikan

masukan secara lisan atau tertulis, dalam rangka penyiapan atau pembahasan

rancangan Peraturan daerah.

Bagir manan (2001:85) berpendapat partisipasi dapat dilakukan dengan

cara:

1. mengikutsertakan dalam tim atau kelompok kerja penyusunan peraturan

daerah.

Page 20: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

2. melakukan public hearing atau mengundang dalam rapat-rapat

penyusunan peraturan daerah.

3. melakukan uji sahih kepada pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan

tanggapan.

4. melakukan loka karya (workshop) atas raperda sebelum secara teori

dibahas oleh DPRD.

5. mempublikasikan ranperda agar mendapat tanggapan publik.

Adisasmita (2006:38) partisipasi masyarakat dapat didefinisikan sebagai

keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi

kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program

pembangunan.

Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154-155) sebagai

berikut: Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh

informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang

tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program

pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya,

karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan

mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan

suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat

mereka sendiri”. Dari pendapat Bagir Manan tersebut dapat kita ketahui bahwa

tanpa partisipasi masyarakat tidak dapat diukur sebuah peraturan desa itu benar-

benar berhasil atau tidak karena partisipasi masyarakat merupakan dasar akan

Page 21: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

dibuatkanya peraturan desa sehingga masyarakat dapar benar-benar merasa

memiliki terhadap kebijakan yang telah ditetapkan.

Keikutsertaan masyarakat dalam bentuk partisipasi untuk mengakomodasikan

kepentingan masyarakat dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Untuk

mewujudkan good governance maka dipandang perlu diatur peran serta

masyarakat dalam penyelenggaraan negara. Pemberian ruang kepada masyarakat

untuk berperan serta ini sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara

demokrasi. Prinsip ini mengharuskan penyelenggara negara (pemerintahan)

membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,

jujur, dan tidak diskriminatif mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa.

Arti penting partisipasi dapat dilihat dari manfaatnya dalam meningkatkan

kualitas keputusan yang dibuat karena didasari oleh kepentingan dan pengetahuan

riil yang ada didalam masyarakat. Partisipasi juga bermanfaat dalam membangun

komitmen masyarakat untuk membantu penerapan suatu keputusan yang telah

dibuat.

Mengingat fungsi dan manfaat yang dipetik darinya, kini partisipasi tidak

lagi dipandang sebagai kesempatan yang diberikan oleh pemerintah justru sebagai

hak masyarakat dalam keikutsertaan berdemokrasi.

Ada 2 cara untuk melibatkan keikutsertaan masyarakat yaitu:

1. Survei dan Konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang

diperlukan.

2. Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberi peluang

yang semakin besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi.

Page 22: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan orang yang memiliki tatanan kehidupan di

suatu wilayah yang hidup saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Defenisi

lain masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu

system yang berkelanjutan dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Dalam setiap tatanan masyarakat akan selalu membutuhkan suatu aturan

yang berbeda dalam penerapannya dan biasanya aturan tersebut disebut sebagai

sebuat aturan dengan mengambil dan menjunjung kepentingan bersama yang

dirumuskan dalam suatu peraturan bersama yang disusun berdasarkan aspirasi

masyarakat.

Mac Iver dan Page yang kutip oleh Soerjono Soekanto (2006:22)

memaparkan, masyarakat adalah suatu system dari kebiasaan, tata cara dari

kewenangan dan kerjasama antar berbagai kelompok, penggolongan dan

pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia masyarakat.

Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, hidup

bersama ini dengan artian bahwa masyarakat hidup dalam satu tatanan kehidupan

pergaulan dan keadaan ini akan terbentuk apabila manusia melakukan hubungan

atau interaksi.

A. Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan

demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa. (PP No.72 Tahun 2005 tentang Desa)

Page 23: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) pada dasarnya merupakan penjelmaan

dari segenap warga masyarakat dan merupakan lembaga tertinggi ditingkat desa

yang berfungsi untuk menetapkan peraturan desa bersama kepala desa,

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat yang merupakan perwujudan

demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang

di dalamnya mengatur tentang Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan

Desa serta dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa maka Peraturan Daerah yang mengatur tentang pedoman

pembentukan Badan Permusyawaratan Desa disesuaikan pula dengan Peraturan

Pemerintan tersebut.

Pasal 200, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, menjelaskan bahwa :

“Dalam pemerintahan daerah Kabupaten/Kota dibentuk pemerintahan Desa yang

terdiri dari pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)”.

Sedangkan dalam pasal 209 lebih lanjut dinyatakan bahwa Badan

Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan Desa bersama Kepala

Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Dengan demikian

diharapkan dapat meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa yang

demokratis yang mencerminkan kedaulatan rakyat.

Atas fungsi tersebut BPD mempuyai kewenangan :

a. Membahasa rencana peraturan desa bersama kepala desa;

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan

kepala desa;

Page 24: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa;

d. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi

masyarakat, dan;

e. Menyusun tata tertib BPD

Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan

keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.

Anggota BPD terdiri atas Ketua Rukun warga, Pemangku adat, golongan propesi,

pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lain. Pimpinan BPD terdiri

dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua, dan 1 (satu) orang sekretaris.

Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam rapat

BPD yang diadakan secara khusus. Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk

pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda.

BPD mempunyai hak

1. Meminta keterangan kepada pemerintah desa; dan

2. Menyatakan pendapat.

Anggota BPD mempunyai hak :

1. Mengajukan rancangan peraturan desa;

2. Mengajukan pertanyaan;

3. Menyampaikan usulan dan pendapat;

4. Memilih dan dipilih; dan

5. Memperoleh tunjangan.

Anggota BPD mempunyai kewajiban :

Page 25: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

1. Mengamalkan Pancasila, Melaksanakan Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-

undangan;

2. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

desa;

3. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia;

4. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat;

5. Memproses pemilihan kepala desa;

6. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan

golongan;

7. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat;

dan

8. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga

kemasyarakatan.

Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/

diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Jumlah anggota

BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling

banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah

penduduk, dan kemampuan keuangan desa. Peresmian anggota BPD ditetapkan

dengan Keputusan Bupati. Anggota BPD sebelum memangku jabatannya

Page 26: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan

dipandu oleh Bupati.(PP 72 Tahun 2005 tentang Desa)

Desa

Desa di Indonesia sudah ada sebelum Indonesia merdeka, bahkan sebelum

adanya penjajahan. Keberadaan desa merupakan suatu bentuk kehidupan yang

saling mengenal, hidup gotong royong, memiliki adat istiadat yang relatif sama

dan mempunyai tata cara tersendiri dalam mengatur kehidupan

kemasyarakatannya yang terbentuk dari rasa kekeluargaan dan kebersamaan

dalam menjalin persatuan dan kesatuan sehingga menjadi cikal bakal terbentuknya

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan

untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal usul dan adat

istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah

Kabupaten.

Desa memiliki kewenangan sesuai yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yakni;

1. menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak

asal usul.

2. menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada kepala desa,

yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan

pelayanan masyarakat.

Page 27: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah

Kabupaten/ Kota.

4. Urusan pemerintahan lainya yang oleh peraturan perundang-undangan

diserahkan kepada desa.

Desa menurut H.A.W. Widjaja (2003:3), bahwa desa adalah sebagai

kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal

usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan

desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat.

Keberadaan desa sebagai lembaga pemerintahan maupun sebagai entitas

kesatuan masyarakat hukum adat menjadi sangat penting dan strategis. Sebagai

lembaga pemerintahan desa sebagai ujung tombak pemberi layanan kepada

masyarakat, sedangkan sebagai entitas kesatuan masyarakat hukum, desa

merupakan basis sistim kemasyarakatan bangsa Indonesia sehingga dapat menjadi

landasan yang kuat bagi pengembangan sistim politik, ekonomi, sosial budaya dan

hankam yang stabil dan dinamis.

Defenisi desa dalam konteks Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005

tentang Pemerintah Desa, disebutkan bahwa :

“Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

Page 28: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara kesatuan

Republik Indonesia.”

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai revisi Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tidak mengubah secara substansi ketentuan mengenai

desa. Rumusan ini hampir sama dengan pengertian desa sebagaimana yang

tertuang dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, hal yang membedakan

adalah hilangnya anak kalimat dibawah Kabupaten. Jadi baik Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

menentukan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum berdasarkan asal usul dan

adat istiadatnya.

Peraturan desa

Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,

mengatur bahwa desa mempunyai wewenang mengatur dan mengurus masyarakat

setempat sesuai dengan asal usul dan adat istiadat setempat. Dalam rangka

mengatur dan urusan masyarakat tersebut pemerintahan desa dapat membuat

Peraturan Desa.

Peraturaan desa adalah bentuk regulasi yang dikeluarkan Pemerintah Desa

yang ditetapkan oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaran Desa (BPD)

sebagai bentuk penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi dengan memperhatiakn kondisi sosial budaya masyarakat desa

setempat. (pasal 55 PP No 72 tahun 2005).

Peraturan desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa,

dengan demikian maka pemerintahan desa harus merupakan penjabaran lebih

Page 29: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan tidak boleh

bertentangan dengan kepentingan umum dan atau peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi serta harus memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat

desa setempat dalam upaya mencapai tujuan pemerintahan, pembangunan dan

pelayanan masyarakat jangka panjang, menengah dan jangka pendek.

Peraturan desa yang dibuat hendaknya mempertimbangkan kebutuhan dan

kemampuan masyarakat untuk melaksanakannya, maka dari itu peraturan desa

haruslah benar-benar memperhatikan aspirasi masyarakat.

Pemberlakuan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah yang baru

melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

tetap mengakui dan menguatkan Peraturan Desa.

Definisi ini juga yang digunakan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 72

Tahun 2005 yang merupakan pengaturan lebih lanjut tentang Desa.

Dalam Undang-undang tentang pembentukan Peraturan Perundang-

undangan yang baru pada pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

Peraturan Desa dikeluarkan dari hierarkhi peraturan perundang-undangan, tetapi

tetap diakui keberadaannya yang tertuang di pasal 8 ayat (1) Undang-undang

Nomor 12 tahun 2011. Yang keberadaanya diakui dan mempunyai kekuatan

hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

Peraturan desa ditetapkan oleh Kepala Desa bersama Badan

Permusyawaratan Desa. Peraturan desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan

Page 30: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial

budaya masyarakat desa setempat.

Tingkat kepentingan dalam penyusunan Peraturan desa ini hendaklah dilihat

dari kerangka kepentingan sebagian besar masyrakat setempat agar peraturan desa

tersebut dapat benar benar mewakili aspirasi masyarakat. Dalam hal ini

masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka

penyiapan atau pembahasan rancangan peraturan desa dan peraturan desa dilarang

bertentangan dengan kepentingan umum dan atau peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi.

Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

Desa Toapaya Selatan berada diwilayah kerja Pemerintah Kabupaten Bintan

Propinsi kepulauan Riau, dengan luas Wilayah 9.180 km2 dan dihuni oleh

penduduk sekitar 4.171 jiwa, dengan batas-batasan :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Toapaya Asri

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sei Lokap.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gunung Kijang.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pinang kencana-Pemerintah

Kota Tanjungpinang Pinang

Dilihat topografi Desa Toapaya Selatan, kondisi alamnya yang agak

berbukit dengan kontur tanah dominan mengandung podolsit (tanah liat), serta

disebagian wilayah dengan kondisi rawa-rawa yang melalui sungai-sungai kecil.

Desa Toapaya Selatan secara klimatologis beriklim tropis, yang secara umum

memiliki iklim yang sama di Indonesia. Dua musim yaitu musim hujan dan musin

Page 31: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

kemarau dengan tempratur rata-rata terendah 23,9 ˚C dan tertinggi rata-rata 31,87

˚C, dengan kelembapan udara ± sekitar 85 %. (profil Desa Toapaya Selatan, 2011)

Sungai yang terdapat di Desa Toapaya Selatan merupakan sungai pasang

surut air laut yang bercampur dengan air paya pada hulunya yang banyak

dijumpai hutan bakau (mangrove ) disepanjang sungai.

Kondisi Demografi

Penduduk atau masyarakat merupakan salah satu alasan pemekaraan

wilayah oleh Desa Toapaya Selatan, sebagai pemegang peranan penting dalam

proses kemajuan suatu daerah dengan diimbangi oleh sumber daya manusia yang

berkualitas dan berkuantitas. Sejak terbentuknya Desa Toapaya Selatan melalui

pemekaran wilayah dengan keputusan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan

Riau Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pembentukan Desa Kuala Sempang, kelurahan

Teluk Lobam di Kecamatan Gunung Kijang yang selanjutnya melalui Peraturan

Dearah Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun 2007 tanggal 23 Agustus 2007

dimekarkan menjadi Kecamatan Toapaya Selatan dimana masayarakat Desa

Toapaya Selatan merupakan masyarakat majemuk dengan berbagai etnis suku

bangsa.

Berdasarkan hasil pengumpulan data dikantor pemerintahan desa di Desa

Toapaya Selatan jumlah penduduk desa 4.171 jiwa terbagi dalam 996 kepala

keluarga yang masing-masing wilayah diketua oleh dua kepala dusun yang

bertanggungjawab langsung kepada Kepala Desa, 18 Rukun Tetangga (RT) dan 5

Rukun Warga (RW). Mayoritas penduduk Desa Toapaya Selatan merupakan

Page 32: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti suku Jawa,

Sunda, Cina, Padang, Batak, dll.( (data monografi Desa Toapaya Selatan)

Sebaran penduduk bukan masyarakat tempatan di Desa Toapaya Selatan

lebih mendominasi tinggal didaratan yang berprofesi sebagai buruh, peternak ikan

lele, peternak ayam ras, petani, pedagang, pegawai pemerintahan dan pegawai

swasta. Sedangkan masyarakat melayu tempatan hanya sedikit yang bertempat

tinggal di pinggiran sungai atau pinggiran laut yang berprofesi sebagai nelayan.

Tabel 2.

Jumlah Penduduk Desa Toapaya Selatan Berdasarkan

Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin

1. Jumlah Penduduk menurut Kepala Keluarga 996 KK

2. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

2.1. Laki-Laki

2.2. Perempuan

2.260 jiwa

1.911 jiwa

Jumlah 4.171 jiwa

Sumber Data : Desa Toapaya Selatan ,2013.

Tabel.3.

Jumlah Penduduk Desa Toapaya Selatan berdasarkan umur

NO UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 0 – 5 193 197 390

2 6 – 12 307 254 561

3 13 – 15 109 96 205

4 16 – 18 97 79 176

5 19 – 25 241 220 461

Page 33: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

6 26 – 40 649 615 1.264

7 41 – 49 261 225 486

8 50 – 59 146 100 246

9 60 – 69 70 74 144

10 70 + 44 22 66

JUMLAH 2.117 1.882 3.999

Sumber Data : Desa Toapaya Selatan, 2013.

Dilihat tabel 3 di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Toapaya

Selatan sebagian besar berumur 26-40 tahun, ini menunjukkan bahwa penduduk

Desa Toapaya Selatan masih pada usia produktif. Dengan kondisi seperti ini

Pemerintah Desa dapat meningkatkan pembangunan partisipatif yaitu

pembangunan dengan dasar sukarela dan kesadaran sendiri untuk berpartisipasi

dalam pembangunan. Peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan

cara musyawarah desa yang melibatkan masyarakat, meningkatkan keterampilan

masyarakat, pembinaan usaha-usaha masyarakat dan membantu menyalurkan

hasil usaha masyarakat dengan mendirikan koperasi unit desa dan sebagainya.

Kondisi Sosekbud

1. Pendidikan

Pendidikan mempunyai peran dalam menyiapkan sumber daya manusia

dalam proses pembangunan. Berhasil atau tidaknya pembangunan suatu daerah

setidaknya banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Semakin

maju pendidikan berarti akan membawa berbagai pengaruh positif bagi masa

depan berbagai bidang kehidupan. Dengan tingkat pendidikan yang memadai akan

terciptanya pola pikir masyarakat untuk membangun desanya. Pendidikan

merupakan proses aktualisasi diri terhadap potensi kemampuan manusia untuk

Page 34: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

diwujudkan kedalam tujuan yang akan diwujudkan dan juga dapat diarahkan

kepada usaha-usaha pembangunan kepribadian bangsa.

Demikian pentingnya peranan pendidikan, tidaklah mengherankan kalau

pendidikan senantiasa banyak mendapat perhatian dari pemerintah maupun

masyarakat. Dengan pendidikan pola pikir dan cara pandang seseorang akan lebih

maju untuk memajukan atau mensejahterakan kehidupannya.

Pada tabel 4 dibawah ini dapat dilihat karakteristik pendidikan masyarakat

Desa Toapaya selatan.

Tabel 4. karakteristik pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Masyarakat Jumlah

1 Tidak Pernah Sekolah 120

2 Tidak Tamat Sekolah Dasar 215

3 Tamat Sekolah Dasar 199

4 Tamat Sekolah Menengah Pertama 423

5 Tamat Sekolah Menengah Atas 299

6 Menselesaikan D1-D2-D3 13

7 Menyelesaikan Sarjana 8

Sumber Data : Desa Toapaya Selatan, 2013.

Dari data tabel di atas dapat ditarik asumsi bahwa tingkat pendidikan di

Desa Toapaya Selatan sudah cukup baik ini dapat dilihat dari rata-rata tingkat

pendidikannya yang telah mengikuti program pemerintah wajib belajar 9 tahun.

Page 35: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Dengan tingkat pendidikan yang cukup baik ini sangat membantu dalam

proses pembangunan di Desa Toapaya Selatan karena kualitas sumber daya

manusianya sudah memadai.

2. Agama

Kondisi sosial masyarakat juga ditandai dengan kehidupan beragama.

Agama memberikan tuntunan yang jelas bagi manusia, mana yang baik, mana

yang tidak baik (buruk), nama yang harus dikerjakan, mana yang harus

ditinggalkan. Desa Toapaya Selatan yang berpenduduk 4.171 jiwa menganut

beragam kepercayaan atau agama. Keragaman agama yang dianut masyarakat

Desa Toapaya Selatan dapat diliat dari tabel dibawah ini;

Tabel 5. Sebaran agama

No Agama Jumlah (Jiwa) %

1 Islam 3.746 86,97%

2 Katholik 124 3,80%

3 Kristen Protestan 23 0,70%

4 Hindu - -

5 Budha 278 8,50%

Jumlah 4.171 100

Sumber data: Desa Toapaya Selatan 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Toapaya

Selatan penduduknya mayoritas beragama islam. Semua pemeluk agama hidup

secara damai hormat menghormati antar sesama pemeluk agama dan menyadari

begitu pentingnya warna kehidupan. Idealnya manusia harus belajar menghargai

perbedaan yang ada, karena hanya jalan seperti itulah harmonisasi kehidupan

bermasyarakat dan warna dari keanekaragaman akan benar-benar terjaga.

Page 36: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Manusia juga semestinya mengerti, sepenting rasa butuhnya pada orang

lain, sepenting itu menumbuhkan perasaan aman dalam kebersamaan hidup.

Karena dirinya tidak bisa hidup tanpa eksistensi orang lain. Dengan kerukunan

dalam menjalankan agama akan terciptanya suatu ketenteraman antar sesama

sehingga masyarakat dapat dengan aman dan damai untuk ikut turut serta dalam

pembangunan.

3. Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi sangat berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan hidup

sehari-hari. Keadaan sosial ekonomi masyarakat Desa Toapaya Selatan erat

kaitannya dengan mata pencarian atau pendapatan masyarakat. Pendapatan

merupakan hal mendasar dalam pemenuhan kebutuhan hidup yang dilandaskan

dengan pekerjaan seseorang dan faktor alam juga dapat berpengaruh terhadap

mata pencarian masyarakat setempat.

Pekerjaan masyarakat Desa Toapaya Selatan beragam, seperti petani, nelayan,

buruh perkebunan, buruh bagunan, peternak ikan lele, peternak ayam ras,

pedagang, wiraswasta, pegawai swasta dan pegawai negeri. Disamping itu juga

penduduk Desa Toapaya Selatan secara berkelompok membentuk kelompok-

kelompok usaha bersama seperti salah satunya kelompok bersama dalam usaha

peternakan ikan lele.

Dalam kehidupan sosial yang berhubungan dengan masyarakat di Desa

Toapaya Selatan terdapat beberapa perbedaan posisi atau kedudukan seseorang

maupun kelompok. Perbedaan inilah yang akan membentuk lapisan sosial

dimasyarakat yang berhubungan langsung dengan kekayaan.

Page 37: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

4. Sosial Politik

Kehidupan masyarakat yang aman, tentram dan harmonis adalah dambaan

setip manusia. Sejak dibentuknya Desa Toapaya Selatan melalui pemekaran

wilayah pada tahun 2007, untuk pemenuhan pelayanan administrasi pemerintahan

maka dibentuklah organisasi pemerintahan desa yang dikepalai oleh Kepala desa

yang dipilih langsung oleh masyarakat Desa Toapaya Selatan melalui pemilihan.

Pemilihan kepala desa berlangsung dengan aman begitu juga dengan pemilihan

ketua Badan Permusyarawatan Desa, ini membuktikan bahwa kondisi sosial

politik di Desa Toapaya Selatan baik. Ini dilihat dari ada beberapa kantor-kantor

cabang kepengurusan partai politik.

Sikap ini juga tercermin dalam pemilihan kepala-kepala dearah seperti

pemilihan Gubernur Kepulauan Riau dan pemilihan Bupati Bintan yang

berlangsung tertib dan aman. Cerminan Negara demokrasi bangsa Indonesia yang

menjunjung tinggi kebersamaan walaupun ada perbedaan pendangan tergambar di

Desa Toapaya Selatan.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis dalam penelitian mengenai partisipasi

masyarakat dalam prosese penyusunan peraturan desa di di Desa Toapaya Selatan

ini adalah;

a. Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), merupakan lembaga

yang telah diamanatkan oleh UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah sebagai lembaga yang berfungsi untuk penyerapan dan penyaluran

aspirasi masyarakat, tidak berjalan sebagai mana mestinya ini terlihat,

Page 38: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

masyarakat lebih dominan menyampaikan aspirasinya kepada RT setempat.

partisipasi masyarakat desa Toapaya Selatan lebih pada partisipasi tidak

langsung.

b. Kurang optimal, penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat Desa

Toapaya Selatan, karena disampaikan pada saat kegiatan gotong royong

berlangsung dimana tidak semua masyarakat yang dapat hadir dengan alasan

kerja, sehingga aspirasi itu kurang terakomodir, sedangkan untuk

musyawarah pembahasan juga tidak semua warga yang dapat hadir sebagian

melalui perwakilan dan juga keterbatasan daya tampung tempat pertemuan/

balai desa.

c. Kurang senerginya Pemerintahan Desa Toapaya Selatan dengan masyarakat

dunia usaha dalam menerapkan Peraturan Desa yang telah ditetapkan oleh

Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sehingga dapat

memunculkan anggapan kurang baik di masyarakat baik yang terlibat

langsung maupun melalui perwakilan dalam proses penyusunan Peraturan

desa.

d. penyebab rendahnya partisipasi masyarakat adalah :

1. Kurang kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi secara langsung dalam

tahapan-tahapan pembuatan peraturan desa dikarenakan faktor pekerjaan.

2. Kurangnya sosialiasi pemerintah desa kepada masyarakat bahwa

keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan peraturan desa sangat

penting.

Page 39: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

3. Kemampuan kinerja atau sumber daya manusia yang kurang mumpuni

dalam penerapan peraturan desa yang telah dibuat, sehingga

menimbulkan perspektif negatif di manyarakat.

4. Terbatasnya daya tampung balai desa untuk bermusyawarah, ini

menyebabkan tidak bisa semua masyarakat dapat hadir untuk

menyampaikan aspirasinya secara langsung dalam proses penyusunan

peraturan desa.

Saran-saran

Saran-saran yang dapat penulis sampaikan;

a. Dalam menyusun dan membuat peraturan desa, Kepala Desa dan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) beserta perangkat-perangkatnya sebagai

lembaga yang berfungsi, salah satunya sebagai tempat masyarakat desa

untuk menyalurkan aspirasi harus berperan aktif dalam mengoptimalkan

penyerapan dan penyaluran aspirasi masyarakat desa nya, karena fungsi ini

telah diamanatkan dalam pasal 209, Undang-undang 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Desa.

b. Dalam penyerapan aspirasi masyarakat, melalui perwakilan Rukun

Tetangga (RT) sebaiknya dilakukan secara terus menerus sampai aspirasi

itu terakomodir seluruhnya yang kemudian dapat dibahas di tingkat desa.

c. Masyarakat Desa Toapaya Selatan seharusnya berperan aktif dalam

menyampaikan aspirasinya secara langsung dalam forum musyawarah

penyusunan peraturan desa agar masyarakat dapat memahami kebijakan

yang akan ditetapkan untuk kepentingan bersama.

Page 40: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

d. Dalam mengimplementasikan Peraturan desa yang telah ditetapkan kepala

desa bersama BPD di Pemerintahan Desa harus memiliki Sumber daya

manusia yang mumpuni dalam mensosialisasikan peraturan desa yang

telah ditetapkan dan pelaksanaan penerapan nya dilapangan.

e. Tersedianya alternatif lain berupa tempat untuk musyawarah sekiranya

balai desa tidak cukup untuk menampung masyarakat yang terlibat

langsung dalam bermusyawarah ditingkat desa

Page 41: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku:

Adisasmita,Rahardjo,2006,Membangun Desa Partisipatif,Graha Ilmu,Yogyakarta.

Budi Supriyanto,2009,Manajemen Pemerintahan,Jakarta:Media Berlian

Conyer, Diana,1999, Perencanaan sosial didunia ketiga, Yogyakarta,UGM Press

Diamar,son,2004,Penguruutamaan Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan

Pembangunan, Jakarta.CV.Cipruy.

Daljhoeni,N,2003,Geografi Kota dan De,Bandung, PT.Alumni.

Holil,Soelaiman, 1980,Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial,

Bandung

Hasan,Igbal.M, 2002, Metode Penelitian dan Aplikasinya,Jakarta,Ghalia

Indonesia.

Isbandi,Rukminto Adi, 2007, Perencanaan Partisipasi Berbasis Asset Komunitas:

dari Pemikiran Menuju Penerapan , Depok:FISIP UI

Kountur,Ronny,2007,Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis,

Jakarta: Penerbit PPM.

Labolo, Muhadam, 2005, Memahami Ilmu Pemerintahan,Jakarta : Grafindo

Persada.

Mikkelse,Britha,2001,Metode penelitian partisipasi dan Upaya-Upaya

Pemberdayaan, yayasan.

Moleong,Lexy J 2004,Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi,Bandung:

Remaja Rosda Karya.

--------------2005,Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya

--------------2007,Metodologi Penelitian Kualitatif,Bandung: Remaja Rosda karya.

Muluk,khairul,M.R.,2007,Menggugat Partisipasi Publik dalam Pemerintahan

Daerah,Penerbit Bayumedia Publishing dan Lembaga Penerbit dan

Dokumentasi FIA-UNIBRAW.

Manan,Bagir,2001,Menyongsong Fajar Otonomi Daerah,Pusat Studi Hukum

(PSH) Hukum UI.Yogyakarta.

Nazir, Moh,2003,Metode Penelitian,Jakarta,PT. Gholia Indonesia

Page 42: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Ndraha,Taliziduhu, 1990,Membangun Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat

Tinggal Landas,Jakarta: Rineka Cipta

Ndraha,Taliziduhu,2003,Kybernology Ilmu Pemerintahan Baru 2,Jakarta : Rineka

Cipta.

Nurcholis,Hanif, 2011,Pertumbuhan dan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

Penerbit Erlangga.

Soekanto,Soeharjo,2006,Sosiologi Suatu Pengantar,Rajawali Pers

Soetarto,Endriatmo,2009,Pembangunan Masyarakat Desa,penerbit Universitas

Terbuka

Soetrisno,Loekman,1995, Menuju Masyarakat Partisifatif, Penerbit : Kanisius

Supriyanto,Budi,2009, Manajemen Pemerintahan, CV.Media Brilian.

Surmayadi,I nyoman,2005,Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan

Pemberdayaan Masyarakat,Jakarta:CV.Citra Utama.

Sugiyono,2005,MetodePenelitian Adminstratif,Bandung:CV.Alfabeta.

Sriartha,Putu, 2004,Geografis Perdesaan dan Perkotaan, Singaraja

Widjaja ,H.A.W,2003, Otonomi Desa, Jakarta,PT.Raja Grafindo Persada.

--------------------,2008,otonomi desa merupakan otonomi yang asli dan utuh,

Jakarta: Rajawali Press

B. Peraturan perundang-undangan

Undang-undang Dasar 1945

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perudang-undangan

Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 Tentang Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Pemerintah Desa

Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Riau Nomor 8 Tahun 2005 Tentang

Pembentukan Desa Kuala Semapang, Kelurahan Teluk Lobam di

Kecamatan Gunung Kijang.

Page 43: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Pemerintahahan Daerah dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dapat ...

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Pemekaran

Kecamatan Toapaya.

Pedoman Teknik Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi Serta Ujian Sarjana

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tanjungpinang Tahun 2011.

C. Internet

Ramadhan, rizuan. 2013. Pengertian Partisipasi.

(rizuan-ramadhan.blogspot.com/2013/12/pengertian-partisipasi.html , diakses 19

Desember 2013, 10.00 Wib)