Cara Mengatasi 11 Masalah Komputer yang Sering Terjadi - WinPoin.pdf
Apakah Sertifikasi Guru Mengatasi Masalah Tanpa Masalah Atau Meengatasi Masalah Dengan Masalah
-
Upload
muhammad-qoes-atieq -
Category
Documents
-
view
36 -
download
5
Transcript of Apakah Sertifikasi Guru Mengatasi Masalah Tanpa Masalah Atau Meengatasi Masalah Dengan Masalah
APAKAH SERTIFIKASI GURU MENGATASI MASALAH TANPA MASALAH atau MeENGATASI MASALAH DENGAN
MASALAH?
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahSalah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu
guru. Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru
mengajar. Menurut Balitbang Depdiknas, guru-guru yang layak mengajar untuk
tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%. Guru SMP negeri
54,12%, swasta 60,99%, guru SMA negeri 65,29%, swasta 64,73%, guru SMK negeri
55,91 %, swasta 58,26 %.
Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan
rendahnya kualitas guru ini adalah dengan mengadakan sertifikasi. Dengan adanya
sertifikasi, pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat dan pada gilirannya
mutu pendidikan nasional akan meningkat pula.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. SertifikasiMerujuk pada ketentuan pasal 42 ayat (1) UU Sisdiknas, menuntutbahwa guru
dan dosen wajib memiliki sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuanuntuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.22 Istilah sertifikasi dalam kamus berarti surat keterangan
(sertifikat) darilembaga berwenang yang diberikan kepada jenis profesi dan
sekaliguspernyataan (lisensi) terhadap kelayakan profesi untuk melaksanakan
tugas.Sedangkan dalam pasal 1 ayat (7) dijelaskan bahwa sertifikasi guru adalah
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Dasar hukum tentangperlunya
sertifikasi guru dinyatakan dalam pasal 8 UU Nomor 14 Tahun 2004 tentang guru dan
dosen, bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memilikikemampuan guna mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.23Sedangkan kita lihat dalam pasal 1 ayat (12), bahwa
sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru
sebagaitenaga professional. Sedangkan dalam pasal 11 ayat (2), menyatakan sertifikat
pendidikan tersebut hanya dapat diperoleh melalui program sertifikasi. Secara khusus
sertifikat pendidik adalah bukti formal dari pemenuhan dua syarat, yaitu kualifikasi
akademik minimum dengan penguasaan kompetensi minimal sebagai guru. Dengan
demikian dapatlah disimpulkan bahwa sertifikat pendidik adalah surat keterangan
yang diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi
sebagai bukti formal kelayakan profesiguru, yaitu memenuhi kualifikasi pendidikan
minimum sebagai agenpembelajaran.
Program sertifikasi yang dicanangkan oleh pemerintah pada dasarnya
merupakan sebuah program yang lebih mengarah pada upaya peningkatan hasil proses
pembelajaran dengan mengkondisikan guru-gurunya sebagai tenaga-tenaga pendidik
yang berkompeten terhadap bidangnya. Kompeten dalam hal ini diartikan mampu
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaiguru secara profesional dengan
langkah-langkah yang strategis. Guru yanglayak bersertifikat adalah guru-guru yang
mempunyai kemampuan khususnya yang dapat menunjang ketuntasan proses
pembelajaran. Oleh karena itulah, maka sangat diharapkan adanya guru-guru yang
kreatif dalam menjalankan tugasnya sehingga jelas-jelas terlihat kelayakannya dalam
melaksanakan tugas pembelajarannya.Pada dasarnya setiap guru mempunyai
kemampuan sedemikian rupasehingga dapat memberikan proses pembelajaran sebaik-
baiknya untuk anak didiknya. Kemampuan ini selanjutnya menjadi ciri khas yang
dimiliki olehguru dalam pandangan anak didik. Guru yang satu dengan guru yang
lainnya tentunya sangat berbeda sehingga hasil prosesnya juga berbeda-beda.
Tetapihal ini tidak menjadi permasaalahan sebab dengan demikian, maka
terciptalahsebuah keberagaman kemampuan anak didik dan selanjutnya hal tersbeut
menjadikannya ketuntasan pembelajaran secara menyeluruh pada anak didik.
B. Tujuan Sertifikasi
C. Problematika guru
1. Problem pertama guru yang terlihat jelas sekarang ini adalah kurangnya minat guru untuk meneliti. Banyak guru yang malas untuk meneliti di kelasnya sendiri dan terjebak dalam rutinitas kerja sehingga potensi ilmiahnya tak muncul kepermukaan. Banyak guru menganggap kalau meneliti itu sulit. Sehingga karya tulis mereka dalam bidang penelitian tidak terlihat sama sekali. Padahal setiap tahun, depdiknas selalu rutin melaksanakan lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran (LKGDP) tingkat nasional yang diselenggarakan oleh direktorat Profesi Guru.
Biasanya para guru akan sibuk meneliti bila mereka mau naik pangkat saja. Karenanya guru harus diberikan bekal agar dapat melakukan sendiri Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
2. Problem kedua guru adalah masalah kesejahteraan. Guru sekarang masih banyak yang belum sejahtera. Terlihat jelas dikotomi antara guru berplat merah (Baca PNS) dan guru berplat hitam (baca Non PNS). Banyak guru yang tak bertambah pengetahuannya karena tak sanggup membeli buku. Boro-boro buat membeli buku, untuk biaya hidupnya saja mereka sudah kembang kempis.
Kenyataan di masyarakat banyak pula guru yang tak sanggup menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi, karena kecilnya penghasilan yang didapatnya setiap bulan. Dengan adanya sertifikasi guru dalam jabatan, semoga kesejahteraan guru ini dapat terwujud.
Biar bagaimanapun juga profesi guru adalah pilar terpenting untuk kemajuan bangsa. Oleh karena itu sudah sepantasnya apabila profesi ini lebih diperhatikan, terlebih kesejahteraannya. Tetapi, jangan karena kesejahteraan kurang kemudian kreativitas
guru menjadi mati. Coba lihat guru-guru di daerah terpencil. Berapakah gaji mereka? Saya rasa nggak seberapa. Tapi loyalitasnya terhadap pendidikan begitu sangat luar biasa. Bahkan ketika saya bertemu dengan ibu Muslimah (Laskar Pelangi) yang asli, beliau mengatakan kalau guru sekarang harus punya komitmen dan dedikasi yang tinggi.
Banyak contoh lain dari kehidupan guru yang meskipun kesejahteraannya kurang, tapi komitmen terhadap pendidikan tetap tinggi. Sebaliknya berapa banyak guru yang gajinya sudah tinggi tapi tetap ogah-ogahan mengajar. Semua ini berpulang kembali pada mentalitas kita.
Problem ketiga dari guru adalah kurang kreatifnya guru dalam membuat alat peraga atau media pembelajaran. Selama ini masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah saja dalam pembelajarannya, tak ada media lain yang digunakan sebagai alat Bantu pembelajaran. Mereka tak pernah berpikir untuk membuat sendiri media pembelajarannya. Kalau saja para guru kreatif, pasti akan banyak ditemukan berbagai alat peraga dan media yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan materi pembelajarannya. Guru yang kreatif tak akan pernah menyerah dengan keadaan. Kondisi minimnya dana justru membuat guru itu kreatif memanfaatkan sumber belajar lainnya yang tidak hanya berada di dalam kelas, seperti : Pasar, Museum, Lapangan olahraga, Sungai, kebun, dan lain sebagainya.
Profesionalitas guru dalam menciptakan proses dan luaran pendidikan persekolahan yang bermutu merupakan prasyarat mutlak demi terwujudnya sumber daya manusia Indonesia yang kompetitif dan mandiri di masa datang. Oleh karena itu diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan kontinyu bagi peningkatan dan pengembangan kemampuan profesional guru.
Untuk mengatasi problematika guru di atas, diperlukan kerjasama dari kita semua untuk dapat saling membantu agar guru mampu meneliti, mendapatkan income tambahan dari keprofesionalannya, dan menyulut guru untuk kreatif dalam mengembangkan sendiri media pembelajarannya. Bila itu semua dapat terwujud, maka kualitas pendidikan kita pun akan meningkat.
D. Dampak positif dan negatif sertifikasiE. Sertifikasi dari sudut pandang agama islamF. Solusi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan