APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

29
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS BENDA MODEL DAN BENDA NYATA PADA SISWA KELAS TGB1 SMK NEGERI 1 ADIWERNA TAHUN 2008/2009 Aris Sulistyanto *) Abstrak: Pembelajaran menggambar konstruksi bangunan gedung seharusnya dilakukan dengan menggunakan metode yang efektif agar setiap siswa yang mengikuti benar-benar memahami dan menguasai setiap kompetensi yang diajarkan sehingga diharapkan lulusan Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan siap untuk bekerja di bidangnya.Kurang optimalnya hasil pembelajaran menggambar konstruksi bangunan Gedung disebabkan oleh partisipasi dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang kurang. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan suatu tindakan yang dapat mendorong para siswa agar aktif berpartisipasi saat mengikuti pembelajaran. Salah satu metode yang digunakan adalah dengan pembelajaran) Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis benda model dan benda nyata. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI TGB1 SMK Negeri 1 Adiwerna tahun 2008/2009 dengan jumlah siswa 32 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah diskriptif komparatif dengan membandingkan nilai tugas awal dan nilai tugas antarsiklus dengan indikator kinerja yang ditetapkan. Hasil observasi dan refleksi dianalisis dengan diskriptif komparatif yang dilakukan secara kolaborasi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan hasil analisis data menunjukan adanya peningkatan hasil yang signifikan. Ketuntasan klasikal siklus I naik dari 81,25% menjadi 87,50% dan pada akhir siklus II menjadi 93,75% yang berarti telah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Kata kunci: pembelajaran kontekstual, benda model, dan hasil belajar tuntas. Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

description

ssa

Transcript of APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

Page 1: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR KONSTRUKSI

KUDA-KUDA KAYU MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BERBASIS BENDA MODEL DAN BENDA NYATA PADA SISWA KELAS

TGB1 SMK NEGERI 1 ADIWERNA TAHUN 2008/2009

Aris Sulistyanto *)

Abstrak: Pembelajaran menggambar konstruksi bangunan gedung seharusnya dilakukan dengan menggunakan metode yang efektif agar setiap siswa yang mengikuti benar-benar memahami dan menguasai setiap kompetensi yang diajarkan sehingga diharapkan lulusan Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan siap untuk bekerja di bidangnya.Kurang optimalnya hasil pembelajaran menggambar konstruksi bangunan Gedung disebabkan oleh partisipasi dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang kurang. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan suatu tindakan yang dapat mendorong para siswa agar aktif berpartisipasi saat mengikuti pembelajaran. Salah satu metode yang digunakan adalah dengan pembelajaran) Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis benda model dan benda nyata. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI TGB1 SMK Negeri 1 Adiwerna tahun 2008/2009 dengan jumlah siswa 32 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah diskriptif komparatif dengan membandingkan nilai tugas awal dan nilai tugas antarsiklus dengan indikator kinerja yang ditetapkan. Hasil observasi dan refleksi dianalisis dengan diskriptif komparatif yang dilakukan secara kolaborasi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan hasil analisis data menunjukan adanya peningkatan hasil yang signifikan. Ketuntasan klasikal siklus I naik dari 81,25% menjadi 87,50% dan pada akhir siklus II menjadi 93,75% yang berarti telah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Kata kunci: pembelajaran kontekstual, benda model, dan hasil belajar tuntas.

PENDAHULUAN

Salah satu dari tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah menghasilkan

lulusan yang mempunyai keterampilan untuk hidup mandiri. Oleh karena itu, setiap

pembelajaran di SMK seharusnya berorientasi pada kehidupan nyata yang ada di dunia

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*) Guru di Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMKN 1 Adiwerna

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 2: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

kerja dengan menerapkan metode yang efektif dan mampu mengembangkan potensi

siswanya.

Kenyataan selama ini adalah bahwa pembelajaran di SMK masih banyak

menggunakan metode konvensional, yaitu berorientasi pada guru dan kurang

mendorong siswa untuk mengembangkan diri. Siswa cenderung hanya menerima apa

yang diterangkan oleh guru dan tidak dapat menemukan konsep sendiri, baik secara

individu atau kelompok. Guru masih mengalami kesuliatan dalam menerapkan metode

pembelajaran yang efektif dan belum mampu mengembangkan potensi siswanya.

Hanya beberapa orang siswa dalam satu kelas yang berani bertanya dan sangat jarang

anak yang mengemukakan ide atau gagasannya termasuk memprotes kesalahan yang

diperbuat oleh temannya. Apabila sesekali guru meminta siswa mengerjakan tugas

dalam kelompok, mereka hanya mengandalkan beberapa siswa yang mengerjakan

tugas dan sebagian besar lainnya pasif. Kondisi seperi itu tidak menumbuhkan sifat

kompetitif pada jiwa anak sehingga pada saat mengerjakan tugas harian mereka masih

saja ada yang mengandalkan bantuan teman. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa

pembelajaran menjadi kurang bermakna.

Mata pelajaran Menggambar Konstruksi Bangunan Gedung, salah satu mata

pelajaran pada Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan, adalah mata pelajaran

yang diharapkan dapat membekali lulusan agar siap kerja sebagai juru gambar

(drafter) ataupun pelaksana di lapangan pada pekerjaan konstruksi bangunan. Untuk

itu, dalam setiap pembelajaran seharusnya dilakukan dengan menggunakan metode

yang efektif agar setiap siswa yang mengikuti benar-benar memahami dan menguasi

setiap kompetensinya.

Salah satu kompetensi yang belum dapat dicapai secara optimal oleh siswa SMK

Negeri 1 Adiwerna adalah menggambar konstruksi kuda-kuda kayu. Padahal,

kompetensi menggambar konstruksi kuda-kuda kayu ini sangat penting untuk dikuasai

oleh para calon juru gambar dan pelaksana pekerjaan konstruksi bangunan.

Belum optimalnya pembelajaran menggambar konstruksi kuda-kuda kayu

tersebut dapat diamati dari hasil pekerjaan (gambar) siswa kelas XI TGB1, yang

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 3: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

sekadarnya dan cenderung asal sudah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum)

saja. Jarang ada siswa yang mencapai nilai dengan kriteria baik. Dari hasil

pengamatan, ternyata sebagian besar guru Menggambar Konstruksi Bangunan

Gedung, baik yang mengajar di kelas XI TGB maupun kelas XII TGB, mengajarkan

Menggambar Konstruksi Bangunan Gedung hanya sebatas teori-teori dan memberikan

contoh gambar di papan tulis dan siswa diberi tugas untuk menggambar. Metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat dikatakan monoton dan tidak nampak

adanya variasi.

Penyebab belum optimalnya pelaksanaan pembelajaran Menggambar Konstruksi

Bangunan Gedung adalah kurangnya pemahaman guru terhadap teori dan metode

pembelajaran yang ada. Hal tersebut menyebabkan guru menjadi kurang kreatif dan

belum menerapkan pembelajaran yang menarik dan bervariasi.

Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan

penerapan metode pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan

dunia nyata. Caranya ialah dengan menyajikan model di hadapan siswa atau membawa

siswa untuk melihat benda sesungguhnya. Dengan metode ini diharapkan dapat

mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki

dengan aplikasinya di lapangan. Pembelajaran seperti itu disebut pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual atau Contextual teaching and learning (CTL). Penerapan

metode pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini mengharuskan guru untuk

lebih kreatif dan inovatif dalam membuat perencanaan pembelajaran supaya dapat

mendorong siswa agar lebih aktif sehingga pada akhirnya bisa meningkatkan

keterampilan dan hasil belajar siswa.

Berdasar uraian di atas, permasalahan dan tujuan penelitian ini adalah apakah

pembelajaran Menggambar Konstruksi Bangunan Gedung khususnya kompetensi

menggambar konstruksi kuda-kuda kayu pada kelas XI TGB1 SMK Negeri 1

Adiwerna Kabupaten Tegal tahun ajaran 2008/2009 dapat ditingkatkan melalui

pembelajaran kontekstual berbasis benda model dan benda nyata dan untuk

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 4: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

meningkatkan hasil pembelajaran menggambar konstruksi kuda-kuda kayu melalui

pembelajaran kontekstual berbasis benda model dan benda nyata.

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah.

1. Siswa dapat mencapai kompetensi dasar dan meningkatkan prestasi belajar dan

kreativitas melalui pembelajaran kontekstual berbasis benda model dan benda

nyata.

2. Guru dapat membantu mengatasi kesulitan dalam pembelajaran menggambar

konstruksi bangunan gedung pada umumnya dan menggambar konstruksi kuda-

kuda kayu pada khususnya sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengubah pola dan sikap

mengajar dari hanya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator dan mediator.

3. Sekolah dapat memakai sebagai alat evaluasi untuk lebih meningkatkan kualitas

pembelajaran.

KAJIAN PUSTAKA

Menurut ahli psikologi, inti dari pengertian belajar adalah adanya suatu

perubahan (Darsono 2002). Para ahli tersebut adalah berikut ini.

1. Menurut Morris L. Biggi, belajar adalah perubahan yang menetap dalam

kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis, dan bahwa

perubahan itu terjadi pada pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau

kombinasi dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam

situasi-situasi tertentu.

2. Aaron Quinn Sartain dkk., mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan

perilaku dari hasil pengalaman dan yang termasuk dalam perubahan ini antara

lain cara merespon suatu sinyal, cara menguasai ketrampilan, dan

mengembangkan sikap terhadap suatu objek.

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 5: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

3. Menurut W.S Wingkel, belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap

Dari tiga pendapat di atas dapat dilihat adanya benang merah bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku seseorang akibat dari interaksi dengan lingkungan

sehingga hasil dari semua kegiatan belajar adalah perubahan, dari tidak tahu menjadi

tahu, dari belum paham menjadi paham, dari belum terampil menjadi trampil, dan dari

belum menguasai suatu kompetensi menjadi menguasai.

Dalam suatu proses belajar mengajar mengenai suatu kompetensi, seorang siswa

dikatan berhasil apabila siswa tersebut telah menguasai atau menuntaskan kompetensi

yang diajarkan. Siswa dapat dinyatakan tuntas menguasai suatu kompetensi jika

mencapai nilai tertentu yang telah ditetapkan, yaitu kriteria ketuntasan minimum

(KKM).

Menggambar Konstruksi Bangunan Gedung adalah salah satu mata pelajaran pada

program keahlian Teknik Gambar Bangunan yang diajarkan pada kelas XI semester

Dengan mata pelajaran ini diharapkan dapat membekali siswa agar siap bekerja pada

dunia usaha jasa konstruksi bangunan gedung. Mata pelajaran ini sangat penting bagi

lulusan SMK program keahlian Teknik Gambar Bangunan. Pentingnya gambar teknik

bagi orang yang bekerja di bidang teknik dapat disamakan dengan pentingnya menulis

bagi pengarang. Gambar teknik merupakan suatu media komunikasi yang

memungkinkan para perancang memberikan penjelasan kepada orang lain

(bukukita.com 2008).

Usaha jasa konstruksi bangunan gedung sendiri dapat diartikan sebagai bidang

usaha pengadaan bangunan gedung. Jasa pengadaan bangunan sendiri melewati suatu

proses yang dapat diurutkan secara garis besar berikut ini.

1. Tahap perencanaan atau perancangan. Pada tahap ini bangunan yang akan dibuat

dimodelkan dalam dua bentuk yaitu bentuk 2 dimensi (gambar) dan bentuk 3

dimensi (maket) yang dilengkapi dengan berbagai dokumen sebagai pendukung,

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 6: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

antara lain : Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat

(RKS), yang secara keseluruhan dokumen ini disebut dokumen perencanaan atau

biasa disebut bestek. Dokumen perencanaan ini yang nantinya dipakai sebagai

pedoman pada pelaksnaan pengadaan bangunan tersebut.

2. Tahap asembling atau perakitan. Tahap ini merupakan pekerjaan skala kecil pada

elemen bangunan seperti kuda-kuda baja, elemen pracetak, dan lain-lain, dimana

tahap ini dilakasanakan di lapangan atau di bengkel/ pabrik.

3. Tahap konstruksi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari pembuatan bangunan di

lapangan. Tahap ini dilaksanakan dengan acuan dokumen perencanaan (bestek).

Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dengan program keahlian Teknik Gambar

Bangunan dipersiapkan khususnya untuk dapat melaksanakan tahap yang pertama dari

tiga tahap di atas, yaitu tahap perencanaan atau perancangan. Perencanaan atau

perancangan bangunan berdasarkan urutan kerjanya dapat dibagi atas :

1. Desain skematik/ schematic design, yaitu tahap perancangan awal yang

menghasilkan gambar ide dari bangunan yang akan dibuat.

2. Perancangan awal/ priliminary design, yaitu tahap perancangan yang lebih matang,

yang memberikan gambaran bangunan secara lebih jelas dan terukur meskipun

belum detail.

3. Pengembangan rancangan/ design development, adalah merupakan tahap

pengembangan rancangan awal menjadi lebih detail. Pada tahap ini standar

penggambaran bangunan masih sangat bervariasi, karena gambar hanya akan

dikomunikasikan kepada pemilik untuk meyakinkan desain.

4. Gambar kerja/ working drawing, yaitu gambar akhir perancangan yang dapat

menggambarkan secara detail hasil rancangan dan siap untuk diserahkan kepada

pihak lain untuk ditindaklajuti. Gambar ini nantinya akan dipakai sebagai bahan

tender konstruksi, dikekomunikasikan kepada cost estimator untuk dihitung

kebutuhan biayanya dan kepada kontraktor untuk dilaksanakan. Oleh karena itu,

standar gambar kerja bangunan harus bersifat universal untuk menghindari

kesalahpahaman.

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 7: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

Ruang lingkup pekerjaan standarisasi kompetensi bidang gambar bangunan

dibatasi pada bidang keilmuan Arsitektur dan Struktur Gedung, dan juga pada fase

produksi gambar kerja, gambar pelaksanaan, dan gambar terbangun..

Disamping itu pembagian bidang gambar bangunan juga dibedakan atas dasar

teknik atau cara penggambaran. Teknik penggambaran secara garis besar dibagi atas

dua, yakni manual dan digital. Manual adalah penggambaran yang dilakukan dengan

peralatan gambar manual, biasanya memakai rapido, pinsil, segitiga, dan peralatan

tulis atau gambar lainnya. Digital adalah penggambaran dengan menggunakan

komputer, dengan output gambar digital.

Kompetensi pada mata pelajaran Menggambar Konstruksi Bangunan Gedung

yang diberikan kepada siswa kelas XI TGB semester 2 masih menggambar secara

manual. Sesuai silabus pada program keahlian Teknik Gambar Bangunan menggambar

konstruksi kuda-kuda kayu, merupakan salah satu kompetensi yang harus disampaikan

kepada siswa pada kelas XI semester 2. Yang dimaksud dengan kuda-kuda kayu

adalah suatu sistem konstruksi penyangga atap yang berbentuk segi tiga atau gabungan

beberapa segi tiga yang berbahan kayu.

Kompetensi menggambar konstruksi kuda-kuda kayu, terbagi atas beberapa

subkompetensi adalah menggambar rencana kuda-kuda kayu, menggambar detail

sambungan antara kaki kuda-kuda dengan balok tarik, menggambar detail sambungan

antara kaki kuda-kuda dengan tiang kuda-kuda, menggambar detail sambungan antara

tiang kuda kuda dengan balok tarik, menggambar detail sambungan antara kaki kuda-

kuda dengan balok sokong, dan menggambar detail sambungan antara balok sokong

dengan tiang kuda-kuda.

Yang dimaksud pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang

holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami suatu materi pelajaran

dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari yang nyata

sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan

dari satu masalah ke masalah lainnya. Ada beberapa faktor yang menentukan

keberhasilan suatu pembelajaran, yaitu kurikulum, program pengajaran, kualitas

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 8: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

pengajar (guru), strategi pembelajaran, materi pelajaran, sumber belajar, media

pembelajaran, alat evaluasi, dan pendekatan pembelajaran.

Pendekatan dalam suatu pembelajaran merupakan salah satu faktor yang cukup

penting. Menurut Muslich (2007), ada dua hal mengapa suatu pendekatan dalam

pembelajaran dikatakan penting. Pertama , penentuan isi program, materi

pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar, dan teknik/ bentuk penilaian

harus dijiwai oleh pendekatan yang dipilih. Kedua, salah satu acuan untuk menentukan

keseluruhan tahapan pengelolaan pembelajaran adalah pendekatan yang dipilih.

Menggambar bangunan gedung adalah adalah suatu kompetensi yang

membutuhkan kemampuan dalam menghubungkan antara materi pembelajaran

dengan bagaimana pemanfaatannya di lapangan. Salah satu pendekatan yang sesuai

adalah pembelajaran konstekstual atau contextual teaching and learning (CTL).

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (US Departement of Education

Office of Vocational and Adult Education and the National School to Work Office

dalam http:/www.contextual.org/19/10/2001 dalam Mansur Muslich:2007).

Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar (Nurhadi dalam Muslich:2007).

Menurut Depdiknas (dalam Sudrajat 2008), pembelajaran kontekstual adalah

merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa

untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan

materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial,

dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara

fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke

permasalahan/ konteks lainnya.

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 9: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

Salah satu komponen dasar dari pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme,

yaitu membangun pemahaman siswa dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan

awal., siswa juga membangun pengetahuan dan ketrampilan baru melalui pengalaman

dan kenyataan atau fakta-fakta yang dilihat dan dialami. Untuk itu, dalam

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini guru diharapkan secara kreatif dan

inovatif menggunakan media belajar berupa benda model ataupun mengajak siswa

untuk melihat kondisi nyata di lapangan.

Center for Occupational Research (COR) di Amerika menjabarkan konsep

pembelajaran kontekstual menjadi lima bagian.

1. Relating adalah bentuk belajar dengan konteks kehidupan atau pengalaman nyata,

artinya bahwa pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan antara

kondisi dan situasi di lapangan dengan informasi baru untuk dipahami.

2. Experiencing adalah belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan.

Artinya bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa dalam

pembelajaran yang mengutamakan proses berpikir kritis melalui siklus inquiry.

3. Appliying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar dalam penggunaan

sehari-hari di lapangan.

4. Cooperating adalah belajar dalam bentuk saling berbagi pengetahuan dan

pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi.

5. Transfering adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan dan

pengalaman berdasarkan konteks sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan

dan pengalaman baru.

Beberapa ahli sependapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

melibatkan tujuh komponen utama.

1. Constructivism (Konstruktivisme, membentuk, membangun)

Inti dari komponen ini adalah terbangunnya pemahaman pada diri siswa itu

sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif pengetahuan dan ketrampilan baru dari

pengalaman yang bermakna, berdasarkan pengetahuan awal. Komponen ini

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 10: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

menekankan bahwa pembelajaran harus dikemas menjadi megkontruksi atau

membangun bukan menerima pengetahuan.

2. Questioning (Bertanya)

Pada komponen ini, kegiatan guru adalah mendorong dan membimbing siswa

untuk memperoleh informasi, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Siswa

dalam memperoleh informasi dan pengetahuan bermula dari bertanya karena

penggalian informasi dengan bertanya akan lebih efektif. Bertanya ini dapat

dilakukan baik oleh siswa kepada guru, kepada sesama siswa atau oleh guru

kepada siswa, dan dalam konteks bertanya di sini bisa dilakukan dalam bentuk

diskusi. Kegiatan bertanya ini berguna untuk menggali informasi, mengetahui

pemahaman siswa, membangkitkan respon dari siswa, mengetahui seberapa kadar

keingintahuan siswa, memfokuskan perhatian siswa agar sesuai dengan kehendak

guru, dan dapat menyegarkan pengetahuan siswa.

3. Inquiry (Menemukan)

Yang dimaksud dengan menemukan di sini adalah bahwa pengetahuan dan

ketrampilan yang diperoleh siswa (peserta didik) bukan dari hasil mengingat

seperangkat fakta, melainkan dari menemukan sendiri fakta yang dihadapinya.

Dalam hal ini siswa didorong untuk selalu berpikir kritis.

4. Learning Community (Masyarakat Belajar)

Konsep ini menekankan adanya kerja sama antar kelompok, antara yng tahu

kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. Pada dasarnya bahwa

hasil belajar itu diperoleh dari kerja sama atau sharing dengan orang lain, dan

sharing terjadi apabila adanya saling memberi dan saling menerima informasi,

saling tukar pengalaman, berbagi ide, ada komunikasi multi arah, serta yang

terlibat dalam pembelajaran ini pada dasarnya dapat menjadi sumber belajar.

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 11: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

5. Modelling (Pemodelan)

Komponen dari pembelajaran kontekstual ini menyarankan bahwa

pembelajaran pengetahuan dan ketrampilan tertentudiikuti dengan model yang bisa

ditiru oleh peserta didik. Model yang dimaksud dapat berupa pemberian contoh

(demonstrasi) tentang misalnya cara mengoperasikan sesuatu atau menunjukkan

hasil karya. Cara pembelajaran semacam ini memungkinkan cepat dipahami

peserta didik daripada hanya penjelasan secara verbal saja.

6. Reflection (Refleksi)

Yang dimaksud refleksi di sisni adalah perenungan kembali atas pengetahuan

dan ketrampilan yang baru dipelajari atau dilatihkan Dengan merenungkan dan

memikirkan apa yang baru dipelajari, menelaah dan merespon semua kejadian,

aktivitas atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran. Peserta didik akan

menyadari bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang baru didapat merupakan

pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan dan ketrampilan yang telah

dimiliki sebelumnya.

7. Authentic Assesment (Penilaian Autentik)

Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah

proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau

informasi tentang perkembangan pengalaman belajar peserta didik. Gambaran

perkembangan pengalaman ini perlu diketahui guru setiap saat supaya dapat

memastikan benar-tidaknya proses belajar peserta didik. Penilaian autentik ini

diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah

didapat ketika atau dalam proses pembelajaran peserta didik berlangsung dan

bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.

Dalam belajar dan berlatih kompetensi menggambar konstruksi bangunan

gedung, dibutuhkan pengetahuan yang terpadu antara teori dan pelaksanaan di

lapangan. Sedangkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 12: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

suatu proses belajar yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan kondisi

nyata di lapangan.

Berdasar uraian di atas, hipotesis tindakan yang diajukan yaitu, melalui

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diduga dapat meningkatkan hasil belajar

menggambar konstruksi kuda-kuda kayu siswa kelas XI TGB1 SMK Negeri 1

Adiwerna tahun 2008/2009.

METODE PENELITIAN

Tempat penelitian tindakan kelas dilaksanakan adalah kelas XI TGB1 Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Adiwerna Kabupaten Tegal tahun pelajaran

2008/2009. Secara geografis SMK Negeri 1 Adiwerna beralamat di Jl. Raya II PO Box

24 Adiwerna, yaitu terletak diantara Kota Tegal dan Slawi. Subyek penelitian ini

adalah siswa kelas XI TGB1 SMK Negeri 1 Adiwerna tahun ajaran 2008/2009,

dengan jumlah siswa 32 orang.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas.Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dimana masing-masing siklus

dilaksanakan dalam empat tahap antara lain perencanaan, pelaksanaan, pengamatan

dan refleksi. Siklus 1 dilaksnakan selama 8 jam pelajaran dengan setiap jam pelajaran

setara dengan waktu 45 menit, dengan materi menggambar konstruksi kuda-kuda

kayu.

Indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

norma penilaian menggambar konstruksi kuda-kuda kayu dan kriteria ketuntasan

minimum (KKM) mata pelajaran Menggambar Konstruksi Bangunan Gedung, yang

telah ditetapkan pada awal tahun pelajaran 2008/2009, yaitu 72 dan ketuntasan belajar

klasikal 90%.

Penilaian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 13: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

1. Penilaian hasil menggambar konstruksi kuda-kuda kayu lengkap dengan detail

sambungan-sambungannya.

2. Penilaian minat dan sikap siswa saat pembelajaran menggambar konstruksi kuda-

kuda kayu.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dankuatitatif.

Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui tingkatmotivasi, minat, dan keaktifan

siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan metode kuatitatif digunakan untuk

menganalisis hasil atau nilai tugas dalam hal ini menggambar konstruksi kuda-kuda

kayu.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pada tahap perencanaan siklus I disusun instrumen berupa RPP dengan

kompetensi dasar menggambar detail potongan kuda-kuda dan setengah kuda-

pkuda kayu, termasuk di dalamnya adalah job sheet dan tugas menggambar detai

kuda-kuda kayu.

Proses pembelajaran pada siklus I diamati oleh observer, untuk menilai aktivitas

siswa pada saat mengikuti pembelajaran, diskusi, dan mengerjakan tugas.Dari hasil

observasi diperoleh data bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dengan

menggunakan model dan benda nyata, menunjukan adanya peningkatan aktivitas

siswa. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang berani

dalam mengemukakan pendapat dan dalam menanggapi pendapat siswa lain. Hal

ini juga dapat dibuktikan dari hasil pengamatan dari observer melalui lembar

pengamatan menunjukan peningkatan, yaitu dari 53,33% menjadi 66,67%.

Pada siklus I siswa diberi tugas untuk menggambar detail sambungan antara

kaki kuda-kuda dengan bolok tarik dan detail sambungan antara kaki kuda-kuda

dengan tiang kuda-kuda. Setelah siswa mengerjakan, hasil pekerjaan siswa dinilai,

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 14: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

dan nilai tersebut merupakan merupakan hasil belajar siswa siklus I. Adapun hasil

belajar siklus I dapat ditunjukkan dengan tabel di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Belajar Siklus I

No. Rentang Nilai

Jumlah siswa

Prosentase Keterangan

1 < 72 4 12,50% Belum tuntas

2 72 - 79 19 59.38% Tuntas

3 ³ 80 9 28,12% Tuntas

Jumlah 32 100 Ketuntasan Klasikal 81,25%

Data di atas menunjukan bahwa penerapan tindakan pembelajaran kontekstual

berbasis benda model dan benda nyata sudah terjadi peningkatan, namun belum

menunjukan hasil yang memuaskan. Hal ini diduga karena siswa belum

memperhatikan dengan seksama model detail sambungan yang disediakan. Ini

dibuktikan adanya siswa yang masih salah dalam menggambar detail sambungan

kuda-kuda kayu. Selain itu, diduga belum efektifnya guru dalam membimbing

siswa pada saat mengamati model detail sambungan kuda-kuda kayu.

Berdasarkan hasil observasi siklus I, ternyata baik proses maupun hasil belajar

belum mencapai indikator yang diharapkan. Siswa belum memanfaatkan model

detail sambungan kuda-kuda yang disediakan dalam memahami konsep-konsep

dalam dalam sambungan kuda-kuda. Keaktifan selama mengikuti pembelajaran dan

diskusi sudah cukup baik, namun belum secara optimal dikerjakan. Aktifitas guru

dalam memotivasi siswa selama mengikuti pembelajaran dan diskusi sudah baik,

namun dalam membimbing siswa pada waktu mengamati benda model dan

mengerjakan tugas belum efektif. Berdasarkan pada refleksi, yang perlu dilakukan

adalah guru harus lebih banyak memotivasi, baik dalam mengikuti pembelajaran

dan lebih intes dalam membimbing siswa pada saat mengerjakan tugas.

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 15: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

Pada siklus II, RPP disusun dengan kompetensi dasar menggambar detail

potongan kuda-kuda dan setengah kuda-kuda, dengan tugas menggambar detail

sambungan antara tiang kuda-kuda dengan balok tarik dan detail sambungan antara

kaki kuda-kuda dengan balok sokong.

Dari hasil observasi siklus II diperoleh data bahwa ada peningkatan aktivitas

siswa baik dalam mengikuti pembelajaran maupun dalam berdiskusi. Hal ini dapat

dilihat dengan semakin banyak siswa yang berani untuk mengemukakan pendapat

dan menanggapi pendapat siswa lain. Melalui lembar pengamatan diperoleh

peningkatan aktivitas siswa dari 66,67% menjadi 83,33%.

Hasil belajar siswa pada siklus II, yang berupa penilaian hasil tugas

menggambar detail sambungan antara balok tarik dengan tiang kuda-kuda dan

detail sambungan antara kaki kuda-kuda dengan balok tarik, dapat ditunjukkan

melalui tabel berikut ini.

Tabel 2. Hasil Belajar Siklus II

No. Rentang Nilai

Jumlah siswa

Prosentase Keterangan

1 < 72 2 6,25% Belum tuntas

2 72 - 79 17 53,125% Tuntas

3 ³ 80 13 40,625% Tuntas

Jumlah 32 100% Ketuntasan Klasikal 93,75 %

Tabel di atas menunjukan bahwa meskipun masih ada siswa yang belum tuntas,

namun prosentasenya rendah, yaitu 6,25% dan ketuntasan klasikalnya menjadi

93,75%, yang berarti sudah melampaui indikator yang ditetapkan. Selain itu, dapat

dilihat pula bahwa hasil belajar siswa tidak hanya sekedar mencapai batas KKM

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 16: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

saja, tetapi sudah cukup banyak yang mencapai nailai baik, yaitu sebesar kurang

lebih 40,63%.

Pada siklus II aktivitas dan motivasi belajar meningkat, siswa nampak sekali

“menikmati” pembelajaran. Ini dimungkinkan karena siswa benar-benar

memperhatikan dan melaksanakan segala instruksi dari guru, sehingga guru lebih

mudah dalam membimbing dan mengarahkan siswa, baik secara individu maupun

secara kelompok.

Pembahasan

Peningkatan hasil belajar siswa dimungkinkan karena meningkatnya aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran. Peningkatan aktivitas siswa dapat diketahui dari

hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi. Dari observasi yang

dilakukan selama dua siklus dapat dilihat adanya peningkatan dari 53,33% pada

kondisi awal menjadi 66,67% pada siklus I dan pada siklus II menjadi 83,33%,

seperti ditunjukan pada grafik di bawah ini.

Grafik 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 17: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

53.33%

66.67%

83.33%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Aktivitas siswa

Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

Selain guru dan cara mengajarnya, alat-alat pelajaran (media Pembelajaran)

sangat menentukan hasil belajar siswa. Sekolah yang memiliki alat-alat dan

kelengkapan pembelajaran disertai dengan cara mengajar guru yang bervariasi akan

mempermudah dan mempercepat belajar siswa.

Aktivitas belajar merupakan suatu proses yang timbul dari dalam. Oleh karena

itu, faktor motivasi sangat berperan dalam keberhasilan siswa dalam belajar. Ketika

guru dapat memberikan motivasi yang baik kepada siswa maka akan timbul

dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik Siswa akan menyadari betapa

pentingnya belajar dan mengetahui apa yang akan dicapai dari belajar yang mereka

dilakukan.

Dengan demikian, dengan diberikan model konstruksi kuda-kuda kayu beserta

model detail sambungan kuda-kuda kayu, sebagai alat pembelajaran, disertai

dengan pemberian motivasi yang kuat kepada siswa, terbukti dapat dipakai untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi Menggambar Rangka

Atap Sistem Kuda-kuda dari Kayu.

SIMPULAN DAN SARAN

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 18: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan

dalam proses pembelajaran kontekstual berbasis benda model dan benda nyata,

pada pelajaran Menggambar Konstruksi Bangunan Gedung pada standar

kompetensi Menggambar Rangka Atap Sistem Kuda-kuda Kayu, dapat disimpulkan

bahwa dengan pembelajaran kontekstual berbasis benda model dan benda nyata

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang selanjutnya dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

Saran

Berdasarkan simpulan diatas dapat direkomdasikankepada teman sejawat

bahwa setiap guru hendaknya menggunakan berbagai model pembelajaran yang

bervariasi agar dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Model pembelajaran hendaknya juga disesuaikan dengan materi pelajaran, dengan

demikian dapat diperoleh hasil belajar siswa sesuai dengan indikator yang telah

ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat, 2008. Pembelajaran Kontekstual. http://www.akhmadsudrajat.

Wordpress. Com. (diunduh 18 September 2009)

Ardiani Mutikasari. 2008. Mengenal Media Pembelajaran. http://edu-articles.com.

(diunduh 12 September 2009)

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009

Page 19: APADASISWAKELASTGB1SMKNEGERI1ADIWERNATAHUN20082009

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Cotextual Teaching and Learning).

Jakarta: Depdiknas.

Muslich, Masnur. 2007. KTSP, Pembelajaran Berbasis Kompetensi, dan

Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Purwnto, M. Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Rachman, Maman. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Dalam Bagan). Semarang:

Universitas Negeri Semarang.

Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Sudibyo, Pr. Suratman. 1981. Ilmu Bangunan Gedung 3. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Artikel ilmiah, aris sulistyanto,2009