Apa Sebenarnya Disleksia Itu1

6
Apa sebenarnya disleksia itu??... Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau "leksikal"). Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai Aleksia. Selain memengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditengarai juga memengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya. Anak disleksia tidak hanya mengalami kesulitan dalam membaca, tapi juga dalam hal mengeja, menulis dan beberapa aspek bahasa yang lain. Kesulitan membaca pada anak disleksia ini tidak sebanding dengan tingkat intelegensi ataupun motivasi yang dimiliki untuk kemampuan membaca dengan lancar dan akurat, karena anak disleksia biasanya mempunyai level intelegensi yang normal bahkan sebagian diantaranya di atas normal. Disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis, dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat/akurat, dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengkode symbol. Beberapa ahli lain mendefinisikan disleksia sebagai suatu kondisi pemprosesan input/informasi yang berbeda (dari anak normal) yang seringkali ditandai dengan kesulitan dalam membaca, yang dapat mempengaruhi area kognisi seperti daya ingat, kecepatan pemprosesan input, kemampuan pengaturan waktu, aspek koordinasi dan pengendalian gerak. Dapat terjadi kesulitan visual dan fonologis, dan biasanya terdapat perbedaan kemampuan di berbagai aspek perkembangan. Secara fisik penderita disleksia tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar. Apa saja klasifikasi disleksia?.. Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca). Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian

Transcript of Apa Sebenarnya Disleksia Itu1

Page 1: Apa Sebenarnya Disleksia Itu1

Apa sebenarnya disleksia itu??...Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau "leksikal").Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai Aleksia. Selain memengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditengarai juga memengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya.Anak disleksia tidak hanya mengalami kesulitan dalam membaca, tapi juga dalam hal mengeja, menulis dan beberapa aspek bahasa yang lain. Kesulitan membaca pada anak disleksia ini tidak sebanding dengan tingkat intelegensi ataupun motivasi yang dimiliki untuk kemampuan membaca dengan lancar dan akurat, karena anak disleksia biasanya mempunyai level intelegensi yang normal bahkan sebagian diantaranya di atas normal. Disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis, dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat/akurat, dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengkode symbol.Beberapa ahli lain mendefinisikan disleksia sebagai suatu kondisi pemprosesan input/informasi yang berbeda (dari anak normal) yang seringkali ditandai dengan kesulitan dalam membaca, yang dapat mempengaruhi area kognisi seperti daya ingat, kecepatan pemprosesan input, kemampuan pengaturan waktu, aspek koordinasi dan pengendalian gerak. Dapat terjadi kesulitan visual dan fonologis, dan biasanya terdapat perbedaan kemampuan di berbagai aspek perkembangan.Secara fisik penderita disleksia tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.Apa saja klasifikasi disleksia?..Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca). Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami keuslitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.Masalah_masalah saja yang sering dihadapi anak disleksia..?

1. Masalah fonologi: Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau mereka keliru memahami kata kata yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran namun berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak. 2. Masalah mengingat perkataan: Kebanyakan anak disleksia mempunyai level intelegensi normal atau di atas normal namun mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita namun tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana. 3. Masalah penyusunan yang sistematis/sekuensial: Anak disleksia mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu atau susunan huruf dan

Page 2: Apa Sebenarnya Disleksia Itu1

angka. Mereka sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan sepak bola. Padahal orang tua sudah mengingatkannya bahkan mungkin sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami kesulitan memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang jam 8 pagi. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak. 4. Masalah ingatan jangka pendek: Anak disleksia mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR matematikanya ya”, maka kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan ibunya. 5.Masalah pemahaman sintaks: Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal susunan Diterangkan–Menerangkan (contoh: tas merah), namun dalam bahasa Inggris dikenal susunan Menerangkan-Diterangkan (contoh: red bag).Kesimpulan:Disleksia adalah kesulitan membaca yang dialami oleh seorang anak disebabkan karena adanya gangguan atau rusaknya otak. Anak disleksia biasaya disleksia biasanya mempunyai level intelegensi yang normal bahkan sebagian diantaranya di atas normal. Motivasi dan dukungan dari orang tua sangat penting bagi anak disleksia

http://nersnova.blogspot.com/2012_04_29_archive.html

   Afasia

Afasia adalah istilah umum yang digunakan untuk mengacu pada gangguan berbicara karena

kerusakan otak. Penyakit yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah, tersumbatnya pembuluh darah,

atau kurangnya oksigen pada otak dinamakan stroke. Gangguan bicara yang disebabkan oleh stroke

dinamakan afasia (aphasia) (Soenjono Dardjowidjojo, 2003:214). Kerusakan dapat berasal dari dalam otak

misalnya perdarahan bagian otak atau karena tumor; atau dari luar misalnya luka di kepala. Gejala-gejala

penderita afasia sangat bervariasi dari pasien satu dengan pasien yang lain, baik dalam hal jenis dan

kerumitannya.

Afasia adalah gangguan fungsi bicara pada seseorang akibat kelainan otak. Orang yang menderita

afasia tidak mampu mengerti maupun menggunakan bahasa lisan. Penyakit afasia biasanya berkembang

cepat sebagai akibat dari luka pada kepala atau stroke, tetapi juga dapat berkembang secara lambat

karena tumor otak, infeksi, atau dementia. Evaluasi medis dari penyakit ini dapat dilaksanakan oleh ahli

penyakit saraf hingga ahli patologi bahasa.

Afasia: Gejala-gejala dan Sumber

Page 3: Apa Sebenarnya Disleksia Itu1

Hal umum untuk menandai gejala-gejala afasia yaitu dalam hal cara pengungkapan, bahwa mereka

menunjukkan aspek-aspek bervariasi dalam produksi bahasa. Beberapa penderita afasia menghasilkan

sedikit bahasa, menunjukkan kesulitan-kesulitan dalam mendeskripsikan atau mendiskusikan sesuatu, yang

seharusnya mereka ketahui dengan baik. Bahasa-bahasa atau ujaran mereka sering tidak lancar, produksi

bahasanya lambat, dengan banyak berhenti dan dengan usaha-usaha yang sungguh berat. Mereka sering

membuat kesalahan pengucapan, mengganti bunyi-bunyi dengan bunyi yang tidak sesuai, kadang-kadang

dengan pola yang tidak sesuai.

Ada pula penderita afasia yang lancar dalam berbicara, dan bentuk sintaksinya juga cukup baik.

Hanya saja, kalimat-kalimatnya sukar dimengerti karena banyak kata yang tidak cocok maknanya dengan

kata-kata lain sebelum dan sesudahnya.

 Hal ini disebabkan karena penderita afasia ini sering keliru dalam memilih kata, misalnya

kata fair digantikan dengan kata chair, carrot dengan cabbage, dan seterusnya. Ada pula penderita afasia

yang mengalami gangguan dalam komprehensif lisan. Dia tidak mudah dapat memahami apa yang kita

katakan. Selain itu masih banyak gejala lainnya.

 Afasia dan Otak

Masalah-masalah yang berkaitan dengan afasia adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan otak.

Afasia merupakan penyakit bertutur yang diakibatkan oleh kerusakan atau penyakit pada otak. Afasia

menyangkut hubungan di antara bagian-bagian otak yang rusak dengan komponen-komponen bahasa yang

normal. Afasia dapat berpengaruh terhadap fungsi dan produksi bahasa secara alamiah menjadi tidak

normal. Dapat dikatakan bahwa kerusakan bahasa disebabkan oleh kerusakan otak. Apabila hubungan ini

diketahui maka pengobatan atau penanganannya pun akan lebih mudah dilakukan.

Afasia Motorik

Afasia motorik disebabkan oleh kerusakan pada lapisan permukaan (lesikortikal) daerah Broca atau

pada lapisan di bawah permukaan (lesi subkortikal) daerah Broca atau juga di daerah otak antara daerah

broca dan daerah Wernicke (lesi transkortikal) (Chaer, 2002: 157).

Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam mengkoordinasikan atau menyusun pikiran, perasaan

dan kemauan menjadi simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain. Bicara lisan tidak lancar,

terputus-putus dan sering ucapannya tidak dimengerti orang lain. Apabila bertutur kalimatnya pendek-

pendek dan monoton. Seorang dengan kelainan ini mengerti dan dapat menginterpretasikan rangsangan yang

diterimanya, hanya untuk mengekspresikannya mengalami kesulitan. Jenis afasia ini juga dialami dalam

menuangkan ke bentuk tulisan. Jenis ini disebut dengan disgraphia (agraphia). Afasia motorik terbagi tiga,

yaitu:

Page 4: Apa Sebenarnya Disleksia Itu1

-          Afasia Motorik Kortikal

Afasia Motorik Kortikal berarti hilangnya kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran dengan

menggunakan perkataaan. Penderita masih mengerti bahasa lisan dan bahasa tulis. Namun, ekspresi verbal

tidak bisa sama sekali; bahasa tulis dan bahasa isyarat masih bisa dilakukan.

-          Afasia Motorik Subkortikal

Penderita Afasia Motorik Subkortikal tidak dapat mengeluarkan isi pikiran menggunakan perkataan;

masih bisa mengeluarkan perkataan dengan cara membeo. Pengertian bahasa verbal dan visual tidak

terganggu, dan ekspresi visual pun normal.

-          Afasia Motorik Transkortikal

Afasia Motorik Transkortikal terjadi karena terganggunya hubungan antara daerah Broca dan

Wernicke. Hubungan langsung antara pengertian dan ekspresi bahasa terganggu. Penderita Afasia Motorik

Transkortikal dapat mengutarakan perkataan singkat dan tepat;  masih menggunakan perkataan

penggantinya.

c.       Afasia Sensorik

Penyebab terjadinya afasia sensorik adalah akibat adanya kerusakan pada lesikortikal di daerah

Wernicke pada hemisferium yang dominan. Kerusakan di daerah ini menyebabkan kehilangan pengertian

bahasa lisan dan bahasa tulis (Chaer, 2002: 158).  Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memberikan

makna rangsangan yang diterimanya . Bicara spontan biasanya lancar hanya kadang-kadang kurang relevan

dengan situasi pembicaraan atau konteks komunikasi. Namun, penderita masih memiliki curah verbal

meskipun hal itu tidak dipahami oleh dirinya sendiri maupun orang lain.

http://kelasbpbsiunm2010.blogspot.com/2012/06/nur-azisah-105104031-gangguan-berbahasa.html