Apa Sebenarnya Disleksia Itu1
-
Upload
mengejar-serpihan-mimpi -
Category
Documents
-
view
40 -
download
1
Transcript of Apa Sebenarnya Disleksia Itu1
Apa sebenarnya disleksia itu??...Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau "leksikal").Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai Aleksia. Selain memengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditengarai juga memengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya.Anak disleksia tidak hanya mengalami kesulitan dalam membaca, tapi juga dalam hal mengeja, menulis dan beberapa aspek bahasa yang lain. Kesulitan membaca pada anak disleksia ini tidak sebanding dengan tingkat intelegensi ataupun motivasi yang dimiliki untuk kemampuan membaca dengan lancar dan akurat, karena anak disleksia biasanya mempunyai level intelegensi yang normal bahkan sebagian diantaranya di atas normal. Disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis, dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat/akurat, dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengkode symbol.Beberapa ahli lain mendefinisikan disleksia sebagai suatu kondisi pemprosesan input/informasi yang berbeda (dari anak normal) yang seringkali ditandai dengan kesulitan dalam membaca, yang dapat mempengaruhi area kognisi seperti daya ingat, kecepatan pemprosesan input, kemampuan pengaturan waktu, aspek koordinasi dan pengendalian gerak. Dapat terjadi kesulitan visual dan fonologis, dan biasanya terdapat perbedaan kemampuan di berbagai aspek perkembangan.Secara fisik penderita disleksia tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.Apa saja klasifikasi disleksia?..Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca). Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami keuslitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.Masalah_masalah saja yang sering dihadapi anak disleksia..?
1. Masalah fonologi: Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau mereka keliru memahami kata kata yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran namun berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak. 2. Masalah mengingat perkataan: Kebanyakan anak disleksia mempunyai level intelegensi normal atau di atas normal namun mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita namun tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana. 3. Masalah penyusunan yang sistematis/sekuensial: Anak disleksia mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu atau susunan huruf dan
angka. Mereka sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan sepak bola. Padahal orang tua sudah mengingatkannya bahkan mungkin sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami kesulitan memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang jam 8 pagi. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak. 4. Masalah ingatan jangka pendek: Anak disleksia mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR matematikanya ya”, maka kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan ibunya. 5.Masalah pemahaman sintaks: Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal susunan Diterangkan–Menerangkan (contoh: tas merah), namun dalam bahasa Inggris dikenal susunan Menerangkan-Diterangkan (contoh: red bag).Kesimpulan:Disleksia adalah kesulitan membaca yang dialami oleh seorang anak disebabkan karena adanya gangguan atau rusaknya otak. Anak disleksia biasaya disleksia biasanya mempunyai level intelegensi yang normal bahkan sebagian diantaranya di atas normal. Motivasi dan dukungan dari orang tua sangat penting bagi anak disleksia
http://nersnova.blogspot.com/2012_04_29_archive.html
Afasia
Afasia adalah istilah umum yang digunakan untuk mengacu pada gangguan berbicara karena
kerusakan otak. Penyakit yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah, tersumbatnya pembuluh darah,
atau kurangnya oksigen pada otak dinamakan stroke. Gangguan bicara yang disebabkan oleh stroke
dinamakan afasia (aphasia) (Soenjono Dardjowidjojo, 2003:214). Kerusakan dapat berasal dari dalam otak
misalnya perdarahan bagian otak atau karena tumor; atau dari luar misalnya luka di kepala. Gejala-gejala
penderita afasia sangat bervariasi dari pasien satu dengan pasien yang lain, baik dalam hal jenis dan
kerumitannya.
Afasia adalah gangguan fungsi bicara pada seseorang akibat kelainan otak. Orang yang menderita
afasia tidak mampu mengerti maupun menggunakan bahasa lisan. Penyakit afasia biasanya berkembang
cepat sebagai akibat dari luka pada kepala atau stroke, tetapi juga dapat berkembang secara lambat
karena tumor otak, infeksi, atau dementia. Evaluasi medis dari penyakit ini dapat dilaksanakan oleh ahli
penyakit saraf hingga ahli patologi bahasa.
Afasia: Gejala-gejala dan Sumber
Hal umum untuk menandai gejala-gejala afasia yaitu dalam hal cara pengungkapan, bahwa mereka
menunjukkan aspek-aspek bervariasi dalam produksi bahasa. Beberapa penderita afasia menghasilkan
sedikit bahasa, menunjukkan kesulitan-kesulitan dalam mendeskripsikan atau mendiskusikan sesuatu, yang
seharusnya mereka ketahui dengan baik. Bahasa-bahasa atau ujaran mereka sering tidak lancar, produksi
bahasanya lambat, dengan banyak berhenti dan dengan usaha-usaha yang sungguh berat. Mereka sering
membuat kesalahan pengucapan, mengganti bunyi-bunyi dengan bunyi yang tidak sesuai, kadang-kadang
dengan pola yang tidak sesuai.
Ada pula penderita afasia yang lancar dalam berbicara, dan bentuk sintaksinya juga cukup baik.
Hanya saja, kalimat-kalimatnya sukar dimengerti karena banyak kata yang tidak cocok maknanya dengan
kata-kata lain sebelum dan sesudahnya.
Hal ini disebabkan karena penderita afasia ini sering keliru dalam memilih kata, misalnya
kata fair digantikan dengan kata chair, carrot dengan cabbage, dan seterusnya. Ada pula penderita afasia
yang mengalami gangguan dalam komprehensif lisan. Dia tidak mudah dapat memahami apa yang kita
katakan. Selain itu masih banyak gejala lainnya.
Afasia dan Otak
Masalah-masalah yang berkaitan dengan afasia adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan otak.
Afasia merupakan penyakit bertutur yang diakibatkan oleh kerusakan atau penyakit pada otak. Afasia
menyangkut hubungan di antara bagian-bagian otak yang rusak dengan komponen-komponen bahasa yang
normal. Afasia dapat berpengaruh terhadap fungsi dan produksi bahasa secara alamiah menjadi tidak
normal. Dapat dikatakan bahwa kerusakan bahasa disebabkan oleh kerusakan otak. Apabila hubungan ini
diketahui maka pengobatan atau penanganannya pun akan lebih mudah dilakukan.
Afasia Motorik
Afasia motorik disebabkan oleh kerusakan pada lapisan permukaan (lesikortikal) daerah Broca atau
pada lapisan di bawah permukaan (lesi subkortikal) daerah Broca atau juga di daerah otak antara daerah
broca dan daerah Wernicke (lesi transkortikal) (Chaer, 2002: 157).
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam mengkoordinasikan atau menyusun pikiran, perasaan
dan kemauan menjadi simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain. Bicara lisan tidak lancar,
terputus-putus dan sering ucapannya tidak dimengerti orang lain. Apabila bertutur kalimatnya pendek-
pendek dan monoton. Seorang dengan kelainan ini mengerti dan dapat menginterpretasikan rangsangan yang
diterimanya, hanya untuk mengekspresikannya mengalami kesulitan. Jenis afasia ini juga dialami dalam
menuangkan ke bentuk tulisan. Jenis ini disebut dengan disgraphia (agraphia). Afasia motorik terbagi tiga,
yaitu:
- Afasia Motorik Kortikal
Afasia Motorik Kortikal berarti hilangnya kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran dengan
menggunakan perkataaan. Penderita masih mengerti bahasa lisan dan bahasa tulis. Namun, ekspresi verbal
tidak bisa sama sekali; bahasa tulis dan bahasa isyarat masih bisa dilakukan.
- Afasia Motorik Subkortikal
Penderita Afasia Motorik Subkortikal tidak dapat mengeluarkan isi pikiran menggunakan perkataan;
masih bisa mengeluarkan perkataan dengan cara membeo. Pengertian bahasa verbal dan visual tidak
terganggu, dan ekspresi visual pun normal.
- Afasia Motorik Transkortikal
Afasia Motorik Transkortikal terjadi karena terganggunya hubungan antara daerah Broca dan
Wernicke. Hubungan langsung antara pengertian dan ekspresi bahasa terganggu. Penderita Afasia Motorik
Transkortikal dapat mengutarakan perkataan singkat dan tepat; masih menggunakan perkataan
penggantinya.
c. Afasia Sensorik
Penyebab terjadinya afasia sensorik adalah akibat adanya kerusakan pada lesikortikal di daerah
Wernicke pada hemisferium yang dominan. Kerusakan di daerah ini menyebabkan kehilangan pengertian
bahasa lisan dan bahasa tulis (Chaer, 2002: 158). Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memberikan
makna rangsangan yang diterimanya . Bicara spontan biasanya lancar hanya kadang-kadang kurang relevan
dengan situasi pembicaraan atau konteks komunikasi. Namun, penderita masih memiliki curah verbal
meskipun hal itu tidak dipahami oleh dirinya sendiri maupun orang lain.
http://kelasbpbsiunm2010.blogspot.com/2012/06/nur-azisah-105104031-gangguan-berbahasa.html