Apa Perbedaan Antara Kredit Sindikasi Dengan Kredit Konsorsium

7
NAMA : HENY RACHMAWATI HARMONI NPM : 1306494205 Kelas Hukum Ekonomi 1. Apa perbedaan antara Kredit Sindikasi dengan Kredit Konsorsium? Perbedaan antara kredit konsorsium dengan kredit sindikasi, yaitu: a. Analisa kredit sindikasi dilakukan oleh masing-masing peserta sindikasi sedangkan analisa kredit konsorsium dilakukan oleh bank induk. b. Kontrak kredit sindikasi ditandatangani oleh semua peserta sindikasi dan debitur, dan hanya terdapat 1 kontrak untuk semua pihak dalam sindikasi. Kontrak kredit konsorsium ditandatangani oleh bank induk debitur. Ada juga kontrak kredit konsorsium yang ditandatangani bank induk dengan bank peserta konsorsium. c. Suku bunga kredit sindikasi didasarkan atas kesepakatan kreditur dan debitur, sedangkan suku bunga kredit konsorsium didasarkan atas kesepakatan bank induk dengan debitur. d. Hubungan peserta sindikasi dengan debitur diwakili oleh agen, sedangkan dalam kredit konsorsium debitur hanya boleh berhubungan dengan bank induk, peserta konsorsium hanya berhubungan dengan bank induk.

description

sind

Transcript of Apa Perbedaan Antara Kredit Sindikasi Dengan Kredit Konsorsium

NAMA : HENY RACHMAWATI HARMONINPM : 1306494205Kelas Hukum Ekonomi 1. Apa perbedaan antara Kredit Sindikasi dengan Kredit Konsorsium?Perbedaan antara kredit konsorsium dengan kredit sindikasi, yaitu:

a. Analisa kredit sindikasi dilakukan oleh masing-masing peserta sindikasi sedangkan analisa kredit konsorsium dilakukan oleh bank induk.

b. Kontrak kredit sindikasi ditandatangani oleh semua peserta sindikasi dan debitur, dan hanya terdapat 1 kontrak untuk semua pihak dalam sindikasi. Kontrak kredit konsorsium ditandatangani oleh bank induk debitur. Ada juga kontrak kredit konsorsium yang ditandatangani bank induk dengan bank peserta konsorsium.

c. Suku bunga kredit sindikasi didasarkan atas kesepakatan kreditur dan debitur, sedangkan suku bunga kredit konsorsium didasarkan atas kesepakatan bank induk dengan debitur.

d. Hubungan peserta sindikasi dengan debitur diwakili oleh agen, sedangkan dalam kredit konsorsium debitur hanya boleh berhubungan dengan bank induk, peserta konsorsium hanya berhubungan dengan bank induk.

2. Apa hubungan antara Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dengan Kredit Sindikasi? Apa manfaat dari ketentuan BMPK tersebut?Jika kredit besar disalurkan hanya oleh satu bank saja, berpeluang melampaui batas maksimum pemberian kredit (BMPK). Oleh karena itu, untuk menghindari nilai kredit yang melampaui BMPK, sekaligus meminimalisasi risiko kredit perbankan menyalurkan kredit secara sindikasiManfaat BMPK adalah : Melebarkan risk spreading (penyebaran resiko) Menghindari monopoli kredit oleh group debitur Mengurangi tekanan terhadap direksi oleh para pemegang saham atau pengurus lainnya Memperluas jaringan nasabah bank. 3. Jelaskan larangan-larangan dan pembatasan dalam pemberian kredit!a. Batas Maksimum Pemberian Kredit

Dasar Hukum : Pasal 11 ayat (1) UU No. 7/1992 jo UU no. 10/1998 ; PBI No. 7/3/PBI/2005 tgl 20 Januari 2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit jo Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/13/PbI/ 2006;BMPK bagi satu peminjam & kelompok peminjam yang terkait dengan bank masing-masing maksimal 10 % dari modal bank. BMPK bagi satu peminjam yang tidak terkait dengan bank paling tinggi 20 % dari modal bank. BMPK bagi satu kelompok peminjam yang tidak terkait dengan bank paling tinggi 25 % dari modal bank. BMPK kepada BUMN untuk tujuan pembangunan & mempengaruhi hajat hidup orang banyak paling tinggi sebesar 30 % dari modal bank.b. Kredit kepada Non-Residen

Dasar hukum :

SEBI No. SE.8/28/UPK tgl. 27 Nov 1975 jo PBI No. 3/3/PBI/2001

Bank dilarang memberikan Kredit baik dalam rupiah maupun dalam Valas kepada perorangan atau perusahaan yang berstatus bukan penduduk termasuk bukan penduduk yang telah menerima kuasa

c. Kredit untuk jual beli saham

Dasar hukum : SK Dir BI No. 24/32/KEP/DIR SEBI No. 24/1/UKU tgl 12 Agsts 91

Bank dilarang memberikan Kredit untuk jual beli saham. Bank diperkenankan memberikan Kredit kepada perusahaan sekuritas dengan ketentuan : Maksimal sebesar jumlah terkecil antara 25 % dari modal perusahaan sekuritas atau 15 % dari modal bank Keseluruhan Kredit maksimal 30 % dari modal bank

Saham yang dapat dijadikan agunan tambahan dengan syarat : selama 3 bulan terakhir aktif diperdagangkan -harga saham di atas nilai nominal Nilai saham yang diagunkan 50 % dari harga pasar

d. Kredit untuk setoran margin deposit transaksi derivatif

Dasar hukum :

PBI No. 7/31/PBI/2005 juncto PBI No. 10/38/ PBI/2008 tentang Transaksi Derivatif

Bank dilarang memelihara posisi atas transaksi derivatif yang dilakukan oleh nasabah group dari Bank, Direksi, Komisaris dan pemilik Bank. Bank dilarang memberikan fasilitas Cerukan (Overdraft) dalam rangka kewajiban pemenuhan margin deposit nasabah untuk keperluan transaksi derivatif kepada nasabah.

e. Kredit untuk pembelian tanah

Dasar hukum : SK Dir BI No. 30/46/KEP/DIR

SEBI No. 30/2/UK tgl. 7 Juli 1997

Bank dilarang memberikan Kredit kepada pengembang (developer) untuk pembiayaan pengadaan dan atau pengolahan tanah (dikecualikan bagi pengembang untuk tujuan pembangunan rumah sederhana. Bank dapat memberikan Kredit kepada pengembang selain untuk pengadaan dan atau pengolahan tanah sepanjang memenuhi persyaratan.

f. Pelunasan Kredit dengan Commercial Paper (CP)

Dasar hukum :

SK Dir BI No. 28/52/KEP/DIR tgl. 11 Agsts 1995

Pembelian CP oleh Bank tidak dapat diperhitungkan sebagai angsuran atau pelunasan Kredit debitur. Bank dilarang bertindak sebagai arranger, agen penerbit, dealer, agen pembayaran dan pembeli dari CP yang diterbitkan oleh pihak terkait dengan bank, debitur yang memiliki kolektibilitas diragukan dan macet.

g. Kredit untuk pembiayaan yang bertentangan dengan Undang-Undang

Pasal 1320 KUHPerdata, perjanjian harus memenuhi syarat kausa yang halal yaitu tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang, ketertiban Umum dan kesusilaan.

4. Kapan sebuah pelanggaran terhadap BMPK belum menjadi perbuatan pidana dan kapan bisa menjadi perbuatan pidana?Terhadap pelampauan BMPK, BANK diwajibkan menyampaikanaction plankepada Bank Indonesia dan dikenakan sanksi dalam penilaian tingkat kesehatan sementara terhadap pelanggaran BMPK dikenakan sanksi dalam penilaian tingkat kesehatan dan dapat dikenakan sanksi pidana.Tindak pidana yang berkaitan dengan ketentuan Bank Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).Tindak pidana ini terjadi apabila terjadi pelanggran terhadap ketentuan BMPK, seperti : Batas maksimum pemberian kredit untuk sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam satu grup yang sama dengan bank yang bersangkutan tidak boleh melebihi 30% dari modal bank. Batas maksimum pemberian kredit untuk pemegang saham atau keluarganya, anggota komisaris dan keluarganya, anggota direksi atau keluarganya, pejabat bank, dan perusahaan-perusahaaan yang di dalamnya terdapat kepentingan mereka, tidak boleh melebihi 10% dari modal bank.(lihat Pasal 11 Undang-undang No.10 Tahun 1998).Perlu dibedakanpelampauan BMPK yang terjadi misalnya sebagai akibat terdepresiasinya nilai rupiah terhadap Dollar Amerika (dengan kata lain tidak dilakukan karena sengaja), atau telah dilakukanpelanggaranBMPK (dilakukan dengan sengaja). Apabila yang terjadi adalahpelampauan BMPK, maka tidak dapat dianggap telah melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Namun apabila yang terjadi adalahpelanggaranBMPK, maka dapat dianggap telah melakukan tindak pidana, yaitu melanggar Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-undang No.10 Tahun 1998, dengan ancaman pidana dan denda. Dalam Undang-undang No.10 Tahun 1998 Pasal 49 ayat (2) huruf b, ditentukan: Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja: tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan paling banyak Rp.100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah).Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank, tidak dapat mengelak dari ancaman Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-undang No.10 Tahun 1998 dengan dalihpelanggaranBMPK telah diselesaikan, sehingga karenanya tidak lagi terjadipelanggaran BMPK. Tindak pidana yang ditentukan dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-undang No.10 Tahun 1998 adalahdelict formil. Artinya, sekalipun akibat dari perbuatan itu telah diperbaiki, tetapi pelakunya tetap dianggap telah melakukan tindak pidana, yakni perbuatanpelanggaranBMPK telah terjadi. Dengan kata lain, sekalipunpelanggaranBMPK misalnya telah diatasi dengan melakukanassets settlement, anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank telah melakukan tindak pidana berdasarkan ketentuan Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-undang No.10 Tahun 1998 dan tetap dipidana.