“PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN...

27
“PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN PERPAJAKAN, TEKNOLOGI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN, DAN KEMUNGKINAN TERDEKTESI KECURANGAN TERHADAP PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION) Studi Empiris Pada Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Purwokerto” 1) GITHA MEILANNY 1 Fakultas Ekonomika & Bisnis, Universitas Peradaban Email : [email protected] 2) ANIES INDAH HARIYANTI,S.E.,M.Si.,AK.,CA 2 Fakultas Ekonomika & Bisnis, Universitas Peradaban Email : [email protected] ABSTRACT This study aims to analyze the influence of the taxation system, tax justice, taxation technology, compliance costs, and the possibility of fraud detection of taxpayer perceptions regarding the ethics of tax evasion. This research is located in the Tax Service Office (KPP) Pratama Purwokerto and the population in this study is an individual taxpayer registered at KPP Pratama Purwokerto. Respondents in this study amounted to 100 individual taxpayers determined using the purposive sampling method is the determination of samples by several criteria. The research data comes from questionnaires distributed to respondents and then analyzed by multiple linear regression analysis, this study using SPSS 16.0. Based on the results of the research and analysis, it shows that partially tax system variables, tax technology, compliance costs, the possibility of fraud detection do not have a significant effect, while tax justice has a significant influence on taxpayer perceptions of tax evasion. Keywords: Taxation System, Justice, Technology, Compliance Cost, Tax Examination, Taxpayer Ethics Perception, Tax Evasio PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi sebagian besar negara, termasuk Indonesia pajak selalu menjadi sumber utama pendapatan negara. Dana yang berasal dari pendapatan negara digunakan untuk membiayai pembangunan. Pentingnya peranan masyarakat sebagai wajib pajak dalam pembangunan negara yaitu dengan membayar kewajiban pajaknya. Menurut Soemitro , pajak adalah iuran wajib bagi seluruh rakyat yang harus dibayarkan kepada kas negara menurut ketentuan undang-undang yang berlaku sehingga dapat dipaksakan dan tanpa adanya imbal jasa (kontraprestasi) secara langsung, yang digunakan untuk membiayai

Transcript of “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN...

Page 1: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

“PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN PERPAJAKAN, TEKNOLOGIPERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN, DAN KEMUNGKINAN TERDEKTESI

KECURANGAN TERHADAP PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAIPENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION) Studi Empiris Pada Wajib Pajak Terdaftar di

KPP Pratama Purwokerto”

1) GITHA MEILANNY1 Fakultas Ekonomika & Bisnis, Universitas Peradaban

Email : [email protected]

2) ANIES INDAH HARIYANTI,S.E.,M.Si.,AK.,CA2 Fakultas Ekonomika & Bisnis, Universitas Peradaban

Email : [email protected]

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of the taxation system, tax justice, taxationtechnology, compliance costs, and the possibility of fraud detection of taxpayer perceptionsregarding the ethics of tax evasion. This research is located in the Tax Service Office (KPP)Pratama Purwokerto and the population in this study is an individual taxpayer registered atKPP Pratama Purwokerto. Respondents in this study amounted to 100 individual taxpayersdetermined using the purposive sampling method is the determination of samples by severalcriteria. The research data comes from questionnaires distributed to respondents and thenanalyzed by multiple linear regression analysis, this study using SPSS 16.0. Based on the results of the research and analysis, it shows that partially tax systemvariables, tax technology, compliance costs, the possibility of fraud detection do not have asignificant effect, while tax justice has a significant influence on taxpayer perceptions of taxevasion.

Keywords: Taxation System, Justice, Technology, Compliance Cost, Tax Examination, TaxpayerEthics Perception, Tax Evasio

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bagi sebagian besar negara, termasuk Indonesia pajak selalu menjadi sumberutama pendapatan negara. Dana yang berasal dari pendapatan negara digunakan untukmembiayai pembangunan. Pentingnya peranan masyarakat sebagai wajib pajak dalampembangunan negara yaitu dengan membayar kewajiban pajaknya. Menurut Soemitro ,pajak adalah iuran wajib bagi seluruh rakyat yang harus dibayarkan kepada kas negaramenurut ketentuan undang-undang yang berlaku sehingga dapat dipaksakan dan tanpaadanya imbal jasa (kontraprestasi) secara langsung, yang digunakan untuk membiayai

Page 2: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

pengeluaran umum negara. Dalam hal ini pajak sebagai salah satu sumber pendapatannegara yang berperan penting dalam kelangsungan suatu negara.

Penerimaan pajak merupakan penerimaan yang paling aman dan handal, karenabersifat fleksibel, dan menjadi salah satu instrumen bagi pemerintah untuk mengaturperekonomian, yang lebih mudah untuk dipengaruhi dibandingkan dengan penerimaan negarabukan pajak (PNBP) (Susmita, 2013). Penerimaan dari sektor pajak akan digunakan untukpembiayaan pengeluaran pemerintah serta pembangunan, sehingga jumlah penerimaan pajaksenantiasa diupayakan untuk terus meningkat (Dharmawan dan Devi, 2012). Sesuai dengandata yang ada bahwa realisasi penerimaan pajak yang diperoleh negara belum memperolehhasil yang maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari realisasi penerimaan pajak tahun 2011-2017 dalam Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2011-2017

NO Tahun RencanaPenerimaan Pajak

Realisasi PenerimaanPajak

% PenerimaanPajak

1 2011 430,991,113,032 395,208,302,279 91.70%2 2012 500,265,156,688 530,802,714,461 106.10%3 2013 654,263,326,692 545,128,917,310 83.32%4 2014 665,055,619,621 656,159,062,790 98.66%5 2015 958,878,219,810 874,196,817,783 91.17%6 2016 1,217,332,442,752 826,325,207,754 67.88%7 2017 1,105,991,116,000 840,765,073,245 76.02%

Sumber : KPP Pratama Purwokerto,2018Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa realisasi penerimaan pajak belum mencapai

target yang ditetapkan. Persentase realisasi penerimaan pajak dari tahun 2011 sampaitahun 2017 mengalami fluktuasi. Persentase realisasi penerimaan pajak mengalamipenurunan dari tahun 2011 menuju tahun 2012 sebesar -14,4%. Kemudian mengalamipeningkatan dari tahun 2012 menuju tahun 2013 sebesar 22,78%. Selanjutnya kembalimengalami penurunan dari tahun 2013 menuju tahun 2014 sebesar -15,34%. Kemudianmengalami perununan lagi dari tahun 2014 menuju tahun 2015 sebesar 7,49%.Selanjutnya kembali mengalami peningkatan dari tahun 2015 menuju tahun 2016 sebesar23,29%. Kemudian mengalami penurunan dari tahun 2016 menuju tahun 2017 sebesar -8,14%. Target penerimaan pajak yang belum tercapai secara maksimal dapat disebabkanoleh beberapa hal, misalnya proses pemungutan pajak belum berjalan maksimal atauwajib pajak yang melakukan tindakan penghindaran pajak.

Indonesia masih memiliki masalah mengenai kepatuhan wajib pajak atau tax ratiopada saat ini. Menurut Doran (2009), kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajibanperpajakannya perlu ditingkatkan demi terciptanya target pajak yang diinginkan. Faktoryang mempengaruhi penerimaan pajak suatu negara diantaranya adalah tingkat kepatuhanwajib pajak di negara tersebut (Chau, 2009). Menurut Brown dan Mazur yang dikutipoleh Marti et al (2010), kepatuhan pajak adalah suatu ukuran yang secara teoritis dapatdigambarkan dengan mempertimbangkan tiga jenis kepatuhan seperti kepatuhan dalampembayaran, kepatuhan dalam penyimpanan, dan kepatuhan dalam melaporkan. WajibPajak patuh akan kewajibannya karena menganggap kepatuhan terhadap pajak adalahsuatu norma (Lederman,2003).

Page 3: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Di bawah ini dapat dilihattingkat kepatuhan masyarakat atau Wajib Pajak OrangPribadi memiliki usaha yang terdaftar di KPP Pratama Purwokerto pada tahun 2014-2017dalam Tabel 1.2 berikut

Tabel 1.2Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang PribadiDi KPP Pratama Purwokerto Tahun 2014-2017

NO Tahun WPOPTerdaftar

WPOPEfektif

WPOP yangmenyampaikan SPT

Tahunan

%Kepatuhan

1 2014 123,594 95,046 64,801 68.18%2 2015 132,766 88,461 67,121 75.88%3 2016 142,635 103,349 69,963 67.70%4 2017 155,455 71,491 61,562 86.11%

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama PurwokertoBerdasarkan pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah wajib pajak orang pribadi

yang terdaftar di KPP Pratama Purwokerto terus meningkat setiap tahun.Meningkatnya jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar diikuti denganmeningkatnya jumlah wajib pajak orang pribadi yang menyampaikan SPT, sehinggapersentase kepatuhan wajib pajak orang pribadi juga meningkat setiap tahunnya.Peningkatan persentase kepatuhan wajib pajak dimanfaatkan peneliti untukmempermudah dalam memperoleh responden karena banyak wajib pajak yangmelaporkan pajaknya. Asumsi peneliti lainnya yaitu semakin meningkatnya kepatuhanwajib pajak, maka semakin banyak wajib pajak yang akan menjawab tidak setuju denganperilaku penggelapan pajak.

Persoalan mengenai kepatuhan pajak telah menjadi persoalan yang terpenting diIndonesia karena jika wajib pajak tidak patuh maka dapat menimbulkan keinginan untukmelakukan tindakan penghindaran, pengelakan pajak yang pada akhirnya akan merugikannegara. Banyaknya warga Negara yang tidak memenuhi kewajiban untuk membayar pajaksemakin menunjukan bahwa tingkat kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak masihrendah. Menurut Napitutu, mengemukakan bahwa belum optimalnya penerimaan pajak (Taxgap) dan tax ratio di kawasan ASEAN termasuk Indonesia jumlah penerimaan dari pajakhanya menyumbang 11,6 triliun untuk tahun 2005 yang dihitung dari jumlah pajakdibandingkan PDB. Kepatuhan wajib pajak juga dapat dipengaruhi oleh dua jenis faktor yaitufaktor internal yang berarti faktor yang berasal dari diri wajib pajak itu sendiri danberhubungan dengan karakteristik individu yang menjadi pemicu dalam menjalankankewajiban perpajakannya. Sedangkan faktor yang kedua adalah faktor eksternal yaitu faktoryang berasal dari luar diri wajib pajak, seperti situasi dan lingkungan sekitar wajib pajak.Pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang perpajakan juga sering dituding sebagaipenyebab wajib pajak tidak memenuhi kewajibannya.

Sampai saat ini sudah banyak kasus penggelapan pajak yang pernah terjadi diIndonesia. Banyaknya kasus penggelapan pajak yang terjadi mengakibatkan masyarakatmenjadi enggan untuk melakukan kewajiban perpajakannya. Fuad Rahmany (2011)pernah mengemukakan bahwa masyarakat Indonesia masih banyak yang engganmembayar pajak salah satunya dilatarbelakangi oleh kasus penggelapan dana pajak.Adanya kasus penggelapan pajak menyebabkan masyarakat kehilangan rasa kepercayaankepada oknum perpajakan maupun kepada negara karena khawatir pajak yang mereka

Page 4: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

setor akan disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Pada akhirnyatimbulah persepsi di benak wajib pajak mengenai perilaku penggelapan pajak.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitiandengan mengambil judul “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN,KEADILAN,TEKNOLOGI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN,KEMUNGKINAN TERDEKTESI KECURANGAN TERHADAP PERSEPSIWAJIB PAJAK MENGENAI PENGGELAPAN PAJAK (TAX EVASION) StudiEmpiris Pada Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Purwokerto”.

TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

A. Telaah Pustaka1.1. Teori Perpajakan

Dalam ilmu perpajakan yang mendasari adalah peraturan yang tercantum dalamundang-undang yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pajak. Terdapat beberapapendapat mengenai definisi pajak,diantaranya :a. Menurut Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan

sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang No.16 Tahun2009 (KUP) pasal 1 angka 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak kepadanegara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksaberdasarkan undang- undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsungdan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

b. Menurut Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkanundang-undang yang berlaku dan dapat dipaksakan dan tanpa adanya timbal jasa(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untukmembiayai pengeluaran umum Negara .

c. Menurut Feldmann, pajak adalah ptrestasi yang dipaksakan sepihak oleh danterutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secaraumum),tanpa adanya kontraprestasi,dan semata-mata digunakan untuk menutuppengeluaran-pengeluaran umum .

d. Menurut Djayaningrat, pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian darikekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan,kejadian dan perbuatanyang memberikan kedudukan tertentu,tetapi bukan sebagai hukuman,menurutperaturan yang ada ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,tetapi tidak adajasa timbale balik dari Negara secara langsung,untuk memelihara kesejahteraanumum.

Dari definisi tersebut, Mardiasmo (2011) menyimpulkan bahwa pajak memilikiunsur – unsur pokok yaitu :a. Iuran atau pungutan dari rakyat kepada negara.b. Pajak yang dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang – undang serta

standar aturan pelaksanaannya.c. Pajak dapat dipaksakan.d. Tidak menerima atau memperoleh jasa timbal atau kontraprestasi secara

langsung.e. Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah yang bermanfaat

bagi masyarakat luas.

Page 5: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Berdasarkan definisi diatas, pengertian pajak adalah iuaran yang dapatdipaksakan,dimana pemerintah dapat memaksa wajib pajak untuk memenuhikewajibannya dengan menggunakan surat paksa dan sita. Setiap wajib pajak yangmembayar iuaran atau pajak kepada Negara tidak akan mendapat balas jasa yanglangsung diperoleh wajib pajak berupa pelayanan pemerintah yang ditunjukankepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan sarana irigasi,jalan,sekolah,dansebagainya.

1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang tidak benar yang dilakukan olehwajib pajak mengenai kewajibannya dalam perpajakan. Mardiasmo (2009)mendefinisikan penggelapan pajak (tax evasion) “Adalah usaha yang dilakukan olehwajib pajak untuk meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang.Dikarenakan melanggar undang-undang, penggelapan pajak ini dilakukan denganmenggunakan cara yang tidak legal. Para wajib pajak sama sekali mengabaikanketentuan formal perpajakan yang menjadi kewajibannya, memalsukan dokumen, ataumengisi data dengan tidak lengkap dan tidak benar”. Menurut Siahaan (2010) mengatakan bahwa penggelapan pajak “adalah usahayang digunakan oleh wajib pajak untuk mengelak dari kewajiban pajak yangsesungguhnya dan merupakan perbuatan yang melanggar undang-undang pajak,sehingga membawa berbagai macam akibat, meliputi berbagai bidang kehidupanmasyarakat, antara lain bidang keuangan, ekonomi, dan psikologi”. Menurut Wallschutzki beberapa alasan yang menjadi pertimbangan Wajib Pajakuntuk melakukan penghindaran pajak, adalah sebagai berikut:a. Ada peluang untuk melakukan penghindaran pajak karena ketentuan perpajakan

yang ada belum mengatur secara jelas mengenai ketentuan-ketentuan tertentu.b. Kemungkinan perbuatannya diketahui relatif kecilc. Manfaat yang diperoleh relatif besar daripada resikonyad. Sanksi perpajakan yang tidak terlalu berate. Ketentuan perpajakan tidak berlaku sama terhadap seluruh Wajib Pajakf. Pelaksanaan penegakan hukum yang bervariasi

1.3. Sistem Perpajakan Sistem Perpajakan merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang merupakanperwujudan dari peran serta WP untuk secara langsung dan bersama-samamelaksanakan kewajiban membayar pajak yang diperlukan untuk pembiayaanpenyelenggaraan Negara dan pembangunan. Tanggungjawab atas pelaksanaanpemungutan pajak merupakan kewajiban dibidang perpajakan dengan melakukanpembinaan, pelayanan, dan pengawasan terhadap pembayar pajak berdasarkanketentuan yang diatur dalam undang-undang perpajakan. Wajib pajak diberikepercayaan untuk menghitung, mebayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajakteruhutang (self assessment), sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakandiharapkan dapat dilaksanakan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah dipahamioleh anggota masyarakat atau wajib pajak (Marlina).

Pembaharuan sistem perpajakan nasional telah memberikan kepada kita lima buahUndang-undang dengan berbagai peraturan pelaksanaannya, akan tetapi lima buahundang-undang tersebut belum menjamin keberhasilan perpajakan nasional.

Page 6: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Keberhasilan kebijakan sangat ditentukan oleh 4 faktor penentu, yang bila tidakditangani secara sungguh-sungguh dan baik akan berbalik menjadi faktor kegagalan.Keempat faktor itu adalah:1) Sistem Perpajakan, baik menyangkut perangkat undang-undang dan peraturan

maupun aparat pelaksananya.2) Sistem Penunjang, misalnya sistem Akuntansi dan profesionalisme.3) Faktor-faktor ekstern yang berupa faktor ekonomi; sosial dan budaya; dan

politik.4) Masyarakat khususnya wajib pajak, termasuk di dalamnya sistem informasi

dalam arti seluas-luasnya, tingkat kesadaran dan kepatuhan.

1.4.Keadilan PerpajakanFairness berasal dari kata bahasa Inggris yang berarti adil, wajar, dan jujur.

Dalam hal ini, kata fairness lebih ditujukan pada definisi adil. Adil berarti seimbangdan tidak berat sebelah yang dapat diartikan juga sebagai adil. Pemilihan kata adildisini disebabkan oleh peralihan bahasa inggris dari kata fairness ke dalam bahasaIndonesia, dimana kata wajar belum dapat dipahami oleh semua orang, terutama biladikaitkan dengan perpajakan. Melalui pengertian adil, menunjukkan bahwa sistempajak yang ada pada suatu negara haruslah terfokus pada kepentingan seluruh pihak,tidak mementingkan dan merugikan pihak yang satu dengan yang satunya (Berutu,2013).

Persepsi keadilan pajak yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 5dimensi menurut Gerbing (1988) yang mengukur keadilan pajak dari (1) keadilanumum dan distribusi beban pajak (general fairness and distribution of the tax burden),membahas tentang apakah sistem pajak selama ini sudah mencakup keadilan secaramenyeluruh dan distribusi beban pajak yang merata dan adil, (2) timbal balikpemerintah (exchange with the government), membahas tentang timbal balik yangsecara tidak langsung diberikan pemerintah kepada masyarakat pembayar pajak, (3)Ketentuan-ketentuan khusus (special provisions), membahas tentang ketentuan daninsentif yang secara khusus diberikan kepada pembayar pajak, (4) Struktur tarif pajak(preferred tax-rate structure), membahas tentang tarif pajak progresif/flat/proporsionalyang lebih disukai masyarakat, (5) kepentingan pribadi (self-interest), membahastentang kondisi seseorang yang membandingkan tarif pajaknya lebih tinggi atau lebihrendah dibandingkan dengan wajib pajak lainnya.

Teori Keadilan berperan sebagai teori yang melihat apakah sistem pajak yangada dalam suatu negara sudah berjalan sesuai dengan hukum dan standar yang sudahmemenuhi kriteria adil atau belum. Dalam konteks perpajakan, keadilan mengacu padapertukaran antara pembayar pajak dengan pemerintah, yaitu apa yang wajib pajakterima dari pemerintah atas sejumlah pajak yang telah dibayar (Spicer & Lundstedt,1976) Jika wajib pajak tidak setuju dengan kebijakan belanja pemerintah, atau merekamerasa tidak mendapatkan pertukaran yang adil dari pemerintah untuk pembayaranpajak mereka, maka mereka akan merasa tertekan dan mengubah pandangan merekaatas keadilan pajak sehingga berakibat pada perilaku mereka, yaitu mereka akanmelaporkan pendapatan mereka kurang dari apa yang seharusnya menjadi beban pajakmereka.

Page 7: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

1.5.Teknologi Perpajakan Perkembangan teknologi dan informasi dalam era globalisasi saat ini dapatdirasakan pada seluruh aspek kehidupan. Perkembangan teknologi dan informasimemiliki peranan penting dalam perkembangan perpajakan di Indonesia yangdibuktikan dengan adanya E-system perpajakan. Pemerintah Indonesia saat ini sedanggencarnya melakukan sosialisasi perpajakan kepada wajib pajak untukmensosialisasikan E-system perpajakan kepada masyarakat luas.

Menurut Ezejiofor (2014) pemerintah harus mendukung pembentukanadministrasi E-system perpajakan agar dapat mulai memperoleh manfaat dari tingginyatingkat kepatuhan wajib pajak dan E-system perpajakan harus dilaksanakan untukmengurangi penyalahgunaan uang pajak.

Ayu dan Hastuti (2009) mengembangkan empat indikator untuk mengukurteknologi perpajakan yaitu1) Ketersediaan teknologi yang berkaitan dengan perpajakan,2) Memadainya teknologi yang berkaitan dengan perpajakan,3) Akses informasi perpajakan yang mudah,4) Pemanfaatan fasilitas teknologi informasi perpajakan

1.6.Biaya Kepatuhan Menurut Safri Nurmantu (2008), Biaya Kepatuhan adalah semua biaya baiksecara pisik maupun psikis yang harus dipikul oleh wajib pajak untuk memenuhikewajiban perpajakannya. Menurut John L. Turner et all , Biaya kepatuhan merupakan biaya yang dikenakantehadap wajib pajak, diluar pajak itu sendiri misalnya biaya belajar tentang pajak,pengarsipan, mempersiapkan berkas pajak membuat kesepakatan dengan auditor,menengahi kesalah pahaman yang terjadi dengan pejabat perpajakan dan sebagainya. Pada hubungan biaya kepatuhan dengan persepsi wajib pajak mengenai etikapenggelapan pajak (tax evasion), peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukanoleh Kurniawati, yang menunjukkan bahwa biaya kepatuhan berpengaruh positif dansignifikan terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (taxevasion). Jika biaya kepatuhan semakin tinggi, maka persepsi wajib pajak mengenaietika penggelapan pajak (tax evasion) juga semakin tinggi.

1.7. Pemeriksaan PajakPasal 1 angka 25 Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir denganUndang-undang Nomor 28 Tahun 2007 (selanjutnya ditulis UU No. 28/2007)Pemeriksaan Pajak adalah kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan proporsional berdasarkansuatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajibanperpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan (Waluyo, 2010).

Pengertian pemeriksaan pajak menekankan pada pemeriksaan bukti yangberupa buku - buku, dokumen dan catatan yang dilaksanakan secara objektif olehpemeriksaan pajak yang professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan,

Page 8: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

pemeriksaan pajak tidak mencari-cari kesalahan WP tetapi untuk mengujikepatuhan pemenuhan perpajakan (Pardiat, 2008).

Penelitian Terdahulu

No Penelitian(Tahun)

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Mcgee, SimonS.M Ho., andAnnie (2008)

A Comparative Studyon Perceived, Ethicsof Tax Evasion:Hongkong Vs theUnited States

Hasil penelitianmenunjukkan penelitian didua Negara tersebut bahwapenggelapan pajak adalahetis atau tidak etis,tergantung dari beberapakeadaan dimana pemerintahyang korup, performapemerintahan yang buruk,adanya ketidakadilan,lemahnya hukum,perbedaan kebudayaan danmotiv keegoisan.

2 McGee, FloridaInternationalUniversity (2009)

yang mengindikasikantingginya kenggananterhadap penggelapan pajak.

3 Ayu dan Hastuti(2009)

Persepsi Wajib Pajak :Dampak PertentanganDiametral Pada TaxEvasion Wajib PajakDalam AspekKemungkinanTerdeteksinyaKecurangan,Keadilan, KetepatanPengalokasian,Teknologi SistemPerpajakan danKecenderunganPersonal (Studi WajibPajak Orang Pribadi)

Berdasarkan pengujian yangdilakukan dengan regresiliner ditemukan bahwakemungkinan terdeteksinyakecurangan terhadap taxevasion mempunyaikoefisien negatif ( -0.501 )yang signifikan (.00), Hasilpengujian juga menunjukanbahwa pengaruh ketepatanpemanfaatan hasil pajakberpengaruh secara negatif(0.286) dan signifikan(.003) terhadap tax evasion.Sedangkan persepsiterhadap keadilan,penggunaan teknologi dankecenderungan tax evasionseseorang ternyata tidakberpengaruh secarasignifikan pada tingkat taxevasion.

Page 9: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

1. Pengembangan HipotesisAdapun keterkaitan antara variabel dependen dan independen dalam penelitian ini

adalah :a) Sistem Perpajakan dengan Etika Penggelapan Pajak

Sistem perpajakan Indonesia mempunyai arti bahwa penentuan penetapanbesarnya pajak terutang dipercayakan kepada WP sendiri untuk melaporkansecara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimanaditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Aparat perpajakanberperan aktif dalam melaksanakan pengendalian administrasi pemungutanpajak yang meliputi tugas-tugas pembinaan, pelayanan, pengawasan danpenerapan sanksi perpajakan. Pembinaan masyarakat atau WP dilakukan melaluiberbagai upaya, antara lain pemberian penyuluhan pengetahuan perpajakan, baikmelalui media massa maupun penerangan langsung kepada masyarakat (Siahaan,2010). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis pertama yaitu:

H1: Sistem perpajakan berpengaruh negatif pada persepsi wajib pajak tentangperilaku penggelapan pajak.

b) Keadilan Dengan Etika Penggelapan Pajak Menurut Mardiasmo (2009) mengutarakan bahwa sesuai dengan tujuanhukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutanharus adil. Adil dalam perundang-undang diantaranya mengenakan pajak secaraumum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak kepadawajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran danmengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak. Sebagaimanapenelitian yang dilakukan oleh Suminarsasi menunjukan adanya pengaruh positifkeadilan terhadap persepsi etis Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak.Semakin rendahnya keadilan yang berlaku menurut pesepsi seorang wajib pajakmaka tingkat kepatuhannya akan semakin menurun hal ini berarti bahwakecenderungannya untuk melakukan penggelapan pajak akan semakin tinggi,maka hipotesis yang pertama adalah:

H2: Keadilan berpengaruh negatif pada persepsi wajib pajak tentang perilakupenggelapan pajak.

c) Teknologi Perpajakan Dengan Etika Penggelapan Pajak Berkaitan dengan teknologi perpajakan, kondisi eksternal yangmemengaruhi persepsi wajib pajak tentang perilaku penggelapan pajak yaitubagaimana penerapan teknologi terkini dalam pelayanan perpajakan (Hastuti,2009). Semakin baik teknologi perpajakan yang ada maka perilaku penggelapanpajak dianggap tidak baik, sebaliknya semakin buruk teknologi perpajakan yangada maka perilaku penggelapan pajak cenderung dianggap baik. Situasi tersebutditunjang oleh hasil penelitian yang pernah dilakukan Permatasari yangmembuktikan bahwa adanya pengaruh negatif antara teknologi perpajakandengan persepsi wajib pajak tentang perilaku penggelapan pajak. Berdasarkanpenjelasan tersebut, maka hipotesis ketiga yaitu:

Page 10: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

H3: Teknologi perpajakan berpengaruh negatif pada persepsi wajib pajaktentang perilaku penggelapan pajak

d) Biaya Kepatuhan Dengan Etika Penggelapan Pajak Menurut Cedric Sandford (1989) biaya kepatuhan ini terdiri dari direct

money cost, time cost, dan psychological cost. Direct money cost adalah biaya-biaya cash money ( uang tunai ) yang dikeluarkan Wajib pajak dalam rangkapemenuhan kewajiban perpajakannya, time cost yaitu waktu yang terpakai olehWajib pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban pajak, dan psycologicalcost meliputi ketidakpuasan, rasa frustasi, serta keresahan Wajib pajak dalamberinteraksi dengan sistem dan otoritas pajak. Berdasarkan uraian tersebut,maka peneliti mengambil hipotesis keempat:

H4: biaya kepatuhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi wajibpajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion).

e) Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan dengan Etika Penggelapan Pajak

Penelitian yang dilakukan (Ayu dan Hastuti, 2009) tentang tax evasionpada wajib Pajak Orang Pribadi menemukan bahwa bahwa persepsi terhadapkemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif terhadap taxevasion. Porsentase kemungkinan suatu pemeriksaan pajak dilakukan sesuaidengan aturan perpajakan dapat mendeteksi kecurangan yang dilakukan wajibpajak sehingga berpengaruh pada Tax Evasion. Penelitian tersebut jugamenunjukan hasil bahwa persepsi terhadap ketepatan Pemanfaatan Hasil Pajakberpengaruh negatif terhadap tax evasion. Oleh karena itu, hipotesis kelimadalam penelitian dirumuskan sebagai berikut :

H5: Kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif terhadap etikapenggelapan pajak

METODE PENELITIAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA

A. Metode Penelitian1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berada diKota Purwokerto. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena lokasi tersebutmudah dijangkau, memiliki kondisi sosial ekonomi yang relatif sama serta diharapkandengan menggunakan daerah tersebut sebagai lokasi penelitian, penulis dapatmemperoleh jumlah responden yang lebih banyak. Sasaran dalam penelitian ini adalahwajib pajak yang terdapat diwilayah KPP Pratama Purwokerto, Jalan Gerilya No. 567Purwokerto 53143.

2. Populasi dan SampelMenurut Sugiyono (2014) populasi adalah wilayah generlisasi,

obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Page 11: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Peneliti ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif karena data yangdikumpulkan selama penelitian secara sistematis mengenai data laporankeuangan suatu perusahaan yang diteliti dengan menggabungkan hubunganantara variabel yang terlibat didalamnya, kemudian di interprestasikan dandiambil suatu kesimpulan yang berkenaan dengan objek tersebut baik berupaangka-angka, tabel maupun gambar. Jumlah Sampel

Menurut Sugiyono (2014) sampel merupakan bagian dari jumlah dankarakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi terdiri dari wajibpajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Purwokerto per 31Desember 2017 sebanyak 155.455 wajib pajak orang pribadi.

Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah denganmenggunakan purposive sampling, menurut Sugiyono (2016) purposivesampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangantertentu. Penentuan jumlah sampling menggunakan rumus Slovin yangdiperoleh sebanyak 100 responden,caranya dibawah ini :

=

1 + ( ) = 155.455

1 + 155.455(0,1) =155.4551.55455 = 100

Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel pada penelitian ini adalahsebagai berikut:a) Kuesioner yang disebarkan kepada responden yakni wajib pajak orang

pribadi yang terdaftar dan sedang berada lingkungan KPP PratamaPurwokerto.

b) Dokumentasi yang berasal dari KPP Pratama Purwokerto yaitu berupajumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar dan tingkat kepatuhanwajib pajak orang pribadi.

3. Jenis dan Sumber DataJenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer yang diperoleh dari kuesioner tertutup yang dibagikan yaitukuesioner yang pilihan jawaban pertanyaan sudah disediakan dan responden hanyamengisi dengan cara memberi tanda terhadap pilihan jawaban yang sesuai dengannyadan jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar serta tingkat kepatuhan wajibpajak orang pribadi atau biasa disebut dengan data sekunder.

4. Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu penelitian

pustaka dan penelitian lapangan.1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder(Indriantoro dan Supomo, 2002). Peneliti memperoleh data yang berkaitan denganmasalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, internet dan perangkat lain yangberkaitan dengan penerimaan pajak.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti

memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini,

Page 12: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

yang menjadi subyek penelitian adalah WP pribadi yang terdaftar di KPP tersebutdiatas. Pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan teknik personallyadministered questionnaires, yaitu kuisioner disampaikan dan dikumpulkanlangsung oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2002).

Skala yang digunakan dalam tingkat pengukuran adalah skala interval atausering disebut skala LIKERT yaitu skala yang berisi 7 tingkat prefensi jawaban.Skala likert dikatakan interval karena pernyataan sangat setuju mempunyai tingkatatau prefensi yang “lebih tinggi” dari setuju dan setuju “lebih tinggi” dari ragu-ragu (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, menggunakan SPSS 16.00 untukmemperoleh hasil perhitungan dari berbagai metode yang digunakan dan dapatmenganalisis perumusan masalah penelitian. Masing-masing jawaban dari 7alternatif jawaban yang telah tersedia diberi bobot nilai (skor) sebagai berikut:

Tabel 3.2Pengukuran Terhadap Variabel Independen

No Jawaban Responden Skor1 Sangat Setuju Sekali 72 Sangat Setuju 63 Setuju 54 Netral 45 Tidak Setuju 36 Sangat Tidak Setuju 27 Sangat Tidak Setuju Sekali 1

Page 13: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Teknik Analisis DataTeknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda yaitumenggunakan program software SPSS 16.0

HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambar Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat KPP Pratama PurwokertoKPP Pratama Purwokerto merupakan salah satu kantor administrasi pajak di area

Purwokerto yang tepatnya beralamatkan di Jalan Raya Gatot Subroto, No. 107,Kebondalem, Purwokerto Lor, Purwokerto Tim, Kabupaten Banyumas, Provinsi JawaTengah. KPP Pratama Purwokerto beroperasi mulai Senin hingga Jumat dari pukul 08.00WIB sampai dengan 16.00 WIB. Terdapat beberapa bentuk pelayanan, sepertimenyediakan formulir pelaporan, pendaftaran NPWP, dan jasa kewajiban pajak lainnya.2. Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah karyawan KPP Pratama Purwokerto yangberjumlah 100 responden. Hal ini sesuai dengan teknik pengambilan sampel yaitu metodeconvenience sampling. Melalui metode ini, anggota sampel yang dipilih atau diambilberdasarkan kemudahan memperoleh data yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarikmudah untuk diukurnya dan bersifat kooperatif (Hamid, 2010).

a. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis KelaminTabel 4.1

Responden Berdasarkan Jenis KelaminJenis Kelamin Jumlah PersentaseLaki-laki 70 70%Perempuan 30 30%

Jumlah 100%Sumber: Data primer yang diolah, 2018

b. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase 24 tahun 25 25%

25 – 34 tahun 40 40% 35 tahun 35 35%

Jumlah 100%Sumber: Data primer yang diolah, 2018

Page 14: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

c. Gambaran Umum Responden Berdasarkan PendidikanTabel 4.3

Responden Berdasarkan Tingkat PendidikanUsia Jumlah PersentaseD3 15 15%S1 50 50%S2 25 25%Lainnya 10 10%

Jumlah 100%Sumber: Data primer yang diolah, 2018

B. Analisis Data dan Pembahasan1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaranatau deskripsi empiris atas data yang dikumpulkan dalam penelitian. Pada bagian ini akandibahas mengenai bentuk sebaran jawaban responden terhadap keseluruhan konsep yangdiukur.

Dari scoring yang telah ditentukan pada kuesioner selanjutnya dibuat analisisdeskriptif variabel penelitian yang didalamnya mencakup cara menghitung nilai indeks.Nilai ini bertujuan untuk mengetahui persepsi umum responden mengenai sebuahvariabel yang diteliti (Ferdinand, 2014).

Untuk mendapatkan kecenderungan jawaban responden terhadap masing-masingvariabel, akan didasarkan skor rata-rata (indeks) yang dikategorikan ke dalam rentangskor berdasarkan perhitungan sebagai berikut (Ferdinand, 2014) :

a. Nilai maksimum skor : (% x 7) / 7 = (100 x 7 / 7) = 700 / 7 = 100b. Nilai minimum skor : (% x 1) / 7 = (100 x 1 / 7) = 100 / 7 = 14,29

Dari hasil perhitungan di atas, maka nilai interval dapat dihitung dengan cara:nilai maksimum indeks dikurangi nilai minimum indeks dan hasilnya dibagi tiga(berdasarkan three-box method) akan menghasilkan interval sebesar 28,57 yang akandigunakan sebagai daftar interprestasi nilai indeks, yang dalam penelitian ini sebagaiberikut (Ferdinand, 2014) :

a. 71,43 – 100 = Tinggib. 42,85 – 71,42 = Sedangc. 14,29 – 42,84 = Rendah

Page 15: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

2. Uji Asumsi Klasika) Uji Normalitas

Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan metodegrafik dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized ResidualNKolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

1000,7500,628

Sumber: Data primer yang diolah, 2018Berdasarkan Tabel 4.12, terlihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar

0,628 > 0,05. Hal itu berarti nilai residual terstandarisasi dinyatakan menyebarsecara normal.

Gambar 4.1Regression Standardized Residual

Page 16: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Gambar 4.2P-P Plot Regression Standardized

Berdasarkan gambar 4.1 terlihat bahwa kurva dependen dan regressionstandardized residual membentuk gambar seperti lonceng. Sedangkan pada tampilannormal P-P Plot Regression Standardized (pada gambar 4.2) terlihat bahwa titik-titikmenyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Sehingga, dapatdikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas dan layak digunakan.b) Uji Heteroskedastisitas

Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser dan metodegrafik terhadap model regresi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.13 dangambar 4.3.

Tabel 4.13Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Sig. Keterangan(Constant)

SistemPerpajakan

KeadilanPerpajakan

0,108

0,326

0,206

0,894

Tidak terjadiheteroskedastisitas

Tidak terjadiheteroskedastisitas

Tidak terjadiheteroskedastisitas

Tidak terjadi

Page 17: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

TeknologiPerpajakan

Biaya KepatuhanPerpajakan

KemungkinanTerdeteksianKecurangan

0,333

0,446

heteroskedastisitas

Tidak terjadiheteroskedastisitas

Tidak terjadiheteroskedastisitas

Sumber: Data primer yang diolah, 2018Tabel 4.13 menunjukkan bahwa semua variabel, yaitu sistem perpajakan,

keadilan perpajakan, teknologi perpajakan, biaya kepatuhan perpajakan, dankemungkinan terdeteksian kecurangan mempunyai nilai signifikan lebih besardari nilai alpha yaitu 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi padapenelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.3

ScatterplotBerdasarkan gambar 4.3 menunjukkan bahwa hasil uji heteroskedastisitas

menggunakan metode grafik berdasarkan tampilan pada scatterplot terlihat bahwa plotmenyebar secara acak di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu RegressionResidual. Oleh karena itu, maka berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakanmetode grafik pada model regresi yang dibentuk dinyatakan tidak terjadi gejalaheteroskedastisitas.

Page 18: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

c) Uji MultikolinieritasUntuk pengujian multikolinieritas dalam penelitian ini dengan melihat nilai

VIF (Varian Inflation Factor) dan tolerance. Adapun VIF (Varian Inflation Factor)dan tolerance dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.14Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Tolerance VIF KeteranganSistemPerpajakan

KeadilanPerpajakan

TeknologiPerpajakan

BiayaKepatuhanPerpajakan

KemungkinanTerdeteksianKecurangan

0,979

0,808

0,960

0,789

0,862

1,022

1,238

1,041

1,267

1,160

Tidak terjadimultikolinieritas

Tidak terjadimultikolinieritas

Tidak terjadimultikolinieritas

Tidak terjadimultikolinieritas

Tidak terjadimultikolinieritas

Sumber: Data primer yang diolah, 2018

Tabel 4.14, menunjukkan bahwa masing-masing variabel mempunyai nilaitolerance mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar angka1. Sistem perpajakan mempunyai nilai tolerance 0,979, keadilan perpajakanmempunyai nilai tolerance 0,808, teknologi perpajakan mempunyai nilai tolerance0,960, biaya kepatuhan mempunyai nilai tolerance 0,789, kemungkinan terdeteksikecurangan mempunyai nilai tolerance 0,862 dan sistem perpajakan mempunyai nilaiVIF 1,022, keadilan perpajakan mempunyai nilai VIF 1,238, teknologi perpajakanmempunyai nilai VIF 1,041, biaya kepatuhan mempunyai nilai VIF 1,267 dankemungkinan terdeteksi kecurangan mempunyai nilai VIF 1,160. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak terdapat problem multikolineritaskarena nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF (variance inflation factor) di bawah10.

3. Hasil Uji Regresi Bergandaa) Hasil Regresi Linear Berganda

Penggunaan analisis regresi linear berganda bertujuan untuk menguji pengaruhdua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen (Suliyanto, 2011).Untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen penelitianini, maka dilakukan Uji t.

Page 19: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Tabel 4.15Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Model B t-hitung Sig. Keterangan

Constant

SistemPerpajakan

KeadilanPerpajakan

TeknologiPerpajakan

BiayaKepatuhanPerpajakan

KemungkinanTerdeteksianKecurangan

50,695

-0,126

-0,653

-0,171

0,025

-0,151

7,387

-0,535

-3,974

-0,569

0,150

-0,764

0,000

0,594

0,000

0,571

0,881

0,447

Berpengaruh PositifDan Signifikan

Berpengaruh NegatifDan TidakSignifikan

Berpengaruh NegatifDan Signifikan

Berpengaruh NegatifDan TidakSignifikan

Berpengaruh PositifDan TidakSignifikan

Berpengaruh NegatifDan TidakSignifikan

Sumber: Data primer yang diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 4.15, maka model regresi penelitian ini adalah:Y = + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 3X4 + 4X4 + 5X5 + eY = 50,695 + (-0,126) + (-0,653) + (0,171) + 0,025 + (-0,151) + eY = 50,695- 0,126 X1– 0,653 X2 – 0,171 X3+ 0,025 X4 – 0,151 X5 + e

Keterangannya :1. Nilai konstanta ( = 50,695)

Hasil persamaan regresi nilai konstanta sebesar 50,695 bernilai positif,artinya jika sistem perpajakan, keadilan perpajakan, teknologi perpajakan, biayakepatuhan perpajakan, dan kemungkinan terdeteksian kecurangan bernilai nol,maka penggelapan pajak menjadi sebesar 50,695.

2. Koefisien Regresi Varabel Sistem Perajakan ( 1 = -0,126) Variabel sistem perpajakan (X1) memiliki nilai koefisien regresi yangnegatif, artinya jika sistem perpajakan naik satu satuan dan variabel lain tetap,maka penggelapan pajakturun menjadi 0,126.

3. Koefisien Regresi Variabel Keadilan Perpajakan ( 2 = -0,653)

Page 20: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Variabel keadilan perpajakan (X2), memiliki nilai koefisien regresi yangnegatif, artinya jika keadilan perpajakan naik satu satuan dan variabel lain tetap,maka penggelapan pajak turun menjadi 0,653.

4. Koefisien Regresi Teknologi Perajakan ( 3 = -0,171) Variable teknologi prpajakan (X3), memiliki nilai koefisien regresi yangnegatif, artinya jika teknologi perpajakan naik satu satuan dan variabel lain tetap,maka penggelapan pajak turun menjadi 0,171.

5. Koefisien Regresi Biaya kepatuhan ( 4 = 0,025) Variable biaya kepatuhan (X4), memiliki nilai koefisien regresi yangpositif, artinya jika biaya kepatuhan perpajakan naik satu satuan dan variabel laintetap, maka penggelapan pajak naik menjadi 0,025.

6. Koefisien Regresi Kemungkinan Terdektesi Kecurangan ( 5 = -0,151) Variable kemungkinan terdektesi kecurangan (X5), memiliki nilaikoefisien regresi yang negatif, artinya jika kemungkinan terdeteksian kecurangannaik satu satuan dan variabel lain tetap, maka penggelapan pajak turun menjadi0,151.

b) Koefisien Determinasi (R2)Koefisien determinasi merupakan besarnya distribusi variabel independen

terhadap variabel dependennya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggikemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabeldependennya (Suliyanto, 2011). Hasil uji koefisien determinasi untuk model regresipada penelitian ini disajikan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model R RSquare

AdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

1 .434a 0,189 0,146 7.916Sumber: Data primer yang diolah, 2018Tabel 4.16, menunjukkan besarnya koefisien korelasi berganda (R), koefisien

determinasi (R Square), dan koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square).Berdasarkan tabel model summaryb di atas diperoleh bahwa nilai koefisien korelasiberganda (R) sebesar 0,434. Ini menunjukkan bahwa variabel sistem perpajakan, keadilanperpajakan, teknologi perpajakan, biaya kepatuhan dan kemungkinan terdeteksikecurangan terhadap penggelapan pajak mempunyai hubungan yang sangat kuat. Hasilpada tabel di atas juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R Square)sebesar 0,189 dan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted RSquare) adalah 0,146. Hal ini berarti 14,6% variasi dari penggelapan pajak bisadijelaskan oleh variasi variabel independen (keadilan, sistem perpajakan, diskriminasidan kemungkinan terdeteksi kecurangan). Sedangkan sisanya (100% - 14,6% = 85,4%)dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini sepertivariabel diskriminasi (Rahman, 2013), ketepatan pengalokasian (Stephana ,2009), tariffpajak (Andres, 2002) dan Stephana, 2009) dan budaya yang berbeda (Mcgee, 2009)diharapkan variabel lain ini juga akan mempengaruhi penggelapan pajak. Jadi terdapatbanyak variabel-variabel yang dapat mempengaruhi penggelapan pajak, denganmengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi penggelapan pajak, maka akan

Page 21: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

mencegah terjadinya penggelapan pajak yang sering terjadi di indonesia, sehingga kasusperpajakan lainnya dapat terungkap.

4. Uji Hipotesisa) Uji F

Tabel 4.17Hasil Uji F

Variabel F-hitung Sig. KeteranganSistem perpajakan,keadilan perpajakan,teknologi perpajakan,biaya kepatuhanperpajakan, dankemungkinanterdeteksiankecurangan

4,372 0,001 BerpengaruhSignifikan

Sumber: Data primer yang diolah, 2018Tabel 4.17 di atas menunjukkan bahwa dari hasil uji F diperoleh nilai F-hitung

sebesar 4,372 > F-tabel sebesar 2,46 dengan tingkat signifikansi 0,001 < 0,05. Karenatingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sehingga dapat dikatakanbahwa sistem perpajakan, keadilan perpajakan, teknologi perpajakan, biaya kepatuhandan kemungkinan terdeteksi kecurangan terhadap penggelapan pajak berpengaruh secarasimultan (bersama-sama). Dengan demikian dalam upaya mengurangi penggelapan pajakpemerintah perlu melakukan perbaikan sistem yang lebih baik lagi dan menerapkan suatukeadilan bagi Wajib Pajak dalam hal perpajakan dan menghindari tindakan kecurangandengan melakukan pemeriksaan pajak dengan pengawasan yang lebih baik lagi sehinggatidak hilangnya pemasukan pajak Negara yang dapat digunakan sebagai pembangunan.Jika hal tersebut tidak ditindaklanjuti, maka akan menyebabkan akibat yang buruk sepertiyang diungkapkan oleh Siahaan (2010) penggelapan pajak membawa akibat pada padaperekonomian secara makro. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukanoleh Suminarsasi (2011), Ayu (2009), Mcgee (2008).

b) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Berdasarkan pengujian hipotesisdiperoleh hasil uji t untuk masing-masing

variabel sebagai berikut :Tabel 4.18

Hasil Uji Statistik t (parsial)Independenvariabel

Koefisienregresi

t-hitung

t- tabel Sig. Nilai kesimpulan keputusan

Sistemperpajakan

- 0.126 - 0.535 1.985 0.594 0.05 negatif tidaksignifikan

H1 ditolak

Keadilanperpajakan

- 0.653 - 3.974 1.985 0.000 0.05 negatifsignifikan

H2diterima

Page 22: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Teknologiperpajakan

- 0.171 - 0.569 1.985 0.571 0.05 negatif tidaksignifikan

H3 ditolak

Biayakepatuhan

0.024 0.150 1.985 0.881 0.05 positif tidaksignifikan

H4 ditolak

Kemungkinan terdektesikecurangan

- 0.151 - 0.764 1.985 0.447 0.05 negatif tidaksignifikan

H5 ditolak

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Sistem perpajakan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap persepsi wajibpajak mengenai etika penggelapan pajak. Sistem perpajakn diberikan kepercayaanuntuk melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui menghitung,memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendri besarnya pajak terutang (selfassessment), sehingga administrasi perpajaan diharapkan dapat dilaksanakan lebihrapih, terkendali, sederhana, dan mudah dipahami oleh anggota masyarakat atauwajib pajak agar sistem pepajakan berjalan dengan bai akan meningkatkan etika bagiwajib pajak sehingga penggelapan pajak akan berkurang.

2. Keadilan perpajakan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap persepsi wajibpajak mengenai eika penggelapan pajak. Keadilan sangan penting bagi wajib pajak,karena akan mempengaruhi sikap dan niat mereka membayar pajak.

Apabila wajib pajak memperoleh perlakuan yang tidak adil, maka mereka akanmendapat tekanan sosial dan memotivasi tekanan sosial dan memotivasi individuuntuk melakukan tindakan penggelapan pajak.

3. Teknologi perpajakan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap persepsiwajib pajak mengenai etika penggelapan pajak. Modernisasi layanan perpajakan yangdilakukan pemerinah saat ini, diharapkan dapat meningkatkan kualtas layanansehingga diharapkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak terhutangnyameningkat dikarenakan di permudahkannya cara pembayaran dan pelaporan pajak.Tetapi dengan adanya teknologi dan informasi dibidang perpajakan waktu yangdibutuhkan seorang wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya semakinefektif dan efisien, ketika wajib pajak semakin dipermudahkan dengan fasilitas yangdiberikan diharapkan wajib pajak dapat memenuhi kewajibannya dan dapatmenghindari tindakan penggelapan pajak.

4. Baya kepatuhan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap persepsi wajibpajak mengenai etika penggelapan pajak. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh wajibpajak tersebut seharusnya tidak memberatkan wajib pajak dan tidak menjadi faktorpenghambat wajib pajak dalam melakukan pemenuhan keajiban perpajakannya.Karena tingginya biaya kepatuhan pajak dapat menyebabkan wajib pajak engganmembayar pajak sehingga biaya kepatuhan yang tinggi dapat menjadi hal yangmenghambat atau mendukung perilaku seseorang untu menggelapkan pajak.

Page 23: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Sebaliknya, apabila biaya kepatuhan yang ditanggung tidak terlalu memberatkan,maka individu akan cenderung menghindari penggelapan pajak.

5. Kemugkinan terdekteksi kecurangan berpengaruh negatif dan tidak signifikanterhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak. Kemungkinanterdektesi kecurangan terjadi karena ada seeseorang yang memalsukan dokumen,mengisi data dengan tidak lengkap atau tidak benar, penipuan kosekuensipembayaran pajak yang berlipat ganda secara tidak wajar agar mendapatkankeuntungan yang lebih besar.

Keterbatasan1. Penelitian ini hanya bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya pengaruh tanpa

mengindahkan faktor lain yang mempengaruhi variabel sistem perpajakan, keadilanperpajakan, teknologi perpajakan, biaya kepatuhan, dan kemungkinan terdektesikecurangan terhadap penggelapan pajak.

2. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu terbatas sehingga penelitian ini tidak mengkajivariabel Y secara mendalam dalam konfleksi.

3. Penelitian ini hanya untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh terhadap variabel X dan Ytanpa mengetahui seberapa besar pengaruh yang di timbulkan.

SaranPenelitian selanjutnya diharapkan :

1. Menambah jumlah responden dan wilayah penelitian sehingga menambah sebuahpenelitian yang lebih baik.

2. Menambahkan jumlah variabel independen yang dapat mempengaruhi penggelapan pajak,seperti ketepatan pengalokasian, diskriminasi, budaya yang berbeda, dan tarif pajak

3. Tidak hanya menggunakan kuisioner tapi juga melakukan wawancara secara langsung.4. fiskus atau Direktorat Jenderal Pajak disarankan agar dapat meningkatkan keadilan dalam

melaksanakan ketentuan perpajakan, agar lebih adil dalam melaksanakan sistemperpajakan.

5. Wajib pajak disarankan untuk lebih memaksimalkan penggunaan teknologi perpajakanyang sudah disediakan oleh pemerintah, tujuannya agar wajib pajak lebih nyaman danmudah dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Andria, Harry. 2008. “Aspek Keadilan Pengenaan Pajak Penghasilan TerhadapTransaksiPerdagangan Saham Di Bursa Efek”. Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta.

A.Fuad Rahmany. 2011. Buku Panduan Sensus Pajak Nasional Direktorat Jenderal Pajak.Andria, Harry. 2008. “Aspek Keadilan Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Transaksi

Perdagangan Saham Di Bursa Efek”. Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta.Aritonang, Meli. 2010. “Analisis Implementasi Teknik Audit Berbantuan Komputer

Pengaruhnya terhadap Kualitas Pemeriksaan Pajak Rutin pada Kantor PelayananPajak Pratama Jakarta Tanah Abang”, Jakarta.

Ayu, Dyah. 2011. “Persepsi Efektivitas Pemerikasaaan Pajak Terhadap KecenderunganPerlawanan Pajak”. Seri Kajian Ilmiah, Volume 14, Nomor 1, Januari 2011.

Ayu, Dyah dan Rini Hastuti. 2009. “Persepsi WP: Dampak Pertentangan Diametral PadaTax Evasion WP Dalam Aspek Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan,

Page 24: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Ketepatan Pengalokasian, Teknologi Sistem Perpajakan, dan KecenderunganPersonal (Studi WP Orang Pribadi")”. Kajian akuntansi.

Ahmad, Prince Fawad. 2014. Causes of Tax Evasion in Pakistan: A Case Study on SouthernPunjab. International Journal of Accounting and Financial Reportin. 4(2). Pakistan:The Islamia University of Bahawalpur.

Ardyaksa, Theo Kusuma dan Kiswanto. 2014. Pengaruh Keadilan, TarifPajak, KetepatanPengalokasian, Kecurangan, Teknologi dan Informasi Perpajakan Terhadap TaxEvasion. Accounting Analysis Journal. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Budiman Judi dan Setiyono. 2012. “Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap PenghindaranPajak”. PPJK 29 Universitas Gajah Mada dan Universitas Islam Sultan Agung.Yogyakarta.

Berutu, Dian Anggraeni. (2013). Persepsi Keadilan Pajak terhadap Perilaku KepatuhanWajib Pajak Orang Pribadi (WP OP). Skripsi. Universitas Diponegoro.

Berutu, Dian Anggraeni dan Puji Harto. 2012. Persepsi Keadilan Pajak Terhadap PerilakuKepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP). Diponegoro Journal ofAccounting,Vol. 2 No. 2:1-10

Chau and Liung. 2009. A Critical Review of Fischer Tax Complience Model (A ResearchSyntesis). Journal of Accounting and Taxation, 1 (2): h:34-40.

Darmayanti, Theresia Woro, 2004. Pelaksanaan Self Assesment System Menurut Wajib Pajak(Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan Salatiga). Jurnal Ekonomi dan Bisnis.Volume X No. 1, 109 –128.

Doran, Michael, 2009, Penalties And Tax Comppliance, Harvard Journal onLegislation 111-161. Vol. 46. http://scholarship.law.georgetown.edu/facpub/915.

Danandjaja, James. 2003. “Diskriminasi Terhadap Minoritas Masih Merupakan MasalahAktual di Indonesia Sehingga Perlu Ditanggulangi Segera”.

Dharmawan, Ferdyanto dan Devi Pusposari. 2012. Pengaruh Keadilan Pajak terhadapTingkat Kepatuhan Wajib Pajak Pribadi (Studi pada KPP Pratama MalangSelatan)”. Dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Volume 1 No.1 Malang:Universitas Brawijaya.

Fuad Rachmany, 2011, Lima Sasaran Pemeriksaan, Diakses pada 2 April 2011 dari wordwide web: http://bisnis.vivanews.com/news/read/223919-5-wajib-pajak-sasaran-pemerintah-tahun-2012.

Fuad Rachmany, 2011, Menkeu tingkatkan kepatuhan pajak kemerntrian dan lembaga,Diakses Pada 2 April 2011dari word wide web:http://www.pajak.go.id/content/menkeu-tingkatkan-kepatuhan-pajak-kementerianlembaga.

Fahluzy, S., dan Agustina. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan membayarpajak UMKM di Kabupaten Kendal.Accounting Analysis Journal, 3(3).

Fauziati, P., dan Syahri, A. (2015). Pengaruh efektifitas sistem perpajakan dan pelayananfiskus terhadap kemauan untuk membayar pajak sebagai variabel intervening.Akuntabilitas, viii(1), 47–60.

Ferdinand, A. (2002). Structural equation modeling. Semarang: BP UNDIP.Gibson, Charles H. 2001. Financial Reporting Analysis, 8th edition. South Western College

Publishing.Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19, Edisi

5”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Page 25: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.Yogyakarta: Universitas Diponegoro

Ginanjar, R. 2014. Pengaruh Keadilan dan Sistem Pemungutan Pajak Terhadap PersepsiWajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Studi pada Wajib Pajak Badan diKPP Sukabumi). Skripsi. Bandung: Program Studi Akuntansi Fakultas PendidikanEkonomi dan Bisnis UniversitasPendidikan Indonesia.

Hastuti, rini dan stephana dyah ayu r. 2009. Persepsi wajib pajak : dampak pertentangandiametral pada tax evasion wajib pajak dalam aspek kemungkinan terdeteksinyakecurangan, keadilan, ketetapan pengalokasian, teknologi system perpajakan, dankecenderungan personal (studi wajib pajak orang pribadi). Kajianakuntansi.februari. 2009.Hal1-12. ISSN 1979-4886.Vol 1. No. 1

Hamid, Abdul. 2010. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Jakarta.Hartman, Laura P dan Desjardins. 2008. “Business Ethics: decision Making for Personal

Integrity and Social Responsibility”. New York.Hartono, Jogiyanto. 2004. “Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-

Pengalaman”. Yogyakarta, BPFE.Izza, Nur Ika Alfi dan Ardi Hamzah. “Etika Penggelapan Pajak Perspektif Agama: Sebuah

Studi Interpretatif ”. Surabaya.Jotopurnomo, C., dan Mangoting, Y. (2013). Pengaruh kesadaran wajib pajak , kualitas

pelayanan fiskus , sanksi perpajakan , lingkungan wajib pajak berada terhadapkepatuhan wajib pajak orang pribadi di Surabaya. Tax & Accounting Review, 1(1).

Kurniawati, Meiliana dan Agus Arianto Toly. (2014). “Analisis Keadilan Pajak, BiayaKepatuhan, Dan Tarif Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak.

Lubis, Arfan Ikhsan .2010. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba EmpatLederman, Leandra. 2003a. The Interplay Between Norms and Enforcement in Tax

Compliance. Ohio State Law Journal.64(6): h:14531514.Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta : CV Andi Offset (Penerbit

Andi).Mohammad Zain.2007. Manajemen perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.Mohammad Zain.2008. Manajemen Perpajakan. Salemba Empat: Jakarta.Marlina, Siti. 2013. “Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi dan Ketepatan

Pengalokasian Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak (TaxEvasion). Universitas Maritim Raja Ali Haji. Bintan.

Mardiasmo. 2009. “Perpajakan Edisi Revisi 2009”. Yogyakarta, Penerbit Andi.Masri, Indah dan Dwi Martani. 2012. “ Pengaruh Tax Avoidence Terhadap Cost of Debt”.

PPJK 20, Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.McGee, Robert W. 2006. “Three Views on the Ethics of Tax Evasion”, Journal of Business

Ethics 2006, pp. 15-35.McGee, R.W., Simon dan Annie. 2008. “A comparative Study on Perceived Ethics of Tax

Evasion: Hong Kong Vs the United Stated”, Journal of Business Ethics 2008, pp.147-158.

Mc. Graw Hill. Gujarati D. N and Porter D C. 2009. Basic Econometrics.Nickerson, Inge. 2009. “Pleshko dan McGee. Presenting the Dimensionality of An Ethics

Scale pertaining To Tax Evasion”, Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues,Volume 12, Number 1.

Nurmantu, Safri. 2003. “Pengantar Perpajakan”. Jakarta , Granit

Page 26: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Nurmantu, Safri. 2004. Pengantar Perpajakan. Jakarta : GranitPermatasari, Inggrid. (2013). “Minimalisasi Tax Evasion Melalui Tarif Pajak, Teknologi dan

Informasi Perpajakan, Keadilan Sistem Perpajakan, dan Ketepatan PengalokasianPengeluaran Pemerintah”. Diponegoro Journal Of Accounting Volume 2, Nomor 2,Tahun 2013.

Pardiat. 2008. “Pemeriksaan Pajak”. Jakarta, Mitra Wacana Media.Priantara, Diaz. 2011. “Kupas Tuntas Pengawasan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak”.

Jakarta, PT Indeks..Priyatno, Dwi. 2008 . “Mandiri Belajar SPSS”, Cet-1, Jakarta. PT. Buku Kita.Rahayu, Dewi P. 2006. “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Transparansi Belanja Pajak,

dan Keadilan Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Pada Wajib Pajak di KotaSurakarta”. Yogyakarta, Tesis Program Magister Sains Akuntansi UGM.

Rahayu, Dewi P. 2006.Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Transparansi Belanja Pajak, danKeadilan Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Pada Wajib Pajak di Kota Surakarta.Yogyakarta, Tesis Program Magister Sains Akuntansi UGM.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi manusia.Republik Indonesia, Undang-UndangNomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

Resmi, Siti. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus, Jakarta, Salemba Empat.Rosdiana Haula dan Edi Slamet Irianto. 2011. Pengantar Ilmu Pajak, Kebijakan dan

Implementasi di Indonesia. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.Rachmadi, Wahyu. 2014. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi Wajib Pajak Orang

Pribadi Atas Perilaku Penggelapan Pajak (Studi Empiris pada Wajib PajakTerdaftar di KPP Pratama Semarang Candisari). Diponegoro Journal ofAccounting. 3(2). Semarang: Universitas Diponegoro.

Rahman, Irma Suryani. 2013. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, danKemungkinan Terdeteksi Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak MengenaiEtika Penggelapan Pajak (Tax Evasion).Skripsi Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi 6 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.Setiawan, Maria Justina. 2008. “Sekilas Tentang Manajemen Pajak”. Jurnal Administrasi

Bisnis Volume 4 No.2: halaman 174-178 (ISSN:0216-1249). FISIP-UNPAR.Siahaan, Marihot P. 2010. “Hukum Pajak Elementer”. Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu.Siahaan, Marihot P. 2010. “Hukum Pajak Material”. Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu.Soemitro, Rochmat. 1992. “Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1994”.

Bandung, Eresco.Sugiyono. 2010. “Statistika untuk Penelitian”. Cetakan ke-16, Bandung, Alfabeta.Syopiansyah Jaya Putra dan DurrachamanYusuf. 2009. “Etika Bisnis dan Hak Kekayaan

Intelektual”. Jakarta.Suminarsasi, Wahyu dan Supriyadi. 2011. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan dan

Diskriminasi Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak.Yogyakarta, PPJK 15 Universitas Gajah Mada.

Saidi, Muhammad Djafar. 2007. “Pembaharuan Hukum Pajak. Jakarta, PT RajaGrafindoPersada.

Page 27: “PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, KEADILAN ...eprints.peradaban.ac.id/573/9/411140014_ARTIKEL.pdf1.2.Teori Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang

Salip dan Tendy Wato. 2006. “Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak(Studi Kasus: Di KPP Jakarta Kebon Jeruk)”, Jurnal Keuangan Publik Vol. 4, No. 2,September 2006

Sekaran, Uma. 2000. “Research Methods for Business Third Edition”. USA, John Wiley &Sons, Inc.

Tjahyono, Achmad dan M. Fakhri Husein. 2005 . “Perpajakan”, Edisi 3, UPP AMP YKPN.Trihendradi, Cornelius. 2007. “Langkah Mudah Menguasai Statistik Menggunakan SPSS 16”.

Yogyakarta, Penerbit Andi.Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.Velasquez, Manuel G. 2002. “Business Ethics: Consepts and Cases Fift Edition”. New

Jersey, Mc. Pearson Education.Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.Waluyo. 2009. Akuntansi Pajak, Edisi 2, Cetakan Pertama. Jakarta : Salemba Empat.Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia Buku 1 Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.Waluyo. 2014. Pepajakan Indonesia .Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat.www.ikpi.or.id/sites/default/files/peraturan_pajak/SE_29.PJ_.2011.pdfwww.pbtaxand.com/uploads/regulation/SE_07_PJ_2012.pdfwww.ortax.orgwww.pajak.go.idwww.antaranews.comZain, Muhammad & Hermana, Suryo (2010). HIMPUNAN UNDANG-UNDANG

PERPAJAKAN 2010, Jakarta : PT Indeks.