Antroplogi

11
TUGAS INVIDU PONDOK PESANTREN: OBSERVASI TERHADAP PONDOK PESANTREN RAUDLATUL ULUM AL-KHALILIYAH PARIT SURABAYA DESA PASAK KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KUBU RAYA MATA KULIAH: ANTROPOLOGI O L E H FAISOL 1083109471 Dosen Pengampuh: Zaenuddin, MA

description

antropologi

Transcript of Antroplogi

Page 1: Antroplogi

TUGAS INVIDU

PONDOK PESANTREN: OBSERVASI TERHADAP PONDOK PESANTREN

RAUDLATUL ULUM AL-KHALILIYAH PARIT SURABAYA DESA PASAK KECAMATAN

SUNGAI AMBAWANG KUBU RAYA

MATA KULIAH: ANTROPOLOGIO

L

E

H

FAISOL1083109471

Dosen Pengampuh: Zaenuddin, MA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONTIANAK

2009

Page 2: Antroplogi

Kata Pengantar

Puji dan syukur dengan tulus penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, karena

hanya denagn nikmat dan karunia-Nya penulis dapat penyelesaikan penulisan

makalah ini. Demikian juga shalawat dan salam penulis sampaikan kepada nabi

Muhammad SAW serta para sahabat dan pewaris risalahnya.

Makalah ini diharapkan menambaha khazanah pengetahuan khususnya dalam

keadaan sebenarnya dari suatu lembaga pendidikan yang bernama pesantren. Kajian

serta observasi tentang pesantren penulis anggap sangat penting dan semakin

menarik serta up to date dari hari ke hari lantaran ke-eksistensiannya di tengah

tantangan pendidikan global, terutama gempuran ideology yang semakin gencar.

Pesantren pennulis anggap sebagai salah satu dari objek kajian

Antropologi, karena selain sebagai suatu sitem pendidikan asli Indonesia

(indigenous), ia juga merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia, apalagi

dengan ditambahnya bahwa fakta di lapangan mennunjukkan baha rata-rata lulusan

pesantren bias memberikan kontribusi di masayarakat, khususnya di bidang ilmu

keagamaan serta moral atau norma dengan karakteristik ideology yang khas dan

model unik dalam merespon araus ideology pendidikan kontemporer.

Sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai peran strategis dalam ikut

mencerdaskan bangsa, membentuk manusia yang berkualitas (insane kamil) dengan

internalisasi moral sebagai basis penyokong utamanya, pesantren hingga sekarang

masih dan tetap menampakkan relevansinya di tengah arus ideology pendidikan

global. Hal ini tak lepas dari ‘kecerdasan’ pesantren dalam merespon arus ideologi-

idelogi kontemprer, meski harus selalu ‘tak merasa kenyang’ dengan kritik dan

penilaian.

Page 3: Antroplogi

Bab I

A. Pendahuluan

Kurang lengkap rasanya jika membivarakan pendidikan Islam di Indonesia

tanpa memasukkan nam pesantren. Sejumlah pakar meyakini bahwa ia merupakan

bentuk pendidikan islam yang indigenous di nusantara ini. Eksistensi pendidikan

model pesantren, telah hidup dan berada dalam budaya bangsa Indonesia selam

berabad-abad silam dan tetap bertahan hingga sekarang.

Dari perjalanan sejarahnya yang cukup panjang itu, pesantren telah menjadi

sumber inspirasi yang selalu menarik untuk diamati. Pesantren memiliki signifikasi

yang tinggi untuk dilihat dari perspektif manapun. Makalah yang berjudul “Pondok

Pesantren: Observasi Terhadap Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Al-Khaliliyah

Parit Surabaya Desa Pasak Kecamatan Sungai Ambawang Kubu Raya” ini

merupakansalah satu observasi dan kajian terhadap salah satu pesantren diharapkan

bisa mengantar pembaca pada gambaran yang sebenarnya dari lemabaga pendidikan

pesantren ini.

B. Tujuan

Pilihan penulis untuk mengeksplor hal ini ke permukaan khlayak pembaca

adalah agar pesantren bisa dipahami apa adanya, tidak dipandang sebelah mata,

tradisional dan kuno, serta bahkan ada asumsi dari golongan-golongan pemikir

picik yang menganggap lulusan pesantren tidak bisa terjun dan berkontribusi di

masyarakat layaknya lulusan pendidikan formal, seperti sekolah ataupin kampus,

belum lagi orang-orang yang mengklaim dan mem-vote bahwa disiplin ilmu yang

dikaji di pesantren, khususnya ilmu agama tidaklaha mempunyai dasar yang kuat.

Penulis ingi mencoba berargumen secara ilmiyyah dalam maklah ini, bukan

untuk berapologi hanya karena penulis juga seorang alumni pondok pesantren, tapi

perlu dijelaskan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang memiliki

landasan ideologis baik secara ideal, konstitusional maupun teologis. Hal inilah

yang igin di paparkan penulis, ditamabh lagi dengan pelatihan-pelatihan keterapilan

yang diterapkan di pesantren, dalam hal ini di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum

Al-Khaliliyah Parit Surabaya Desa Pasak Kecamatan Sungai Ambawang Kubu

Raya” yang menjadi objek sampel observasi penulis tentang pesantren. Semoga

bermanfaat. Amin!

Page 4: Antroplogi

Bab II

Pokok Pembahasan

Pesantren: Observasi Terhadap Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Al-Khaliliyah Parit Surabaya Desa Pasak Kecamatan Sungai Ambawang Kubu Raya

A. Pengertian Pesantren

Secata etimologi, pesntren berasala dari kata “santri” yang mendapat sufiks

atau tambahan secara konfiks, yaitu imbuhan pada awalan dan akhiran. Jadi

tambahannya adalah ‘pe’ di awalnya dan ‘an’ pada akhirannya, mka artiny adalah

tempat tinggal santri. (Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang

Pandangan Hidup Kyai, LP3Es, Jakarta: 1982, hlm. 18)

Ensiklopedi Islam memberi gambaran yang berbeda, yakini bahwa pesantren

itu berasala dar bahasa Tamil yang artinya ‘guru ngaji’, atau berasala dari bahasa

India “shastri” dan kata “shatra” yang berarti buku-buku suci, kitab-kitab agama

atau ilmu tentang pengetahuan. (Hasan Shadily, Ensiklopedi Islam, Ichtiar Baru

Van Hoeve, Jakarta: 1993, hlm. 99)

Sedangakan secara etimologis definisi sangat beragam dan variatif oleh para

pakar. M. Arifin mendefinisikan pesantren seabagai suatu lembaga pendidikan

agam Islam yang tumbuh dan diakui oleh masyarakat sekitar. (M. Arifin, Kapita

Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Bumi Aksara, Jakarta: 1991, hlm. 240)

Berbeda lagi Abdurrahman Wahid, yang mmeberikan definisi terhadap

pesantren secara teknis sebagai “a place where santri (student) live (suatu lenbaga

di mana seorang santri/murid tinggal). (Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan

Pesantren, Pustaka Rizki Putra, Semarang: 2007, hlm 12)

B. Landasan Ideologis Pendidikan Pesantren

Sebagai suatu lembaga pendidikan yang mengandung makna keaslian

Indonesia (indigenous), posisi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam

merupakan sub sistem pendidikan nasional. Karena itu, pendidikan pesantren

memiliki dasar yang cukup kuat, baik secara ideal, konstitusional maupun teologis.

Landasan ideologis ini menjadi penting bagi pesantren, terkai eksistensinya sebagai

Page 5: Antroplogi

lembaga pendidikan yang sah, menyejarah dan penunjuk arah bagi semua

aktivitasnya.

Dasar ideal pendidikan pesantren adalah falsafah negara Pancasila, yakni sila

pertama yang berbunyi: Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini mengandung arti

bahwa seluruh bangsa Indonesia percaya kepada Tihan Yang maha Esa, atau

tegasnya harus beragama.

Dasar konstitusional pendidikan pesantren adalah pasala 26 ayat 1 dab 4

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada

pasl 1 disebutkan bahwa “Pendidikan nonfprmal diselenggarakan bagi waega

masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai

pengganti, penanambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat”. (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kaledra, Jakarta: 2003, hlm. 19)

Sedangkan dasar teologis pesantren adalah ajaran Islam, yakini bahwa

melaksanakan pendidikan agama merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan

ibadah kepada-Nya. Dasar-dasar yang dipakai antara lain adalah:

Firman Allah SWT

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka

dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang

lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya

dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk. (QS: an-Nahl: 125)

Juga sabda Nabi Muhammad SAW:

“Ballighu’anny wa lau ayatan”

Sampaikan apa yang kau dapat dariku kepada orang laini

walaupun hanya satu ayat(sedikit). (HR. Bukhari)

Page 6: Antroplogi

Sedangkan kalu di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Al-Khaliliyah lebih

dikhususkan lagi sebagai lembaga pendidikan pesantren yang berhaluan faham Islan

Ahlussunnah wal Jamaah. Kemudian hal itu diatur dab dipertegas serta dirinci lagi

dengan danya aturan atau undang-udang pesantren sebagai berikut:

Undang-undang Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Al-Khaliliyah

Parit Surabaya Desa Pasak Kecamatan Sungai Ambawang Kubu Raya

1. Kewajiban

a) Semua santri wajib shalat berjamah

b) Semua santri mewajibkan melaksanakan shalat sunnah rawathib

c) Semua santri wajib mengaji dan sekolah

d) Semua santri wajib mengikuti kegiatan pesantren

e) Semua santri wajib berakhlakul-karimah

2. Larangan

a) Semua santri dilarang bertengkara atau bermusuhan

b) Semua santri dilarang mencuri

c) Semua santri dilarang ghasab

d) Semua santri dilarang menonton tontonan maksiat

e) Semua santri dilarang nonton TV di luar waktu

f) Semua santri dilarang olah raga di luar waktu

3. Sanksi

a) Teguran

b) Peringatan

c) Hukuman

d) Skorsing

C. Tipologi Pesantren

Secara factual ada beberapa tipe pondok esantren yang berkembang dalam

masyarakat, yang meliputi:

1. Pondok Pesatren Tradisional

Page 7: Antroplogi

Pondok pesantren ini masih tetap memepertahankan bentuk aslinya dengan

semata-mata mengajarkan kitab kuning yang ditulis oleh ilama Timur Tengah

pada sekitar abad 15 dengan menggunakan bahasa Arab.

2. Pondok Pesantren Modern

Pondok pesantren ini meruoakan pengembangan tipe pesantren karena

orientasi belajarnya cenderung mengadopsi seliuruh system belajar secara

klasikal dan meninggalkan system belajar secara tradisonal.

3. Pondok Pesantren Komprehensif

Pondok pesantren semacam ini dikatakan komprehensif karena meruoakan

system pendidikan dan pengajaran gabungan antara yang tradisonal dengan

yang modern.

Sedangkan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Al-Khaliliyah adalah tipe

pesantren yang ketiga, krena memang dalam praktiknya pesantren ini memadukan

sistem tradisional dan modern. Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

a) Kegiatan belajar mengajar yang dilkukan

secara sorogan, wetonan dan bandongan.

b) Kegiatan pelatihan keterampilan, seperti kursus

komputer, jahit dan membuat batako.

c) Acara cerdas-cermat setiap malam Rabu pada

pekan pertama.

d) Acara Munadhharah (nelajar membaca kita

kunig) setiap malam Rabu pada pekan kedua.

e) Acara Bahtsul Masail (membahas

permasalahan-permasalahan Fiqh) setiap

malam rabu pada pekan ketiga.

f) Acara Muhadharah (belajar berorasi, khatib

Jum’ah dan protokoler) setiap malam rabu pada

pekan keempat.

g) Pembelajaran bertani, seperti terong, cabe dan lada.

Page 8: Antroplogi