ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak...

51
1 ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG SECARA IN VITRO DAN IN VIVO DIAN IFKARUL IZZAH DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Transcript of ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak...

Page 1: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

1

ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG SECARA IN VITRO DAN IN VIVO

DIAN IFKARUL IZZAH

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Page 2: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

2

ABSTRAK

DIAN IFKARUL IZZAH. Antihiperurisemia Ekstrak Seledri, Sidaguri, dan Tempuyung secara In Vitro dan In Vivo. Dibimbing oleh DYAH ISWANTINI PRADONO dan MIN RAHMINIWATI.

Seledri (Apium graveolens), sidaguri (Sida rhombifolia), dan tempuyung (Sonchus arvensis) merupakan tanaman obat asli Indonesia yang dapat memperbanyak produksi urin (diuretik) dan dapat menginhibisi enzim xantin oksidase sehingga berpotensi menurunkan kadar asam urat dalam darah. Uji inhibisi terhadap aktivitas xantin oksidase secara in vitro dilakukan pada kondisi optimum (inkubasi pada suhu 20oC, pH 7,5, konsentrasi xantin oksidase 0,1 unit/mL, dan konsentrasi xantin 0,7 mM) yang dibandingkan dengan allopurinol sebagai kontrol positif. Hasil uji inhibisi enzim xantin oksidase secara in vitro menunjukkan ekstrak tunggal sidaguri 400 ppm, seledri 1400 ppm, dan tempuyung 400 ppm memiliki daya inhibisi terbesar berturut-turut sebesar 56,46, 80,95, dan 83,02%. Selain itu, gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan nisbah 4:14:4 memiliki persen inhibisi sebesar 88,68 %. Gabungan tersebut dengan dosis 2640 mg/300 g BB dapat menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah tikus sebesar 59,45 % yang melebihi kontrol positif (allopurinol) sebesar 56,86% serta memiliki aktivitas xantin oksidase sebesar 179,05 mM/L menit yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok normal (501,12 mM/L menit). Berdasarkan hasil tersebut terbukti bahwa gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung berpotensi sebagai obat antigout melalui inhibisi enzim xantin oksidase.

ABSTRACT

DIAN IFKARUL IZZAH. Antihiperurisemia Extract of Celery, Sidaguri, and Tempuyung by In Vitro and In Vivo. Supervised by DYAH ISWANTINI PRADONO dan MIN RAHMINIWATI.

Celery (Apium graveolens), sidaguri (Sida rhombifolia), and tempuyung (Sonchus

arvensis) are an Indonesian native medicinal plants that can augment the production of urine (diuretic) and can inhibit xanthine oxidase enzyme activity in order to decrease the level of uric acid in blood. Inhibition of xanthine oxidase by in vitro was examined at the optimum condition (20 oC of incubation temperature, pH 7.5, 0.1 unit/ml of xanthine oxidase concentration, and 0.7 mM of xanthine concentration) was compared with allopurinol as positive control. The results of in vitro inhibition test of xanthine oxidase activity showed single extract of 400 ppm of sidaguri, 1400 ppm of celery, and 400 ppm of tempuyung that have greatest inhibition of 56.46, 80.95, and 83.02%, respectively. In addition, the combined extract of sidaguri, celery, and tempuyung of 4:14:4 ratio showed inhibition of 88.68%. The combination with dose of 2640 mg/300 g BB can decrease the concentration of uric acid in the blood of rat by 56.86% which exceeds the positive control (allopurinol) of 56.86%, and has xanthine oxidase activity of 179.05 mM/L min lower as compared with the normal group (501.12 mM / L min). These results proved that the combined extracts of sidaguri, celery, and tempuyung is potential as antigout medicine through xanthine oxidase enzyme inhibition.

Page 3: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

3

ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG SECARA IN VITRO DAN IN VIVO

DIAN IFKARUL IZZAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

Page 4: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

4

Judul : Antihiperurisemia Ekstrak Sidaguri, Seledri, dan Tempuyung secara In Vitro dan In Vivo

Nama : Dian Ifkarul Izzah NIM : G44051327

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Dyah Iswantini Pradono, M. Agr. Dr. Min Rahminiwati NIP 19670730 199103 2 001 NIP 19610528 198503 2 004

Mengetahui Ketua Departemen,

Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS NIP 19501227 197603 2 002

Tanggal lulus :

Page 5: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

5

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2009 yang bertempat di Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dyah Iswantini Pradono, M. Agr. dan Dr. Min Rahminiwati selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan, motivasi, saran, dan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi penulis selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini serta kepada DP2M DIKTI melalui hibah kompetensi atas nama Dr. Dyah Iswantini Pradono, M. Agr. yang telah membantu pendanaan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ismail, Bapak Nano, dan Ibu Ai di Laboratorium Kima Fisik, Ibu Nunuk, Bapak Didi Biofarindo, dan Bapak Aulia di Pusat Studi Biofarmaka yang telah membantu penulis dalam pemakaian alat dan bahan di laboratorium tersebut.

Ungkapan terima kasih kepada Ayah, Ibu, kakak-kakakku, dan seluruh keluarga atas semangat, kasih sayang, dan dukungannya. Tak lupa, ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dicky, teman-teman seperjuangan (Andayani, Trisleni, Asep Wahyudin, Eka Mardiah), teman-teman kimia 42, dan teman-teman satu rumah (diah, windi, tri, ita) yang telah memberikan semangat, motivasi, dan dorongan dalam menyusun karya ilmiah ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Bogor, Januari 2010

Dian Ifkarul Izzah

Page 6: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jombang pada tanggal 5 Mei 1987 dari Ayah Abdul Munif dan Ibu Isfatun Nadziroh. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan studi di SMU Negeri 1 Jombang pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Lingkungan pada tahun ajaran 2008/2009, mata kuliah Kimia Fisik pada tahun ajaran 2008/2009 dan 2009/2010, serta praktikum mata kuliah Kimia Umum untuk mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama pada tahun ajaran 2009/2010. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan Praktik Lapangan di Laboratorium Toksikologi, Balai Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet) Bogor selama periode bulan Juli-Agustus 2008.

Page 7: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

7

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................... vii

PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA Sidaguri (Sida rhombifolia) ................................................................................... 2 Seledri (Apium graveolens) ................................................................................... 2 Tempuyung (Sonchus arvensis) ........................................................................ Gout .......................................................................................................................

3 3

Xantin Oksidase .................................................................................................... Pengujian In Vivo pada Tikus …………….……………...……………………… Allopurinol ……………………………………………………………………… Kalium Oksonat ………………………………………………………………….

4 5 5 5

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat....................................................................................................... 5 Metode Penelitian................................................................................................... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air ……....................................................................................................... 8 Ekstraksi ………………….................................................................................... 8 Inhibisi Ekstrak Tunggal terhadap Aktivitas Xantin Oksidase secara In Vitro …. 8 Inhibisi Gabungan Ekstrak terhadap Aktivitas Xantin Oksidase Secara In Vitro…………………………………………………………………………... Inhibisi Gabungan Ekstrak Terbaik terhadap Aktivitas Xantin Oksidase secara In Vivo …………………………………………………………………....

10

11

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan................................................................................................................. 15 Saran....................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 15

LAMPIRAN................................................................................................................ 19

Page 8: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

8

DAFTAR GAMBAR Halaman

1 Tanaman sidaguri ................................................................................................. 2 2 3

Tanaman seledri .....................................................………………...................... Tanaman tempuyung ............................................................................................

3 3

4 5

Radang sendi yang disebabkan oleh timbunan asam urat …….…...…................ Struktur 3 dimensi xantin oksidase ......................................................................

4 4

6 Skema reaksi xantin oksidase yang mengkonversi hipoxantin menjadi xantin dan asam urat ……………………………………………………………

4

7

Persen inhibisi ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung terhadap enzim xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi .............................................

9

8 9 10

Persen inhibisi kontrol positif dan gabungan ektrak (sidaguri: seledri:tempuyung) terhadap enzim xantin oksidase ........................................... Persen penurunan konsentrasi asam urat dalam darah tikus setelah perlakuan untuk masing-masing kelompok ………………………………...….. Rata-rata aktivitas xantin oksidase dalam hati tikus setelah perlakuan untuk masing-masing kelompok …………………………………………..……

11

12

14

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Bagan alir penelitian ............................................................................................ 20 2 3 4 5 6

Data pakan sebelum perlakuan ............................................................................ Data pakan ketika perlakuan ................................................................................ Rancangan percobaan in vivo ..............................…………......…….................. Kadar air sidaguri, seledri, dan tempuyung ......................................................... Panjang gelombang maksimum substrat xantin ………………………………...

21 22 25 26 27

7 8 9 10 11

Pembuatan kurva standar substrat xantin …………………..…….…….............. Data hasil uji enzimatis berbagai ektrak .............................................................. Panjang gelombang maksimum standar asam urat .............................................. Pembuatan kurva standar asam urat ..................................................................... Persen penurunan konsentrasi asam urat ………………………….....................

27 28 32 32 33

12 Hasil analisis aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus ................. 37 13

Uji statistik ..............................................................………………................... 41

Page 9: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

1

PENDAHULUAN

Gout merupakan penyakit kelainan metabolik akibat terjadinya penimbunan kristal garam urat pada persendian yang menyebabkan respon inflamasi akut, ataupun penimbunan kristal asam urat pada jaringan lunak (kartilago) yang tidak menyebabkan reaksi inflamasi. Pada penderita gout, kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal (hiperurisemia) sehingga sering disebut juga dengan penyakit asam urat. Gout dalam beberapa dasawarsa terakhir ini baik di negara-negara maju maupun yang sedang berkembang semakin meningkat terutama pada pria usia 40-50 tahun seperti di Amerika, gout menyerang lebih dari 5 juta penduduk (Yu 2006).

Allopurinol adalah obat gout yang paling efektif dalam menghambat pembentukan asam urat melalui mekanisme inhibisi kompetitif terhadap xantin oksidase (Fields et al. 1996). Enzim xantin oksidase dapat mengkatalisis terbentuknya asam urat dalam tubuh dengan cara mengoksidasi purin menjadi asam urat. Akan tetapi, pemakaian allopurinol pada konsentrasi lebih dari 300 mg/hari dapat mengakibatkan efek samping seperti kemerahan pada kulit, demam, menggigil, leukopenia, kerusakan hati, dan gangguan saluran pencernaan (Ganiswara et al. 1995). Sindrom biasanya muncul dalam 2 bulan pertama terapi, tapi bisa juga setelah itu. Hal ini dikarenakan oksipurinol yang merupakan senyawa metabolit allopurinol mempunyai waktu paruh yang lama, yaitu 12-30 jam pada pasien dengan fungsi ginjal normal, sedangkan allopurinol dikonsumsi dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, penanganan penyakit ini lebih sesuai bila menggunakan obat tradisional (obat herbal) karena efek samping yang ditimbulkannya kecil.

Pemakaian obat-obatan dengan nuansa back to nature di Indonesia merupakan hal yang sangat positif, karena Indonesia adalah negara tropis yang memiliki berjuta ragam kekayaan flora. Tanaman obat yang digunakan biasanya dalam bentuk simplisia yang berupa akar, daun, buah, dan biji. Tanaman obat yang sering digunakan untuk mengobati gout adalah kumis kucing, gandarusa, daun sendok, seledri, sidaguri, dan tempuyung (Dalimartha 2006). Penelitian tentang khasiat tanaman obat sebagai antigout dapat didekati dengan mekanisme inhibisi enzim xantin oksidase baik secara in vitro maupun secara in vivo dan melalui efek

diuretik sehingga dapat menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah serta melalui efek antiinflamasi.

Penelitian mengenai khasiat tanaman obat sebagai inhibitor enzim xantin oksidase secara in vitro telah banyak dilakukan. Ekstrak metanol conyza bonariensis aktif sebagai inhibitor xantin oksidase secara in vitro dengan nilai IC50 sebesar 50,041 mM (Kong et al. 2000). Tanaman dari Brazil Lychnophora (Filha et al. 2006)dan tanaman India seperti Coccinia grandis dan Vitex negundo (Umamaheswari et al. 2006) dapat menginhibisi xantin oksidase diatas 50% secara in vitro.

Khasiat tanaman obat sebagai inhibitor enzim xantin oksidase secara in vivo dan telah banyak diteiliti, diantaranya tanaman asli cina (Ermiao wan) (Kong et al. 2004) dan jus Cherry (Prunus cerasus) (Haidari et al. 2009) dapat menghambat xantin oksidase secara in vivo masing-masing sebesar 20,8 dan 20,08% serta dapat menurunkan konsentrasi asam urat masing-masing sebesar 40,8 dan 16,24%. Gabungan ekstrak sidaguri dan seledri dapat menginhibisi xantin oksidase melebihi allopurinol secara in vitro serta dapat menurunan konsentrasi asam urat pada tikus dengan potensi lebih rendah dibandingkan dengan allopurinol (Iswantini et al. 2004). Oleh karena itu perlu ditambahkan ekstrak tempuyung yang diketahui mempunyai efek diuretik sehingga dapat membantu dalam menurunkan konsentrasi asam urat dan mempunyai potensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan allopurinol. Dari hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa tempuyung mengandung ion-ion mineral, seperti ion K+ dan Na+ dan beberapa flavonoid yang diduga dapat menghambat enzim xantin oksidase (Chairul 1999).

Diuretik adalah suatu zat yang dapat meningkatkan laju ekskresi urin oleh ginjal sehingga dapat membantu meningkatkan ekskresi asam urat dalam tubuh. Penelitian sebelumnya tentang efek diuretik, diantaranya infusa daun tapak liman (Elephantopus scaber L.) yang terbukti mempunyai efek diuretik pada konsentrasi 7,5 g/kg BB dengan persen daya diuretik sebesar 119,92±11,35% (Puspita 2004). Ekstrak herba seledri dan tempuyung juga terbukti dapat meningkatkan ekskresi urin (Andrajati et al. 2009). Data ilmiah tentang khasiat seledri sebagai biomedicine diantaranya efek diuretik daun seledri pada tikus putih, dan fraksi ekstrak seledri menunjukkan daya hambat terhadap xantin oksidase diatas 50% (Ixoranet 2007). Selain

Page 10: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

2

itu, gout juga dapat diatasi dengan obat antiinflamasi. Penelitian tentang antiinflamasi diantaranya ekstrak etanol kunyit (Curcuma domestica Val.) dengan dosis 1000 mg/kg BB dapat menghambat inflamasi sebesar 78,37% (Rustam et al. 2007). Minyak Zingiber officinale dosis 200 mg/kg BB (Vendruscolo et al. 2006) dan ekstrak kulit Cassia fistula Linn. Dosis 500 mg/kg BB (Ilavarsan et al. 2005) mempunyai persen antiinflmasi masing-masing sebesar 49,6 dan 63,16%.

Penelusuran paten menunjukkan beberapa hasil penelitian mengenai antigout yang telah dipatenkan antara lain ekstrak etanol seledri sebagai anti gout dan antiinflamasi (Butters et al. 2002; US Patent No. 6352728), karbamat dari colchicine (Brossi et al. 1985; US Patent 4533675), dan gabungan ekstrak sidaguri dan seledri (Iswantini et al. 2004; Patent P002004334) sebagai antigout. Penelusuran paten mengenai inhibitor xantin oxidase antara lain senyawa purin dan triazolopurin sebagai inhibitor xantin oxidase (Nagamatsu et al. 1999; US Patent 5990118), inhibitor xantin oxidase (Wakashiri at al. 1993; US Patent 5212201), tanaman Lagestroemia speciosa sebagai inhibitor xantin oxidase (Unno et al. 2003; US Patent 6589572 B2). Berdasarkan penelusuran, belum ada paten yang menyebutkan khasiat tempuyung sebagai anti asam urat.

Berdasarkan penelusururan paten dan penelitian sebelumnya, yaitu formula ekstrak sidaguri dan seledri yang mempunyai potensi lebih rendah dibandingkan dengan allopurinol dalam menurunkan konsentrasi asam urat sehingga sangat perlu dilakukan pengujian formula ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung sebagai obat antigout secara in vitro dan in vivo yang diharapkam mempunyai potensi lebih tinggi dibandingkannya dengan allopurinol dalam menurunkan konsentrasi asam urat.

TINJAUAN PUSTAKA

Sidaguri (Sida rhombifolia)

Sidaguri (Gambar 1) termasuk famili Malvaceae, marga Sida dengan nama latin Sida rhombifolia. Nama lain dari sidaguri adalah sadagori atau sidagori (Sunda), otok-otok (Jawa), kahindu (Sumba), saliguri (Minangkabau), dan digo (Ternate), serta nama asing yellow barleria.

Gambar 1 Tanaman sidaguri.

Sidaguri termasuk tanaman semak dengan tinggi mencapai 2 meter. Batangnya berkayu, berbentuk bulat, percabangan simpodial, dan berwarna putih kehijauan. Daunnya tunggal, berseling, bentuk jantung, ujung bertoreh, pangkal tumpul, tepi bergerigi, berbulu rapat, pertulangan menjari, dan berwarna hijau. Bunganya tunggal, berbentuk bulat telur, terdapat di ketiak daun, berwarna hijau, mahkota bunga berwarna kuning, benang sari banyak dengan tangkai bersatu, dan kelopak berwarna hijau rnuda. Buah yang masih muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam. Bijinya bulat, kecil, dan berwarna hitam. Akarnya tunggang, dan berwarna putih.

Kandungan senyawa kimia dalam sidaguri adalah alkaloid, saponin, tanin, fenol, kalium oksalat, flavonoid, dan steroid (Wijayakusuma 1996). Senyawa flavonoid dapat menghambat aktivitas xantin oksidase dan bersifat menangkap radikal bebas superoksida sehingga mampu menurunkan kadar asam urat dan mengobati gout (Cos et al. 1998 ). Tanin yang terdapat pada herba sidaguri mempunyai aktivitas antioksidan dan dapat menghambat pertumbuhan sel tumor. Saponin sebagai antimikrob, dan kalsium oksalat dapat memperbaiki kekurangan kalsium dalam tubuh. Selain itu, sidaguri juga berkhasiat sebagai antiinflamasi, antigout, obat mencret, disentri, sakit kuning, dan sakit gigi (Heyne 1987).

Seledri (Apium graveolens)

Seledri merupakan sayuran daun dan tanaman obat yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Berdasarkan ilmu taksonomi, seledri termasuk suku Umbelliferae, marga Apium, dan jenis Apium graveolens. Nama daerah dari seledri adalah seledri (Melayu), dan saledri (Sunda). Tanaman seledri (Gambar 2) berbentuk rumput, batang tidak berkayu, beralur, beruas, bercabang tegak, dan berwarna hijau pucat. Daunnya tipis dan majemuk, menyirip ganjil dengan anak daun terdiri atas 3-7 helai, pangkal dan ujung daun runcing, dan daun

Page 11: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

3

muda melebar atau meluas dari dasar yang berwarna hijau mengkilat dengan segmen berwarna hijau pucat. Bunganya tunggal dengan tangkai yang jelas, sisi kelopak tersembunyi, berwarna putih kehijauan, dan panjang tangkainya sekitar 2 cm.

Gambar 2 Tanaman seledri.

Kandungan gizi seledri berupa air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, besi, riboflavin, nikotinamid, dan asam askorbat. Seledri juga mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya herba seledri mengandung flavonoid, saponin, tanin, apiin, apigenin, vitamin A, B, C, dan asparagin. Biji seledri mengandung apiin, apigenin, alkaloid, dan kumarin. Akar seledri mengandung flavonoid, alkaloid, asparagin, dan glutamin (Ixoranet 2007). Seledri dikenal sebagai tanaman yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi (antihipertensi), diuretika, antirematik, antiinflamasi, dan pembangkit nafsu makan (Duke 1987).

Tempuyung (Sonchus arvensis)

Tempuyung (Gambar 3) termasuk tanaman obat asli Indonesia dari familia Asteraceae. Tempuyung memiliki nama daerah, diantaranya lempung, gelibuk, rayana (Sunda), dan jombang (Jawa). Tanaman ini tumbuh di tempat terbuka atau sedikit terlindung di tempat yang bertebing, di pematang, dan di pinggir saluran air (Heyne 1987). Tanaman ini merupakan tumbuhan herba tahunan dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Batang berusuk, berlobang, bergetah putih, percabangan monopodial, dan berwarna hijau keputihan. Daunnya tunggal, berlekuk menjari atau tidak teratur, ujung meruncing, dan berwarna hijau. Bunga majemuk, berbentuk bongol, mahkota bunga berwarna kuning terang, yang lama-kelamaan berwarna merah kecokelatan. Akar tunggang dan kokoh. Berdasarkan ilmu taksonomi tempuyung termasuk suku Asteraceae, marga Sonchus, dan jenis Sonchus arvensis.

Gambar 3 Tanaman tempuyung.

Senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam herba tempuyung antara lain flavonoid (kaempferol, luteolin-7-O-glukosida dan apigenin-7-O-glukosida), kumarin, dan asam fenolat (sinamat, kumarat dan vanilat) (Chairul 1999). Menurut Cos (1998), flavonoid apigenin-7-O-glukosida adalah salah satu golongan flavonoid yang mempunyai potensi cukup baik untuk menghambat kerja enzim xantin oksidase. Daun tempuyung di Indonesia menurut Chairul (1999) dapat digunakan sebagai obat untuk menghancurkan batu ginjal sehingga dapat memperbaiki fungsi ginjal. Daun tempuyung mengandung ion-ion mineral cukup tinggi terutama K+ dan Na+ yang dapat mengatur keseimbangan elektrolit di dalam tubuh, sehingga mempermudah keluarnya air seni. Selain itu daun tempuyung juga dapat menurunkan tekanan darah tinggi, obat bengkak, menghilangkan rasa lesu dan pegal, obat penenang, dan penyakit asma (Syukur dan Hernani 2002).

Gout

Gout merupakan sindroma klinik akibat penimbunan kristal asam urat (monosodium urate monohydrate) pada persendian sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat dalam darah yang menyebabkan respon inflamasi akut. Gout ditandai dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Peningkatan kadar asam urat dalam darah di atas nilai normal, yaitu pada laki-laki di atas 7 mg/dl dan pada perempuan di atas 6 mg/dl disebut dengan hiperurisemia. Hiperurisemia dapat disebabkan oleh kelebihan produksi asam urat atau yang lebih jauh lagi biasanya disebabkan oleh ekskresi yang tidak efisien dari ginjal.

Asam urat dapat dibentuk dari purin melalui hipoksantin dan xantin akibat adanya aktivitas enzim xantin oksidase. Asam urat dibentuk di hepar dan dilepaskan ke dalam peredaran darah. Garam urat memiliki sifat larut air sehingga dapat dikelurkan melalui urin. Akan tetapi kelarutannya dalam cairan plasma memiliki ambang batas tertentu. Darah

Page 12: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

4

mengalami kejenuhan monosodium urat pada konsentrasi 6 mg/dL. Monosodium urat akan mengalami ketidakstabilan pada konsentrasi tersebut sehingga sebagian besar monosodium urat akan mengendap menjadi kristal monosodium urat dan tertimbun di dalam persedian (Gambar 4). Pembentukan kristal monosodium urat memiliki peranan yang sangat penting terhadap penyakit artritis gout maupun rematik gout (Dalimartha 2006).

Gambar 4 Radang sendi yang disebabkan oleh timbunan asam urat.

Penyakit ini umumnya menyerang pria dari pada perempuan dengan rasio perbandingan pria dan wanita yang terkena adalah 7:1. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat melalui urin (Iryaningrum 2005). Penyebab rasa sakit pada gout adalah pembentukan dan pengendapan kristal monosodium urat.

Berdasarkan jenisnya, gout digolongkan dalam dua kelompok, yaitu gout primer dan gout sekunder. Gout primer sifatnya diwariskan dan terjadi karena adanya cacat genetik yang berakibat pada hilangnya kontrol sintesis purin, sedangkan gout sekunder bersifat sementara dan akan hilang bila penyebabnya dihentikan. Pengobatan dan pencegahan komplikasi asam urat bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melakukan pola diet makanan, seperti menghindari makanan kaya purin, banyak minum air putih, memberikan pengobatan secara medis, dan pengobatan dengan obat tradisional. Pengobatan secara medis dapat dilakukan dengan cara menghambat proses sintesis asam urat melalui pemberian allopurinol dan menghambat masuknya leukosit ke dalam sendi yang terkena deposit asam urat dengan kolkisin (Mansjoer 2004).

Xantin Oksidase

Xantin oksidase merupakan enzim yang tersebar luas dalam beberapa spesies dari bakteri hingga manusia dan juga terdapat pada jaringan mamalia. Struktur 3 dimensi xantin

oksidase dapat dilihat pada Gambar 5. Di dalam tubuh, xantin oksidase ditemukan di sel hati dan sel otot, tidak ditemukan di dalam darah. Adanya xantin oksidase dalam darah mengindikasikan adanya kerusakan fungsi hati. Enzim xantin oksidase merupakan suatu kompleks enzim yang terdiri dari 1332 residu asam amino, molibdenum (HO2Smo), FAD, dan Fe2S2 sebagai pusat reaksi redoks, dengan bobot molekul sebesar 275.000 Dalton membentuk dua subunit yang saling setangkup (Hart et al. 1970).

Gambar 5 Struktur 3 dimensi xantin oksidase.

Enzim xantin oksidase mengkatalisis oksidase hipoxantin dan xantin menjadi asam urat yang berperan penting dalam timbulnya gout. Selama proses oksidasi xantin untuk membentuk asam urat, atom oksigen ditransfer dari molibdenum ke xantin Perombakan pusat molibdenum yang aktif terjadi dengan penambahan air (Cos et al. 1998) dan reaksinya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Skema reaksi xantin oksidase yang mengkonversi hipoxantin menjadi xantin dan asam urat.

Satu unit xantin oksidase dapat mengkonversi satu µmol substrat (xantin) menjadi asam urat tiap satu menit pada pH optimum (pH 7,5) dan suhu optimum (25 oC). Apabila substratnya hipoxantin, maka aktivitasnya menjadi 50% atau setengahnya. Meningkatnya aktivitas xantin oksidase dalam mengkatalisis xantin menjadi asam urat, akan menyebabkan bertambahnya produksi asam urat dalam darah. Produksi asam urat berlebih

Page 13: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

5

dapat menyebabkan hiperurisemia namun ketika asam urat disimpan di dalam persendian dan menyebabkan peradangan akan mengakibatkan gout.

Enzim xantin oksidase berbentuk unimolekuler dengan sistem transport elektron yang multi komponen. Selama proses oksidasi molekul, oksigen bertindak sebagai akseptor elektron menghasilkan radikal superoksida (O2

*-) dan hidrogen. Enzim xantin oksidase juga diketahui dapat mengkatalisis reduksi nitrat dan nitrit menjadi nitrit oksida (Millar et al. 2002) dan sekaligus menyebabkan pembentukan radikal superoksida yang dapat menyebabkan peradangan (Bodamyali et al. 2002). Meningkatnya aktivitas xantin oksidase dalam mengkatalisis xantin menjadi asam urat, akan menyebabkan bertambahnya produksi asam urat dalam darah. Produksi asam urat berlebih dapat menyebabkan hiperurisemia namun ketika asam urat disimpan di dalam persendian dan menyebabkan peradangan akan mengakibatkan gout.

Pengujian In Vivo pada Tikus

Pengujian secara in vivo merupakan model pengujian potensi sampel dalam tubuh makhluk hidup, seperti tikus, mencit, kelinci, dan kera. Hewan uji yang sering digunakan adalah tikus jantan karena dapat menginduksi hepatotoksisitas lebih baik daripada tikus betina. Berdasarkan penelitian Susanti (2005) menyebutkan ekstrak etanol herba meniran (Phyllanthus niruri) menunjukkan efek menurunkan kadar asam urat pada ayam jantan leghorn yang dibuat hiperurisemia dengan makanan tinggi purin.

Penelitian Kurniastuty (2008) menyebutkan fraksi semi polar dari ekstrak metanol meniran menunjukkan efek menurunkan kadar asam urat pada tikus yang dibuat hiperurisemia dengan pemberian kalium oksonat. Metode menggunakan ayam leghorn membutuhkan waktu yang relatif lama dalam memperoleh kondisi hiperurisemia, dibanding dengan metode kalium oksonat. Penelitian ini menggunakan metode oksonat karena waktu untuk meningkatkan kadar asam urat lebih cepat sehingga lebih efisien.

Allopurinol

Allopurinol digunakan untuk mengurangi konsentrasi garam urat dalam tubuh. Allopurinol tidak aktif tetapi 60-70% obat ini mengalami konversi di hati menjadi metabolit

aktif oksipurinol. Allopurinol dan senyawa metabolit utamanya, oksipurinol mengurangi pembentukan asam urat dengan cara menghambat enzim xantin oksidase. Cara ini menghasilkan hipoxantin dan xantin menjadi lebih banyak, untuk digunakan kembali dalam lingkungan metabolik purin, yang akhirnya secara mekanisme umpan balik, mengurangi pembentukan purin baru secara keseluruhan.

Waktu paruh allopurinol berkisar antara 2 jam dan oksipurinol 12-30 jam pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Oksipurinol diekskresikan melalui ginjal bersama dengan allopurinol dan ribosida allopurinol, metabolit utama ke dua. Efek samping yang sering terjadi adalah reaksi kulit. Bila timbul kemerahan pada kulit maka obat harus dihentikan karena gangguan dapat menjadi lebih berat. Reaksi alergi berupa demam, menggigil, leukopenia atau leukositosis, eosinofilia, atralgia dan pruritus juga pernah dilaporkan. Gangguan saluran cerna kadang-kadang juga terjadi (Ganiswara et al. 1995).

Kalium oksonat

Kalium oksonat merupakan garam kalium dari asam oksonat. Kalium oksonat mempunyai berat molekul 195,18 gram/mol dengan rumus molekul C4H2KN3O4, titik didih pada 300 oC, kelarutan dalam air 5 mg/ml, dan dapat dideteksi pada spektra merah. Kalium oksonat merupakan inhibitor enzim urikase dengan memberikan efek hiperurisemia. Enzim urikase merupakan enzim yang dapat mengkatalis perubahan asam urat menjadi alantoin sehingga dapat dikeluakan bersama dengan urin. Dengan adanya kalium oksonat, aktivitas enzim urikase menjadi terhambat sehingga konsentrasi asam urat dalam darah meningkat melebihi batas normal (hiperurisemia).

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan ialah tikus jantan galur Sprague-Dawley, seledri, sidaguri, tempuyung, etanol 30%, substrat xantin, larutan standar asam urat, dan pereaksi buffer (buffer fosfat pH 7,4 50 mmol/l dan 2-4 diklorofenol sulfonat 4 mmlo/l), dan pereaksi enzim (4-aminophenazone 1 mmol/l, peroksidase 660 unit/l, uricase 60 unit/l, dan askorbat oksidase 200 unit/l).

Page 14: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

6

Alat ukur yang digunakan adalah spektrofotometer UV-VIS Hitachi U-2800.

Metode

Penelitian ini dilakukan beberapa tahap, yaitu tahap persiapan sampel, penentuan kadar air, ekstraksi, uji inhibisi terhadap aktivitas xantin oksidase secara in vitro untuk menentukan ekstrak terbaik dan uji inhibisi terhadap aktivitas xantin oksidase secara in vivo. Diagram alir penelitian disajikan pada Lampiran 1. Persiapan sampel

Bahan baku sidaguri, seledri, dan tempuyung diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Semua bahan dipisahkan dari kotoran atau bahan-bahan asing lainnya lalu di cuci dan dirajang. Sampel dikeringkan di udara terbuka hingga kadar air kurang dari 10% agar bahan yang diperoleh tidak mudah rusak akibat dari mikroorganisme. Penentuan Kadar Air (AOAC 1984)

Cawan porselin dikeringkan di dalam oven pada suhu 105ºC selama 30, didinginkan kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang bobot kosongnya. Sampel ditimbang sekitar 3 gram dan dimasukkan ke cawan porselin. Sampel beserta cawannya dikeringkan pada suhu 105°C selama 3 jam di dalam oven. Setelah didinginkan dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit, cawan beserta isinya ditimbang. Prosedur dilakukan berulang kali sampai didapatkan bobot tetap dengan selisih kurang dari 1 mg. Penentuan kadar air dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (triplo). Persen kadar air sampel dihitung dengan persamaan:

Kadar air ��

�� 100%

Keterangan: a = bobot sebelum dikeringkan (g) b = bobot setelah dikeringkan (g) Ekstraksi Etanol (BPOM 2004)

Serbuk sampel diekstraksi dengan pelarut etanol 30% menggunakan metode maserasi dengan perbandingan 1:10. Sampel beserta pelarut dikocok selama 6 jam menggunakan shaker, kemudian didiamkan selama 24 jam. Filtrat dipisahkan dan proses tersebut diulangi 3 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua filtrat dikumpulkan dan diuapkan dengan radas penguap putar hingga

diperoleh ekstrak kental, kemudian dikeringkan, ditimbang dan dihitung rendemennya dengan rumus sebagai berikut:

Rendemen ekstrak � �

� 100%

Keterangan: a = bobot ekstrak (g) b = bobot sampel (g) Pembuatan Kurva Standar

Larutan substrat (xantin) dibuat pada berbagai konsentrasi (0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; dan 0,7 ppm) dan diukur panjang gelombang maksimumnya terlebih dahulu. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh yairu 268,2 nm. Semua larutan xantin kemudian diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh sehingga diperoleh kurva hubungan antara konsentrasi dan serapan larutan xantin. Persamaan kurva linear tersebut digunakan untuk menghitung aktivitas xantin oksidase. Uji Inhibisi Aktivitas Xantin Oksidase secara In Vitro (Tamta et al. 2006)

Uji daya inhibisi ekstrak dilakukan pada masing-masing ekstrak tunggalnya dengan berbagai variasi konsentrasi dan gabungan ekstrak dari tanaman seledri, sidaguri, dan tempuyung. Uji inhibisi sampel terhadap aktivitas xantin oksidase dilakukan pada kondisi optimumnya. Kondisi optimum pengujian mengacu pada Iswantini dan Darusman (2003), yaitu pada waktu inkubasi 45 menit, suhu 20 oC, pH 7,5, konsentrasi xantin oksidase 0,1 unit/ml, dan konsentrasi substrat (xantin) 0,7 mM.

Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah larutan bufer kalium fosfat 50 mM pH 7,5 sehingga volumenya menjadi 1,9 ml. Campuran kemudian ditambah 1 ml substrat xantin 2,1 mM dan enzim xantin oksidase 0,1 unit/ml sebanyak 0,1 ml lalu diinkubasi pada suhu 20 oC selama 45 menit. Setelah diinkubasi, campuran segera ditambahkan HCl 0,58 M sebanyak 1 ml untuk menghentikan reaksinya. Campuran diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum 268,2 nm untuk melihat seberapa besar sisa xantin yang tidak bereaksi dalam sampel uji. Daya inhibisi yang diperoleh dibandingkan dengan produk komersial yang ada di pasaran yaitu allopurinol.

Aktivitas enzim xantin oksidase (XO) dihitung menggunakan persamaan linier yang

Page 15: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

7

diperoleh dari kurva standar. Rumusnya adalah sebagai berikut: Persamaan linier: Y = a + bx Y = Rata-rata absorban hasil pengukuran X = Konsentrasi xantin setelah reaksi

(konsentrasi xantin sisa)

X bereaksi = Xmula-mula - Xsisa

Aktivitas XO �xantin yang bereaksi�mM

vol xantin �L � waktuinkubasi �menit

%inhibisi �aktivitas XO kontrol aktivitas XO sampel

aktivitas XO kontrol � 100%

Uji In Vivo Gabungan Ekstrak Terbaik pada Tikus (Kong at al. 2004)

Hewan percobaan. Tikus jantan galur Sprague-Dawley yang sehat dengan bobot rata-rata 350 g dijadikan sebagai hewan uji. Hewan uji diadaptasi selama satu bulan dalam kandang percoban yang terdiri dari 3 ekor tikus tiap kandang sehingga masih dapat berinteraksi secara langsung dengan tikus sekelompoknya. Adaptasi hewan uji ini bertujuan untuk menyeragamkan cara hidup dan makanannya. Selama penelitian berlangsung, hewan memperoleh pakan standar 80 g/kandang/hari dan minum ad-libitum. Jumlah pakan yang dikonsumsi tiap ekor tikus untuk masing-masing kelompok sebelum dan selama perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3

Rancangan percobaan. Percobaan ini terdiri dari 7 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor tikus. Kelompok pertama merupakan kelompok normal yang hanya diberi akuades yang digunakan sebagai pelarut bahan aktif. Kelompok kedua merupakan kontrol negatif (kelompok hiperurisemia) yang diberi kalium oksonat dosis 250 mg/kg bobot badan tikus (BB) per intraperitonial per hari selama 7 hari. Kelompok ketiga merupakan kontrol positif yang diberi kalium oksonat dosis 250 mg/kg BB per intraperitonial per hari selama 7 hari dan allopurinol dengan dosis 10 mg/kg BB secara oral selama 7 hari berikutnya. Kelompok keempat diberi kalium oksonat dosis 250 mg/kg BB per intraperitonial per hari selama 7 hari dan gabungan ekstrak seledri, sidaguri, dan tempuyung terbaik dengan dosis 660 mg/300 g BB selama 7 hari berikutnya. Kelompok kelima diberi kalium oksonat dosis 250 mg/kg BB per intraperitonial per hari selama 7 hari dan gabungan ekstrak seledri, sidaguri, dan tempuyung terbaik dengan dosis 1320 mg/300 g BB selama 7 hari berikutnya. Kelompok

keenam diberi kalium oksonat dosis 250 mg/kg BB per intraperitonial per hari selama 7 hari dan gabungan ekstrak seledri, sidaguri, dan tempuyung terbaik dengan dosis 2640 mg/300 g BB selama 7 hari berikutnya, dan kelompok ketujuh diberi kalium oksonat dosis 250 mg/kg BB per intraperitonial per hari selama 14 hari dan gabungan ekstrak seledri, sidaguri, dan tempuyung terbaik dengan dosis 2640 mg/300 g BB selama 7 hari terakhir. Bagan alirnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Hewan uji yang telah diadaptasi selama 1 bulan diukur nilai konsentrasi asam uratnya sebagai hari ke-0. Pengukuran kadar asam urat selanjutnya dilakukan pada hari ke-7 setelah induksi kalium oksonat dan pada hari ke-14 untuk mengetahui penurunan konsentrasi asam urat setelah diberikan perlakuan selama 7 hari.

Preparasi serum darah. Kadar asam urat darah yang digunakan berasal dari serum darah. Serum darah diperoleh dari proses pemisahan serum darah dengan komponen padatan darah. Pengambilan darah dilakukan dari ujung ekor 1 jam setelah perlakuan terakhir. Darah dimasukkan ke dalam eppendorf 2 ml, kemudian didiamkan selama 15 menit agar darah menggumpal dan serum darah terpisah. Serum darah kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Jika warna serum yang diperoleh belum jernih, sentrifugasi dilakukan kembali sampai serum jernih. Serum tersebut dapat disimpan pada suhu -20 oC sampai pengujian dilakukan.

Pembuatan kurva standar asam urat. Konsentrasi asam urat yang digunakan untuk membuat kurva standar adalah 0,1; 0,2; 0.4; 0,8; 1,6; 3,0, 6,0 mg/dl. Larutan standar asam urat dimasukkan ke dalam eppendorf sebanyak 25 µl, kemudian ditambahkan pereaksi asam urat (pereaksi buffer dicampur pereaksi enzim) sebanyak 1000 µl. Campuran tersebut dikocok dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh, yaitu 513,2 nm sehingga diperoleh kurva hubungan antara konsentrasi dan serapan standar asam urat.

Pengukuran konsentrasi asam urat dalam sampel. Serum darah dimasukkan ke dalam eppendorf sebanyak 25 µl, kemudian ditambahkan pereaksi asam urat (pereaksi buffer dicampur pereaksi enzim) sebanyak 1000 µl. Campuran tersebut dikocok dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu ruang. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh, yaitu 513,2 nm.

Page 16: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

8

Konsentrasi asam urat dalam sampel dihitung menggunakan persamaan linier yang diperoleh dari kurva standar asam urat.

Pengujian aktivitas xantin oksidase pada hati tikus. Pada hari ke-15, semua tikus yang digunakan dalam pengujian aktivitas antihiperurisemia dieuthanasia dengan dekapitasi leher untuk selanjutnya diambil hatinya. Hati tikus ditimbang bobotnya dan dicuci dengan larutan NaCl 0,9 %. Hati tersebut dihomogenkan dengan buffer fosfat dingin 50 mM (pH 7,5) dengan perbandingan 1:5 dan disentrifuse pada 3000 rpm selama 10 menit sehingga dihasilkan fraksi supernatan. Supernatan dipisahkan dan disentrifise pada 4000 rpm selama 120 menit. Supernatan ini akan digunakan untuk pengujian aktivitas xantin oksidase.

Aktivitas xantin oksidase diuji dengan pemantauan pembentukan asam urat menggunakan metode spektofotometri. Tabung reaksi yang berisi larutan bufer kalium fosfat 50 mM pH 7,5 sebanyak 1,9 ml ditambahkan 1 ml xantin 2,1 mM, dan 0,1 ml supernatan xantin oksidase kemudian diinkubasi pada suhu 20 oC selama 45 menit. Setelah diinkubasi, campuran segera ditambahkan HCl 0,58 M sebanyak 1 ml untuk menghentikan reaksinya. Campuran tersebut diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum (268,2 nm) untuk melihat seberapa besar sisa xantin yang tidak bereaksi dalam sampel uji. Aktivitas enzim xantin oksidase dihitung menggunakan persamaan linier yang diperoleh dari kurva standar substrat xantin dan rumus yang sama dengan uji secara in vitro.

Analisis Statistik. Rancangan percobaan yang digunakan dalam uji in vivo gabungan ekstrak terbaik pada tikus adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan selang kepercayaan 95%. Analisis statistik dilakukan pada konsentrasi asam urat hari ke-0, persen penurunan konsentrasi asam urat, dan aktivitas enzim xantin oksidase setelah perlakuan untuk 7 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor tikus (10 ulangan). Model yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = µ+ τi + €ij

Keterangan: Yi = pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan

ke-j µ = pengaruh rataan umum τi = pengaruh perlakuan ke-i

€ = pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

i1 = kontrol normal i2 = kontrol negatif (hiperurisemia) i3 = kontrol positif (Allopurinol ) i4 = gabungan ekstrak terbaik dengan dosis

660 mg/300g BB i5 = gabungan ekstrak terbaik dengan dosis

1320 mg/300 g BB i6 = gabungan ekstrak terbaik dengan dosis

2640 mg/300 g BB i7 = gabungan ekstrak terbaik dengan dosis

2640 mg/300 g BB dan pemberian kalium oksonat sampai minggu kedua

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air

Sampel sidaguri, seledri, dan tempuyung yang digunakan pada penelitian ini berbentuk simplisia yang telah dikeringkan dan digiling. Pengeringan simplisia ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh mikrob, karena kandungan air dalam suatu bahan akan mempengaruhi daya tahan sampel tersebut terhadap serangan mikrob. Penggilingan sampel dimaksudkan untuk memudahkan proses difusi pelarut masuk ke dalam dinding sel tumbuhan sehingga proses ekstraksi dapat berjalan optimal.

Serbuk sidaguri, seledri, dan tempuyung ditentukan kadar airnya agar dapat diperkirakan cara penyimpanan terbaik bagi sampel untuk menghindari pengaruh aktivitas mikrob (jamur). Data dan perhitungan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 5. Kadar air yang diperoleh dari serbuk tanaman sidaguri, seledri, dan tempuyung masing-masing adalah 7,12%, 8,66%, dan 8,21%. Dari hasil yang didapatkan, serbuk sidaguri, seledri, dan tempuyung relatif stabil dari serangan mikrob karena kadar air yang didapat kurang dari 10% (Winarno 1997).

Ekstraksi

Ekstraksi digunakan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia yang larut dalam pelarut. Ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut etanol 30 % dengan metode maserasi. Mekanisme ekstraksi pada metode maserasi adalah adanya proses difusi pelarut ke dalam dinding sel tumbuhan untuk mengestrak senyawa yang ada dalam tumbuhan tersebut. Maserasi cocok digunakan untuk senyawa yang belum diketahui karakterisasinya, sehingga memiliki keuntungan dapat menjaga

Page 17: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

agar kandungan senyawa dalam sampel yang tidak tahan panas tidak rusak dan sampel yang diekstrak bisa langsung dalam jumlah banyak.

Pelarut bersifat polar akan melarutkan sebagian besar senyawa polar, sebaliknya dengan pelarut non polar akan melarutkan senyawa yang bersifat non polar seperti lemak dan klorofil. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah selektivitas, kemampuan mengekstrak, toksisitas, kemudahan untuk diuapkan, dan harga pelarut. Etanol merupakan pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan. Penggunaan etanol sebagai pendikarenakan etanol memiliki dua gugus yang berbeda kepolarannya, yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang nonpolar. Keberadaan 2 gugus ini diharapkan senyawa polar maupun nonpolar akan terekstrak ke dalam etanol. Rendemeetanol sidaguri, seledri, dan tempuyungmasing-masing adalah 9,6010% terhadap bobot keringnya.

Inhibisi Ekstrak Tunggal

Aktivitas Xantin Oksidase

Uji inhibisi terhadap enzim xantin oksidase dilakukan pada tunggal dengan variasi konsentrasi dan gabungan ekstrak dengan variasi perbandingan yang diperoleh dari konsentrasi masing-masing ekstrak tunggal dengan persen inhibisi terbesar. Pengujian pada konsentrasi bervariasi ini ditunjukkan untuk melpengaruh penambahan konsentrasi ekstrak terhadap peningkatan daya inhibisi, selain itu juga ditunjukan untuk melihat besarnya daya inhibisi ekstrak pada serangkaian konsentrasi di bawah nilai toksisitasnya (LCkonsentrasi ekstrak yang digudisekitar konsentrasi ekstrak yang mempunyai persen inhibisi terbesar pada penelitian sebelumnya, yaitu 400 ppm untuk sidaguri, 1400 ppm untuk seledri (Darusman 2003), dan 200 ppm untuk tempuyung (wardani 2008). Selain itu juga dilakukan pengamatan aktivitas enzim tanpa penambahan ekstrak (blanko) untuk melihat pengaruh inhibisi ekstrak tersebut terhadap aktivitas enzim.

Uji enzimatik dilakukan pada kondisi optimum (Iswantini dan Darusman 2003) yakni pada suhu inkubasi 20 konsentrasi xantin oksidase 0,1 unit/ml, konsentrasi xantin 0,7 mM, dan waktu inkubasi 45 menit. Panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur serapan sampel

agar kandungan senyawa dalam sampel yang rusak dan sampel yang

diekstrak bisa langsung dalam jumlah banyak. Pelarut bersifat polar akan melarutkan

sebagian besar senyawa polar, sebaliknya dengan pelarut non polar akan melarutkan senyawa yang bersifat non polar seperti lemak

hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah selektivitas, kemampuan mengekstrak, toksisitas, kemudahan untuk diuapkan, dan harga pelarut. Etanol merupakan pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan. Penggunaan etanol sebagai pengekstrak juga dikarenakan etanol memiliki dua gugus yang berbeda kepolarannya, yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang nonpolar. Keberadaan 2 gugus ini diharapkan senyawa polar maupun nonpolar akan terekstrak ke dalam etanol. Rendemen ekstrak

sidaguri, seledri, dan tempuyung 9,60%, 17,20%, dan

% terhadap bobot keringnya.

Tunggal terhadap Aktivitas Xantin Oksidase secara In Vitro

Uji inhibisi terhadap enzim xantin oksidase dilakukan pada semua ekstrak tunggal dengan variasi konsentrasi dan gabungan ekstrak dengan variasi perbandingan yang diperoleh dari konsentrasi

masing ekstrak tunggal dengan persen inhibisi terbesar. Pengujian pada konsentrasi bervariasi ini ditunjukkan untuk melihat pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak terhadap peningkatan daya inhibisi, selain itu juga ditunjukan untuk melihat besarnya daya inhibisi ekstrak pada serangkaian konsentrasi di bawah nilai toksisitasnya (LC50). Variasi konsentrasi ekstrak yang digunakan berada disekitar konsentrasi ekstrak yang mempunyai persen inhibisi terbesar pada penelitian sebelumnya, yaitu 400 ppm untuk sidaguri, 1400 ppm untuk seledri (Iswantini dan Darusman 2003), dan 200 ppm untuk

. Selain itu juga ilakukan pengamatan aktivitas enzim tanpa

penambahan ekstrak (blanko) untuk melihat pengaruh inhibisi ekstrak tersebut terhadap

Uji enzimatik dilakukan pada kondisi optimum (Iswantini dan Darusman 2003) yakni pada suhu inkubasi 20 ˚C, pH 7.5, konsentrasi xantin oksidase 0,1 unit/ml, konsentrasi xantin 0,7 mM, dan waktu inkubasi 45 menit. Panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur serapan sampel

yaitu panjang gelombang maksimum yang diperoleh sebesar 268,2 nm (Lampiran 6). Serapan yang terukur merupakan serapan sisa xantin yang tidak terkonversi menjadi asam urat. Serapan ini nantinya dapat diubah menjadi konsentrasi xantin berdasarkan pada persamaan linier kurva standar yaitu +1,934x dengan nilai R2 sebesar 0,961 (Lampiran 7), dimana y merupakan serapan dari xantin dengan penambahan ekstrak yang terukur dan x merupakan konsentrasi xantin sisa yang tidak terkonversi menjadi asam urat. Konsentrasi ini nantinya dapat diubah menjadi konsentrasi xantin yang bereaksi sehingga dapau ditentukan seberapa besar aktivitas xantin oksidase dan seberapa besar persen inhibisi ekstrak yang diujikan terhadap aktivitas xantin oksidase.

Hasil uji (Lampiran 8) menunjukkan bahwa semua ekstrak yang diuji memiliki aktivitas yang lebih rendah dibandidengan blanko. Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak tunggal sidaguri, seledri, dan tempuyung berpotensi menghambat aktivitas xantin oksidase. Sebagian besar, persen inhibisi ekstrak tunggal sidaguri, seledri, dan tempuyung terhadap aktivitas enzim xoksidase meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Daya hambat ekstrak kasar diilustrasikan dalam bentuk persen inhibisi yang diperlihatkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Persen inhibisi ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung terhadap enzim xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi.

Gambar 7 menunjukkan daya inhibisi ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung pada berbagai konsentrasi. Hasil yang diperoleh menjelaskan bahwa etanol tunggal sidaguri 400 ppm, seledr

10

0

20

0

30

0

40

0

60

0

80

0

100

0

120

0

30.0

9

37.4

5

42.

41

54.

46

27.

88

43.1

8

47.

51

83.0

2

12.

77

17.3

3

24.9

5

31.7

2 40.3

8

61.0

4

67.2

3

% in

hib

isi x

antin

oks

idas

e

Konsentrasi ekstrak (ppm)sidaguri tempuyung

9

yaitu panjang gelombang maksimum yang diperoleh sebesar 268,2 nm (Lampiran 6).

terukur merupakan serapan sisa xantin yang tidak terkonversi menjadi asam urat. Serapan ini nantinya dapat diubah menjadi konsentrasi xantin berdasarkan pada persamaan linier kurva standar yaitu Y = 0,340

sebesar 0,961 merupakan serapan

dari xantin dengan penambahan ekstrak yang merupakan konsentrasi xantin

sisa yang tidak terkonversi menjadi asam urat. Konsentrasi ini nantinya dapat diubah menjadi konsentrasi xantin yang bereaksi sehingga

ditentukan seberapa besar aktivitas xantin oksidase dan seberapa besar persen inhibisi ekstrak yang diujikan terhadap

Hasil uji (Lampiran 8) menunjukkan bahwa semua ekstrak yang diuji memiliki aktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan blanko. Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak tunggal sidaguri, seledri, dan tempuyung berpotensi menghambat aktivitas xantin oksidase. Sebagian besar, persen inhibisi ekstrak tunggal sidaguri, seledri, dan tempuyung terhadap aktivitas enzim xantin oksidase meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Daya hambat ekstrak kasar diilustrasikan dalam bentuk persen inhibisi yang diperlihatkan pada

Gambar 7 Persen inhibisi ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung terhadap enzim xantin oksidase dalam berbagai konsentrasi.

Gambar 7 menunjukkan daya inhibisi ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung pada berbagai konsentrasi. Hasil yang diperoleh menjelaskan bahwa ekstrak etanol tunggal sidaguri 400 ppm, seledri 1400

120

0

140

0

160

0

180

0

67.2

3 80.9

4

58.7

0

60.3

7

Konsentrasi ekstrak (ppm)Seledri

Page 18: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

10

ppm, dan tempuyung 400 ppm memiliki daya inhibisi terbesar berturut-turut sebesar 56,46% dan 80,95%, dan 83,02%. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ekstrak kasar sidaguri yang paling aktif dalam menginhibisi xantin oksidase pada konsentrasi 400 ppm (Iswantini dan Darusman 2003). Ramdhani (2004) menyatakan bahwa ekstrak etanol seledri dengan konsentrasi 1400 ppm mempunyai daya inhibisi paling besar. Pada konsentrasi yang sama, yaitu 400 ppm ekstrak etanol tempuyung mempunyai daya inhibisi lebih besar (83,02 %) dibandingkan dengan ekstrak etanol sidaguri (56,46 %) dan ekstrak etanol seledri (24,95%). Hal ini diduga karena efek sinergis dari senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada ekstrak etanol tempuyung lebih berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase.

Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak etanol sidaguri yang diduga dapat menginhibisi enzim xantin oksidase adalah flavonoid. Hal ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan fraksinasi ekstrak flavonoid 400 ppm menghasilkan 5 fraksi yang semuanya memiliki daya inhibisi di atas 50 % terhadap aktivitas enzim xantin oksidase (Hidayat 2004). Ramdhani (2004) juga menyatakan ekstrak etanol seledri mempunyai daya inhibisi lebih besar dibandingkan ekstrak air seledri, ekstrak flavonoid seledri, dan ekstrak alkaloid seledri sehingga penelitian ini menggunakan ekstrak etanol seledri. Ekstrak flavonoid seledri mempunyai daya inhibisi lebih besar (45,23 % pada konsentrasi 400 ppm) dibandingkan dengan ekstrak alkaloid seledri (20,7 % pada konsentrasi 400 ppm) sehingga dapat dikatakan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam seledri yang lebih berpotensi sebagai inhibitor enzim xantin oksidase adalah flavonoid.

Berdasarkan uji fitokimia, senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak etanol tempuyung yang berhasil diidentifikasi oleh Wardani (2008) adalah flavonoid, tanin, steroid, dan triterpenoid. Kandungan flavonoid yang terdapat di dalam ekstrak etanol tempuyung, yaitu flavonoid dengan komponen utama adalah 7-glukosilluteolin, 7-glukosilapigenin, dan kaempferol (Chairul 1999). Senyawa flavonoid dapat menghambat aktivitas xantin oksidase dan bersifat menangkap radikal bebas superoksida sehingga mampu menurunkan kadar asam urat dan mengobati gout. Jenis-jenis flavonoid seperti apigenin,

luteolin, kuersetin dan kaempferol mempunyai potensi cukup baik untuk menginhibisi aktivitas enzim xantin oksidase, sedangkan turunan flavonoid seperti 7-glukosilapigenin memiliki daya inhibisi lebih rendah dibanding flavonoid aslinya, yaitu apigenin (Cos et al. 1998). Berdasarkan penelitian sebelumnya (Umamaheswari et al. 2006), selain kandungan flavonoid, senyawa-senyawa seperti diterpen, triterpenoid, alkaloid, dan lignan yang terdapat dalam ekstrak metanol tanaman Vivex negundo L. atau saponin dan polifenol yang terdapat pada ekstrak air tanaman Coccinia grandis L. dapat berperan dalam menghambat xantin oksidase secara in vitro dengan daya inhibisi lebih dari 50%.

Kemampuan flavonoid dalam menghambat aktivitas xantin oksidase berlangsung melalui mekanisme inhibisi kompetitif dan interaksi dengan enzim pada gugus samping (Nagao et al. 1999 & Lin et al. 2002). Flavonoid golongan kuersetin dan rutin sebagai inhibitor xantin oksidase dan xantin dehidrogenase sehingga dapat mencegah hiperurisemia pada hati tikus secara in vivo (Zhu et al. 2004). Ekstrak tunggal sidaguri, seledri, dan tempuyung berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase karena mampu menginhibisi xantin oksidase lebih dari 50 % (Noro et al. 1983). Konsentrasi ekstrak etanol tunggal yang mempunyai persen inhibisi terbesar, yaitu sidaguri 400 ppm, seledri 1400 ppm, dan tempuyung 400 ppm akan digabungkan dengan beberapa kombinasi dan gabungan tersebut akan diuji daya inhibisinya terhadap enzim xantin oksidase secara in vitro dan in vivo.

Inhibisi Gabungan ekstrak terhadap

Aktivitas Xantin Oksidase secara In Vitro

Berdasarkan penelitian Iswantini et al. (2004) diperoleh formula gabungan sidaguri dan seledri dengan perbandingan tertentu yang dapat menginhibisi enzim xantin oksidase dengan persen inhibisi terbesar. Formula tersebut dan konsentrasi ekstrak etanol tunggal sidaguri, seledri, dan tempuyung yang mempunyai persen inhibisi terbesar akan digunakan dalam menentukan perbandingan gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung yang akan diuji inhibisinya terhadap aktivitas enzim xantin oksidase secara in vitro.

Gambar 8 menunjukkan daya inhibisi kotrol positif (allopurinol) dan gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan perbandingan yang bervariasi. Hasil

Page 19: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

yang diperoleh menjelaskan bahwa gabungan ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan perbandingan 4:14:4 mempunyai daya inhibisi terbesar, yaitu sebesar 88,68 %. Nilai ini juga lebih besar dibanding dengan daya inhibisi ekstrak tunggalnya dan daya inhibisi kontrol positif (allopurinol 50 dan 100 ppm), yaitu hanya sebesar 35,60 % dan 72,15 %.

Gambar 8 Persen inhibisi kontrol positif dan gabungan ektrak (sidaguri: seledri:tempuyung) terhadap enzim xantin oksidase.

Keterangan Gambar 11:

Urutan Keterangan

A Allopurinol 50 ppm

B Allopurinol 100 ppm

C Gabungan ekstrak 1:3,5:1

D Gabungan ekstrak 2:3,5:2

E Gabungan ekstrak 4:3,5:4

F Gabungan ekstrak 1:7:1

G Gabungan ekstrak 2:7:2

H Gabungan ekstrak 4:7:4

I Gabungan ekstrak 1:14:1

J Gabungan ekstrak 2:14:2

K Gabungan ekstrak 4:14:4

Gabungan ekstrak ini diharapkan dapat

memperbaiki hasil penelitian sebelumnya, yaitu formula gabungan sidaguri dan seledri yang dapat menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah tikus dengan potensi lebih rendah dibandingkan dengan allopurinol (Iswantini al. 2004). Oleh karena itu, dengan penambahan ekstrak etanol tempuyung dalam gabungan ekstrak etanol sidaguri dan seledri

A B C D E F G

35

.60

72

.15

64

.18

44

.28

68

.15

43

.18 5

6.0

5

% In

hib

isi x

ant

in o

ksid

ase

Kontrol positif dan gabungan ekstrak

yang diperoleh menjelaskan bahwa gabungan ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan perbandingan 4:14:4

inhibisi terbesar, yaitu sebesar 88,68 %. Nilai ini juga lebih besar dibanding dengan daya inhibisi ekstrak tunggalnya dan daya inhibisi kontrol positif (allopurinol 50 dan 100 ppm), yaitu hanya sebesar 35,60 % dan 72,15 %.

kontrol positif dan

gabungan ektrak (sidaguri: seledri:tempuyung) terhadap enzim xantin oksidase.

% Inhibisi

35.60

72.15

Gabungan ekstrak 1:3,5:1 64.18

ekstrak 2:3,5:2 44.28

Gabungan ekstrak 4:3,5:4 68.15

43.18

56.05

78.93

Gabungan ekstrak 1:14:1 58.10

Gabungan ekstrak 2:14:2 71.62

Gabungan ekstrak 4:14:4 88.68

Gabungan ekstrak ini diharapkan dapat memperbaiki hasil penelitian sebelumnya, yaitu formula gabungan sidaguri dan seledri yang dapat menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah tikus dengan potensi lebih rendah dibandingkan dengan allopurinol (Iswantini et

2004). Oleh karena itu, dengan penambahan ekstrak etanol tempuyung dalam gabungan ekstrak etanol sidaguri dan seledri

diharapkan dapat menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah tikus yang terkena hiperurisemia dengan potensi lebih tinggi dibandingkan dengan allopurinol secara vivo sehingga dapat mencegah dan atau mengobati penyakit gout baik dengan cara inhibisi enzim xantin oksidase maupun dengan efek diuretiknya . Ekstrak tempuyung selain diharapkan dapat menginhibisi enzim xantin oksidase, juga diharapkan mempunyai efek diuretik (memperbanyak produksi urin) sehingga dapat menurunkan kadar asam urat. Gabungan ekstrak terbaik ini akan digunakan dalam uji inhibisi enzim xantin oksidase secara in vivo.

Inhibisi Gabungan Ekstrak Terbaik

terhadap Aktivitas Xantin OksidaseIn Vivo

Penurunan Kadar Asam Urat pada Tikus

Gabungan ekstrak yang digunakan dalam uji inhibisi aktivitas enzim xantin oksidase secara in vivo adalah gabungan ekstrak yang mempunyai daya inhibisi terbesar pada uji inhibisi secara in vitro, yaitu gabungan ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan perbandingan 4:14:4 dengan daya inhibisi sebesar 88,68 %. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley karena tikus jantan tidak mengalami siklus hormonal yang dapat mempengaruhi konsentrasi asam urat.Sebelum diberikan perlakuan, tikus diadaptasi terlebih dahulu untuk menyeragamkan cara hidup dan makanannya.

Pengukuran konsentrasi asam urat dalam darah tikus dilakukan tiga kali, yaitu pada hari ke-0, hari ke-7 (setelah induksi kalium oksonat), dan hari ke-14 (setelah perlakuan). Pengambilan darah pada hari ke-untuk mengetahui konsentrasi asam urat normal pada tikus. Pengambilan darah pada hari ke-7 digunakan untuk mengetahui peningkatan konsentrasi asam urat pada tikus (efek hiperurisemia) setelah induksi kalium oksonat dan pengambilan darah pada hari ke14 digunakan untuk mengetahui penurunan konsentrasi asam urat pada tikus setelah diberikan perlakuan (ekstrak) selama 7 hari.

Pengukuran asam urat dalam serum dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometi enzimatik. Senyawa yang diukur serapannya pada metode ini merupakan senyawa hasil reaksi antara asam urat dengan pereaksi 2-4-diklorofenol sulfonat (DCPS)Prinsip metode ini adalah asam urat dalam air dengan adanya enzim urikase (pada pereaksi

G H I J K

56

.05

78

.93

58

.10 7

1.6

2

88

.68

Kontrol positif dan gabungan ekstrak

11

diharapkan dapat menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah tikus yang terkena hiperurisemia dengan potensi lebih tinggi

gkan dengan allopurinol secara in sehingga dapat mencegah dan atau

mengobati penyakit gout baik dengan cara inhibisi enzim xantin oksidase maupun

Ekstrak tempuyung selain diharapkan dapat menginhibisi enzim

uga diharapkan mempunyai efek diuretik (memperbanyak produksi urin) sehingga dapat menurunkan kadar asam urat. Gabungan ekstrak terbaik ini akan digunakan dalam uji inhibisi enzim xantin oksidase

Gabungan Ekstrak Terbaik Aktivitas Xantin Oksidase secara

Penurunan Kadar Asam Urat pada Tikus

Gabungan ekstrak yang digunakan dalam uji inhibisi aktivitas enzim xantin oksidase

adalah gabungan ekstrak yang mempunyai daya inhibisi terbesar pada uji

gabungan ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan perbandingan 4:14:4 dengan daya inhibisi sebesar 88,68 %. Hewan uji yang

ah tikus putih jantan galur karena tikus jantan tidak

mengalami siklus hormonal yang dapat mempengaruhi konsentrasi asam urat. Sebelum diberikan perlakuan, tikus diadaptasi terlebih dahulu untuk menyeragamkan cara

kuran konsentrasi asam urat dalam darah tikus dilakukan tiga kali, yaitu pada hari

7 (setelah induksi kalium 14 (setelah perlakuan).

-0 digunakan untuk mengetahui konsentrasi asam urat

l pada tikus. Pengambilan darah pada 7 digunakan untuk mengetahui

peningkatan konsentrasi asam urat pada tikus (efek hiperurisemia) setelah induksi kalium oksonat dan pengambilan darah pada hari ke-14 digunakan untuk mengetahui penurunan

i asam urat pada tikus setelah diberikan perlakuan (ekstrak) selama 7 hari.

Pengukuran asam urat dalam serum dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometi enzimatik. Senyawa yang diukur serapannya pada metode ini merupakan

asam urat dengan diklorofenol sulfonat (DCPS).

Prinsip metode ini adalah asam urat dalam air dengan adanya enzim urikase (pada pereaksi

Page 20: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

enzim) akan teroksidasi menjadi hidrogen peroksida (H2O2) dan alantoin. Hidrogen peroksida yang terbentuk ini kemudian akan bereaksi dengan 4-aminophenazone dan 2diklorofenol sulfonat (DCPS) membentuk senyawa kuinominin yang berwarna merah muda. Senyawa kuinominin ini diukur serapannya pada panjang gelombangmaksimum yang diperoleh, yaitu 513,2 nm (Lampiran 9). Konsentrasi kuinominin yang terbentuk setara dengan konsentrasi asam urat dalam sampel. Oleh karena itu, serapan yang terukur dapat diubah menjadi konsentrasi asam urat pada persamaan linier kurva standar yaitu 0,036x + 0,016 dengan nilai (Lampiran 7).

Tabel 1 menunjukkan perubahan konsentrasi asam urat pada hari ke7 (setelah induksi kalium oksonat), dan hari ke-14 (setelah perlakuan) untuk masingmasing kelompok. Rata-rata konsentrasi asam urat pada hari ke-0 pada seluruh populasi hewan coba adalah 1,7772 mg/dL. Hasil uji statistik, konsentrasi asam urat hari kemenunjukkan semua kelompok mempunyai nilai rata-rata konsentrasi asam urat yang tidak berbeda nyata dengan nilai psebesar 0,706 (lebih besar dari 5%).

Tabel 1 Konsentrasi asam urat dalam darah.

Kelompok Rata-rata [asam urat] (mg/dL)

Hari ke-0

Hari ke

1 1,6375 1,85832 1,7639 3,80283 1,8083 4,31674 1,6708 4,18335 1,8208 4,10286 1,8056 4,09587 1,9333 4,2000

Tikus yang terkena hiperurisemia ditandai dengan adanya peningkatan konsentrasi asam urat dalam darah di atas normal. Konsentrasi normal asam urat dalam darahpada kisaran 1,2-5,0 mg/dL (Girindra 1998). Peningkatan konsentrasi asam urat dalam darah tikus dilakukan dengan memberikan kalium oksonat dosis 250 mg/Kg BB secara intraperitonial. Kalium oksonatinhibitor urikase dengan memberikanhiperurisemia (peningkatan konsentrasi asam urat melebihi normal). Hasil yang diperoleh menunjukkan pada hari kepeningkatan konsentrasi asam urat yang signifikan pada kelompok 2 sampai kelompok 7 (setelah induksi kalium oksonat), sedangkan

enzim) akan teroksidasi menjadi hidrogen ) dan alantoin. Hidrogen

peroksida yang terbentuk ini kemudian akan aminophenazone dan 2-4-

diklorofenol sulfonat (DCPS) membentuk senyawa kuinominin yang berwarna merah muda. Senyawa kuinominin ini diukur

pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh, yaitu 513,2 nm (Lampiran 9). Konsentrasi senyawa

yang terbentuk setara dengan konsentrasi asam urat dalam sampel. Oleh karena itu, serapan yang terukur dapat diubah menjadi konsentrasi asam urat berdasarkan

an linier kurva standar yaitu Y = + 0,016 dengan nilai R2 sebesar 0,976

Tabel 1 menunjukkan perubahan konsentrasi asam urat pada hari ke-0, hari ke-7 (setelah induksi kalium oksonat), dan hari

14 (setelah perlakuan) untuk masing-rata konsentrasi asam

0 pada seluruh populasi hewan coba adalah 1,7772 mg/dL. Hasil uji statistik, konsentrasi asam urat hari ke-0 menunjukkan semua kelompok mempunyai

rata konsentrasi asam urat yang rbeda nyata dengan nilai p-value

sebesar 0,706 (lebih besar dari 5%).

Tabel 1 Konsentrasi asam urat dalam darah.

rata [asam urat] (mg/dL)

Hari ke-7

Hari ke-14

1,8583 1,8375 3,8028 3,5250 4,3167 1,8667 4,1833 2,6639 4,1028 2,1931 4,0958 1,6569 4,2000 3,2014

Tikus yang terkena hiperurisemia ditandai dengan adanya peningkatan konsentrasi asam urat dalam darah di atas normal. Konsentrasi normal asam urat dalam darah tikus berada

5,0 mg/dL (Girindra 1998). Peningkatan konsentrasi asam urat dalam darah tikus dilakukan dengan memberikan kalium oksonat dosis 250 mg/Kg BB secara intraperitonial. Kalium oksonat merupakan inhibitor urikase dengan memberikan efek hiperurisemia (peningkatan konsentrasi asam

Hasil yang diperoleh menunjukkan pada hari ke-7 terjadi peningkatan konsentrasi asam urat yang signifikan pada kelompok 2 sampai kelompok 7 (setelah induksi kalium oksonat), sedangkan

pada kelompok 1 yang tidak diinduksi kalium oksonat tidak terjadi peningkatan konsentrasi asam urat yang signifikan (tetap mendekati normal) sehingga dapat dikatakan peningkatan konsentrasi asam urat ini dikarenakan induksi kalium oksonat selama 7 hari. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pemberian kalium oksonat dengan dosis 300 mg/kg BB dapat meningkatkan konsentrasi asam urat dalam darah sebesar 86,94% (Watanabe

Persen penurunan konsentrasi asam urat setelah perlakuan untuk masingkelompok yang diberikan selama 7 hari pada tikus yang terkena hiperurisemia (setelah induksi kalium oksonat) dapat dilihat pada Gambar 9. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian gabungan ekstrak etanol sidaguri, seledri, dan tempuyung pada berbagai dosis selama 7 hari mampu menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah tikus. Akan tetapi, persen penurunan konsentrasi asam urat tertinggi pada kelompok yang diberikan gabungan sidaguri, seledri, dan tempuyung pada konsentrasi 2640 mg/300g BB (kelompok 6). Perhitungan konsentrasi asam urat dalam darah tikus untuk masingkelompok terdapat pada Lampiran 11.

: Kelompok normal

: Kontrol negatif

: Kontrol positif

: Gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB

: Gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB

: Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB

: Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB

+ kalium oksonat

Gambar 9 Persen penurunan konsentrasi asam urat dalam darah tikus setelah perlakuan untuk masingkelompok.

1 2 3 4 5

0.48

7.25

56.86

36.40

46.57

% p

ene

runa

n ka

da

r a

sam

ura

t

Kelompok

12

pada kelompok 1 yang tidak diinduksi kalium oksonat tidak terjadi peningkatan konsentrasi asam urat yang signifikan (tetap mendekati normal) sehingga dapat dikatakan peningkatan konsentrasi asam urat ini dikarenakan induksi

Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pemberian kalium oksonat dengan dosis 300 mg/kg BB dapat meningkatkan konsentrasi asam urat dalam darah sebesar 86,94% (Watanabe et al. 2006).

Persen penurunan konsentrasi asam urat h perlakuan untuk masing-masing

kelompok yang diberikan selama 7 hari pada tikus yang terkena hiperurisemia (setelah induksi kalium oksonat) dapat dilihat pada Gambar 9. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian gabungan ekstrak etanol sidaguri,

dan tempuyung pada berbagai dosis selama 7 hari mampu menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah tikus. Akan tetapi, persen penurunan konsentrasi asam urat tertinggi pada kelompok yang diberikan gabungan sidaguri, seledri, dan tempuyung

2640 mg/300g BB (kelompok 6). Perhitungan konsentrasi asam urat dalam darah tikus untuk masing-masing kelompok terdapat pada Lampiran 11.

Gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB

Gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB

Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB

Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB

Gambar 9 Persen penurunan konsentrasi asam urat dalam darah tikus setelah perlakuan untuk masing-masing

6 7

46.57

59.45

23.37

Page 21: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

13

Penurunan konsentrasi asam urat pada kelompok perlakuan (kelompok 3 sampai 7 ) berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok normal dan kontrol positif sehingga dapat dikatakan bahwa penurunan konsentrasi asam urat ini dikarenakan oleh perlakuan yang diberikan, yaitu allopurinol dan gabungan ekstrak. Hal ini didukung oleh hasil analisis sidik ragam yang diperoleh p-value lebih kecil dari 5 % dan F-hitung lebih besar dari pada F-tabel sehingga tolak H0 (Mattjik dan sumertajaya 2006) yang berarti minimal terdapat sepasang perlakuan yang memberikan persen penurunan konsentrasi asam urat yang berbeda.

Hasil Uji Duncan yang diperoleh menunjukkan bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh persen penurunan kadar asam urat yang berbeda nyata (signifikan), kecuali perlakuan kontrol positif (kelompok 3) dengan gabungan ekstrak dosis 4 (kelompok 6). Meskipun persen penurunannya tidak berbeda signifikan tetapi persen penurunan konsentrasi asam urat yang terjadi pada kelompok 6 (59,46 %) lebih besar dari pada kelompok 3 (56,89%) . Hal ini menunjukkan bahwa gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan dosis 2640 mg/300g BB lebih berpotensi menurunkan konsentrasi asam urat dalam mengobati penyakit gout dibandingkan dengan kontrol positif (allopurinol).

Hasil penelitian ini memperbaiki hasil penelitian sebelumnya, yaitu formula gabungan sidaguri dan seledri terbaik yang diberikan setiap hari berturut turut selama 7 hari memberikan efek terhadap penurunan kadar asam urat tikus dengan potensi lebih rendah dibandingkan dengan allopurinol (Iswantini et al. 2004). Gabungan sidaguri, seledri, dan tempuyung yang diberikan setiap hari berturut turut selama 7 hari dengan dosis 2640 mg/300 g BB memberikan efek terhadap penurunan kadar asam urat tikus dengan potensi lebih tinggi dibandingkan dengan allopurinol, yaitu 59,46%. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Pemberian ekstrak Scrophularia ningpoensis selama 3 hari dapat menurunkan konsentrasi asam urat pada mencit sebesar 33.1% (Huang et al. 2008). Pemberian jus cherry (Prunus cerasus) selama 2 minggu juga menurunkan konsentrasi asam urat tikus sebesar 16,24 % (Haidari et al. 2009), dan tanaman asli cina (Ermiao wan) menurunkan konsentrasi asam urat sebesar 40,8 % (Kong et al. 2004).

Cara kerja gabungan ekstrak ini dalam menurunkan konsentrasi asam urat dalam

darah tikus selain melalui inhibisi terhadap aktivitas xantin oksidase sehingga mengurangi pembentukan asam urat dan juga diduga melalui efek diuretik sehingga memperlancar proses ekskresi asam urat. Ekstrak tempuyung selain diharapkan dapat menginhibisi enzim xantin oksidase, juga diharapkan mempunyai efek diuretik. Daun tempuyung menurut Chairul (1999) dapat digunakan sebagai obat untuk menghancurkan batu ginjal sehingga dapat memperbaiki fungsi ginjal. Daun tempuyung mengandung ion-ion mineral cukup tinggi terutama K+ dan Na+ yang dapat mengatur keseimbangan elektrolit di dalam tubuh, sehingga mempermudah keluarnya air seni sehingga membantu dalam penerunan kadar asam urat.

Aktivitas Enzim Xantin Oksidase dalam Hati Tikus

Enzim xantin oksidase dalam tikus yang digunakan dalam uji aktivitas enzim berasal dari hati tikus. Di dalam tubuh, xantin oksidase dapat ditemukan di sel hati dan sel otot (Hart et al. 1970). Adanya xantin oksidase dalam darah mengindikasikan adanya kerusakan fungsi hati. Enzim xantin oksidase mengkatalisis oksidase hipoxantin dan xantin menjadi asam urat yang berperan penting dalam timbulnya gout.

Rata-rata aktivitas xantin oksidase dalam hati tikus untuk masing-masing kelompok dapat dilihat pada Gambar 10 dan Lampiran 12. Hasil uji menunjukkan bahwa kelompok yang diberikan perlakuan gabungan ekstrak memiliki aktivitas xantin oksidase yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok normal. Rata-rata aktivitas xantin oksidase pada kelompok perlakuan (kelompok 3 sampai 7) berbeda signifikan dengan kelompok normal (kelompok 1). Hal ini didukung oleh hasil uji statistiknya. Analisis sidik ragam yang diperoleh mempunyai p-value lebih kecil dari 5 % dan F-hitung lebih besar dari pada F-tabel sehingga tolak H0 (Mattjik 2006) yang berarti minimal terdapat satu pasang perlakuan yang mempunyai aktivitas xantin oksidase yang berbeda. Hasil Uji Duncan yang diperoleh menunjukkan bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh aktivitas xantin oksidase yang berbeda nyata (signifikan), kecuali kelompok 5 dengan kelompok 7. Hal ini mengindikasikan bahwa gabungan ekstrak berpotensi menghambat aktivitas xantin oksidase.

Page 22: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

: Kelompok normal

: Kontrol negatif

: Kontrol positif

: Gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB

: Gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB

: Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB

: Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB

+ kalium oksonat

Gambar 10 Rata-rata aktivitas xantin oksidase dalam hati tikus setelah perlakuan untuk masing-masing kelompok.

Aktivitas xantin oksidase yang paling kecil terjadi pada kelompok 3, yaitu kelompok yang diberikan allopurinol 10 mg/kg BB dengan aktivitas sebesar 142.4222 mM/L menit yang kemudian diikuti oleh kelompok 6, yaitu kelompok yang diberikan gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB dengan aktivitas sebesar 179,0475 mM/L menit. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan hasil penurunan konsentrasi asam urat, persen penurunan konsentrasi asan urat oleh gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB (59,46 %) lebih besar dibandallopurinol (56,89%) Hal ini mengidikasikan bahwa gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan dosis 2640 mg/300 g BB yang diberikan selama 7 hari selain berpotensi sebagai inhibitor enzim xantin oksidase, juga diduga mempunyai efek diuretik sehingga lebih berpotensi dalam menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah.

Untung (1999) menyatakan bahwa akar tumbuhan sidaguri mengandung senyawa polifenol dan flavonoid yang bersifat diuretik. Ekstrak herba seledri dan tempuyung juga terbukti dapat meningkatkan ekskresi urin (Andrajati et al. 2009). Asam urat mudah larut dalam air terutama air yang sedikit basa, sehingga rebusan akar sidaguri yang

1 2 3 4

501.12

421.38

142.42

305.79R

ata

-ra

ta a

ktiv

itas

xa

ntin

o

ksid

ase

(m

M/L

me

nit)

Kelompok

Gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB

Gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB

Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB

Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB

rata aktivitas xantin oksidase dalam hati tikus setelah perlakuan

masing kelompok.

Aktivitas xantin oksidase yang paling kecil terjadi pada kelompok 3, yaitu kelompok yang diberikan allopurinol 10 mg/kg BB dengan aktivitas sebesar 142.4222 mM/L menit yang kemudian diikuti oleh kelompok 6, yaitu kelompok yang diberikan gabungan

2640 mg/300 g BB dengan aktivitas sebesar 179,0475 mM/L menit. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan hasil penurunan konsentrasi asam urat, persen penurunan konsentrasi asan urat oleh

2640 mg/300 g BB (59,46 %) lebih besar dibandingkan dengan allopurinol (56,89%) Hal ini mengidikasikan bahwa gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan

2640 mg/300 g BB yang diberikan selama 7 hari selain berpotensi sebagai inhibitor enzim xantin oksidase, juga

ek diuretik sehingga lebih berpotensi dalam menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah.

Untung (1999) menyatakan bahwa akar tumbuhan sidaguri mengandung senyawa polifenol dan flavonoid yang bersifat diuretik. Ekstrak herba seledri dan tempuyung juga

ukti dapat meningkatkan ekskresi urin Asam urat mudah larut

dalam air terutama air yang sedikit basa, sehingga rebusan akar sidaguri yang

mengandung polifenol dan flavonoid yang diminum dapat meluruhkan asam urat dan selanjutnya terbuang bersama urin. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya efek diuretik, diantaranya infusa daun tapak liman (Elephantopus scaber mengandung flavonoid terbukti mempunyai efek diuretik pada konsentrasi 7,5 g/kg BB dengan persen daya diuretik sebesar 119,92±11,35% (Puspita 2004).

Uji inhibisi enzim xantin oksidase baik secara in vitro maupun secara menyatakan bahwa gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase dan berkhasiat sebagai antigout. Ekstrak seledri (Nadinah 2008) dan sidaguri (Iswantini diketahui dapat menghambat enzim xantin oksidase melalui mekanisme inhibisi kompetitif. Potensi inhibitor ini dikarenakan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada masing-masing ekstrak, yaitu flavonoid, alkaloid, triterpenoid, tannin, dan steroid. Jenis-jenis flavonoid seperti apigenin, luteolin, kuersetin dan kaempferol mempunyai potensi cukup baik untuk menginhibisi kerja enzim xantin oksidase, sedangkan turflavonoid seperti 7-glukosilapigenin memiliki daya inhibisi lebih rendah dibanding flavonoid aslinya, yaitu apigenin.

Hubungan antara struktur flavonoid dengan aktivitasnya sebagai inhibitor xantin oksidase disebabkan karena adanya gugus hidroksil (gugus OH) pada C5 dan Cikatan rangkap antara C2 dan C3

akan mengakibatkan posisi ring B terhadap ring A, sehingga lebih memudahkan dalam berinteraksi dengan xantin oksidase, sedangkan adanya ikatan rangkap pada flavonoid memungkinkannya untuk melangsungkan reaksi adisi (oksidasi oleh xantin oksidase) (Cos et al.Kemampuan flavonoid dalam menghambat aktivitas xantin oksidase berlangsung melalui mekanisme inhibisi kompetitif dan interaksi dengan enzim pada gugus samping (Nagao al. 1999).

Berdasarkan penelitian sebelumnya, pemberian jus cherry (Prunus cerasus2 minggu juga dapat menghambat xantin oksidase sebesar 20,08 % secara (Haidari et al. 2009) dan tanaman asli cina (Ermiao wan) dapat menghambat xantin oksidase sebesar 20,8% dan menurunkan konsentrasi asam urat sebesar 40,8 % (Kong et al. 2004). Selain itu, tanaman seperti Coccinia grandis dan Vitex negundo dapat menginhibisi xantin oksidase diatas

5 6 7

305.79

233.86

179.05

234.63

Kelompok

14

mengandung polifenol dan flavonoid yang diminum dapat meluruhkan asam urat dan

rbuang bersama urin. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya tentang efek diuretik, diantaranya infusa daun tapak

L.) yang mengandung flavonoid terbukti mempunyai efek diuretik pada konsentrasi 7,5 g/kg BB

diuretik sebesar

oksidase baik maupun secara in vivo

menyatakan bahwa gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase dan berkhasiat

agai antigout. Ekstrak seledri (Nadinah 2008) dan sidaguri (Iswantini et al. 2009) diketahui dapat menghambat enzim xantin oksidase melalui mekanisme inhibisi kompetitif. Potensi inhibitor ini dikarenakan kandungan senyawa metabolit sekunder yang

masing ekstrak, yaitu flavonoid, alkaloid, triterpenoid, tannin, dan

jenis flavonoid seperti apigenin, luteolin, kuersetin dan kaempferol mempunyai potensi cukup baik untuk menginhibisi kerja enzim xantin oksidase, sedangkan turunan

glukosilapigenin memiliki daya inhibisi lebih rendah dibanding flavonoid

Hubungan antara struktur flavonoid dengan aktivitasnya sebagai inhibitor xantin oksidase disebabkan karena adanya gugus

dan C7 serta pada ring B

akan mengakibatkan posisi ring B co-planar terhadap ring A, sehingga lebih memudahkan dalam berinteraksi dengan xantin oksidase, sedangkan adanya ikatan rangkap pada flavonoid memungkinkannya untuk melangsungkan reaksi adisi (oksidasi oleh

et al. 1998). lam menghambat

aktivitas xantin oksidase berlangsung melalui mekanisme inhibisi kompetitif dan interaksi dengan enzim pada gugus samping (Nagao et

Berdasarkan penelitian sebelumnya, Prunus cerasus) selama t menghambat xantin

oksidase sebesar 20,08 % secara in vivo 2009) dan tanaman asli cina

) dapat menghambat xantin oksidase sebesar 20,8% dan menurunkan konsentrasi asam urat sebesar 40,8 % (Kong

. 2004). Selain itu, tanaman obat India Vitex negundo

dapat menginhibisi xantin oksidase diatas

Page 23: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

15

50% secara in vitro dan dapat menurunkan konsentrasi asam urat pada mencit yang terkena hiperurisemia berturut-turut sebesar 65,85% dan 45,18% (Umamaheswari et al. 2006).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak tunggal sidaguri 400 ppm, seledri 1400 ppm, dan tempuyung 400 ppm memiliki daya inhibisi terbesar berturut-turut sebesar 56,46% dan 80,95%, dan 83,02%. Selain itu, gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung dengan perbandingan 4:14:4 memiliki persen inhibisi sebesar 88,68 % sehingga dapat dikatakan tidak ada interaksi antar komponen ekstrak yang bersifat sinergis. Gabungan ekstrak tersebut dengan dosis 2640 mg/300 g BB dapat menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah tikus sebesar 59,45 % yang melebihi kontrol positif (allopurinol) sebesar 56,86% serta memiliki aktivitas xantin oksidase sebesar 179,05 mM/L menit yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok normal (501,12 mM/L menit). Berdasarkan hasil uji in vitro dan in vivo tersebut terbukti bahwa gabungan ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung berkhasiat sebagai obat antigout melalui mekanisme inhibisi enzim xantin oksidase.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek diuretik gabungan ekstrak sehingga diketahui secara pasti mekanisme penurunan kadar asam urat dalam darah tikus. Selain itu, perlu juga dilakukan uji antiinflamasi, uji toksisitas, dan kinetika reaksi enzimnya.

DAFTAR PUSTAKA

Andrajati R, Hanani E, Fitria WT. 2009. Pengaruh campuran ekstrak herba Apium graveolens dan daun Sonchus arvensis terhadap kadar natrium, kalium, dan volume urine serta kreatinin plasma tikus jantan [Abstrak]. Seminar Nasional Tumbuhan Indonesia XXXVII.

AOAC. 1984. Official Methods of Analysis.

Association of Official Analitycal Chemist, Virgina.

Behera BC, Adawadkar B, Makhija U. 2003. Inhibitory activity of xanthine oxidase and superoxide-scavenging activity in some taxa of the lichen family graphidaceae. Phytomedicine 10:536-543.

Bodamyali T, Kancler JM, Millar TM, Blake

DR, Stevens. 2002. Free radicals in rheumatoid arthritis: Mediators and modulators. in Redox Genome Interaction in Health And Disease. Ed J. Fuchs, M. Podda. and L. Packer. Marcel Dekker, New york.

Brossi A, Peter Kerekes. 1985. Carbamates of

colchicines for treatment of gout. United States Patents No. 4533675. [terhubung berkala]. www.pat2pdf.org/patents/pat 4533675.pdf [18 April 2009].

Butters DE, Graic K, Charles D, Ross PM.

2002. Extracts of celery seed for the prevention and treatment of pain, inflammation, and gartrointestinal irritation. United States Patents No. 6352728. [terhubung berkala]. www.pat2pdf.org/patents/pat6352728.pdf [18 April 2009].

Chairul. 1999. Tempuyung untuk

Menghadang Asam Urat. [terhubung berkala]. www.indomedia.com/intisari /1999/juni/tempuyung.htm [11 Maret 2009].

Cos P et al. 1998. Structure-activity

relationship and classification of flavonoids as inhibitors of xanthin oxidase and superoxide scavengers. Journal Nat Prod 61: 71-76.

Dalimartha. 2006. Resep Tumbuhan Obat

untuk Asam Urat. Bogor: Penebar Swadaya.

Ditjen POM. 2004. Materi Medika Indonesia.

Volume ke-6. Jakarta: Depkes RI. Duke JA. 1987. Handbook of Medicinal

Herbs. Bocca Raton: CRC Press. Fields M, Lewis CG, Lure MD. 1996.

Allopurinol, an inhibitor of xanthine oxidase, reduces uric acid levels and modifies the signs associated with copper deficiency in rats fed fructose. Free Radical Biology and Medicine 20:595–600.

Page 24: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

16

Filha ZSF, Vitolo IF, Fietto LG, Lombardi, Guimaraes S. 2006. Xanthine oxidase inhibitory activity of Lychnophora species From Brazil (“Arnica”). Journal of Ethnopharmacology 107:79-82.

Ganiswara S, Setiabudy R, Suyatna FD,

Purwantyastuti. 1995. Farmakologi dan Terapi. Ed ke-4. Jakarta: FKUI Press.

Girindra A. 1988. Biokimia Patologi. Bogor:

Pusat Antar Universitas IPB. Haidari F, Mohammad SM, Keshavarz SA,

Rashidi MR. 2009. Inhibitory effects of tart cherry (Prunus cerasus) juice on xanthine oxidoreductase activity and its hypouricemic and antioxidant effects on rats. Mal Journal Nutr 15(1): 53 – 64.

Hart L, McGartoll MA, Chapman HR, Bray

RC. 1970. The composition of milk xanthine oxidase, Biochem Journal 116:851-853.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna

Indonesia Jilid II. Jakarta: Yayasan Sarana Wana.

Hidayat MG. 2004. Perbandingan metode

ekstraksi flavonoid dan terpenoid dari sidaguri serta daya inhibisi ekstrak terhadap aktivitas xantin oksidase [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Huang CG, Shang YJ, Zhang J, Zhang JR, Li

WJ, Jiao BH. 2008. Hypouricemic effects of phenylpropanoid glycosides acteoside of Scrophularia ningpoensis on serum uric acid levels in potassium oxonate-pretreated Mice. Am Journal Chin Med 36(1):149-57.

Ilavarasan R, Mallika M, Venkataraman S.

2005. Anti-inflammatory and antioxidant activities of cassia fistula Linn. bark extracts. Afica Journal Trad. CAM 2(1): 70-85.

Iryaningrum MR. 2005. Artritis gout,

diagnosis dan pengelolaan. Di dalam: Majalah Kedokteran Atmajaya. Volume 4: 5.

Iswantini D, Darusman LK. 2003. Effect of

sidaguri extract as an uric acid lowering

agent on the activity of xanthine oxidase enzyme. Proceedings of International Symposium On Biomedicines. Biopharmaca Research, Bogor Agricultural University.

Iswantini D, Darusman LK, Rahminiwati M,

Iskandar, Heryanto H, penemu; Institut Pertanian Bogor. 2004. Formula ekstrak gabungan Apium graveolens dan Sida rhombifolia L. sebagai fitofarmaka untuk penyakit gout: inhibitor xantin oksidase. ID P00200400339.

Iswantini D, Rahminiwari M, Januwati M.

2004. Bioprospeksi sidaguri (Sida rhombifolia L.) dan seledri (Apium graveolens L.): formula obat gout dan aktifitas inhibisinya tehahadap xantin oksidase. Laporan Riset Unggulan Terpadu Bidang Lingkungan. Kementerian Riset dan Teknologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Iswantini D, Darusman LK, Hidayat R. 2009.

Indonesian Sidaguri (Sida rhombifolia L.) antigout and inhibition kinetics of flavonoids crude extract on the activity of xanthine oxidase. Journal of Biolocical Science 9(5):504-508.

Ixoranet. 2007. Herbal Seledri yang

Terkandung dalam Tensicare. [terhubung berkala]. http://www.ixoranet.com/ ixoranet/ [02 April 2009].

Kong LD, Cai C, Huang W, Cheng CHK, Tan

RX. 2000. Inhibition of xanthine oxidase by some Chinese medicinal plants used to treat gout. Journal of Ethnopharmacology 73:199-207.

Kong LD, Chen Y, Fei G, Hai DW, Yu SG.

2004. A Chinese herbal medicine ermiao wan reduces serum uric acid level and inhibits liver xanthine dehydrogenase and xanthine oxidase in mice. Journal of Ethnopharmacology 93:325-330.

Kurniastuty A. 2008. Pengaruh pemberian

fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% herba meniran (phyllanthus niruri L.) terhadap penurunan kadar asam urat mencit putih jantan galur balb-c hiperurisemia [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Page 25: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

17

Lin CM, Chen CS, Chen CT, Liang YC, Lin JK. 2002. Molecular modeling of flavonoids that inhibits xanthine oxidase. Biochemical and Biophysical Research Communications. 294:167-172

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002.

Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1. Bogor: IPB Press.

Mansjoer A. 2004. Reumatologi Kapita

Selekta Kedokteran. Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan Keenam. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas kedokteran UI.

Millar TM, Kanczler JM, Bodamyali T, Blake

DR, Stevens CR. 2002. Xanthine oxidase is a peroxynintrite synthase: Newly identified roles for a very old enzyme. Redox Report 7:65-70.

Nadinah. 2008. Kinetika inhibisi ekstrak

etanol seledri (Apium graveolens L.) dan fraksinya terhadap enzim xantin oksidase serta penentuan senyawa aktifnya [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Nagamatsu T, Yoko Watanabe, Kazuki Endo,

Masahiro I. 1999. Purine compounds and xanthine oxidase inhibitor. United States Patents No. 5990118. [terhubung berkala]. www.pat2pdf.org/patents/pat 5990118.pdf [19 April 2009].

Nagao A, Michiko S, Hidetaka K. 1999.

Inhibition of xanthine oxidase by flavonoids. Biochem Journal 63:1787-1790.

Noro T, Oda Y, Miyase T, Ueno A,

Fukushima S. 1983. Inhibition of xhantine oxidase from the flowers and buds of daphne genkwa. Chem Pharm Bull 31:3984-3987.

Pacher P, Alex N, Csaba S. 2006. Therapeutic

effects of xanthine oxidase inhibitors: Renaissance half a century after the discovery of allopurinol. Pharmacol Rev 58:87-114.

Ramdhani TH. 2004. Isolasi dan identifikasi

senyawa bioaktif seledri dalam menghambat aktivitas xantin oksidase [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Rustam E, Atmasari I, Yanwirasti. 2007. Efek

antiinflamasi ekstrak etanol kunyit (Curcuma domestica Val.) pada tikus putih jantan galur wistar. Jurnal Sains dan teknologi farmasi Vol 12:112-115

Susanti. 2005. Pengaruh ekstrak etanol 70%

herba meniran (phyllanthus niruri L.) terhadap penurunan kadar asam urat mencit putih jantan galur balb-c hiperurisemia [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Syukur C, Hernani. 2002. Budi Daya

Tanaman Obat Komersial. Jakarta : Penebar Swadaya.

Tamta H, Sukirti Karla, dan Anup KM. 2006.

Biochemical characterization of some pyrazolopyrimidinebased inhibitors of xanthine oxidase. Biochemistry (Moscow) 71(1): S49-S54.

Umamaheswari M. 2006. Xanthine oxidase

inhibitory activity of some Indian medical plants. Journal of Ethnopharmacology 109(3):547-51.

Unno T, Iwao Sakane, dan Takami Kakuda.

2003. Xanthine oxidase inhibitor and method for producing the same. United States Patents No. 6589573 B2. [terhubung berkala]. www.pat2pdf.org/ patents/pat6589573.pdf [18 april 2009].

Untung O. 1999. Sapu Asam Urat dengan

Sosapu. Jakarta: Trubus Edisi September tahun ke 19 No 358.

Vendruscolo A et al. 2006. Antiinflammatory

and antinociceptive activities of Zingiber officinale Roscoe essential oil in experimental animal models. Indian Journal Pharmacol Vol 38:58-9.

Wakashiro M, Shiro Abe, Nobukazu T, dan

Hiroshi O. 1993. Xanthine oxidase inhibitor. United States Patents No. 5212201. [terhubung berkala]. www.pat2pdf.org/patents/pat5212201.pdf [19 April 2009].

Wardani CGT. 2008. Potensi ekstrak

tempuyung dan meniran sebagai anti

Page 26: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

18

asam urat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Watanabe S, Kiyama Fumiko K, Sakamaki A,

Yoshida T. 2006. Celebral oxidative stress and mitochondrial dysfunction in oxonate-induced hyperuricemic mice. Journal of Health Science 52(6): 730-737.

Wijayakusuma H. 1996. Tanaman Berkhasiat

Obat di Indonesia. Jakarta: Elex Media. Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yu Kuang-Hui. 2006. FebuXOstat: A novel

non-purine selective inhibitor of xanthine oxidase for the treatment of hyperuricemia in gout. 70 Recent Patents on Inflammation & Allergy Drug Discovery. 1:1.

Zhu et al. 2004. Effects of biota orientalis

extract and its flavonoid constituents, quercetin and rutin on serum uric acid levels in oxonate-induced mice and xanthine dehydrogenase and xanthine oxidase activities in mouse liver. Journal of Ethnopharmacology 93:133-140.

Page 27: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

19

LAMPIRAN

Page 28: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

20

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Ekstraksi etanol Penentuan kadar

Ekstrak etanol seledri

Ekstrak etanol sidaguri

Ekstrak etanol tempuyung

Serbuk daun sidaguri, seledri, dan tempuyung

Uji inhibisi ekstrak tunggal terhadap enzim xantin oksidase secara in vitro

Uji inhibisi kombinasi ekstrak terhadap enzim xantin oksidase secara in vitro

1:3,5:1 1:7:1 1:14:1

2:3,5:2 2:7:2 2:14:2

4:3,5:4 4:7:4 4:14:4

Masing-masing ekstrak tunggal dengan % inhibisi xantin oksidase tertinggi

dikombinasikan dengan berbagai variasi

perbandingan

% inhibisi xantin oksidase tertinggi

Uji inhibisi gabungan ekstrak terbaik terhadap enzim xantin oksidase secara in vivo pada tikus

Page 29: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

21

Lampiran 2 Data pakan sebelum perlakuan

No kelompok ke-/Hari ke-/Jumlah pakan (gram)

kelompok 1 kelompok 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 23 21 23 23 19 23 24 25 23 22 25 25 23 22 26 21 22 20 19 25 2 23 21 23 23 19 23 24 25 23 22 25 25 23 22 26 21 22 20 19 25 3 23 21 23 23 19 23 24 25 23 22 25 25 23 22 26 21 22 20 19 25 4 21 22 21 20 24 21 23 26 26 26 22 23 18 17 19 18 17 16 20 19 5 21 22 21 20 24 21 23 26 26 26 22 23 18 17 19 18 17 16 20 19 6 21 22 21 20 24 21 23 26 26 26 22 23 18 17 19 18 17 16 20 19 7 19 21 18 19 15 21 19 18 17 22 21 16 19 24 22 19 20 21 22 21 8 22 21 21 22 25 21 22 21 19 20 21 16 19 24 22 19 20 21 22 21 9 22 21 21 22 25 21 22 21 19 20 20 23 24 19 20 18 21 19 17 22 10 22 21 21 22 25 21 22 21 19 20 20 23 24 19 20 18 21 19 17 22

No kelompok ke-/Hari ke-/Jumlah pakan (gram)

kelompok 3 kelompok 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 25 25 23 22 26 21 22 20 19 25 19 18 26 21 19 25 21 22 22 26 2 25 25 23 22 26 21 22 20 19 25 19 18 26 21 19 25 21 22 22 26 3 25 25 23 22 26 21 22 20 19 25 19 18 26 21 19 25 21 22 22 26 4 22 23 18 17 19 18 17 16 20 19 18 19 19 18 20 19 22 23 17 19 5 22 23 18 17 19 18 17 16 20 19 18 19 19 18 20 19 22 23 17 19 6 22 23 18 17 19 18 17 16 20 19 18 19 19 18 20 19 22 23 17 19 7 21 16 19 24 22 19 20 21 22 21 19 20 22 19 22 21 21 16 24 22 8 21 16 19 24 22 19 20 21 22 21 23 19 20 18 17 22 20 23 19 20 9 20 23 24 19 20 18 21 19 17 22 23 19 20 18 17 22 20 23 19 20 10 20 23 24 19 20 18 21 19 17 22 23 19 20 18 17 22 20 23 19 20

No kelompok ke-/Hari ke-/Jumlah pakan (gram)

kelompok 5 kelompok 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 24 25 19 25 22 26 22 20 25 25 19 20 18 19 19 16 22 23 20 19 2 24 25 19 25 22 26 22 20 25 25 19 20 18 19 19 16 22 23 20 19 3 24 25 19 25 22 26 22 20 25 25 19 20 18 19 19 16 22 23 20 19 4 23 26 20 19 17 19 17 16 22 23 20 16 23 19 20 21 21 16 19 25 5 23 26 20 19 17 19 17 16 22 23 20 16 23 19 20 21 21 16 19 25 6 23 26 20 19 17 19 17 16 22 23 20 16 23 19 20 21 21 16 19 25 7 19 18 22 21 24 22 20 21 21 16 22 21 19 17 19 26 20 19 22 20 8 19 18 22 21 24 22 20 21 21 16 22 21 19 17 19 26 20 19 22 20 9 19 18 22 21 24 22 20 21 21 16 22 19 24 21 19 17 19 18 22 21 10 22 21 17 22 19 20 21 19 20 23 22 19 24 21 19 17 19 18 22 21

Page 30: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

22

No Kelompok ke-/Hari ke-/ Jumlah pakan (gram)

kelompok 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 23 23 19 22 23 18 19 20 20 16 2 23 23 19 22 23 18 19 20 20 16 3 23 23 19 22 23 18 19 20 20 16 4 21 20 24 20 23 24 19 16 22 21 5 21 20 24 20 23 24 19 16 22 21 6 17 19 26 17 18 19 20 21 16 18 7 17 19 26 17 18 19 20 21 16 18 8 17 19 17 23 22 19 26 20 19 22 9 17 19 17 23 22 19 26 20 19 22 10 17 19 17 23 22 19 26 20 19 22

Lampiran 3 Data pakan ketika perlakuan Kelompok 1

No Hari ke- / Jumlah pakan (gram)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 21 20 18 19 18 18 14 15 20 19 17 16 18 14 2 21 20 18 19 18 18 14 15 20 19 17 16 18 14 3 21 20 18 19 18 18 14 15 20 19 17 16 18 14 4 19 18 20 18 17 19 16 18 17 16 21 18 14 18 5 19 18 20 18 17 19 16 18 17 16 21 18 14 18 6 19 18 20 18 17 19 16 18 17 16 21 18 14 18 7 21 20 18 17 15 20 15 18 17 19 18 20 16 13 8 18 22 18 19 20 21 16 17 19 20 16 13 17 16 9 18 22 18 19 20 21 16 17 19 20 16 13 17 16 10 18 22 18 19 20 21 16 17 19 20 16 13 17 16

Kelompok 2

No Hari ke- / Jumlah pakan (gram)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 17 19 20 21 20 19 15 17 19 16 20 15 18 16 2 17 19 20 21 20 19 15 17 19 16 20 15 18 16 3 17 19 20 21 20 19 15 17 19 16 20 15 18 16 4 19 19 20 17 19 20 16 14 15 19 20 19 15 16 5 19 19 20 17 19 20 16 14 15 19 20 19 15 16 6 21 20 23 21 19 19 20 15 14 16 17 15 18 14 7 21 20 23 21 19 19 20 15 14 16 17 15 18 14 8 19 21 18 19 19 18 17 15 19 20 18 15 19 18 9 19 21 18 19 19 18 17 15 19 20 18 15 19 18 10 19 21 18 19 19 18 17 15 19 20 18 15 19 18

Page 31: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

23

Kelompok 3

No Hari ke- / Jumlah pakan (gram)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 23 17 19 16 22 20 21 19 15 13 18 19 20 21 2 23 17 19 16 22 20 21 19 15 13 18 19 20 21 3 23 17 19 16 22 20 21 19 15 13 18 19 20 21 4 23 22 15 18 19 20 21 19 16 13 20 19 14 17 5 23 22 15 18 19 20 21 19 16 13 20 19 14 17 6 23 22 15 18 19 20 21 19 16 13 20 19 22 17 7 22 21 20 18 19 19 20 18 19 14 14 16 17 15 8 22 21 20 18 19 19 20 18 19 14 14 16 17 15 9 20 23 21 18 19 18 20 16 17 19 20 15 17 13 10 20 23 21 18 19 18 20 16 17 19 20 15 17 13

Kelompok 4

No Hari ke- / Jumlah pakan (gram)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 21 22 22 20 21 24 21 22 22 20 21 19 19 18 2 21 22 22 20 21 24 21 22 22 20 21 19 19 18 3 21 22 22 20 21 24 21 22 22 20 21 19 19 18 4 18 19 22 21 20 22 20 23 17 19 21 19 18 16 5 18 19 22 21 20 22 20 23 17 19 21 19 18 16 6 18 19 22 21 20 22 20 23 17 19 21 19 18 16 7 19 20 19 23 22 22 18 19 21 19 15 18 16 18 8 21 19 20 21 16 22 20 15 21 19 20 18 19 14 9 21 19 20 21 16 22 20 15 21 19 20 18 19 14 10 21 19 20 21 16 22 20 15 21 19 20 18 19 14

Kelompok 5

No Hari ke- / Jumlah pakan (gram)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 21 20 23 19 21 18 19 15 14 16 17 15 18 14 2 21 20 23 19 21 18 19 15 14 16 17 15 18 14 3 21 20 23 19 21 18 19 15 14 16 17 15 18 14 4 21 20 23 21 19 19 20 18 17 19 20 16 14 16 5 21 20 23 21 19 19 20 18 17 19 20 16 14 16 6 21 20 23 21 19 19 20 18 17 19 20 16 14 16 7 19 22 18 20 20 21 19 18 17 19 20 21 17 13 8 21 22 19 18 15 19 18 17 20 21 20 18 16 18 9 21 22 19 18 15 19 18 17 20 21 20 18 16 18 10 21 22 19 18 15 19 18 17 20 21 20 18 16 18

Page 32: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

24

Kelompok 6

No Hari ke- / Jumlah pakan (gram)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 19 18 20 17 15 20 17 14 18 20 19 20 13 12 2 19 18 20 17 15 20 17 14 18 20 19 20 13 12 3 19 18 20 17 15 20 17 14 18 20 19 20 13 12 4 20 21 23 19 20 17 21 16 19 16 19 20 16 18 5 20 21 23 19 20 17 21 16 19 16 19 20 16 18 6 20 21 23 19 20 17 21 16 19 16 19 20 16 18 7 20 17 22 20 19 21 19 19 21 20 17 19 18 19 8 20 17 22 20 19 21 19 19 21 20 17 19 18 19 9 21 23 20 19 20 18 20 21 19 17 18 15 19 20 10 21 23 20 19 20 18 20 21 19 17 18 15 19 20

Kelompok 7

No Hari ke- / Jumlah pakan (gram)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 19 20 18 22 22 21 19 17 20 16 20 16 14 16 2 19 20 18 22 22 21 19 17 20 16 20 16 14 16 3 19 20 18 22 22 21 19 17 20 16 20 16 14 16 4 19 19 16 20 22 21 19 17 16 17 20 21 17 13 5 19 19 16 20 22 21 19 17 16 17 20 21 17 13 6 19 19 16 17 16 23 19 20 16 17 15 15 20 17 7 19 19 16 17 16 23 19 20 16 17 15 15 20 17 8 21 16 19 25 16 23 19 20 21 21 17 14 15 18 9 21 16 19 25 16 23 19 20 21 21 17 14 15 18 10 21 16 19 25 16 23 19 20 21 21 17 14 15 18

Page 33: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

25

Lampiran 4 Rancangan percobaan in vivo

Kelompok 1:

Pakan Standar

+ Akuades

+ Akuades per oral dari hari

ke-8 sampai

hari ke-14

Kelompok 5: Pakan

Standar +

Akuades +

Gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB per oral per hari dari

hari ke-8 sampai hari

ke-14

Kelompok 4: Pakan

Standar +

Akuades +

Gabungan ekstrak dosis 660 mg/300

g BB per oral per hari dari hari ke-

8 sampai hari ke-14

Kelompok 3:

Pakan Standar

+ Akuades

+ Allopurinol 10 mg/kg

BB per oral per hari dari

hari ke-8 sampai hari

ke-14

Kelompok 2:

Pakan Standar

+ Akuades

+ Akuades per oral dari hari

ke-8 sampai

hari ke-14

Kelompok 6: Pakan

Standar +

Akuades +

Gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300

g BB per oral per hari dari hari ke-

8 sampai hari ke-14

Pengambilan darah dan pengukuran konsentrasi asam urat hari ke-14

Pembedahan hati tikus dan pangujian aktivitas xantin oksidase pada hati tikus

Kelompok 7: Pakan

Standar +

Akuades +

Kalium oksonat 250 mg/kg BB per

injeksi per hari +

Gabungan ekstrak dosis

2640 mg/300 g BB per oral per

hari dari hari ke-8 sampai hari ke-14

Kelompok percobaan

Tikus dikelompokkan menjadi 7 kelompok dan di aklimatisasi selama 1 bulan

Pengambilan darah dan pengukuran konsentrasi asam urat hari ke-0

Kelompok 1: Pakan

Standar +

Akuades

Kelompok 5: Pakan

Standar +

Akuades +

Kalium oksonat 250 mg/Kg BB per injeksi per hari

selama 7 hari

Kelompok 4: Pakan

Standar +

Akuades +

Kalium oksonat 250 mg/Kg BB per injeksi

per hari selama 7 hari

Kelompok 3: Pakan

Standar +

Akuades +

Kalium oksonat 250 mg/Kg BB per injeksi per hari

selama 7 hari

Kelompok 2: Pakan

Standar +

Akuades +

Kalium oksonat 250 mg/Kg BB per injeksi per hari

selama 7 hari

Kelompok 6: Pakan

Standar +

Akuades +

Kalium oksonat 250 mg/Kg BB per injeksi

per hari selama 7 hari

Kelompok 7: Pakan

Standar +

Akuades +

Kalium oksonat 250 mg/Kg BB per injeksi

per hari selama 7 hari

Pengambilan darah dan pengukuran konsentrasi asam urat hari ke-7

Page 34: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

26

Lampiran 5 Kadar air kumis kucing dan salam Penentuan kadar air sidaguri

Ulangan Bobot

pinggan kosong (g)

Bobot sample

(g)

Bobot pinggan + sampel kering

(g)

Bobot sampel

kering (g)

Kadar air

(%b/b)

Kadar air rerata (%

b/b) 1 33.3221 3.0002 36.1091 2.7870 7.11

2 30.6598 3.0000 33.4463 2.7865 7.12 7.12

3 30.3649 3.0012 33.1523 2.7874 7.12

Penentuan kadar air seledri

Ulangan Bobot

pinggan kosong (g)

Bobot sample

(g)

Bobot pinggan + sampel kering (g)

Bobot sampel

kering (g)

Kadar air

(%b/b)

Kadar air rerata (%

b/b) 1 36.3877 3.0007 39.1293 2.7416 8.63

2 33.6998 3.0002 36.4403 2.7405 8.66 8.66

3 32.7849 3.0005 35.5250 2.7401 8.68

Penentuan kadar air tempuyung

Ulangan Bobot

pinggan kosong (g)

Bobot sample

(g)

Bobot pinggan + sampel kering

(g)

Bobot sampel

kering (g)

Kadar air

(%b/b)

Kadar air rerata (%

b/b) 1 30.3221 3.0005 33.0793 2.7572 8.11

2 32.8398 3.0011 35.5953 2.7555 8.18 8.21 3 31.3789 3.0003 34.1293 2.7504 8.33

Page 35: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

27

Lampiran 6 Panjang gelombang maksimum substrat xantin

Kurva hubungan absorban dengan panjang gelombang (nm) Lampiran 7 Pembuatan kurva standar substrat xantin

Konsentrasi (mM) Absorbans

Ulangan 1 Ulangan 2 Rerata

0.1 0.4820 0.5040 0.4930 0.2 0.6860 0.7260 0.7060 0.3 0.9630 0.8240 0.8935 0.4 1.1100 1.2250 1.1675 0.5 1.4580 1.4740 1.4660 0.6 1.4670 1.4930 1.4800 0.7 1.5920 1.5920 1.5920

λ = 268,2 nm

Kurva hubungan rerata absorban dengan konsentrasi xantin (mM)

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

220 240 260 280 300

Abs

orba

ns

Panjang gelombang (nm)

y = 1.934x + 0.340R² = 0.961

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8

Abs

orb

ans

Konsentrasi Xantin (mM)

268.2

Page 36: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

28

Lampiran 8 Data hasil uji enzimatis berbagai ektrak Kontrol negatif untuk uji enzimatis berbagai ektrak tunggal

Ulangan Absorbans Aktivitas xantin

oksidase (mM/L menit) 1 0.954 85.0052 2 0.947 85.8095 3 0.964 83.8561

Rerata 0.959 84.8903

Persen inhibisi xantin oksidase ekstrak etanol 30% sidaguri tunggal

Konsentrasi (ppm)

Ulangan Absorbans Aktivitas xantin oksidase (mM/L

menit)

Rerata aktivitas xantin oksidase

% Inhibisi xantin

oksidase 100 1 1.1610 61.2203 58.5775 31.00

2 1.2340 52.8324

3 1.1570 61.6799

200 1 1.2360 52.6026 53.1005 37.45

2 1.2290 53.4069

3 1.2300 53.2920

300 1 1.2700 48.6959 48.8874 42.41

2 1.2860 46.8574

3 1.2490 51.1088

400 1 1.3230 42.6060 38.6610 54.46

2 1.3360 41.1123

3 1.4130 32.2647

Persen inhibisi xantin oksidase ekstrak etanol 30% tempuyung tunggal

Konsentrasi (ppm)

Ulangan Absorbans Aktivitas xantin oksidase (mM/L

menit)

Rerata aktivitas xantin oksidase

% Inhibisi xantin

oksidase 100 1 1.1950 57.3136 61.2203 27.88

2 1.1460 62.9438

3 1.1420 63.4034

200 1 1.2770 47.8915 48.2362 43.18

2 1.2780 47.7766

3 1.2670 49.0406

300 1 1.3140 43.6401 44.5593 47.51

2 1.3210 42.8358

3 1.2830 47.2021

400 1 1.5650 14.7995 14.4165 83.02

2 1.5620 15.1442

3 1.5780 13.3058

Page 37: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

29

Persen inhibisi xantin oksidase ekstrak etanol 30% seledri tunggal

Konsentrasi (ppm) Ulangan Absorbans

Aktivitas xantin oksidase (mM/L

menit)

Rerata aktivitas xantin oksidase

% Inhibisi xantin

oksidase 100 1 1.0930 69.0337 74.0511 12.77

2 0.9660 83.6263

3 1.0890 69.4933

200 1 1.1010 68.1144 70.1827 17.33

2 1.0430 74.7788

3 1.1050 67.6548

400 1 1.1720 59.9563 63.7098 24.95

2 1.1120 66.8505

3 1.1340 64.3226

600 1 1.2100 55.5900 57.9647 31.72

2 1.1800 59.0371

3 1.1780 59.2669

800 1 1.2700 48.6959 50.6109 40.38

2 1.2230 54.0963

3 1.2670 49.0406

1000 1 1.4020 33.5287 33.0767 61.04

2 1.4080 32.8393

3 1.4078 32.8622

1200 1 1.4610 26.7494 27.8218 67.23

2 1.4380 29.3922

3 1.4560 27.3239

1400 1 1.5620 15.1442 16.1783 80.94

2 1.5190 20.0850

3 1.5780 13.3058

1600 1 1.3610 38.2397 35.0607 58.70

2 1.4160 31.9200

3 1.3890 35.0224

1800 1 1.4820 24.3364 33.6436 60.37

2 1.3430 40.3079

3 1.3780 36.2863

Kontrol negatif untuk uji enzimatis berbagai gabungan ekstrak

Ulangan Absorbans Aktivitas xantin oksidase

(mM/L menit) 1 0.814 101.0916 2 0.817 100.7469 3 0.824 99.9425

Rerata

100.5937

Page 38: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

30

Persen inhibisi xantin oksidase gabungan ekstrak sidaguri:seledri:tempuyung

Konsentrasi (ppm) Ulangan Absorbans

Aktivitas xantin oksidase (mM/L

menit)

Rerata aktivitas xantin oksidase

% Inhibisi xantin

oksidase 1:3,5:1 1 1.0730 71.3317 71.7147 64.18

2 1.0730 71.3317

3 1.0630 72.4808

2:3,5:2 1 1.2070 55.9347 56.0496 44.28

2 1.2000 56.7391

3 1.2110 55.4751 4:3,5:4 1 1.4180 31.6902 32.0349 68.15

2 1.4130 32.2647

3 1.4140 32.1498

1:7:1 1 1.2020 56.5092 57.1604 43.18

2 1.1770 59.3818

3 1.2100 55.5900 2:7:2 1 1.3070 44.4444 44.2146 56.05

2 1.3000 45.2488

3 1.3200 42.9507

4:7:4 1 1.5020 22.0384 21.1958 78.93

2 1.5020 22.0384

3 1.5240 19.5105 1:14:1 1 1.3220 42.7209 42.1464 58.10

2 1.3210 42.8358

3 1.3380 40.8825

2:14:2 1 1.4460 28.4729 28.5495 71.62

2 1.4490 28.1282

3 1.4410 29.0475 4:14:4 1 1.6020 10.5481 11.3907 88.68

2 1.5990 10.8928

3 1.5830 12.7312

Persen inhibisi xantin oksidase allopurinol (kontrol positif)

Konsentrasi (ppm)

Ulangan Absorbans Aktivitas xantin oksidase (mM/L

menit) Rerata

% inhibisi xantin

oksidase 50 1 1.1170 66.2760 64.7823 35.60

2 1.1600 61.3352

3 1.1130 66.7356

100 1 1.4510 27.8984 28.0133 72.15

2 1.4410 29.0475

3 1.4580 27.0941

Page 39: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

31

Contoh perhitungan:

Y = a + bx Y = Absorban hasil pengukuran x = Konsentrasi xantin setelah reaksi (konsentrasi sisa) Blanko Y = a + bx Y = 0,34 + 1,934x 0,954 = 0,34 + 1,9344x x = 0,3175 xantin total 0,7 mM x bereaksi = x mula-mula - x sisa x bereaksi = 0,7 – 0,3175 = 0,3825

Aktivitas xantin oksidase �xantin yang bereaksi �mM

Volume enzim �L � waktuinkubasi

Aktivitas xantin oksidase blanko �0,3175 mM

1. 10/0 L � 45 menit� 85,0052

mM

L menit

Ekstrak etanol sidaguri (ulangan 1 konsentrasi 100 ppm) Y = 0,34 + 1,934x 1,161 = 0,34 + 1,9344x x = 0,4225 xantin total 0,7 mM x bereaksi = x mula-mula - x sisa x bereaksi = 0,7 – 0,4225 = 0,2755

Aktivitas xantin oksidase blanko �0,3175 mM

1. 10/0 L � 45 menit� 85,0052

mM

L menit

Persen Inhibisi �Aktivitas XO kontrol negatif aktivitas XO sampel

Aktivitas XO kontrol negatif� 100

Persen Inhibisi �84,8903 58,5775

84,8903� 100% � 31,00%

Page 40: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

32

Lampiran 9 Panjang gelombang maksimum standar asam urat

Kurva hubungan absorban dengan panjang gelombang (nm)

Lampiran 10 Pembuatan kurva standar asam urat

Konsentrasi asam urat (mg/dL)

Absorbans Rerata absorbans

Ulangan 1 Ulangan 2

0.10 0.0080 0.0080 0.0080

0.20 0.0110 0.0130 0.0120

0.40 0.0320 0.0320 0.0320

0.80 0.0490 0.0480 0.0485

1.60 0.0880 0.0890 0.0885

3.00 0.1390 0.1390 0.1390

6.00 0.2210 0.2210 0.2210 λ = 513.8

Kurva hubungan absorban rerata dengan konsentrasi asam urat (mg/dL)

Kurva hubungan rerata absorban dengan konsentrasi asam urat (mg/dL)

513.20.000

0.050

0.100

0.150

0.200

0.250

400 450 500 550 600

Abs

orb

ans

Panjang gelombang (nm)

Y = 0.036x + 0.016R² = 0.976

0.0000

0.0500

0.1000

0.1500

0.2000

0.2500

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00

Ab

sorb

ans

konsentrasi asam urat (mg/dL)

Page 41: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

33

Lampiran 11 Persen penurunan konsentrasi asam urat

Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 1 (normal)

No Darah 1(hari ke-0) Darah 2 (hari ke-7) Darah 3 (hari k2-14) %

Penurunan [asam urat]

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) Absorbans

1 Absorbans

2 Rerata

[asam urat] (mg/dl)

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) 1 0.0570 0.0590 0.0580 1.1667 0.0980 0.1000 0.0990 2.3056 0.0980 0.0960 0.0970 2.2500 2.4096 2 0.0680 0.0710 0.0695 1.4861 0.0810 0.0830 0.0820 1.8333 0.0820 0.0910 0.0865 1.9583 -6.8182 3 0.0850 0.0810 0.0830 1.8611 0.0650 0.0740 0.0695 1.4861 0.0680 0.0700 0.0690 1.4722 0.9346 4 0.0840 0.0850 0.0845 1.9028 0.0670 0.0730 0.0700 1.5000 0.0690 0.0690 0.0690 1.4722 1.8519 5 0.0840 0.0800 0.0820 1.8333 0.0480 0.0430 0.0455 0.8194 0.0470 0.0460 0.0465 0.8472 -3.3898 6 0.0800 0.0810 0.0805 1.7917 0.0840 0.0860 0.0850 1.9167 0.0850 0.0800 0.0825 1.8472 3.6232 7 0.0670 0.0690 0.0680 1.4444 0.1090 0.1090 0.1090 2.5833 0.1020 0.1040 0.1030 2.4167 6.4516 8 0.0810 0.0860 0.0835 1.8750 0.0700 0.0730 0.0715 1.5417 0.0750 0.0730 0.0740 1.6111 -4.5045 9 0.0860 0.0810 0.0835 1.8750 0.0990 0.1000 0.0995 2.3194 0.0980 0.0990 0.0985 2.2917 1.1976 10 0.0560 0.0580 0.0570 1.1389 0.0990 0.0970 0.0980 2.2778 0.0980 0.0930 0.0955 2.2083 3.0488

Rerata 1.6375

1.8583

1.8375 0.4805 Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 2 (kontrol negatif)

No Darah 1(hari ke-0) Darah 2 (hari ke-7) Darah 3 (hari k2-14) %

Penurunan [asam urat]

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) Absorbans

1 Absorbans

2 Rerata

[asam urat] (mg/dl)

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) 1 0.0940 0.0930 0.0935 2.1528 0.1620 0.1640 0.1630 4.0833 0.1510 0.1500 0.1505 3.7361 8.5034 2 0.0820 0.0860 0.0840 1.8889 0.1370 0.1490 0.1430 3.5278 0.1350 0.1350 0.1350 3.3056 6.2992 3 0.0930 0.0960 0.0945 2.1806 0.1570 0.1580 0.1575 3.9306 0.1470 0.1540 0.1505 3.7361 4.9470 4 0.1040 0.1020 0.1030 2.4167 0.1530 0.1510 0.1520 3.7778 0.1430 0.1430 0.1430 3.5278 6.6176 5 0.0720 0.0770 0.0745 1.6250 0.1670 0.1570 0.1620 4.0556 0.1550 0.1430 0.1490 3.6944 8.9041 6 0.0850 0.0810 0.0830 1.8611 0.1640 0.1640 0.1640 4.1111 0.1480 0.1530 0.1505 3.7361 9.1216 7 0.0880 0.0850 0.0865 1.9583 0.1610 0.1710 0.1660 4.1667 0.1550 0.1580 0.1565 3.9028 6.3333 8 0.0440 0.0410 0.0425 0.7361 0.1210 0.1210 0.1210 2.9167 0.1160 0.1160 0.1160 2.7778 4.7619 9 0.0490 0.0460 0.0475 0.8750 0.1380 0.1300 0.1340 3.2778 0.1230 0.1230 0.1230 2.9722 9.3220 10 0.0860 0.0860 0.0860 1.9444 0.1670 0.1660 0.1665 4.1806 0.1560 0.1540 0.1550 3.8611 7.6412

Rerata 1.7639

3.8028

3.5250 7.2451

33

Page 42: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

34

Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 3 (kontrol positif/allopurinol)

No Darah 1(hari ke-0) Darah 2 (hari ke-7) Darah 3 (hari k2-14) %

Penurunan [asam urat]

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) Absorbans

1 Absorbans

2 Rerata

[Asam urat] (mg/dl)

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) 1 0.0870 0.0870 0.0870 1.9722 0.1770 0.1760 0.1765 4.4583 0.0840 0.0840 0.0840 1.8889 57.6324 2 0.0630 0.0650 0.0640 1.3333 0.1690 0.1690 0.1690 4.2500 0.0740 0.0770 0.0755 1.6528 61.1111 3 0.0680 0.0680 0.0680 1.4444 0.1710 0.1710 0.1710 4.3056 0.0900 0.0900 0.0900 2.0556 52.2581 4 0.0860 0.0860 0.0860 1.9444 0.1650 0.1650 0.1650 4.1389 0.0690 0.0690 0.0690 1.4722 64.4295 5 0.0860 0.0870 0.0865 1.9583 0.1680 0.1540 0.1610 4.0278 0.0670 0.0670 0.0670 1.4167 64.8276 6 0.0840 0.0850 0.0845 1.9028 0.1660 0.1680 0.1670 4.1944 0.0860 0.0830 0.0845 1.9028 54.6358 7 0.0800 0.0820 0.0810 1.8056 0.1740 0.1730 0.1735 4.3750 0.0950 0.0930 0.0940 2.1667 50.4762 8 0.0810 0.0830 0.0820 1.8333 0.1680 0.1770 0.1725 4.3472 0.0910 0.0880 0.0895 2.0417 53.0351 9 0.0810 0.0830 0.0820 1.8333 0.1840 0.1770 0.1805 4.5694 0.0840 0.0830 0.0835 1.8750 58.9666 10 0.0900 0.0900 0.0900 2.0556 0.1770 0.1790 0.1780 4.5000 0.0960 0.0940 0.0950 2.1944 51.2346

Rerata 1.8083 4.3167 1.8667 56.8607

Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 4 (gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB)

No Darah 1(hari ke-0) Darah 2 (hari ke-7) Darah 3 (hari k2-14) %

Penurunan [asam urat]

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) Absorbans

1 Absorbans

2 Rerata

[Asam urat] (mg/dl)

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) 1 0.0820 0.0820 0.0820 1.8333 0.1660 0.1690 0.1675 4.2083 0.1130 0.1100 0.1115 2.6528 36.9637 2 0.0590 0.0590 0.0590 1.1944 0.1740 0.1850 0.1795 4.5417 0.1300 0.1270 0.1285 3.1250 31.1927 3 0.0890 0.0890 0.0890 2.0278 0.1600 0.1710 0.1655 4.1528 0.1050 0.1050 0.1050 2.4722 40.4682 4 0.0610 0.0580 0.0595 1.2083 0.1580 0.1590 0.1585 3.9583 0.1130 0.1070 0.1100 2.6111 34.0351 5 0.0810 0.0810 0.0810 1.8056 0.1550 0.1590 0.1570 3.9167 0.0980 0.0920 0.0950 2.1944 43.9716 6 0.0740 0.0760 0.0750 1.6389 0.1630 0.1650 0.1640 4.1111 0.1020 0.1020 0.1020 2.3889 41.8919 7 0.0840 0.0530 0.0685 1.4583 0.1690 0.1620 0.1655 4.1528 0.1160 0.1130 0.1145 2.7361 34.1137 8 0.0820 0.0830 0.0825 1.8472 0.1750 0.1760 0.1755 4.4306 0.1200 0.1260 0.1230 2.9722 32.9154 9 0.0800 0.0890 0.0845 1.9028 0.1770 0.1740 0.1755 4.4306 0.1180 0.1150 0.1165 2.7917 36.9906 10 0.0800 0.0810 0.0805 1.7917 0.1570 0.1580 0.1575 3.9306 0.1160 0.1100 0.1130 2.6944 31.4488

Rerata 1.6708

4.1833

2.6639 36.3992

34

Page 43: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

35

Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 5 (gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB)

No Darah 1(hari ke-0) Darah 2 (hari ke-7) Darah 3 (hari k2-14) %

Penurunan [asam urat]

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) Absorbans

1 Absorbans

2 Rerata

[Asam urat] (mg/dl)

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) 1 0.1150 0.1180 0.1165 2.7917 0.1670 0.1600 0.1635 4.0972 0.0970 0.0970 0.0970 2.2500 45.0847 2 0.0910 0.0920 0.0915 2.0972 0.1650 0.1670 0.1660 4.1667 0.0910 0.0980 0.0945 2.1806 47.6667 3 0.0530 0.0520 0.0525 1.0139 0.1760 0.1700 0.1730 4.3611 0.1030 0.1050 0.1040 2.4444 43.9490 4 0.0800 0.0800 0.0800 1.7778 0.1500 0.1580 0.1540 3.8333 0.0950 0.0950 0.0950 2.1944 42.7536 5 0.0720 0.0710 0.0715 1.5417 0.1810 0.1750 0.1780 4.5000 0.0960 0.1020 0.0990 2.3056 48.7654 6 0.0590 0.0590 0.0590 1.1944 0.1740 0.1780 0.1760 4.4444 0.1090 0.1040 0.1065 2.5139 43.4375 7 0.0670 0.0650 0.0660 1.3889 0.1640 0.1640 0.1640 4.1111 0.0840 0.0970 0.0905 2.0694 49.6622 8 0.1080 0.1100 0.1090 2.5833 0.1590 0.1590 0.1590 3.9722 0.0900 0.0840 0.0870 1.9722 50.3497 9 0.0850 0.0860 0.0855 1.9306 0.1570 0.1590 0.1580 3.9444 0.0950 0.0900 0.0925 2.1250 46.1268 10 0.0840 0.0840 0.0840 1.8889 0.1420 0.1490 0.1455 3.5972 0.0840 0.0830 0.0835 1.8750 47.8764

Rerata 1.8208

4.1028

2.1931 46.5672

Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 6 (gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB)

No Darah 1(hari ke-0) Darah 2 (hari ke-7) Darah 3 (hari k2-14) %

Penurunan [asam urat]

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) Absorbans

1 Absorbans

2 Rerata

[Asam urat] (mg/dl)

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) 1 0.1150 0.1160 0.1155 2.7639 0.1920 0.1900 0.1910 4.8611 0.0790 0.0790 0.0790 1.7500 64.0000 2 0.0870 0.0850 0.0860 1.9444 0.1590 0.1510 0.1550 3.8611 0.0790 0.0750 0.0770 1.6944 56.1151 3 0.0780 0.0770 0.0775 1.7083 0.1490 0.1530 0.1510 3.7500 0.0680 0.0700 0.0690 1.4722 60.7407 4 0.0790 0.0800 0.0795 1.7639 0.1590 0.1590 0.1590 3.9722 0.0810 0.0790 0.0800 1.7778 55.2448 5 0.0710 0.0690 0.0700 1.5000 0.1590 0.1700 0.1645 4.1250 0.0770 0.0760 0.0765 1.6806 59.2593 6 0.0620 0.0620 0.0620 1.2778 0.1680 0.1700 0.1690 4.2500 0.0870 0.0770 0.0820 1.8333 56.8627 7 0.0840 0.0830 0.0835 1.8750 0.1530 0.1550 0.1540 3.8333 0.0700 0.0660 0.0680 1.4444 62.3188 8 0.0810 0.0730 0.0770 1.6944 0.1590 0.1570 0.1580 3.9444 0.0670 0.0670 0.0760 1.6667 57.7465 9 0.0750 0.0760 0.0755 1.6528 0.1660 0.1710 0.1685 4.2361 0.0690 0.0830 0.0745 1.6250 61.6393 10 0.0870 0.0800 0.0835 1.8750 0.1650 0.1640 0.1645 4.1250 0.0750 0.0740 0.0745 1.6250 60.6061

Rerata 1.8056

4.0958

1.6569 59.4533

35

Page 44: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

36

Perubahan konsentrasi asam urat dalam darah tikus kelompok 7 (gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB + kalium oksonat)

No Darah 1(hari ke-0) Darah 2 (hari ke-7) Darah 3 (hari k2-14) %

Penurunan [asam urat]

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) Absorbans

1 Absorbans

2 Rerata

[Asam urat] (mg/dl)

Absorbans 1

Absorbans 2

Rerata [Asam urat]

(mg/dl) 1 0.0870 0.0870 0.0870 1.9722 0.1610 0.1520 0.1565 3.9028 0.1270 0.1280 0.1275 3.0972 20.6406 2 0.0860 0.0890 0.0875 1.9861 0.1520 0.1540 0.1530 3.8056 0.1230 0.1230 0.1230 2.9722 21.8978 3 0.0920 0.0920 0.0920 2.1111 0.1850 0.1820 0.1835 4.6528 0.1320 0.1360 0.1340 3.2778 29.5522 4 0.0760 0.0850 0.0805 1.7917 0.1630 0.1640 0.1635 4.0972 0.1300 0.1300 0.1300 3.1667 22.7119 5 0.0950 0.0950 0.0950 2.1944 0.1620 0.1670 0.1645 4.1250 0.1370 0.1300 0.1335 3.2639 20.8754 6 0.0670 0.0650 0.0660 1.3889 0.1610 0.1590 0.1600 4.0000 0.1410 0.1420 0.1305 3.1806 20.4861 7 0.0680 0.0790 0.0735 1.5972 0.1730 0.1700 0.1715 4.3194 0.1300 0.1310 0.1345 3.2917 23.7942 8 0.0800 0.0800 0.0800 1.7778 0.1540 0.1500 0.1520 3.7778 0.1340 0.1350 0.1345 3.2917 12.8676 9 0.0990 0.0980 0.0985 2.2917 0.1950 0.1840 0.1895 4.8194 0.1320 0.1300 0.1310 3.1944 33.7176 10 0.0920 0.1000 0.0960 2.2222 0.1790 0.1770 0.1780 4.5000 0.1340 0.1340 0.1340 3.2778 27.1605

Rerata 1.9333

4.2000

3.2014 23.3704

Contoh Perhitungan : ( ulangan 1 kelompok 1) Y = a + bx Y = Rata-rata absorban hasil pengukuran x = Konsentrasi asam urat (mg/dL) Y = a + bx Y = 0,016 + 0,036x 0,0580 = 0,016 + 0,036x x = 1,1667 mg/dL

Persen penurunan konsentrasi asam urat ��8asam urat9:;<;= > 8asam urat9:;<;= ?

8asam urat9:;<;= >

� 100%

Persen penurunan konsentrasi asam urat ��2,3056 2,2500

2,3056� 100% � 2.4096 %

36

Page 45: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

37

Lampiran 12 Hasil analisis aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 1 (normal)

No Bobot tikus (g)

Bobot hati total (g)

Absorbans xantin sisa (mM)

xantin bereaksi (mM)

Aktivitas xantin oksidase (mM/L menit) 1 2 rerata

1 365 12.4130 0.9650 0.9640 0.9645 0.3229 0.3771 418.9935 2 339 12.2813 0.9210 0.9210 0.9210 0.3004 0.3996 443.9848 3 361 13.7263 0.7930 0.7920 0.7925 0.2340 0.4660 517.8100 4 355 13.2872 0.8720 0.8710 0.8715 0.2748 0.4252 472.4233 5 335 12.1983 0.7070 0.7100 0.7085 0.1905 0.5095 566.0692 6 313 11.9817 0.7090 0.7010 0.7050 0.1887 0.5113 568.0800 7 318 11.9172 0.7490 0.7500 0.7495 0.2117 0.4883 542.5141 8 335 12.9170 0.7960 0.8080 0.8020 0.2389 0.4611 512.3521 9 334 12.0118 0.7960 0.8060 0.8010 0.2384 0.4616 512.9266 10 340 12.1971 0.9040 0.8960 0.9000 0.2896 0.4104 456.0496

Rerata 501.1203 Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 2 (kontrol negatif)

No Bobot tikus

(g) Bobot hati total

(g) Absorbans xantin sisa

(mM) xantin bereaksi

(mM) Aktivitas xantin oksidase

(mM/L menit) 1 2 rerata 1 382 13.6812 0.9170 0.9170 0.9170 0.2983 0.4017 446.2829 2 347 12.2795 0.9040 0.9870 0.9455 0.3131 0.3869 429.9092 3 304 12.5495 0.9400 0.9410 0.9405 0.3105 0.3895 432.7818 4 329 13.9945 1.0130 1.0130 1.0130 0.3480 0.3520 391.1295 5 341 13.5554 1.0540 1.0120 1.0330 0.3583 0.3417 379.6392 6 321 12.1173 0.9670 0.9420 0.9545 0.3177 0.3823 424.7386 7 299 11.9007 0.9820 0.9750 0.9785 0.3301 0.3699 410.9502 8 321 12.8360 0.8340 0.8320 0.8330 0.2549 0.4451 494.5421 9 320 11.9308 0.8320 0.8930 0.8625 0.2702 0.4298 477.5939 10 326 12.1161 1.1280 1.1240 1.1260 0.4064 0.2936 326.2094

Rerata 421.3777 37

Page 46: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

38

Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 3 (kontrol positif/allopurinol)

No Bobot tikus

(g) Bobot hati total

(g) Absorbans xantin sisa

(mM) xantin bereaksi

(mM) Aktivitas xantin

oksidase (mM/L menit) 1 2 rerata 1 351 14.0551 1.4040 1.4080 1.4060 0.5512 0.1488 165.3453 2 315 11.7562 1.4020 1.4060 1.4040 0.5502 0.1498 166.4943 3 336 13.1296 1.4140 1.4180 1.4160 0.5564 0.1436 159.6001 4 315 12.6326 1.4920 1.4840 1.4880 0.5936 0.1064 118.2351 5 335 12.7202 1.5050 1.4970 1.5010 0.6003 0.0997 110.7664 6 369 11.8118 1.4860 1.4780 1.4820 0.5905 0.1095 121.6822 7 332 12.1316 1.4840 1.4860 1.4850 0.5920 0.1080 119.9586 8 398 13.7699 1.4890 1.4910 1.4900 0.5946 0.1054 117.0861 9 289 9.6936 1.3980 1.3950 1.3965 0.5463 0.1537 170.8032 10 283 10.2031 1.3920 1.3890 1.3905 0.5432 0.1568 174.2503

Rerata 142.4222

Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 4 (gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB)

No Bobot tikus (g) Bobot hati total

(g) Absorbans xantin sisa

(mM) xantin

bereaksi (mM) Aktivitas xantin

oksidase (mM/L menit) 1 2 rerata 1 339 12.32740 1.2000 1.1790 1.1895 0.4392 0.2608 289.7277 2 332 12.39310 1.1810 1.1850 1.1830 0.4359 0.2641 293.4620 3 246 11.56850 1.1910 1.1920 1.1915 0.4403 0.2597 288.5787 4 351 13.15900 1.1880 1.1860 1.1870 0.4380 0.2620 291.1640 5 269 10.49310 1.1950 1.1970 1.1960 0.4426 0.2574 285.9933 6 358 13.27990 1.1610 1.1730 1.1670 0.4276 0.2724 302.6543 7 326 11.87590 1.1240 1.1250 1.1245 0.4056 0.2944 327.0711 8 288 9.92250 1.1800 1.1810 1.1805 0.4346 0.2654 294.8983 9 368 12.79890 1.1560 1.1560 1.1560 0.4219 0.2781 308.9739 10 364 12.44370 1.0300 1.0510 1.0405 0.3622 0.3378 375.3303

Rerata 305.7854

38

Page 47: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

39

Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 5 (gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB)

No Bobot tikus

(g) Bobot hati total

(g) Absorbans xantin sisa

(mM) xantin bereaksi

(mM) Aktivitas xantin oksidase

(mM/L menit) 1 2 rerata 1 386 12.0976 1.2890 1.2680 1.2785 0.4853 0.2147 238.5959 2 291 10.4036 1.2700 1.2740 1.2720 0.4819 0.2181 242.3302 3 189 11.2483 1.2920 1.2930 1.2925 0.4925 0.2075 230.5527 4 330 13.6645 1.3040 1.3060 1.3050 0.4990 0.2010 223.3713 5 311 13.5881 1.3130 1.3140 1.3135 0.5034 0.1966 218.4879 6 358 12.6958 1.2790 1.2800 1.2795 0.4858 0.2142 238.0214 7 318 12.4173 1.3790 1.3800 1.3795 0.5375 0.1625 180.5699 8 325 10.7890 1.2450 1.2450 1.2450 0.4679 0.2321 257.8421 9 369 13.9660 1.1390 1.1400 1.1395 0.4134 0.2866 318.4534 10 342 13.3033 1.3590 1.3660 1.3625 0.5287 0.1713 190.3367

Rerata 233.8561 Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 6 (gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB)

No Bobot tikus

(g) Bobot hati total

(g) Absorbans xantin sisa

(mM) xantin bereaksi

(mM) Aktivitas xantin

oksidase (mM/L menit) 1 2 rerata 1 311 11.1786 1.3660 1.3380 1.3520 0.5233 0.1767 196.3691 2 348 13.4634 1.2640 1.2640 1.2640 0.4778 0.2222 246.9263 3 391 16.1034 1.4280 1.4160 1.4220 0.5595 0.1405 156.1531 4 398 16.0507 1.3430 1.3450 1.3440 0.5191 0.1809 200.9652 5 398 13.7640 1.4410 1.4350 1.4380 0.5677 0.1323 146.9608 6 351 13.5338 1.4340 1.4450 1.4395 0.5685 0.1315 146.0990 7 369 14.5879 1.3460 1.3450 1.3455 0.5199 0.1801 200.1034 8 351 13.0406 1.5830 1.3830 1.4830 0.5910 0.1090 121.1077 9 345 13.9582 1.3930 1.3660 1.3795 0.5375 0.1625 180.5699 10 343 10.9552 1.3540 1.3540 1.3540 0.5243 0.1757 195.2200

Rerata 35.8095

39

Page 48: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

40

Aktivitas enzim xantin oksidase dalam hati tikus kelompok 7 (gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB + kalium oksonat)

No Bobot tikus (g) Bobot hati total (g) Absorbans xantin sisa

(mM) xantin bereaksi

(mM) Aktivitas xantin

oksidase (mM/L menit) 1 2 rerata 1 382 14.2709 1.2560 1.2570 1.2565 0.4739 0.2261 251.2352 2 426 17.3942 1.3400 1.3410 1.3405 0.5173 0.1827 202.9760 3 372 12.2032 1.2990 1.3040 1.3015 0.4972 0.2028 225.3821 4 401 15.0466 1.1950 1.2080 1.2015 0.4454 0.2546 282.8335 5 342 11.9563 1.3130 1.2900 1.3015 0.4972 0.2028 225.3821 6 325 11.1282 1.2900 1.2950 1.2925 0.4925 0.2075 230.5527 7 365 13.1272 1.3510 1.3450 1.3480 0.5212 0.1788 198.6671 8 381 15.5397 1.3520 1.3380 1.3450 0.5196 0.1804 200.3907 9 302 12.9168 1.2810 1.2830 1.2820 0.4871 0.2129 236.5851 10 305 12.4799 1.1840 1.1860 1.1850 0.4369 0.2631 292.3130

Rerata 234.6317

Contoh Perhitungan : ( ulangan 1 kelompok 1) Y = a + bx Y = Rata-rata absorban hasil pengukuran x = Konsentrasi xantin setelah reaksi (konsentrasi sisa) Y = a + bx Y = 0,34 + 1,934x 0,9645 = 0,34 + 1,9344x x = 0.3229 mM xantin total 0,7 mM x bereaksi = x mula-mula - x sisa = 0,7 – 0,3229 = 0,3771 mM

Aktivitas xantin oksidase �xantin yang bereaksi �mM � faktor pengenceran

vol enzim �L � waktu inkubasi �menit � 100%

Aktivitas xantin oksidase �0,3771 mM � 5

1. 10/0L � 45 menit� 418,9935

mM

L � menit

40

Page 49: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

41

Lampiran 13 Uji statistik

1. Konsentrasi asam urat pada hari ke-0

Analisis sidik ragam

Sumber keragaman db JK KT F-hitung F-tabel p-value

Perlakuan 6 0.591 0.098 0.63 2.2464 0.7060

Galat 63 9.856 0.156

Total 69 10.447

Hipotesis: H0 : µ1 = µ2 (semua perlakuan memberikan konsentrasi asam urat yang sama) H1 : µ1 ≠ µ2 (minimal terdapat sepasang perlakuan yang memberikan konsentrasi

asam urat yang berbeda) F 0,05(6,63) = 2,2464 Hasil uji : F-hitung < F-tabel Kesimpulan : Terima H0 (semua perlakuan memberikan konsentrasi asam urat yang

sama)

2. Persen penurunan konsentrasi asam urat untuk masing-masing kelompok (perlakuan)

Analisis sidik ragam

Sumber keragaman db JK KT F-hitung F-tabel p-value

Perlakuan 6 32782 5463.7 328.17 2.2464 0.0000

Galat 63 1048.9 16.6

Total 69 33831 Hipotesis: H0 : µ1 = µ2 (semua perlakuan memberikan persen penurunan konsentrasi asam urat

yang sama) H1 : µ1 ≠ µ2 (minimal terdapat sepasang perlakuan yang memberikan Persen

penurunan konsentrasi asam urat yang berbeda) F 0,05(6,63) = 2,2464 Hasil uji : F-hitung > F-tabel Kesimpulan : Tolak H0 (minimal terdapat sepasang perlakuan yang memberikan

persen penurunan konsentrasi asam urat yang berbeda)

Untuk melihat perlakuan mana yang memberikan pengaruh yang berbeda, dilakukan uji Duncan

Rp = r0,05 (p,dbg) r

KTG

Tolak Ho jika |yi - yj| > Rp R2 = 3.647 R3 = 3.836 R4 = 3.961 R5 = 4.053 R6 = 4.123 R7 = 4.179

Page 50: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

42

Urutan perlakuan

Mean Keterangan

y1 0.48 normal y2 7.25 kontrol negatif y3 23.37 gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB + kalium oksonat y4 36.40 gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB y5 46.57 gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB y6 56.86 kontrol positif (allopurinol) y7 59.45 gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB Kombinasi perlakuan |y1-y2| = 6.76 > R2 tolak Ho |y1-y3| = 22.89 > R3 tolak Ho |y1-y4| = 35.92 > R4 tolak Ho |y1-y5| = 46.09 > R5 tolak Ho |y1-y6| = 56.38 > R6 tolak Ho |y1-y7| = 58.97 > R7 tolak Ho |y2-y3| = 16.13 > R2 tolak Ho |y2-y4| = 29.15 > R3 tolak Ho |y2-y5| = 39.32 > R4 tolak Ho |y2-y6| = 49.62 > R5 tolak Ho |y2-y7| = 52.21 > R6 tolak Ho |y3-y4| = 13.03 > R2 tolak Ho |y3-y5| = 23.20 > R3 tolak Ho |y3-y6| = 33.49 > R4 tolak Ho |y3-y7| = 36.08 > R5 tolak Ho |y4-y5| = 10.17 > R2 tolak Ho |y4-y6| = 20.46 > R3 tolak Ho |y4-y7| = 23.05 > R4 tolak Ho |y5-y6| = 10.29 > R2 tolak Ho |y5-y7| = 12.89 > R3 tolak Ho |y6-y7| = 2.59 < R2 terima Ho

3. Aktivitas xantin oksidase untuk masing-masing kelompok (perlakuan)

Analisis sidik ragam

Sumber keragaman db JK KT F-hitung F-tabel p-value Perlakuan 6 1023688 170615 115.92 2.2464 0.0000 Galat 63 92727 1472 Total 69 1116415 Hipotesis: H0 : µ1 = µ2 (semua perlakuan memberikan aktivitas xantin oksidase yang sama) H1 : µ1 ≠ µ2 (minimal terdapat sepasang perlakuan yang memberikan aktivitas xantin

oksidase yang berbeda) F 0,05(6,63) = 2,2464 Hasil uji : F-hitung > F-tabel Kesimpulan : Tolak H0 (minimal terdapat sepasang perlakuan yang memberikan

aktivitas xantin oksidase yang berbeda.

Page 51: ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK SIDAGURI, SELEDRI, DAN TEMPUYUNG ... file1 antihiperurisemia ekstrak sidaguri, seledri, dan tempuyung secara in vitro dan in vivo dian ifkarul izzah departemen

43

Untuk melihat perlakuan mana yang memberikan pengaruh yang berbeda, dilakukan uji Duncan

Rp = r0,05 (p,dbg) r

KTG

Tolak Ho jika |yi - yj| > Rp R2 = 34.29 R3 = 36.07 R4 = 37.25 R5 = 38.10 R6 = 38.77 R7 = 39.30 Urutan

perlakuan Mean Keterangan

y1 142.4222 kontrol positif (allopurinol) y2 179.0475 gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB y3 233.8561 gabungan ekstrak dosis 1320 mg/300 g BB y4 234.6317 gabungan ekstrak dosis 2640 mg/300 g BB + kalium oksonat y5 305.7854 gabungan ekstrak dosis 660 mg/300 g BB y6 421.3777 kontrol negatif y7 501.1203 normal

Kombinasi perlakuan : |y1-y2| = 36.6253 > R2 tolak Ho |y1-y3| = 91.4340 > R3 tolak Ho |y1-y4| = 92.2096 > R4 tolak Ho |y1-y5| = 163.3632 > R5 tolak Ho |y1-y6| = 278.9555 > R6 tolak Ho |y1-y7| = 358.6982 > R7 tolak Ho |y2-y3| = 54.8087 > R2 tolak Ho |y2-y4| = 55.5843 > R3 tolak Ho |y2-y5| = 126.7379 > R4 tolak Ho |y2-y6| = 242.3302 > R5 tolak Ho |y2-y7| = 322.0728 > R6 tolak Ho |y3-y4| = 0.7756 < R2 terima Ho |y3-y5| = 71.9292 > R3 tolak Ho |y3-y6| = 187.5215 > R4 tolak Ho |y3-y7| = 267.2642 > R5 tolak Ho |y4-y5| = 71.1536 > R2 tolak Ho |y4-y6| = 186.7459 > R3 tolak Ho |y4-y7| = 266.4886 > R4 tolak Ho |y5-y6| = 115.5923 > R2 tolak Ho |y5-y7| = 195.3349 > R3 tolak Ho |y6-y7| = 79.7426 > R2 tolak Ho