Antena Vertical Collinear Bab 2

23
6 B A B 2 TEORI DASAR 2.1 U M U M Pada bab ini akan diberikan teori dasar yang melandasi permasalahan dan penyelesaiannya yang diangkat dalam Tugas Akhir ini. Teori dasar yang diberikan meliputi: pengertian tentang antena, yang memberikan definisi dan klasifikasi tentang antena, distribusi arus antena dan pola radiasi antena. Selanjutnya, diberikan penjelasan tentang pola radiasi dari antena Vertical Collinear dan penjelasan singkat tentang kabel koaxial serta pengertian tentang wireless-LAN. Pada bagian lain, diberikan tentang perencanaan dan pembuatan antenna Vertical Collinear. 2.2 PENGERTIAN ANTENA Dilihat dari sumber latar belakang sejarah telekomunikasi listrik berupa komunikasi wireless, berhasil ditemukan pertama kali oleh Heindrich Rudolph Hertz, beliau berhasil mendemonstrasikan sistem gelombang Elektromagnetik (EM) pertama kali pada tahun 1886 dengan menggunakan dipole λ/2. Pada tahun 1890 beliau mempublikasikan catatannya tentang elektrodinamika dan melakukan penyederhanaan persamaan elektromagnetika.

description

By. Riska Irawan-CKCah Aceh Jowo

Transcript of Antena Vertical Collinear Bab 2

Page 1: Antena Vertical Collinear Bab 2

6

B A B 2

TEORI DASAR

2.1 U M U M

Pada bab ini akan diberikan teori dasar yang melandasi permasalahan dan

penyelesaiannya yang diangkat dalam Tugas Akhir ini. Teori dasar yang diberikan

meliputi: pengertian tentang antena, yang memberikan definisi dan klasifikasi

tentang antena, distribusi arus antena dan pola radiasi antena. Selanjutnya,

diberikan penjelasan tentang pola radiasi dari antena Vertical Collinear dan

penjelasan singkat tentang kabel koaxial serta pengertian tentang wireless-LAN.

Pada bagian lain, diberikan tentang perencanaan dan pembuatan antenna

Vertical Collinear.

2.2 PENGERTIAN ANTENA

Dilihat dari sumber latar belakang sejarah telekomunikasi listrik berupa

komunikasi wireless, berhasil ditemukan pertama kali oleh Heindrich Rudolph

Hertz, beliau berhasil mendemonstrasikan sistem gelombang Elektromagnetik

(EM) pertama kali pada tahun 1886 dengan menggunakan dipole λ/2. Pada tahun

1890 beliau mempublikasikan catatannya tentang elektrodinamika dan melakukan

penyederhanaan persamaan elektromagnetika.

Antena (antenna atau areal) didefinisikan sebagai suatu struktur yang

berfungsi sebagai pelepas energi gelombang elektromagnetik di udara dan juga

bisa sebagai penerima/penangkap energi gelombang elektromagnetik di udara.

Karena merupakan perangkat perantara antara saluran transmisi dan udara, maka

antena harus mempunyai sifat yang sesuai (match) dengan saluran pencatunya.

Secara umum, antena dibedakan menjadi antena isotropis, antena

Omnidirectional, antena Directional, antena Phase Array, antena Optimal dan

antena Adaptif . Antena isotropis (isotropic) merupakan sumber titik yang

memancarkan daya ke segala arah dengan intensitas yang sama, seperti

permukaan bola. Antena ini tidak ada dalam kenyataan dan hanya digunakan

sebagai dasar untuk merancang dan menganalisa struktur antena yang lebih

6

Page 2: Antena Vertical Collinear Bab 2

7

kompleks. Antena Vertical Collinear adalah antena yang memancarkan daya ke

segala arah, dan bentuk pola radiasinya digambarkan seperti bentuk donat

(doughnut) dengan pusat berimpit. Antena ini ada dalam kenyataan, dan dalam

pengukuran sering digunakan sebagai pembanding terhadap antena yang lebih

kompleks. Contoh antena ini adalah antena dipole setengah panjang gelombang.

Antena Collinear merupakan antena yang memancarkan daya ke arah

tertentu. Gain antena ini relatif lebih besar dari antena Omnidirectional. Contoh,

suatu antena dengan gain 10 dBi (kadang-kadang dinyatakan dengan “dBic” atau

disingkat “dB” saja). Artinya antena ini pada arah tertentu memancarkan daya 10

dB lebih besar dibanding dengan antena isotropis. Ketiga jenis antena di atas

merupakan antena tunggal, dan bentuk pola radiasinya tidak dapat berubah tanpa

merubah fisik antena atau memutar secara mekanik dari fisik antena.

Selanjutnya adalah antena Phase Array, yang merupakan gabungan atau

konfigurasi array dari beberapa antana sederhana dan menggabungkan sinyal yang

menginduksi masing-masing antena tersebut untuk membentuk pola radiasi

tertentu pada keluaran array. Setiap antena yang menyusun konfigurasi array

disebut dengan elemen array. Arah gain maksimum dari antena phase array dapat

ditentukan dengan pengaturan fase antar elemen-elemen array.

Antena optimal merupakan suatu antena dimana penguatan (gain) dan fase

relatif setiap elemennya diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan kinerja

(performance) pada keluaran yang seoptimal mungkin. Kinerja yang dimaksud

kinerja antara lain signal to interference ratio, SIR atau signal to interference plus

noise ratio, SINR. Optimasi kinerja dapat dilakukan dengan menghilangkan atau

meminimalkan penerimaan sinyal-sinyal tak dikehendaki (interferensi) dan

mengoptimalkan penerimaan sinyal yang dikehendaki.

Antena adaptif merupakan pengembangan dari antena antena phase array

maupun antena optimal, dimana arah gain maksimum dapat diatur sesuai dengan

gerakan dinamis (dinamic fashion) obyek yang dituju. Antena dilengkapi dengan

Digital Signal Proccessor (DSP), sehingga secara dinamis mampu mendeteksi

dan melecak berbagai macam tipe sinyal, meminimalkan interferensi serta

memaksimalkan penerimaan sinyal yang diinginkan.

Page 3: Antena Vertical Collinear Bab 2

8

2.3 DISTRIBUSI ARUS ANTENA

Distibusi Arus sebenarnya suatu antena tipis mendekati sinusoidal. Hal ini

berlaku untuk antena yang memiliki panjang beberapa kali panjang gelombang.

Gambar 2.1: Distribusi Arus antena dipole dikalikan ½ λ [13]

2.4 POLA RADIASI ANTENA

Pola radiasi (radiation pattern) merupakan salah satu parameter penting dari

suatu antena. Parameter ini sering dijumpai dalam spesifikasi suatu antena,

sehingga pembaca dapat membayangkan bentuk pancaran yang dihasilkan oleh

antena tersebut.

Dalam hal ini, maka pola radiasi disebut juga pernyataan secara grafis yang

menggambarkan sifat radiasi dari antena (pada medan jauh) sebagai fungsi dari

arah dan penggambarannya dapat dilihat pada diagram pola radiasi yang sudah

diplot sesuai dengan hasil pengukuran sinyal radiasi dari suatu antena.

Page 4: Antena Vertical Collinear Bab 2

9

Pola radiasi dapat disebut sebagai pola medan (field pattern) apabila

intensitas radiasi yang digambarkan adalah kuat medannya dan disebut pola daya

(power pattern) apabila intensitas radiasi yang digambarkan adalah vektor

poynting-nya.

Apabila dilihat dari penamaan bidang pola radiasi ada 4 macam, yaitu:

Bidang H ialah bidang magnet dari pola radiasi antena, bidang E ialah medan

listrik dari pola radiasi antena, bidang elevasi ialah pola radiasi yang diamati dari

sudut elevasi dan bidang azimuth ialah pola radiasi yang diamati dari sudut

azimuth. dimana antara bidang H dan bidang E saling tegak lurus dan antara

bidang elevasi dan bidang azimuth juga sama saling tegak lurus.

Gambar 2.3: Ilustrasi bidang pola radiasi

Pada gambar 2.3 di atas memperlihatkan bentuk koordinat pada bidang pola

radiasi, untuk warna hijau ialah bidang azimuth atau bidang H, sedangkan warna

ungu menjelaskan bidang elevasi atau E.

Page 5: Antena Vertical Collinear Bab 2

10

Gambar 2.4: Ilustrasi pola radiasi dalam koordinat polar

Pada gambar 2.4 di atas menjelaskan ilustrasi pola radiasi dengan antena

dalam koordinat polat (polar plot), sengaja diambil dari contoh di atas antena yang

digunakan pada gambar tersebut adalah antena Directional berupa antena yagi,

agar nampak lebih jelas pengaruh posisi antena terhadap radiasi yang dipancarkan

oleh antena tersebut.

2.4.1 Pola Radiasi Antena Directional

Antena Directional biasanya digunakan oleh client, dikarenakan antena ini

mempunyai pola radiasi yang terarah dan dapat menjangkau jarak yang relatif

jauh daripada antena lainnya. Ada beberapa macam antena Directional antara lain:

Yagi, plat panel, parabola, tin can antenna, parabolic reflektor dan lain-lainnya.

Pola radiasi antena ini digambarkan pada gambar 2.5 seperti dibawah ini.

Gambar 2.5: Pola Radiasi Antena Directional

Page 6: Antena Vertical Collinear Bab 2

11

Gambar di atas merupakan gambaran secara umum bentuk pancaran yang

dihasilkan oleh antena Directional, apabila dalam koordinat polar atau grafik pola

radiasi seperti gambar 2.6 dibawah ini.

Gambar 2.6: Bentuk pola radiasi gelombang antena Directional: (a) Pola radiasi bidang medan magnet (H) (b) Pola radiasi bidang medan listrik (E)

2.4.2 Pola Radiasi Antena Vertical Collinear

Antena Vertical Collinear pada umumnya mempunyai pola radiasi 360

derajat apabila pola radiasinya dilihat pada bidang medan magnet (H). Gain

antena Vertical collinear antara 3 dBi sampai 12 dBi. Antena tersebut

menggunakan sambungan Point-to-Multi-Point (P2MP).

Gambar 2.7: Pola Radiasi Antena Vertical Collinear

Page 7: Antena Vertical Collinear Bab 2

12

Gambar di atas merupakan gambaran secara umum bentuk pancaran yang

dihasilkan oleh antena Vertical Collinear, apabila dalam koordinat polar atau

grafik pola radiasi seperti gambar 2.8 dibawah ini.

Gambar 2.8: Bentuk pola radiasi gelombang antena Vertical Collinear : (a) Pola radiasi bidang medan magnet (H) (b) Pola radiasi bidang medan listrik (E)

2.5 GAIN ANTENA

Gain antena (Gt) dapat dihitung dengan menggunakan antena lain sebagai

antena yang standard atau sudah memiliki gain yang standard (Gs). Dimana

membandingkan daya yang diterima antara antena standard (Ps) dan antena yang

akan diukur (Pt) dari antena pemancar yang sama dan dengan daya yang sama.

(2.1)

Jika dirubah dalam satuan decibel maka menjadi,

Gt (dB) = Pt (dBm) – Ps (dBm) + Gs (dB) (2.2)

Page 8: Antena Vertical Collinear Bab 2

13

2.6 IMPEDANSI INPUT ANTENA

Impedansi Input antena adalah impedansi antena di terminal catu (feeder)-

nya disebabkan perbandingan antara tegangan (V) dan arus (I) di terminal input

atau catu (feeder).

Zin = V/I (2.3)

Dimana:

Zin = Impedansi Input (Ω)

V = Tegangan terminal input (Volt)

I = Arus terminal input (A)

2.7 VSWR

Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) adalah kemampuan suatu antena

untuk bekerja pada frekuensi yang diinginkan. Pengukuran VSWR berhubungan

dengan pengukuran koefisien refleksi dari antena tersebut.

Perbandingan level tegangan yang kembali ke pemancar (V-) dan yang

datang menuju beban (V+) ke sumbernya lazim disebut koefisien pantul atau

koefisien refleksi yang dinyatakan dengan simbol “Γ”.

(2.4)

Hubungan antara koefisien refleksi, impedansi karakteristik saluran (Zo)

dan impedansi beban/ antena (Zl) dapat ditulis :

(2.5)

Harga koefisien refleksi ini dapat bervariasi antara 0 (tanpa

pantulan/match) sampai 1, yang berarti sinyal yang datang ke beban seluruhnya

dipantulkan kembali ke sumbernya semula. Maka untuk pengukuran VSWR.

Page 9: Antena Vertical Collinear Bab 2

14

(2.6)

Besar nilai VSWR yang ideal adalah 1, yang berarti semua daya yang

diradiasikan antena pemancar diterima oleh antena penerima (match). Semakin

besar nilai VSWR menunjukkan daya yang dipantulkan juga semakin besar dan

semakin tidak match.

2.8 KABEL KOAXIAL

Kabel koaxial (coax) merupakan kabel yang biasanya dipakai untuk

menghubungkan suatu perangkat (device) yang berfungsi sebagai

pemancar/penerima gelombang radio dengan antena yang sesuai dengan prealatan

tersebut dalam suatu sistem komunikasi wireless.

Gambar 1.2 : Kabel coaxial tipe CNT 300

Pada gambar 1.2 di atas abjad A,B,C dan D menyatakan :

a. Outer plastic sheath (sarung plastik luar)

b. Copper screen (serabut tembaga)

c. Inner dielectric insulator (bahan dielektrik)

d. Copper core (inti tembaga)

Kabel ini sangat ideal untuk membawa atau menghantarkan sinyal listik

yang berfrekuensi tinggi, misalnya : kabel penghubung antara TV dan antenanya

atau untuk menghubungkan perangkat radio pemancar/penerima gelombang radio

dengan antenanya.

Page 10: Antena Vertical Collinear Bab 2

15

Gambar 1.3 : Struktur kabel coaxial

Jalur transmisi kabel coaxial ada 2 bagian konduktor, yaitu inti tembaga

dan serabut tembaga, yang kedua konduktor tersebut dipisahkan oleh bahan

insulator (solid dielektric). Pada gambar 1.3 menggambarkan bagian-bagian kabel

coaxial, menunjukkan bahwa warna merah adalah bahan konduktor, warna putih

adalah bahan insulator dan warna abu-abu adalah lapisan paling luar kabel (outer

jacket).

Kabel coaxial terdiri dari beberapa macam tipe dan tiap-tiap tipenya

memiliki laporan data atau nama lainnya datasheet tersendiri, layaknya seperti

komponen elektronika. Datasheet sebuah kabel coaxial meliputi : impedansi,

diameter kabel, velocity factor dan lain-lainnya seperti terlihat pada table 1.1 :

Tabel 1.1 Data Sheet Kabel Coaxial RG-58U

Tipe Coaxial Impedansi Diameter Felocity Factor

CNT - 300 50 Ω 5,0 mm 0,66

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Coaxial_cable Maret 2009

Velocity factor di sini merupakan karakteristik kecepatan sinyal listik atau

gelombang radio dan secara teknik dapat dikatakan juga sebagai faktor pengali

dari panjang gelombang radio yang dibawa oleh kabel tersebut. Lebih jelasnya

nampak pada persamaan 1.1 berikut :

KONDUKTORINSULATOR

Page 11: Antena Vertical Collinear Bab 2

16

………………………………………………… (1.1)

Maka persamaan panjang gelombang terhadap velocity factor kabel

coaxial menjadi seperti ditunjukkan pada persamaan 1.2 :

……………………………………………………… (1.2)

dimana :

λ = panjang gelombang

v = velocity factor

c = kecepatan rambat cahaya (3x108)

f = frekuensi

2.9 PENGERTIAN WIRELESS-LAN

Jaringan Wireless-LAN adalah jaringan yang mengkoneksikan dua

komputer atau lebih menggunakan sinyal radio, cocok untuk berbagai file, printer

atau akses internet yang merupakan pengembangan dari jaringan LAN, hanya saja

jaringan LAN masih menggunakan kabel sedangkan jaringan W-LAN tidak

menggunakan kabel tetapi peralatan wireless seperti : Wireless PCI card, USB

Wireless adapter, PCMCIA card, Access Point, dan lain-lainnya.

Bila ingin mengkoneksikan dua komputer atau lebih di lokasi yang sukar

atau tidak mungkin untuk memasang kabel jaringan, sebuah jaringan wireless

(tanpa kabel) mungkin cocok untuk diterapkan. Setiap PC pada jaringan wireless

dilengkapi dengan sebuah radio tranceiver, atau biasanya disebut adapter atau

kartu W-LAN, yang akan mengirim dan menerima sinyal radio dari dan ke PC

lain dalam suatu jaringan. akan mendapatkan banyak adapter dengan konfigurasi

internal dan eksternal, baik untuk PC desktop maupun notebook.

Mirip dengan jaringan Ethernet kabel, sebuah W-LAN mengirim data

dalam bentuk paket. Setiap adapter memiliki nomor ID yang permanen dan unik

yang berfungsi sebagai sebuah alamat, dan tiap paket selain berisi data juga

Page 12: Antena Vertical Collinear Bab 2

17

menyertakan alamat penerima dan pengirim paket tersebut. Sama dengan sebuah

adapter Ethernet, sebuah kartu W-LAN akan memeriksa kondisi jaringan sebelum

mengirim paket ke dalamnya. Bila jaringan dalam keadaan kosong, maka paket

langsung dikirimkan. Bila kartu mendeteksi adanya data lain yang sedang

menggunakan frekuensi radio, maka ia akan menunggu sesaat kemudian

memeriksanya kembali.

W-LAN biasanya menggunakan salah satu dari dua topologi untuk

mengatur sebuah jaringan. Pada topologi ad-hoc biasa dikenal sebagai jaringan

peer-to-peer setiap PC dilengkapi dengan sebuah adapter W-LAN yang mengirim

dan menerima data ke dan dari PC lain yang dilengkapi dengan adapter yang

sama, dalam radius 300 kaki (±100 meter). Untuk topologi infrastruktur, tiap PC

mengirim dan menerima data dari sebuah titik akses, yang dipasang di dinding

atau langit-langit berupa sebuah kotak kecil berantena yang biasa di sebut juga

Access Point (AP). Saat titik akses menerima data, ia akan mengirimkan kembali

sinyal radio tersebut (dengan jangkauan yang lebih jauh) ke PC yang berada di

area cakupannya, atau dapat mentransfer data melalui jaringan Ethernet kabel.

Titik akses pada sebuah jaringan infrastruktur memiliki area cakupan yang lebih

besar, tetapi membutuhkan alat dengan harga yang lebih mahal.

Walau menggunakan prinsip kerja yang sama, kecepatan mengirim data

dan frekuensi yang digunakan oleh W-LAN berbeda berdasarkan jenis atau

produk yang dibuat, tergantung pada standar yang mereka gunakan. Vendor-

vendor wireless-LAN biasanya menggunakan beberapa standar, termasuk IEEE

802.11, IEEE 802.11b/g, OpenAir, dan HomeRF. Sayangnya, standar-standar

tersebut tidak saling kompatibel satu sama lain, dan harus menggunakan

jenis/produk yang sama untuk dapat membangun sebuah jaringan, dikarenakan

oleh frekuensi dari beberapa standar tersebut tidak sama.

Semua standar tersebut menggunakan adapter menggunakan segmen kecil

pada frekuensi radio 2,4 GHz, sehingga bandwith radio untuk mengirim data

menjadi kecil. Tetapi adapter tersebut menggunakan dua protokol untuk

meningkatkan efisiensi dan keamanan dalam pengiriman sinyal :

Page 13: Antena Vertical Collinear Bab 2

18

1. Frequency hopping spread spectrum, dimana paket data dipecah dan

dikirimkan menggunakan frekuensi yang berbeda-beda, satu pecahan

bersisian dengan lainnya, sehingga seluruh data dikirim dan diterima oleh

PC yang dituju. Kecepatan sinyal frekuensi ini sangat tinggi, serta dengan

pemecahan paket data maka sistem ini memberikan keamanan yang

dibutuhkan dalam satu jaringan, karena kebanyakan radio tranceiver biasa

tidak dapat mengikutinya.

2. Direct sequence spread spectrum, sebuah metode dimana sebuah

frekuensi radio dibagi menjadi tiga bagian yang sama, dan menyebarkan

seluruh paket melalui salah satu bagian frekuensi ini. Adapter direct

sequence akan mengenkripsi dan mendekripsi data yang keluar-masuk,

sehingga orang yang tidak memiliki otoritas hanya akan mendengar suara

desisan saja bila mereka menangkap sinyal radio tersebut.

Vendor W-LAN biasanya menyebutkan transfer rate maksimum pada

adapter buatan mereka. Model yang menggunakan standar 802.11 dapat

mentransfer data hingga 2 megabit per-detik, baik dengan metode frequency

hopping atau direct sequence. Adapter yang menggunakan standar OpenAir dapat

mentransfer data hingga 1,6-mbps menggunakan frequency hopping. Dan standar

terbaru, HomeRF dapat mengirim dan menerima data dengan kecepatan 1,6-mbps

(dengan menggunakan metode frequency hopping). W-LAN kecepatan tinggi

menggunakan standar 802.11b yang dikenal sebagai WiFi mampu mengirim data

hingga 11 mbps dengan protokol direct sequence, sedangkan standar 802.11g

mampu mengirim data hingga 54 mps [9].

Sebelum lebih lanjut membahas disain Wireless Metropolitan Area

Network (MAN) ada baiknya kita selami cara menghitung margin daya untuk

operasional radio. Salah satu kunci utama untuk melakukan perhitungan adalah

mengerti konsep besaran dB sebagai besaran perbandingan daya. Rumus yang

biasa digunakan untuk konversi dB dengan Watt atau mW, adalah:

Page 14: Antena Vertical Collinear Bab 2

19

Konversi satuan sinyal Watt (W) ke dalam unit dBm :

dBm = ( 10 Log(Power Watts)) + 30 (2.11)

Konversi unit dBm ke dalam satuan Watt (W):

(2.12)

Sehingga apabila satuan Watt diubah menjadi miliWatts (mW):

(2.13)

Untuk memberikan gambaran daya pancar 15 dBm adalah 30 mW, daya

pancar 20 dBm adalah 100 mW.

Cara sederhana untuk membatasi ruang lingkup aplikasi W-LAN adalah

dengan membatasi daya pancar. Secara hukum daya pancar sinyal di Antena yang

di ijinkan adalah 36 dBmW, artinya jika menggunakan antena parabola 24 dBi

hanya boleh menggunakan peralatan W-LAN dengan daya sekitar 15 dBm

(sekitar 30 mW saja). Umumnya peralatan W-LAN yang ada di pasaran

mempunyai daya pancar antara 15-20 dBm (30-100 mW).

Radiasi pancaran di antena biasanya di ukur dengan Effective Isotropic

Radiated Power (EIRP) yang di ukur dalam dBm. Pada kesepakatan yang ada,

rekan-rekan IndoWLI tampaknya cenderung untuk sepakat EIRP yang diijinkan

adalah 36 dBm. EIRP yang merupakan daya yang di radiasikan di ujung antena,

dapat dihitung dari:

EIRP (dBm) = TX Power – TX Cable Loss + TX Antenna Gain (2.14)

Dengan di batasinya EIRP sebesar 36dBm, dan rata-rata loss di kabel coax

& konektor sebesar 5 dB. Maka jika menggunakan antena parabola 21 dBi, daya

pancar yang dapat digunakan hanya 20 dBm (100 mW). Artinya, penggunaan

power amplifier menjadi sangat di haramkan, bisa-bisa anda terkena denda Rp.

600 juta dan atau penjara 6 tahun sesuai pasal 55 UU36/1999.

Dengan keterbatasan EIRP hanya 30-36 dBm, kita mempunyai jarak

jangkau yang sangat terbatas. Jarak transmisi maksimum dan memberikan 10-15

dB margin untuk mengatasi fading akan sangat tergantung pada jenis antena yang

Page 15: Antena Vertical Collinear Bab 2

20

digunakan pada AP (Access Point) jika antena Vertical Collinear dengan gain 10-

12 dBi digunakan, kita menggunakan antena sectoral dengan gain 12-14 dBi pada

AP, kita melihat jarak jangkau 6-8 km.

Terdapat dua macam sambungan antara gedung-ke-gedung. Yang pertama

disebut Point-to-point (P2P) dan yang kedua adalah Point-to-Multi-Point (P2MP).

Di Indonesia, kita mengadopsi batasan EIRP yang berbeda antara bagian

sambungan Point-to-Point (P2P) dan sambungan Point-to-Multi-Point (P2MP)

menjadi 36 dBm dan 30 dBm.

Gambar 2.12: Jaringan wireless P2P antar gedung

Pada sambungan P2P hanya untuk koneksi antar dua gedung saja dan tidak

bisa mengkoneksikan antar beberapa gedung, dengan memanfaatkan antena

Omnidirectional dan memposisikan antena tersebut pada tengah-tengah sebagai

sentral di sekitar gedung maka sambungan P2P dapat menjadi P2MP yang

memungkinkan terkoneksinya antar beberapa gedung atau loebih dari dua gedung.

Page 16: Antena Vertical Collinear Bab 2

21

Gambar 2.13: Jaringan wireless P2MP antar gedung