ANTARA/WIDODO S JUSUF SANGAT MENGECEWAKAN · nya lembaga penegak hukum, ditambah keberadaan Satgas...

1
Banyaknya lembaga penegak hukum, ditambah keberadaan Satgas PMH, juga menunjukkan tidak adanya fokus dalam pemberantasan mafia hukum. HILLARIUS U GANI K INERJA Satuan Tu- gas Pemberantasan Maa Hukum (Sat- gas PMH) dinilai sa- ngat mengecewakan. Bahkan, Satgas PMH tak beda dengan perusahaan yang menyedia- kan lapangan kerja bagi para pengangguran. Demikian kritik Rektor Uni- versitas Islam Negeri Koma- ruddin Hidayat terhadap Satgas PMH. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk Satgas PMH pada 30 Desember 2009 melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 37 Tahun 2009. Pada surat putusan itu, tu- juan pembentukan Satgas PMH adalah untuk mempercepat pemberantasan praktik maa hukum yang semakin lama dianggap semakin mengkha- watirkan dan merusak upaya penegakan hukum di Indo- nesia. Namun, memasuki hampir dua tahun masa kerja Satgas PMH, kinerjanya jauh dari kata memuaskan. Menurut Komaruddin, seharusnya de- ngan dibentuknya Satgas PMH banyak pelaku maa hukum yang tertangkap dan takut akan jeratan hukum. Tapi ke- nyataannya, Satgas PMH gagal menangkap maa hukum, dan justru membuat mereka berani melawan hukum. “Saya kecewa. Itu ibarat tu- kang ronda, mestinya pada takut maling-maling. Pertama, maling yang ketangkap la lu menjadi takut. Ini sudah enggak ketangkap, malah pada berani,” serunya kepada Media Indonesia di Jakarta, Jumat (9/12). Apalagi, cetusnya, pemben- tukan Satgas PMH tak hanya menguras tenaga, terutama pro ses seleksi anggota, tapi juga menghabiskan biaya yang cukup besar. Selain kinerja yang mengece- wakan, keberadaan Satgas PMH juga membuat lembaga- lembaga penegak hukum yang sudah ada menjadi tumpang tindih. Banyak tersangka dan buron justru gagal atau lolos dari penangkapan. Banyak- nya lembaga penegak hukum, ditambah keberadaan Satgas PMH, juga menunjukkan tidak adanya fokus dalam penegak- an hukum dan pemberantasan maa hukum. Tapi dia mengakui, pilihan sulit bila harus membubar- kan Satgas PMH. Pilihannya ada di tangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bisa membubarkan atau memper- ingatkan Satgas PMH untuk menunjukkan prestasinya. Pakar hukum tata negara Laica Marzuki juga tak me- mungkiri bahwa kinerja Satgas PMH mengecewakan. Sejak dibentuk pada 30 Desember 2009 lalu, Satgas PMH belum mencetak prestasi yang terhi- tung luar biasa. Namun, itu tak menjadikan Satgas PMH harus dibubarkan begitu saja. Yang diperlukan adalah perbaikan. Salah sa- tunya dengan meningkatkan koordinasi dengan lembaga penegak hukum lainnya. “Ini cuma soal koordinasi,” tukas Laica. (*/P-4) [email protected] Satgas Mafia Hukum Gagal TELAH dua tahun Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum (PMH) bekerja berda- sarkan Keppres No 37 Tahun 2009 tertanggal 30 Desember 2009. Masa tugas satgas ber- akhir 30 Desember mendatang, tetapi maa hukum masih ber- gentayangan. Untuk mengupas persoalan itu, wartawan Media Indonesia Akhmad Mustain mewawancarai anggota Satgas PMH Mas Achmad Santosa. Berikut petikannya. Satgas PMH sudah dua ta- hun bekerja, mafia hukum masih marak? Saya melihat di Republik ini ada lima wilayah rawan ko- rupsi. Bisa jadi maa ini saling menunjukkan keterhubungan. Pertama, wilayah politik yang memiliki kewenangan menja- di lahan korupsi. Kedua, wilayah penegakan hu- kum. Ketiga, wilayah pengadaan barang dan jasa. Keempat, pe- layanan publik. Ke- lima, perizinan dan konsesi. Satgas bisa tangani semua? Lima hal ini tidak bisa diker- jakan secara sendiri oleh satgas yang berada di bawah Presiden. Harus ada sinergi dengan lem- baga negara lainnya dengan leading aktornya ialah Presiden. Presiden bekerja sama dengan pimpinan parpol, pimpinan DPR, pimpinan MA/MK/KY, dan pimpinan KPK. Satgas PMH hanya anasir kecil, di bawah Presiden, untuk salah satu saja wilayah rawan korupsi, yakni ranah kewenangan maa dalam sistem penegakan hukum. Apa yang telah dilakukan satgas? Sebetulnya ada tiga kategori pekerjaan satgas. Pertama, mengungkap kasus maa hu- kum yang bisa bersumber dari aduan masyarakat dan proaktif mene- mukan, menggali informasi sendiri. Kedua, mendo- rong perbaikan sistem agar sis- tem yang terda- pat pada lemba- ga penegakan hu- kum tidak memberi ruang sedikit pun penyalahgunaan kewenangan lembaga hukum, yang fokus- nya pengembangan sistem. Ketiga, membangun militansi masyarakat sehingga menjadi bagian penting dalam membe- rantas maa hukum. Banyak kasus maa hukum yang ditangani satgas tidak tuntas? Satgas, seingat saya, mena- ngani beberapa kasus besar. Kasus mantan Kabareskrim Mabes Polri Susno Duadji. Kasus sel tahanan mewah Ar- talyta Suryani. Semua sudah ditangani dan perbaikan di Ke- menterian Hukum dan HAM terus dilakukan. Termasuk kasus yang me- libatkan Gayus Tambunan. Satgas intensif menanganinya, baik dari mafia pajak, mafia imigrasi, maa peradilan, hing- ga persoalan mafia lembaga pemasyarakatan. Pertama kali dalam Republik ini ada peng- ungkapan maa hukum yang dilakukan penegak hukum se- cara lengkap, advokat, hakim, jaksa, polisi dan makelarnya. Saat ini yang diproses mungkin masih sebatas aliran uang dari Gayus. Namun, yang perlu kita tagih yakni aliran uang ke Gayus. Perbaikan sistem yang di- prakarsai satgas seperti apa? Sebagai perbaikan sistem, kita kembangkan justice collab- orator, kita usulkan revisi UU Perlindungan Saksi Nomor 13/2006. Draf sudah ada di Kemenkum dan HAM dan masuk Prolegnas 2012. (P-4) Harus Ada Sinergi dengan Lembaga Lain P P OLKAM OLKAM SENIN, 12 DESEMBER 2011 WAWANCARA 5 Mas Achmad Santosa Anggota Satgas PMH MI/RAMDANI SANGAT MENGECEWAKAN: Ketua Satgas Pemberantasan Mafia Hukum (Satgas PMH) Kuntoro Mangkusubroto (kedua dari kanan) bersama anggota satgas memberikan keterangan di Jakarta, beberapa waktu lalu. Kinerja Satgas PMH dinilai sangat mengecewakan. ANTARA/WIDODO S JUSUF

Transcript of ANTARA/WIDODO S JUSUF SANGAT MENGECEWAKAN · nya lembaga penegak hukum, ditambah keberadaan Satgas...

Page 1: ANTARA/WIDODO S JUSUF SANGAT MENGECEWAKAN · nya lembaga penegak hukum, ditambah keberadaan Satgas PMH, juga menunjukkan tidak adanya fokus dalam penegak- an hukum dan pemberantasan

Banyaknya lembaga penegak hukum, ditambah keberadaan Satgas PMH, juga menunjukkan tidak adanya fokus dalam pemberantasan mafia hukum.

HILLARIUS U GANI

KINERJA Satuan Tu-gas Pemberantasan Mafi a Hukum (Sat-gas PMH) dinilai sa-

ngat mengecewakan. Bahkan, Satgas PMH tak beda dengan perusahaan yang menyedia-kan lapangan kerja bagi para pengang guran.

Demikian kritik Rektor Uni-

versitas Islam Negeri Koma-ruddin Hidayat terhadap Satgas PMH. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk Satgas PMH pada 30 Desember 2009 melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 37 Tahun 2009.

Pada surat putusan itu, tu-juan pembentukan Satgas PMH adalah untuk mempercepat pemberantasan praktik mafi a

hukum yang semakin lama dianggap semakin mengkha-watirkan dan merusak upaya penegakan hukum di Indo-nesia.

Namun, memasuki hampir dua tahun masa kerja Satgas PMH, kinerjanya jauh dari kata memuaskan. Menurut Komaruddin, seharusnya de-ngan dibentuknya Satgas PMH banyak pelaku mafi a hukum yang tertangkap dan takut akan jeratan hukum. Tapi ke-nyataannya, Satgas PMH gagal menangkap mafi a hukum, dan justru membuat mereka berani melawan hukum.

“Saya kecewa. Itu ibarat tu-kang ronda, mestinya pada

ta kut maling-maling. Pertama, maling yang ketangkap la lu menjadi takut. Ini sudah enggak ketangkap, malah pada be rani,” serunya kepada Media Indonesia di Jakarta, Jumat (9/12).

Apalagi, cetusnya, pemben-tukan Satgas PMH tak hanya menguras tenaga, terutama pro ses seleksi anggota, tapi juga menghabiskan biaya yang cukup besar.

Selain kinerja yang mengece-wakan, keberadaan Satgas PMH juga membuat lembaga-lembaga penegak hukum yang sudah ada menjadi tumpang tindih. Banyak tersangka dan buron justru gagal atau lolos da ri penangkapan. Banyak-nya lembaga penegak hukum, ditambah keberadaan Satgas PMH, juga menunjukkan tidak adanya fokus dalam penegak-an hukum dan pemberantasan mafi a hukum.

Tapi dia mengakui, pilihan sulit bila harus membubar-kan Satgas PMH. Pilihannya ada di tangan Presiden Susilo Bam bang Yudhoyono, bisa mem bubarkan atau memper-ingatkan Satgas PMH untuk menunjukkan prestasinya.

Pakar hukum tata negara Laica Marzuki juga tak me-mungkiri bahwa kinerja Satgas PMH mengecewakan. Sejak dibentuk pada 30 Desember 2009 lalu, Satgas PMH belum mencetak prestasi yang terhi-tung luar biasa.

Namun, itu tak menjadikan Satgas PMH harus dibubarkan begitu saja. Yang diperlukan adalah perbaikan. Salah sa-tunya dengan meningkatkan koordinasi dengan lembaga penegak hukum lainnya.

“Ini cuma soal koordinasi,” tukas Laica. (*/P-4)

[email protected]

Satgas Mafi a Hukum Gagal

TELAH dua tahun Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum (PMH) bekerja berda-sarkan Keppres No 37 Tahun 2009 tertanggal 30 Desember 2009. Masa tugas satgas ber-akhir 30 Desember mendatang, tetapi mafi a hukum masih ber-gentayangan. Untuk mengupas persoalan itu, wartawan Media Indonesia Akhmad Mustain mewawancarai anggota Satgas PMH Mas Achmad Santosa. Berikut petikannya.

Satgas PMH sudah dua ta-hun bekerja, mafia hukum masih marak?

Saya melihat di Republik ini ada lima wilayah rawan ko-rupsi. Bisa jadi mafi a ini saling menunjukkan keterhubungan. Pertama, wilayah politik yang memiliki kewenangan menja-di lahan korupsi. Kedua, wilayah penegakan hu-kum. Ketiga, wilayah pengadaan barang dan jasa. Keempat, pe-layanan publik. Ke-lima, perizinan dan konsesi.

S a t g a s bisa

tangani semua?Lima hal ini tidak bisa diker-

jakan secara sendiri oleh satgas yang berada di bawah Presiden. Harus ada sinergi dengan lem-baga negara lainnya dengan leading aktornya ialah Presiden. Presiden bekerja sama dengan pimpinan parpol, pimpinan DPR, pimpinan MA/MK/KY, dan pimpinan KPK. Satgas PMH hanya anasir kecil, di bawah Presiden, untuk salah satu saja wilayah rawan korupsi, yakni ranah kewenangan mafi a dalam sistem penegakan hukum.

Apa yang telah dilakukan satgas?

Sebetulnya ada tiga kategori pekerjaan satgas. Pertama, meng ungkap kasus mafi a hu-kum yang bisa bersumber

dari aduan masyarakat dan proaktif mene-

mukan, menggali informasi sendiri. Kedua, mendo-rong perbaikan sistem agar sis-tem yang terda-pat pada lemba-

ga penegakan hu-kum tidak

memberi ruang sedikit pun penyalahgunaan kewenangan lembaga hukum, yang fokus-nya pengembangan sistem. Ketiga, membangun militansi masyarakat sehingga menjadi bagian penting dalam membe-rantas mafi a hukum.

Banyak kasus mafi a hukum yang ditangani satgas tidak tuntas?

Satgas, seingat saya, mena-ngani beberapa kasus besar. Kasus mantan Kabareskrim Mabes Polri Susno Duadji. Kasus sel tahanan mewah Ar-talyta Suryani. Semua sudah ditangani dan perbaikan di Ke-menterian Hukum dan HAM terus dilakukan.

Termasuk kasus yang me-libatkan Gayus Tambunan. Satgas intensif menanganinya, baik dari mafia pajak, mafia imigrasi, mafi a peradilan, hing-ga persoalan mafia lembaga pemasyarakatan. Pertama kali dalam Republik ini ada peng-ungkapan mafi a hukum yang dilakukan penegak hukum se-cara lengkap, advokat, hakim, jaksa, polisi dan makelarnya. Saat ini yang diproses mungkin masih sebatas aliran uang dari Gayus. Namun, yang perlu kita tagih yakni aliran uang ke Gayus.

Perbaikan sistem yang di-prakarsai satgas seperti apa?

Sebagai perbaikan sistem, kita kembangkan justice collab-

orator, kita usulkan revisi UU Perlindungan Saksi Nomor 13/2006. Draf sudah ada di Kemenkum dan HAM dan masuk Prolegnas 2012. (P-4)

Harus Ada Sinergi dengan Lembaga Lain

PPOLKAMOLKAMSENIN, 12 DESEMBER 2011

WAWANCARA

5

Mas Achmad SantosaAnggota Satgas PMH

MI/RAMDANI

SANGAT MENGECEWAKAN: Ketua Satgas Pemberantasan Mafia Hukum (Satgas PMH) Kuntoro Mangkusubroto (kedua dari kanan) bersama anggota satgas memberikan keterangan di Jakarta, beberapa waktu lalu. Kinerja Satgas PMH dinilai sangat mengecewakan.

ANTARA/WIDODO S JUSUF