ANTARA/ROSA PANGGABEAN RI dan India dalam Simbiosis … filetersebut, Indonesia dan India memiliki...

1
18 | Ekonomi Nasional SENIN, 13 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA H UBUNGAN ekono- mi Indonesia dan India dalam kerang- ka perdagangan be- bas diyakini bisa menguntung- kan untuk kemajuan bersama. Selama ini, perdagangan antar kedua negara tidak melibatkan persaingan yang menekan per- tumbuhan industri keduanya. Perbedaan kebutuhan ko- moditas dan pasar yang sama besar membuat kerja sama per- dagangan kedua negara akan seimbang. Tidak seperti yang menjadi buntut kesepakatan perdagangan bebas ASEAN- China (ASEAN-China Free Trade Agreement/ACFTA). “Industri dalam negeri tidak perlu lagi khawatir akan terge- rus produk sejenis karena ko- moditas yang diperdagangkan kedua negara berbeda. Kalau dengan China, dalam kerangka ACFTA kita harus bersaing langsung karena sama-sama mengandalkan produk man- ufaktur,” ujar Wakil Katua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bi- dang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik Natsir Mansyur di Jakarta, pekan lalu. Produk andalan Indonesia dalam perdagangan dengan India, menurut Natsir, adalah sumber daya alam seperti batu bara, minyak sawit, hingga kertas. Adapun produk India yang dipasarkan di Indone- sia mulai dari telepon seluler, sepeda motor, katun, besi baja, aluminium, minyak kedelai, sampai perhiasan. Natsir menilai perbedaan komoditas yang diperdagang- kan kedua negara justru akan membuat kerja sama ekonomi dalam kerangka ASEAN-India FTA akan memberi keuntungan maksimal bagi Indonesia. Bahkan, seiring dengan pe- laksanaan kesepakatan yang mulai berlaku per 1 Januari 2010 tersebut, Indonesia dan India memiliki peluang untuk men- jalin kerja sama dalam indus- tri manufaktur yang berbasis komoditas-komoditas tersebut. Komprehensif Direktur Jenderal Kerja Sama Internasional Kementerian Per- dagangan Gusmardi Bustami mengatakan Indonesia dan India tengah menyiapkan kerja sama bilateral komprehensif. Kerja sama itu terangkum da- lam Indonesia-India Compre- hensive Economic Cooperation Agreement (IICECA). “Jadi, meski saat ini kedua ne- gara sudah masuk dalam kerja sama perdagangan bebas yang diwadahi melalui ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA), kita akan mengambil langkah cepat untuk segera merealisasi- kan kerja sama ini,” ujarnya. Gusmardi menambahkan, la- tar belakang pembentukan kerja sama itu ialah kedua negara sama-sama memiliki kesem- patan untuk meningkatkan per- dagangan dan investasi. “Saling mengisinya cukup tinggi, selain itu tarif impor India masih tinggi rata-rata 35%.” Menurut Gusmardi, selama ini Indonesia selalu menda- patkan surplus dalam perda- gangan dengan India. Pada Agustus 2010 surplus berada di kisaran US$4,01 miliar dari total nilai perdagangan US$8,2 miliar. Angka itu naik 38,16% bila dibandingkan dengan pe- riode yang sama tahun lalu. Peringkat ekspor ke India saat ini menempati posisi ke-5, sedangkan impor dari India me- nempati peringkat ke-10. (E-1) [email protected] Perbedaan komoditas justru akan membuat perdagangan bebas di antara kedua negara memberi keuntungan maksimal bagi Indonesia. Jajang Sumantri RI dan India dalam Simbiosis Mutualisme PT Bank Internasional Indo- nesia Tbk (BII) menargetkan pertumbuhan kredit di atas 30% pada akhir 2010. Sampai November 2010 lalu, pertum- buhannya hampir mencapai target yang diinginkan. “Tercapailah. Sampai No- vember saja hampir 30%,” ungkap Dirut BII Ridha Wi- rakusumah seusai acara BII Appreciation Night for Media 2010 di Jakarta, Jumat (12/10). Ia mengatakan pertumbuhan tersebut didapat secara merata pada semua segmen, terutama korporat, usaha kecil dan me- nengah (UKM) atau komersial, serta konsumer. Pada September 2010 lalu, BII sudah menyalurkan kredit Rp50,8 triliun atau bertumbuh 39,18% jika dibandingkan de- ngan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp36,5 triliun. Pertumbuhan kredit konsumer memberikan kontribusi terbe- sar, yaitu 43%, diikuti kredit ke UKM atau komersial dan korporasi masing-masing se- besar 38% dan 36%. Untuk tahun depan, Ridha menargetkan pertumbuhan yang konservatif yaitu 20%. Menurutnya, BII akan terus me- ngedepankan kedua kekuatan lini bisnisnya, yaitu customer service dan hubungan nasabah. “Kami kuat di customer service nomor satu di semua kategori, dari reliability, assurance, know- ledge, empathy. Biasanya bank ada nomor satu di sini, di sana, kami kebetulan semuanya.” Selain itu, lanjutnya, BII be- rencana menambah inovasi baru dari segi teknologi dan produk. Ridha mengungkap- kan pihaknya akan mengandal- kan value chain dalam menjual produk-produknya. Value chain cukup dikenal, misalnya ada perusahaan men- jual ke partnernya. Kami masuk ke partnernya itu,” jelasnya. Sementara itu, terkait dengan aksi korporasi BII, ia mengaku belum mengetahui rencana dari pemegang saham, termasuk rencana Maybank (pemegang saham mayoritas BII) menjual saham publik yang dibelinya pada 2008 lalu. Sebelumnya, Bapepam-LK memberi perpan- jangan waktu kepada Maybank untuk melepas saham BII terse- but hingga 1 Juni 2011. “Ada extention 6 bulan. Kami sedang mempelajari untuk menuruti itu, sekarang sudah oat 2,5% dari 20% seharusnya. Berarti ada 17,5% lagi. Belum tahu persis kapan dilakukan,” katanya. Dalam acara BII Apprecia- tion Night for Media 2010 tersebut, BII mengumumkan hasil Lomba Menulis dan Foto untuk Wartawan. Lomba itu ditujukan untuk artikel dan foto yang telah dimuat di media massa dari 1 Januari hingga 12 November 2010. ”Kami percaya hasil karya rekan-rekan media dapat mem- berikan kontribusi pemikiran dan memperkaya khazanah yang bermanfaat khususnya di bidang ekonomi perbankan,” ungkap Ridha. (*/E-5) PEMERINTAH dan parlemen berlomba dengan waktu terkait penyelesaian Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Meski tinggal menyisakan hari, pembahasan masih belum memperlihatkan titik terang. Menurut Ketua Komisi XI dan anggota Panitia Kerja (Pan- ja) RUU OJK DPR Harry Azhar Azis, belum ada kesepakatan atas tafsir sifat dan posisi OJK. Khususnya posisi OJK yang in- dependen dan di luar pemerin- tah seperti amanat UU 3/2004 tentang Bank Indonesia (BI). Pemerintah tetap berkeinginan ada ‘tangannya’ dalam dewan komisioner OJK melalui dua anggota ex-ofcio. “Lobi Panja dengan Menkeu tadi malam sepakat meng- endapkan perbedaan ini dan konsultasikan ke induknya masing-masing. Bila sampai Senin besok (hari ini) tidak ada kesepakatan, bisa dipas- tikan RUU OJK tidak dapat diselesaikan akhir Desember karena DPR reses 17 Desember 2010 hingga 9 Januari 2011,” tuturnya melalui pesan singkat, kemarin. Sementara itu, meski pemba- hasan RUU OJK masih dilaku- kan, BI bersikukuh dilibatkan dalam pengawasan perbankan yang akan menjadi ranah OJK. Setidaknya, BI berharap masih bisa mengawasi lembaga ke- uangan sistemik. “Ketika terjadi gangguan di sektor keuangan, pasti berdam- pak langsung ke sektor mone- ter. Sehingga tugas bank sentral memantau kondisi sektor ter- sebut, termasuk ke bank,” ujar Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah. Lembaga keuangan sistemik ialah lembaga yang berpe- ngaruh besar terhadap sektor keuangan. Misalnya, memiliki tingkat keterhubungan dan saling tergantung dengan bank lain. Di Indonesia, ada 14 bank besar yang masuk kategori ini dengan penguasaan aset di atas 80% dari total aset perbankan. Selain itu, BI juga tengah me- nyiapkan paket kebijakan per- bankan khususnya pengawasan. Rencananya, pengawasan akan lebih antisipatif sebelum bank masuk status pengawasan in- tensif atau khusus. “Sistem pengawasan terha- dap bank-bank akan diubah, kita akan terus melakukan prediksi dan tidak menunggu bank itu sakit,” katanya. Sementara itu, Badan Penga- was Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) tetap memaksakan penyelesaian pembahasan RUU OJK ini. Bahkan, penyelesaian revisi Undang-Undang Pasar Modal (UU PM) harus dikorbankan dan kembali molor untuk ke- sekian kalinya. “Bukan sesuatu yang kita khawatirkan UU Pasar Modal. Artinya amendemen UU Pasar Modal memang sesuatu yang harus kita lakukan, tapi itu tidak ada kaitannya dengan masalah krisis,” kata Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany. (AW/Atp/Ant/E-5) PEMERINTAH mengungkap- kan inasi sepanjang 2010 dapat mencapai 6,4%. Tekanan harga bahan pokok membuat tingkat inasi tersebut melampaui tar- get dari pemerintah atau Bank Indonesia (BI) pada tahun ini. “Inasi akan melebihi target 6%, sekitar 6,1% hingga 6,4%,” kata Menteri Keuangan (Men- keu) Agus Martowardojo di Jakarta, akhir pekan lalu. Adapun asumsi inasi oleh pemerintah dalam APBN-P 2010 adalah 5,3%. Sementara itu, target inasi dari BI adalah 5% plus minus 1%. Menurut Menkeu, tingginya tekanan inasi disebabkan ke- naikan harga-harga bahan pokok menjelang akhir tahun. Selain itu, perayaan Natal dan Tahun Baru akan mendorong laju inasi di bulan terakhir 2010 ini. Lebih lanjut, ia menilai inasi akan menjadi tantangan yang perlu diperhatikan otoritas skal dan moneter pada 2011. Oleh karena itu, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan BI untuk menjaga laju inasi pada tahun depan.“Tantangan ada- lah inasi, kita akan koordinasi dengan BI.” Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan, hingga November 2010, laju inasi ta- hun kalender (Januari-Novem- ber 2010) telah mencapai 5,98%. Sementara itu, laju inasi ta- hunan (November 2010 jika di- bandingkan dengan November 2009) mencapai 6,33%. Menurut Rusman, penyebab dominan naiknya inasi adalah meningkatnya harga-harga ko- moditas bahan pokok, terutama beras dan minyak goreng. BPS pun mengingatkan, un- tuk meredam laju inasi, pe- merintah perlu melakukan intervensi di kedua komoditas tersebut. Dari catatan BPS, ke- lompok bahan makanan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan porsi 0,38%. Adapun tantangan pemerin- tah dalam mengendalikan laju inasi pada tahun depan akan kian berat dengan adanya kebi- jakan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Jika DPR menyetujui, pemerin- tah berencana mulai melakukan pembatasan pada 1 Januari 2011. Pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam memprediksi pembatasan pemakaian BBM bersubsidi akan menyumbang- kan inasi 0,9%. (Mad/E-3) Pertumbuhan Kredit BII Dekati Target Alami Kebuntuan Pembahasan OJK Terancam Target Meleset, Inflasi 2010 bakal Capai 6,4% ANTARA/ROSA PANGGABEAN DOK. TELKOM MI/SUMARYANTO KERJA SAMA INDONESIA-INDIA: Pengunjung melihat berbagai mesin industri dalam pameran Manufacturing Indonesia Series 2010, Plastic and Rubber Indonesia 2010, dan Propak Indonesia Series 2010 di JIExpo, Jakarta, beberapa waktu lalu. Indonesia dan India tengah menyiapkan kerja sama bilateral komprehensif di bidang perdagangan barang dan jasa, investasi, dan kerja sama teknik. PERUSAHAAN TEPERCAYA: Director of Compliance and Risk Management Telkom Prasetio menerima penghargaan dari Chairman of The Indonesian Institute for Corporate Governance G Suprayitno (kanan) sebagai perusahaan tepercaya di Jakarta, akhir pekan lalu. PAZIA SHOP: Pazia Shop Manager Vemmy Lestari (kiri), President Director of Pazia Shop Yuliasiae Sulistiyawati, dan Sales Distribution General Manager Kurniawan Susanto memperagakan penggunaan PC Touch pada pembukaan Pazia Shop di FX Plaza, Jakarta, Sabtu (11/12).

Transcript of ANTARA/ROSA PANGGABEAN RI dan India dalam Simbiosis … filetersebut, Indonesia dan India memiliki...

18 | Ekonomi Nasional SENIN, 13 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

HUBUNGAN ekono-mi Indonesia dan India dalam kerang-ka perdagangan be-

bas diyakini bisa menguntung-kan untuk kemajuan bersama. Selama ini, perdagangan antar kedua negara tidak melibatkan persaingan yang menekan per-tumbuhan industri keduanya.

Perbedaan kebutuhan ko-moditas dan pasar yang sama besar membuat kerja sama per-dagangan kedua negara akan seimbang. Tidak seperti yang menjadi buntut kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-China (ASEAN-China Free Trade Agreement/ACFTA).

“Industri dalam negeri tidak perlu lagi khawatir akan terge-rus produk sejenis karena ko-moditas yang diperdagangkan kedua negara berbeda. Kalau dengan China, dalam kerangka ACFTA kita harus bersaing langsung karena sama-sama mengandalkan produk man-ufaktur,” ujar Wakil Katua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bi-

dang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik Natsir Mansyur di Jakarta, pekan lalu.

Produk andalan Indonesia dalam perdagangan dengan India, menurut Natsir, adalah sumber daya alam seperti batu bara, minyak sawit, hingga kertas. Adapun produk India yang dipasarkan di Indone-sia mulai dari telepon seluler, sepeda motor, katun, besi baja, aluminium, minyak kedelai, sampai perhiasan.

Natsir menilai perbedaan komoditas yang diperdagang-kan kedua negara justru akan membuat kerja sama ekonomi dalam kerangka ASEAN-India FTA akan memberi keuntungan

maksimal bagi Indonesia.Bahkan, seiring dengan pe-

laksanaan kesepakatan yang mulai berlaku per 1 Januari 2010 tersebut, Indonesia dan India memiliki peluang untuk men-jalin kerja sama dalam indus-tri manufaktur yang berbasis komoditas-komoditas tersebut.

KomprehensifDirektur Jenderal Kerja Sama

Internasional Kementerian Per-dagangan Gusmardi Bustami mengatakan Indonesia dan India tengah menyiapkan kerja sama bilateral komprehensif. Kerja sama itu terangkum da-lam Indonesia-India Compre-hensive Economic Cooperation

Agreement (IICECA).“Jadi, meski saat ini kedua ne-

gara sudah masuk dalam kerja sama perdagangan bebas yang diwadahi melalui ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA), kita akan mengambil langkah cepat untuk segera merealisasi-kan kerja sama ini,” ujarnya.

Gusmardi menambahkan, la-tar belakang pembentukan kerja sama itu ialah kedua negara sama-sama memiliki kesem-patan untuk meningkatkan per-dagangan dan investasi. “Saling mengisinya cukup tinggi, selain itu tarif impor India masih tinggi rata-rata 35%.”

Menurut Gusmardi, selama ini Indonesia selalu menda-patkan surplus dalam perda-gangan dengan India. Pada Agustus 2010 surplus berada di kisaran US$4,01 miliar dari total nilai perdagangan US$8,2 miliar. Angka itu naik 38,16% bila dibandingkan dengan pe-riode yang sama tahun lalu.

Peringkat ekspor ke India saat ini menempati posisi ke-5, sedangkan impor dari India me-nempati peringkat ke-10. (E-1)

[email protected]

Perbedaan komoditas justru akan membuat perdagangan bebas di antara kedua negara memberi keuntungan maksimal bagi Indonesia.

Jajang Sumantri

RI dan India dalamSimbiosis Mutualisme

PT Bank Internasional Indo-nesia Tbk (BII) menargetkan pertumbuhan kredit di atas 30% pada akhir 2010. Sampai November 2010 lalu, pertum-buhannya hampir mencapai target yang diinginkan.

“Tercapailah. Sampai No-vember saja hampir 30%,” ungkap Dirut BII Ridha Wi-rakusumah seusai acara BII Appre ciation Night for Media 2010 di Jakarta, Jumat (12/10).

Ia mengatakan pertumbuhan tersebut didapat secara merata pada semua segmen, terutama korporat, usaha kecil dan me-nengah (UKM) atau komersial, serta konsumer.

Pada September 2010 lalu, BII sudah menyalurkan kredit Rp50,8 triliun atau bertumbuh 39,18% jika dibandingkan de-ngan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp36,5 triliun. Pertumbuhan kredit konsumer memberikan kontribusi terbe-sar, yaitu 43%, diikuti kredit ke UKM atau komersial dan korporasi masing-masing se-

besar 38% dan 36%.Untuk tahun depan, Ridha

menargetkan pertumbuhan yang konservatif yaitu 20%. Menurutnya, BII akan terus me-ngedepankan kedua kekuatan lini bisnisnya, yaitu customer service dan hubungan nasabah.

“Kami kuat di customer service nomor satu di semua kategori, dari reliability, assurance, know-ledge, empathy. Biasanya bank ada nomor satu di sini, di sana, kami kebetulan semuanya.”

Selain itu, lanjutnya, BII be-rencana menambah inovasi baru dari segi teknologi dan produk. Ridha mengungkap-kan pihaknya akan mengandal-kan value chain dalam menjual produk-produknya.

“Value chain cukup dikenal, misalnya ada perusahaan men-jual ke partnernya. Kami masuk ke partnernya itu,” jelasnya.

Sementara itu, terkait dengan aksi korporasi BII, ia mengaku belum mengetahui rencana dari pemegang saham, termasuk rencana Maybank (pemegang

saham mayoritas BII) menjual saham publik yang dibelinya pada 2008 lalu. Sebelumnya, Bapepam-LK memberi perpan-jangan waktu kepada Maybank untuk melepas saham BII terse-but hingga 1 Juni 2011.

“Ada extention 6 bulan. Kami sedang mempelajari untuk menuruti itu, sekarang sudah fl oat 2,5% dari 20% seharusnya. Berarti ada 17,5% lagi. Belum tahu persis kapan dilakukan,” katanya.

Dalam acara BII Apprecia-tion Night for Media 2010 tersebut, BII mengumumkan hasil Lomba Menulis dan Foto untuk Wartawan. Lomba itu ditujukan untuk artikel dan foto yang telah dimuat di media massa dari 1 Januari hingga 12 November 2010.

”Kami percaya hasil karya rekan-rekan media dapat mem-berikan kontribusi pemikiran dan memperkaya khazanah yang bermanfaat khususnya di bidang ekonomi perbankan,” ungkap Ridha. (*/E-5)

PEMERINTAH dan parlemen berlomba dengan waktu terkait penyelesaian Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Meski tinggal menyisakan hari, pembahasan masih belum memperlihatkan titik terang.

Menurut Ketua Komisi XI dan anggota Panitia Kerja (Pan-ja) RUU OJK DPR Harry Azhar Azis, belum ada kesepakatan atas tafsir sifat dan posisi OJK. Khususnya posisi OJK yang in-dependen dan di luar pemerin-tah seperti amanat UU 3/2004 tentang Bank Indonesia (BI). Pemerintah tetap berkeinginan ada ‘tangannya’ dalam dewan komisioner OJK melalui dua anggota ex-offi cio.

“Lobi Panja dengan Menkeu tadi malam sepakat meng-endapkan perbedaan ini dan konsultasikan ke induknya masing-masing. Bila sampai Senin besok (hari ini) tidak ada kesepakatan, bisa dipas-tikan RUU OJK tidak dapat diselesaikan akhir Desember karena DPR reses 17 Desember

2010 hingga 9 Januari 2011,” tuturnya melalui pesan singkat, kemarin.

Sementara itu, meski pemba-hasan RUU OJK masih dilaku-kan, BI bersikukuh dilibatkan dalam pengawasan perbankan yang akan menjadi ranah OJK. Setidaknya, BI berharap masih bisa mengawasi lembaga ke-uangan sistemik.

“Ketika terjadi gangguan di sektor keuangan, pasti berdam-pak langsung ke sektor mone-ter. Sehingga tugas bank sentral memantau kondisi sektor ter-sebut, termasuk ke bank,” ujar Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah.

Lembaga keuangan sistemik ialah lembaga yang berpe-ngaruh besar terhadap sektor keuangan. Misalnya, memiliki tingkat keterhubungan dan saling tergantung dengan bank lain. Di Indonesia, ada 14 bank besar yang masuk kategori ini dengan penguasaan aset di atas 80% dari total aset perbankan.

Selain itu, BI juga tengah me-

nyiapkan paket kebijakan per-bankan khususnya pengawasan. Rencananya, pengawasan akan lebih antisipatif sebelum bank masuk status pengawasan in-tensif atau khusus.

“Sistem pengawasan terha-dap bank-bank akan diubah, kita akan terus melakukan prediksi dan tidak menunggu bank itu sakit,” katanya.

Sementara itu, Badan Penga-was Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) tetap memaksakan penyelesaian pembahasan RUU OJK ini. Bahkan, penyelesaian revisi Undang-Undang Pasar Modal (UU PM) harus dikorbankan dan kembali molor untuk ke-sekian kalinya.

“Bukan sesuatu yang kita khawatirkan UU Pasar Modal. Artinya amendemen UU Pasar Modal memang sesuatu yang harus kita lakukan, tapi itu tidak ada kaitannya dengan masalah krisis,” kata Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany. (AW/Atp/Ant/E-5)

PEMERINTAH mengungkap-kan infl asi sepanjang 2010 dapat mencapai 6,4%. Tekanan harga bahan pokok membuat tingkat infl asi tersebut melampaui tar-get dari pemerintah atau Bank Indonesia (BI) pada tahun ini.

“Infl asi akan melebihi target 6%, sekitar 6,1% hingga 6,4%,” kata Menteri Keuangan (Men-keu) Agus Martowardojo di Jakarta, akhir pekan lalu.

Adapun asumsi infl asi oleh pemerintah dalam APBN-P 2010 adalah 5,3%. Sementara itu, target infl asi dari BI adalah 5% plus minus 1%.

Menurut Menkeu, tingginya tekanan infl asi disebabkan ke-naikan harga-harga bahan pokok menjelang akhir tahun. Selain itu, perayaan Natal dan Tahun Baru akan mendorong laju infl asi di bulan terakhir 2010 ini.

Lebih lanjut, ia menilai infl asi akan menjadi tantangan yang perlu diperhatikan otoritas fi skal dan moneter pada 2011. Oleh karena itu, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan BI untuk menjaga laju infl asi pada tahun depan.“Tantangan ada-lah infl asi, kita akan koordinasi dengan BI.”

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan, hingga November 2010, laju infl asi ta-hun kalender (Januari-Novem-ber 2010) telah mencapai 5,98%. Sementara itu, laju infl asi ta-hunan (November 2010 jika di-bandingkan dengan November 2009) mencapai 6,33%.

Menurut Rusman, penyebab dominan naiknya infl asi adalah meningkatnya harga-harga ko-moditas bahan pokok, terutama

beras dan minyak goreng.BPS pun mengingatkan, un-

tuk meredam laju infl asi, pe-merintah perlu melakukan intervensi di kedua komoditas tersebut. Dari catatan BPS, ke-lompok bahan makanan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan porsi 0,38%.

Adapun tantangan pemerin-tah dalam mengendalikan laju infl asi pada tahun depan akan kian berat dengan adanya kebi-jakan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Jika DPR menyetujui, pemerin-tah berencana mulai melakukan pembatasan pada 1 Januari 2011. Pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam memprediksi pembatasan pemakaian BBM bersubsidi akan menyumbang-kan infl asi 0,9%. (Mad/E-3)

Pertumbuhan Kredit BIIDekati Target

Alami KebuntuanPembahasan OJK Terancam

Target Meleset, Inflasi 2010 bakal Capai 6,4%

ANTARA/ROSA PANGGABEAN

DOK. TELKOM

MI/SUMARYANTO

KERJA SAMA INDONESIA-INDIA: Pengunjung melihat berbagai mesin industri dalam pameran Manufacturing Indonesia Series 2010, Plastic and Rubber Indonesia 2010, dan Propak Indonesia Series 2010 di JIExpo, Jakarta, beberapa waktu lalu. Indonesia dan India tengah menyiapkan kerja sama bilateral komprehensif di bidang perdagangan barang dan jasa, investasi, dan kerja sama teknik.

PERUSAHAAN TEPERCAYA: Director of Compliance and Risk Management Telkom Prasetio menerima penghargaan dari Chairman of The Indonesian Institute for Corporate Governance G Suprayitno (kanan) sebagai perusahaan tepercaya di Jakarta, akhir pekan lalu.

PAZIA SHOP: Pazia Shop Manager Vemmy Lestari (kiri), President Director of Pazia Shop Yuliasiae Sulistiyawati, dan Sales Distribution General Manager Kurniawan Susanto memperagakan penggunaan PC Touch pada pembukaan Pazia Shop di FX Plaza, Jakarta, Sabtu (11/12).