ANTARA/M RISYAL HIDAYAT Pembekuan Ahmadiyah Terus … fileLaolly seusai rapat kerja dengan Menteri...

1
ANTARA/NINO HALEN TETAP BERDIRI: Anggota DPR dari Fraksi PKB Lily Wahid tetap berdiri saat voting pengambilan suara hak angket perpajakan dalam Rapat Paripurna DPR di Jakarta, Selasa (22/2) malam. DEWAN Perwakilan Rakyat (DPR) menilai konsep reformasi bi- rokrasi belum satu paradigma di kalangan kementerian/lembaga. Program reformasi birokrasi sering kali hanya dimaknai sebagai pemberian remunerasi atau sebatas tunjangan kinerja. “Reformasi birokrasi itu bukan hanya soal remunerasi. Bahwa ada masalah dalam gaji pegawai, itu memang benar. Tapi salah besar jika hanya mengartikan reformasi birokrasi sebatas pemberian remunerasi,” ujar anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDIP Yassona Laolly seusai rapat kerja dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi EE Mangindaan di Gedung DPR, Jakarta, kemarin. Saat menjawab hal itu, Mangindaan mengakui selama 2011 ter- dapat 20 kementerian atau lembaga yang telah menyampaikan pengajuan reformasi birokrasi di lembaganya. Meski begitu, se- bagian besar usulan tersebut dikembalikan karena lebih berorientasi pada usulan remunerasi. Ia sepakat jika reformasi birokrasi bukan terletak pada pemberian remunerasi saja. (NA/P-2) Definisi Rahasia Negara Harus Jelas BATASAN dan denisi rahasia negara masih menjadi perdebatan antara kelompok masyarakat dan pemerintah. Hal itu terlihat dari bertolak belakangnya RUU tentang Rahasia Negara yang sudah disiapkan pemerintah dan usulan RUU yang sudah disiapkan dari kalangan masyarakat. “Misalnya saja informasi publik yang terkait dengan pertahanan, keamanan, intelijen, dan persandian yang ditutup aksesnya untuk sementara demi kepentingan keamanan nasional yang sesuai de- ngan prosedur undang-undang,” papar Amdy Hamdani dari LSM IDSPS dan Koalisi Masyarakat Sipil di Jakarta, kemarin, dalam peluncuran RUU tentang Rahasia Negara versi masyarakat sipil. Perlunya batasan jelas soal rahasia negara juga dikemukakan oleh pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti. Menurutnya, persoalan rahasia negara perlu denisi jelas, apalagi jika menyangkut soal anggaran negara. “Rahasia negara sangat penting, tidak semua bisa dibuka ke publik. Tapi soal anggaran negara, apakah itu rahasia atau tidak? Publik kan berhak tahu penggunaan uang yang sudah diserahkannya kepada negara,” ujarnya. (*/P-2) Tidak Ada Bukti Suap ke Bibit-Chandra TERDAKWA kasus dugaan percobaan suap terhadap pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ari Muladi menolak dak- waan yang dijatuhkan jaksa penuntut umum. Pada eksepsinya di hadapan majelis hakim yang diketuai oleh Nani Indrawati, Ari melalui kuasa hukumnya, Sugeng Teguh Santoso, menegaskan pihaknya tidak pernah mencoba menyuap pimpinan KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah maupun menggagalkan penyidikan yang dilakukan KPK. “Apa yang didakwakan tidak sesuai tindak pidana yang dilaku- kan dan didakwakan,” ungkap Sugeng di Pengadilan Tipikor Jakarta, kemarin. Dijelaskannya, Pasal 15 dan Pasal 21 UU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang disangkakan kepada Ari tidak tepat. Pasalnya, pada dakwaan tidak menjelaskan bahwa Ari telah mem- berikan uang kepada Bibit dan Chandra. Ari sebelumnya didakwa mencoba memberi suap pimpinan dan penyidik KPK. (ED/P-2) pada masjid, musala, lembaga pendidikan, dan lain-lain de- ngan identitas JAI; dan meng- gu nakan atribut JAI dalam segala bentuknya. Keputusan Gubernur Jatim itu kontan saja menuai protes dari pengikut Ahmadiyah. Ketua Forum Komunikasi Cendeki- awan Jemaat Ahmadiyah Jatim Hamid Ahmad saat dihubungi mengatakan kebijakan itu sangat diskriminatif. Sebagai sebuah organisasi, menurutnya, JAI Jatim sudah berbadan hukum sejak lama. “Badan hukum kami belum dicabut lalu ada keputusan seperti ini. Ini sangat diskrimi- tentang Larangan Aktivitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Jawa Timur. Ikut hadir dalam penerbitan SK Kapolda Jatim Irjen Badro- tin Haiti, Ketua MUI Jatim KH Abdussomad, Kajati Jatim Tau- k, dan Pangdam V Brawijaya Mayjen Gatot Nurmantyo. Menurut Soekarwo, larangan aktivitas jemaat Ahmadiyah itu terbit semata-mata hanya untuk menjaga keamanan dan keter- tiban di Jatim, bukan dilandasi oleh diakui tidaknya ajaran Ah- madiyah di Indonesia. “Untuk pembubaran, itu wewenang pemerintah pusat ka rena masalah akidah dan ritual. Kami hanya melarang demi ketertiban umum dan keamanan masyarakat Jatim, jangan sampai muncul konik di Jatim,” ujarnya. Larangan itu sendiri meliputi empat hal, yaitu larangan me- nyebarkan ajaran Ahmadiyah secara lisan, tulisan, dan media elektronika; memasang papan nama organisasi JAI di tempat umum; memasang papan nama FAISHOL TASELAN S ETELAH Samarinda, Kalimantan Timur, dan Pandeglang, Banten, kini giliran Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) yang melarang jemaat Ahmadi- yah beraktivitas di daerah itu. Larangan itu mulai dari la- rangan penyebaran ajaran hing- ga pemasangan papan nama lembaga pendidikan yang be- raliasi ke Ahmadiyah. “Larangan ini dikeluarkan untuk menjaga ketertiban dan keamanan sebab keberadaan Ahmadiyah bisa memunculkan masalah di tengah masyarakat,” kata Gubernur Jatim Soekarwo kepada wartawan di Surabaya, kemarin, seusai meneken SK No 188/94/KPTS/013/2011 Pembekuan Ahmadiyah Terus Bermunculan Meski keberadaannya diakui dan dilindungi UU, jemaat Ahmadiyah dilarang keras beraktivitas. DINAMIKA Birokrasi cuma Berorientasi Gaji natif,” kata dia. Ditegaskannya, tidak ada yang berbeda secara prinsipiil antara Islam aliran Ahmadiyah dan aliran arus utama yang ada di Indonesia. “Nabi terakhir kami adalah Muhammad SAW. Kami juga menunaikan ibadah haji ke Mekah, kitab suci kami juga Alquran. Tidak ada yang beda,” katanya. Karena itu, dalam waktu dekat JAI Jatim akan membahas se- cara internal kebijakan Guber- nur Jatim itu. Di Jatim, jumlah pengikut Ahmadiyah sekitar 500 kepala keluarga. Mereka terse- bar di Surabaya, Kediri, Gresik, Banyuwangi, dan Malang. Mendagri mendukung Saat ditemui di kesempatan terpisah, Menteri Dalam Nege- ri Gamawan Fauzi mengaku mendukung lahirnya sejumlah aturan kepala daerah itu kare- na dinilai sejalan dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri. “Kalau keputusannya terkait dengan penguatan SKB atau ada peraturan gubernur dan bupati dalam memperkuat SKB, justru itu malah bagus, karena dalam SKB ada penegasan-pe- negasan untuk pengawasan dan pembinaan. Nah, kalau dalam kerangka itu bagus. Tapi prin- sipnya jangan sampai melanggar UU,” ujar Gamawan kepada wartawan, kemarin. Ditambahkan oleh mantan Gubernur Sumatra Barat itu, masalah aturan yang melarang keberadaan Ahmadiyah itu harus dilihat secara kasus per kasus, jangan dilihat sebagai larangan keberadaan Ahmadi- yah secara keseluruhan. “Kita lihat dulu dalam konteks apa ini. Kita tidak bisa general- isasi. Kita harus baca aturannya seperti apa. Prinsip aturan itu tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Nah itu kita lihat isinya apa. Itu juga harus case by case karena tidak seluruh Indonesia sama, dan bentuknya seperti apa,” imbuh- nya. (CC/Wta/P-2) [email protected] PPP Evaluasi Kader Bolos Rapat Paripurna tegasnya. Sebanyak empat dari 12 ang- gota F-PPP yang tidak hadir dalam rapat paripurna ternyata tidak memiliki alasan yang jelas. Sedangkan delapan lainnya, izin untuk menghadiri kegiatan par- tai di daerah. Sementara itu, Sekjen DPP Par tai Kebangkitan Bangsa (PKB) Imam Nahrawi memasti- kan partai akan menentukan si- kap terhadap dua anggota DPR dari PKB, Lily Chodidjah Wahid dan Effendy Choirie. Dalam rapat paripurna pada 22 Februari, Lily dan Effendy Choirie berbeda pendapat de- ngan sikap fraksi dalam pengam- bilan keputusan terhadap usulan hak angket perpajakan. Mereka menerima usulan hak angket, sedangkan fraksi menolak. “Ini rapat pleno rutin untuk membahas masalah-masalah internal dan eksternal, mulai dari verikasi nasional mungkin juga terkait sikap kedua anggota Fraksi PKB,” ungkap Imam. Sejumlah elite F-PKB mengu- sulkan sanksi recall untuk kedua- nya karena menentang kebijakan fraksi dan partai. “Semua ke- mungkinan sanksi atau pengam- punan bisa saja terjadi, tergan- tung peserta rapat pleno nanti malam,” katanya. (NA/P-1) PARTAI Persatuan Pembangun- an (PPP) segera mengevaluasi anggota yang tidak hadir dalam Rapat Paripurna DPR pada 22 Februari yang mengandaskan usul hak angket maa pajak. Sekretaris F-PPP DPR Roma- hurmuziy di Jakarta, kemarin, menilai ketidakhadiran anggota bisa membahayakan kelang- sungan partai. “Meskipun dukungan F-PPP terhadap penolakan hak angket sejalan dengan garis kebijakan partai, DPP PPP tetap mengeva- luasi, mengingat rendahnya kehadiran anggota F-PPP,” kata dia. DPP PPP memutuskan untuk menugaskan Tim Pengawas Ki- nerja F-PPP untuk mengevalu- asi anggota PPP di DPR. Fraksi mencatat sebanyak 12 orang da- ri 38 anggota F-PPP yang absen dalam rapat paripurna itu. Artinya, hampir sepertiga ang- gota F-PPP tidak hadir saat pe- nentuan keputusan yang akhir- nya menolak usulan pengajuan hak angket tentang pajak. “Tim pengawas diminta mer- ekomendasikan kepada DPP bentuk sanksi yang tepat sesuai kadar kepentingan ketidakha- diran yang bersangkutan. Na- mun, diputuskan semuanya akan mendapatkan sanksi,” an parpol. “Mestinya UU Parpol itu ti- dak hanya sampai di situ, tapi juga berkaitan dengan desain sistem kepartaian yang mendu- kung. Substansi mengenai par- UU Parpol tidak Mendorong Kualitas Demokrasi substansi partai, tidak akan berpengaruh pada sistem kepar- taian. Namun, jika dijalankan dengan benar, verikasi dapat merampingkan jumlah partai. Mengenai sistem kepartaian, Syamsuddin Haris memaparkan beberapa problem mendasar yang membuat pemilu tidak pernah menjawab kebutuh- an masyarakat. Dalam sistem kepartaian Indonesia, kini ber- kembang sistem politik kartel. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya kompetisi antarparpol untuk saling memperjuangkan kebijakan atas dasar kepenting- an umum. (*/P-3) pol berbadan hukum, itu tidak mesti terpisah. Itu digabung saja,” jelasnya. Menurut Syamsuddin, sebuah partai dapat dikenai sanksi ke- tika mereka tidak menjalankan pendidikan politik dan kaderi- sasi secara benar. “Ini contoh saja, singkatnya belum diang- gap siap untuk pemilu. Lebih mudah untuk mengimplemen- tasikan sanksinya,” tukasnya. Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Center for Electoral Reform (Cetro) Hadar Nas Gumay juga menilai ve- rikasi yang diatur dalam UU 2/2011, jika tidak menyentuh jalan,” ujar peneliti senior Pusat Penelitian Politik LIPI Syam- suddin Haris seusai mengikuti sarasehan KPU bersama media massa, LSM dan ormas bertajuk Menyongsong Pemilu 2014 di Jakarta, kemarin. Syamsuddin menerangkan, kehadiran UU 2/2011 sebagai revisi UU 2/2008 tidak memfa- silitasi proses kaderisasi dan rekrutmen politik bagi setiap parpol yang telah berbadan hukum. Akibatnya, parpol yang lolos verikasi pemerintah me- nyusun daftar calon legislasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) atas dasar selera pimpin- KEBERADAAN UU 2/2011 ten- tang Partai Politik ternyata dini- lai belum mampu mendorong kualitas demokrasi. Pasalnya, aturan yang tercantum di UU itu tidak lebih hanya verikasi ad- ministrasi bukan kelembagaan parpol secara faktual seperti ka- derisasi dan rekrutmen politik. “UU 2/2011 ini tidak ada kemajuan, malah cenderung mundur. Saya sudah sampai- kan ini berkali-kali ke Komisi II. Kita harus mempermudah pembentukan parpol, tapi kita memperketat untuk sistem ke- partaian. Dampaknya adalah semua fungsi politik tidak ber- MELARANG AHMADIYAH: Gubernur Jawa Timur Soekarwo (kedua dari kiri) didampingi Kapolda Jatim Irjen Badrodin Haiti (kiri), Ketua DPRD Jatim Imam Sunardi, dan Pangdam V/Brawijaya Mayjen Gatot Nurmantyo (kanan) berbicara saat pertemuan dengan pimpinan redaksi media massa di Gedung Grahadi, Surabaya, kemarin. Dalam pertemuan itu Gubernur Jatim mengeluarkan surat keputusan berisi pembatasan kegiatan Ahmadiyah di Jatim. Syamsuddin Haris Peneliti LIPI MI/M SOLEH 3 SELASA, 1 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA P OLKAM Untuk pembubaran, itu wewenang pemerintah pusat karena masalah akidah dan ritual.’’ Soekarwo Gubernur Jatim ANTARA/M RISYAL HIDAYAT

Transcript of ANTARA/M RISYAL HIDAYAT Pembekuan Ahmadiyah Terus … fileLaolly seusai rapat kerja dengan Menteri...

ANTARA/NINO HALEN

TETAP BERDIRI: Anggota DPR dari Fraksi PKB Lily Wahid tetap berdiri saat voting pengambilan suara hak angket perpajakan dalam Rapat Paripurna DPR di Jakarta, Selasa (22/2) malam.

DEWAN Perwakilan Rakyat (DPR) menilai konsep reformasi bi-rokrasi belum satu paradigma di kalangan kementerian/lembaga. Program reformasi birokrasi sering kali hanya dimaknai sebagai pemberian remunerasi atau sebatas tunjangan kinerja.

“Reformasi birokrasi itu bukan hanya soal remunerasi. Bahwa ada masalah dalam gaji pegawai, itu memang benar. Tapi salah besar jika hanya mengartikan reformasi birokrasi sebatas pemberian remunerasi,” ujar anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDIP Yassona Laolly seusai rapat kerja dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi EE Mangindaan di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.

Saat menjawab hal itu, Mangindaan mengakui selama 2011 ter-dapat 20 kementerian atau lembaga yang telah menyampaikan pengajuan reformasi birokrasi di lembaganya. Meski begitu, se-bagian besar usulan tersebut dikembalikan karena lebih berorientasi pada usulan remunerasi. Ia sepakat jika reformasi birokrasi bukan terletak pada pemberian remunerasi saja. (NA/P-2)

Definisi Rahasia Negara Harus JelasBATASAN dan defi nisi rahasia negara masih menjadi perdebatan antara kelompok masyarakat dan pemerintah. Hal itu terlihat dari bertolak belakangnya RUU tentang Rahasia Negara yang sudah disiapkan pemerintah dan usulan RUU yang sudah disiapkan dari kalangan masyarakat.

“Misalnya saja informasi publik yang terkait dengan pertahanan, keamanan, intelijen, dan persandian yang ditutup aksesnya untuk sementara demi kepentingan keamanan nasional yang sesuai de-ngan prosedur undang-undang,” papar Amdy Hamdani dari LSM IDSPS dan Koalisi Masyarakat Sipil di Jakarta, kemarin, dalam peluncuran RUU tentang Rahasia Negara versi masyarakat sipil.

Perlunya batasan jelas soal rahasia negara juga dikemukakan oleh pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti. Menurutnya, persoalan rahasia negara perlu defi nisi jelas, apalagi jika menyangkut soal anggaran negara. “Rahasia negara sangat penting, tidak semua bisa dibuka ke publik. Tapi soal anggaran negara, apakah itu rahasia atau tidak? Publik kan berhak tahu penggunaan uang yang sudah diserahkannya kepada negara,” ujarnya. (*/P-2)

Tidak Ada Bukti Suap ke Bibit-ChandraTERDAKWA kasus dugaan percobaan suap terhadap pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ari Muladi menolak dak-wa an yang dijatuhkan jaksa penuntut umum. Pada eksepsinya di hadapan majelis hakim yang diketuai oleh Nani Indrawati, Ari melalui kuasa hukumnya, Sugeng Teguh Santoso, menegaskan pihaknya tidak pernah mencoba menyuap pimpinan KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah maupun menggagalkan penyidikan yang dilakukan KPK.

“Apa yang didakwakan tidak sesuai tindak pidana yang dilaku-kan dan didakwakan,” ungkap Sugeng di Pengadilan Tipikor Jakarta, kemarin.

Dijelaskannya, Pasal 15 dan Pasal 21 UU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang disangkakan kepada Ari tidak tepat. Pasalnya, pada dakwaan tidak menjelaskan bahwa Ari telah mem-berikan uang kepada Bibit dan Chandra. Ari sebelumnya didakwa mencoba memberi suap pimpinan dan penyidik KPK. (ED/P-2)

pada masjid, musala, lembaga pendidikan, dan lain-lain de-ngan identitas JAI; dan meng-gu nakan atribut JAI dalam segala bentuknya.

Keputusan Gubernur Jatim itu kontan saja menuai protes dari pengikut Ahmadiyah. Ketua Forum Komunikasi Cendeki-

awan Jemaat Ahmadiyah Jatim Hamid Ahmad saat dihubungi mengatakan kebijakan itu sangat diskriminatif.

Sebagai sebuah organisasi, menurutnya, JAI Jatim sudah berbadan hukum sejak lama. “Badan hukum kami belum dicabut lalu ada keputusan seperti ini. Ini sangat diskrimi-

tentang La rang an Aktivitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Jawa Timur.

Ikut hadir dalam penerbitan SK Kapolda Jatim Irjen Badro-tin Haiti, Ketua MUI Jatim KH Abdussomad, Kajati Jatim Tau-fi k, dan Pangdam V Brawijaya Mayjen Gatot Nurmantyo.

Menurut Soekarwo, larangan aktivitas jemaat Ahmadiyah itu terbit semata-mata hanya untuk menjaga keamanan dan keter-tiban di Jatim, bukan dilandasi oleh diakui tidaknya ajaran Ah-madiyah di Indonesia.

“Untuk pembubaran, itu we wenang pemerintah pusat ka rena masalah akidah dan ri tual. Kami hanya melarang demi ketertiban umum dan ke amanan masyarakat Jatim, jangan sampai muncul konfl ik di Jatim,” ujarnya.

Larangan itu sendiri meliputi empat hal, yaitu larangan me-nyebarkan ajaran Ahmadiyah secara lisan, tulisan, dan media elektronika; memasang papan nama organisasi JAI di tempat umum; memasang papan nama

FAISHOL TASELAN

SETELAH Samarinda, Ka limantan Timur, dan Pandeglang, Banten, ki ni giliran Pemerintah

Provinsi Jawa Timur (Jatim) yang melarang jemaat Ahmadi-yah beraktivitas di daerah itu.

Larangan itu mulai dari la-rangan penyebaran ajaran hing-ga pemasangan papan nama lem baga pendidikan yang be-rafi liasi ke Ahmadiyah.

“Larangan ini dikeluarkan un tuk menjaga ketertiban dan keamanan sebab keberadaan Ahmadiyah bisa memunculkan masalah di tengah masyara kat,” kata Gubernur Jatim Soekarwo kepada warta wan di Surabaya, kemarin, se usai meneken SK No 188/94/KPTS/013/2011

Pembekuan AhmadiyahTerus Bermunculan

Meski keberadaannya diakui dan dilindungi UU, jemaat Ahmadiyah dilarang keras beraktivitas.

DINAMIKABirokrasi cuma Berorientasi Gaji

natif,” kata dia.Ditegaskannya, tidak ada

yang berbeda secara prinsipiil an tara Islam aliran Ahmadiyah dan aliran arus utama yang ada di Indonesia. “Nabi terakhir kami adalah Muhammad SAW. Kami juga menunaikan ibadah haji ke Mekah, kitab suci kami juga Alquran. Tidak ada yang beda,” katanya.

Karena itu, dalam waktu dekat JAI Jatim akan membahas se-cara internal kebijakan Guber-nur Jatim itu. Di Jatim, jumlah pengikut Ahmadiyah sekitar 500 kepala keluarga. Mereka terse-bar di Surabaya, Kediri, Gresik, Banyuwangi, dan Malang.

Mendagri mendukungSaat ditemui di kesempatan

terpisah, Menteri Dalam Nege-ri Gamawan Fauzi mengaku men dukung lahirnya sejumlah aturan kepala daerah itu kare-na dinilai sejalan dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri.

“Kalau keputusannya terkait dengan penguatan SKB atau

ada peraturan gubernur dan bupati dalam memperkuat SKB, justru itu malah bagus, karena dalam SKB ada penegasan-pe-negasan untuk pengawasan dan pembinaan. Nah, kalau dalam kerangka itu bagus. Tapi prin-sipnya jangan sampai melanggar UU,” ujar Gamawan kepada wartawan, kemarin.

Ditambahkan oleh mantan Gu bernur Sumatra Barat itu, masalah aturan yang melarang keberadaan Ahmadiyah itu ha rus dilihat secara kasus per kasus, jangan dilihat sebagai larangan keberadaan Ahmadi-yah secara keseluruhan.

“Kita lihat dulu dalam konteks apa ini. Kita tidak bisa general-isasi. Kita harus baca aturannya seperti apa. Prinsip aturan itu tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Nah itu kita lihat isinya apa. Itu juga harus case by case karena tidak seluruh Indonesia sama, dan bentuknya seperti apa,” imbuh-nya. (CC/Wta/P-2)

[email protected] Evaluasi Kader Bolos Rapat Paripurna

tegasnya.Sebanyak empat dari 12 ang-

gota F-PPP yang tidak hadir dalam rapat paripurna ternyata tidak memiliki alasan yang jelas. Sedangkan delapan lainnya, izin untuk menghadiri kegiatan par-tai di daerah.

Sementara itu, Sekjen DPP Par tai Kebangkitan Bangsa (PKB) Imam Nahrawi memasti-kan partai akan menentukan si-kap terhadap dua anggota DPR dari PKB, Lily Chodidjah Wahid dan Effendy Choirie.

Dalam rapat paripurna pa da 22 Februari, Lily dan Effe n d y Choirie berbeda pendapat de-ngan sikap fraksi dalam pengam-bilan keputusan terhadap usulan hak angket perpajakan. Mereka menerima usulan hak angket, sedangkan fraksi menolak.

“Ini rapat pleno rutin untuk membahas masalah-masalah internal dan eksternal, mulai dari verifi kasi nasional mungkin juga terkait sikap kedua anggota Fraksi PKB,” ungkap Imam.

Sejumlah elite F-PKB mengu-sulkan sanksi recall untuk kedua-nya karena menentang kebijakan fraksi dan partai. “Semua ke-mungkinan sanksi atau pengam-punan bisa saja terjadi, tergan-tung peserta rapat pleno nanti malam,” katanya. (NA/P-1)

PARTAI Persatuan Pembangun-an (PPP) segera mengevaluasi anggota yang tidak hadir dalam Rapat Paripurna DPR pada 22 Februari yang mengandaskan usul hak angket mafi a pajak.

Sekretaris F-PPP DPR Roma-hurmuziy di Jakarta, kemarin, menilai ketidakhadiran anggota bisa membahayakan kelang-sung an partai.

“Meskipun dukungan F-PPP terhadap penolakan hak angket sejalan dengan garis kebijakan partai, DPP PPP tetap mengeva-lua si, mengingat rendahnya ke hadiran anggota F-PPP,” kata dia.

DPP PPP memutuskan untuk menugaskan Tim Pengawas Ki-nerja F-PPP untuk mengevalu-asi anggota PPP di DPR. Fraksi mencatat sebanyak 12 orang da-ri 38 anggota F-PPP yang absen dalam rapat paripurna itu.

Artinya, hampir sepertiga ang-gota F-PPP tidak hadir saat pe-nentuan keputusan yang akhir-nya menolak usulan pengajuan hak angket tentang pajak.

“Tim pengawas diminta mer-ekomendasikan kepada DPP bentuk sanksi yang tepat sesuai kadar kepentingan ketidakha-diran yang bersangkutan. Na-mun, diputuskan semuanya akan mendapatkan sanksi,”

an parpol. “Mestinya UU Parpol itu ti-

dak hanya sampai di situ, tapi juga berkaitan dengan desain sistem kepartaian yang mendu-kung. Substansi mengenai par-

UU Parpol tidak Mendorong Kualitas Demokrasisubstansi partai, tidak akan berpengaruh pada sistem kepar-taian. Namun, jika dijalankan dengan benar, verifi kasi dapat merampingkan jumlah partai.

Mengenai sistem kepartai an, Syamsuddin Haris mema parkan beberapa problem mendasar yang membuat pemilu tidak pernah menjawab kebutuh-an masyarakat. Dalam sistem kepartaian Indonesia, kini ber-kembang sistem politik kartel.

Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya kompetisi antarparpol untuk saling memperjuangkan kebijakan atas dasar kepenting-an umum. (*/P-3)

pol berbadan hukum, itu tidak mesti terpisah. Itu digabung saja,” jelasnya.

Menurut Syamsuddin, sebuah partai dapat dikenai sanksi ke-tika mereka tidak menjalankan pendidikan politik dan kaderi-sasi secara benar. “Ini contoh saja, singkatnya belum diang-gap siap untuk pemilu. Lebih mudah untuk mengimplemen-tasikan sanksinya,” tukasnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Center for Electoral Reform (Cetro) Hadar Nafi s Gumay juga menilai ve-rifi kasi yang diatur dalam UU 2/2011, jika tidak menyen tuh

jalan,” ujar peneliti senior Pusat Penelitian Politik LIPI Syam-suddin Haris seusai mengikuti sarasehan KPU bersama media massa, LSM dan ormas bertajuk Menyongsong Pemilu 2014 di Jakarta, kemarin.

Syamsuddin menerangkan, kehadiran UU 2/2011 sebagai revisi UU 2/2008 tidak memfa-silitasi proses kaderisasi dan rekrutmen politik bagi setiap parpol yang telah berbadan hukum. Akibatnya, parpol yang lolos verifi kasi pemerintah me-nyusun daftar calon legislasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) atas dasar selera pimpin-

KEBERADAAN UU 2/2011 ten-tang Partai Politik ternyata dini-lai belum mampu mendorong kualitas demokrasi. Pasalnya, aturan yang tercantum di UU itu tidak lebih hanya verifi kasi ad-ministrasi bukan kelembagaan parpol secara faktual seperti ka-derisasi dan rekrutmen politik.

“UU 2/2011 ini tidak ada ke majuan, malah cenderung mun dur. Saya sudah sampai-kan ini berkali-kali ke Komisi II. Kita harus mempermudah pembentukan parpol, tapi kita memperketat untuk sistem ke-partaian. Dampaknya adalah se mua fungsi politik tidak ber-

MELARANG AHMADIYAH: Gubernur Jawa Timur Soekarwo (kedua dari kiri) didampingi Kapolda Jatim Irjen Badrodin Haiti (kiri), Ketua DPRD Jatim Imam Sunardi, dan Pangdam V/Brawijaya Mayjen Gatot Nurmantyo (kanan) berbicara saat pertemuan dengan pimpinan redaksi media massa di Gedung Grahadi, Surabaya, kemarin. Dalam pertemuan itu Gubernur Jatim mengeluarkan surat keputusan berisi pembatasan kegiatan Ahmadiyah di Jatim.

Syamsuddin HarisPeneliti LIPI

MI/M SOLEH

3SELASA, 1 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA POLKAM

Untuk pembubaran, itu

we wenang pemerintah pusat ka rena masalah akidah dan ri tual.’’

SoekarwoGubernur Jatim

ANTARA/M RISYAL HIDAYAT