Anoreksia Nervosa
-
Upload
jualita-heidy-saputri -
Category
Documents
-
view
104 -
download
2
Transcript of Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosaDiposkan oleh sagita catur pamungkas di 14:41 Label: education n Knowledge
Setiap orang pasti menginginkan tubuh yang ideal dan memperhatikan setiap keadaan tubuhnya. Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangat concern atas pertambahan berat badan, terutama remaja putri, karena mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak, sehingga mudah untuk menjadi gemuk apabila mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi. Pada kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat langsing dan kurus karena beranggapan banhwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia, sukses, dan popular. Mereka sudah mempunyai suatu mind set bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka merasa tubuhnya gemuk, banyak lemak disana-sini, dan tidak sedap dipandang.Kebanyakan remaja memiliki masalah dengan body imagenya ini yang akhirnya memunculkan gangguan pada makan. Pandangan takut gemuk atau merasa terlalu gemuk ini membatasi makan dan terkadang tidak makan atau puasa. Akhirnya mereka tidak mau makan hingga menjadi kurus kering.Kelainan ini banyak terjadi di dalam masyarkat yang memuja bentuk tubuh yang kurus kering. Mereka terus-menerus malakukan diet mati-matian untuk mencapai tubuh yang kurus, yang pada akhirnya kondisi ini menimbulkan efek yang berbahaya yaitu kematian.
Anoreksia nervosa adalah suatu kelainan yang ditandai dengan perubahan gambaran tubuh, ketakutan yang luar biasa akan kegemukan, penolakan untuk mempertahankan berat badan yang normal dan hilangnya siklus mentruasi (pada wanita). Salah satu teori menyebutkan bahwa penyebabnya adalah karena para wanita merasa sangat tertekan dengan “kewajiban” untuk tampil kurus seperti yang dimunculkan oleh televisi dan majalah. Teori yang menunjuk adanya gangguan pada sebagian fungsi otak yang berkaitan dengan body image. rata-rata penderita anorexia lebih pintar menghitung kalori dibandingkan ahli nutrisi, dan sering sekali berkaca di cermin untuk melihat bentuk tubuhnyaPada anoreksia nervosa terjadi hilangnya nafsu makan atau terganggunya pusat nafsu makan. Hal tersebut disebabkan oleh konsep yang terputar balik mengenai konsep penampilan tubuh, sehingga penderita mempunyai rasa takut yang berlebihan terhadap kegemukan. Penderita anoreksia nervosa sadar mereka lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka, karena bisa berakibat meningkatnya berat badan. Berbeda dengan korban kelaparan, penderita anoreksia nervosa mampu menjaga kekuatan dan kegiatan sehari-hari mendekati normal. Tidak merasa lapar dan tidak cemas terhadap kondisinya.Istilah anoreksia secara harafiah artinya kehilangan nafsu makan. Definisi ini sedikit salah kaprah sebab penderita anoreksia sebenarnya
merasakan lapar namun menolak untuk makan. Penderita anoreksia sangat takut gemuk bahkan mereka tetap melihat dirinya gemuk padahal sudah sangat kurus. Mereka akan menolak makan dan melakukan olah raga yang berlebihan untuk menurunkan berat badan.Anoreksia Nervosa sering terjadi pada usia 14-18 tahun dan ada beberapa orang yang mengalaminya pada umur-umur yang lebih muda. Menurut penelitian pengidap gangguan ini 90-95% diderita oleh remaja putri dan banyak ditemukan pada golongan sosial-ekonomi menengah ke atas. Di beberapa tahun yang lalu, para dokter telah melihat meningkatnya jumlah penderita yang menderita anoreksia, beberapa di antaranya baru berusia 6 tahun. Banyak para ahli menyalahkan budaya "ukuran 0" dengan gadis-gadis model dan artis yang kurus tipis sebagai contoh modelnya. Mereka menjadi terobsesi dengan tubuh mereka sendiri dan seringkali melakukan diet-diet yang tak perlu karena mereka percaya mereka gemuk.Pada suatu saat, lebih dari 90,000 orang-orang Inggris akan dirawat akibat gangguan makan, dan mereka yang berusia diantara 14-25 tahun diyakini yang paling beresiko. Tetapi kondisi ini tidak selalu terlihat pada tahap-tahap awal jika para penderita menjadi pandai dalam menyembunyikan masalah mereka. Mereka akan sering berbohong pada orangtua dan teman-teman mereka, mengatakan bahwa mereka sudah makan untuk menghindari saat makan atau memakai pakaian-pakaian longgar untuk
menyembunyikan bentuk tubuh mereka.Angka-angka menunjukkan bahwa sampai 46% dari remaja-remaja putri mengkonsumsi terlalu sedikit zat besi, membuat mereka rentan menderita anemia, dimana mereka memiliki terlalu sedikit sel darah merah dan merasa lesu. Sebuah laporan resmi juga mendapati bahwa makanan-makanan mereka juga rendah dalam magnesium dan selenium, sebuah kekurangan yang dapat menyebabkan insomnia, sakit kepala parah dan suasana hati yang naik turun.Skala perawatan di rumah sakit akibat gangguan makan di Inggris :
Di bawah usia 18 tahun, tercatat 882 dari 2,579 dirawat di rumah sakit-rumah sakit di Inggris dalam waktu 12 bulan sampai bulan Juni.
Dari jumlah itu, 31-nya adalah anak-anak yang berusia dibawah 10 tahun, termasuk 11 anak laki-laki dan 367-nya adalah anak-anak berusia 10-14 tahun, diantaranya 50 anak laki-laki.
Di kelompok usia 15-19 tahun, terdapat 698 yang dirawat diantara anak perempuan dan 49 diantara anak laki-laki.
Tingkat kematian karena anoreksia terhitung tinggi. Karena itu, kelainan ini merupakan penyakit mental serius. Sekitar 20% kasus sifatnya fatal. Hanya sekitar 30% gadis remaja yang menderita anoreksia berhasil disembuhkan.Para peneliti di Belanda meneliti DNA 145 pasien anoreksia. Mereka menemukan bahwa 11 % dari
mereka mengalami mutasi genetik. Para ahli menemukan bukti bahwa anoreksia mungkin memiliki komponen genetik. Namun mutasi gen juga bisa berlaku untuk mendapatkan kelainan anoreksia ini, namun para ahli hanya memperkirakan terjadi sekitar 1 diantara 200.Dikutip dari GeniusBeauty, Jumat (13/8/2010) berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh peneliti dari Robert Koch Institute di tahun 2008 mengungkapkan bahwa setiap lima dari warga negara di Eropa yang berusia 11-17 tahun menunjukkan beberapa gejala gangguan makan. Hal ini menunjukkan sekitar 15 persen dari jumlah anak laki-laki atau laki-laki dewasa muda juga memiliki gejala tersebut. Sehingga penderita gangguan ini tidak hanya dari kalangan wanita saja.Tujuan dari tulisan ini dibuat selain untuk memenuhi tugas psikologi abnormal juga bisa memberikan kita pengetahuan yang lebih mendalam dari segala sesuatunya tentang Anorexia Nervosa sehingga bisa memberikan manfaat dan berguna untuk orang yang membacanya.
KAJIAN TEORI
A. ANOREKSIA NERVOSA
Anorexia adalah penyakit yang masih sulit dimengerti. Sebagian menyebutkan bahwa anorexia terjadi akibat tidak bekerjanya fungsi hypothalamus di bagian otak yang mengatur selera makan, keinginan untuk makan, gairah
seksual, dan menstruasi. Anoreksia adalah penyakit yang hingga hari ini sulit dimengerti dan masih jadi teka-teki bagi para pakar kesehatan. Sebagian menyebutkan bahwa anoreksia disebabkan tidak berfungsinya kelenjar hypothalamus di bagian otak, yang bertugas mengatur selera, keinginan untuk makan, gairah seksual dan menstruasi. Anorexia nervousa, suatu gangguan makan (eating disorder) yang melibatkan upaya yang keras untuk kurus dengan cara melaparkan diri. Penderita merasa tidak menarik, dengan postur tubuh yang dirasa terlalu gemuk. Oleh karena itu penderita anorexia akan makan dalam jumlah yang sangat sedikit dan berolahraga berlebihan untuk menjaga berat badan. Bahkan mereka merasa berdosa jika mengkonsumsi makanan. Mereka memilliki kebiasaan makan yang aneh, seperti menyisihkan makanan di piringnya, memotong –motong menjadi bagan kecil-kecil, mengunyah lambat-lambat, dan mnghindari makan bersama keluarga.Seperti gangguan psikologis lainnya, anorexia melibatkan interaksi yang kompleks dari berbagai faktor. Namun demikian, faktor yang paling signifikan adalah tekanan sosial yang dirasakan oleh wanita muda yang menyebabkan mereka mendasarkan self – worth pada penampilan fisik, terutama berat badan.1. Faktor Sosial.Penderita menemukan dukungan untuk tindakan mereka dalam masyarakat yang menekankan kekurusan dan latihan.. Tidak ada gambaran
keluarga yang spesifik untuk anoreksia nervosa. Walaupun begitu, ditemukan bukti yang menunjukkan pasien-pasien anoreksia nervosa mempunyai masalah yang berhubungan dengan keluarga dan penyakit mereka. Pasien anoreksia nervosa mempunyai sejarah keluarga yang depresi, ketergantungan alkohol, atau gangguan makan. Tetapi, faktor sosial memegang peran penting dimana penderita ingin menjadi kurus karena kegemukan, dianggap tidak menarik, tidak sehat, dan tidak diinginkan.2. Faktor Psikologis dan Psikodinamis.Anoreksia nervosa merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada remaja untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan fungsi sosial dan seksual. Biasanya mereka tidak mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh di bawah kendali orang tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Hanya memalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.3. Faktor Psikologis dan Psikodinamis.Anoreksia nervosa merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada remaja untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan fungsi sosial dan seksual. Biasanya mereka tidak mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh di bawah kendali orang tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan
sebagai orang yang unik dan khusus. Hanya memalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.4. Faktor SosiokulturalTekanan untuk mencapai stabdar kurus yang tidak realisitis, dikombinasikan dengan pentingnya faktor penampilan sehubungan dengan peran wanita dalam masyarakat, dapat menyebabkan wanita muda menjadi tidak puas dengan tubuh mereka sendiri (Stice, 2001).5. Faktor PsikososialKetidakpuasan terhadap tubuh dapat menghasilkan usaha – usaha yang maladaptif dengan melaparkan diri dan memuntahkan untuk mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang diinginkan.6. Faktor KeluargaGangguan makan, anoreksia nervosa sering jali berkembang dari adanya konflik dalam keluarga (Fairbun dkk, 1997; Wonderlich dkk, 1997). Beberapa remaja menggunakan penolakan untuk makan sebagai cara menghukum orang tua mereka karena perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan di rumah.Penderita anorexia memiliki citra tubuh yang menyimpang, yang merasa bahwa mereka akan kelihatan lebih baik bahkan bila mereka menjadi kurus kering. Penderita beranggapan bahwa kulit dan daging tubuhnya sebagai lemak yang harus dilenyapkan. Dengan tidak adanya lemak di tubuh penderita, menyebabkan kegiatan duduk dan berbaring merupakan kegiatan yang tidak
nyaman (karena terlalu kurus).Tanda- tanda penderita anorexia :a. Menolak mempertahankan berat badan normal dan cenderung untuk ingin lebih kurusb. Selalu ketakutan akna berat badan akan bertambah padahal kenyataannya berat badan mereka turun terus.c. Berhenti menstruasi 3 bulan berturut-turut padahal tidak hamild. Penderita sering mengeluh pusing e. Penderita anorexia sering mengalami tekanan darah rendahf. Mereka sering merasa kedinginan (karena hilangnya lemak tubuh.g. susah buang air besar (karena memang tidak ada lagi sisa yang disebabkan tidak adanya makanan yang cukup).h. Terjadi pembengkakan sendi.i. Penderita sulit tidur.j. Selanjutnya penderita akan menari diri dari teman, dan keluarganya dan memilih untuk menyendiri.Penyakit ini dapat bolak balik membaik kemudian memburuk, tatpi bisa juga semakin memburuk tanpa ada perbaikan sama sekali. Baahkan dapat menmbulkan kematian.
B. ANOREKSIA NERVOSA PADA REMAJA
Anoreksia nervosa merupakan gangguan jiwa khas remaja dibawah usia 25 tahun, terutama menimpa perempuan selama masa remaja dan hanya sekitar 5 persen penderita anoreksia laki-laki remaja. Kabanyakan remaja yang menderita
gangguan ini adalah remaja dari keluarga-keluarga berpendidikan tinggi dan berpenghasilan menengah ke atas. Anoreksia nervosa, pada hakikatnya adalah suatu jenis gangguan obsesi-kompulsi (pikiran atau keyakinan yang sangat kuat tentang suatu hal yang diikuti dengan kecenderungan untuk terus menerus melakukan hal tersebut) yang khas, yaitu penderita remaja mempunyai obsesi ingin langsing tetapi obsesinya ini sangat ekstrem, sehingga penderita menolak makan, dan menggelitik kerongkongannya sendiri agar agar muntah. Remaja yang menderita gangguan makan ini melibatkan upaya kerasa untuk kurus dengan cara melaparkan diri. Akibatnya, badannya makin lama makin kurus dan bisa diakhiri dengan kematian. Walaupun penderita anoreksia menghindar dari makan, mereka memiliki minat besar pada makanan:1. mereka memasak untuk orang lain2. mereka berbicara soal makanan3. mereka berkeras untuk menonton orang lain makan.Para remaja yang menderita anoreksia memiliki citra tubuh yang menyimpang, yang merasa bahwa mereka akan kelihatan lebih baik jika menjadi kurus kering. Ketika upaya melaparkan diri berlanjut dan kandungan lemak tubuh menurun kesuatu batas minimum, maka menstruasi pada remaja akan berhenti.Biasanya remaja yang menderita anorexia memang sudah mempunyai riwayat sulit makan. Akan tetapi anoreksia nervosanya itu sendiri
lebih disebabkan oleh kegagalan remaja (penderita) untuk memenuhi tuntutan sosialnya atau adanya gangguan dalam hubungan dengan anggota keluarga, dan sebagainya. Ini mendorong remaja sampai kepada konsep diri yang keliru tentang keadaan fisiknya.
Terdapat pula faktor-faktor penyebab anoreksia nervosa pada remaja:
1. Faktor sosialFaktor yang paling sering mendorong remaja melaparkan diri ialah tren tubuh kurus yang digemari akhir-akhir ini. Karena remaja lebih mudah terpengaruh oleh tren-tren terkini.2. Faktor psikologisMeliputi motivasi untuk menarik perhatian, keinginan akan individualitas, penolakan seksualitas, dan cara mengatasi kekangan orang tua (penderita terkadang memiliki keluarga yang memberi tuntutan yang tinggi bagi mereka untuk berprestasi).3. Faktor fisiologisBerfokus pada hipotalamus, yang menjadi abnormal dalam banyak hal ketika remaja menjadi penderita anoreksia. Perbedaan antara anorexia nervosa dengan tubuh yang kurus akibat keturunan, kurang gizi, atau penyakit adalah bahwa pada kekurusan tubuh yang lain tidak terdapat obsesi untuk menjadi kurus (remaja yang lain malah ingin gemuk), tidak terdapat kompulsi (tingkah laku berulang-ulang) menolak makan dan membuat
diri sendiri muntah dan tidak terdapat gangguan fisik.
KASUS
KASUS I
Saya Sari mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Usia saya 19 tahun, saya bingung dengan kebiasaan yang saya lakukan tiga tahun belakangan ini. Sejak saya usia 17 tahun saya merasa badan saya terlalu gemuk dan makan terlalu banyak. Pada mulanya saya mengikuti kontes "ratu-ratuan" di kampus, pada saat itu saya tidak masuk nominasi. Teman-teman mengatakan bahwa saya terlalu gemuk untuk menang, biarpun wajah dan postur tubuh saya cukup mendukung. Semenjak itu kebiasaan makan saya berubah. Saya makan sedikit sekali untuk mencapai berat badan ideal, bahkan sesekali saya tidak makan sama sekali seharian. Kebiasaan itu terus berlangsung sampai sekarang. Teman-teman mengatakan bahwa saya sudah kurus, tetapi tetap saja saya tidak yakin dan masih terus mengurangi makan.Selama ini keadaan saya terlihat baik-baik saja, tidak seorangpun mengetahui ketakutan saya akan kegemukan. Orang tua saya tidak mengetahui, karena selama kuliah saya kost, dan pulang ke rumah seminggu sekali. Kekhawatiran saya mulai timbul setelah selama dua bulan ini saya tidak datang bulan, padahal saya masih sendiri. Selain itu badan saya terasa sangat lemas dan sudah beberapa hari tidak bisa buang
air besar. Padahal sebelumnya bila tidak bisa buang air, saya biasa memakan obat pencahar agar bisa buang air besar. Tetapi sekarang biar sudah memakan obat pencahar tetap saja sulit.Saya ingin menanyakan sebenarnya saya ini kenapa, dan bagaimana mengatasinya. Saya berusaha meyakinkan diri bahwa saya sehat, tetapi terasa ada yang salah dengan diri saya. Saya sering mendapat saran dari teman untuk tidak menurunkan berat badan lagi karena sudah sangat kurus. Tetapi setiap kali saya makan, saya berfikir saya akan gemuk dan itu sangat menakutkan bagi saya.
KASUS II
Jane berusia 15 tahun secara berangsur-angsur mengurangi makanan dari diet yang dilakukannya hingga ke titik di mana ia hidup hanya dengan saus apel dan eggnog (minuman telur kopyok). Ia menghabiskan waktu berjam-jam mengamati tubuhnya sendiri, membelitkan jari-jarinya keseputar pinggangnya untuk melihat apakah ia semakin kurus. Ia berkhayal menjadi seorang foto model yang cantik yang akan mengenakan pakaian renang perancang. Bahkan ketika berat badannya telah mencapai 85 pon (38,5 kilogram), Jane masih merasa gemuk. Ia terus menurunkan berat badan, pada akhirnya menyengsarakan tubuhnya sendiri. Ia dibawa kerumah sakit dan dirawat karena anoreksia nervosa.
PEMBAHASAN
Gangguan kecemasan merupakan sebuah penyakit mental yang serius yang ditandai dengan perasaan cemas yang besar dan berlebihan. Seperti, perasaan ketakutan berlebihan, jantung berdebar lebih keras, nafas tersenggal, berkeringat, tarikan nafas pendek, mudah merasa pusing, dan perasaan tidak tenang. Gangguankecemasan ini merupakan salah satu penyebab dari timbulnya masalah yang sepertinya tidak rasional untuk dilakukan.
Pada kasus pertama, seorang mahasiswi yang pernah mengikuti “kontes keratuan” merasa bingung akan kejadian yang menimpanya belakangan. Sejak ia mendengar perkataan temannya jika ia tidak lolos dari kontes ratu-ratu dikarenakan ia terlalu gemuk untuk kontes tersebut. Maka ia dengan seketika merubah kebiasaan makannya menjadi sangat sedikit. Dia takut dan merasa cemas akan berat badan yang terus naik. Yang dialami oleh Mahasiswi ini bisa jadi bahwa ia terkena Anoreksia Nervosa. Anoreksia Nervosa berarti tidak memiliki hasrat untuk makanan. Jadi bisa kemungkinan bahwa mahasiswi tersebut tidak memiliki hasrat untuk makan karena ia cemas jika berat badannya bertambah. Ada kemungkinan jika perkataan teman-temannya mempengaruhi sikapnya tersebut. Factor-faktornya bisa karena :1. Faktor Psikososial Dimana individu sering kali merasa kecewa pada diri mereka ketika gagal mencapai standar tinggi mereka yang tidak mungkin dicapai. Diet yang ekstrem dapat memberikan perasaan bisa
mengontrol dan kebebasan yang lebih besar daripada yang didapat dari aspek kehidupan lainnya (Shafran & Mansell, 2001). Jadi berusaha bersikap perfeksionis dan berjuang mencapai prestasi yang tinggi (Halmi dkk, 2000). Jadi Mahasiswi tersebut merasa bahwa dia belum cukup prefeksionis dengan apa yang ia miliki dengan bentuk tubuhnya.2. Faktor Sosial Kultural
Teoritikus sosiokultural menitik beratkan pada tekanan sosial dan harapan dari masyarakat pada wanita muda sebagai kontributor terhadap perkembangan gangguan makan (Bempoard, 1996; Stice, 1994). Jadi bisa memungkinkan jika mahasiswi tersebut tidak ada hasrat untuk makan dikarenakan tekanan sosial yang dialami. Seperti cerita pada kasus tersebut, jika ia mulai berubah sejak teman-temannya berkata bahwa ia tidka lolos kontes karena terlalu gemuk.3. Faktor Psikologis dan psikodinamisKelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Jadi Mahasiswi tersebut secara tersirat jika ia bekeinginan untuk mendapat pengakuan jika ia juga tidak gemuk dan layak untuk ikut kontes.Sedangkan pada kasus ke dua ditemui hal serupa. Seorang gadis yang masih belia, Jane, dinyatakan oleh dokter mengidap penyakit Anoreksia setelah ia melakukan pengurangan jatah makan hingga berkurang menjadi 85 pon. Dan akhirnya Jane dirawat di rumah sakit.
Obsesinya menjadi seorang model, bahkan menjadi sorang model pakaian renang dari seorang perancang. Kasus jane ini hampir mirip dengan kasus yang dialami oleh mahasiswi dari PTN swasta di Jakarta. Hanya saja ia tidak dikarenakan dari perkataan orang-orang sekitar, tetapi dikarenakan oleh standar perfeksionis.1. Faktor PsikososialDimana individu sering kali merasa kecewa pada diri mereka ketika gagal mencapai standar tinggi mereka yang tidak mungkin dicapai. Diet yang ekstrem dapat memberikan perasaan bisa mengontrol dan kebebasan yang lebih besar daripada yang didapat dari aspek kehidupan lainnya (Shafran & Mansell, 2001). Jadi berusaha bersikap perfeksionis dan berjuang mencapai prestasi yang tinggi (Halmi dkk, 2000). Jadi gadis tersebut mencoba untuk berpenampilan menarik dengan menjadi kurus. Sehingga ia bisa menjadi model dari perancang baju renang.2. Faktor Psikologis dan psikodinamisKelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Jadi Jane ingin terlihat unik dan menarik dengan penampilan yang kurus, yang danggapnya sebagai bentuk yang ideal.Gangguan makan bisa muncul semenjak remaja dan masalah gangguan tersebut kebanyakan terjadi pada saat remaja dibandingkan dewasa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Anorexia nervosa, suatu gangguan makan
(eating disorder) yang melibatkan upaya yang keras untuk kurus dengan cara melaparkan diri. Anoreksia nervosa merupakan gangguan jiwa khas remaja dibawah usia 25 tahun, terutama menimpa perempuan selama masa remaja dan hanya sekitar 5 persen penderita anoreksia laki-laki remaja. Kabanyakan remaja yang menderita gangguan ini adalah remaja dari keluarga-keluarga berpendidikan tinggi dan berpenghasilan menengah ke atas.
Tanda- tanda penderita anorexia, menolak mempertahankan berat badan normal dan cenderung untuk ingin lebih kurus, selalu ketakutan akna berat badan akan bertambah padahal kenyataannya berat badan mereka turun terus, berhenti menstruasi 3 bulan berturut-turut padahal tidak hamil, penderita sering mengeluh pusing , penderita anorexia sering mengalami tekanan darah rendah, mereka sering merasa kedinginan (karena hilangnya lemak tubuh., susah buang air besar (karena memang tidak ada lagi sisa yang disebabkan tidak adanya makanan yang cukup), terjadi pembengkakan sendi., penderita sulit tidur., selanjutnya penderita akan menari diri dari teman, dan keluarganya dan memilih untuk menyendiri. Banyak Factor-faktor penyebab anorexia, Faktor sosial, psikososial, psikologis, dan fisiologis.Pada kasus pertama mahasiswi, positif mengudap anorexia nervosa dikarenakan dia terobsesi memiliki tubuh yang ideal padahal dia sudah memiliki tubuh yang propsional. Untuk kasus yang kedua, Jane, dinyatakan oleh dokter
mengidap penyakit anorexia nervosa dan butuh perawatan karena dia selalu mengininkan tubuh yang kecil dan cemas jika berat badannya naik, sehingga dia secara terus-menerus mengurangi asupan makanannya. Untuk penanganan anorexia, dilakukan suatu rencana pengobatan yang menyeluruh, termasuk perawatan di rumah sakit jika diperlukan dan terapi individual serta keluarga adalah dianjurkan. Gabungan psikoterapi individu dan keluarga. Menggunakan pendekatan terapi kognitif yang difokuskan pada pasien yang terobsesi menjadi kurus, kepercayaan diri yang rendah, dan dichotomous thinking, seperti gendut lawan kurus, benar lawan salah, otonomi lawan independent, Farmakoterapi, banyak diberikan oleh physician jika pasien telah mengalami perbaikan setelah 6 bulan, setelah pasien di rawat. DAFTAR PUSTAKA
Davidson, G.C., Neale, J.M., & Kring, Ann M. 2000. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Permata. (Jum’at,30-09-2011)
Santrock, John.W.2002.Life Span Development jilid II.Jakarta.Erlangga (Jum’at,30-09-2011)
Sarwono, S.W.2002.Psikologi Remaja.Depok: Rajawali Pers (Kamis,29-09-2011)
M. Ninik Handayani 10 Mar, 2010 http://keluargacemara.com/kesehatan/anoreksia-pada-remaja-putri.html (Selasa,27-09-2011)
yanoear_46.blogspot.com diunduh 27 september 2011
http://yumizone.wordpress.com/2009/07/22/anoreksia-nervosa/ (Rabu,28-09-2011)
http://www.medicalera.com/arsip.php?thread=1665 (Rabu,28-09-2011)
http://kupukupudanpelangi.blogspot.com/2011/07/anoreksia-tubuh-kurus.html (Selasa,27-09-2011)
http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel.asp (Jum’at,30-09-2011)
www.kaskus.com (Rabu,28-09-2011)
http://www.psikologizone.com/anoreksia-nervosa-gangguan-makan/06511647
Anoreksia Nervosa, Gangguan MakanSenin, 3 Mei 2010 · 12:33 WIB
Ilustrasi
Istilah anoreksia berarti hilangnya selera makan, dan nervosa mengidentifikasikan bahwa hilangnya
selera makan tersebut memiliki sebab emosional. Istilah ini kurang tepat melihat pada gangguan ini
penderita tidak mengalami kehilangan selera makan atau selera mereka terhadap makanan. Dalam
buku Psikologi Abnormal oleh G.C.Davidson dkk, pada tahun 2000, berikut ini adalah beberapa
penegakan diagnosis dalam kriteria untuk anoreksia nervosa:
1.Orang bersangkutan menolak untuk mempertahankan berat badan normal. Penurunan berat badan
biasanya dilakuan melalui diet, muntah dengan sengaja dan olahraga berlebihan dapat menjadi
gambaran anoreksia nervosa.
2.Mereka sangat takut bila berat badannya bertambah, dan rasa takut tersebut tidak berkurang
dengan turunnya berat badan. Mereka tidak pernah merasa sudah cukup kurus.
3.Mereka memiliki pandangan menyimpang terhadap tubuh mereka. Bahkan dalam kondisi kurus
mereka tetap merasa bahwa mereka kelebihan berat badan atau beberapa bagian tubuh gemuk.
Mereka biasanya mengecek berat badan mereka dengan menimbangnya, mengukur berbagai bagian
tubuh, dan mengamati secara kritis tubuh mereka di cermin. Harga diri mereka terkait dengan
menjaga tubuh mereka tetap kurus.
4.Pada perempuan, kondisi tubuh yang sangat kurus menyebabkan amenorea, yaitu berhentinya
periode mentruasi. Dari keempat kriteria diagnostik tampaknya kriteria keempat adalah kriteria yang
kurang penting, melihat para perempuan ada yang mengalaminya dan juga tidak dalam anoresksia
nervosa.
DSM-IV membedakan dua tipe anoreksia nervosa. Dalam tipe terbatas, penurunan berat badan
dicapai dengan sangat membatasi asupan makan. Sedangkan pada tipe makan berlebihan-
pengurasan, orang secara rutin juga makan tetapi kemudian mengeluarkannnya. Berbagai
perbedaaan ini memperkuat validitas pemisahannya.
Anoreksia nervosa umumnya timbul pada awal remaja hingga pertengahan remaja, sering kali timbul
setelah suatu episode diet dan terjadinya stres kehidupan.Kondisi ini terjadi pada perempuan sekitar
10 kali lebih banyak dari pada laki-laki.
Anoreksia Nerovosa dan Depresi
Anoreksia nervosa dapat memacu terjadinya depresi dan mengundang ketertarikan beberapa
penelitian atas kejadian ini. Kedua gangguan ini juga dapat memiliki diathesis yang sama atau
penyebab lingkungan yang sama. Berbagai studi mengatakan bahwa adanya diathesis genetik dalam
penderita anoreksia, sehinga bila penderita mengalami anoreksia maka keluarga akan beresiko tinggi
menderita depresi. Disisi psikologis, penderita mengalami stres dalam hidup, mereka cenderung
mengartikan dengan cara yang menimbulkan kondisi emoasional negatif.
Perubahan fisik pada anoreksia nervosa
Melaparkan diri sendiri dan penggunaan obat pencahar menimbulkan berbagai konsekuensi biologis
yang tidak dikehendaki pada para pasien anoreksia nervosa. Tekanan darah sering kali turun, denyut
jantung menurun, system pencernaan menjadi bermasalah. Abnormal EEG dan hendaya neurologis
sering terjadi pada para pasien anoreksia. Perubahan struktur otak, seperti rongga yang meluas atau
pelebaran sulcal, juga dapat terjadi, namun dapat diperbaiki.
Prognosis
Sekitar 70% pasien anoreksia akhirnya dapat sembuh. Meskipun demikian, penyembuhan dapat
berlangsung selama 6 sampai 7 tahun, dan kekambuhan umum terjadi sebelum tercapainya pola
makan yang stabil dan dipertahankannya berat badan.
Penanganan gangguan makan
Perawatan rumah sakit yang kadang dijalani dengan terpaksa, seringkali diperlukan untuk menangani
pasien anoreksia agar asupan makanan pasien dapat ditingkatkan secara bertahap dan dipantau
dengan teliti. Pada anoreksia, perlu untuk diberikan intervensi biologis dan psikologis.
Penanganan biologis
Karena anoreksia nervosa sering kali komorbid dengan depresi, gangguan ini ditangani dengan
berbagai antidepresan. Fluoksetin lebih memberikan hasil dibandingkan dengan plasebo untuk
mengurangi makan berlebihan dan muntah, juga mengurangi depresi dan sikap yang menyimpang
terhadap makanan dan makan. Sayanganya, hal itu tidak terlalu berhasil. Hanya memulihkan berat
badan tanpa mengurangi gejala-gejala anoreksia.
Penanganan psikologi anoreksia nervosa
Terapi bagi anoreksia secara umum diyakini sebagai suatu proses dua tahap. Tahap pertama, adalah
tujuan jangka pendek yang membantu pasien menambah berat badan untuk mencegah komplikasi
medis dan kemungkinan kematian. Program operant conditioning cukup berhasil untuk menambah
berat badan dalam jangka pendek. Sedangkan tujuan jangka panjang memiliki dampak yang kurang
bisa berhasil secara reliable dalam penanganan berat badan.
Daftar Pustaka:
Davidson, G.C., Neale, J.M., & Kring, Ann M. 2000. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Permata.
http://yumizone.wordpress.com/2009/07/22/anoreksia-nervosa/
ANOREKSIA NERVOSAPosted on Juli 22, 2009 by yumizone
1. I. PENDAHULUAN
Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangatconcern atas pertambahan
berat badan, terutama remaja putri, karena mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak, sehingga
mudah untuk menjadi gemuk apabila mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi. Pada kenyataannya
kebanyakan wanita ingin terlihat langsing dan kurus karena beranggapan banhwa menjadi kurus akan membuat
mereka bahagia, sukses, dan popular. Remaja dengan gangguan makan memiliki masalah dengan body
imagenya. Artinya mereka sudah mempunyai suatu mind set ( pemikiran yang sudah terpatri di otak ) bahwa
tubuh mereka tidak ideal. Mereka merasa tubuhnya gemuk, banyak lemak disana-sini, dan tidak sedap
dipandang.1
Anoreksia nervosa adalah suatu kelainan yang ditandai dengan perubahan gambaran tubuh, ketakutan yang luar
biasa akan kegemukan, penolakan untuk mempertahankan berat badan yang normal dan hilangnya siklus
mentruasi (pada wanita). Penderita yang umumnya terjadi pada remaja putri biasanya mengalami gangguan
makan, berupa aktifitas untuk menguruskan badan dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja
melalui control yang ketat.2
Pada anoreksia nervosa terjadi hilangnya nafsu makan atau terganggunya pusat nafsu makan. Hal tersebut
disebabkan oleh konsep yang terputar balik mengenai konsep penampilan tubuh, sehingga penderita
mempunyai rasa takut yang berlebihan terhadap kegemukan. Penderita anoreksia nervosa sadar mereka lapar
namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka, karena bisa berakibat meningkatnya berat badan.
Berbeda dengan korban kelaparan, penderita anoreksia nervosa mampu menjaga kekuatan dan kegiatan sehari-
hari mendekati normal. Tidak merasa lapar dan tidak cemas terhadap kondisinya.3
Takut gemuk atau merasa terlalu gemuk ini terutama terjadi pada wanita, sehingga membatasi makan dan
terkadang tidak makan atau puasa. Akhirnya tidak mau makan hingga penderita kurus kering. Kelainan ini
banyak terjadi di dalam masyarkat yang memuja bentuk tubuh yang kurus kering. Mereka terus-menerus
malakukan diet mati-matian untuk mencapai tubuh yang kurus, yang pada akhirnya kondisi ini menimbulkan efek
yang berbahaya yaitu kematian .2 penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada 10% penderitanya.3
Pada penderita anorekasia nervosa dapat menurunkan berat badannya antara 25 – 50 % dari berat badan
sebenarnya. Dampak fisik yang umumnya terjadi penderita adalah kehilangan selera makan, hingga tidak mau
mengkonsumsi apapun, lemah tidak bertenaga, sulit berkonsentrasi dan terjadi gangguan mentruasi. Namun
dampak psikis juga terpengaruhi, seperti mempunyai perasaan tidak berharga,sensitiv mudah tersinggung atau
marah, mudah merasa bersalah, kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain, tidak percaya diri,
cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya, minta perhatian orang lain, dan depresi. Dampak fisik
maupun psikis yang terjadi akibat gangguan makan tersebut memerlukan pertolongan segera dari psikolog,
dokter, ahli gizi, dan tentu saja orang tua.1
1. II. DEFENISI
Defenisi anorekasi nervosa menurut DSM-IV adalah :4,5
1. Menolak mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan normal minimal menurut usia dan
tinggi badan (misalnya, menurunkan berat badan untuk mempertahankan berat badan kurang dari 85%
yang diharapkan; atau kegagalan untuk menaikan berat badan yang diharapkan selama periode
pertumbuhan, menyebabkan berat badan kurang dari 85% dari yang diharapkan).
2. Ketakutan yang kuat mengalami kenaikan berat badan atau menjadi gemuk, walaupun sesungguhnya
memiliki berat badan kurang.
3. Gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri; berat badan atau bentuk
badan yang tidak pantas atas dasar pemeriksaan sendiri, atau menyangkal keseriusan berat badannya
yang rendah.
4. Pada wanita pascamenarki, amenore yaitu tidak ada sekurangnya tiga siklus menstruasi berturut-turut
(seorang wanita dianggap mengalami amenore jika periodenya timbul hanya setelah pemberian
hormon, misalnya, estrogen).
1. III. EPIDEMIOLOGI
Gangguan makan dalam berbagi bentuk telah dilaporkan pada sampai 4% pelajar remaja dan dewasa
muda.4 Sekitar 95% penderita adalah wanita, kelainan ini biasanya terjadi pada masa remaja dan terkadang
pada masa dewasa. Anoreksia nervosa diperkirakan terjadi pada kira-kira 0,5 sampai 1% gadis remaja.
Biasanya menyerang orang-orang golongan social ekonomi menenngah ke atas.3 Gangguan ini terjadi 10
sampai 20 kali lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki. Lebih sering pada Negara yang maju, dan
mungkin ditemukan dengan frekuensi tertinggi pada wanita muda yang profesinya memerlukan kekurusan ,
seperti model dan penari balet.4
1. IV. ETIOLOGI
Faktor biologis, social, dan psikologis adalah terlibat dalam penyebab anoreksia nervosa. 4
1. Faktor biologis
Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimia, beberapa diantaranya juga ditemukan pada depresi,
seperti hiperkortisolemia dan nonsupresi oleh deksametason. Terjadi penekanan fungsi tiroid, amenore, yang
mencerminkan penurunan kadar hormonal. Kelainan tersebut dapat dikoreksi dengan pemberian makanan
kembali.
1. Faktor social
Penderita menemukan dukungan untuk tindakan mereka dalam masyarakat yang menekankan kekurusan dan
latihan. Tidak berkumpul dengan keluarga adalah spesifik pada anoreksia nervosa. Pasien dengan anoreksia
nervosa kemungkinan memiliki riwayat keluarga depresi, ketergantungan alcohol, atau suatu gangguan makan.
1. Faktor psikologis dan psikodinamis
Anoreksia nervosa tampaknya merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada remaja untuk menjadi lebih
mandiri dan meningkatkan fungsi social dan seksual. Biasanya mereka tidak mempunyai rasa otonomi dan
kemandirian, biasanya tumbuh di bawah kendali orang tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self
starvation)mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebgai orang yang unik dan khusus. Hanya
memalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat mengembangkan rasa otonomi dan
kemandirian.
1. V. GAMBARAN KLINIS 6
1. Ada 2 macam subtype dari anoreksia nervosa yang didasarkan atas metode-metode yang
digunakan untuk mengkontrol berat badan, yaitu :
1. Mengkontrol pengurangan berat badan dengan mengkonsumsi kalori yang sangat
rendah dan olah raga.
2. Terkadang terjadi bulimia diantara jarak makan, dan kelaparan dengan mempunyai
kebiasaan memuntahkan dan penggunaan laksan dan diuretic daripada
menggunakan obat penurun berat badan.
3. Gejala klinis/symptom
1. Gejala yang predominan adalah ketakutan yang sangat akan kenaikan berat
badan, sampai terjadi phobia terhadap makanan. Ketakutan terhadap
makanan disertai dengan penyalahartian dari body image; banyak pasien
merasa diri mereka sangat gendut, walaupun sebenarnya mereka sangat
kurus.
2. Banyak penderita anoreksia nervosa mempunyaiobsessive compulsive
behavior, misalnya mereka sering sekali mencuci tangan berulang-ulang,
pasien cenderung kaku dan perfeksionis yang mengarahkan pada diagnosis
gangguan kepribadian, seperti narcissisme, atau riwayat gangguan
kepribadian.
3. Penyesuaian seksual yang buruk
4. Penderita anoreksia nervosa biasanya menunjukan perilaku yang aneh
tentang makanan, seperti menyembunyikan makanan, membawa makanan
dalam kantong, saat makan mereka membuang makanan, memotong
makanan menjadi potongan kecil-kecil.
5. Gangguan tidur dan gangguan depresi pada umumnya.
6. Muntah yang dipaksakan
7. Biasanya aktifitas dan program olah raga yang berlebihan
1. Tanda Anoreksia nervosa
1. Menyamarkan kekurusan mereka dengan baju dan make-up
2. Kulit kering dan kering, rambut halus, dan alopesia ringan.
3. Subtype bulimia berat, seperti kehilangan enamel gigi karena asam lambung, ketika penderita
muntah. Bahkan terdapat scar pada dorsum akibat jari-jari yang dimasukan ke mulut untuk
memaksakan muntah.
4. Hypokalemi dan kelainan EKG
5. Kelainan neurology (seperti seizure dan neuropaty) dan anemia yang berhubungan dengan
kekurangan gizi dan kelaparan.
1. VI. DIAGNOSIS
Pedoman diagnostic Anoreksia Nervosa menurut PPDGJ-III adalah :7
- Mempunyai ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu dan atau
dipertahankan oleh penderita.
- Untuk suatu diagnosis yang pasti dibutuhkan semua hal seperti di bawah ini, yaitu:
Berat badan tetap dipertahankan 15% di bawah yang seharusnya ( baik yang berkurang maupun yang
tidak tercapai) atau Quetelet’s body mass index adalah 17,5% atau kurang.
Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindari makanan yang mengandung lemak
dan salah satu hal di bawah ini :o Merangsang muntah oleh dirinya sendiri
o Menggunakan pencahar
o Olah raga berlebihan
o Menggunakan obat penahan nafsu makan dan atau diuretika.
o Terdapat distorsi body image dalam psikopatologi yang spesifik dimana ketakutan gemuk
terus menerus menyerang penderita, penilaian yang berlebihan terhadap berat badan yang
rendah.o Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan hypothalamic-piyuitary-gonadal aksis,
dengan manifestasi pada wanita sebagai amenore dan pada pria suatu kehilangan minat dan
potensi seksual. Juga dapat terjadi kenaikan hormon pertumbuhan, kortisol, perubahan
metabolisme peripheral dari hormone tiroid, dan sekresi insulin abnormal.o Jika onset terjadinya pada masa prubertas, perkembangan prubertas tertunda atau dapat juga
tertahan. Pada penyembuhan, prubertas kembali normal, tetapi menarche terlambat.
- Pemeriksaan patologi dan laboratorium, tidak ada tes laboratorium tunggal yang mutlak mambantu
menegakan diagnosa anoreksia nervosa. Urutan uji saring laboratorium adalah diperlukan pada orang yang
memenuhi criteria anoreksia nervosa. Tes tersebut dapat berupa elektrolit serum dan tes fungsi ginjal, tes
glukosa, EKG, kadar kolesterol, test supresi deksametason, dan kadar karoten. Klinisi mungkin menemukan
penurunan hormon tiroid, penurunan glukosa serum, nonsupresi kortisol setelah deksametason, hipokalemia,
peningkatan nitrogen urea darah, dan hiperkolesterolemia.
1. VII. KOMPLIKASI MEDIS DARI GANGGUAN MAKAN
Berhubungan dengan penurunan berat badan :4
- Kaheksia : hilangnya lemak, massa otot, penurunan metabolisme tiroid (sindrom T3 rendah),
intoleransi dingin, dan sulit mempertahankan temperatur inti tubuh.
- Jantung : hilangnya otot jantung, jantung kecil, aritmia jantung, termasuk kontraksi premature atrium
dan ventrikel, perpanjangan transmisi berkas HIS (perpanjangan interval QT, bradikardia, takikardia ventricular,
kematian mendadak.
- Pencernaan-gastrointestinal: perlambatan pengosongan lambung, kembunng, konstiopasi, nyeri
abdomen.
- Reproduktif : Amenore, kadar leutenizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) yang
rendah.
- Dermatologis: lanugo (rambut halus tumbuh di seluruh tubuh), edema.
- Hematologys : leucopenia
- Neuropsikiatri : sensasi kecap yng abnormal ( mungkin karena defesiensi dari seng ), depresi apatetik,
gangguan kognitif ringan.
- Rangka osteoporosis.
Berhubungan dengan mencahar ( muntah dan penyalahgunaan laksatif)
- Metabolisme : kelainan elektrolit, terutama alkalosis hipokalemik, hipokloremik, dan hipomagnesimia.
- Pencernaan-gastrointestinal : peradangan dan pembesaran kelenjar liur dan pancreas, dengan
peningkatan amylase serum, erosi esophagus dan lambung, usus disfungsional dengan dilatasi haustra.
- Gigi: erosi enamel gigi, terutama bagian depan, dengan dengan kerusakan gigi yang bersanngkutan.
- Neuropsikiatrik : kejang (berhubungan dengan pergeseran cairan yang besar dan gangguan elektrolit),
neuropati ringan, kelelahan, dan kelemahan, gangguan kognitif lainnya.
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding anoreksia nervosa adalah dipersulit oleh penyangkalan pasien tentang gejalanya,
kerahasiaan di sekitar ritual makan pasien yang aneh dan penolakan pasien untuk mencari pengobatan. dibawah
ini adalah diagnosis banding untuk anoreksia nervosa.4
1. Anoreksia nervosa harus dibedakan dengan dengan kekurusan pada umumnya, terlalu kurus, tetapi
penurunan berat badannya kurang dari 15% berat badan normal. Pemikiran sekarang diperkirakan,
bahwa anoreksia nervosa adalah gangguan yang khusus, dan tidak mencerminkan penurunan berat
badan yang berlanjut.
2. Gangguan organic, seperti tumor otak yang melibatkan jaras hypothalamus-pituitary, penyakit Addison,
Diabetes Mellitus, dan gangguan gastrointestinal.
3. Gangguan psikologi, pada umumnya pasien depresi mengalami suatu penurunan nafsu makan,
sedangkan pada anoreksia nervosa mengaku memiliki nafsu makan yang normal dan merasa lapar.
Pada agitasi depresif, hiperaktifitas yang ditemukan pada anoreksia nervosa adalah direncanakan dan
merupakan ritual. Preokupasi dengan makanan yang mengandung kalori, resep makanan dan
persiapan pesta pencicipan makanan adalah tipikal pada pasien anoreksia nervosa dan tidak
ditemukan pada penderita gangguan depresif. Dan pada pasien dengan gangguan depresif tidak
memiliki ketakutan yang kuat akan kegemukan atau gangguan citra tubuh, seperti yang dimiliki oleh
pasien anoreksia nervosa.
4. Sekitar 50% penderita anoreksia nervosa ditemui ktiteria untuk diagnosis tersangka bulimia,
dinamakan bullimarexia atau bulimia nervosa sebagai variasi dari penyakit.
1. IX. PROGNOSIS 4
Pada umumnya prognosis adalah tidak baik. Pada mereka yang telah mencapai berat badan ideal kembali,
preokupasi dengan makanan dan berat badan sering kali terus terjadi, hubung social sering kali buruk, dan
banyak pasien mengalami depresi. Namun respon jangka pendek pien terhadap hamper semua program
pengobatan rumh sakit adalah baik. indikator suatu hasil yang baik adalah pengakuan rasa lapar, sedikit
penyangkalan, kurangn imaturitas, dan peningkatan harga diri.
1. X. TERAPI
Mengingat implikasi psikologi dan medis anoreksia nervosa yang sulit, suatu rencana pengobatan harus
menyeluruh, termasuk perawatan di rumah sakit jika diperlukan dan terapi individual serta keluarga adalah
dianjurkan. Pendekatan perilaku, interpersonal, dan kognitif pada beberapa kasus medikasi harus
dipertimbangkan. 4,5,6
1. Perawatan di rumah sakit. Clinical harus memutuskan pasien mana yang harus diberi perawatan di
rumah sakit, dan yang tidak harus.
1. i. kehilangan energi yang banyak, pada umumnya, pasienanoreksia nervosa yang berada
20% di bawah berat badan yang diharapkan untuk tinggi badannya adalah dianjurkan untuk
program rawat inap, dan pasien yang berada 30% di bawah berat badan yang diharapkan
memerlukan perawatan rumah sakit psikiatrik yang terentang dari dua sampai 6 bulan..
2. ii. Hypokalemi (<3 meg/L) atau EKG mengalami perubahan akibat meningkatnya
potassium.
3. iii. Lingkaran muntah, dan pengurangan makanan yang tidak dapat diputuskan.
4. i. Assessment yang berhati-hati dan penatalaksanaan masalah kesehatan dan gangguan
kejiwaan lainnya.
5. ii. Modifikasi perilaku lainnya untuk usaha peningkatan berat badan, seperti :
1. tirah baring dengan pengawasan konsumsi makanan sebagai langkah awal untuk
setiap pasien. Frekuensi pemberian makan 5-6 kali, dengan kalori 1500 – 2000 kalori
yang ditingkatkan secara bertahap, biasanya diberikan makanan yang sama selama
sehari sehingga pasien tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang besar
sekali makan.
2. keinginan untuk menaikan berat badan harus disesuaikan dengan pendidikan pasien
3. setiap pagi pasien harus ditimbang setiap pagi, setelah mengosongkan kandung
kemihnya dan sebelum sarapan
4. mengkuatkan kembali keinginan pasien untuk meningkatkan berat badannya.
5. jika pasien tidak lagi tirah baring, pasien harus diawasi selama 2 jam setelah makan.
Hal ini dilakukan agar pasien tidak memuntahkan makanannya.
6. Pemberian makan secara paksa dilakukan jika pasien mengalami penurunan berat
badan yang drastic, dan membahayakan jiwa pasien.
7. i. Cyproheptadine hydrochloride, merupakan antagonis antihistamine dan
serotonin, telah terbukti efektif sebagai stimulus untuk pasien anoreksia nervosa yang
mempunyai sedikit efek samping. Dosis harian adalah 8mg peroral dan dinaikan
32mg/hari pada akhir minggu kedua.
8. ii. Amitrypline, dimulai dengan dosis 50mg/hari dan dinaikan perlahan-lahan
sampai 150mh/hari. Obat ini terbukti bermanfaat untuk pasien anoreksia nervosa,
biasanya pasien mengalami panaikan berat badan, biasanya digunakan untuk pasien
dengan gangguan depresi.
9. iii. Alprazolam, 0,25mg, setiap 1 jam sebelum makan, diperuntukan untuk
pasien yang mengalami anxietas yang berat.
1.
1. Kriteria untuk perawatan di rumah sakit, apabila terdapat satu tanda di bawah ini:
1.
1. Dasar perawatan di rumah sakit berdasarkan :
1.
1. Farmakoterapi diberikan jika ada gangguan jiwa, seperti depresi, atau kecemasan
1.
1. Keikutsertaan keluarga diberikan untuk pasien yang dengan perawatan di rumah, digunakan
untuk memeriksa interaksi di antara anggota keluarga dan kemungkinan tujuan sekunder dari
gangguan tersebut bagi pasien.
2. Perawatan setelah rumah sakit
1. Gabungan psikoterapi individu dan keluarga
2. Menggunakan pendekatan terapi kognitif yang difokuskan pada pasien yang terobsesi menjadi
kurus, kepercayaan diri yang rendah, dandichotomous thinking, seperti gendut lawan kurus,
benar lawan salah, otonomi lawan independent.
3. Farmakoterapi, banyak diberikan oleh physician jika pasien telah mengalami perbaikan setelah
6 bulan, setelah pasien di rawat.
XI. KESIMPULAN
Anoreksia nervosa adalah suatu bentuk ketakutan yang kuat mengalami kenaikan berat badan atau menolak
untuk mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan normal minimal menurut usia dan tinggi
badan, dan mengalami gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri. Sehingga
menimbulkan bermacam komplikasi yang serius bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu
penderita anoreksi nervosa membutuhkan pengobatan medis dan psikis yang menyeluruh, yaitu perawatan di
rumah sakit jika diperlukan, terapi individual serta keluarga.
Anoreksia nervosaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Anoreksia Nervosa
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
"Nona A" - gambar tahun 1866 dan 1870 setelah perawatan. Dia adalah salah satu
penderita pertama kasus Anorexia nervosa. Didapatkan dari naskah medis Sir
William Gull.
ICD-10 F50.0-F50.1
ICD-9 307.1
OMIM 606788
DiseasesDB 749
eMedicine emerg/34 med/144
MeSH D000856
Anoreksia nervosa (AN) adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk
mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat
badan akibat pencitraan diri yang menyimpang. Pencitraan diri pada penderita AN dipengaruhi oleh bias
kognitif (pola penyimpangan dalam menilai suatu situasi) dan memengaruhi cara seseorang dalam berpikir
serta mengevaluasi tubuh dan makanannya. AN merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan
komponenpsikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada penderitanya ditemukan peningkatan
rasioenzim hati ALT dan GGT,[1] hingga disfungsi hati akut[2] pada tingkat lanjut.[3]
Seseorang yang menderita AN disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum)anorektik. Istilah ini
sering kali namun tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis kehilangan nafsu
makan.
Anorektik dapat juga menunjuk ke obat penahan nafsu.
[sunting]Rujukan
1. ^ (Inggris)"Prevalence and Predictors of Abnormal Liver Enzymes in Young Women with Anorexia
Nervosa". Harvard-MIT Division of Health Sciences and Technology, Harvard Medical School, Division
of Adolescent Medicine, General Clinical Research Center, Division of Gastroenterology and Nutrition,
Division of Endocrinology, Children’s Hospital Boston; Hiu-fai Fong, Amy D. DiVasta, Diane DiFabio,
Julie Ringelheim, Maureen M. Jonas, dan Catherine M. Gordon. Diakses pada 11 Oktober 2010.
2. ^ (Inggris)"Acute liver damage in anorexia nervosa". Department of Clinical and Experimental
Medicine, University of Padua; Di Pascoli L, Lion A, Milazzo D, Caregaro L.. Diakses pada 11 Oktober
2010.
3. ^ (Inggris)"Severe acute liver damage in anorexia nervosa: two case reports".Interuniversity Center for
Obesity and Eating Disorders, Department of Clinical and Experimental Medicine; De Caprio C, Alfano
A, Senatore I, Zarrella L, Pasanisi F, Contaldo F.. Diakses pada 11 Oktober 2010.