Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke...

30
Annual Report 2011 Sentra Advokasi untuk Hak Pendidikan Rakyat S S A A H H d d R R Menggugah Publik, Untuk Partisipasi di Sekolah

Transcript of Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke...

Page 1: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Annual Report2011Sentra Advokasi untuk Hak Pendidikan Rakyat

SSAAHHddRR

Menggugah Publik,Untuk Partisipasi di Sekolah

Page 2: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Daftar isiPendidikan Partisipatif; Bak Membangkit-Bangkit Batang Terendam │Rendahnya

Partisipasi Dalam Tahapan APBS │

Mahalnya Biaya Pendidikan │

Keterbukaan Informasi oleh Badan Publik │ Membangun Partisipasi untuk

Perbaikan Pelayanan Pendidikan │Pendidikan Partisipatif │ Membangun

Partisipasi di Daerah Pinggiran │ Partisipasi Dalam Pengelolaan Sekolah │

Partisipasi Dalam Kebijakan Pendidikan │ Mendorong Keterbukaan Informasi Publik

│ Tentang SAHdaR │

Page 3: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Pengalokasian 20 persen APBN untukpendidikan, dan kampanye sekolah gratisoleh pemerintah telah membuat citrayang sangat baik di tengah masyarakat.Apalagi pemenuhan hak pendidikandihiasi dengan segenap program-programbantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM,DAK untuk Pendidikan, dan bantuanlainnya. Akan tetapi besarnya anggaran itusebanding dengan peningkatan jumlahkasus korupsi pendidikan. Fenomena inimenunjukkan bahwa banyaknya programdan anggaran pendidikan, seiring denganpeningkatan kasus korupsi, yangdisebabkan transparansi dan partisipasiyang rendah. Jadi minimnya partisipasidapat menghambat pemenuhan hakpendidikan, peningkatan mutu pedidikan,dan peningkatan kesejahteraan guru.

Padahal jika melihat sejarah, perjuangankemerdekaan juga dilakukan denganpenyelenggaraan pendidikan yangpartisipatif. Salah satunya adalah SarekatIslam School (SI School). SI School adalahsekolah yang berhaluan kerakyatan, dandilaksanakan untuk kepentingan rakyatkelas bawah. SI School mengambil garisyang berbeda dengan sekolah pemerintahatau HIS Gouvernement. Dengan memilihhaluan kerakyatan, SI School tidak hanyamengajarkan keterampilan kepada anak-anak untuk memenuhi kebutuhan hidup,tetapi juga mengajarkan kewajiban

terhadap rakyat jelata. Kewajibanterhadap rakyat kelas bawah yang tidakterdidik dan yang tertindas berartikewajiban untuk membebaskan merekadari belenggu kolonial. Maka, jelaslahbahwa pendidikan yang dilaksanakan olehSI berseberangan dengan kepentinganpenjajahan. SI School dilaksanakan untukkepentingan rakyat dan kemerdekaanbangsa dari penjajahan.

SI School lahir dari rakyat dandilaksanakan untuk kepentingan rakyat. SISchool menunjukkan patron pendidikanyang diselenggarakan atas partisipasi dandukungan dari rakyat, dilaksanakn sesuaidengan kebudayaan, ciri khas, dan tujuanbersama suatu masyarakat. SI sebagaimodel pendidikan partisipatif, sangatakomodatif terhadap kebutuhan rakyat,dan dikelola secara terbuka untukkepentingan bersama.

Jika belajar dari sejarah tersebut, kondisisaat ini cukup memprihatinkan karenarendahnya kepedulian masyarakatterhadap penyelenggaraan pendidikan.

Pendidikan partisipatif; “bak membangkit-bangkit batangterendam”

Page 4: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Hari ini sekolah menjadi institusi yangterisolasi dari masyarakatnya. Kultursekolah tidak lagi mencirikan kebudayaanmasyarakat yang khas. Sekolah tidak lagimenjadi representasi kebudayaan dansejarah lokal suatu masyarakat dalam satuwilayah geografis yang unik. Sementarapengelolaan sekolah, sunyi dari riuhrendah kritik, saran, dan peran sertaorangtua murid maupun masyarakatdilingkungannya.

Ihwal rendahnya partisipasi inisebenarnya merupakan dampak darikebijakan pada satu masa. Bahwamasyarakat yang peduli, serta sejarahpembentukan negara yang melalui jalanperjuangan panjang, dapat diubah karenasuatu kebijakan. Dampak ini bermula sejakorde baru digulirkan. Dalam bidangpendidikan diterbitkan instruksi presidenuntuk membangun Sekolah Dasar. Seiringdengan itu, penguasa orde baru jugamelakukan pelarangan terhadapperkumpulan-perkumpulan, komunitasatau sejenis organisasi, atau setiap forum,rapat, dan atau musyawarah. Penguasapada waktu itu menuduhkan PKI atauperbuatan makar untuk melakukanpembenaran atas pelarangan tersebut.

Dampaknya hingga saat ini, masyarakattidak terbiasa untuk berpartisipasi dalampenyeleggaraan pemerintahan danpelayanan publik. Masyarakat juga tidakmembudayakan peduli, tidak merasamenjadi bagian serta memberikan

perhatian dan kontrol terhadappenyelenggaraan pelayanan publik.Sehingga masyarakat terpisah daripengelolaan negara atau birokrasipemerintahan.

Dalam logika tindak pidana korupsi,manajemen yang tertutup atau terpisahdari pemangku kepentingan ini sangatmenguntungkan para pelaku korupsi,sehingga keadaan ini dipertahankan.Begitu juga dalam pengelolaan sekolah,rendahnya partisipasi dan transparansijuga dipertahankan atas suatukepentingan para praktisi pendidikan yangkorup.

Oleh karena itu, usaha pemenuhan hakpendidikan berarti juga perlawananterhadap korupsi pendidikan.Membangun kembali partisipasi—yangtelah hilang—dalam penyelenggaraanpendidikan berarti menempatkan kembalipendidikan sebagai institusi sosial ditengah masyarakat. Jadi partisipasibukanlah hal yang baru dan asing,melainkan prinsip yang telah dilupakandan ditinggalkan. Dengan kata lain,membangun partisipasi yang telah lamahilang ibarat membangkit-bangkit batangterendam.

TR. Arif Faisal

Koodinator Eksekutif

Page 5: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

PengaturanArus KasSekolah

Tertutup,PenunjukanLangsung (DAK)

Bendahara sekolah tidak berperan

Laporan tidak dapatdiakses masyarakat

Guru & Pegawai tidak tahu APBS

Wewenang Mutlak Kepsek

Dibuat oleh Oknum Dinas

Penerimaan Sekolah tidak Diketahui

Mark Up

Rekanan ditentukan Dinas Pend

Tidak ada pengawasan masyarakat

Kewenangan penuh Kep.Sekolah

Tidak ada mekanisme pelaporankepada masyarakat/orangtua

Tidak ada pengawasan oleh guru

Tidak ada evaluasi oleh stakeholder

Laporan hanya kepada Dinas Pendidikan

Rendahnya partisipasi dalam tahapan APBS di sekolahDalam manajemen yang tertutup, terjadi di beberapa titik penting, yang seharusnya melibatkanbeberapa pihak di sekolah dalam setiap tahapan penggunaan anggaran sekolah.

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

PenentuanRekanan

Pengadaanbarang dan

Jasa

PerumusanAPBS

Pelaporan APBS

PengaturanArus KasSekolah

PelaksanaanKegiatan

Rutin Sekolah

Tertutup,PenunjukanLangsung (DAK)

Bendahara sekolah tidak berperan

Laporan tidak dapatdiakses masyarakat

Guru & Pegawai tidak tahu APBS

Wewenang Mutlak Kepsek

Dibuat oleh Oknum Dinas

Penerimaan Sekolah tidak Diketahui

Mark Up

Rekanan ditentukan Dinas Pend

Tidak ada pengawasan masyarakat

Kewenangan penuh Kep.Sekolah

Tidak ada mekanisme pelaporankepada masyarakat/orangtua

Tidak ada pengawasan oleh guru

Tidak ada evaluasi oleh stakeholder

Laporan hanya kepada Dinas Pendidikan

Rendahnya partisipasi dalam tahapan APBS di sekolahDalam manajemen yang tertutup, terjadi di beberapa titik penting, yang seharusnya melibatkanbeberapa pihak di sekolah dalam setiap tahapan penggunaan anggaran sekolah.

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Tertutup,PenunjukanLangsung (DAK)

Bendahara sekolah tidak berperan

Laporan tidak dapatdiakses masyarakat

Guru & Pegawai tidak tahu APBS

Wewenang Mutlak Kepsek

Dibuat oleh Oknum Dinas

Penerimaan Sekolah tidak Diketahui

Mark Up

Rekanan ditentukan Dinas Pend

Tidak ada pengawasan masyarakat

Kewenangan penuh Kep.Sekolah

Tidak ada mekanisme pelaporankepada masyarakat/orangtua

Tidak ada pengawasan oleh guru

Tidak ada evaluasi oleh stakeholder

Laporan hanya kepada Dinas Pendidikan

Rendahnya partisipasi dalam tahapan APBS di sekolahDalam manajemen yang tertutup, terjadi di beberapa titik penting, yang seharusnya melibatkanbeberapa pihak di sekolah dalam setiap tahapan penggunaan anggaran sekolah.

Page 6: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Titik rawan korupsi dana pendidikan

Rendahnya partisipasi dalam pengelolaan dana sekolah, menyebabkan rendahnyatransparansi yang pada gilirannya berujung pada korupsi. Korupsi dana pendidikan acapkaliterjadi pada beberapa program bantuan, seperti BOS, BOMM, dan DAK. Berikut inidigambarkan titik-titik yang berpotensi dan rawan terjadi suap, korupsi, dan penggelapandana pada BOMM dan DAK. Titik-titik yang rawan ini, menurut beberapa oknum kepalasekolah, tidak sekedar memiliki potensi, bahkan sudah terjadi dan seringkali terjadi suap,pemotongan, penggelapan, dan modus lainnya.

Pembuatan ProposalPermohonan BOMM, DAK

Uang pelicin dalampenyerahan usulan BOMM,DAK ke Dinas Pendidikan

Uang Pelicin untuk penentuankuota, dan selanjutnya dapatmembuat RAB

Suap untuk pembayaranpotongan di depan (DAK)

Swasta : Pencairan BOMM kerekening sekolah diambilPengurus Yayasan

Penentuan Rekenan melaluiPenunjukan Langsung,bukan oleh sekolah (DAK)

Pengurus Yayasan mengurangi jumlahdana dari total yang diusulan KepalaSekolah untuk realisasi dana BOMM.

Pengurangan kualitasBangunan (DAK) Uang pelicin dalam penyerahan

Laporan BOMM dan DAK

Korupsi dana pendidikan berdampak pada rendahnyamutu pendidikan dan terhambatnya pemenuhan hakpendidikan. Secara nyata dapat dilihat dengan mahalnyabiaya pendidikan, kesejahteraan dan kualitas guru yangrendah, anak putus sekolah, dan sarana/prasaranasekolah yang tidak memadai.

Page 7: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Berikut ini diuraikan rata-rata biaya yang dikeluarkan pada jenjang SMP dan SMA. Jenis biayaini didapatkan dari investigasi terhadap anak dan keluarga Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Medanpada Desember 2011. Keluarga PRT di Kota Medan merupakan kelompok atau golongan keluargamiskin yang menempati daerah-daerah pinggiran Kota. Golongan ini merupakan lapisan masyarakatyang menerima dampak yang sangat signifikan dari tingginya biaya pendidikan.

Biaya yang dikeluarkan pada awal masuk ke SMA/SMP

No Jenis Jumlah1 Uang Pendaftaran 500.0002 Seragam Sekolah (2 pasang) 160.0003 Uang simbol/atribut 10.0004 Uang Raport 12.0005 Uang pakaian olahraga 110.0006 Uang pakaian batik 75.000

Jumlah 867.000

Biaya ini dikeluarkan satu kali, yaitu pada saat mendaftar ke sekolah. Biaya pendaftaransangat variatif, mulai 200 ribu hingga 2 juta rupiah. Untuk sekolah negeri maupun swasta, tidak adaselisih yang signifikan. Bahkan biasanya sekolah swasta lebih kecil uang pendaftarannya, sebagaistrategi untuk memancing siswa mendaftar. Biaya seragam, atribut, pakaian olahraga dan batik,sudah umum ada pada setiap sekolah negeri dan swasta, baik SMP maupun SMA.

Biaya yang dikeluarkan setiap tahun

No Jenis Jumlah1 Seragam sekolah (2 pasang) 160.0002 Seragam Pramuka 80.0003 Sepatu 45.0004 Kaus kaki 10.0005 Jilbab (2 buah) 90.0006 Tas 65.000

Jumlah 450.000

Harga ini merupaka rata-rata dari rentang harga pakaian yang biasanya dibeli sesuai dengankemampuan PRT, sehingga memang tergolong murah. Apalagi pakaian-pakaian ini biasanya merekabeli di pasar, sehingga memungkinkan untuk ditawar.

Mahalnya biaya pendidikanOngkos pendidikan sangat mahal dirasakan masyarakat golongan menengahke bawah. Sekalipun untuk sekolah pinggiran yang tergolong rendah mutunya.

Page 8: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Biaya yang dikeluarkan setiap semester

No Jenis Jumlah1 Buku teks pelajaran (10 x 45.000) 450.0002 LKS (10 x 12.000) 120.0003 Uang Ujian Semester 65.0004 Buku tulis dan alat tulis 70.000

705.000

Jumlah LKS dan buku teks pelajaran merupakan jumlah rata-rata dari buku yang wajib dibeli.Jumlah mata pelajaran rata-rata SMP dan SMA sekitar 15 pelajaran. Untuk SMP biasanya adabeberapa buku teks pelajaran yang disediakan sekolah untuk dipinjamkan kepada siswa. Kemudianuntuk SMP dan SMA, ada pula beberapa pelajaran yang tidak menggunakan LKS. Untuk itu diambilrata-rata 10 pelajaran yang menggunakan buku teks dan LKS untuk SMP dan SMA.

Biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan

No Jenis Jumlah1 SPP 110.0002 Uang Les tambahan/ekskul 10.0003 Uang Osis 5.0004 Uang Komputer 4.0005 Ongkos/transport ke Sekolah (26x4000) 104.0006 Uang renang (2x10000) 20.0007 Uang jajan (26x8000) 208.0008 Infak Wajib (4 x 5000) 20.0009 Biaya tugas-tugas (makalah, internet) 35.000

516.000

Besaran SPP sangat beragam. Untuk SMA di pinggiran misalnya, berkisar antara 80 riburupiah sampai 135 ribu rupiah. Untuk SMA swasta favorit, bisa mencapai 400 ribu per bulan, danrelatif sama dengan SMA Negeri favorit. Sedangkan untuk SMP swasta di pinggiran, besar SPP relatifsama dengan SMA swasta di pinggiran. Untuk SMP Negeri, juga bervariasi, ada yang membebaskandan ada yang mengenakan SPP kepada siswa. Perhitungan pada tabel di atas, adalah untuk sekolahyang dapat diakses oleh anak PRT, yaitu pada umumnya SMP dan SMA swasta di pinggiran Kota.

Page 9: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Biaya Insidental

No Jenis Jumlah1 Peringatan 17 Agustus 15.0002 Peringatan Hari guru 15.0003 Pesantren kilat ramadhan 15.0004 Maulid Nabi 10.0005 Isra'mi'raj 10.0006 Hari hari besar keagamaan dan nasional 15.000

80.000

Biaya insidental ini pasti dikeluarkan setiap tahunnya. Jumlah atau besarannya cukupbervariasi, tergantung pada sekolah dan besar acara yang akan dilaksanakan. Hari besar yangdiperingati seperti yang diuraikan di atas, dapat saja bertambah, sesuai dengan kebijakan sekolah.

Biaya yang dikeluarkan menjelang tamat

No Jenis Jumlah1 Uang les persiapan UN 450.0002 Biaya try out UN 55.0003 Uang perpisahan 80.0004 Uang ijazah 15.0005 Buku bank soal UN 35.000

635.000

Biaya di atas merupakan rata-rata dari jumlah biaya yang dikeluarkan menjelang tamatuntuk jenjang SMP dan SMA. Seperti les tambahan untuk persiapan menghadapi UN, biayanyaberagam, yaitu berkisar antara 350 ribu rupiah hingga 600 ribu rupiah. Sedangkan try out,dilaksanakan melalui kerjasama dengan lembaga bimbingan belajar/bimbingan test (BT/BS). Biayayang dikenakan antara 45.000 sampai 65.000 untuk dua sampai empat kali try out di sekolah.

Page 10: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Di Medan, angka putus sekolah Tahun 2010 mencapai 2.509 orang untuk semuajenjang. (sumber : laporan capaian kinerja Bidang Sosial Budaya Pemerintah Kota Medantahun 2010)

Page 11: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Jumlahpengangguranterbuka mencapai137.160 jiwa (2009)dan 133.811 jiwa(2010). Sementarayang bekerja,mayoritas menjadipekerja/buruh/karyawan, yaitumencapai 428.045jiwa (2009) dan454.627 (2010). Darijumlah pendudukusia kerja yangberjumlah 1.474.548jiwa (2009) dan1.647.634 jiwa(2010);(sumber : DataKetenagakerjaanKota Medan,diperoleh dari BPSKota Medan tahun2011).

Jumlah pengangguran terbukamencapai 137.160 jiwa (2009) dan133.811 jiwa (2010). Sementarayang bekerja, mayoritas menjadipekerja/buruh/karyawan, yaitumencapai 428.045 jiwa (2009) dan454.627 (2010). Dari jumlahpenduduk usia kerja yangberjumlah 1.474.548 jiwa (2009)dan 1.647.634 jiwa (2010);(sumber : Data KetenagakerjaanKota Medan, diperoleh dari BPSKota Medan tahun 2011).

Jumlah penduduk miskin di Medan mengalamipeningkatan pada tahun 2010, yaitu dari 6,40 persenmenjadi 9,92 persen. Berdasarkan data BadanPemberdayaan Masyarakat (BPM), jumlah penduduk diKota Medan pada awal 2011 mencapai 2,7 juta jiwa.Sementara jumlah penduduk miskin pada 2010mencapai 496.283 jiwa atau 41.537 Kepala Keluarga(KK). Dalam 4 (empat) tahun terakhir, jumlah pendudukmiskin mencapai 393.147 KK (2009), 412.981 KK(2008), 412.984 KK (2007), 276.215 KK (2006).(sumber : BPS Kota Medan, per 1 Januari 2011 danMedan Dalam Angka 2010, hlm 356 ; 1 KepalaKeluarga diasumsikan sebanyak 4 (empat) orang.Jadi jumlah penduduk miskinadalah kelipatan empat dari jumlah KK miskin).

Page 12: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Survey tingkat partisipasi ini bertujuan mengetahui permasalah rendahnyapartisipasi orangtua dalam penyelenggaraan pendidikan. Sehingga dapat memberikangambaran tentang tingkat partisipasi orangtua murid di sekolah, jenis keterlibatan orangtuadi sekolah dan tingkat transparansi dan akuntabilias dalam penyelenggaraan pendidikan.

Metode analisis data dalam survey ini adalah deskriptif kualitatif, yangmengambarkan/memaparkan pendapat dari 300 responden, kemudian menarik kesimpulanyang berkualitas atau memiliki nilai positif bagi tujuan penelitian. Pengenglolaan data dalampenelitian ini menggunakan statistik sederhana, guna mendapatkan frekuensi jawaban yangsering muncul (modus) yang bersifat skala nominal.

Gambar 1. Tingkat Partisipasi

Dari grafik di atas dapat disimpulakan bahwa masyarakat Kota Medan kurangberperan aktif atau berpartisipasi dalam dunia pendidkan. Kebanyakan responden jarangdatang kesekolah, dan jika datang, hanya untuk mengambil nilai anak.

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%

34.00%

66.00%

33.00%34.00%

Keterangan Gambar 1:Responden menyatakan:a. Pernah di undang untuk hadir

kesekolah 80,33% ( 241Orang).

b. Dari 241 itu, 65 % (157)responden menyatakanjarang/terkadang datangkesekolah untuk menghadiriundangan tersebut

c. Kemudian 51,01 % (123dari 241 responden )menyatakan datangmemenuhi undangansekolah dalam halpembagian nilai anak.

Keterangan Gambar 2a:Dalam bentuk partisipasi memberikan kritikdan saran, seluruh responden menyatakan:a. Pernah dan kadang kadang

memberikan kritik dan saran kepadapihak sekolah 34 % ( 102 responden)

b. Tidak pernah memberikan kritik dansaran kepada pihak sekolah 66 %(198 responden)

c. Dari 102 responden pada point (a),kritik dan saran yang diberikan tentangproses pembelajaran dan biayapendidikan masing-masing 33 % dan 34% (33 dan 34 dari 102 responden)

d. Dari 102 responden pada point (a), 55% (56 responden ) menyampaikankepada guru.

Rendahnya Partisipasi OrangtuaBahwa penyebab utama tingkat korupsi yang tinggi dan berdampak pada terhambatnya pemenuhanhak pendidikan, adalah penyelenggaraan pendidikan yang tidak partisipatif, sehingga memicurendahnya transparansi dan akuntabilitas. Berikut temuan survey yang menunjukkan rendahnyapartisipasi orangtua dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

Gambar 2a : Bentuk Partisipasi Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Survey tingkat partisipasi ini bertujuan mengetahui permasalah rendahnyapartisipasi orangtua dalam penyelenggaraan pendidikan. Sehingga dapat memberikangambaran tentang tingkat partisipasi orangtua murid di sekolah, jenis keterlibatan orangtuadi sekolah dan tingkat transparansi dan akuntabilias dalam penyelenggaraan pendidikan.

Metode analisis data dalam survey ini adalah deskriptif kualitatif, yangmengambarkan/memaparkan pendapat dari 300 responden, kemudian menarik kesimpulanyang berkualitas atau memiliki nilai positif bagi tujuan penelitian. Pengenglolaan data dalampenelitian ini menggunakan statistik sederhana, guna mendapatkan frekuensi jawaban yangsering muncul (modus) yang bersifat skala nominal.

Gambar 1. Tingkat Partisipasi

Dari grafik di atas dapat disimpulakan bahwa masyarakat Kota Medan kurangberperan aktif atau berpartisipasi dalam dunia pendidkan. Kebanyakan responden jarangdatang kesekolah, dan jika datang, hanya untuk mengambil nilai anak.

ya dan kadangkadang

tidak

proses pembelajara

biaya pendidikan

guru

Keterangan Gambar 1:Responden menyatakan:a. Pernah di undang untuk hadir

kesekolah 80,33% ( 241Orang).

b. Dari 241 itu, 65 % (157)responden menyatakanjarang/terkadang datangkesekolah untuk menghadiriundangan tersebut

c. Kemudian 51,01 % (123dari 241 responden )menyatakan datangmemenuhi undangansekolah dalam halpembagian nilai anak.

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

diundangsekolah

tanggapan dalam hal

80.33%

65.00%

51.00%

Keterangan Gambar 2a:Dalam bentuk partisipasi memberikan kritikdan saran, seluruh responden menyatakan:a. Pernah dan kadang kadang

memberikan kritik dan saran kepadapihak sekolah 34 % ( 102 responden)

b. Tidak pernah memberikan kritik dansaran kepada pihak sekolah 66 %(198 responden)

c. Dari 102 responden pada point (a),kritik dan saran yang diberikan tentangproses pembelajaran dan biayapendidikan masing-masing 33 % dan 34% (33 dan 34 dari 102 responden)

d. Dari 102 responden pada point (a), 55% (56 responden ) menyampaikankepada guru.

Rendahnya Partisipasi OrangtuaBahwa penyebab utama tingkat korupsi yang tinggi dan berdampak pada terhambatnya pemenuhanhak pendidikan, adalah penyelenggaraan pendidikan yang tidak partisipatif, sehingga memicurendahnya transparansi dan akuntabilitas. Berikut temuan survey yang menunjukkan rendahnyapartisipasi orangtua dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

Gambar 2a : Bentuk Partisipasi Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Survey tingkat partisipasi ini bertujuan mengetahui permasalah rendahnyapartisipasi orangtua dalam penyelenggaraan pendidikan. Sehingga dapat memberikangambaran tentang tingkat partisipasi orangtua murid di sekolah, jenis keterlibatan orangtuadi sekolah dan tingkat transparansi dan akuntabilias dalam penyelenggaraan pendidikan.

Metode analisis data dalam survey ini adalah deskriptif kualitatif, yangmengambarkan/memaparkan pendapat dari 300 responden, kemudian menarik kesimpulanyang berkualitas atau memiliki nilai positif bagi tujuan penelitian. Pengenglolaan data dalampenelitian ini menggunakan statistik sederhana, guna mendapatkan frekuensi jawaban yangsering muncul (modus) yang bersifat skala nominal.

Gambar 1. Tingkat Partisipasi

Dari grafik di atas dapat disimpulakan bahwa masyarakat Kota Medan kurangberperan aktif atau berpartisipasi dalam dunia pendidkan. Kebanyakan responden jarangdatang kesekolah, dan jika datang, hanya untuk mengambil nilai anak.

Keterangan Gambar 1:Responden menyatakan:a. Pernah di undang untuk hadir

kesekolah 80,33% ( 241Orang).

b. Dari 241 itu, 65 % (157)responden menyatakanjarang/terkadang datangkesekolah untuk menghadiriundangan tersebut

c. Kemudian 51,01 % (123dari 241 responden )menyatakan datangmemenuhi undangansekolah dalam halpembagian nilai anak.

51.00%ya

kadang-kadang

pembagian nilai

Keterangan Gambar 2a:Dalam bentuk partisipasi memberikan kritikdan saran, seluruh responden menyatakan:a. Pernah dan kadang kadang

memberikan kritik dan saran kepadapihak sekolah 34 % ( 102 responden)

b. Tidak pernah memberikan kritik dansaran kepada pihak sekolah 66 %(198 responden)

c. Dari 102 responden pada point (a),kritik dan saran yang diberikan tentangproses pembelajaran dan biayapendidikan masing-masing 33 % dan 34% (33 dan 34 dari 102 responden)

d. Dari 102 responden pada point (a), 55% (56 responden ) menyampaikankepada guru.

Rendahnya Partisipasi OrangtuaBahwa penyebab utama tingkat korupsi yang tinggi dan berdampak pada terhambatnya pemenuhanhak pendidikan, adalah penyelenggaraan pendidikan yang tidak partisipatif, sehingga memicurendahnya transparansi dan akuntabilitas. Berikut temuan survey yang menunjukkan rendahnyapartisipasi orangtua dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

Gambar 2a : Bentuk Partisipasi

Page 13: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Dari analisis pada grafik bentuk partisipasi ‘memberikan kritik dan saran’,ditunjukkan bahwa orang tua jarang memberikan kritik dan saran kepada pihak sekolah.Adapun yang menyatakan pernah memberikan kritik dan saran kepada sekolah, hanyalahsekedar permasalahan proses dan biaya pendidikan yang di sampaikan melalui guru.

Gambar 2b. bentuk partisipasi

Gambar 2c. bentuk partisipasi

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa responden sering memberikansumbangan dalam bentuk uang atas permintaan sekolah dan sering diserahkan kepadaguru.

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

42.00%51.00%

85.00%

41.00%

Keterangan gambar 2b:Dalam bentuk partisipasi ‘mengikutirapat atau pertemuan’, respondenmenyatakan:a. Pernah dan mengikuti rapat dan

pertemuan di sekolah 39 %( 118 responden)

b. Tidak Pernah dan mengikutirapat dan pertemuan di sekolah44 %(131 responden)

c. Dari 118 responden, rapat yangmereka ikuti membahas tentangbiaya pendidikan dan programsekolah masing-masing 47,33 %dan 36, 68 % (80 dan 62 dari 102responden)

Penjelasan gambar 2c.Dalam bentuk partisipasi ‘memberikansumbangan’, responden menyatakan:a. Pernah memberikan sumbangan

kepada pihak sekolah 42 ( 126responden)

b. Tidak pernah memberikansumbangan kepada pihak sekolah51 %(153 responden)

c. Responden yang menyatakanpernah memberikan sumbangan,pada umumnya adalah uang 85,71%(126 dari 147 responden)

d. Dengan alasan pihak sekolah yangmeminta 41 % (60 dari 147responden)

e. Kemudian diserahkan kepada guru61 % ( 90 dari 147 respoonden)

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Dari analisis pada grafik bentuk partisipasi ‘memberikan kritik dan saran’,ditunjukkan bahwa orang tua jarang memberikan kritik dan saran kepada pihak sekolah.Adapun yang menyatakan pernah memberikan kritik dan saran kepada sekolah, hanyalahsekedar permasalahan proses dan biaya pendidikan yang di sampaikan melalui guru.

Gambar 2b. bentuk partisipasi

Gambar 2c. bentuk partisipasi

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa responden sering memberikansumbangan dalam bentuk uang atas permintaan sekolah dan sering diserahkan kepadaguru.

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%

rapat danpertemuan

tentang

39.00%44.00%

80.00%

62.00%

41.00%

61.00%

ya

tidak

uang

permintaan sekolah

guru

Keterangan gambar 2b:Dalam bentuk partisipasi ‘mengikutirapat atau pertemuan’, respondenmenyatakan:a. Pernah dan mengikuti rapat dan

pertemuan di sekolah 39 %( 118 responden)

b. Tidak Pernah dan mengikutirapat dan pertemuan di sekolah44 %(131 responden)

c. Dari 118 responden, rapat yangmereka ikuti membahas tentangbiaya pendidikan dan programsekolah masing-masing 47,33 %dan 36, 68 % (80 dan 62 dari 102responden)

Penjelasan gambar 2c.Dalam bentuk partisipasi ‘memberikansumbangan’, responden menyatakan:a. Pernah memberikan sumbangan

kepada pihak sekolah 42 ( 126responden)

b. Tidak pernah memberikansumbangan kepada pihak sekolah51 %(153 responden)

c. Responden yang menyatakanpernah memberikan sumbangan,pada umumnya adalah uang 85,71%(126 dari 147 responden)

d. Dengan alasan pihak sekolah yangmeminta 41 % (60 dari 147responden)

e. Kemudian diserahkan kepada guru61 % ( 90 dari 147 respoonden)

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Dari analisis pada grafik bentuk partisipasi ‘memberikan kritik dan saran’,ditunjukkan bahwa orang tua jarang memberikan kritik dan saran kepada pihak sekolah.Adapun yang menyatakan pernah memberikan kritik dan saran kepada sekolah, hanyalahsekedar permasalahan proses dan biaya pendidikan yang di sampaikan melalui guru.

Gambar 2b. bentuk partisipasi

Gambar 2c. bentuk partisipasi

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa responden sering memberikansumbangan dalam bentuk uang atas permintaan sekolah dan sering diserahkan kepadaguru.

ya

tidak

biaya pendidikan

program skolah

Keterangan gambar 2b:Dalam bentuk partisipasi ‘mengikutirapat atau pertemuan’, respondenmenyatakan:a. Pernah dan mengikuti rapat dan

pertemuan di sekolah 39 %( 118 responden)

b. Tidak Pernah dan mengikutirapat dan pertemuan di sekolah44 %(131 responden)

c. Dari 118 responden, rapat yangmereka ikuti membahas tentangbiaya pendidikan dan programsekolah masing-masing 47,33 %dan 36, 68 % (80 dan 62 dari 102responden)

Penjelasan gambar 2c.Dalam bentuk partisipasi ‘memberikansumbangan’, responden menyatakan:a. Pernah memberikan sumbangan

kepada pihak sekolah 42 ( 126responden)

b. Tidak pernah memberikansumbangan kepada pihak sekolah51 %(153 responden)

c. Responden yang menyatakanpernah memberikan sumbangan,pada umumnya adalah uang 85,71%(126 dari 147 responden)

d. Dengan alasan pihak sekolah yangmeminta 41 % (60 dari 147responden)

e. Kemudian diserahkan kepada guru61 % ( 90 dari 147 respoonden)

Page 14: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 2d. bentuk partisipasi

Gambar 3. Tentang regulasi

00.05

0.10.15

0.20.25

0.30.35

0.40.45

44.00%

31.00%

42.00%

Penjelasan gambar 2 dDalam bentuk partisipasi‘menghadiri rapat penentuanprogram’, respondenmenyatakan:a. Tidak pernah mendapat

undangan dari pihaksekolah, 74 %( 221 responden)

b. Jika mendapat undangan,yang menyatakanmenghadirinya sebanyak31% (93 responden)

c. Dari 93 responden padapoint (b), 25 % (75 orang)menyatakan tidak dapatmenghadiri undangankarenakan kesibukanpekerjaan

Keterangan gambar 3.Dalam hal pengetahuan tentang peraturandalam penyelenggaraan pendidiakan,dinyatakan bahwa :a. 44 % ( 133 responden) mengetahui

peraturanb. Dari 133 responden tersebut, 61 %

(184 responden) hanya mengetahuiperaturan tentang BOS.

c. Dari 184 responden tersebut, 42 %(128 orang) menyatakan bahwaperaturan tersebut kurangterimplementasi dengan baik

d. Kemudian 35 % (105 responden)menyatakan bahwa aturan tersebutkurang menjamin pencapaian tujuanpendidikan nasional.

Keterangan gambar 3a.

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwadari 300 responden 88,33 % ( 265responden) yang menjadi sampelpenelitian ini manyatakan bahwasanyapada saat ini Kota Medan memerlukanaturan khusus tentang penyelenggaraanpendidikan

Gambar 3a. tentang perlunya aturan khususMenggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 2d. bentuk partisipasi

Gambar 3. Tentang regulasi

00.10.20.30.40.50.60.70.8

diundangdalam

menentukanprogram

tanggapan alasan tidakmenghadiri

74.00%

31.00%25.00%

42.00%

mengetahui

bos

kurangterimplementasi

kurang menjamin

88%

7%5% 0

Penjelasan gambar 2 dDalam bentuk partisipasi‘menghadiri rapat penentuanprogram’, respondenmenyatakan:a. Tidak pernah mendapat

undangan dari pihaksekolah, 74 %( 221 responden)

b. Jika mendapat undangan,yang menyatakanmenghadirinya sebanyak31% (93 responden)

c. Dari 93 responden padapoint (b), 25 % (75 orang)menyatakan tidak dapatmenghadiri undangankarenakan kesibukanpekerjaan

Keterangan gambar 3.Dalam hal pengetahuan tentang peraturandalam penyelenggaraan pendidiakan,dinyatakan bahwa :a. 44 % ( 133 responden) mengetahui

peraturanb. Dari 133 responden tersebut, 61 %

(184 responden) hanya mengetahuiperaturan tentang BOS.

c. Dari 184 responden tersebut, 42 %(128 orang) menyatakan bahwaperaturan tersebut kurangterimplementasi dengan baik

d. Kemudian 35 % (105 responden)menyatakan bahwa aturan tersebutkurang menjamin pencapaian tujuanpendidikan nasional.

Keterangan gambar 3a.

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwadari 300 responden 88,33 % ( 265responden) yang menjadi sampelpenelitian ini manyatakan bahwasanyapada saat ini Kota Medan memerlukanaturan khusus tentang penyelenggaraanpendidikan

Gambar 3a. tentang perlunya aturan khususMenggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 2d. bentuk partisipasi

Gambar 3. Tentang regulasi

25.00% tidak

menghadiri

kesibukan pekerjaan

perlu

kurang perlu

tidak perlu

Penjelasan gambar 2 dDalam bentuk partisipasi‘menghadiri rapat penentuanprogram’, respondenmenyatakan:a. Tidak pernah mendapat

undangan dari pihaksekolah, 74 %( 221 responden)

b. Jika mendapat undangan,yang menyatakanmenghadirinya sebanyak31% (93 responden)

c. Dari 93 responden padapoint (b), 25 % (75 orang)menyatakan tidak dapatmenghadiri undangankarenakan kesibukanpekerjaan

Keterangan gambar 3.Dalam hal pengetahuan tentang peraturandalam penyelenggaraan pendidiakan,dinyatakan bahwa :a. 44 % ( 133 responden) mengetahui

peraturanb. Dari 133 responden tersebut, 61 %

(184 responden) hanya mengetahuiperaturan tentang BOS.

c. Dari 184 responden tersebut, 42 %(128 orang) menyatakan bahwaperaturan tersebut kurangterimplementasi dengan baik

d. Kemudian 35 % (105 responden)menyatakan bahwa aturan tersebutkurang menjamin pencapaian tujuanpendidikan nasional.

Keterangan gambar 3a.

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwadari 300 responden 88,33 % ( 265responden) yang menjadi sampelpenelitian ini manyatakan bahwasanyapada saat ini Kota Medan memerlukanaturan khusus tentang penyelenggaraanpendidikan

Gambar 3a. tentang perlunya aturan khusus

Page 15: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 4. Tentang transparansi

Padahal apabila diundang 64 % atau 192 dari 30 responden menyatakan akanmenghadirinya dengan alasan agar memngetahui proses perumusan APBS dan programsekolah yang akan dilasanakan dan apabila tidak dapat menghadirinya 26 % (79 responden)menyatakan dikarenakan kesibukan pekerjaan

Gambar 5. Tentang transparansi

b. 49 % ( 147 responden) kurang mengetahui adanya papan informasi untuk kegiatan yangakan dilakssanakan oleh sekolah,

c. 42 % (125 responden) kurang mengetahuitentang sarana untuk memperoleh informasiyang ada di sekolah anak.

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

di undangPerumusan

APBS

alasanmenghadiri

83.00%

64.00%

47.00%

Keterangan gambar 4:Dari hasil penelitian inidapat ditemukan,bahwa 83 % atau 250dari 300 renspondenmenyatakan tidakpernah diundang olehsekolah dalammerumuskan anggaranpendapatan danbelanja sekolah.

Keterangan gambar 5.Dari hasil penelitian inidapat diketahui 46 %atau 139 respondentidak mengetahuiprogram yang akandilaksanakn sekolah.a. Kemudian 48 % (145

responden), jugakurang mengetahuibahwas ada usahasekolah untukmempublikasikanprogram sekolah.

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 4. Tentang transparansi

Padahal apabila diundang 64 % atau 192 dari 30 responden menyatakan akanmenghadirinya dengan alasan agar memngetahui proses perumusan APBS dan programsekolah yang akan dilasanakan dan apabila tidak dapat menghadirinya 26 % (79 responden)menyatakan dikarenakan kesibukan pekerjaan

Gambar 5. Tentang transparansi

b. 49 % ( 147 responden) kurang mengetahui adanya papan informasi untuk kegiatan yangakan dilakssanakan oleh sekolah,

c. 42 % (125 responden) kurang mengetahuitentang sarana untuk memperoleh informasiyang ada di sekolah anak.

alasanmenghadiri

alasan tidakmenghadiri

47.00%41.00% tidak pernah

menghadiri

agar paham

sibuk kerja

38.00%

40.00%

42.00%

44.00%

46.00%

48.00%

50.00%

programsekolah

publikasidisekolahprogram

papaninfromasi

saranainformasi

46.00%

48.00%49.00%

42.00%

Keterangan gambar 4:Dari hasil penelitian inidapat ditemukan,bahwa 83 % atau 250dari 300 renspondenmenyatakan tidakpernah diundang olehsekolah dalammerumuskan anggaranpendapatan danbelanja sekolah.

Keterangan gambar 5.Dari hasil penelitian inidapat diketahui 46 %atau 139 respondentidak mengetahuiprogram yang akandilaksanakn sekolah.a. Kemudian 48 % (145

responden), jugakurang mengetahuibahwas ada usahasekolah untukmempublikasikanprogram sekolah.

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 4. Tentang transparansi

Padahal apabila diundang 64 % atau 192 dari 30 responden menyatakan akanmenghadirinya dengan alasan agar memngetahui proses perumusan APBS dan programsekolah yang akan dilasanakan dan apabila tidak dapat menghadirinya 26 % (79 responden)menyatakan dikarenakan kesibukan pekerjaan

Gambar 5. Tentang transparansi

b. 49 % ( 147 responden) kurang mengetahui adanya papan informasi untuk kegiatan yangakan dilakssanakan oleh sekolah,

c. 42 % (125 responden) kurang mengetahuitentang sarana untuk memperoleh informasiyang ada di sekolah anak.

saranainformasi

42.00%

tidak mengetahui

kurang tahu1

kurang tahu 2

kurang tahu3

Keterangan gambar 4:Dari hasil penelitian inidapat ditemukan,bahwa 83 % atau 250dari 300 renspondenmenyatakan tidakpernah diundang olehsekolah dalammerumuskan anggaranpendapatan danbelanja sekolah.

Keterangan gambar 5.Dari hasil penelitian inidapat diketahui 46 %atau 139 respondentidak mengetahuiprogram yang akandilaksanakn sekolah.a. Kemudian 48 % (145

responden), jugakurang mengetahuibahwas ada usahasekolah untukmempublikasikanprogram sekolah.

Page 16: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 5. Harapan kedepan

Dari hasil penelitian ini, dalam mengahadapi situasi yang kurang baik dalam penyelenggaranpendidikan, 67 % atau 201 responden menyatakan akan selalu menghadiri undangan dari sekolahdan mengharapkan sekolah perlu melibatkan masyarakat dalam penentuan kebijakan sekolah, lalumelakukan publikasi, komunikasi kepada orangtua siswa agar terjadi keterbukaan antara orangtuadan pihak sekolah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di sekolah.

Gambar 6. persentase hambatan berpartisipasi

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%

kedepan biladiundang pihak

sekolah

perlukahmasyarakat

dilibatkan dalampenentua

program disekolah

67.00%53.00%

50%

40%

8%

0 2%

Keterangan gambar 6.

Dari hasil penelitian ini dapatdiketahui bahwa hambatanterbesar orangtua ataumasyarakat dalam berpartisipasiadalah, 50% (150 responden)menyatakan dikarenakan olehkesibukan pekerjaan dariorangtua siswa itu sendiri dan 40% (121 responden) menyatakandikarenakan kurang memahamitentang penyelenggaraanpendidikan.

Penjelasan gambar 7.Hal yang perlu dilakukan olehpihak sekolah untukmeningkatkan mutu adalah:- 51 % (154 responden)

menyatakan harus adanyaaturan yang tegas dalampenyelenggaraanpendidikan.

- 41 % (123 responden)menyatakan harusadanya keterlibatansecara langsungmasyarakat terhadappenentuan kebijakan yangsesuai denga kebutuhanmasyarakat.

- 8 % (23 responden)menyatakan lain-lain.

Gambar 7. Sikap PartisipasiMenggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 5. Harapan kedepan

Dari hasil penelitian ini, dalam mengahadapi situasi yang kurang baik dalam penyelenggaranpendidikan, 67 % atau 201 responden menyatakan akan selalu menghadiri undangan dari sekolahdan mengharapkan sekolah perlu melibatkan masyarakat dalam penentuan kebijakan sekolah, lalumelakukan publikasi, komunikasi kepada orangtua siswa agar terjadi keterbukaan antara orangtuadan pihak sekolah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di sekolah.

Gambar 6. persentase hambatan berpartisipasi

kedepan biladiundang pihak

sekolah

perlukahmasyarakat

dilibatkan dalampenentua

program disekolah

yang harus diperbuat sekolah

kedepan

53.00%

32.00%28.00%

50%

kesibukanpekerjaaan

kurang pahamtentangpendidikanmemberikepercayaan padpihak sekolah

51%41%

8%

0

Keterangan gambar 6.

Dari hasil penelitian ini dapatdiketahui bahwa hambatanterbesar orangtua ataumasyarakat dalam berpartisipasiadalah, 50% (150 responden)menyatakan dikarenakan olehkesibukan pekerjaan dariorangtua siswa itu sendiri dan 40% (121 responden) menyatakandikarenakan kurang memahamitentang penyelenggaraanpendidikan.

Penjelasan gambar 7.Hal yang perlu dilakukan olehpihak sekolah untukmeningkatkan mutu adalah:- 51 % (154 responden)

menyatakan harus adanyaaturan yang tegas dalampenyelenggaraanpendidikan.

- 41 % (123 responden)menyatakan harusadanya keterlibatansecara langsungmasyarakat terhadappenentuan kebijakan yangsesuai denga kebutuhanmasyarakat.

- 8 % (23 responden)menyatakan lain-lain.

Gambar 7. Sikap PartisipasiMenggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 5. Harapan kedepan

Dari hasil penelitian ini, dalam mengahadapi situasi yang kurang baik dalam penyelenggaranpendidikan, 67 % atau 201 responden menyatakan akan selalu menghadiri undangan dari sekolahdan mengharapkan sekolah perlu melibatkan masyarakat dalam penentuan kebijakan sekolah, lalumelakukan publikasi, komunikasi kepada orangtua siswa agar terjadi keterbukaan antara orangtuadan pihak sekolah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di sekolah.

Gambar 6. persentase hambatan berpartisipasi

menghadiri

sangat perlu

publikasi

komunikasi

keterbukaan

adanya aturan yangtegas dalampenyelenggaraanpendidikan

adanya keterlibatansecara langsungmasyarakat terhadappenentuan kebijakanyang sesuai dengakebutuhan masyarakat

lain-lain

Keterangan gambar 6.

Dari hasil penelitian ini dapatdiketahui bahwa hambatanterbesar orangtua ataumasyarakat dalam berpartisipasiadalah, 50% (150 responden)menyatakan dikarenakan olehkesibukan pekerjaan dariorangtua siswa itu sendiri dan 40% (121 responden) menyatakandikarenakan kurang memahamitentang penyelenggaraanpendidikan.

Penjelasan gambar 7.Hal yang perlu dilakukan olehpihak sekolah untukmeningkatkan mutu adalah:- 51 % (154 responden)

menyatakan harus adanyaaturan yang tegas dalampenyelenggaraanpendidikan.

- 41 % (123 responden)menyatakan harusadanya keterlibatansecara langsungmasyarakat terhadappenentuan kebijakan yangsesuai denga kebutuhanmasyarakat.

- 8 % (23 responden)menyatakan lain-lain.

Gambar 7. Sikap Partisipasi

Page 17: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

KESIMPULAN

Gambar 8.Tingkat Partisipasi Orangtua Dalam Penyelengaraan Pendidikan Di Kota Medan

Dari diagram di atas, partisipasiorangtua dalam penyelengaraan pendidikandapat digolongkan rendah. Hal tersebutterlihat jelas, bahwa orangtua jarangmemenuhi undangan dan rapat penentuanprogram sekolah, sehingga tidak mengetahuiprogram yang akan dilaksanakan olehsekolah. Hal tersebut diperparah puladengan tidak adanya kemauan orangtuauntuk mengetahui peraturan tentangpenyelenggaraan pendidikan.

Hal lain menunjukan bahwa orangtua tidak aktif dalam penyelenggaraanpendidikan. Dapat dilihat dari intensitas yangrendah untuk memberikan kritik dan saranyang bertujuan memajukan sistem/situasipenyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Hasil yang lain menunjukkan bahwapihak sekolah jarang atau hampir tidakpernah mengundang orang tua dalam rapatpenentuan program dan perumusan APBS.Ditambah lagi tidak adanya transparansidalam program sekolah tersebut. hal ini

dapat terlihat dengan tidak adanya saranaatau media publikasi di sekolah untukmengumumkan program dan angaransekolah.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa untukmenjawab apa penyebab rendahnyapartisipasi masyarakat dalampenyelenggaran pendidikan : 1) tidak adanyasarana dalam berpartisipasi yang disiapkansekolah guna meningkatkan daya pertisipasimasayarakat; 2) faktor lain yang muncul darimasyarakat itu sendiri, yakni kurang aktifnyamasyarakat dalam pendidikan karenaparadigma bahwa pendidikan itu hanyamencakup proses belajar mengajar, asumsimasyarakat bahwa apabila ikut ambil bagiandalam dunia pendidikan hanya disaatanaknya mendapat masalah maupunprestasi dari sekolah; 3) rendahnyapartisipasi orangtua siswa/ masyarakatdisebabkan sekolah yang tertutup/tidakmembuka diri kepada orangtua danmasyarakat.

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

65.00%66.00%

44.00%

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

KESIMPULAN

Gambar 8.Tingkat Partisipasi Orangtua Dalam Penyelengaraan Pendidikan Di Kota Medan

Dari diagram di atas, partisipasiorangtua dalam penyelengaraan pendidikandapat digolongkan rendah. Hal tersebutterlihat jelas, bahwa orangtua jarangmemenuhi undangan dan rapat penentuanprogram sekolah, sehingga tidak mengetahuiprogram yang akan dilaksanakan olehsekolah. Hal tersebut diperparah puladengan tidak adanya kemauan orangtuauntuk mengetahui peraturan tentangpenyelenggaraan pendidikan.

Hal lain menunjukan bahwa orangtua tidak aktif dalam penyelenggaraanpendidikan. Dapat dilihat dari intensitas yangrendah untuk memberikan kritik dan saranyang bertujuan memajukan sistem/situasipenyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Hasil yang lain menunjukkan bahwapihak sekolah jarang atau hampir tidakpernah mengundang orang tua dalam rapatpenentuan program dan perumusan APBS.Ditambah lagi tidak adanya transparansidalam program sekolah tersebut. hal ini

dapat terlihat dengan tidak adanya saranaatau media publikasi di sekolah untukmengumumkan program dan angaransekolah.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa untukmenjawab apa penyebab rendahnyapartisipasi masyarakat dalampenyelenggaran pendidikan : 1) tidak adanyasarana dalam berpartisipasi yang disiapkansekolah guna meningkatkan daya pertisipasimasayarakat; 2) faktor lain yang muncul darimasyarakat itu sendiri, yakni kurang aktifnyamasyarakat dalam pendidikan karenaparadigma bahwa pendidikan itu hanyamencakup proses belajar mengajar, asumsimasyarakat bahwa apabila ikut ambil bagiandalam dunia pendidikan hanya disaatanaknya mendapat masalah maupunprestasi dari sekolah; 3) rendahnyapartisipasi orangtua siswa/ masyarakatdisebabkan sekolah yang tertutup/tidakmembuka diri kepada orangtua danmasyarakat.

44.00%51.00%

98.95%

61.00%

jarang menghadiri undangan

jarang memberi kritik an saran

jarang mengikuti rapat danpertemuan di sekolaah

jarang memberikan sumbangankepada pihak sekolah

tidak ada kemauan menghadiriapat penentuan proram sekolah

hanya mengetahui peraturantentang BOS

kurang mengetahui programyang akan dilaksanana sekolah

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

KESIMPULAN

Gambar 8.Tingkat Partisipasi Orangtua Dalam Penyelengaraan Pendidikan Di Kota Medan

Dari diagram di atas, partisipasiorangtua dalam penyelengaraan pendidikandapat digolongkan rendah. Hal tersebutterlihat jelas, bahwa orangtua jarangmemenuhi undangan dan rapat penentuanprogram sekolah, sehingga tidak mengetahuiprogram yang akan dilaksanakan olehsekolah. Hal tersebut diperparah puladengan tidak adanya kemauan orangtuauntuk mengetahui peraturan tentangpenyelenggaraan pendidikan.

Hal lain menunjukan bahwa orangtua tidak aktif dalam penyelenggaraanpendidikan. Dapat dilihat dari intensitas yangrendah untuk memberikan kritik dan saranyang bertujuan memajukan sistem/situasipenyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Hasil yang lain menunjukkan bahwapihak sekolah jarang atau hampir tidakpernah mengundang orang tua dalam rapatpenentuan program dan perumusan APBS.Ditambah lagi tidak adanya transparansidalam program sekolah tersebut. hal ini

dapat terlihat dengan tidak adanya saranaatau media publikasi di sekolah untukmengumumkan program dan angaransekolah.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa untukmenjawab apa penyebab rendahnyapartisipasi masyarakat dalampenyelenggaran pendidikan : 1) tidak adanyasarana dalam berpartisipasi yang disiapkansekolah guna meningkatkan daya pertisipasimasayarakat; 2) faktor lain yang muncul darimasyarakat itu sendiri, yakni kurang aktifnyamasyarakat dalam pendidikan karenaparadigma bahwa pendidikan itu hanyamencakup proses belajar mengajar, asumsimasyarakat bahwa apabila ikut ambil bagiandalam dunia pendidikan hanya disaatanaknya mendapat masalah maupunprestasi dari sekolah; 3) rendahnyapartisipasi orangtua siswa/ masyarakatdisebabkan sekolah yang tertutup/tidakmembuka diri kepada orangtua danmasyarakat.

jarang menghadiri undangan

jarang memberi kritik an saran

jarang mengikuti rapat danpertemuan di sekolaah

jarang memberikan sumbangankepada pihak sekolah

tidak ada kemauan menghadiriapat penentuan proram sekolah

hanya mengetahui peraturantentang BOS

kurang mengetahui programyang akan dilaksanana sekolah

Page 18: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Keterbukaan Informasi oleh Badan Publik

Untuk melihat Transaparansi Badan Publik dan Implementasi UU Nomor 14 Tahun 2008 tentangKeterbukaan Informasi Publik, maka SAHdaR melaksanakan Survey Kesiaoan Badan Publik. Survey inidiaksanakan terhadap 300 Badan Publik (Sekolah, Instansi Pemerintah dan BUMD). Survey inidialaksanakan di tiga wilayah, yaitu Kota Medan, Kota Binjai dan kabupaten Deli Serdang. Dari hasilpeneletian diperoleh data frekuensi, jumlah dari suatu nilai dari kumpulan data, maka dalam analisisdata ini menggunakan modus (nilai yang sering muncul) untuk data skala ordinal. Dari data yangtelah didapatkan, disajikan analisis dalam bentuk grafik-grafik sebagai berikut:

Gambar 1. Persentase Ketekaitan Jabatan

Gambar 2. Kebijakan/ Aturan

Kemudian 7,67% (23 orang) responden menyatakan bahwa lembaga tempat kerjanya memilikiaturan internal atau Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pelayanan informasi. Selain itu dari7,67% responden tersebut, 78,26% (18 orang) responden menyatakan bahwa SOP yang telahmereka miliki berdasarkan dari Peraturan Komisi Informasi Pusat (PERKIP).

23.00%

77.00%

Posisi Jabatan Keterangan Gambar 1.

Dalam survey yang telah dilaksanakan, bahwaresponden seluruh Badan Publik, yangjabatannya terkait dengan pelayananinformasi dalam institusinya sebesar 23% (69orang) dan yang jabatannya tidak terkaitdengan pelayanan informasi dalaminstitusinya sebesar 77%.

Keterangan Gambar 2.

Dari seluruh responden (300responden): 99,33% (298 orang)menyatakan bahwa mengetahuitentang kebijakan/ aturan yangmengatur tentang penyediaanpelayanan informasi melalui UU 14Tahun 2008, yang mengetahui dariPP 61/ 2010 sebesar 21,67% (65orang), yang memahami dariPERKIP 1 & 2 Tahun 2010 sebesar97,33% (292 orang), serta yangmenyatakan bahwa mengetahuidari Permendagri 35/ 2010sebanyak 11,33% (34 orang).

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Keterbukaan Informasi oleh Badan Publik

Untuk melihat Transaparansi Badan Publik dan Implementasi UU Nomor 14 Tahun 2008 tentangKeterbukaan Informasi Publik, maka SAHdaR melaksanakan Survey Kesiaoan Badan Publik. Survey inidiaksanakan terhadap 300 Badan Publik (Sekolah, Instansi Pemerintah dan BUMD). Survey inidialaksanakan di tiga wilayah, yaitu Kota Medan, Kota Binjai dan kabupaten Deli Serdang. Dari hasilpeneletian diperoleh data frekuensi, jumlah dari suatu nilai dari kumpulan data, maka dalam analisisdata ini menggunakan modus (nilai yang sering muncul) untuk data skala ordinal. Dari data yangtelah didapatkan, disajikan analisis dalam bentuk grafik-grafik sebagai berikut:

Gambar 1. Persentase Ketekaitan Jabatan

Gambar 2. Kebijakan/ Aturan

Kemudian 7,67% (23 orang) responden menyatakan bahwa lembaga tempat kerjanya memilikiaturan internal atau Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pelayanan informasi. Selain itu dari7,67% responden tersebut, 78,26% (18 orang) responden menyatakan bahwa SOP yang telahmereka miliki berdasarkan dari Peraturan Komisi Informasi Pusat (PERKIP).

terkait

tidak

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%99.33%

7.67%

21.67%

97.33%

11.33%

Keterangan Gambar 1.

Dalam survey yang telah dilaksanakan, bahwaresponden seluruh Badan Publik, yangjabatannya terkait dengan pelayananinformasi dalam institusinya sebesar 23% (69orang) dan yang jabatannya tidak terkaitdengan pelayanan informasi dalaminstitusinya sebesar 77%.

Keterangan Gambar 2.

Dari seluruh responden (300responden): 99,33% (298 orang)menyatakan bahwa mengetahuitentang kebijakan/ aturan yangmengatur tentang penyediaanpelayanan informasi melalui UU 14Tahun 2008, yang mengetahui dariPP 61/ 2010 sebesar 21,67% (65orang), yang memahami dariPERKIP 1 & 2 Tahun 2010 sebesar97,33% (292 orang), serta yangmenyatakan bahwa mengetahuidari Permendagri 35/ 2010sebanyak 11,33% (34 orang).

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Keterbukaan Informasi oleh Badan Publik

Untuk melihat Transaparansi Badan Publik dan Implementasi UU Nomor 14 Tahun 2008 tentangKeterbukaan Informasi Publik, maka SAHdaR melaksanakan Survey Kesiaoan Badan Publik. Survey inidiaksanakan terhadap 300 Badan Publik (Sekolah, Instansi Pemerintah dan BUMD). Survey inidialaksanakan di tiga wilayah, yaitu Kota Medan, Kota Binjai dan kabupaten Deli Serdang. Dari hasilpeneletian diperoleh data frekuensi, jumlah dari suatu nilai dari kumpulan data, maka dalam analisisdata ini menggunakan modus (nilai yang sering muncul) untuk data skala ordinal. Dari data yangtelah didapatkan, disajikan analisis dalam bentuk grafik-grafik sebagai berikut:

Gambar 1. Persentase Ketekaitan Jabatan

Gambar 2. Kebijakan/ Aturan

Kemudian 7,67% (23 orang) responden menyatakan bahwa lembaga tempat kerjanya memilikiaturan internal atau Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pelayanan informasi. Selain itu dari7,67% responden tersebut, 78,26% (18 orang) responden menyatakan bahwa SOP yang telahmereka miliki berdasarkan dari Peraturan Komisi Informasi Pusat (PERKIP).

7.67%

78.26%

Keterangan Gambar 1.

Dalam survey yang telah dilaksanakan, bahwaresponden seluruh Badan Publik, yangjabatannya terkait dengan pelayananinformasi dalam institusinya sebesar 23% (69orang) dan yang jabatannya tidak terkaitdengan pelayanan informasi dalaminstitusinya sebesar 77%.

Keterangan Gambar 2.

Dari seluruh responden (300responden): 99,33% (298 orang)menyatakan bahwa mengetahuitentang kebijakan/ aturan yangmengatur tentang penyediaanpelayanan informasi melalui UU 14Tahun 2008, yang mengetahui dariPP 61/ 2010 sebesar 21,67% (65orang), yang memahami dariPERKIP 1 & 2 Tahun 2010 sebesar97,33% (292 orang), serta yangmenyatakan bahwa mengetahuidari Permendagri 35/ 2010sebanyak 11,33% (34 orang).

Page 19: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 4a. Kesertediaan Jenis Informasi

Keterangan Gambar 4a.Dari survey yang dilakukan, menghasilkan bahwa:a. Sebesar 83,33% (250 orang) menyatakan tersedia informasi bekala:

i. Dari 83,33% (250 orang responden) yang menyatakan bahwa tersedia informasi berkala,96,40% (241 orang) menyatakan bahwa ada sarana untuk mengumumkan informasitersebut.

ii. Dari 83,33% (250 orang) responden yang menyatakan bahwa tersedia informasi berkalatersebut: informasi yang disediakan terbagi menjadi 99,20% (248 orang) tentang profillembaga, 83,6% (209 orang) tentang kegiatan dan kinerja, 18,8% (47 orang) tentanginformasi keuangan dan 79,2% (198 orang) menyangkut informasi lainnya.

b. Sebesar 10,33% (31 orang) menyatakan tersedia informasi serta-merta. Dari 10,33% respondenyang menyatakan bahwa tersedia informasi berkala, 70,97% (22 orang) menyatakan bahwa adasarana untuk mengumumkan informasi tersebut.

Gambar 4b. Kesertediaan Informasi Wajib Setiap Saat

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

Berkala

83.33%

96.40%99.20%

83.60%

18.80%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

Non BUMD

6.33%0.00%

57.89%

47.37%

57.89%

68.42%63.16%

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 4a. Kesertediaan Jenis Informasi

Keterangan Gambar 4a.Dari survey yang dilakukan, menghasilkan bahwa:a. Sebesar 83,33% (250 orang) menyatakan tersedia informasi bekala:

i. Dari 83,33% (250 orang responden) yang menyatakan bahwa tersedia informasi berkala,96,40% (241 orang) menyatakan bahwa ada sarana untuk mengumumkan informasitersebut.

ii. Dari 83,33% (250 orang) responden yang menyatakan bahwa tersedia informasi berkalatersebut: informasi yang disediakan terbagi menjadi 99,20% (248 orang) tentang profillembaga, 83,6% (209 orang) tentang kegiatan dan kinerja, 18,8% (47 orang) tentanginformasi keuangan dan 79,2% (198 orang) menyangkut informasi lainnya.

b. Sebesar 10,33% (31 orang) menyatakan tersedia informasi serta-merta. Dari 10,33% respondenyang menyatakan bahwa tersedia informasi berkala, 70,97% (22 orang) menyatakan bahwa adasarana untuk mengumumkan informasi tersebut.

Gambar 4b. Kesertediaan Informasi Wajib Setiap Saat

Berkala Serta-Merta

10.33%

70.97%

99.20%

83.60%

18.80%

79.20%

Informasi

Sarana

Profil

Kegiatan & Kinerja

Info Keuangan

Lainnya

Non BUMD BUMD

22.78%

47.37%

57.89%

68.42%63.16%

89.47%

5.26%

Informasi

Sarana

Keputusan

Dokumen Pendukung

Rencana Kerja

Perjanjian Rekanan

Informasi Pejabat

Prosedur Kerja

Laporan Pelayanan

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 4a. Kesertediaan Jenis Informasi

Keterangan Gambar 4a.Dari survey yang dilakukan, menghasilkan bahwa:a. Sebesar 83,33% (250 orang) menyatakan tersedia informasi bekala:

i. Dari 83,33% (250 orang responden) yang menyatakan bahwa tersedia informasi berkala,96,40% (241 orang) menyatakan bahwa ada sarana untuk mengumumkan informasitersebut.

ii. Dari 83,33% (250 orang) responden yang menyatakan bahwa tersedia informasi berkalatersebut: informasi yang disediakan terbagi menjadi 99,20% (248 orang) tentang profillembaga, 83,6% (209 orang) tentang kegiatan dan kinerja, 18,8% (47 orang) tentanginformasi keuangan dan 79,2% (198 orang) menyangkut informasi lainnya.

b. Sebesar 10,33% (31 orang) menyatakan tersedia informasi serta-merta. Dari 10,33% respondenyang menyatakan bahwa tersedia informasi berkala, 70,97% (22 orang) menyatakan bahwa adasarana untuk mengumumkan informasi tersebut.

Gambar 4b. Kesertediaan Informasi Wajib Setiap Saat

Informasi

Sarana

Profil

Kegiatan & Kinerja

Info Keuangan

Lainnya

Informasi

Keputusan

Dokumen Pendukung

Rencana Kerja

Perjanjian Rekanan

Informasi Pejabat

Prosedur Kerja

Laporan Pelayanan

Page 20: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Keterangan Gambar 4b.

Dalam Gambar 4b, disajikan tentang informasi yang disajikan setiap saat, mereka menyatakanbahwa:Sebesar 6,33% (19 orang) menyatakan tersedia informasi setiap saat yang tidak menyangkuttentang BUMD.

i. Dari 6,33% responden tersebut: 47,37% (9 orang) menyatakan bahwa ada sarana untukmengumumkan informasinya.

ii. Dari 6,33% responden yang menyatakan bahwa tersedia informasi berkala tersebut:informasi yang disediakan terbagi menjadi:

1.57,89% (11 orang), tentang hasil keputusan badan publik.2.47,37% (9 orang), tentang seluruh kebijakan dan dokumen pendukungnya.3.57,89% (11 orang), tentang rencana kerja proyek dan prakiraan pengeluaran anggarannya.4.68,42% (13 orang), tentang perjanjian badan publik dan pihak ketiga.5.63,16% (12 orang), tantang informasi dan kebijakan yang disampaikan pejabat publik.6.89,47% (17 orang), tentang prosedur kerja yang terkait dengan badan publik.7.5,26% (1 orang), tentang laporan pelayanan akses informasi publik.

iii. Sebesar 22,78% (64 orang) menyatakan tersedia informasi tentang BUMD.

Gambar 6. Mekanisme Permintaan Informasi

Keterangan Gambar 6.

Dari 300 responden,1. 95,33% (286 orang) menyatakan bahwa telah mengatur mekanisme untuk mendapatkan

informasi.2. sebesar 99,65% (285 orang) menyatakan ada aturan tertulis untuk penyediaan informasi.

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

100.00%

Mekanisme MemperolehInformasi

95.33%99.65%

91.61%

3.50%6.64%

3. Sebesar 91,61% (262 0rang)menyatakan permintaaninformasi dengan datanglangsung,a. Sebesar 3,5% (10

orang) menyatakanbahwa ada formulirpermohonan secararesmi.

b. Sebesar 6,64% (19orang) menyatakanbahwa pemintainformasi mengadakankeberatan bila adaketerlambatan.

c. Sebesar 0,35% (1orang) menyatakanbahwa ada biayasalinan untuk informasitersebut.

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Keterangan Gambar 4b.

Dalam Gambar 4b, disajikan tentang informasi yang disajikan setiap saat, mereka menyatakanbahwa:Sebesar 6,33% (19 orang) menyatakan tersedia informasi setiap saat yang tidak menyangkuttentang BUMD.

i. Dari 6,33% responden tersebut: 47,37% (9 orang) menyatakan bahwa ada sarana untukmengumumkan informasinya.

ii. Dari 6,33% responden yang menyatakan bahwa tersedia informasi berkala tersebut:informasi yang disediakan terbagi menjadi:

1.57,89% (11 orang), tentang hasil keputusan badan publik.2.47,37% (9 orang), tentang seluruh kebijakan dan dokumen pendukungnya.3.57,89% (11 orang), tentang rencana kerja proyek dan prakiraan pengeluaran anggarannya.4.68,42% (13 orang), tentang perjanjian badan publik dan pihak ketiga.5.63,16% (12 orang), tantang informasi dan kebijakan yang disampaikan pejabat publik.6.89,47% (17 orang), tentang prosedur kerja yang terkait dengan badan publik.7.5,26% (1 orang), tentang laporan pelayanan akses informasi publik.

iii. Sebesar 22,78% (64 orang) menyatakan tersedia informasi tentang BUMD.

Gambar 6. Mekanisme Permintaan Informasi

Keterangan Gambar 6.

Dari 300 responden,1. 95,33% (286 orang) menyatakan bahwa telah mengatur mekanisme untuk mendapatkan

informasi.2. sebesar 99,65% (285 orang) menyatakan ada aturan tertulis untuk penyediaan informasi.

Mekanisme MemperolehInformasi

3.50%6.64%0.35%

Mengatur

Tertulis

Datang Langsung

Ada Formulir

Keberatanketerlambatan

Biaya Salinan

3. Sebesar 91,61% (262 0rang)menyatakan permintaaninformasi dengan datanglangsung,a. Sebesar 3,5% (10

orang) menyatakanbahwa ada formulirpermohonan secararesmi.

b. Sebesar 6,64% (19orang) menyatakanbahwa pemintainformasi mengadakankeberatan bila adaketerlambatan.

c. Sebesar 0,35% (1orang) menyatakanbahwa ada biayasalinan untuk informasitersebut.

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Keterangan Gambar 4b.

Dalam Gambar 4b, disajikan tentang informasi yang disajikan setiap saat, mereka menyatakanbahwa:Sebesar 6,33% (19 orang) menyatakan tersedia informasi setiap saat yang tidak menyangkuttentang BUMD.

i. Dari 6,33% responden tersebut: 47,37% (9 orang) menyatakan bahwa ada sarana untukmengumumkan informasinya.

ii. Dari 6,33% responden yang menyatakan bahwa tersedia informasi berkala tersebut:informasi yang disediakan terbagi menjadi:

1.57,89% (11 orang), tentang hasil keputusan badan publik.2.47,37% (9 orang), tentang seluruh kebijakan dan dokumen pendukungnya.3.57,89% (11 orang), tentang rencana kerja proyek dan prakiraan pengeluaran anggarannya.4.68,42% (13 orang), tentang perjanjian badan publik dan pihak ketiga.5.63,16% (12 orang), tantang informasi dan kebijakan yang disampaikan pejabat publik.6.89,47% (17 orang), tentang prosedur kerja yang terkait dengan badan publik.7.5,26% (1 orang), tentang laporan pelayanan akses informasi publik.

iii. Sebesar 22,78% (64 orang) menyatakan tersedia informasi tentang BUMD.

Gambar 6. Mekanisme Permintaan Informasi

Keterangan Gambar 6.

Dari 300 responden,1. 95,33% (286 orang) menyatakan bahwa telah mengatur mekanisme untuk mendapatkan

informasi.2. sebesar 99,65% (285 orang) menyatakan ada aturan tertulis untuk penyediaan informasi.

3. Sebesar 91,61% (262 0rang)menyatakan permintaaninformasi dengan datanglangsung,a. Sebesar 3,5% (10

orang) menyatakanbahwa ada formulirpermohonan secararesmi.

b. Sebesar 6,64% (19orang) menyatakanbahwa pemintainformasi mengadakankeberatan bila adaketerlambatan.

c. Sebesar 0,35% (1orang) menyatakanbahwa ada biayasalinan untuk informasitersebut.

Page 21: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 7. Komisi Informasi

B. Dari 300 responden, 77,67% (233 orang) menyatakan bahwa tahu adanya Komisi InformasiDaerah. Dari jumlah tersebut, menyatakan bahwa fungsinya sebagai:1. Menjalankan UU KIP dan peraturannya: 98,71% (230 orang)2. Menerima aduan bila terjadi sengketa informasi: 98,71% (230 orang)3. Menyelesaikan sengketa informasi: 98,28% (229 orang)4. Melakukan ajudikasi litigasi: 98,29% (229 orang)5. 73,82% (172 orang) menyatakan di daerahnya ada KID.

Gambar 8. Akuntabilitas Badan Publik

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

Laporan Periodik

98.33%96.00%

33.00%

13.67%

Keterangan Gambar 7..A. Dari 300 responden,

95,67% (287 orang)menyatakan bahwatahu adanya KomisiInformasi Pusat. Darijumlah tersebut,menyatakan bahwafungsinya sebagai:1. Menjalankan UU KIP

dan peraturannya:)100%

2. Menerima aduan bilaterjadi sengketainformasi: 100%

3. Menyelesaikansengketa informasi:100%

4. Melakukan ajudikasilitigasi: 98,95% (284orang)

Keterangan Gambar 8.

Dari 300 responden yang ada:1. Sebesar 98,33% (295 orang)

menyatakan menyusunlaporan secara periodik.

2. Sebesar 96% (288 orang)menyatakan diumumkankepada masyarakat.

3. Sebesar 33% (99 orang)menyatakan bahwainformasi publik dilaporkanke KIP/ KID.

4. Sebesar 13,67% (41 orang)Informasi publik dilakukanevaluasi oleh pimpinan.

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 7. Komisi Informasi

B. Dari 300 responden, 77,67% (233 orang) menyatakan bahwa tahu adanya Komisi InformasiDaerah. Dari jumlah tersebut, menyatakan bahwa fungsinya sebagai:1. Menjalankan UU KIP dan peraturannya: 98,71% (230 orang)2. Menerima aduan bila terjadi sengketa informasi: 98,71% (230 orang)3. Menyelesaikan sengketa informasi: 98,28% (229 orang)4. Melakukan ajudikasi litigasi: 98,29% (229 orang)5. 73,82% (172 orang) menyatakan di daerahnya ada KID.

Gambar 8. Akuntabilitas Badan Publik

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

KomisiInformasi

Pusat

KomisiInformasi

Daerah

95.33%

77.67%

100.00% 98.71%100.00% 98.71%100.00% 98.28%98.95% 98.28%

73.82%

Laporan Periodik

33.00%

13.67%

Menyusun LaporanPeriodik

Diumumkan

Dilaporkan KIP/ KID

Evaluasi Pimpinan

Keterangan Gambar 7..A. Dari 300 responden,

95,67% (287 orang)menyatakan bahwatahu adanya KomisiInformasi Pusat. Darijumlah tersebut,menyatakan bahwafungsinya sebagai:1. Menjalankan UU KIP

dan peraturannya:)100%

2. Menerima aduan bilaterjadi sengketainformasi: 100%

3. Menyelesaikansengketa informasi:100%

4. Melakukan ajudikasilitigasi: 98,95% (284orang)

Keterangan Gambar 8.

Dari 300 responden yang ada:1. Sebesar 98,33% (295 orang)

menyatakan menyusunlaporan secara periodik.

2. Sebesar 96% (288 orang)menyatakan diumumkankepada masyarakat.

3. Sebesar 33% (99 orang)menyatakan bahwainformasi publik dilaporkanke KIP/ KID.

4. Sebesar 13,67% (41 orang)Informasi publik dilakukanevaluasi oleh pimpinan.

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Gambar 7. Komisi Informasi

B. Dari 300 responden, 77,67% (233 orang) menyatakan bahwa tahu adanya Komisi InformasiDaerah. Dari jumlah tersebut, menyatakan bahwa fungsinya sebagai:1. Menjalankan UU KIP dan peraturannya: 98,71% (230 orang)2. Menerima aduan bila terjadi sengketa informasi: 98,71% (230 orang)3. Menyelesaikan sengketa informasi: 98,28% (229 orang)4. Melakukan ajudikasi litigasi: 98,29% (229 orang)5. 73,82% (172 orang) menyatakan di daerahnya ada KID.

Gambar 8. Akuntabilitas Badan Publik

Tahu

Melaksanakan UU KIP

Menerima Aduan

MenyelesaikanSengketa

Melaksanakan Ajudikasi

Ada/ Berdiri

Keterangan Gambar 7..A. Dari 300 responden,

95,67% (287 orang)menyatakan bahwatahu adanya KomisiInformasi Pusat. Darijumlah tersebut,menyatakan bahwafungsinya sebagai:1. Menjalankan UU KIP

dan peraturannya:)100%

2. Menerima aduan bilaterjadi sengketainformasi: 100%

3. Menyelesaikansengketa informasi:100%

4. Melakukan ajudikasilitigasi: 98,95% (284orang)

Keterangan Gambar 8.

Dari 300 responden yang ada:1. Sebesar 98,33% (295 orang)

menyatakan menyusunlaporan secara periodik.

2. Sebesar 96% (288 orang)menyatakan diumumkankepada masyarakat.

3. Sebesar 33% (99 orang)menyatakan bahwainformasi publik dilaporkanke KIP/ KID.

4. Sebesar 13,67% (41 orang)Informasi publik dilakukanevaluasi oleh pimpinan.

Page 22: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Usaha mendorong pemenuhan hakpendidikan dilakukan denganpenguatan partisipasi masyarakatdalam penyelenggaraan pendidikan,khususnya di sekolah. Partisipasipara pemangku kepentingan, akanmendorong transparansi dalampengelolaan pendidikan, dengandemikian pelayanan pendidikansebagai pelayanan publik akansemakin membaik. Pada gilirannyakesejahteraan masyarakat akanmeningkat, dan berdampak pulapada kecerdasan dan kesadaranmasyarakat untuk berpartisipasidalam penyelenggaraan pelayananpendidikan sebagai publik.

Urgensi Penguatan Partisipasi,Membangun partisipasi untuk perbaikan pelayanan pendidikan

PenguatanPartisipasi

KesejahteraanRakyat

Meningkat

Kecerdasandan Kesadaran

Masyarakat

Dalam upayamembangunpartisipasi orangtua,guru, danmasyarakat, masalahyang dihadapi dalambudaya yang tidakpartisipatif bermuladari kekeliruanmemahamipartisipasi. Term‘partisipasi’didefenisikan olehmasyarakat sebagaisharing biaya yangharus ditanggungoleh masing-masinganggota kelompok.Kata ‘partisipasi’disini diartikansebagai besaranbiaya yang dapatdiberikan kepadakelompok atauperkumpulan atauorganisasi. Jadipartisipasi samadengan uang.

Kemudian, partisipasi juga lazim dipahami sebagai uang yang diberikan sebagai gantisumbang saran, perhatian, dan keterlibatan anggota terhadap suatu kelompok atauorganisasi. Oleh karena itu, dilakukan pengorganisasian, membangun komunikasikepada masyarakat untuk meluruskan pemahaman tentang partisipasi.

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Usaha mendorong pemenuhan hakpendidikan dilakukan denganpenguatan partisipasi masyarakatdalam penyelenggaraan pendidikan,khususnya di sekolah. Partisipasipara pemangku kepentingan, akanmendorong transparansi dalampengelolaan pendidikan, dengandemikian pelayanan pendidikansebagai pelayanan publik akansemakin membaik. Pada gilirannyakesejahteraan masyarakat akanmeningkat, dan berdampak pulapada kecerdasan dan kesadaranmasyarakat untuk berpartisipasidalam penyelenggaraan pelayananpendidikan sebagai publik.

Urgensi Penguatan Partisipasi,Membangun partisipasi untuk perbaikan pelayanan pendidikan

PenguatanPartisipasi

Transparansi

PelayananPublik

Membaik

Dalam upayamembangunpartisipasi orangtua,guru, danmasyarakat, masalahyang dihadapi dalambudaya yang tidakpartisipatif bermuladari kekeliruanmemahamipartisipasi. Term‘partisipasi’didefenisikan olehmasyarakat sebagaisharing biaya yangharus ditanggungoleh masing-masinganggota kelompok.Kata ‘partisipasi’disini diartikansebagai besaranbiaya yang dapatdiberikan kepadakelompok atauperkumpulan atauorganisasi. Jadipartisipasi samadengan uang.

Kemudian, partisipasi juga lazim dipahami sebagai uang yang diberikan sebagai gantisumbang saran, perhatian, dan keterlibatan anggota terhadap suatu kelompok atauorganisasi. Oleh karena itu, dilakukan pengorganisasian, membangun komunikasikepada masyarakat untuk meluruskan pemahaman tentang partisipasi.

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Usaha mendorong pemenuhan hakpendidikan dilakukan denganpenguatan partisipasi masyarakatdalam penyelenggaraan pendidikan,khususnya di sekolah. Partisipasipara pemangku kepentingan, akanmendorong transparansi dalampengelolaan pendidikan, dengandemikian pelayanan pendidikansebagai pelayanan publik akansemakin membaik. Pada gilirannyakesejahteraan masyarakat akanmeningkat, dan berdampak pulapada kecerdasan dan kesadaranmasyarakat untuk berpartisipasidalam penyelenggaraan pelayananpendidikan sebagai publik.

Urgensi Penguatan Partisipasi,Membangun partisipasi untuk perbaikan pelayanan pendidikan

Dalam upayamembangunpartisipasi orangtua,guru, danmasyarakat, masalahyang dihadapi dalambudaya yang tidakpartisipatif bermuladari kekeliruanmemahamipartisipasi. Term‘partisipasi’didefenisikan olehmasyarakat sebagaisharing biaya yangharus ditanggungoleh masing-masinganggota kelompok.Kata ‘partisipasi’disini diartikansebagai besaranbiaya yang dapatdiberikan kepadakelompok atauperkumpulan atauorganisasi. Jadipartisipasi samadengan uang.

Kemudian, partisipasi juga lazim dipahami sebagai uang yang diberikan sebagai gantisumbang saran, perhatian, dan keterlibatan anggota terhadap suatu kelompok atauorganisasi. Oleh karena itu, dilakukan pengorganisasian, membangun komunikasikepada masyarakat untuk meluruskan pemahaman tentang partisipasi.

Page 23: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Perbedaan alam danbudaya ini mempengaruhikebutuhan akan muatanpendidikan yang harusdiberikan. Apabilapelaksanaan pendidikanuntuk memudahkankehidupan masyarakat,maka pendidikan harussesuai dengan karakteristikmasyarakat dan lingkunganalamnya. Jadi masyarakatmerupakan bagian yanginheren dalam pendidikan.

Pendidikan partisipasif

Kata “partisipatif” bukanlahmengandaikan suatupendidikan yang berbedadengan pendidikan padaumumnya. Akan tetapimenegaskan bahwapenyelenggaraan pendidikandilaksanakan denganmelibatkan seluruhpemangku kepentingan.Dalam konteks partisipasiyang rendah, “pendidikanpartisipatif” berartimenghidupkan kembali, ataumenguatkan kembalipartisipasi masyarakat dalampendidikan. Sebab, unsurmasyarakat memang mestimenjadi bagian yang harusada dan tidak terpisahkandalam penyelenggaraanpendidikan.

Pada hakikatnya pendidikandilaksanakan untuk tujuankemanusiaan, pembentukanjati diri manusia yang sesuaidengan konteks lingkungantempat tinggal danmasyarakatnya. Pendidikanjuga dilaksanakan dalamkonteks kebudayaan, danmempunyai karaktermasyarakat tempatpendidikan tersebutdiselenggarakan.

Masyarakat Indonesia terdiridari beragam suku. Kondisigeografis Indonesia jugamenyebabkan keragamanwatak dan kultur masyarakat,seperti pesisir dan datarantinggi.

Page 24: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Membangun partisipasi dari pinggiranBersama Kelompok Pekerja Rumah Tangga (KPRT) dan Serikat Guru Indonesia (SeGI) Kota Medan,SAHdaR mengajak masyarakat dan guru bekerja sama untuk berpartisipasi dalam anggaransekolah, pengelolaan sekolah, dan perumusan kebijakan pendidikan.

Anggaran sekolah atau yang lazimdisebut Anggaran Pendapatan danBelanja Sekolah (APBS) merupakanrumusan panduan bagi pelaksanaankegiatan sekolah dalam satu tahunkedepan. Maka, agar dapatmenjawab permasalahan semuapihak, APBS mesti disusun bersamaoleh para pemangku kepentingansekolah. SAHdaR mencatat, darisepuluh sekolah, tidak satupun yangmenyusun APBS secara partisipatif.Bahkan, dari sepuluh sekolah, tidaksatu sekolahpun pemangkukepentingannya (orangtua, guru,masyarakat) memahami APBS.Padahal, APBS yang disusun secarapartisipatif, tidak hanya menjadiacuan, tetapi juga merupakanamanat semua pemangku

kepentingan terhadap sekolah yangtertuang dalam program dankegiatan sekolah.Penerapan APBS Partisipatifdilaksanakan di SDN 067250 Medandan SMP PAB 18 Medan diKelurahan Mabar Hilir. Dua sekolahini merupakan model bagipelaksanaan APBS Partisipatif.Untuk melihat kondisi yang berbedaantara ragam status sekolah, keduasekolah model ini sangatrepresentatif untuk mendiagnosapermasalahan yang cukup berbedapula. Keduanya dalam jenjangpendidikan dasar yang mewakili SDdan SMP, mewakili sekolah negeridan swasta.Sebelum menyusun APBSPartisipatif, guru, pegawai, dan

orangtua murid, terlebih dahuludiberikan keterampilan menyusunprogram dan anggaran sekolahmelalui pelatihan. Setelah itu,sekolah memfasilitasi guru,pegawai, orangtua, tokohmasyarakat, dan pengawas sekolahuntuk merumuskan visi, misi,tujuan, program, kegiatan, danrencana biaya.Kemudian dilakukan juga kampenyemelalui media massa dan kampanyesecara langsung kepada praktisipendidikan bahwa APBS partisipatifsangat mungkin dilakukan.Kampanye media untuk partisipasidan transparansi angaran.

Page 25: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Partisipasi dalampengelolaan sekolah

Kenyataan saat ini, pengelolaansekolah dilakukan denganotoritas penuh seorang kepalasekolah. Di sekolah swasta,pengurus yayasan mempunyaikewenangan yang kuat pulauntuk melakukan intervensi.Kondisi ini merupakan titiklemah manajemen sekolah yangcenderung tertutup dan tanpapengawasan, sehingga rawanterjadi penyimpangan. Lalusemakin diperparah pula dengankomite sekolah yang cenderungberkolusi dengan kepala sekolahdan atau pengurus yayasan.Sebab, pemilihan ketua danpengurus Komite Sekolahdilakukan dengan carapenunjukan langsung kerabat

dekat, seperti sahabat dan atausanak saudara kepala sekolahdan atau pengurus yayasan.

Untuk menciptakan manajemensekolah yang partispatif, SAHdaRmelakukan pengorganisasianmasyarakat. Hal ini dilakukanuntuk membangun membangunkesadaran kolektif tentangpentingnya partisipasi dalampengelolaan sekolah. Kemudian,dilakukan penguatan komitesekolah dengan melakukanpemilihan langsung di sekolahsecara musyawarah.

Dari setiap pertemuan parapemangku kepentingan, guru,dan kepala sekolah, poin pentingyang dapat diambil adalahmenyambung komunikasi yang

terputus antara sekolah denganmasyarakat. Sebab, disatu sisimanajemen yang tertutup danterisolasi, serta di sisi lainmasyarakat yang tidakmemberikan perhatian, telahmembuat jarah yang cukup jauhantara sekolah dan warga.Akibatnya masyarakat menaruhcuriga terhadap pengelolasekolah, sementara sekolahsemakin defensif dan menutupdiri dari masyarakat.

Untuk itu, pertemuan dan dialogyang terjadi dalam rapat-rapat disekolah, dapat meluruskanasumsi kedua pihak. Sehinggaadanya kerelaan sekolah untukterbuka dan kesediaan komiteuntuk menjadi mitra kerjasama.

Page 26: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Yang paling penting dalamproses ini ialah, parapemangku kepentinganmemahami hakikat danpentingnya peraturan, danmereka merasa memilikiperaturan yang dibuatnya.Sehingga paradigma yangdibangun adalah Perda iniadalah Perda milik bersama,yang disusun berdasakanmasalah yang dirasakanbersama, serta dibuat untukmenjadi solusi ataspermasalahan tersebut.

Untuk mengatasi masalah yang berjalin rapi dalam sistem yang korup, diperlukan sebuah peraturandaerah sebagai payung hukum dalam penyelenggaraan pendidikan. Perumusan rancangan perdadilakukan dengan melibatkan para pemangku kepentingan, kepala sekolah, guru pegawai, orangtua,masyarakat, kelompok masyarakat miskin dan Akademisi. Hal ini dilakukan agar rancangan peraturanyang akan dibuat dan diusulkan memang lahir dari masyarakat dan menjadi milik masyarakat danpemangku kepentingannya.

Naskah Akademik danDraft RancanganPeraturan Daerah KotaMedan tentangPenyelenggaraanPendidikan partisipatifdiserahkan kepadaKomisi B DPRD KotaMedan. Serah terima inidiikuti oleh seluruhunsur stake holderpendidikan yangmeliputi guru,akademisi, orangtuasiswa, dan masyarakat.Penyerahan keduanaskah ini kemudiandisambut dan diterimaoleh perwakilan dariKomisi B DewanPerwakilan RakyatDaerah Kota Medan.Dalam prosesnya, pembuatan

rancangan peraturan daerahini dimulai dari temuanpelaksanaan dan pengalamanproyek. Kemudian jugamemuat hasil riset, survey,pemikiran para ahli, dansumber-sumber ilmiahlainnya. Bahan tersebutkemudian disusun melaluisebuah diskusi dengan parapemangku kepentingan untukmenerima masukan.

Partisipasi dalam kebijakan pendidikan

Page 27: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Mendorong keterbukaan informasi publik

Mendorong keterbukaan informasipublik merupakan upaya yang sinergidengan penguatan partisipasimasyarakat—dalam perencanaan,pelaksanaan, pengawasan evaluasiprogram serta anggaran pendidikan,—yaitu untuk menciptakan transparansipengelolaan Badan Publik,pencegahan korupsi, dan mendorongterciptanya Pemerintahan yang baik(Good Governance). Selain itu,mendorong keterbukaan informasipublik juga dalam rangka implementasiUndang-undang Nomor 14 Tahun2008 tentang Keterbukaan InformasiPublik.

Untuk itu, SAHdaR melaksanakan :1) Pelatihan Audit Sosial kepadamasyarakat Desa. Pelatihan inibertujuan memberikan keterampilankepada masyarakat dalam melalukanevaluasi dan audit atas pelaksanaanpembangunan di daerah; 2)Mendorong pembentuan KomisiInfomasi Provinsi Sumatera Utara.Komisi Informasi Provinsi (KIP) sangatdiperlukan sebagai sebuah institusiyang menjaga serta mengawal prosestransisi menuju rezim keterbukaan,serta pelaksanaan UU KeterbukaanInformasi Publik. Saat ini di SumateraUtara, Pembetukan KIP masih terhentisementara pada proses fit and propertest.

Memberikan keterampilan melakukan audit sosial

Page 28: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Tentang SAHdaRSAHdaR didirikan atas sebuah gagasan, cita-cita, dan keyakinan bahwa permasalahanbangsa pada berbagai sektor dapat diselesaikan melalui pendidikan dan pencerdasanmasyarakat. Penyelenggaraan pendidikan sebagai kewajiban pemerintah, adalah hak rakyatyang wajib untuk dipenuhi. Untuk untuk melaksanakan fungsi kontrol dan mendorongpemenuhan hak pendidikan, perbaikan pelayanan pendidikan, dibentuklah organisasimasyarakat sipil yang memberikan perhatian penuh terhadap kebijakan pendidikan.Organisasi ini didirikan pada 28 Februari 2003.

Visi, Misi, Tujuan1. VisiMemperjuangkan Hak Pendidikan untuk rakyat.

2. Misia. Tersedianya pendidikan yang dapat dinikmati semua orang tanpa kecuali.b. Mendorong Terwujudnya Negara yang berkeadilan dan bebas korupsi;

3. TujuanUntuk menjamin terciptanya kesadaran bagi pemenuhan hak pendidikan sebagaibagian dari pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya yang tak terpisahkan darihak azasi manusia.

Divisi StudiDivisi studi melakukan beberapa kajian dan penelitian di bidang pendidikan, politik, danhukum. Ringkasan hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Survey Upah Layah Guru Swasta di Kota Medan

Survey ini dilaksanakan untuk menghitung upah yang layak untuk guru swasta di KotaMedan. Upah layak ini dihitung berdasarkan komponen kebutuhan hidup yang layakuntuk seorang guru. Berdasarkan perhitungan harga komponen kebutuhan hidup yanglayak, seorang guru seharusnya menerima gaji sebesar Rp. Rp.2.251.844,-. Denganrentang jam mengajar antara 24 s.d 40 jam, maka honor guru per jam yang ideal adalahanara Rp.56.000 s.d. Rp 94.000,-.

2. Survey Kesiapan Badan Publik Dalam Implementasi UU Keterbukaan Informasi Publik

Survey ini dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana kesiapan Badan Publik untukmengimplementasikan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.Survey ini dilakukan terhadap 300 Badan Publik, yang masing-masing adalah PemerintahKota Medan, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Pemerintah Kota Binjai, PemerintahProvinsi Sumatera Utara, BUMN dan BUMD.

Page 29: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

3. Survey Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan

Survey ini dilaksanakan untuk mengetahui intensitas orangtua dan masyarakat untukberpartisipasi di sekolah, jenis partisipasi orangtua di sekolah, dan untuk mengetahuialasan kesediaan atau tidak bersedianya orangtua untuk berpartisipasi. Survey inidilaksanakan terhadap orangtua siswa dan masyarakat di tiga Kecamatan, yaituKecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Deli, dan Kecamatan Medan Polonia. Hasilsurvey ini menunjukkan bahwa sebagian besar orangtua murid tidak berpartisipasi disekolah. Kemudian, sebagian besar masyarakat tidak mengetahui peraturan-peraturantentang pendidikan, program-program dan anggaran pendidikan. Bagi orangtua yangbekerja sebagai buruh, tidak mempunyai waktu luang, dan tidak mendapatkan ijin ataudiberikan waktu untuk menghadiri undangan dari sekolah.

4. Riset Pre Trial Detention

Penelitian ini didasarkan atas kondisi over kapasitas dan kelebihan masa tahanan dirumah tahanan. Kondisi ini tentunya mengakibatkan dampak yang buruk bagi tahanan,keluarga, dan masyarakat. Terlebih lagi, biaya yang dikeluarkan tersangka di dalamrumah tahanan cukup besar. Oleh karena itu, Riset ini dilaksanakan untuk mengetahuidasar, proses, dan dampak penahanan dalam setiap level, mulai dari penyidikan,penuntutan, dan persidangan.

Divisi PengorganisasianDivisi pengorganisasian memfasilitasi pembentukan dan penguatan organisasi guru,organisasi buruh, dan KPRT. Saat ini telah terbentuk Serikat Guru Indonesia Kota Medanyang telah berjejaring di tingkat nasional dan menjadi pendiri Federasi Serikat GuruIndonesia (FSGI). Kemudian terbentuk juga Serikat Buruh Merdeka Bersatu yang didirikanpada tanggal 29 Oktober 2011. Organisasi ini merupakan serikat pekerja outsourcing PT.PLNKITSU di Medan.

Terbentu pula Kelompok Pekerja Rumah Tangga Teratai dan Melati. Keduanya merupakankelompok PRT yang menjadi anggota Jaringan Nasional Advokasi (JALA)- PRT. Hingga saat inisedang memfokuskan kegiatan pada penguatan basis ekonomi kelompok, sertamengampanyekan Rancangan Undang Undang Pekerja Rumah Tangga.

Organisasi basis ini penting untuk mendukung gerakan anti korupsi pendidikan, danpemenuhan hak pendidikan. Organisasi ini juga merupakan pemangku kepentingan yangbersentuhan langsung dengan sekolah dan murid/siswa. Sehingga partisipasi mereka sangatpenting untuk menunjukkan kepedulian sebagai pemangku kepentingan ataspenyelenggaraan pendidikan.

Page 30: Annual Report - pendidikanantikorupsi.org filedihiasi dengan segenap program-program bantuan ke sekolah, seperti BOS, BOMM, ... dan tujuan bersama suatu masyarakat. SI sebagai model

Menggugah Publik untuk Partisipasi di Sekolah

Divisi LitigasiDivisi litigasi melakukan pendampingan terhadap permasalaha hukum yang dihadapi atauyang dialami oleh anggota dan atau keluarga anggota SeGI Medan, KPRT Melati dan Teratai,serta organisasi Buruh di Kota Medan dan Sumatera Utara. Proses pendampingan kasus inidijalankan untuk memperoleh penyelesaian, baik secara litigasi maupun non litigasi. Seluruhpengeluaran yang dihabiskan untuk penyelesaian perkara ini dibebankan pada Kasorganisasi.

ProgramSelama tahun 2011, SAHdaR melaksanakan dua program. Ringkasan dan profil programdapat dideskripsikan sebagai berikut :

1. Program Penguatan Partisipasi Masyarakat Dalam Anggaran Pendidikan

Program ini dilaksanakan atas dukungan Partnership for Governance Reform inIndonesia. Progam ini bertujuan 1) Mewujudkan partisipasi, transparansi, akuntabilitasanggaran di dua sekolah model melalui penguatan partisipasi masyarakat dalammenyusun APBS yang partisipatif; 2) Membuat usulan Regulasi kepada pemerintah danDPRD yang mengatur tentang penyusunan APBS secara partisipatif di sekolah.

2. Program To establish transparent and accountable Local Information Commission infive provinces and empower the poor to conduct social audit on the delivery of publicservices in six districts/cities.

Program ini dilaksanakan atas dukungan Ford Foundation dan Indonesia CorruptionWatch. Program bertujuan mendorong proses keterbukaan informasi kepada publik,untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan publik. Program inijuga dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar merasaberkepentingan atas informasi pengelolaan badan publik. Selain itu, program inibertujuan mengorganisasi masyarakat untuk melakukan audit sosial atas program-program pembangunan. Dalam hal ini masyarakat merupakan pihak yangberkepentingan sebagai sasaran dan penerima manfaat pembangunan.

SSAAHHddRRSentra Advokasi untuk Hak Pendidikan Rakyat

Jl. Bilal Gg Arimbi No 1, Kecamatan Medan Timur

Kota Medan, 20238

Telf/Fax : +6261-6622132

Email : [email protected]