Annisa_lbm 5 Modul Mata

51
LBM 5 MODUL MATA STEP 1 Pemeriksaan oftalmologis Pemeriksaan pada mata , pada pasien ini = px visus, focal illumination, kerastoskop placido Ruptur kornea linier Robek pada kornea yang berbentuk garis STEP 2 1. Mengapa mata kanan kabur setelah terkena pentalan tutup botol? 2. Mengapa didapatkan VOD 2/60? 3. Mengapa terjadi injeksi silier? 4. Mengapa corneal udem? 5. Mengapa didapatkan rupture kornea linier pada jam 10-12? 6. Apa yang menyebabkan COA dangkal dan iris prolaps? 7. Apa tujuan memberikan antibiotic? Jenisnya apa? 8. Apa tujuan membebat? Bagaimana cara membebatnya? STEP 3 1. Mengapa mata kanan kabur setelah terkena pentalan tutup botol? - Karena ada trauma yang kemungkinan mengenai bagian salah satu media refrakta pada mata yang pada skenario ini, kornea.

description

mata

Transcript of Annisa_lbm 5 Modul Mata

Page 1: Annisa_lbm 5 Modul Mata

LBM 5 MODUL MATA

STEP 1

Pemeriksaan oftalmologis Pemeriksaan pada mata , pada pasien ini = px visus, focal

illumination, kerastoskop placido Ruptur kornea linier

Robek pada kornea yang berbentuk garis

STEP 2

1. Mengapa mata kanan kabur setelah terkena pentalan tutup botol?

2. Mengapa didapatkan VOD 2/60?3. Mengapa terjadi injeksi silier?4. Mengapa corneal udem?5. Mengapa didapatkan rupture kornea linier pada jam 10-12? 6. Apa yang menyebabkan COA dangkal dan iris prolaps?7. Apa tujuan memberikan antibiotic? Jenisnya apa?8. Apa tujuan membebat? Bagaimana cara membebatnya?

STEP 3

1. Mengapa mata kanan kabur setelah terkena pentalan tutup botol?- Karena ada trauma yang kemungkinan mengenai bagian

salah satu media refrakta pada mata yang pada skenario ini, kornea.

2. Mengapa didapatkan VOD 2/60?VOD 2/60 = Pada orang normal bisa melihat hitung jari pada jarak 60, penderita hanya bisa melihat dengan jarak 2 mKarena ada kelainan pada kornea berupa rupture dan udem kornea.

Page 2: Annisa_lbm 5 Modul Mata

3. Mengapa terjadi injeksi silier?Trauma perlukaan kemungkinan ada mikroorganisme mekanisme pertahanan injeksi (karena luka lebih dalam, maka injeksi silier – mengenai a.ciliaris anterior)

4. Mengapa corneal udem?Karena ada peradangan ada sebukan sel radang yang masuk sel2 kornea, terutama pada lapisan stroma.Yang paling sering membuat udem = rupture mebran bowman

5. Mengapa didapatkan rupture kornea linier pada jam 10-12? Karena letak trauma pada kornea. Jika sudah terkena pada membrane bowman maka tidak bisa melakukan regenerasi rupture. Trauma lebih keras daripada mekanisme pertahanan rupture

6. Apa yang menyebabkan COA dangkal dan iris prolaps?Subluksasio = putusnya sebagian zonula zinii COA dangkal Lensa lebih majuIris prolaps dan COA dangkal = biasanya terjadi pada trauma tusuk

7. Apa tujuan memberikan antibiotic? Jenisnya apa?Salep = Untuk mengurangi gesekan ketika palpebra menutup. Bisa untuk mencegah kerusakan epitel lebih parah lagi. Antibiotik = untuk mencegah infeksi sekunder.

8. Apa tujuan membebat? Bagaimana cara membebatnya?

Page 3: Annisa_lbm 5 Modul Mata

Tujuan = untuk mengurangi gerakan mata / memfiksasi. Agar tidak terpajan dunia luar.

TRAUMA PADA MATA

- Macam macam trauma pada mata?

a. Truma mekanik1. Trauma tumpul

- Kelopak Hematom palpebra hematoma kacamata harus segera di tangani

- Konjungtiva Edema konjungtiva kelopak tidak bisa menutup Hematoma konjungtiva

- Kornea Edema kornea bisa menyebabkan adanya halo

dan kornea keruh, kornea placidonya postif bergerigi Erosi kornea epitel rusak epitel bermigrasi

florusen nya positif Erosi kornea rekuren

- Uvea Iridoplegia Iridodialisis Iridosiklitis

- Lensa Dislokasi (putusnya zonula zinii)

Page 4: Annisa_lbm 5 Modul Mata

Subluksasio = putusnya sebagian (terjadi pada zonula zinii yang rapuh)Luksasio ant = lensa masuk ke bilik mata depan (tekanan TIO meningkat)Luksasio post = lensa tenggelam di polus posterior (terjadi gejala afakia, melihat normal dengan 12 dioptri)

2. Trauma tajamTanda = dapat menyebabkan robekan pada konjungtiva.

Jika < 1 cm tidak pelu di jahit, > 1 cm perlu di jahitJika > 1 cm maka jika tidak diperbaiki bisa menimbulkan granul, sikatrik dan neovaskularisasi.

Kelopak mata luka sayat, tusuk, tembus Konjungtiva perdarahan, rupture Kornea muncul rupture kornea dan luka tusuk COA port d’entry sehingga kuman bisa masuk Iris menyebabkan peradangan iris Lensa katarak traumatic Retina perdarahan Corpus viterus perdarahan

3. Trauma benda asing Logam Non logam Binatang

4. Trauma ledakan Karena petasan, bom

b. Trauma non mekanik1. Trauma kimia

Page 5: Annisa_lbm 5 Modul Mata

Asam, basa (lebih bahaya)

2. Trauma fisika Trauma suhu

Panas, dingin Trauma sinar

Sinar UV/ ultraviolet, infared, sinar X, sinar gamma Trauma psikis

Central serous chorio retinopati (CSCR) terjadi kebocoran korio kapiler di macula lutea.

- Mekanisme terjadinya trauma?- Komplikasi dari trauma?

Trauma kimia simplepahron (perlekatan konjungtiva bulbi dan palpebra)Ankiloblepharon (perlekatan palpebra sup n inf)Iridosiklitis (karena merembesnya cairan bahan kimia)Glaucoma sekunderKatarak trumatik

Trauma sinar :Katarak

Fraktur cavum orbita???

- Tindakan untuk mengatasi trauma?- Tanda dan gejala :- Penyebab trauma?

Trauma tumpul = Pukulan, batu, bola tenis

STEP 7

Page 6: Annisa_lbm 5 Modul Mata

9.Mengapa mata kanan kabur setelah terkena pentalan tutup botol?- Karena ada trauma yang kemungkinan mengenai bagian

salah satu media refrakta pada mata yang pada skenario ini, kornea.

10. Mengapa didapatkan VOD 2/60?VOD 2/60 = Pada orang normal bisa melihat hitung jari pada jarak 60, penderita hanya bisa melihat dengan jarak 2 mKarena ada kelainan pada kornea berupa rupture dan udem kornea.

11. Mengapa terjadi injeksi silier?Trauma perlukaan kemungkinan ada mikroorganisme mekanisme pertahanan injeksi (karena luka lebih dalam, maka injeksi silier – mengenai a.ciliaris anterior)

12. Mengapa corneal udem?Karena ada peradangan ada sebukan sel radang yang masuk sel2 kornea, terutama pada lapisan stroma.Yang paling sering membuat udem = rupture mebran bowman

13. Mengapa didapatkan rupture kornea linier pada jam 10-12? Karena letak trauma pada kornea. Jika sudah terkena pada membrane bowman maka tidak bisa melakukan regenerasi rupture. Trauma lebih keras daripada mekanisme pertahanan rupture

Page 7: Annisa_lbm 5 Modul Mata

14. Apa yang menyebabkan COA dangkal dan iris prolaps?Subluksasio = putusnya sebagian zonula zinii COA dangkal Lensa lebih majuIris prolaps dan COA dangkal = biasanya terjadi pada trauma tusuk

15. Apa tujuan memberikan antibiotic? Jenisnya apa?Salep = Untuk mengurangi gesekan ketika palpebra menutup. Bisa untuk mencegah kerusakan epitel lebih parah lagi. Antibiotik = untuk mencegah infeksi sekunder.

Apa perbedaan salep dengan tetes?

1. Salep mata umumnya menghasilkan bioavauabilitau yang lebih besar dibandingkan dengan larutan berair lainnya.

2. Ditempat kerjanya tetes mata bekerja dari konjungtiva, kornea dan iris sedangkan salep mata bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebaseus konjungtiva dan kornea serta iris.

Untuk penyakit infeksi mata yang berat, daya kerja salep lebih bertahan lama. Sebab, sesuai bentuknya, obat berbentuk salep lebih mudah menempel dan bertahan lama pada selaput lendir mata dibandingkan dengan obat tetes. Obat tetes lekas habis masa kerjanya karena mudah mengalir keluar lagi bersama air mata.Untuk itu kalau memakai obat tetes, perlu pemberian obat tetes lebih sering dibandingkan dengan pemakaian salep, mungkin setiap 3 - 4 jam sekali. Atau bisa lebih dari itu, sesuai tingkat keparahan infeksinya.

Page 8: Annisa_lbm 5 Modul Mata

Salep kurang disukai sebab mengganggu pandangan dan memberikan rasa kurang enak di mata, selain kurang sedap dipandang. Lagi pula tidak semua pasien memakai salep mata secara benar. Mereka mengoleskan salep pada selaput lendir merah kelopak mata, bukan langsung pada biji mata, sehingga berlepotan mengenai bulu mata. Caranya mirip dengan cara mengoleskan odol pada sikat gigi. Di depan cermin, salep dioleskan pada sisi dalam kelopak mata bagian bawah dengan cara menarik kelopak mata bawah.http://mandow.multiply.com/market/item/19?&show_interstitial=1&u=%2Fmarket%2Fitem

16. Apa tujuan membebat? Bagaimana cara membebatnya?Tujuan = untuk mengurangi gerakan mata / memfiksasi. Agar tidak terpajan dunia luar.

TRAUMA PADA MATA

- Macam macam trauma pada mata?

Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata mash sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerus akan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.

Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.

Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut

1. Trauma tumpul2. Trauma tembus bola mata

Page 9: Annisa_lbm 5 Modul Mata

3. Trauma kimia4. Trauma radiasi

Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata.

Trauma dapat mengenai jaringan mata : kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.

1. Trauma tumpula. Trauma Tumpul Pada Mata

i. Etiologi 1. Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda

yang keras atau benda yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat.

ii. Tanda 1. Hematoma kelopak

a. Definisi dan etiologii. Hematoma palpebra yang merupakan

pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra.

ii. Hematoma kelopak merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul kelopak. Trauma dapat akibat pukulan tinju, atau benda-benda keras lainnya. Keadaan ini memberikan bentuk yang menakutkan pada pasien, dapat tidak berbahaya ataupun sangat berbahaya karena mungkin ada kelainan lain di belakangnya.

iii. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk kaca mata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut sebagai hematoma kaca mata. Hematoma kaca mata merupakan keadaan sangat gawat. Hematoma kaca mata terjadi akibat

Page 10: Annisa_lbm 5 Modul Mata

pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya a.oftalmika maka darah masuk ke dalam kedua ronggo orbita melaiui fisura orbita. Akibat darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak maka akan berbentuk gambaran hitam pada kelopak seperti seseorang memakai kaca mata.

b. Penatalaksanaan i. Pada hematoma kelopak yang dini dapat

diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan clan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan kompres hangat ,pada kelopak mata.

b. Trauma Tumpul Konjungtivai. Tanda

1. Edema konjungtivaa. Definisi dan etiologi

i. Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada setiap kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip, maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva.

ii. Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva.

b. Penatalaksanaani. Pada edema konjungtiva dapat diberikan

dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva.

ii. Pada kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan disisi sehingga cairan

Page 11: Annisa_lbm 5 Modul Mata

konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.

2. Hematoma subkonjungtivaa. Etiologi

i. Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva clan arteri episklera. Pecahnya pembuiuh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul basis kranil (hematoma kaca mata), atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah. Pembuluh darah akan rentan dan mudah pecah pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklerose, konjungtiva meradang (konjungtivitis), anemia, dan obat-obat tertentu.

ii. Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan bahwa tidak terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau skjera. Kadang-kadang hematoma subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih buruk seperti perforasi bola mata.

b. Tanda i. Pemeriksaan funduskopi adalah perlu

pada setiap penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma.

ii. Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam penglihatan menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.

c. Pengobatan i. Pengobatan dini pada hematoma

subkonjungtiva ialah dengan kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan

Page 12: Annisa_lbm 5 Modul Mata

hilang atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati.

c. Trauma Tumpul Pada Korneai. Tanda

1. Edema korneaa. Definisi dan etiologi

i. Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema kornea malahan ruptur membrane Descemet.

b. Tanda dan gejala i. Edema komea akan memberikan keluhan

penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat.

ii. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif.

iii. Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan neovaskularisasi kedalam jaringan stroma kornea.

c. Pengobatani. Larutan hipertonk seperti naCl 5% atau

larutan garam hipertonik 2-8%, glucose 40% dan larutan albumin.

ii. Peninggian tekanan bola mat maka diberikan asetazolamid. Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan dengan lensa kontak lembek dan mungkin akibat kerjanya menekan kornea terjadi pengurangan edema kornea.

d. Penyulit i. Terjadinya kerusakan M. Descemet yang

lama sehingga mengakibatkan keratopati bulosa yang akan memberikan keluhan rasa sakit dan menurunkan tajam penglihatan akibat astigmatisme iregular.

2. Erosi kornea

Page 13: Annisa_lbm 5 Modul Mata

a. Definisi dan etiologii. Erosi kornea merupakan keadaan

terkelupasnya epitel komea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut.

b. Tanda dan gejalai. Pada erosi pasien akan merasa sakit

sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, dengan blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh.

ii. Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwama hijau.

iii. Pada erosi komea perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang timbul kemudian.

c. Pengobatan i. Anestesi topikal dapat diberikan untuk

memeriksa-tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit yang sangat. Hati-hati bila memakai obat anestetik topikal untuk menghilangkan rasa sakit pada pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan epitel.

ii. Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah infeksi bakteri diberikan antibiotika seperti antibiotika spektrum luas neosporin, kioramfenikol dan sulfasetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka diberikan sikioplegik aksi-pendek seperti tropikamida. Pasien

Page 14: Annisa_lbm 5 Modul Mata

akan merasa lebih tertutup bila dibebat tekan selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan tertutup kembali setelah 48 jam.

3. Erosi kornea rekurena. Etiologi

i. Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak metaherpetik. Epitel yang menutup kornea akan mudah lepas kembali diwaktu bangun pagi. Terjadinya erosi kornea berulang akibat epitel tidak dapat bertahan pada defek epitel kornea. Sukarnya epitel menutupi kornea diakibatkan oleh terjadinya pelepasan membran basal epitel kornea tempat duduknya sel basal epitel kornea. Biasanya membran basal yang rusak akan kembali normal setelah 6 minggu.

b. Pengobatan i. Pengobatan terutama bertujuan

melumas permukaan kornea sehingga regenerasi epitel tidak cepat terlepas untuk membentuk membran basal kornea.

ii. Pengobatan biasanya dengan memberikan sikioplegik untuk menghilangkan rasa sakit ataupun untuk mengurangkan gejala radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotik diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh dalam 3 hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotik dengan kombinasi steroid.

Page 15: Annisa_lbm 5 Modul Mata

iii. Pemakaian lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren sangat bermanfaat, karena dapat mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak dipengaruhi kedipan kelopak mata.

d. Trauma Tumpul Uveai. Tanda dan gejala

1. lridoplegiaa. tanda dan gejala

i. Trauma tumpul pada uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter pupil atau iridoplegia sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis.

ii. Pasien akan sukar melilhat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil.

iii. Pupil terlilhat tidak sama besar atau anisokoria dan bentulk pupil dapat menjadi iregular. Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar.

iv. Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.

v. Pada pasien iridoplegia sebaiknya diberi istirahat untuk mencegah terjadinya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia.

2. lridodialisisa. etiologi

i. Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah.

b. Tanda dan gejalai. Pasien akan melihat ganda dengan satu

matanya.ii. Pada iridodialisis akan terlihat pupil

lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi

Page 16: Annisa_lbm 5 Modul Mata

bersama-sama dengan terbentuknya hifema.

iii. Bila keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas.

3. Hifemaa. Definisi dan etiologi

i. Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.

b. Tanda dan gejalai. Pasien akan mengeluh sakit, di sertai

dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun.

ii. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia(lumpuhnya m.sp) dan iridodialisis(robrknya iris pada daerah insersionya).

c. Pengobatan i. Pengobatan dengan merawat pasien

dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulasi, dan mata ditutup. Pada anak yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Asetazolamida diberikan bila terjadi penyulit glaukoma.

ii. Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila berjalan penyakit tidak berjalan demikian maka sebaiknya penderita dirujuk.

iii. Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan di lakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda inhibisi komea, glaukoma

Page 17: Annisa_lbm 5 Modul Mata

sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.

d. Komplikasi i. Kadang-kadang sesudah hifema hilang

atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang.

ii. Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata.

iii. Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis buibi dan kebutaan.

iv. Hifema spontan pada anak sebaiknya dipikirkan kemungkinan leukemia dan retinoblastoma.

e. Bedah Pada Hifemai. Parasentesis

1. Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau nanah dari bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut : dibuat insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya biia dilakukan penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan keluar. Bila, darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologik.

2. Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit.

Page 18: Annisa_lbm 5 Modul Mata

4. Iridosiklitisa. Definisi

i. Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan iridosiklitis atau radang uvea anterior.

b. Tanda dan gejalai. Pada mata akan terlihat mata merah,

akibat adanya darah di dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil yang mengecil dengan tajam penglihatan menurun.

ii. Pada uveitis anterior diberikan tetes mata midriatik dan steroid topikal. Bila terlihat tanda radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik.

iii. Sebaiknya pada mata ini diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus dengan midriatika.

e. Trauma Tumpul Pada Lensai. Tanda dan gejala

1. Dislokasi fensaa. Definisi

i. Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonula Zinn yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu.

2. Subluksasi lensaa. Etiologi

i. Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula Zinn sehingga lensa berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula Zinn yang rapuh (Sin( Marphan).

b. Tanda dan gejalai. Pasien pasca trauma akan mengeluh

penglihatan berkurang.ii. Subluksasi lensa akan memberikan

gambaran pada iris berupa iridodonesis.

Page 19: Annisa_lbm 5 Modul Mata

iii. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa elastis akan meniadi cembung, dan mata akan menjadi lebih miopik. Lensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi sempit pada mata mudah terjadi glaukoma sekunder.

c. komplikasii. Subluksasi dapat mengakibatkan

glaukoma sekunder dimana terjadi penutupan sudut bilik mata oleh lensa yang mencembung.

d. Pengobatan i. Bila tidak terjadi penyulit subluksasi

lensa seperti glaucoma atau uveitis maka tidak dilakukan pengeluaran lensa dan diberi kacamatar koreksi yang sesuai.

3. Luksasi lensa anteriora. Etiologi

i. Bila seluruh zonula Zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat masuk ke dalam bilik mata depan.

ii. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan ini maka akan terjadi gangguan pengaliran ke cairan bilik mata sehingga akan timbul glaukoma kongestif akut dengan gejala-gejalanya.

b. Tanda dan gejalai. Pasien akan mengeluh penglihatan

menurun mendadak, disertai sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme.

ii. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema komea, lensa di dalam mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi.

c. Pengobatan

Page 20: Annisa_lbm 5 Modul Mata

i. Pada luksasi lensa anterior sebaiknya pasien secepatnya dikirim pada dokter mata untuk dikeluarkan lensanya dengan terlebih dahulu diberikan asetazolamida untuk menurunkan tekanan bola matanya.

4. Luksasi lensa posteriora. Etiologi

i. Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran ekuator, lensa sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli.

b. Tanda dan gejalai. Pasien akan mengeluh adanya skotoma

pada lapang pandangan akibat lensa mengganggu kampus.

ii. Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa + 12.0 dioptri untulk jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans.

c. Penyulit i. Lensa yang terialu lama berada pada

polus posterior dapat menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa, berupa glaukoma fakolitik ataupun uveitis fakotoksik.

d. Pengobatan i. Bila luksasi lensa telah menimbulkan

penyulit sebaiknya secepatnya dilakukan ekstraksi lensa.

5. Katarak Traumaa. Etiologi

i. Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul terlilhat sesudah beberapa hari ataupun tahun.

Page 21: Annisa_lbm 5 Modul Mata

ii. Pada trauma tumpul akan terlilhat katarak subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius.

iii. Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan.

b. Tanda dan gejalai. Pada keadaan ini akan terlihat secara

histopatologik masa lensa yang akan bercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakoanafilaktik.

ii. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan terlilhat mutiara Elsching.

c. Pengobatan i. Pengobatan katarak traumatik

tergantung pada saat terjadinya.ii. Bila terjadi pada anak sebaiknya

dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untulk mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra okular primer atau sekunder.

iii. Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaukama, uveitis dan

Page 22: Annisa_lbm 5 Modul Mata

lain sebagainya maka segera dilakulkan ekstraksi lensa.

d. Penyulit i. Penyulit uveitis dan glaukoma sering

dijumpai pada orang usia tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglilhatan.

ii. Keadaan ini dapat disertai perdarahan. ablasi retina, uveitis atau salah letak lensa.

6. Cincin Vossiusa. Definisi

i. Pada trauma lensa dapat terlihat apa yang disebut sebagai cincin Vossius yang merupakan cincin berpigmen yang terletak tepat di belak pupil yang dapat terjadi segera setelah trauma, yang merupakan deposit pigmen iris pada dataran depan lensa sesudah sesuatu trauma, seperti suatu stempel jari.

b. Tanda dan gejalai. Cincin hanya menunjukkan. tanda bahwa

mata tersebut telah mengalami suatu trauma tumpul.

f. Trauma Tumpul Retina dan Koroidi. Tanda

1. Edema retina dan korolda. Etiologi dan tanda

i. Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema retina penglihatan akan sangat menurun.

ii. Edema retina akan memberikan warna retina yang lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. Berbeda dengan oklusi arteri retina sentral dimana terdapat edema retina kecuali daerah makula, sehingga pada keadaa akan

Page 23: Annisa_lbm 5 Modul Mata

terlihat cherry red spot yang berwarna merah.

iii. Edema retina akibat trauma tumpul juga mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot.

iv. Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema makula atau edema Berlin. Pada keadaan ini akan terjadi edema luas sehingga seluruh polus posterior fundus okuli berwarna abu-abu.

v. Umumnya penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunnya daerah makula oleh sel pigmen epitel.

2. Ablasi retinaa. Etiologi

i. Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina koroid pada penderita, ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina ini seperti retina tipis akibat rel semata, miopia, dan proses degenerasi retina lainnya.

b. Tanda dan gejalai. Pada pasien akan terdapat keluhan

seperti adanya selaput seperti tabir mengganggu lapang pandangannya. Bila terkena atau ter daerah makula maka tajam penglihatan akan menurun.

ii. Pada pemeriksaan funduskopi, akan terlihat retina yang berm abu-abu dengan pernbuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok.

iii. Kadang-kadang terlihat pembuluh darah seperti yang terputus-putus.

c. Pengobatan

Page 24: Annisa_lbm 5 Modul Mata

i. Pada pasien dengan ablasi retina maka secepatnya dirawat untuk dilakukan pembedahan oleh dokter mata.

g. Trauma Koroidi. Tanda

1. Ruptur koroida. definisi

i. Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik.

b. Tanda dan gejalai. Biia ruptur koroid ini terletak atau

mengenai daerah makula lutea maka tajam penglihatan akan turun dengan sangat.

ii. Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina agak sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan terlihat bagian ruptur berwarna putih Karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.

h. Trauma Tumpul Saraf Optiki. Tanda

1. Avulsi papil saraf optika. Etiologi

i. Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf optik.

b. Tanda dan gejalai. Keadaan ini akan mengakibatkan

turunnya tajam penglilhatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan.

c. Pengobatan i. Penderita ini perlu dirujuk untuk dinilai

kelainan fungsi retina dan saraf optiknya.2. Optik neuropati traumatik

Page 25: Annisa_lbm 5 Modul Mata

a. Etiologi i. Trauma tumpul dapat mengakibatkan

kompresi pada saraf optik, demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik.

b. Gejala dan tandai. Penglihatan akan berkurang setelah

cidera mata. Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retina.

ii. Tanda lain yang dapat diemukan adalah gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil saraf optik dapat normal beberapa minggu sebelum menjadi pucat.

c. DDi. Diagnosis banding penglihatan turun

setelah sebuah cidera mata adalah trauma retina, perdarahan badan kaca, trauma yang mengakibatKan kerusakan pada kiasma optik.

d. Pengobatan i. Pengobatan adalah dengan merawat

pasien pada waktu dengan memberi steroid. Bila penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu dipertimbangkan untuk pembedahan.

2. Trauma Tembus Bola Mataa. Tanda

i. Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila robekan konjungtiva ini atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila robekan konjungtiva lebih 1 cm diperlukan tindakan penjahitan untuk mencegah terjadinya granuloma. Pada setiap robekan konjungtiva perlu diperhatikan terdapatnya robekan sclera bersama-sama dengan robekan konjungtiva tersebut.

Page 26: Annisa_lbm 5 Modul Mata

ii. Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti:

1. Tajam penglihatan yang menurun2. Tekanan bola mata rendah3. Bilik mata dangkal4. Bentuk dan letak pupil yang berubah5. Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera6. Terdapat jaringan yang di proplaps seperti cairan

mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina7. Konjungtiva kemotis

b. Pengobatan i. Bila terlihat salah satu tanda di atas atau dicurigai adanya

perforasi bola mata maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotika topikal dan mata ditutup dan segera dikirim pada dokter mata untulk dilakukan pembedahan.

ii. Pada setiap terlihat kemungkinan trauma perforasi sebaiknya dipastikan apakah ada benda asing yang masuk ke dalam mata dengan membuat foto.

iii. Pada pasien dengan luka tembus bola mata selamanya diberikan antibiotika sistemik atau intravena dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan.

iv. Pasien juga diberi anti tetanus profilaktik, analgetika, dan kalau perlu penenang. Sebelum dirujuk mata tidak diberi salep, karena salep dapat masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh diberi steroid local dan beban yang diberikan pada mata tidak menekan bola mata.

c. Etiologi i. Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda

asing ke dalam bola mata. Benda asing di dalam bola mata pada dasarnya perlu dikeluarkan. Benda asing yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan alat magnit raksasa. Benda yang tidak magnetik dikeluarkan vitrektomi.

d. Penyulit i. Penyulit yang dapat timbul pada terdapatnya benda asing

intraokular adalah endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan ftisis bulbi.

Page 27: Annisa_lbm 5 Modul Mata

3. Benda Asing Intraokulara. Benda asing magnetik intraokular

i. Diagnosis 1. Anamnesis

a. Pada keadaan diduga adanya benda asing magnetik intraokular perlu diambil riwayat terjadinya trauma dengan baik.

2. Tanda dan gejala a. Benda asing intraokular yang magnetik

ataupun tidak akan memberikan gangguan pada tajam penglihatan. Akan terlihat kerusakan kornea, lensa iris ataupun sklera penglihatan. Akan terlihat kerusakan kornea, lensa iris ataupun sklera yang merupakan tempat jalan masuknya benda asing ke dalam bola mata.

3. PPa. Bila pada pemeriksaan pertama lensa masih

jernih maka untuk melihat kedudukan benda asing di dalam bola mata dilakukan melebarkan pupil dengan midriatika.

b. Pemeriksaan funduskopi sebaiknya segera di lakukan karena bila lensa terkena maka akan lensa menjadi keruh secara perlahan-lahan sehingga akan memberikan kesukaran untuk melihat jaringan belakang lensa.

c. Pemeriksaan radiologik akan memperlihatkan bentuk dan besar benda asing yang terletak intraokular. Bila pada pemeriksaan radiologik dipakai cincin Flieringa atau lensa kontak Comberg akan terlihat benda bergerak bersama dengan pergerakan bola mata.

d. Untuk menentukan letak benda asing ini dapat dilakukan pameriksaan tambahan lain yaitu dengan metal locator.

e. Pemeriksaan ultrasonografi digunakan untuk pemeriksaan yang lebih menentukan letak clan gangguan terhadap jaringan sekitar lainnya.

ii. Pengobatan

Page 28: Annisa_lbm 5 Modul Mata

1. Pengobatan pada benda asing intraokular ialah dengan mengeluarkannya dan dilakukan dengan perencanaan pembedahan agar tidak memberikan kerusakan yang lebih berat terhadap bola mata.

2. Mengeluarkan benda asing melalui jalan melewati skiera merupakan cara untuk tidak merusak jarinan lain.

4. Trauma Kimiaa. Etiologi

i. Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan yang memakai bahan kimia di abad modern.

b. Bahan kimiai. Dibedakan

1. Bahan kimia yang dapat mengakibaIkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk:

a. Trauma Asam b. Trauma Basa atau Alkali.

ii. Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada:1. pH, 2. Kecepatan, 3. Jumlah bahan kimia tersebut mengenai mata.4. Dibanding bahan asam, maka trauma oleh bahan

alkali cepat dapat merusak dan menembus kornea. c. Pengobatan

i. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera.

ii. lrigasi daerah yang terkena trauma kimia merupa tindakan yang segera harus dilakukan karena dapat memberikan penyulit yang lebih berat.

iii. Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologi atau air bersih lainnya selama mungkin dan paling sedikit 15-30 menit.

iv. Luka bahan kimia harus dibilas secepatnya dengan air yang tersedia pada saat itu seperti dengan air keran, larutan garam fisiologik, dan asam berat.

Page 29: Annisa_lbm 5 Modul Mata

v. Anestesi topikal diberikan pada keadaan dimana terdapat blefarospasme berat.

vi. Untuk bahan asam digunakan larutan natrium bikarbonat 3% sedang untuk basa larutan asam borat, asam asetat 0.5% atau bufer as asetat pH 4.5% untuk menetralisir. Diperhatikan kemungkinan terdapat benda asing penyebab luka tersebut.

vii. Untuk bahan basa diberikan EDTA. Pengobatan yang diberi adalah antibiotika topikal, sikioplegik dan bebat mata selama mata masih sakit.

viii. Regenerasi epitel akibat asam lemah dan alkali sangat lambat yang biasanya sempurna setelah 3-7 hari.

d. klasifikasii. Trauma Asam

1. Etiologi a. Bahan asam yang dapat merusak mata

terutama bahan anorga organik (asetat, forniat),d an organik anhidrat (asetat).

2. Patofisiologi a. Bila bahan asam mengenai mata maka akan

segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti terhadap trauma basa sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan lebih dalam.

3. Pengobatan a. Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan

yang terkena secepatnya dan selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma.

b. Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali, sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu.

ii. Trauma Basa atau Alkali1. Patofisiologi

Page 30: Annisa_lbm 5 Modul Mata

a. Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik.

b. Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah bertambah kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus ke dalam bola mata akan merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita.

2. Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan dalam :

a. Derajat 1 hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata

b. Derajat 2 hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang epitel kornea

c. Derajat 3 :hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea

d. Derajat 4: konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.

3. Pengobatan a. Tindakan bila terjadi trauma basa adalah

dengan secepatnya melakukan irigasi dengan garam fisiologik. Sebaiknya irigasi dilakukan selama mungkin. Bila mungkin irigasi dilakukan paling sedikit 60 menit segera setelah trauma.

b. Penderita diberi sikloplegia, antibiotika, EDTA untuk mengikat basa. EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma alkali diperlukan untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ke tujuh.

4. Penyulit a. Penyulit yang dapat timbul trauma alkali

adalah

Page 31: Annisa_lbm 5 Modul Mata

i. Ssimblefaron, ii. Kekeruhan kornea, iii. Edema dan neovaskularisasi kornea,iv. Katarak, disertai dengan terjadi ftisis bola

mata.

5. Trauma Radiasi Elektromagnetika. Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah

i. Sinar inframerahii. Sinar ultravioletiii. Sinar X dan sinar terionisasi

b. Trauma Sinar Infra Merahi. Patofisiologi

1. Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari dan pada saat bekerja dipemanggangan. Kerusakan ini da terjadi akibat terkonsentrasinya sinar inframerah terlihat. Kaca yang mencair seperti yang ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan menggeluarkan sinar infra merah. Bila seseorang berada pada jarak kaki sela satu menit di depan kaca yang mencair dan pupilnya lebar atau midria maka suhu lensa akan naik sebanyak 9 derajat Celcius. Demikian pula yang mengabsorpsi sinar infra merah akan panas sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya. Absorpsi sinar infra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan eksfoliasi kapsul lensa.

ii. Factor resiko terkena1. Akibat sinar ini pada lensa maka katarak mudah

terjadi pada pekerja industri gelas dan pemanggangan logam.

iii. DD1. Sinar infra merah akan mengakibatkan keratitis

superfisial, katarak kortikal anterior-posterior dan koagulasi pada koroid.

2. Bergantung pada beratnya lesi akan terdapat skotoma sement ataupun permanen.

iv. Pengobatan

Page 32: Annisa_lbm 5 Modul Mata

1. Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi kecuali mencegah terkenanya mata oleh sinar infra merah ini.

2. Steroid sistemik dan lokal diberikan uniuk mencegah terbentuk jaringan parut pada makula atau untuk mengurangi gejala radang yang timbul.

c. Trauma Sinar Ultra Violet (Sinar Las)i. Definisi

1. Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nM.

ii. Patofisiologi 1. Sinar ultra violet banyak terdapat padd saat bekerja

las, dan menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari di atas salju. Sinar ultraviolet akan segera merusak epitel kornea. Sinar ultra violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.

iii. Tanda dan gejala 1. Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan

memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik.

2. Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada permukaannya, yang kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan uji fluoresein positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura paipebra.

3. Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu.

4. Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada komea. Keratitis dapat bersifat akibat efek kumulatif sinar ultra violet sehingga gambaran keratitisnya menjadi berat.

Page 33: Annisa_lbm 5 Modul Mata

iv. Pengobatan 1. Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia,

antibiotika lokal, analgetik, dan mata ditutup untuk selama 2-3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.

d. Sinar lonisasi dan Sinar Xi. Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk:

1. Sinar alfa yang dapat diabaikan2. Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan3. Sinar gama dan4. Sinar X

ii. Patofisiologi 1. Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan

katarak dan rusaknya retina. Dosis kataraktogenik bervariasi dengan energi dan tipe sinar, lensa yang lebih muda dan lebih peka.

2. Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel secara tidak normal. Sedang sel baru yang berasal dari set germinatif lensa tidak menjadi jarang.

3. Sinar X merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yang diakibatkan diabetes melitus berupa dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata, dan eksudat.

4. Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang mengakibatkan kerusakan permanen yang sukar diobati. Biasanya akan terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis ringan. Pada keadaan yang berat akan mengakibatkan parut konjungtiva atrofi set goblet yang akan mengganggu fungsi air mata.

iii. Pengobatan 1. Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal

dengan steroid 3 kali sehari dan sikioplegik satu kali sehari.

2. Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan.

Komplikasi Trauma

e. Glaukoma Sekunder Pasca Truma

Page 34: Annisa_lbm 5 Modul Mata

i. Trauma dapat mengakibatkan kelainan jaringan dan susunan di dalam mata yang dapat mengganggu pengaliran cairan mata sehingga menimbulkan glaukoma sekunder. Jenis kelainan yang menimbulkan glaukoma adalah kontusi sudut.

ii. Glaukoma Kontusi Sudut1. Etiologi

a. Trauma dapat mengakibatkan tergesernya pangkal iris ke belakang sehingga terjadi robekan trubekulum dan gangguan fungsi trubeklum ini akan mengakibatkan hambatan pengaliran keluar cairan mata.

2. Pengobatan a. Pengobatan biasanya dilakukan seperti mengobati

glaukoma terbuka yaitu dengan obat lokal atau sistemik. Bila tidak terkontrol pengobatan maka dilakukan pembedahan.

iii. Glaukoma Dengan Dislokasi Lonsa1. Patofisiologi

a. Akibat trauma tumpul dapat terjadi putusnya zonula Zinn, yang mengakibatkan kedudukan lensa tidak normal. Kedudukan lensa normal ini akan mendorong iris ke depan sehingga terjadi penutupan bilik mata. Penutupan sudut bilik mata akan menghambat pengaliran keluar cairan mata sehingga akan menimbulkan glaukoma sekunder.

2. Pengobatan a. Pengobatan yang dilakukan adalah mengangkat

penyebab lensa sehingga sudut terbuka kembali.

Fraktur cavum orbita???

Trauma tumpul orbita yang kuat dapat menyebabkan bola mata terdorong dan menimbulkan fraktur orbita. Fraktur orbita sering merupakan perluasan fraktur dari maksila yang diklasifikasikan menurut Le Fort, dan fraktur tripod pada zygoma yang akan mengenai dasar orbita. Apabila pintu masuk orbita menerima suatu pukulan, maka gaya-gaya penekan dapat menyebabkan fraktur dinding inferior dan medial yang tipis, disertai dengan prolaps bola mata

Page 35: Annisa_lbm 5 Modul Mata

beserta jaringan lunak ke dalam sinus maksilaris (fraktur blow-out). Mungkin terdapat cedera intraokular terkait, yaitu hifema, penyempitan sudut, dan ablasi retina. Enoftalmos dapat segera terjadi setelah trauma atau terjadi belakangan setelah edema menghilang dan terbentuk sikatrik dan atrofi jaringan lemak.

Pada soft-tissue dapat menyebabkan perdarahan disertai enoftalmus dan paralisis otot-otot ekstraokular yang secara klinis tampak sebagai strabismus. Diplopia dapat disebabkan kerusakan neuromuskular langsung atau edema isi orbita. Dapat pula terjadi penjepitan otot rektus inferior orbita dan jaringan di sekitarnya. Apabila terjadi penjepitan, maka gerakan pasif mata oleh forseps menjadi terbatashttp://redir.opera.com/speeddials/portal/

- Tindakan untuk mengatasi trauma?- Tanda dan gejala :- Penyebab trauma?

Trauma tumpul = Pukulan, batu, bola tenis

Pencegahan o Trauma dapat dicegah dan diperlukan penerangan kepada

masyarakat uuntuk menghindarkan terjadinya trauma pada mata seperti :

Trauma tumpul akibat kecelakaan tidak dapat dicegah kecuali trauma tumpul perkelahian

Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindarkan terjadinya trauma tajam

Page 36: Annisa_lbm 5 Modul Mata

Setiap pekerja yang sering berhubungan dengan bahan kimia sebaiknya mengerti bahan apa yang ada di tempat kerjanya

Pada pekerja las sebaiknya menghindarkan diri terhadap sinar dan percikan bahan las dengan memakai kacamata

Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya untuk matanya.Sumber : Prof.dr.sidarta ilyas DSM

- prognosiso mata sembuh dengan baik setelah trauma minor dan jarang

terjadi sekuele jangka panjang karena munculnya sindrom erosi berulang. Namun trauma tembus mata seringkali dikaitkan dengan kerusakan penglihatan berat dan mungkin membutuhkan pembedahan ekstensif. Retensi jangka panjang dari benda asing berupa besi dapat merusak fungsi retina dengan menghasilkan radikal bebas. Serupa dengan hal itu, trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka panjangdan rasa tidak enak pada mata. Trauma tumpul dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang tidak dapat diterapi jika terjadi lubang retina pada fovea. Penglihatan juga akan terganggu jika koroid pada makula rusak. Dalam jangka panjang dapat timbul glaukoma sekunder pada matabeberapa tahun setelah cedera awal jika jalinan trabekula mengalami kerusakan. Trauma orbita berat juga dapat menyebabkan masalah kosmetik dan okulomotor.Sumber : oftalmologi

1.4 Penatalaksanaan Trauma Tumpul Bola Mata

Prinsip penanganan trauma tumpul bola mata adalah apabila tampak jelas adanya ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat anestesi umum. Sebelum pembedahan, tidak boleh diberikan sikloplegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas obat akan meningkat pada jaringan intraokular yang terpajan. Antibiotik dapat

Page 37: Annisa_lbm 5 Modul Mata

diberikan secara parenteral spektrum luas dan pakaikan pelindung fox pada mata. Analgetik, aneiemetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai kebutuhan, dengan restriksi makan dan minum. Induksi anestesi umum harus menghindari substansi yang dapat menghambat depolarisasi neuromuskular, karena dapat meningkatkan secara transien tekanan bola mata, sehingga dapat memicu terjadinya herniasi isi intraokular.3,6

Pada trauma yang berat, ahli oftalmologi harus selalu mengingat kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan mata lengkap. Anestetik topikal, zat warna, dan obat lainnya yang diberikan ke mata yang cedera harus steril.6

Kecuali untuk cedera yang menyebabkan ruptur bola mata, sebagian besar efek kontusio-konkusio mata tidak memerlukan terapi bedah segera. Namun, setiap cedera yang cukup parah untuk menyebabkan perdarahan intraokular sehingga meningkatkan risiko perdarahan sekunder dan glaukoma memerlukan perhatian yang serius, yaitu pada kasus hifema.6,9

Kelainan pada palpebra dan konjungtiva akibat trauma tumpul, seperti edema dan perdarahan tidak memerlukan terapi khusus, karena akan menghilang sendiri dalam beberapa jam sampai hari. Kompres dingin dapat membantu mengurangi edema dan menghilangkan nyeri, dilanjutkan dengan kompres hangat pada periode selanjutnya untuk mempercepat penyerapan darah. Pada laserasi kornea , diperbaiki dengan jahitan nilon 10-0 untuk menghasilkan penutupan yang kedap air. Iris atau korpus siliaris yang

Page 38: Annisa_lbm 5 Modul Mata

mengalami inkarserasi dan terpajan kurang dari 24 jam dapat dimasukkan ke dalam bola mata dengan viskoelastik. Sisa-sisa lensa dan darah dapat dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi mekanis atau vitrektomi. Luka di sklera ditutup dengan jahitan 8-0 atau 9-0 interrupted yang tidak dapat diserap. Otot-otot rektus dapat secara sementara dilepaskan dari insersinya agar tindakan lebih mudah dilakukan.6

Prognosis pelepasan retina akibat trauma adalah buruk, karena adanya cedera makula, robekan besar di retina, dan pembentukan membran fibrovaskular intravitreus. Vitrektomi merupakan tindakan yang efektif untuk mencegah kondisi tersebut.3

Pada hifema, bila telah jelas darah telah mengisis 5% kamera anterior, maka pasien harus tirah baring dan diberikan tetes steroid dan sikloplegik pada mata yang sakit selama 5 hari. Mata diperiksa secara berkala untuk mencari adanya perdarahan sekunder, glaukoma, atau bercak darah di kornea akibat pigmentasi hemosiderin. Penanganan hifema, yaitu :12

1. Pasien tetap istirahat ditempat tidur (4-7 hari ) sampai hifema diserap.

2. Diberi tetes mata antibiotika pada mata yang sakit dan diberi bebat tekan.

3. Pasien tidur dengan posisi kepala miring 60º diberi koagulasi.

4. Kenaikan TIO diobati dengan penghambat anhidrase karbonat. (asetasolamida).

Page 39: Annisa_lbm 5 Modul Mata

5. Di beri tetes mata steroid dan siklopegik selama 5 hari.

6. Pada anak-anak yang gelisah diberi obat penenang

7. Parasentesis tindakan atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan bila ada tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.

8. Asam aminokaproat oral untuk antifibrinolitik.

9. Evakuasi bedah jika TIO lebih 35 mmHg selama 7 hari atau lebih 50 mmH selama 5 hari.

10. Vitrektomi dilakukan bila terdapat bekuan sentral dan lavase kamar anterior.

11. Viskoelastik dilakukan dengan membuat insisi pada bagian limbus.

Pada fraktur orbita, tindakan bedah diindikasikan bila:6

- Diplopia persisten dalam 30 derajat dari posisi primer pandangan, apabila terjadi penjepitan

- Enoftalmos 2 mm atau lebih

- Sebuah fraktur besar (setengah dari dasar orbita) yang kemungkinan besar akan menyebabkan enoftalmos.

Page 40: Annisa_lbm 5 Modul Mata

Penundaan pembedahan selama 1 – 2 minggu membantu menilai apakah diplopia dapat menghilang sendiri tanpa intervensi. Penundaan lebih lama menurunkan kemungkinan keberhasilan perbaikan enoftalmos dan strabismus karena adanya sikatrik. Perbaikan secara bedah biasanya dilakukan melalui rute infrasiliaris atau transkonjungtiva. Periorbita diinsisi dan diangkat untuk memperlihatkan tempat fraktur di dinding medial dan dasar. Jaringan yang mengalami herniasi ditarik kembali ke dalam orbita, dan defek ditutup dengan implan.3,6http://ahmadrahmawan.blogspot.com/2009/10/trauma-tumpul-bola-mata-occular.html