Anggaran Berbasis Kinerja

10
Sistem Anggaran Berbasis Kinerja Performance budgeting system adalah metode penganggaran yang menghubungkan anggaran dengan outcome. Model penganggaran ini dimulai di awal tahun 1990 an. Konsep dasar dari PBB adalah sebagai berikut: 1. Objectives. Agensi harus mengembangkan rencana strategis yang mengandung tujuan publik. 2. Pengukuran kinerja. Agensi harus mengambangkan sistem yang spesifik, sistematis, dalam mengukur outcome dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan 3. Hubungan (linkage). Objective dan sistem pengukuran kinerja 4. Akuntabilitas. Agensi bertanggung jawab terutama untuk outcomes. Setiap konsep dasar tersebut membutuhkan elemen kunci agar model PBB bisa berjalan. Elemen dasar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Objectives. Harus ada sebuah kesepakatan antara legislatif dan agensi terkait dengan tujuan yang hendak dicapai. 2. Pengukuran kinerja. Sistem akuntansi harus bisa menghubungkan pengukuran kinerja terkait cost dan outcome yang spesifik. 3. Hubungan (linkage). Sejauh mana kinerja agensi dipengaruhi anggaran yang ada 4. Akuntabilitas. Manajer diberi kepercayaan untuk menghasilkan outcome.

description

ASP

Transcript of Anggaran Berbasis Kinerja

Page 1: Anggaran Berbasis Kinerja

Sistem Anggaran Berbasis Kinerja

Performance budgeting system adalah metode penganggaran yang menghubungkan anggaran

dengan outcome. Model penganggaran ini dimulai di awal tahun 1990 an. Konsep dasar dari

PBB adalah sebagai berikut:

1. Objectives. Agensi harus mengembangkan rencana strategis yang mengandung tujuan

publik.

2. Pengukuran kinerja. Agensi harus mengambangkan sistem yang spesifik, sistematis,

dalam mengukur outcome dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan

3. Hubungan (linkage). Objective dan sistem pengukuran kinerja

4. Akuntabilitas. Agensi bertanggung jawab terutama untuk outcomes.

Setiap konsep dasar tersebut membutuhkan elemen kunci agar model PBB bisa berjalan.

Elemen dasar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Objectives. Harus ada sebuah kesepakatan antara legislatif dan agensi terkait dengan

tujuan yang hendak dicapai.

2. Pengukuran kinerja. Sistem akuntansi harus bisa menghubungkan pengukuran kinerja

terkait cost dan outcome yang spesifik.

3. Hubungan (linkage). Sejauh mana kinerja agensi dipengaruhi anggaran yang ada

4. Akuntabilitas. Manajer diberi kepercayaan untuk menghasilkan outcome.

Penggunaan outcome dalam mengukur kinerja sangat penting. Hal ini harus dipikirkan sejak

anggaran disusun. Hal ini akan menjadi dokumen yang terkait langsung dengan anggaran.

Selain itu outcome dapat mengukur efektivitas dari anggaran yang sudah dijalankan.

Measures of Performance

Ada beberapa level pengukuran kinerja menurut PPBS yaitu:

1. Input: sumber daya yang digunakan untuk memberikan fasilitas publik. Pengukurna

input lebih mudah dilaksanakan.

2. Aktivitas: output/ kerja dari agensi.

3. Efisiensi: hubungan antara cost per unit dengan aktivitas. Pengukuran ini agak sedikit

kompleks pada beberapa hal tertentu. Misalnya kegiatan yang bersifat abstrak dan

kegiatan fisik yang belum selesai/ belum digunakan.

Page 2: Anggaran Berbasis Kinerja

4. Outcomes: sejauh mana kegiatan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Outcome lebih

tinggi dari output. Contohnya; menurunnya tingkat kriminalitas adalah outcome dari

departemen kepolisian dsb.

Permasalahan adalah terkadang objective bukan dikontrol oleh agensi itu sendiri.

5. Efektivitas: berapa banyak capaian yang didapat oleh agensi. Efektivitas merupakan hal

yang paing susah karena harus menyampaikan kenapa berhasil atau gagal atas suatu

tujuan.

Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud dan tujuan permintaan dana.

Kedua, biaya dari program-program yang diusulkan dalam mencapai tujuan ini. Dan yang

ketiga, data kuantitatif yang dapat mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan

untuk tiap-tiap program. Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini berfokus pada efisiensi

penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu sendiri adalah perbandingan antara output

dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, apabila output yang dihasilkan lebih besar

dengan input yang sama, atau output yang dihasilkan adalah sama dengan input yang lebih

sedikit. Anggaran ini tidak hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang

terjadi pada sistem anggaran tradisional, tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana tertentu

yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan

penggunaan biaya tersebut harus efisien dan efektif.

Ruang lingkup Anggaran Berbasis Kinerja

1. Menentukan Visi dan misi (yang mencerminkan strategi organisasi), tujuan, sasaran, dan

target.

Penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, dan target merupakan tahap pertama yang harus

ditetapkan suatu organisasi dan menjadi tujuan tertinggi yang hendak dicapai sehingga

setiap indikator kinerja harus dikaitkan dengan komponen tersebut. Oleh karena itu,

penentuan komponen-komponen tidak hanya ditentukan oleh pemerintah tetapi juga

mengikutsertakan masyarakat sehingga dapat diperoleh informasi mengenai kebutuhan

publik.

2. Menentukan Indikator Kinerja.

Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian

suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus

merupakan suatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk

menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan

Page 3: Anggaran Berbasis Kinerja

maupun tahap setelah kegiatan selesai dan bermanfaat (berfungsi). Indikator kinerja

meliputi :

a. Masukan (Input) adalah sumber daya yang digunakan dalam suatu proses untuk

menghasilkan keluaran yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya. Indikator

masukan meliputi dana, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, data dan

informasi lainnya yang diperlukan.

b. Keluaran (Output) adalah sesuatu yang terjadi akibat proses tertentu dengan

menggunakan masukan yang telah ditetapkan. Indikator keluaran dijadikan landasan

untuk menilai kemajuan suatu aktivitas atau tolok ukur dikaitkan dengan sasaran-

sasaran yang telah ditetapkan dengan baik dan terukur.

c. Hasil (Outcome) adalah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan atau hasil

nyata dari suatu keluaran. Indikator hasil adalah sasaran program yang telah

ditetapkan.

d. Manfaat (Benefit) adalah nilai tambah dari suatu hasil yang manfaatnya akan nampak

setelah beberapa waktu kemudian. Indikator manfaat menunjukkan hal-hal yang

diharapkan dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi secara optimal.

e. Dampak (Impact) pengaruh atau akibat yang ditimbulkan oleh manfaat dari suatu

kegiatan. Indikator dampak merupakan akumulasi dari beberapa manfaat yang terjadi,

dampaknya baru terlihat setelah beberapa waktu kemudian.

3. Evaluasi dan pengambilan keputusan terhadap pemilihan dan prioritas program.

Kegiatan ini meliputi penyusunan peringkat-peringkat alternatif dan selanjutnya

mengambil keputusan atas program/kegiatan yang dianggap menjadi prioritas.

Dilakukannya pemilihan dan prioritas program/kegiatan mengingat sumber daya yang

terbatas.

4. Analisa Standar Biaya (ASB)

ASB merupakan standar biaya suatu program/kegiatan sehingga alokasi anggaran

menjadi lebih rasional. Dilakukannya ASB dapat meminimalisir kesepakatan antara

eksekutif dan legislatif untuk melonggarkan alokasi anggaran pada tiap-tiap unit kerja

sehingga anggaran tersebut tidak efisien. Dalam menyusun ABK perlu memperhatikan

prinsip-prinsip penganggaran, perolehan data dalam membuat keputusan anggaran, siklus

perencanaan anggaran daerah, struktur APBN/D, dan penggunaan ASB. Dalam

menyusun ABK yang perlu mendapat perhatian adalah memperoleh data kuantitatif dan

membuat keputusan penganggarannya.

Page 4: Anggaran Berbasis Kinerja

Perolehan data kuantitatif bertujuan untuk : memperoleh informasi dan pemahaman

berbagai program yang menghasilkan output dan outcome yang diharapkan, menjelaskan

bagaimana manfaat setiap program bagi rencana strategis. Berdasarkan data kuantitatif

tersebut dilakukan pemilihan dan prioritas program yang melibatkan tiap level dari

manajemen pemerintahan. (RP-SB).

Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan belanja daerah adalah

Analisa Standar Biaya (ASB). Alokasi belanja ke dalam aktivitas untuk menghasilkan

output seringkali tanpa disertai alasan dan justifikasi yang kuat. ASB mendorong

penetapan biaya dan pengalokasian anggaran kepada setiap aktivitas unit kerja menjadi

lebih logis dan mendorong dicapainya efisiensi secara terus-menerus karena adanya

pembandingan (benchmarking) biaya per unit setiap output dan diperoleh praktek-

praktek terbaik (best practices) dalam desain aktivitas. Dalam rangka penyusunan

analisis biaya diperlukan prosedur-prosedur yang dapat menjawab pertanyaan berikut :

- Berapa biaya yang harus dibebankan pada suatu pelayanan sehingga dapat menutupi

semua biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan pelayanan tersebut?

- Apakah lebih efektif jika kita mengontrakkan pelayanan kepada pihak luar daripada

melaksanakannya sendiri?

- Jika kita meningkatkan/menurunkan volume pelayanan, apa pengaruhnya pada biaya

yang akan kita keluarkan? Biaya apa yang akan berubah dan berapa banyak

perubahannya?

- Biaya pelayanan apa yang harus dibayar tahun ini bila dibanding dengan tahun

selanjutnya?

Kelebihan Anggaran berbasis Kinerja

1. Penekanan pada dimasukannya deskripsi secara naratif dari setiap aktivitasdi setiap

anggaran yang diajukan .

2. Anggaran disusun berdasarkan aktivitas, dengan permintaan yangdidukung oleh estimasi

biaya dan pencapaian yang diukur secarakuantitatif .

3. Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan input .

4. Anggaran kinerja yang mensyaratkan adanya data-data kinerjaimemungkinkan legislatif

untuk menambah atau mengurangi dari jumlahyang diminta dalam fungsi dan aktivitas

tertentu. Hal tersebut tidak dapatdilakukan kalau data yang ada hanyalah data belanja

(object of expenditure). Setelah diputuskan oleh legislatif, eksekutif harus menurutdan

merevisi anggarannya .

Page 5: Anggaran Berbasis Kinerja

5. Menyediakan kepala eksekutif pengendalian yang lebih terhadapan bawahannya. Kepala

eksekutif tidak hanya melihat berapa banyak yangdibelanjakan bawahannya, namun juga

menilai kinerja aktivitasmenggunakan standar satuan mata uang atau unit aktivitas.

6. Anggaran kinerja menekankan aktivitas yang memakai anggaran daripada berapa jumlah

anggaran yang terpakai.

Kelemahan Anggaran berbasis Kinerja

1. Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf anggaran atau

akuntansi yang memiliki kemampuan yang memadai untuk mengidentifikasi unit

pengukuran dan melaksanakan analisis biaya.

2. Banyak jasa dan aktivitas pemerintah tidak dapat langsung terukur dalam satuan unit

output atau biaya per unit yang dapat dimengerti denganmudah.

3. Akun-akun dalam pemerintahan telah secara khusus dibuat dengan dasar anggaran yang

dikeluarkan (cash basis). Hal ini membuat pengumpulan data untuk keperluan pengukuran

kinerja sangat sulit, bahkan kadang kala tidak memungkinkan.

4. Kadang kala, aktivitas langsung diukur biayanya secara detail dan dilakukan pengukuran

secara detail lainnya tanpa adanya pertimbangan memadai yang diberikan pada perlu atau

tidaknya aktivitas itu sendiri. Dengan kata lain, tidak ada pertimbangan untuk menentukan

apakah aktivitas tersebut merupakan alat terbaik untuk mencapai tujuan organisasi.

Persyaratan Anggaran berbasis Kinerja

1. Adanya indikator kinerja yang jelas

2. Adanya Standar analisis belanja (SAB). Penilaian kewajaran atas beban kerja dan

biaya terhadap kegiatan.

3. Adanya Tolok ukur kinerja. Ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit

organisasi perangkat daerah.

4. Adanya Standar biaya. Harga satuan unit biaya yang berlaku bagi tiap-tiap daerah.

Proses Penyusunan Anggaran berbasis Kinerja di Pemerintah Daerah

1. Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya

sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat pada pertengahan bulan

Juni tahun berjalan. Kebijakan umum APBD tersebut berpedoman pada RKPD.

Proses penyusunan RKPD tersebut dilakukan antara lain dengan melaksanakan

musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang selain diikuti oleh unsur-

Page 6: Anggaran Berbasis Kinerja

unsur pemerintahan juga mengikutsertakan dan/atau menyerap aspirasi masyarakat

terkait, antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat

(LSM), pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan dunia usaha.

2. DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh

pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran

berikutnya.

3. Berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD,

pemerintah daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran

sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD.

4. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD tahun berikutnya

dengan mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah ditetapkan

oleh pemerintah daerah bersama DPRD.

5. RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam

pembicaraan pendahuluan RAPBD.

6. Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan

daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya.

7. Pemerintah daerah mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai dengan

penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu

pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.

8. Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang APBD

dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan

dilaksanakan.