Anestesi Umum, IV, Muscle Relaxant

36
ANESTESI UMUM ANESTESI INTRAVENA MUSCLE RELAXANT Pembimbing Dr. H. Bambang Setiawan, SpAn

description

eargasasdfawkneel erlbj aek;bjaqe;o bqowi[rbaeiofb [oeb q'e[bf;j DSvb;kjldxb a ;lfbQDRWBP]

Transcript of Anestesi Umum, IV, Muscle Relaxant

ANESTESI UMUMANESTESI INTRAVENA

MUSCLE RELAXANT

Pembimbing Dr. H. Bambang Setiawan, SpAn

ANESTESI RECORDS

Salah satu usaha untuk mengetahui keadaan pasien setiap saat → membantu dalam riset

Dapat diketahui :•Keadaan sebelum operasi•Keadaan selama operasi•Keadaan sesudah opeasi

KETERANGAN UMUM• Perlu diperhatikan :

– Umur (resiko tinggi < 1 tahun & > 60 tahun)– Pekerjaan– D/prabedah

• Keadaan umum :– Gemuk– N, T, R, S, BB, TB– Hb, L, Gol darah, Hasil lab lain– Obat-obat yang dipakai– Penyakit lain

• Menentukan status fisik pasien : ASA

PENILAIAN DAN PERSIAPAN PRA ANESTESIA

-Anamnesis-PF-Laboratorium

ASA

I : Pasien sehat organik, fisiologik,psikiatrik, biokimia

II : Pasien dg penyakit sistemik ringan atau sedang

III : Pasien dg penyakit sistemik berat sehingga aktivitas terbatas

IV : Pasien dg py sistemik berat tdk dpt mlkkn aktivitas rutin dan py nya mrp ancaman kehidupannya setiap saat

V : Pasien sekarat yg diperkirakan dg atau tanpa pembedahan hidupnya tdk akan lebih dari 24 jam

PEMERIKSAAN PASIEN

ANAMNESA•Penyakit lain

•Obat-obatan yang dipakai

(kortikosteroid, β blocker, dll)

•Hobi/kebiasaan (olahraga, rokok)•Pengalaman

anestesi / operasi

PEMERIKSAAN FISIK•Mata•Gigi•Leher

•Tulang punggung (spinal anestesi)

PEMERIKSAAN LAIN•Lab (operasi kecil : darah rutin, operasi

besar : screening test, Hb >8 gr%, prot total

>3 gr%)•Radiologis (1/2 paru

masih berfungsi → boleh anestesi)

•EKG (usia > 40 tahun, infark ≥ 6 bulan)

PEMILIHAN JENIS ANESTESI

Berdasarkan :• ASA• Lokalisasi operasi• Operator

CITO/EMERGENCY

Tanpa persiapan matang1.Bertindak untuk life saving2.Berusaha agar KU optimal– KU cukup - Diuresis > 30cc/jam– Dehidrasi (-) - Tensi > 80 sistole– Sianosis (-) - N < 120-130/mnt– Dispnoe (-)

3.Pasang maag siang (menghindari aspirasi)

RESIKO ANESTESI

Golongan resiko tinggi : Anak & usia > 60 tahunYang perlu diketahui :• Beratnya tindakan operasi• Beratnya penyakit yang menyertai• Efisiensi fungsi pernapasan dan sirkulasiResiko penderita tergantung :• Keadaan penyakit penderita• Macam operasi• Anestesi• Skill operator/anestesia• Sosial-ekonomi pendidikan/RS

CARDIAC RISK INDEX (GOLDMAN)BERSADARKAN PENILAIAN SKOR

History > 70, infark ≤ 6 bln 5

Physical exam Bunyi jantung tambahan atau bendungan vena jugularisAorta stenosis

1011

EKG Ritme bukan sinus5 ventrikel ekstra systole

37

Lab PaO2 < 60, PaCO2 > 50K<3.0, HCO3< 20BUN > 50, Kreatinin > 30Abnormal SGOT, Abnormal fungsi hatiPenderita berbaring 3

Operasi IntraperitonealIntrathoraksEmergency

3

4

KLASIFIKASI (GOLDMAN)

NILAI MORTALITAS

I 0-5 0.9%II 6-12 7%III 13-25 13%IV ≥ 26 78%

KELAS NEW YORK HEART ASSOCIATIONIIIIII

IV

Tidak ada pembatasan aktifitasAktifitas berat terbatas : dapat naik tangga, jalan jauhTerbatas dalam aktivitas rutin : naik tangga/jalan jauh →

sesakDalam keadaan biasa → sesak

PERSIAPAN PRA ANESTESI

MAKSUD :1.Menentukan keadaan

fisik/psikis pasien2.Memilih obat dan jenis

anestesi tergantung keadaan penderita

3.Memperhitungkan resiko dan bahaya anestesi yang

mungkin terjadi

1. Persiapan penderita di ruangan (terutama elektif)2. Persiapan alat-alat dan obat-obatan

3. Persiapan penderita di OK

PERSIAPAN DI RUANGAN :

1.Membaca status2.Pemeriksaan status

3.Penilaian/ usul/konsul

PREMEDIKASI

Pemberian obat 1-2 jam sblm induksi

anestesi

1. Meredakan kecemasan dan ketakutan

2. Memperlancar induksi anestesi

3. Mengurangi sekresi kel ludah dan bronkus

4. Meminimalkan jml obat anestesi

5. Meminimalkan mual muntah pasca anestesi

6. Menciptakan amnesia7. Mengurangi isi cairan

lambung8. Mengurangi refleks

yang membahayakan

• Elektif : ½ jam -3/4 jam pre operasi

• Cyto : langsung saat mau induksi

• Setelah PM : Harus dinilai kembali hasilnya

OBAT-OBAT PREMEDIKASI

GOLONGAN OBAT-OBATAN

BelladonaNarkotika analgetikAnti histamin

Tranquilizer

Neuroleptik

SA, Scopolamin/hyocyaminMorfin, pethidinPenenang, anti emetik, anti alergiMeprobramate (jarang dipakai)Anti emetik dan penenang (Droperidol 1-2 cc)

INDUKSI ANESTESISTATICS

S = Scope ===== > stetoskop, laringoskopT = Tubes ===== > pipa trakeaA = Airway =====> pipa mulut &

faringT = Tape ====== > plester I = Introducer ==> mandrin /

stiletC = Connector ==> penyambung

pipa dgn alat anestesi

S = Suction ==== > penyedot

Tindakan utk membuat pasien

dari sadar mjd tdk sadar.

• Induksi IV : tiopental, propofol, ketamin

• Induksi IM : ketamin

• Induksi Inhalasi : halotan, sevofluran.

RUMATAN ANESTESIA

Tindakan pemeliharaan anestesi sampai tindakan pembedahan selaesai

• Rumatan IV : Fentanil 10-50 µg/kgBB

• Rumatan Inhalasi : N2O : O2 (3:1) ditambah halotan 0.5-2 vol%

MONITORING DALAM ANESTESI

• Suatu aspek dari perawatan pasien, yang berusaha untuk menilai keadaan pasien setiap saat dengan ukuran-ukuran dan data-data objektif.

• Berbeda dengan impresi klinik yang kadang-kadang memakai data-data subjektif

• Suatu usaha manusia untuk mempertajam panca inderanya dengan bantuan alat-alat sehingga perubahan berapa besar pun dapat segera diketahui, dinilai dan diukur

1.Keadaan sirkulasi2.Keadaan respirasi

3.Temperatur4.Fungsi otak

5.Fungsi neuromuskular

APA YANG PERLU DIMONITOR?

MONITORING SIRKULASI

1. Nadi dan detak jantung– Dengan meraba a. radialis, a. brachialis, a.

superficialis temporalis, a. femoralis, a. carotis• Dinilai detik, irama, amplitudo• Sulit dinilai pada vasokontriksi hebat, hipotensi,

hipothermia

– Auskultasi– Fingertip plethysmography

MONITORING SIRKULASI

2. EKG– Mengetahui rate: cepat-lambat– Irama = rhyme– Sistem konduksi jantung– Perubahan dalam pace maker– Timbulnya permatur hebat– Blokade impulses– Depresi miokard– Perubahan elektrolit darah– Tidak menunjukkan COP dan tekanan darah secara langsung

MONITORING SIRKULASI

3. Pengukuran tidak langsung– Tekanan darah arterial dengan manometer air

raksa tidak 100% akurat (Riva Rocci 1896)– Sebagai pegangan dipakai Korotkoff sign– Dibandingkan dengan cara langsung nilainya >

rendah 10 mmHg• Tentukan titik nol (pada orang berbaring adalah pertengahan bagian dorsal

thoraks dan sternum• Lengan yang mula-mula pada titik nol kita angkat perlahan-lahan sampai rencana

di dorsum manus kolaps• Tinggi kolapsnya = besarnya cup

• Dapat juga dng melihat v. jugularis di leher• Titik nol = muara vena besar di jantung kiri (atrium kiri)

• Dipengaruhi oleh kelentingan dan spasme pembuluh darah

MONITORING SIRKULASI

4. Pengukuran langsung tekanan darah a. radialis → punctie → ujung hubungkan dng alat (lebih dapat dipercaya)

• Masukkan kateter melalui vena perifer• Vena punctie → kateter dorong sampai ujungnya masuk rongga

dada (muara v. cava)• Ujung lain hubungkan dengan manometer• Bila tidak dipakai → kran infus dibuka

• Pengukuran → kran infus tutup → kran manometer buka• Dengan cup → yang di ukur jantung kanan → jantung kiri tdk

diukur• Normal : 3-10 cmH2O

MONITORING SIRKULASI

5. CVP (Central Venous Pressure)– Menilai kemampuan jantung dalam

hubungannya dengan volume darah yang beredar saat itu

– Mengukur cukup tidaknya pemberian cairan pada keadaan hipotensi

– Diagnosa suatu kegagalan jantung yang insipient

CVP ↑ PADA

1. Heart failure2. Pericardial tamponade3. Obstruksi v. cava superior4. Tension pneumothoraks5. Pemberian pernapasan dengan tekanan

positif

MONITORING RESPIRASI

Secara klinik : melihat & mendengar1. Dalamnya pernapasan– Tidal volume (VT = 500cc)– Frekuensi respirasi per menit (F)– Alveolar ventilation per menit (F x VT)– Oksigenisasi (oksigenisasi darah arteriol→ dapat

dipertahankan dengan baik dengan jalan mempertahankan sirkulasi dan respirasi

MONITORING RESPIRASI

2. Teratur tidaknya pernapasan3. Ada tidaknya tracheal tube4. Dipakai otot pernapasan atau tidak5. Wheezing6. Ronchi

MONITORING TEMPERATUR

• Hipothermia : ↑ kepekaan jantung ↓ metabolisme obat• Pengukuran rectal → terlambat mengikuti perubahan oral

Suhu ↑ pada :1.Pemberian obat-obatan (misal SA)2.Keadaan ruangan3.Surgical drip (tutup doek)4.Penyakit infeksi

Suhu ↓ pada :1.AC2.Obat-obatan vesodilatasi perifer3.Rongga tubuh terbuka

ANESTESI UMUMMenghilangkan nyeri secara sentral, hilang

kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible)

- Analgesia - Hipnosia

- Relaksasi otot

ANESTESI INTRAVENA

• Dapat digunakan untuk induksi anestesi, rumatan anestesi, tambahan pada anestesi regional atau untuk membantu prosedur diagnostik.

• Contoh : Tiopental, Ketamin, Propofol

Tiopental

• Bentuk tepung atau bubuk berwarna kuning berbau belerang

• Sediaan : - 1 ampul 500 mg - 1 ampul 1000 mg

Dilarutkan dalam aquabidest steril sampai kepekatan 2,5% (20cc) sehingga 1cc = 25 mg

• Dosis : 3-7 mg/kgBB• Efek : ↓ TIK

Ketamin

• Sediaan : - 500mg/10cc - 1000mg/10cc• Dosis bolus induksi iv 1-2 mg/kgBB• Efek samping : - takikardi

- hipertensi- halusinasi- hipersalivasi

Propofol

• Bentuk dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu

• Sediaan : 1 ampul 200mg/20cc• Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kgBB

Opioid (morfin,petidin,fentanil,sufentanil)

• Opioid tidak mengganggu kardiovaskuler, sehingga bayak digunakan untuk pasien dengan kelainan jantung.

• Dosis : 1-2 mg/kgbb

MUSCLE RELAXANT

Obat yg mengakibatkan otot lurik lumpuh (tempat kerja pd sambungan saraf otot/ neuromuscular junction)

GOLONGAN DEPOLARISASI

GOLONGAN NONDEPOLARISASI

GOLONGAN DEPOLARISASI

Cara Kerja :Menempati reseptor Ach, tetapi tidak dihidrolisis oleh kolinesterase kerja di celah sinaps lama depolarisasi terus menerus membran pascasinap (fasikulasi otot,disusul relaksasi)

Suksinil-kolinDekametonium

GOLONGAN NON DEPOLARISASI

Cara Kerja :Menghalangi Ach berikatan dg reseptor nikotinik-kolinergik shg Ach tdk dpt bekerja dan tdk tjd depolarisasi

Pankuronium, Atrakurium, Alkuronium

Suksinil-kolin• Golongan depolarisasi• Dosis 1 mg/kgBB• Sediaan 1 ampul 200mg/10cc• Efek samping : - nyeri otot

- ↑ TIK - ↑ TIO - ↑ Tekanan intra gastrik - ↑ kadar K plasma

- Aritmia jantung - Salivasi - Alergi, anafilaksis

Atrakurium

• Golongan non depolarisasi• Dosis 0,5 – 0,6 mg/kgBB• Sediaan 1 ampul 25 mg/2,5cc

Daftar Pustaka

Latief, Said. 2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi kedua. Jakarta : FKUI.