Anemia Pada Kehamilan

24
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persalinan Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasii konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup di luar dari dalam rahim melalui jalan lahir atau dengan cara lain (Mochtar, 2002). Menurut Bobak (2005), persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Menurut caranya persalinan dapat dikelompokkan atas dua cara yaitu partus biasa atau partus normal dan partus luar biasa (abnormal). Partus biasa atau partus normal disebut juga partus spontan yaitu proses lahirnya bayi berdasarkan letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Partus luar biasa (abnormal) yaitu persalinan pervaginam abnormal dengan bantuan alat atau melalui dinding perut dengan operasi Caesar. 2.1.1 Tanda-Tanda Permulaan Persalinan Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki "bulannya" atau "minggunya" atau "harinya" yang disebut kala pendahuluan. Tanda-tanda tersebut seperti lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida, perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun, perasaan sering-sering atau susah kencing UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

description

Kehamilan

Transcript of Anemia Pada Kehamilan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasii konsepsi (janin +

uri) yang dapat hidup di luar dari dalam rahim melalui jalan lahir atau dengan

cara lain (Mochtar, 2002). Menurut Bobak (2005), persalinan adalah

proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim

melalui jalan lahir.

Menurut caranya persalinan dapat dikelompokkan atas dua cara yaitu

partus biasa atau partus normal dan partus luar biasa (abnormal). Partus biasa

atau partus normal disebut juga partus spontan yaitu proses lahirnya bayi

berdasarkan letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan

alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang

dari 24 jam. Partus luar biasa (abnormal) yaitu persalinan pervaginam

abnormal dengan bantuan alat atau melalui dinding perut dengan operasi

Caesar.

2.1.1 Tanda-Tanda Permulaan Persalinan

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu

sebelumnya wanita memasuki "bulannya" atau "minggunya" atau

"harinya" yang disebut kala pendahuluan. Tanda-tanda tersebut seperti

lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki

pintu atas panggul terutama pada primigravida, perut kelihatan lebih

melebar, fundus uteri turun, perasaan sering-sering atau susah kencing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah

janin, perasaan sakit di perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah dari uterus, serviks menjadi lembek, mulai mendatar,

dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)

(Mochtar, 2002).

2.1.2 Tahapan persalinan

Proses persalinan terdiri dari empat kala. Pada kala I pembukaan

serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Kala II adalah kala

pengeluaran janin karena uterus dengan kekuatan his ditambah

kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir. Kala III

waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri. Kala IV mulai dari lahirnya

uri selama 1-2 jam.

1). Kala I (Kala pembukaan)

In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir

bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka

(dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya

pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran

ketika serviks mendatar dan terbuka.

Kala pembukaan dibagi atas dua fase, yaitu fase laten:

dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan

3cm berlangsung dalam 7-8 jam dan fase aktif: berlangsung

selama 6 jam dan dibagi atas subfase yaitu periode akselerasi

yang berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4cm, periode

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung

cepat menjadi 9cm, periode deselerasi berlangsung lambat, dalam

waktu 2 jam pembukaan menjadi 10cm atau lengkap.

2). Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat

dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah

masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot

dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa

mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu seperti rasa mau

buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his

kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perineum

meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahir

kepala, diikuti oleh seluruh badan j anin.

3). Kala III

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar.

Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusar, dan berisi

plasenta yang menjadi tebal dua kali sebelumnya. Beberapa saat

kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam

waktu 5-1 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam

vagina dan akan lahir spontan atau denagn sedikit dorongan dari

atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung

5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan

pengeluaran darah kirakira 100-200 cc (Mochtar, 2002).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4). Kala IV

Kala empat adalah kala pengawasan selam satu jam setelah

bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama

terhadap bahaya perdarahan postpartum. Observasi yang harus

dilakukan pada kala IV meliputi tingkat kesadaran penderita,

pemeriksaan tanda - tanda vital ; tekanan darah, nadi, dan

pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan, perdarahan

dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai

500 cc (Sumarah, 2009).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Pada setiap persalinan harus diperhatikan faktor - faktor yang

mempengaruhinya. Tiga faktor utama yang menentukan prognosis

persalinan adalah jalan lahir (passage), janin (passanger), kekuatan

(power) dan faktor lain juga sangat berpengaruh terhadap proses

persalinan yaitu faktor posisi dan psikologis.

a. Jalan Lahir (Passage)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar

panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun

jaringan lunak, khususnya lapisan - lapisan otot dasar panggul

ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih

berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh

karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

persalinan dimulai.

b. Janin (Passanger)

Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan

akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin,

presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga

harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian

dari passanger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang

menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.

c. Kekuatan (Power)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi

involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan

janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga

kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks

berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut

kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan

kontraksi involunter (Sumarah, 2009)

2.2 Persalinan Sectio Caesarea

Istilah Caesar berasal dari bahasa Latin caedere yang artinya

memotong atau menyayat. Tindakan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk

melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding

perut dan dinding rahim (Kasdu, 2003).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2.1 Istilah

a) Sectio caesarea primer (efektif)

Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara

sectio caesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya

pada panggul sempit.

b) Sectio caesarea sekunder

Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa

(partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus

percobaan gagal, baru dilakukan sectio caesarea.

c) Sectio caesarea ulang

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesarea (previous

caesarean section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan

sectio caesarea ulang

d) Sectio caesarea histerektomi

Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio

caesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu

indikasi (Mochtar, 2002).

Bedah Caesar bisa dibedakan antara yang direncanakan dan

yang tidak direncanakan. Di sini yang dibicarakan adalah tindakan

operasi Caesar yang dilakukan karena adanya alasan medis.

Apabila persalinan dipaksakan untuk dilakukan secara alami, akan

mengancam keselamatan ibu dan janin. Hal ini terjadi karena

kesulitan kehamilan yang sudah terdeteksi sejak dini, misalnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

karena keadaan panggul yang sempit atau ibu mengalami plasenta

previa. Keadaan ini biasanya sudah terdeteksi dari pemeriksaan

kehamilan akhir semester tiga. Inilah yang disebut dengan operasi

Caesar yang direncanakan atau operasi Caesar primer.

Sementara itu, bedah Caesar yang tidak direncanakan

biasanya baru diputuskan pada saat atau ketika persalinan

berlangsung. Bedah Caesar yang mendadak bisa terjadi jika dokter

memperkirakan bayi akan lahir alami, tetapi dalam perkembangan

terakhir terjadi sesuatu di luar dugaan. Misalnya, setelah sekian

lama tidak terjadi kemajuan dalam proses persalinan. Contohnya,

kepala bayi tidak dapat keluar sehingga menyebabkan ibu kehabisan

tenaga, sementara bayi sudah kehabisan oksigen karena terlalu

lama berada di jalan lahir (Kasdu, 2003).

2.2.2 Indikasi Sectio Caesarea

Persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada di

dalam rahim ibunya. Jadi, apabila persalinan harus dilakukan

dengan operasi, menurut buku Obstetrics and Gynecology, ada

empat alasan yaitu untuk keselamatan ibu dan janin ketika

persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kontraksi, distosia

(persalinan macet) sehingga menghalangi persalinan alami, dan

bayi dalam keadaan keadaan darurat sehingga harus segera

dilahirkan, tetapi jalan lahir tidak mungkin dilalui janin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jadi, indikasi dilakukannya sectio caesarea dapat dibagi

berdasarkan faktor janin dan ibu yaitu:

a. Faktor janin

1. Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih

(giant baby), menyebabkan sulit keluar dari jalan lahir.

Selain janin besar, janin dengan berat badan kurang

(<2,5 kg), lahir prematur, dan dismatur (intrauterine

growth retardation) atau pertumbuhan janin terhambat,

juga mengkaji pertimbangan dilakukannya sectio caesarea.

2. Kelainan letak janin

Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yaitu

letak sungsang dan letak melintang. Keadaan janin sungsang

apabila letak janin di dalam rahim memanjang dengan

kepala berada di bagian atas rahim, sementara pantat

berada di bagian bawah rongga rahim. Sedangkan pada

letak lintang atau miring yang menyebabkan poros janin

tidak sesuai dengan jalan lahir. Pada keadaan ini, letak

kepal pada posisi yang satu dan bokong akan berada sedikit

lebih tinggi daripada kepala janin, sementara bahu berada

pada bagian atas panggul. Letak lintang biasanya ditemukan

pada perut ibu yang menggantung atau karena adanya

kelainan bentuk rahimnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3. Ancaman gawat janin

Seperti diketahui, sebelum lahir, janin mendapat

oksigen dari ibunya melaui ari-ari dan tali pusat. Apabila

terjadi gangguan pada ari-ari, serta gangguan pada tali pusat

maka jatah oksigen yang disalurkan ke bayi pun menjadi

berkurang. Akibatnya, janin akan tercekik karena kehabisan

napas. Kondisi ini bias menyebabkan janin mengalami

kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim.

4. Janin abnormal

Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh,

kerusakan genetik, dan hidrosefalus.

5. Faktor plasenta

Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan

keadaan gawat darurat pada ibu maupun janin seperti plasenta

previa yaitu posisi plasenta terletak di bawah rahim dan

menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir, plasenta lepas

(solution placenta) yaitu plasenta yang lepas lebih cepat

dari dinding rahim sebelum waktunya, plasenta accrete

yaitu menempelnya plasenta di otot rahim, dan vasa

previa yaitu keadaan pembuluh darah di selaput ketuban

berada di mulut rahim (osteum uteri) jika pecah dapat

menimbulkan perdarahn banyak yang membahayakan janin

dan ibunya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

6. Kelainan tali pusat

Ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi

yaitu prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung) dan

terlilit tali pusat. Prolapsus tali pusat merupakan keadaan

penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada

keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di samping

bagian terbawah janin atau tali pusat sudah berada di jalan

lahir sebelum bayi. Sebenarnya, lilitan tali pusat ke tubuh

janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak terjepit

atu terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta

ke tubuh janin tetap aman. Lilitan tali pusat ke tubuh janin

baru berbahaya apabila kindisi tali pusat terjepit atau

terpelintir yang menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke

tubuh janin tidak lancar.

7. Bayi kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara

Caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko

terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran

satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami

sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk

dilahirkan secara alami.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

b. Faktor ibu

1. Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia

sekitar 35 tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi.

Apalagi pada wanita dengan usia 40 tabun ke atas. Pada

usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang

beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung,

kencing manis, dan preeklamsi.

2. Tulang panggul

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran

lingkar panggul ibu tidak sesuai denagn ukuran lingkar

kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat

melahirkan secara alami.

3. Persalinan sebelumnya dengan operasi Caesar

Sebenarnya, persalinan melalui bedah Caesar tidak

mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung

secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang

mengharuskan dilakukannya operasi. Umumnya operasi

Caesar dilakukan lagi pada persalinan kedua apabila operasi

sebelumnya menggunakn sayatan vertical (corporal).

4. Faktor hambatan jalan lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan

lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan jalan

lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernapas. Keadaan

ini menyebabkan persalinan terhambat atau macet, yang biasa

disebut distosia.

5. Kelainan kontraksi rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi

(inkoordinate buterine action) atau tidak elastisnya leher

rahim sehingga tidak dapat m'elebar pada proses

persalinan, maka kepala bayi tidak terdorong dan tidak

dapat melewati jalan lahir dengan lancar.

6. Ketuban pecah dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini

membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal

sedikit atau habis. Air ketuban yang pecah sebelum

waktunya akan membuka rahim sehingga memudahkan

masuknya bakteri dari vagina. Dengan masuknya bakteri

lewat vagina, infeksi akan terjadi pada ibu hamil dan janin

di dalam kandungannya.

7. Rasa takut kesakitan

Umumnya seorang wanita yang melahirkan secara

alami akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa

mulas disertai rasa sakit pinggang dan pangkal paha yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

semakin kuat dan "menggigit". Kondisi tersebut karena

keadaan yang pernah atau baru akan terjadi dan sering

menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan akan

merasa takut, khawatir, dan cemas menjalaninya.

Akibatnya, untuk menghilangkan itu semua mereka

berpikir untuk melahirkan dengan sectio caesarea. Namun

bisa pula hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan dokter.

Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan

melahirkan dengan rasa sakit. Kecemasan yang berlebihan

juga akan menghambat proses persalinan alami yang

berlangsung (Kasdu, 2003).

2.2.3 Resiko Sectio Caesarea

Di bawah ini adalah resiko-resiko yang mungkin dialami oleh

wanita yang melahirkan dengan operasi yang dapat mengakibatkan

cedera pada ibu maupun bayi.

1. Alergi

Biasanya resiko ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap

obat tertentu. Penggunaan obat-obatan pada pasien sectio

caesarea lebih banyak dibandingkan dengan cara melahirkan

alami. Jenis obat-obatan ini beragam, mulai dari antibiotik obat

untuk pembiusan, penghilang rasa sakit serta beberapa cairan

infus. Oleh karena itu, biasanya sebelum operasi akan ditanyakan

kepada pasien apakah mempunyai alergi tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. Perdarahan

Perdarahan dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan-

bekuan darah pada pembuluh darah balik di kaki dan rongga

panggul. Oleh karena itu, sebelum operasi, seorang wanita harus

melakukan pemeriksaan darah lengkap. Salah satunya untuk

mengetahui masalah pembekuan darahnya. Selain itu, perdarahan

banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria

uteri ikut terbuka atau karena atonia uteri. Kehilangan darah

yang cukup banyak dapat menyebabkan syok secara mendadak.

Kalau perdarahan tidak dapat diatasi, kadang perlu tindakan

histerektomi, terutama pada kasus atonia uteri yang berlanjut.

3. Cedera pada organ lain

Jika tidak dilakukan secara hati-hati, kemungkinan

pembedahan dapat mengakibatkan terlukanya organ lain seperti

rectumatau kandung kemih. Penyembuhan luka bekas bedah Caesar

yang tidak sempurna dapat menyebabkan infeksi pada organ rahim

atau kandung kemih. Selai itu, dapat juga berdampak pada organ

lain dengan menimbulakn perlekatan pada organ-organ di dalam

rongga perut untuk kehamilan resiko tinggi yang memerlukan

pengangan khusus.

4. Parut dalam rahim

Seorang wanita yang telah mengalami pembedahan akan

memiliki parut dalam rahim. Oleh karena itu, pada tiap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kehamilan serta persalinan berikutnya ia memerlukan pengawasan

yang cermat sehubungan dengan bahaya rupture uteri, meskipun

jika operasi dilakukan secara sempurna resiko ini sangat kecil

terjadi. Pada beberapa jenis kulit, sayatan bekas operasi juga dapat

mengakibatkan terbentuknya jaringan parut berlebih pada kulit

perut (keloid) yang dapat menggangu karena terasa nyeri dan

gatal. Tidak itu saja, juga akan mengganggu keindahan daerah

perut.

5. Demam

Kadang-kadang, demam setelah operasi tidak bisa

dijelaskan penyebabnya. Namun, kondisi ini bisa terjadi karena

infeksi.

6. Mempengaruhi produksi ASI

Efek pembiusan bisa mempengaruhi produksi ASI jika

dilakukan pembiusan total (narkose). Akibatnya, kolostrum tidak

bisa dinikmati bayi dan bayi tidak dapat segera menyusui begitu

ia dilahirkan. Namun, apabila dilakukan dengan pembiusan regional

tidak banyak mempengaruhi produksi ASI (Kasdu, 2003).

2.2.4 Jenis-jenis Operasi

Ada dua jenis sayatan operasi yaitu sayatan melintang dan

vertical. Apapun jenis sayatannya, operasi Caesar berlangsung sekitar

45-60 menit, tetapi proses malahirkan bayi sendiri hanya berlangsung 5-10

menit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1. Sayatan Melintang

Dalam istilah kedokteran, sayatan dalam operasi Caesar ini

disebut sayatan sesarea pfannenstiel. Orang awam lebih akrab

mengenal sebagai sayatan atau irisan bikini atau horizontal. Sayatan

pembedahan dilakukan di bagian bawah rahim (SBR). Sayatan

melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangnya

(simphysisis) di atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-

14 cm.

Pada saat ini sayatan melintang sangat banyak dilakukan

pada proses operasi Caesar. Pertimbangannya, dikemudian hari

bekas luka operasi tidak tampak jelas. Pada buku Acuan Nasional

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal disebutkan bahwa

persalinan dengan operasi lebih baik dilakukan dengan syatan

melintang, keculai pada operasi darurat dengan anaestesi local atau

pada parut abdomen bekas luka operasi sayatan vertikal.

Umumnya, parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil

resiko menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal

ini karena pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak

mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih

sempurna.

2. Sayatan vertikal

Sayatan vertical disebut juga dengan operasi Caesar klasik

atau sectio caesarea corporal. Sayatan dibuat vertical atau mediana,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tegak lurus mulai dari tepat di bawah pusar sampai tulang kemaluan.

Pembedahan dilakukan lapis demi lapis, mulai dari kulit perut.

Pertimbangan dilakukan sayatan vertikal adalah apabila bayi harus

cepat dilahirkan atau preterm (lahir dini), perlekatan rahim pada

selaput perut di bekas operasi Caesar terdahulu, kembar siam, sampai

rahim, tumor (miomi uteri) di segman bawah uterus,

hipervaskularisasi (pembuluh darah meningkat) di segmen bawah

uterus pada plasenta previa, kanker serviks, resiko bahaya

pendarahan apabila dilakukan tindakan sayatan melintang

berhubung letak plasenta, misalnya pada plasenta previa, janin

letak lintang atau, kembar dengan letak abnormal, dan apabila

akan melakukan histerektomi setelah janin dilahirkan.

Sayatan ini memiliki beberapa resiko, dibanding dengan

sayatan horizontal yaitu lebih beresiko terkena peritonitis (radang

selaput perut), memiliki resiko empat kali lebih besar terkena

rupture uteri pada kehamilan selanjutnya, otot-otot rahimnya lebih

tebal dan lebih banyak pembuluh darahnya sehingga sayatan ini

lebih banyak mengeluarkan darah akibatnya lebih banyak parut di

daerah dinding atas rahim sehingga pasien tidak dianjurkan

hamil lagi, dan jika menggunakan anestesi lokal, sayatan ini akan

memerlukan waktu dan obat lebih banyak (Kasdu, 2003).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2.5 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan Sectio

Caesarea tanpa Indikasi Medis

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio

caesarea tanpa indikasi medis. Faktor dari masing-masing individu

berbeda- beda (Kasdu, 2003).

1. Faktor sosial

Manusia selau dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan ia

juga dituntut untuk dapat beradaptasi dan bertingkah laku sesuai

norma yang ada (Mubarak, 2009). Dalam penelitian yang dilakukan

Varghes (2004) disebutkan bahwa pengaruh sosial memang sangat

kompleks salah satunya adalah pengaruh orang lain atau sugesti

teman. Menurut Deucth dan Gerard (1995) dalam Maramis 2006 hali

ini disebabkan karena pengaruh informasional yaitu pengaruh agar

informasi yang diperoleh dari orang lain diterima sebagai fakta, sehingga

dengan pengaruh tersebut individu mempunyai dua sumber

informasi mengenai kenyataan : pengalaman sensorik pribadi dan

laporan serta perilaku orang-orang yang berada disekitarnya (Foster &

Anderson, 1986). Operasi Caesar mulai memasyarakat sehingga

persalinan dengan operasi cenderung meningkat tiap tahunnya

(Kasdu, 2003).

2. Faktor ekonomi

Ekonomi adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi,

dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti keuangan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

perindustrian dan perdagangan (Depdiknas, 2005). Semakin tinggi

tingkat ekonomi suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku

kesehatannya. Masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke

atas cenderung memilih pelayanan kesehatan yang baik dan canggih

(Maramis, 2006). Operasi Caesar merupakan hal yang tidak

menakutkan lagi terutama bagi masyarakat golongan ekonomi

menengah ke atas sehingga sebagian dari mereka memilih operasi

Caesar pada proses persalinannya (Kasdu, 2003).

3. Kepercayaan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia kepercayaan adalah

anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar

atau nyata. Harapan dan keyakinan akan kejujuran dan kebaikan

(Depdiknas, 2005).

Proses persalinan sectio caesarea dilakukan karena adanya

kepercayaan yang berkembang di masyarakat yang mengaitkan waktu

kelahiran dengan peruntungan nasib anak dengan harapan apabila

anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian maka akan

memperoleh rezeki dan kehidupan yang lebih baik (Kasdu, 2003).

4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu" dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra perasa, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

indra peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Semakin tinggi

pengetahuan ibu maka semakin luas pandangan ibu dalam memilih

proses persalinan yang tepat. Meningkatnya kecenderungan wanita

melahirkan dengan operasi berhubung dengan semakin meningkatnya

perhatian mereka terhadap kehamilannya (Kasdu, 2003).

5. Pekerjaan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kerja adalah sesuatu

yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan imbalan (Depdiknas, 2005).

Kecenderungan memilih persalinan sectio caesarea karena para ibu

banyak yang bekerja. Mereka sangat terikat dengan waktu dan sudah

memiliki jadwal tertentu. Misalnya kapan mereka harus kembali

bekerja (Kasdu, 2003).

6. Kecemasan persalinan normal

Cemas adalah respon emosional terhadap penilaian individu

subjektif, yang dipengaruhi alam sadar dan tidak diketahui secara

khusus penyebabnya (Dalami, 2009). Cemas pada individu dapat

memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan

sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Suliswati dalam Jenny, 2010). Menutut Abe Arkoff dalam buku

Kesehatan Mental dalam Kehidupan, kecemasan adalah suatu

keadaan menggoncang karena adanya ancaman terhadap kesehatan

(Sundari, 2005).

Pada saat sebelum persalinan ibu akan merasakan saat-saat

kontrakasi. Kontraksi merupakan keadaan kejang otot rahim atau

pengerutan otot rahim sehingga menjadi lebih pendek untuk

merangsang pembukaan rahim yang lebih lebar untuk persiapan

persalinan alami. Pada saat kontrakasi ibu akan merasakan sakit

luar biasa. Saat ini lah yang sering menakutkan bagi sebagian ibu

yang akan melahirkan. Karena kekhawatiran atau kecemasan

mengalami rasa sakit persalinan normal maka ibu memilih persalinan

sectio caesarea untuk mengeluarkan bayinya (Kasdu, 2003).

7. Kesepakatan suami istri

Seperti halnya kehamilan, yang merupakan hasil "kerja sama"

suami dan istri maka kerja sama ini juga sebaiknya terus

berlangsung sampai janin dilahirkan. Kerjasama ini juga dibutuhkan

dalam pemilihan proses persalinan nantinya. Dimana proses tersebut

disepakati dan disetujui oleh suami dan istri (Kasdu, 2003).

2.3. Pengambilan Keputusan

2.3.1 Keputusan

Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif

yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan -

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap

keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau

opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk melakukan sesuatu

tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat

dirasakan rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat

atau asumsi lemah.

Setiap keputusan bersifat kompleks, terdapat banyak faktor dan

perasaan tercakup di dalamnya. Setiap keputusan yang diambil akan

disusul oleh keputusan-keputusan lainnya yang berkaitan. Keputusan

yang kita mabil beraneka ragam, tapi ada tanda-tanda umumnya, yaitu:

keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual, keputusan

selalu melibatkan pilihandari berbagai alternative, keputusan selau

melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya ditangguhkan

atau dilupakan (Lestari, 2010).

2.3.2 Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan

1. Pengambilan keputusan karena ketidaksanggupan Membiarkan

kejadian berlalu tanpa berbuat apa-apa.

2. Pengambilan keputusan intuitif, bersifat segera.

Terasa sebagai keputusan yang paling tepat dan langsung

diputuskan.

3. Pengambilan keputusan yang terpaksa karena sudah kritis.

Sesuatu yang harus segera dilaksanakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4. Pengambilan keputusan yang reaktif

Keputusan reaktif seringkali dilakukan dalam situasi marah

atau tergesa-gesa.

5. Pengambilan keputusan yang ditangguhkan

Pengambilan keputusan yang dialihkan pada orang lain, dengan

membiarkan orang lain yang bertanggung jawab.

6. Pengambilan keputusan secara berhati-hati

Penganbilan keputusan dengan memikirkan baik-baik dengan

mempertimbangkan berbagai pihak. (Lestari, 2010).

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Menurut Saraswati dan Tarigan (2002) faktor-faktor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan adalah fisik, emosional,

rasional, praktikal, interpersonal, struktural, dan personal.

Fisik adalah pengambilan keputusan yang didasarkan pada rasa

yang dialami tubuh, seperti rasa sakit, tidak nyaman atau bahkan

kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang

menimbulkan rasa tidak senang dan sebaliknya memilih tingkah laku

yang memberikan kesenangan. Emosional adalah pengambilan

keputusan yang didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan

bereaksi pada suatu situasi secara subyektif. Rasional adalah

pengambilan keputusan yang didasarkan pada pengetahuan. Orang-

orang dapat infonnasi, memahami situasi dan berbagai

konsekuensinya. Praktikal adalah pengambilan keputusan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan

melaksanakannya. Seseorang akan menilai potensial diri dan

kepercayaan dirinya melalui kemampuan dalam bertindak.

Interpersonal adalah pengambilan keputusan yang didasarkan pada

pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang dengan

orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual. Struktural

adalah pengambilan keputusan yang didasarkan pada lingkup sosial,

ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang

mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu. Personal

sangat menentukan pengambilan keputusan. Faktor personal itu

adalah kognisi, motif dan sikap (Lestari, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA