anatomi muskuluskeletal

29
MAKALAH SISTEM MUSKULUSKELETAL Disusun oleh : Nama : Nova Sari Nim : 074 STYC13 YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

description

anatomi

Transcript of anatomi muskuluskeletal

Page 1: anatomi muskuluskeletal

MAKALAH

SISTEM MUSKULUSKELETAL

Disusun oleh :

Nama : Nova Sari

Nim : 074 STYC13

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2015

Page 2: anatomi muskuluskeletal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mempelajari dan mengetahui perubahan yang terjadi pada tubuh manusia

kita harus terlebih dahulu mengetahui struktur dan fungsi tiap alat dari susunan tubuh

manusia yang sehat dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tentang anatomi dan

fisiologi tubuh manusia merupakan dasar yang penting dalam melaksanakan asuhan

keperawatan. Dengan mengetahui struktur dan fungsi tubuh manusia, seorang perawatan

professional dapat makin jelas manafsirkan perubahan yang terdapat pada alat tubuh

tersebut.

Anatomi tubuh manusia saling berhubungan antara bagian satu dengan yang

lainnya. Struktur regional mempelajari letak geografis bagian tubuh dan setiap region

atau daerahnya misalnya lengan, tungkai, kepala, dan seterusnya.

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus

pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan

ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih

50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-

jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. (Price,S.A,1995 :175)

B. Rumusan masalah

1. Apa definisi dari otot?

2. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari otot?

3. Apa pengkajian umum dari otot?

4. Apa jenis pemeriksaan diagnostic dari otot?

5. Bagaimana struktur dan fungsi dari otot pada dewasa?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari otot.

2. Untuk mengetahui anatomi dan fiologi dari otot.

3. Untuk mengetahui pengkajian umum dari otot.

4. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan diagnostic dari otot.

5. Untuk mengetahui struktur dan fungsi dari otot.

Page 3: anatomi muskuluskeletal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi otot rangka

Otot merupakan suatu organ yang memungkinkan tubuh dapat bergerak.. Gerak sel

terjadi karena sitoplasma mengubah bentuk, Pada sel-sel, sitoplasma ini merupakan benang-

benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka

miofibril akan memendek. Dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah

tertentu (berkontraksi).

Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energy kimia

menjadi energy mekanik/gerak sehingga dapat berkonsentrasi untuk menggerakkan rangka.

Otot rangka bekerja secara volunter (secara sadar atas perintah dari otak), bergaris melintang,

bercorak, dan berinti banyak di bagian perifer. Secara anatomis, otot rangka terdiri atas

jaringan konektif dan sel kontraktil.

Struktur otot rangka

Secara makroskopis setiap otot dilapisi jaringan konektif yang disebut epimisium. Otot

rangka disusun oleh fasikel yang merupakan berkas otot yang terdiri atas beberapa sel

otot. Setiap fasikel dilapisi jaringan konektif yang disebut perimisium dan setiap sel otot

dipisahkan oleh endomisium.

Secara mikroskopis sel otot rangka terdiri atas sarkolema (memberan sel serabut otot),

yang terdiri atas membrane sel yang disebut membrane plasma dan sebuah lapisan luar

yang terdiri atas satu lapiasan tipis mengandung kolagen.

1. Miofibril. Miofibril ini mengandung filament aktin dan myosin.

2. Sarkoplasma. Mengandung cairan intrasel berisi kalsium, magnesium, fosfat,

protein, dan enzim.

3. Reticulum sarkoplasma, mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium.

4. Tubulus T (system tubulus pada serabut otot).

Fisiologis otot rangka

Fungsi utama dari otot rangka yaitu melakukan kontraksi yang menjadi dasar terjadinya

gerakan tubuh. Ktivitas otot rangka dikoordinasikan oleh susunan saraf sehingga

membentuk gerakan yang harmonis dari posisi tubuh yang tepat. Fungsi lain yaitu

Page 4: anatomi muskuluskeletal

menyokong jaringan lunak, menunjukkan pintu masuk dan keluar saluran dalam system

tubuh, serta mempertahankan suhu tubuh dengan pembentukan kalor saat kontraksi.

Kontraksi otot

Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang

relative dari filament-filamen aktin dan myosin.

2. Anatomi dan fisiologi muskuler

A. Muscular / otot

Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari

600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-

tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan

kulit.

Fungsi sistem muskuler/otot:

Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan

bergerak dalam bagian organ internal tubuh.

Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan

mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap

gaya gravitasi.

Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk

mepertahankan suhu tubuh normal.

Ciri-ciri sistem muskuler/otot:

Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak

melibatkan pemendekan otot.

Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls

saraf.

Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi panjang

otot saat rileks.

Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau

meregang.

Page 5: anatomi muskuluskeletal

Jenis-jenis otot

a) Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.

Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar

berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.

Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.

Kontraksinya sangat cepat dan kuat.

Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka

• Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-serabut

berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut otot.

• Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai banyak

nukleus ditepinya.

• Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacam-

macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang disebut dengan

myofibril.

• Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda ukurannya :

Kasar terdiri dari protein myosin.

Halus terdiri dari protein aktin/actin.

b) Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat

ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada

dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan

sistem sirkulasi darah.

Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral.

Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah)

sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil.

Kontraksinya kuat dan lamban.

Struktur Mikroskopis Otot Polos

• Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh myofilamen-

myofilamen.

Page 6: anatomi muskuluskeletal

Jenis otot polos

Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk

berkontraksi.

Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah besar, pada jalan

udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan lensa dan

menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor pili rambut.

Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan dinding organ

berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu berkontraksi sebagai

satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri atau miogenik dan tidak

memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil dari aktivitas listrik spontan.

Ada 2 jenis miofilamen, yaitu:

1. Miofilamen halus.

2. Miofilamen kasar.

Kedua jenis miofilamen ini berjalan sejajar sumbu sel otot polos. Diantara berkas-berkas

miofilamen terlihat mitokondria. Apabila dilihat berkas-berkas gabungan miofilamen

halus dan miofilamen kasar maka mereka tidak membentuk pola yang teratur namun

tersebar di seluruh sel. Sarkolema menunjukkan lekukan ke dalam yang dinamakan

kaveola pada pengamatan dengan M.E.

c) Otot Jantung

Merupakan otot lurik

• Disebut juga otot seran lintang involunter.

• Otot ini hanya terdapat pada jantung.

• Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai

masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.

Struktur Mikroskopis Otot Jantung

• Mirip dengan otot skelet

Page 7: anatomi muskuluskeletal

Gambar .1

Otot Rangka Otot Polos Otot Jantung

Kerja Otot

Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan).

Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup).

Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan).

Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan).

Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan).

Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)

B. Tendon

Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari

fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan

otot.

Gambar.2

Tendon

Page 8: anatomi muskuluskeletal

C. Ligamen

Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis

penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang

diikat oleh sendi.

Ttipe ligamen :

1) Ligamen Tipis

Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament kolateral yang

ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan.

2) Ligamen jaringan elastik kuning.

Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus dan

memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.

Gambar.3

Ligamen

3. Pengkajian Umum Sistem Muskuloskeletal

Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh data

tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan

riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikososial pasien.

Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari, pola ambulasi,

alat bantu yang digunakan (misal; kursi roda, tongkat, walker), dan nyeri (jika ada nyei

tetapkan lokasi, lama, dan faktor pencetus) kram atau kelemahan.

Page 9: anatomi muskuluskeletal

Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang dikumpulkan

meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan diagnostik.

1) ANAMNESIS

a) Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis

transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien.

b) Riwayat perkembangan. Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada

neonatus, bayi prasekolah, remaja dan tua.

c) Riwayat sosial. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang

terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status

kesehatannya dapat dipengaruhi.

d) Riwayat penyakit keturunan. Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk

menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi (misal; penyakit DM yang

merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia,

osteomielitis, dll).

e) Riwayat diet (nutrisi). Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini

dapat mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan prdisposisi terjadinya

instabilitas legamen khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan

kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu

makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A, D, kalsium serta protein yang

merupakan zat untuk menjaga kondisi muskuloskeletal.

f) Aktivas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas sehari-hari.

Kebiasaan membewa benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot

dan trauma lainnya. Kurangnya melakukan aktivitas mengakibatkan tonus otot

menurun. Fraktur atau trauma dapat timbul pada olahraga sepak bola dan hoki,

sedangkan nyeri sendi tangan dapat timbul akibat olahraga tenis. Pemakaian sepatu

yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat

terjadi dislokasi. Perlu dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi apakah

nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda, tongkat, walker).

g) Riwayat kesehatan masa lalu. Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data

tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap muskuloskeletal,

Page 10: anatomi muskuluskeletal

misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan, riwayat artritis, dan

osteomielitis.

h) Riwayat kesehatan sekarang. Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat

trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala mendadak atau

perlahan. Timbul untuk pertama kalinya atau berulang. Perlu ditanyakan pula

tentang ada-tidaknya gangguan pada sistem lainnya. Kaji klien untuk

mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau mengunjungi fasilitas

kesehatan. Keluhan utama pasien dengan gangguan musculoskeletal.

i) Nyeri. Identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh darah,

sendi, fasia, atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk

atau berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit

berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur

atau infeksi tulang. Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi

aktivitas/gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah persendian.

Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi

tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan.

Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri

makin meningkat, apakah pagi atau malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat

istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan obat tertentu.

 

Page 11: anatomi muskuluskeletal

o Kekuatan sendi. Tanyankan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya

kekuan tersebut, dan apakah selalu terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari.

Pada penyakit degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi

hari setelah bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan

aktivitas. Suhu dingin dan kurang aktivitas biasanya meninkatkan kekakuan sendi.

Suhu panas biasanya menurunkan spasme otot.

o Bengkak. tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai nyeri,

karena bengkak dan nyeri sering menyertai sedera pada otot. Penyakit degenerasi

sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetapi muncul setelah

beberapa minggu terjadi nyeri. Dnegan istirahat dan meninggikan bagian tubuh,

ada yang dipasang gips. Identifikasi apakah ada panas atau kemerahan karena

tanda tersebut menunjukkan adanya inflamasi, infeksi, atau cedera.

o Deformitas dan imobilitas. Tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau

bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk

dengan aktivitas, apakah klien menggunakan alat bantu ( kruk, tongkat, dll).

o  Perubahan sensori. Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh

tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri.

Penekanan pada saraf dan pembuluh darah akibat bengkaka, tumor atau fraktur

dapak menyebabkan menurunnya sensasi.

2) PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan.

Jika mungkin, gunakan ruangan yang cukup luas sehingga pasien dapat bergerak bebas

saat pemeriksaan gerakan atau berjalan. Pengkajian keperawatan merupakan evaluasi

fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas

tulang, postur tubuh, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien

melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

Dasar pengkajian adalah perbandingan simetris bagian tubuh. Kedalaman

pengkajian bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat kesehatan dan semua

petunjuk fisik yang ditemukan. Pemeriksa harus melakukan eksploitasi lebih jauh.

Hasil pemeriksaan fisik harus didokumentasikan dengan cermat dan informasi tersebut

Page 12: anatomi muskuluskeletal

diberitahukan kepada dokter yang akan menentukan diagnosis dan penatalaksanaan

lebih lanjut.

a) Pengkajian Skeletal Tubuh

Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan

tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai. Pemendekan ekstremitas,

amputasi dan bagian tubuh yang tidan sejajar dalam kondisi anatomis harus dicatat.

Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi

menunjukkan pataha tulang. Biasanya terjadi krepitus (suara berderik ) pada titik

gerakan abnormal. Gerakan fragmen tulang harus diminimalkan untuk mencegah

cedera lebih lanjut. (Smeltzer, 2002) 

Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang di antaranya amato kenormalan

susunan tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk mengetahui adanya

edema atau nyeri tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya

pembengkakan.

Page 13: anatomi muskuluskeletal

b) Pengkajian Tulang Belakang

Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf pada

sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi

meliputi : scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan

kurvatura lateral tulang belakang bagian dada), lordosis ( membebek, kurvatura

tulang belakang bagian pinggang yang berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien

osteoporosis pada pasien neuromuscular.

Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau akibat

kerusakan otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis dijumpai pada

penderita kehamilan karena menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat

gaya beratnya. 

Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang

belakang dan kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan

lateral. Dengan cara berdiri di belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi

bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul

serta kelurusan tulang belakang diperiksa dengan pasien berdiri tegak,  dan

membungkuk ke depan (fleksi). Skoliosis ditandai dengan  abnormal kurvatura lateral

tulang belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetri dan

scapula yang yang menonjol, akan lebih jelas dengan uji membungkuk kedepan.

Lansia akan mengalami kehilangan tinggi badan karena hilangnya tulang rawan dan

tulang belakang.

Page 14: anatomi muskuluskeletal

c)  Pengkajian Persendian

Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas,

stabilitas dan benjolan. Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh

otot sekitar sendi dan pasif dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan

normal sendi-sendi besar menurut American Academy of Orthopedic Surgeons

diukur dengan goniometer (busur derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi

gerakan sendi). Bila suatu sendi di ekstensi maksimal namun terdapat sisa fleksi,

dikatakan bahwa luas gerakan terbatas. Yang disebabkan karena deformitas skeletal,

patologi sendi atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya. Pada lansia penurunan

keterbatasan gerakan yang disebabkan patologi degeneratif sendi dapat berakibat

menurunnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Inspeksi persendian dan

bandingkan secara bilateral. Harusnya didapat kesimetrisan tanpa kemerahan,

pembengkakan, pembesaran / deformitas. Palpasi sendi dan tulang untuk mengetahui

edema dan tenderness. Palpasi sendi selama gerakan untuk mengetahui adanya

krepitasi. Sendi harusnya terasa lembut  saat bergerak dan tidak ada nodul.

Deformitas sendi disebabakan oleh kontraktur (pemendekan struktur sekitar

sendi), subluksasi (lepasnya sebagian  permukaan sendi atau distrupsi struktur sekitar

sendi, dislokasi (lepasnya permukaan sendi). Kelemahan atau putusnya struktur

penyangga sendi dapat menakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi normal,

sehinga memerlukan alat penyokong eksternal ( misalnya brace). 

Jika sendi terasa nyeri periksa adanya kelebihan cairan pada kapsulnya (efusi),

pembengkakan, dan peningkatan suhu, yang mencerminkan inflamasi aktif. Kita

dapat mencurigai adanya effuse jika sendi mebengkak,ukurannya dan tonjolan

tulangnya samar. Tempat tersering terjadi efusi adalah lutut. Bila hanya ada sedikit

cairan pada rongga sendi di bawah tempurung lutut dapat diketahui dengan

maneuver : aspek lateral dan medial lutut dalam dalam keadaan ekstensi dapat diurut

dengan kuat kearah bawah. Gerakan tersebut akan menggerakkan cairan kearah

bawah. Begitu ada tekanan dari sisi lateral dan medial pemeriksa akan melihat

benjolan disisi lain dibawah tempurung lutut.

Page 15: anatomi muskuluskeletal

d) Pengkajian Sistem Otot

Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan

otot dan koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan otot

menunjukkan polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium), miastenia

grafis, poliomyelitis, distrofi otot. Dengan palpasi otot saat ekstremitas relaks

digerakkan secara pasif akan terasa tonus otot. Mengkaji kekuatan otot dilakukan

dengan palpasi otot dan ekstremitas yang digerakkan secara pasif dan rasakan tonus

otot. Ukuran kekuatan otot dengan gradasi dan metode berikut :

Skala. Reeves (2001)Priharjo R. (1996), Berger,

dan Williams (1999)

0 Tidak

ada

Tidak terdapat

kontraktilitas

0 % Paralisis total

1 Sedikit. Ada bukti sedikit

kontraktilitas tanpa adanya

gerakan sendi

10 % Tidak ada gerakan,

teraba/terlihat adanya

kontraksi otot

2 Buruk. ROM (rentang gerak)

komplit dengan batasan

gravitasi

25 % Gerakan otot penuh

menentang gravitasi, dengan

sokongan

3 Sedang. ROM komplit terhadap

gravitasi

50 % Gerakan normal menentang

gravitasi

4 Baik. ROM komplit terhadap

gravitasi dengan beberapa

resisten

75 % Gerakan normal penuh

menentang gravitasi dengan

sedikit penahanan.

5 Normal. ROM yang komplit

terhadap gravitasi dengan

resisten penuh

100 % Gerakan normal penuh,

menentang gravitasi dengan

penahanan penuh

Page 16: anatomi muskuluskeletal

 

e)  Pengkajian Cara Berjalan

Pengkajian dilakukan dengan meminta pasien berjalan dari tempat pemeriksa

sampai seberapa jauh, pemeriksa memperhatikan cara berjalan, kehalusan dan irama.

Gerakan yang tidak teratur dan regular ( lansia) dianggap abnormal. Bila pincang

kemungkinan karena nyeri akibat menyangga beban tubuh dan dari kasus ini pasien

menunjukkan lokasi rasa tidak nyaman, untuk mengarahkan pemeriksaan selanjutnya.

Bila ekstremitas yang satu lebih pendek dari ekstremitas yang lain terlihat pincang

saat pelvis pasien turun ke bawah, disisi yang terkena, setiap kali melangkah.

Keterbatasan gerak sendi mempengaruhi cara berjalan.

Kondisi neurologis yang mengakibatkan cara berjalan abnormal misal cara

berjalan spastic hemiparesis pada pasien stroke, cara berjalan selangkah-selangkah

pada pasien lower motor neuron, cara berjalan bergetar pada pasien parkinson.

f)  Pengkajian Kulit dan Sirkulasi Perifer 

          Mengkaji kulit dengan menginspeksi kulit dan palpasi kulit apakah tersa dingin

atau panas?, apakah ada edema?. Mengkaji sirkulasi perifer dengan mengkaji denyut

perifer, warna, suhu,waktu pengisian kapiler. Adanya luka, memar, perubahan warna

Page 17: anatomi muskuluskeletal

kulit, penurunan sirkulasi perifer dan adanya infeksi akan mempengaruhi

penatalaksanaan keperawatan.

4. Pemeriksaan Diagnostic

Persiapan untuk pengkajian diagnistik meliputi pengkajian pasien mengenai kondisinya

( misalnya : kehamilan, implant logam, kemampuan menoleransi posisi yamg diinginkan

akibat lansia, keterbelakangan mental, dan deformitas) yang memerlukan pendekatan mental

khusus selama pengkajian. Dokter yang merawat harus berkomunikasi dengan departemen

terkait mengenai situasi yang mungkin memengarihu uji diagnostic yang dilakukan.

I. Pengkajian Diagnostic Radiologi

a) Rontgen Foto

Sinar X penting untuk mengevaluasi pasien dengan kelainan muskuluskeletal.

Sinar X pada sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas,

penyempitan, dan perubahan struktur sendi.

b) Magnetic Resonance Imaging

Magnetic resonance imaging (MRI) adalah teknik pencitraan khusus,

noninvansif, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan

computer untuk memperlihatkan abnormalitas (misalnya: tumor atau

penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang) jaringan lunak, seperti otot,

tendon, dan tulang rawan. Oleh karena yang digunakan adalah

elektromagnetik, pasien yang mengenakan implant logam, braces, atau

pacemaker tidak bias mrnjalani pengkajian ini. Perhiasan harus dilepas.

Pasien yang menderita klaustrofobia biasanya tak mampu menghadapi

peralatan MRI tanpa penenang.

c) Computed Tomography Scan

Computed tomography (ST) scan menunjukkan rincian bidang tertentu tulang

yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera

ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan

panjangnya patah tulang didaerah ayng sulit dievaluasi seperti fraktur

asetabulum atau fraktur badan vertebra.

d) Angiografi

Page 18: anatomi muskuluskeletal

Angiografi adalah pengkajian struktur vascular (system arteri). Suatu bahan

kontras radiopaque diinjeksi kedalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar X

serial system arteri yang dipasok oleh arteri tersebut. Prosedur ini sangat

bermanfaat untuk mengkaji perfusi arteri dan bias digunakan untuk tingkat

amputasi yang akan dilakukan. Setelah dilakukan prosedur ini, pasien

dibiarkan berbaring selama 12 jam sampai 24 jam untuk mencegah perdarahan

pada tempat penusukan arteri.

e) Venogram

Venogram adalah pengkajian system vena yang sering digunakan untuk

mendeteksi thrombosis vena.

f) Artrografi

Artrografi adalah penyuntikan bahan radiopaque atau udara kedalam rongga

sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Artrogram

sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya sobekan akut atau kronik

kapsul sendi atau ligament penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul, dan

pergelangan tangan. (bila terdapat sobekan, baha kontras akan mengalami

kebocoran keluar dari sendi dan akan terlihat dengan sinar X). setelah

dilakukan artrogram, biasanya dimobilisasi selama 12-24 jam dan diberi balut

tekan elastic. Diberikan usaha untuk meningkatkan rasa nyaman sesuai

kebutuhan.

II. Pengkajian Diagnostic Biopsi

Biopsy dapat dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan

sinovia, untuk membantu menentukan penyakit tertentu. Tempat biopsy harus

dipantau mengenai adanya edema, perdarahan, dan nyeri. Mungkin perlu diberikan es

untuk mengontrol edema dan perdarahan dan analgetika untuk mengurangi rasa tak

nyaman.

Page 19: anatomi muskuluskeletal

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Otot merupakan suatu organ yang memungkinkan tubuh dapat bergerak.. Gerak sel terjadi

karena sitoplasma mengubah bentuk, Pada sel-sel, sitoplasma ini merupakan benang-benang

halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan

memendek. Dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu (berkontraksi).

Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari

600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-

tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan

kulit.

Page 20: anatomi muskuluskeletal

DAFTAR PUSTAKA

Helmi.2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

http://niarahayu9.blogspot.co.id/2012/09/pemeriksaan-muskuloskeletal.html

http://ayoncrayon5.blogspot.co.id/2012/11/anatomi-fisiologi-muskuloskeletal.html