ANALYSIS of HIGH ENERGY CONSUMPTION INDEX VALUE in …
Transcript of ANALYSIS of HIGH ENERGY CONSUMPTION INDEX VALUE in …
ANALYSIS of HIGH ENERGY CONSUMPTION INDEX VALUE
in OFFICE COOLING SYSTEM in JAKARTA AREA
Aldo Oktasio Ardian, Muhammad Idrus Alhamid
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Depok, Jawa Barat, Indonesia 16421
Abstrak
Indeks Konsumsi Energi (IKE) pada sebuah perkantoran digunakan sebagai tolak
ukur penentuan tingkat efisiensi energi yang digunakannya. Sistem pendinginan
menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam penggunaan energi pada
gedung tersebut. Prosedur perhitungan dari IKE tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut. Besar kWh selama setahun penuh yang telah diambil datanya sebagai sample
akan dibagikan dengan total luas ruangan yang menggunakan sistem pendinginan.
Nilai IKE ini kemudian akan dijadikan tolak ukur efisiensi gedung tersebut dan akan
didapatkan berapa persen energi yang teralihkan kepada sistem pendinginan.
Kata Kunci : Indeks Konsumsi Energi, konsumsi energi sistem pendinginan, sistem pendinginan pada gedung
Abstract
Energy Use Intensity (EUI) in an office is used as a benchmark to determining
the level of energy efficiency used. Cooling system became one of the most
influential factors in energy use in the building. The calculation procedure of the
IKE will be explained as follows. The amount of kWh for the full year which has
been sampled as sample will be distributed with the total area of the room using the
cooling system. The value of IKE will then be used as a benchmark of the efficiency
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
of the building and will get how much percent of energy that is transferred to the
cooling system.
Key word : Energy Use Intensity, Energy consumption of cooling system, cooling
system in building
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bangunan gedung menurut Perda No. 7 Tahun 2010 [1] merupakan wujud
fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tinggal, kegiatan keagamaan, , kegiatan sosial dan budaya, kegiatan khusus, maupun
kegiatan usaha.
Berdasarkan Perda No. 7 Tahun 2010 [1], pada bangunan dengan fungsi
hunian merupakan bangunan yang ditujukan sebagai tempat tinggal manusia yang
meliputi rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah tinggal susun, dan rumah
tinggal sementara. Untuk bangunan dengan fungsi keagamaan merupakan tempat
untuk melakukan ibadah yang meliputi bangunan masjid termasuk musholla,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan
kelenteng. Kemudian bangunan dengan fungsi sosial dan budaya merupakan tempat
melakukan kegiatan sosial dan budaya yang meliputi bangunan pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan pelayanan umum.
Lalu bangunan dengan fungsi khusus merupakan tempat melakukan kegiatan yang
memiliki tingkat kerahasiaan yang tinggi dalam cakupan tingkat nasional atau yang
penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat disekitarnya dan/atau
memiliki resiko bahaya tinggi, dimana bangunan tersebut meliputi bangunan gedung
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
untuk reaktor nuklir dan instalasi pertahanan dan keamanan. Kemudian bangunan
dengan fungsi usaha merupakan tempat kegiatan melakukan usaha yang meliputi
bangunan gedung perdagangan, bangunan gedung perindustrian, bangunan gedung
perhotelan, bangunan gedung wisata dan rekreasi, bangunan gedung terminal,
bangunan gedung penyimpanan, dan bangunan gedung perkantoran.
Menurut Peraturan Gubernur (Pergub) No. 38 Tahun 2012, setelah gedung
didirikan gedung baru dapat dioperasikan jika gedung tersebut sudah memiliki
Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Berdasarkan Peraturan Gubernur (Pergub) No. 38
Tahun 2012 Pasal 44 ayat 2 [2], SLF baru bisa diterbitkan jika penilaian terhadap
gedung telah dilakukan. Hal-hal yang dinilai terhadap gedung tersebut yaitu
pemeriksaan lapangan terhadap kesesuaian pelaksanaan tahapan konstruksi,
pelaksanaan uji coba instalasi, dan pelaksanaan program konservasi yang mencakup
bidang energi, air, kualitas udara dalam ruang dan kenyamanan termal telah
memenuhi persyaratan bangunan gedung hijau. Parameter yang digunakan dalam
melihat efisiensi konsumsi energi ini sendiri yaitu Indeks Konsumsi Energi (IKE).
Untuk itu pada kasus ini diambil satu gedung perkantoran yaitu gedung Y yang akan
dijadikan contoh sebagai perhitungan serta analisis terhadap nilai Indeks Konsumsi
Energi (IKE).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang ada, maka lebih lanjut akan dianalisa
mengenai konsep bangunan hijau, yang memakai nilai Indeks Konsumsi Energi
sebagai tolok ukur,diantaranya :
- Menghitung nilai Indeks Konsumsi Energi pada hunian dan menilai tingkat
keborosan energi gedung tersebut.
- Menghitung nilai baseline Indeks Konsumsi Energi hunian.
- Membandingkan nilai baseline Indeks Konsumsi Energi hunian yang dihitung
dengan standar baseline Indeks Konsumsi Energi hunian yang ada.
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
1.3 Tujuan Penelitian
- Memperhitungkan nilai Indeks Konsumsi Energi (IKE) gedung berdasarkan
data objek gedung X yang diamati selama penelitian.
- Menghitung besarnya energi yang dikonsumsi untuk sistem pengkondisian
udara.
- Mengamati penyebab-penyebab tingginya konsumsi energi pada objek gedung
X yang diamati selama penelitian.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penelitian kali ini, masalah dibatasi pada hal-hal berikut:
- Data-data gedung yang tidak lengkap digunakan data-data dari standar-standar
baik di Indonesia atau standar-standar internasional sebagai referensinya.
- Data-data detil yang diambil digunakan sebagai acuan terhadap nilai data-data
pada bulan lain yang tidak termasuk dalam rentang waktu pengambilan data.
1.5 Metode Penelitian
Metode berikut digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini,antara lain :
1. Metode pustaka
Metode pustaka merupakan metode untuk memperoleh bahan keterangan
berdasarkan literature yang ada, untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan penelitian, yaitu melakukan perbandingan antara beberapa metode
perhitungan indeks konsumsi energi.
2. Metode observasi
Metode observasi merupakan metode dengan cara turun langsung ke
lapangan, yaitu observasi data penggunaan listrik gedung di Jakarta yang ada
di dinas P2B DKI Jakarta
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
Skripsi ini dikerjakan dengan rekan saya Yoviandri Satrio maka terdapat
kemiripan dalam penulisannya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Refrijerasi
Sistem refrijerasi digunakan untuk mengambil kalor pada suatu ruangan untuk
dipindahkan ke tempat lain. Pada sistem refrijerasi,digunakan tiga equipment utama
yaitu Air Handling Unit (AHU), Chiller, dan Cooling Tower dimana masing-masing
equipment tersebut dipakai untuk menghasilkan udara-udara sejuk yang kemudian
didistribusikan ke setiap ruangan yang diinginkan sesuai dari desain yang ada.
Proses untuk mendapatkan udara sejuk bermula pada kompresor dari Chiller
melakukan proses kompresi pada refrijeran sehingga tekanan dan temperatur dari
refrijeran menjadi tinggi. Lalu refrijeran dari kompresor yang terdapat pada Chiller
dialirkan menuju kondenser. Didalam kondenser, kalor dari refrijeran ini diambil oleh
air yang berasal dari Cooling Tower. Kemudian air yang telah mengambil kalor dari
refrijeran akan dialirkan kembali menuju Cooling Tower untuk diturunkan kembali
temperaturnya sehingga dapat kembali menuju Chiller untuk melakukan proses
pengambilan kalor dari refrijeran lagi, siklus ini merupakan siklus dari air Cooling
Tower. Sementara itu, setelah kalor dari refrijeran diambil, temperatur dari refrijeran
menjadi turun namun masih memiliki tekanan yang tinggi. Refrijeran bertekanan
tinggi ini akan dialirkan menuju Expansion Valve. Pada Expansion Valve, tekanan
dari refrijeran diturunkan kemudian dialirkan menuju Evaporator. Pada Evaporator,
refrijeran mengambil kalor dari air yang berasal dari AHU sehingga temperatur dari
refrijeran kembali naik dan temperatur air yang berasal dari AHU menjadi turun.
Setelah dari Evaporator, refrijeran kembali menuju kompresor untuk mengalami
proses kompresi kembali berulang sesuai dengan siklus refrijeran pada Chiller.
Sementara itu, air dari AHU yang telah didinginkan tadi oleh Chiller dialirkan
menuju AHU untuk mendinginkan udara yang masuk melewati AHU. Udara
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
didinginkan dengan melewati udara pada Cooling Coil yang didalamnya berisi air
dari Chiller. Air ini mengambil kalor dari udara tersebut sehingga temperatur air naik
dan temperatur udara turun. Setelah udara menjadi dingin, udara tersebut
didistribusikan ke ruangan-ruangan yang diinginkan. Sementara itu air yang
temperaturnya menjadi lebih tinggi dialirkan kembali menuju Chiller untuk
diturunkan temperaturnya melalui pertukaran kalor dengan refrijeran, siklus ini akan
terus berulang untuk siklus air yang berasal dari AHU.
Gambar 1. Siklus Refrijerasi
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
2.2 Indeks Konsumsi Energi
Indeks konsumsi energi (IKE) digunakan oleh P2B DKI Jakarta sebagai tolak
ukur apakah sebuah bangunan telah mengaplikasikan peraturan pemerintah mengenai
bangunan hijau.IKE dapat memberi penjelasan sudah efisien atau belum sebuah
bangunan dengan cara dipantau secara berkala oleh dinas P2B DKI Jakarta sehingga
tingkat keborosan gedung baik yang sudah beroperasi ataupun yang akan dibangun
dapat di kontrol.Setelah nilai IKE didapatkan,maka akan diberikan saran bagaimana
seharusnya gedung tersebut digunakan sehingga memiliki angka konsumsi energy
yang rendah.
2.3 Cara menghitung IKE menurut Dinas P2B DKI Jakarta
Untuk dapat menghitung indeks konsumsi energy,dinas P2B DKI Jakarta
menggunakan nilai-nilai dari data konsumsi listrik yang digunakan,jam operasional
gedung,nilai dari factor meter yang digunakan,jam referensi,serta luas area gedung.
𝐼𝐾𝐸 = !"#!
……………………………………….. (1)
Keterangan :
IKE = Indeks konsumsi energy (kWh/m2/th)
KWH = Total konsumsi listrik selama 12 bulan (kWh)
A = Luas area gedung (m2)
KWH dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut ini :
KWH = LWBPpemakaian+WBPpemakaian………………………(2)
Keterangan :
KWH = Total konsumsi listrik selama 12 bulan (KWH)
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
LWBPpemakaian = Pemakaian Energi Luar Waktu Beban Puncak
WBPpemakaian = Pemakaian Energi Waktu Beban Puncak
LWBPpemakaian = (LWBPakhir – LWBPlalu) x faktor meter………………………(3)
LWBPakhir = Angka kedudukan meter Luar Waktu Beban Puncak bulan
terakhir
LWBPlalu = Angka kedudukan meter Luar Waktu Beban Puncak 1 bulan
sebelum bulan terakhir
WBPpemakaian = (WBPakhir – WBPlalu) x faktor meter………………………(4)
WBPakhir = Angka kedudukan meter Waktu Beban Puncak bulan terakhir
WBPlalu = Angka kedudukan meter Waktu Beban Puncak 1 bulan
sebelum bulan terakhir
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = Faktor meteran yang digunakan
Rasio CT = Ip / Is
Ip = Arus primer (A)
Is = Arus sekunder (A)
Rasio PT = Vp / Vs
Vp = Tegangan primer (V)
Vs = Tegangan sekunder (V)
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
Contoh perhitungan untuk mendapatkan KWH :
Angka Kedudukan Meter Pemakaian LWBP WBP LWBP WBP Total Akhir Lalu Faktor Akhir Lalu Faktor
57630 56984 2000 13875 13796 2000 1292000 158000 1450000 58300 57342 2000 14847 14387 2000 1916000 920000 2836000 58525 57432 2000 14986 14598 2000 2186000 776000 2962000 59113 58984 2000 14653 14611 2000 258000 84000 342000 59706 58436 2000 14762 14725 2000 2540000 74000 2614000 60357 59457 2000 14875 14730 2000 1800000 290000 2090000 61100 60998 2000 14532 14498 2000 204000 68000 272000 61650 60987 2000 14984 14689 2000 1326000 590000 1916000 62240 62105 2000 15764 15732 2000 270000 64000 334000 62847 62530 2000 15643 15621 2000 634000 44000 678000 63521 62803 2000 15985 15920 2000 1436000 130000 1566000 64111 63384 2000 15523 15498 2000 1454000 50000 1504000
Total 18564000
Tabel 1. Contoh data konsumsi listrik
Dapat dilihat bahwa LWBPpemakaian diperoleh dari (LWBPakhir – LWBPlalu) x
faktor meter yaitu LWBPpemakaian = (57630-56984) x 2000 = 1292000. Kemudian
WBPpemakaian = (WBPakhir – WBPlalu) x faktor meter sehingga WBPpemakaian = (13875
– 13796) x 2000 = 158000. Untuk mendapatkan totalnya maka dikalikan dengan 12
bulan, nilai total inilah yang akan dijadikan menjadi KWH untuk menghitung indeks
konsumsi energi.
Untuk dapat menentukan tingkat hemat atau borosnya gedung,maka Total
KWH perlu dibagi dengan luasan gedung tersebut.Sebagai contoh pada perhitungan
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
ini, 18564000 (Total KWH/tahun) dibagi dengan 32987 M2. Maka didapat IKE nya
sebesar 562,767 KWH/M2/tahun.
Berikut adalah table yang menujukkan tingkat hemat atau boros sebuah
gedung, menurut Pergub 38 Tahun 2012 ditetapkan sebagai berikut :
Tabel 2. Tabel Nilai Standar IKE Setiap Sektor
Dari table diatas, dapat disimpulkan contoh hunian diatas tergolong Boros
karena nilai IKE sudah melebihi batas atas.
Gambar 2. Jenis Rentang IKE
Tabel 3. Tabel Rekomendasi Tindakan Sesuai dengan Nilai IKE
Setelah dilakukan perhitungan terhadap besarnya nilai IKE, berdasarkan Pergub
38 Tahun 2012 akan didapatkan berada pada rentang nomor berapa gedung yang
diobservasi sesuai dengan tipe bangunan dari gedung tersebut. Dari kelompok rentang
yang telah didapatkan, gedung tersebut akan mendapatkan penilaian terhadap
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
Mulai
Perencanaan
Pengumpulan Data
Identifikasi Kelengkapan Data
Data Lengkap
Perhitungan UNEP Perhitungan DKI
Analisa
Selesai
DataTidakLengkap
penggunaan energi yang telah digunakan apakah hemat, agak hemat, agak boros, atau
boros, serta tindakan yang perlu dilakukan berdasarkan kelompok rentang tersebut.
Pada contoh di atas, didapatkan nilai IKE sebesar 357,461, nilai IKE ini melebihi
nilai batas atas berada pada rentang 4 untuk tipe bangunan perkantoran. Dari nilai
IKE ini, gedung ini tergolong boros konsumsi energinya sehingga menurut Pergub 38
Tahun 2012, tindakan yang perlu dilakukan pada gedung tersebut yaitu perlu
dilakukan retrofitting atau replacement.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Diagram alir
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
3.2 Proses pengerjaan penelitian
3.2.1 Perencanaan
Mengacu kepada latar belakang dan permasalahan yang telah
dijelaskan sebelumnya pada Bab I dan Bab II, untuk mengontrol besar
kecilnya konsumsi energi pada sebuah gedung terutama pada jenis gedung
perkantoran maka Indeks Konsumsi Energi akan digunakan sebagai tolak
ukurnya agar dapat membuat gedung tersebut mengkonsumsi energy se-
efesien mungkin.Gedung X ini memiliki 16 lantai termasuk 1 lantai
basement.Pada penelitian kali ini, seluruh data yang telah didapakan akan di
hitung agar didapat besar Indeks Konsumsi energy dalam waktu 1 tahun dan
dalam waktu 1 bulan dengan menggunakan metode P2B DKI serta metode
UNEP supaya nantinya dapat dianalisa guna melihat penyebab apa saja yang
membuat konsumsi energi pada gedung tersebut menjadi tinggi dan untuk
mendapatkan langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk menghemat energi
guna mengurangi Indeks Konsumsi energy pada gedung tersebut.
3.2.2 Pengumpulan Data
Metode untuk mendapatkan Indeks Konsumsi Energi telah ditentukan.
Selanjutnya, untuk pengambilan data akan dilakukan pada gedung
perkantoran yang sudah beroperasi di DKI Jakarta. Seluruh data didapat dari
rekening listrik bulanan pada gedung perkantoran tersebut dan juga data
secara langsung yang diambil di lapangan langsung dari equipment meteran
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
kWh listrik atau Low Voltage Main Distribution Panel (LVMDP),serta
beberapa data seperti gambar desain konstruksi,gambar desain mekanikal dan
elektrikal,dan gambar desain arsitektur. Mengacu kepada Pergub No. 38
Tahun 2012, data-data gedung tersebut adalah variable-variabel utama.
Pergub No. 38 Tahun 2012 mewajibkan beberapa variable yang terkait dengan
konsumsi listrik dan konsumsi air pada gedung tersebut, namun bukan berarti
tidak mewajibkan untuk data-data lainnya yang juga berdampak kepada
konsumsu energi gedung yang akan dating.
3.2.3 Identifikasi Kelengkapan
Apabila seluruh data yang dibutuhkan telah terpenuhi, maka
pengecekan akan dilakukan terhadap kelengkapan data gedung tersebut
supaya data-data tersebut dapat diolah untuk mendapatkan besar Indeks
Konsumsi Energi gedung tersebut. Untuk kelengkapan data gedung yang
dimaksud disini mengacu pada besar konsumsi energy listrik yang diperoleh
dari rekening listrik yang nantinya akan digunakan untuk menghitung besar
Indeks Konsumsi Energi agar dapat memberitahukan apakah gedung tersebut
tergolong boros atau hemat. IKE akan dihitung selama 12 bulan. Lalu, data-
data diluar rekening listrik seperti data dari meteran kWh atau data dari Low
Voltage Main Distribution Panel (LVMDP) akan digunakan untuk melihat
lebih rinci konsumsi energi dialihkan kemana saja dalam waktu 1 bulan
penuh. Kemudian data-data dari desin yang sudah didapat akan digunakan
untuk mengetahui luasan dari tiap zona yang ada pada kantor tersebut baik
yan menggunakan AC maupun yang tidak menggunakannya. Berdasarkan
metode dari P2B DKI, data jam referensi dan juga data jam operasional akan
diperlukan dalam menghitung Indeks Konsumsi Energi. Data tersebut diambil
dari data gedung yang memiliki tipe ama serta jam operasional yang tidak
terlalu berbeda.
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
3.2.4 Perhitungan
Apabial seluruh data-data pada gedung tersebut sudah lengkap maka
akan dilakukan perhitungan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode
dari Dinas P2B DKI Jakarta dan metode dari UNEP. Pada metode perhitungan
nilai Indeks Konsumsi Energi dari P2B DKI Jakarta, Untuk mendapatkan nilai
dari Indeks Konsumsi Energi maka variable yang harus dimiliki adalah jam
operasional dari gedung yang bersangkutan serta jam referensi yang
didapatkan dari Pergub No. 38 Tahun 2012. Sedangkan pada metode UNEP
tidak menggunakan tidak menggunakan jam referensi untuk gedung yang
bersangkutan dalam perhitungannya. Dengan menggunakan kedua metode
tersebut, maka akan didapatkan besar Indeks Konsumsi Energi sehingga
dapat dilihat tingkat efisiensi energi gedung tersebut yang kemudian akan
dianalisa untuk didapatkan perbedaan dari hasil perhitungan dengan
menggunakan kedua metode yang berbeda tersebut.
3.2.5 Analisa
Setelah mendapatkan nilai dari Indeks Konsumsi Energi dengan
menggunakan dua metode berbeda diatas, selanjutnya akan dilakukan analisa
apakah gedung tersebut sudah berjalan dengan efisien atau tidak dan kedua
angka IKE dari dua metode berbeda tersebut akan dibandingkan satu sama
lainnya. Lalu data penggunaan energy listrik yang didapatkan dari meteran
kWh akan dianalisa untuk mendapatkan hasil pada sistem apa yang menguras
energi sangat boros sehingga nilai IKE secara umum pada gedung tersebut
menjadi sangat tinggi.Kemudian akan diberikan pilihan langkah-langkah apa
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
saja yang dapat disarankan untuk mengoptimalkan energi pada gedung
tersebut.
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Data
Untuk menghitung besar IKE pada gedung tersebut, dapat digunakan persamaan :
𝐼𝐾𝐸 =𝑘𝑊ℎ𝐴 𝑥
𝑇!"#𝑇!"
𝐼𝐾𝐸 =275877714121 𝑥
26002210
𝐼𝐾𝐸 = 229,8 kWh/m2/tahun
Dari perhitungan diatas maka didapat besar IKE pada gedung tersebut yaitu sebesar 229,8 kWh/m2/tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa gedung ini tergolong “Agak Hemat” dalam penggunaan energinya.
Kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai kW dengan menggunakan persamaan :
𝑘𝑊 =345 ∗ 0,92 ∗ 220 + 350 ∗ 0,92 ∗ 220 + (338 ∗ 0,92 ∗ 220)
1000
𝑘𝑊 = 69.828+ 70.840+ 68.411
1000
kW = 209,1 kW
Perhitungan diatas adalah salah satu contoh untuk menghitung besar kW yang dihasilkan pada waktu tertentu. Contoh diatas diambil berdasarkan pada data yang terdapat pada tanggal 03/04/2017.
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
No. Hari
Chiller 1 Chiller 2 Daya (kW) Daya (kw)
Pagi (08.00)
Siang (12.00)
Sore (16.00)
Pagi (08.00)
Siang (12.00)
Sore (16.00)
1 Sabtu 0 0 0 0 0 0 2 Minggu 0 0 0 0 0 0 3 Senin 208,5 200,4 203,4 107,2 103,8 101,9 4 Selasa 197,6 201,4 0 100,9 107,4 0 5 Rabu 0 214,5 127,6 0 108,4 103,2 6 Kamis 197,8 184,6 118,3 96,1 92,0 94,3 7 Jumat 199,4 193,7 128,1 101,3 96,0 110,4 8 Sabtu 0 0 0 0 0 0 9 Minggu 0 0 0 0 0 0 10 Senin 202,4 185,8 128,8 108,1 93,3 117,1 11 Selasa 208,5 198,4 119,3 101,3 108,5 108,1 12 Rabu 208,5 194,9 117,5 107,2 95 92,7 13 Kamis 195,5 203,6 126,2 100,9 105,6 104,6 14 Jumat 197,8 184,6 118,3 96,1 92,08 94,3 15 Sabtu 0 0 0 0 0 0 16 Minggu 0 0 0 0 0 0 17 Senin 164,2 164,2 110,7 88,1 88,1 81,5 18 Selasa 174,9 178,4 112,3 98,4 109,3 110,4 19 Rabu 0 0 0 0 0 0 20 Kamis 183,4 186,09 0 116,7 111,4 0 21 Jumat 196,7 200,4 127,6 107,2 102,6 103,2 22 Sabtu 0 0 0 0 0 0 23 Minggu 0 0 0 0 0 0 24 Senin 0 0 0 0 0 0 25 Selasa 202,8 214,5 130,2 99,5 108,4 104,3 26 Rabu 193,5 203,6 126,2 101,7 105,6 104,6 27 Kamis 164,2 164,2 120,8 88,1 88,1 81,5 28 Jumat 174,9 178,4 111,8 102,2 109,3 110,7 29 Sabtu 30 Minggu
Tabel 4. Tabel Perhitungan Total Daya dari Arus Rata-rata Setiap
Pagi,Siang dan Sore pada 2 Jenis Chiller yang Berbeda
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
Bulan Total kWh Bulan Total kWh
Januari 260088 Juli 228200
Februari 249064 Agustus 195752
Maret 222280 September 231688
April 226500 Oktober 206376
Mei 281053 November 215400
Juni 231200 Desember 211176
Tabel 5. Tabel Data Konsumsi Energi Total Setiap Bulan Pada Tahun 2016
Untuk dapat menghitung nilai IKE dari sebuah gedung dibutuhkan juga data-data berupa luas bangunan pada setiap lantainya seperti ditunjukan pada tabel berikut:
Lantai Luas Lantai Luas Lantai Luas
1 695 7 920 13 920
2 756 8 920 14 920
3 800 9 920 15 920
4 830 10 920 16 920
5 920 11 920
6 920 12 920
Tabel 6. Tabel Luas Ruangan yang Menggunakan Sistem Pendinginan
Data-data luasan gedung pada setiap lantai diatas adalah data-data luasan gedung yang menggunakan sistem pengkondisian udara pada aplikasinya, bukan luasan gedung total setiap lantainya.
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
Gambar 2. Grafik Arus R,S,T terhadap Waktu pada Hari Jumat
Gambar 3. Grafik Arus R,S,T terhadap Waktu pada Hari Rabu
670680690700710720730740750760770
7:45
8:00
8:15
8:30
8:45
9:00
9:15
9:30
9:45
10:00
10:15
10:30
10:45
11:00
11:15
11:30
11:45
12:00
12:15
12:30
12:45
13:00
13:15
13:30
13:45
14:00
GrafikArusR,S,TterhadapWaktu
ArusR ArusS ArusT
660
680
700
720
740
760
780
800
7:45
8:15
8:45
9:15
9:45
10:15
10:45
11:15
11:45
12:15
12:45
13:15
13:45
14:15
14:45
15:15
15:45
ARUS
WAKTU
GrafikArusR,S,TterhadapWaktu
ArusT
ArusR
ArusS
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
Maka kita dapat membuat profile kW terhadap rentan waktu 15 menit yang diukur selama 1 hari kerja. Adapun grafik profil kW terhadap waktu dalam 1 hari kerja adalah sebagai berikut :
Gambar 4. Grafik kW Terhadap Waktu pada Hari Jumat
Gambar 5. Grafik kW Terhadap Waktu pada Hari Rabu
Untuk mendapatkan besar kWh,maka dari data arus per 15 menit dapat dimasukkan ke persemaan :
420430440450460470480490500
7:45
8:15
8:45
9:15
9:45
10:15
10:45
11:15
11:45
12:15
12:45
13:15
13:45
14:15
14:45
15:15
15:45
GrafikkWterhadapwaktu
420430440450460470
GrafikkWterhadapaWaktu
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
𝑘𝑊ℎ = kW*0,25 (15 Menit)
Setelah didapat total kWh pendinginanya,maka dibagi dengan total kWh keseluruhan untuk didapatkan persentase penggunaan energy untuk pendinginan.
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑊ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑎𝑛 = kWh pendinginan / kWh total = 3928,2/6800
= 60 %
4.2 Analisa Nilai kWh dan Grafik
Setelah melakukan perhitungan dan analisa terhadap nilai IKE pada gedung X dapat diambil kesimpulan bahwa nilai Indeks Konsumsi gedung X sebesar 229,8 kWh/m2/tahun yang menunjukkan bahwa gedung tersebut dikategorikan “Agak Hemat” dalam konsumsi energinya.
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan perhitungan dan analisa terhadap nilai IKE pada gedung Y dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai Indeks Konsumsi gedung X sebesar 229,8 kWh/m2/tahun yang
menunjukkan bahwa gedung tersebut dikategorikan “Agak Hemat” dalam
konsumsi energinya.
2. Konsumsi energi dari gedung X sebagian besar digunakan untuk sistem pendingin per hari nya yaitu sebesar 57-60% dari total penggunaan energi yang ada.
5.2 Saran
Selama melakukan perhitungan dan analisa terhadap nilai IKE pada gambar X beberapa hal yang disarankan oleh peneliti untuk proses penelitian yang lebih baik lagi untuk kedepannya, yaitu :
1. Menggunakan alat ukur yang dapat merekann nilai penggunaan kWh selama 1 bulan
2. Mengunakan alat ukur dengan ketelitian yang lebih baik lagi.
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta no.7 Tahun 2010 mengenai Sertifikat Laik Fungsi.
[2]. Peraturan Gubernur (Pergub)DKI Jakarta no.38 Tahun 2012 mengenai kode bangunan hijau.
[3]. https://www.iea.org/publications/freepublications/publication/SoutheastAsiaEnergiOutlook_WEO2013SpecialReport.pdf
[4]. http://data.worldbank.org/
[5]. https://www.iea.org/publications/freepublications/publication/SoutheastAsiaEnergyOutlook_WEO2013SpecialReport.pdf
Analysis of hight ..., Aldo Oktasio Ardian, FT UI, 2019