ANALISISSTRUKTURDANTEKSTURDRAMADALAM ...repository.usd.ac.id/31537/2/131224018_full.pdfnaskah drama....
Transcript of ANALISISSTRUKTURDANTEKSTURDRAMADALAM ...repository.usd.ac.id/31537/2/131224018_full.pdfnaskah drama....
i
ANALISIS STRUKTUR DAN TEKSTUR DRAMA DALAM
NASKAH SERTA VIDEO PEMENTASANMEGA-MEGA
KARYA ARIFIN C. NOER
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Johanes Baptis Judha Jiwangga
131224018
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Apapun yang terjadi di panggung, silahkan dinikmati dan direspon karena
pertunjukan harus tetap berlangsung”
-Judha Jiwangga-
“Biarkan aku menjadi aku bagi diriku, sesama, dan dunia.”
-Teater Ingsun-
“Kita tumbuh bersama, kita berbuah bersama”
-Lakonilabs Production-
“Urip iku nyawiji, muga tata, titi, lan tentrem diparingi pengestu Pangeran”
-Judha Jiwangga-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Tuhan Yang Empunya Hidup karena senantiasa
memberkati dan menguatkan saya dalam menyelesaikan buah pemikiran skripsi
ini. Karya ini saya persembahkan kepada khalayak umum untuk semakin
memperkaya khasanah bahasa Indonesia, sastra Indonesia, dan seni pertunjukan.
Semoga dengan buah pemikiran saya mengenai elaborasi bidang linguistik, sastra
dan pertunjukan, dapat menjadi referensi baru di bidang kebahasaan..
Kedua orang tua saya, T.A. Edhi Saptono dan Maria Prihastiti Indiyani
yang sudah selalu senantiasa berkicau merdu dengan nasihat-nasihatnya sehingga
saya selalu teringat untuk mengerjakan skripsi. Yang terpenting adalah bimbingan
mereka yang tetap mendukung saya berjalan di bidang kesenian dan akademik.
Ketiga, saya persembahkan kepada sahabat-sabahat ngelmu saya yaitu para
dosen PBSI Universitas Sanata Dharma, Bapak Suharyoso SK, Mas Rendra Bagus
Pamungkas, teman-teman Teater Ingsun, teman-teman Teater Seriboe Djendela,
teman-teman Lakonilabs Production, dan teman-teman Jurusan Teater Institut
Seni Indonesia. Merekalah yang selalu menjadi telaga untuk menggali wacana
baru dan semangat untuk selalu berkreasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Jiwangga, Johanes Baptis Judha. 2018. Analisis Struktur dan Tekstur DramaDalam Naskah serta Video Pementasan Mega-Mega Karya Arifin C.Noer. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa SastraIndonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UniversitasSanata Dharma.
Drama memiliki dua bentuk luaran dari perspektif yang berbeda yaitubidang sastra dan pertunjukan. Pemahaman drama yang utuh dapat dilihat melaluidua perspektif tersebut sehingga informasi yang didapat lebih komprehensif.Penelitian ini bertujuan untuk meninjau struktur dan tekstur drama dalam lakonMega-Mega karya Arifin C. Noer. Dengan tujuan tersebut, lakon Mega-Megaakan dianalisis dari naskah dramanya dan juga video dokumentasi pertunjukannyayang dimainkan oleh Prodi Teater Institut Kesenian Jakarta pada tahun 2013.
Penilitian struktur dan tekstur drama ini tergolong dalam penelitiankualitatif. Secara spesifik, metode penelitian yang digunakan adalah analitikdeskriptif. Sumber data yang diacu adalah naskah drama Mega-Mega dan videopementasan Mega-Mega yang dimainkan tahun 2013. Video dokumentasi akandicocokkan keseuaiannya dengan naskah drama. Dua sumber data tersebutmenjadi dasar referensi antara naskah drama dengan pertunjukan setelah melaluiproses intepretasi penyutradaraan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini terbagi menjadi dua aspek yaitustruktur drama dan tekstur drama. Struktur drama membahas tentang tokoh, alurdan tema. Tokoh yang dibahas ada delapan tokoh yakni Mae, Panut, Retno, Koyal,Hamung, Tukijan, Pemuda, dan Mas Woto. Alur dianalisis berdasarkan naskahyang terbagi menjadi tiga babak. Tema lakon Mega-Mega berbicara tentangkerinduan orang-orang miskin terhadap hidup yang sejahtera dan cara merekauntuk menggapai cita-cita mereka. Tekstur drama dalam lakon Mega-Megamengacu pada mood drama yang dilihat. Ada enam mood drama yang munculdari video pementasan Mega-Mega. Mood dicermati dari dialog dan spectacleyang mendukung adegan yakni mood kesal, mood sedih, mood senang, moodkhawatir, mood marah, dan mood mesra.
Kata Kunci: Struktur drama, Tekstur Drama, Mega-Mega
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Jiwangga, Johanes Baptis Judha. 2018. Analysis of Drama Structure and Texturein Script and Video Performance Mega-Mega by Arifin C. Noer.Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature Education Study Program,Faculty of Teacher Training in Education, Sanata Dharma University.
Drama has two outward forms from different perspectives of literary andperforming fields. Understanding the drama can be seen through these twoperspectives so that the information obtained more comprehensive. This studyaims to review the structure and texture of drama in the Mega-Mega plays byArifin C. Noer. With that goal, Mega-Mega plays will be analyzed from the scriptand also the video of the show which was performed by Theatre Program ofJakarta Institute of Art in 2013.
The study of the structure and texture of this drama belongs toqualitative research. Specifically, the research method used is descriptive analytics.The sources of data referred to the script and stage performances videos that arebeing played in 2013. The documentation video will be matched to the script.These two sources of data form the basis of reference between the drama scriptand the show after going through the process of interpreting the directing.
The results obtained from this research are divided into two aspects:drama structure and drama texture. Drama structure discusses characters, plotsand themes. Characters that discussed there are eight characters namely Mae,Panut, Retno, Koyal, Hamung, Tukijan, Pemuda, and Mas Woto. Plot is analyzedby script that divided into three chapters. The Mega-Mega theme play speaks ofthe poor's longing for a prosperous life and their way of reaching their goals. Thetexture of drama in Mega-Mega plays refers to the mood of the drama seen. Thereare six moods drama that appear from the documentation of Mega-Mega. Moodobserved from the dialogue and spectacle that support the scene are mood of upset,mood of sadness, mood of happiness, mood of worry, mood of angry, and moodof intimate.
Keywords: Drama Structure, Drama Texture, Mega-Mega
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Syukur sebesar-besarnya saya haturkan kepada Tuhan yang punya
hidup atas pangestu dalam penyusunan skripsi yang berjudul Analisis
Tekstur Drama Dalam Naskah serta Video Pementasan Mega-Mega
Karya C.Noer. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta. Selain itu penulisan skripsi ini menjadi
penambah wacana dan referensi dalam khazanah sastra, linguistik dan
pertunjukan, terlebih bentuk pendekatan dalam memahami suatu
pertunjukan drama.
Penulis menyadari tanpa bantuan semua pihak, skripsi ini tidak
akan terselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini sudah
memberikan dukungan, bantuan, bimbingan, nasihat, motivasi serta doa
yang menguatkan, sehingga penulis benar- benar merasa terberkati.
Sehubungan dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang turut
memperlancar penulisan skripsi ini.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd.,M.Hum selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu menjadi rekan diskusi
dan motivator dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. dan Septina Krismawati, M.A.,
selaku dosen pembimbing satu yang selalu sabar menghadapai
idealisme pemikiran dan selalu menasihati untuk menyelesaikan skripsi
saya di tengah kesibukan berkesenian.
4. Septina Krisnawati, M.A selaku dosen yang menjadi patner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
bereksplorasi dan penasihat perihal sistematika penulisan serta
sistematika penelitian.
5. Suharyoso SK, M.Sn. selaku pensiunan dosen Institut Seni Indonesia
yang setiap pertemuan dengan beliau selalu memperkaya wawasan
tentang dunia teater serta menjadi konsultan yang arif dalam
penyusunan skripsi saya.
6. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan
serta wawasan kepada saya selama belajar di Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia sehingga mempunyai bekal untuk
menjadi pendidik yang baik.
7. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan
buku-buku penunjang selama selama menyelesaikan skripsi.
8. Karyawan sekretariat PBSI yang telah memperlancar saya dalam
menyelesaikan administrasi proses skripsi.
9. Orang tua tercinta, T.A Edhi Saptono dan Maria Prihastiti Indiyani
yang telah memberikan doa, semangat, motivasi, finansial serta selalu
mendukung saya untuk menyelesaikan skripsi.
10. Yunita Dwi Rahmayani yang telah menjadi wanita hebat dalam
mendukung setiap jalan hidup saya dan yang selalu saja cerewet
kepada agar mengerjakan skripsi di tengah karya kesenian saya.
11. Teman-teman Teater Ingsun yang menjadi sahabat terbaik dalam
berproses bagi pengembangan wacana akademis dan kesenian saya,
serta menjadi wadah untuk menjadi semakin manusiawi di tengah
zaman yang penuh dengan dehumanisasi.
12. Teman-teman LakoniLabs Production yang selalu menjadi rotor
semangat dalam meritis proses dan wahana untuk mengembangkan
kreativitas terutama semakin memperkaya referensi untuk penyusunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.......................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................... vi
ABSTRAK................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 3
1.5 Batasan Istilah ...................................................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan........................................................................ 9
2.2 Kajian Teori.......................................................................................... 10
2.2.1 Struktur Drama............................................................................ 12
2.2.1.1 Characters..................................................................... 12
2.2.1.2 Plot (Alur) .................................................................... 13
2.2.1.3 Tema ............................................................................. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.2.2 Tekstur Drama............................................................................. 16
2.2.2.1 Dialog............................................................................ 17
2.2.2.2 Spectacle (Tontonan).................................................... 18
2.2.2.3 Mood (Suasana)............................................................. 18
2.2.3 Diction (Gaya Bahasa)................................................................. 19
2.2.4 Music (Efek Suara)...................................................................... 20
2.2.5 Akting.......................................................................................... 20
2.2.5.1 Olah Tubuh.................................................................... 25
2.2.5.2 Olah Suara..................................................................... 28
2.2.5.3 Olah Rasa....................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian...................................................................................... 35
3.2 Sumber Data.......................................................................................... 36
3.3 Data....................................................................................................... 36
3.4 Teknik Pengambilan Data..................................................................... 36
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
4.1 Struktur Drama dalam Pementasan Mega-Mega.................................. 39
4.1.1 Gambaran Tokoh.......................................................................... 39
4.1.1.1 Hasil Analisis Tokoh Mae............................................... 39
4.1.1.2 Hasil Analisis Tokoh Panut............................................. 41
4.1.1.3 Hasil Analisis Tokoh Retno............................................. 43
4.1.1.4 Hasil Analisis Tokoh Hamung........................................ 45
4.1.1.5 Hasil Analisis Tokoh Koyal............................................ 46
4.1.1.6 Hasil Analisis Tokoh Tukijan.......................................... 48
4.1.1.7 Hasil Analisis Tokoh Pemuda......................................... 50
4.1.1.8 Hasil Analisis Tokoh Mas Woto..................................... 50
4.1.2 Alur.............................................................................................. 51
4.1.2.1 Gambaran Alur Lakon Mega-Mega................................ 51
4.1.2.2 Hasil Analisis Eksposisi atau Perkenalan........................ 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.1.2.3 Hasil Analisis Konflik..................................................... 56
4.1.2.4 Hasil Analisis Klimaks.................................................... 58
4.1.2.5 Hasil Analisis Penyelesaian............................................. 59
4.1.3 Hasil Analisis Tema..................................................................... 61
4.2 Tekstur Drama dalam Pementasan Mega-Mega.................................... 64
4.2.1 Mood Kesal.................................................................................. 64
4.2.1.1 Gambar Adegan............................................................... 64
4.2.1.2 Hasil Analisis................................................................... 65
4.2.2 Mood Sedih.................................................................................. 68
4.2.2.1 Gambar Adegan............................................................... 68
4.2.2.2 Hasil Analisis................................................................... 69
4.2.3 Mood Senang............................................................................... 72
4.2.3.1 Gambar Adegan............................................................... 73
4.2.3.2 Hasil Analisis................................................................... 73
4.2.4 Mood Khawatir............................................................................ 76
4.2.4.1 Gambar Adegan............................................................... 77
4.2.4.2 Hasil Analisis................................................................... 77
4.2.5 MoodMarah................................................................................. 80
4.2.5.1 Gambar Adegan............................................................... 80
4.2.5.2 Hasil Analisis................................................................... 81
4.2.5 MoodMesra................................................................................. 82
4.2.5.1 Gambar Adegan............................................................... 82
4.2.5.2 Hasil Analisis................................................................... 83
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan............................................................................................... 87
5.2 Saran..................................................................................................... 90
5.2.1 Bagi Para Peneliti Lain................................................................. 90
5.2.2 Bagi Para Guru Bahasa dan Guru Drama..................................... 91
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 92
LAMPIRAN................................................................................................ 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tokoh Mae........................................................................ 39
Gambar 2 Tokoh Panut...................................................................... 41
Gambar 3 Tokoh Retno...................................................................... 43
Gambar 4 Tokoh Hamung.................................................................. 45
Gambar 5 Tokoh Koyal...................................................................... 46
Gambar 6 Tokoh Tukijan................................................................... 48
Gambar 7 Tokoh Pemuda.................................................................. 50
Gambar 8 Situasi panggung pementasan Mega-Mega....................... 62
Gambar 9 Panut datang menceritakan ketakutannya......................... 66
Gambar 10 Panut menceritakan kesialannya ketika mencopet
di Pasar.............................................................................. 67
Gambar 11 Mae sedang menenangkan Retno yang menangis............. 70
Gambar 12 Mae tersinggung lalu mengeluarkan segala kesedihannya
sebagai wanita mandul...................................................... 71
Gambar 13 Mae menangis karena tersinggung ungkapan Retno......... 72
Gambar 14 Koyal masuk dari bagian depan panggung ...................... 75
Gambar 15 Koyal menceritakan bahwa dia hampir menang
pada Hamung.................................................................... 75
Gambar 16 Koyal menutupi senyumnya dengan Koran yang
berisi pengumuman nomor lotre....................................... 76
Gambar 17 Mae memandangi ke arah Panut keluar............................ 79
Gambar 18 Mae khawatir dan menunjuk ke arah Panut keluar........... 79
Gambar 19 Tukijan bangga dengan jengkel........................................ 81
Gambar 20 Tukijan membentak Koyal................................................ 82
Gambar 21 Tukijan berjalan pelan menghampiri Retno...................... 84
Gambar 22 Tukijan mengajak Retno untuk ikut merantau.................. 85
Gambar 23 Tukijan menyatakan perasaan cintanya kepada Retno,
bahkan mengajak Retno menikah .................................... 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Tangga Dramaturgi Lakon Mega-Mega................................ 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Drama sebagai salah satu bidang seni memiliki kompleksitas tersendiri.
Drama juga memiliki dua bentuk yang dapat dilihat dari perspektif yang berbeda
yaitu sebagai karya sastra dan sebagai sebuah pertunjukan. Sebagai karya sastra,
drama dilihat dari tulisan yang memiliki piranti-piranti naratif untuk
memunculkan suatu peristiwa fiktif. Sebagai sebuah pertunjukan, drama memiliki
banyak bidang yang dapat dilibatkan dalam implementasi drama sebagai sebuah
pertunjukan. Drama, baik sebagai karya sastra dan pertunjukan, tidak dapat
dipisahkan keberadaannya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Satoto (2012: 6)
yang mengatakan bahwa “seni drama memang belum mencapai kesempurnaan
apabila belum sampai ke tahap seni teater dalam bentuk pementasan atau
pergelaran sebagai perwujudan. Maka, pemahaman naskah lakon tanpa
memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan pementasannya belumlah cukup”.
Drama memiliki aspek-aspek dramaturgi yang menunjang suatu peristiwa
naratif di dalamnya. Menurut Aristoteles (dalam Cohen, 2010:28-32), aspek-aspek
dramaturgi tersebut dibagi menjadi alur, tema, penokohan, gaya bicara, efek suara,
tontonan, dan konvensi. Dari aspek tersebut, aspek dramaturgi dispesifikan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
menjadi struktur dan tekstur drama. Struktur drama terdiri atas alur, tema dan
penokohan. Tekstur drama terdiri atas dialog, spectacle dan mood. Keberadaan
struktur dan tekstur drama tersebut saling melengkapi dalam membangun
keutuhan informasi yang hendak disampaikan. Pemahaman struktur dan tekstur
drama pun perlu menilik referensi naskah drama sebagai acuan dasar dan
pertimbangan-pertimbangan untuk perwujudannya (pementasannya).
Peneliti memilih pertunjukan Mega-Mega yang ditulis oleh Arifin C. Noer
dan dipentaskan oleh Prodi Teater Institut Kesenian Jakarta pada Jumat, 24
Februari 2013. Pemilihan lakon Mega-Mega karya Arifin C. Noer karena naskah
Mega-Mega yang ditulis Arifin C. Noer pernah memperoleh penghargaan oleh
Badan Pembina Teater Nasional Indonesia (BPTNI) pada tahun 1967
(Kompas.com, 21 Oktober 2013). Dengan pemberian penghargaan tersebut,
kredibilitas lakon Mega-Mega sudah teruji secara nasional.
Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji tentang struktur dan tekstur drama.
Tinjauan terhadap struktur dan tekstur drama dilakukan untuk memperoleh
pemahaman yang lengkap mengenai sebuah lakon baik secara naskah dan
pemanggungan. Aspek yang hendak menjadi sorotan utama adalah tokoh untuk
melihat penokohan, alur, tema, dialog, spectacle (tontonan), dan mood (perasaan).
Keenam unsur yang dicermati dalam naskah dan video pementasan Mega-Mega
dilihat untuk mengungkap pemunculan struktur dan tekstur drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dimunculkan dalam penelitian ini dijabarkan menjadi
dua permasalahan yang dijelaskan sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana struktur drama tampak dalam perwujudan tokoh, alur dan
tema pada naskah maupun video pementasan Mega-Mega?
1.2.2 Bagaimana tekstur drama tampak dalam perwujudan dialog, spectacle
dan mood pada naskah maupun video pementasan Mega-Mega?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai
berikut.
1.3.1 Menganalisis struktur drama tampak dalam perwujudan tokoh, alur, dan
tema pada naskah maupun video pementasan Mega-Mega.
1.3.2 Menganalisis tekstur drama tampak dalam perwujudan dialog, spectacle
dan mood pada naskah maupun video pementasan Mega-Mega.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki tiga manfaat yang dapat dicemati sebagai berikut.
1.4.1 Bagi para praktisi di bidang sastra dan teater, penelitian ini berfungsi
sebagai sumber referensi dalam mengkaji tekstur drama dalam
pertunjukan drama dengan memanfaatkan lintas pemahaman tiap
bidang ilmu.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.4.2 Bagi cabang ilmu sastra, penelitian ini berguna untuk mengembangkan
pengkajian naskah drama yang sudah dipentaskan sehingga dapat
muncul komparasi antara naskah drama dengan pertunjukan drama.
1.4.3 Bagi cabang ilmu teater, penelitian ini berguna untuk alternatif
pengkajian pertunjukan untuk memperkaya referensi dalam bidang
keaktoran dan bentuk pertunjukan sehingga dapat memaparkan esensi
pertunjukan pada penonton.
1.6 Batasan Istilah
Terdapat sembilan batasan istilah yang dijabarkan sebagai batasan lingkup
pemahaman penelitian struktur dan tekstur drama yang akan dijabarkan sebagai
berikut.
1.6.1 Struktur Drama
Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 65) membagi unsur yang menciptakan
struktur drama tersebut menjadi tiga yakni plot, karakter dan tema.
1.6.2 Characters (Penokohan)
Characters (Penokohan) merupakan pelaku alur yang saling berinteraksi
melalui permasalahan dalam peristiwa yang dibangun (Cohen, 2010:28).
1.6.3 Plot (Alur)
Cohen (2010:33) menjabarkan bahwa pengalaman dramatik menurut
Aristoteles yang ada dalam alur setidaknya dibagi menjadi empat; exposition
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
(perkenalan), conflict (permasalahan), climax (klimaks), denouement
(penyelesaian).
1.6.4 Tema
Cohen (2010: 29) menjabarkan tema sebagai pernyataan keseluruhan drama:
topiknya, gagasan utamanya, atau pesan, tergantung keadaannya.
1.6.5 Tekstur Drama
Kernodle (1967: 345) mendefinisikan tekstur drama sebagai pengalaman
langsung yang hadir melalui indra, sesuatu yang didengar (dialog), sesuatu
yang dilihat (spectacle) dan sesuatu yang dirasa lewat pengalaman visual dan
aural (mood/suasana).
1.6.6 Dialog
Harymawan (1988: 58-59) menjelaskan bahwa dialog dapat ditinjau dari dua
segi yaitu segi estetis dan segi teknis. Dialog dalam segi estetis merupakan
faktor literer dan filosofis yang mempengaruhi struktur keindahan sebuah
lakon. Sedangkan, dialog dalam segi teknis merupakan pemberian catatan
pengucapan dan permainan yang biasanya diberi tanda kurung.
1.6.7 Diction (Gaya Bicara)
Cohen (2010: 30) menjabarkan diction (gaya bicara) bukan hanya menyakup
bagaimana cara untuk melafalkan dialog. Diction (gaya bicara) lebih
berorientasi pada bagaimana karakter dibangun berdasarkan orientasi naskah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.6.8 Spectacle
Cohen (2010: 30) menjabarkan Spectacle (tontonan) merupakan aspek-aspek
visual panggung yang perlu dihadirkan untuk menambah unsur dramatik
sebuah pertunjukan.
1.6.9Mood
Kernodle (1967: 345) mendefinisikan sesuatu yang dirasa lewat pengalaman
visual dan aural (mood/suasana).
1.6.10Music
Cohen (2010: 29) menjabarkan music (efek suara) lebih mengacu pada
produksi bunyi yang dapat menggambarkan suasana dalam mendukung
pertunjukan.
1.6.11 Akting
Morettini (2010: 37) mendefinisikan akting sebagai “ ... kemampuan
mencitrakan sifat manusia yang dikenali dalam suatu konteks pertunjukan”.
1.5 Sistematika Penulisan
Bagian pertama dalam penelitan ini berisikan landasan dasar berupa latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, sistematika penulisan dan
juga beberapa definisi istilah. Bagian-bagian tersebut menjadi kerangka acuan
melaksanakan penelitian struktur dan tekstur drama dengan metode deskriptif
analitik dalam meneliti naskah dan video pementasan lakon Mega-Mega karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Arifin C. Noer oleh Program Studi Teater Institut Kesenian Jakarta pada tahun
2013. Selain itu, bagian pertama dalam penelitian ini akan menjadi kerangka
umum bagi pembaca untuk memahami seluruh isi penelitian ini.
Bagian kedua dalam penelitian ini berisi penjabaran teori mengenai konsep-
konsep struktur, tekstur drama dan akting. Penjabaran teori-teori tersebut
kemudian menjadi acuan dasar untuk mencari aspek tokoh, alur, tema, dialog,
spectacle, dan mood. Melalui enam hal tersebut, sturktur dan tekstur drama
didefinisikan pada naskah dan video pementasan Mega-Mega.
Bagian ketiga dalam penelitian berisi mengenai paparan metodologi
penelitian struktur dan tekstur drama pada pementasan Mega-Mega. Sumber data
penelitian adalah naskah dan video pementasan lakon Mega-Mega karya Arifin C.
Noer yang dipentaskan oleh Program Studi Teater Institut Kesenian Jakarta pada
tahun 2013. Penelitian ini akan mencermati tokoh, alur, tema, dialog, spectacle
dan mood sebagai data penelitian. Teknik simak catat akan menjadi teknik utama
dalam mengambil data dalam penelitian ini. Setelah itu, data yang diperoleh akan
dianalisis menggunakan metode deskriptif analitik .
Bagain keempat dari penelitian ini adalah pemaparan hasil analisis data.
Pencatatan tokoh, alur, tema, dialog, spectacle, dan mood akan dijelaskan dalam
korelasinya dengan adegan. Kemudian, hasil pencatatan yang telah disusun
tersebut kemudian dispesifikkan menjadi penjelesan-penjelasan deskriptif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
mengenai intepretasi struktur dan tekstur drama.
Bagian kelima dari penelitian ini berisi simpulan dan saran yang ditemukan
peneliti. Bagian simpulan berisi catatan-catatan hasil yang ditemukan dari menilik
struktur dan tekstur drama dari beberapa adegan yang dicermati. Saran berisi
catatan-catatan yang perlu dikembangkan lagi melalui hasil penelitian tekstur
drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Zulkarnain (2014) dengan judul
“Struktur dan Tekstur Lakon eMBeRR Yang Dibawakan Oleh Ludruk Paguyuban
Peminat Seni Tradisi Kota Malang” bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan
tekstur drama yang ada dalam pertunjukan ludruk berjudul eMBeRR. Yang
menjadi sumber data dari penelitian ini adalah naskah lakon dan rekaman pentas
eMBeRR yang dimainkan pada tahun 2008.
Penelitian yang kedua ditulis oleh Hidayahtulloh (2017) dengan judul
“Struktur dan Tekstur Drama Kabale Und Liebe Karya Friedrich Schiller”
bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan tekstur dalam drama Kabale Und
Liebe. Sumber data dari penelitian ini adalah naskah lakon Kabale Und Liebe
karya Friedrich Schiller. Hasil pembahasan struktur dan teskstur drama Kabale
Und Liebe yakni plot cerita berakhir tragis dengan kematian peran utama. Tema
yang diangkat adalah kisah cinta tragis yang terjadi karena perbedaan status sosial.
Mood yang muncul yaitu suasana tegang, gelisah, haru, kesal, dan penyesalan.
Spectacle yang dibutuhkan dalam drama Kabale Und Liebe diangaap tidak terlalu
rumit.
Peneliti menganggap adanya relevansi untuk menjadikan kedua penelitian
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
sebagai acuan referensi. Kedua penelitian tersebut membahas mengenai struktur
dan tekstur drama yang juga akan menjadi pembahasan dalam penelitian ini.
Namun pada penelitian ini, peneliti hanya menekankan fokus pada tekstur drama
saja. Secara lebih spesifik, penelitian ini ditujukan untuk melihat tekstur drama
yang muncul pada video pementasan Mega-Mega karya Arifin C. Noer yang
dimainkan oleh Prodi Teater Institut Kesenian Jakarta pada tahun 2013.
Aspek pembeda yang tampak dari penelitian ini dengan dua penelitan
sebelumnya yaitu penelitian ini mendekati drama dari dua perspektif, sastra dan
pertunjukan. Hal tersebut dilandaskan dari mekanisme sebuah produksi
pementasan drama yang berbahan dasar teks (naskah) lalu diimplementasikan ke
dalam panggung. Tinjauan dari dua perspektif tersebut kemudian akan menjadi
tambang informasi yang lebih komprehensif karena meninjau dua bentuk drama
dari naskah dan pemanggungan. Dengan kesadaran tersebut, penelitian ini
memiliki posisi yang berbeda dengan kedua penelitian sebelumnya yang tidak
mengolaborasikan kedua bentuk drama sebagai potensi penggalian informasi.
2.2 Kajian Teori
Dalam penelitian ini, teori-teori yang digunakan akan dibagai menjadi dua
pembahasan besar yaitu struktur dan tekstur drama. Subbab yang dituliskan
memiliki penjabaran yang lebih rinci pada aspek yang terkandung dalam struktur
dan tekstur drama. Pemilihan teori-teori tersebut bertujuan sebagai landasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
perspekti dan kerangka berpikir yang digunakan untuk menganalisis lakon Mega-
Mega baik secara naskah maupun pemanggungannya.
Peneliti memiliki batasan-batasan tertentu dalam pemilihan teori untuk
menganalisis struktur dan tekstur drama dalam lakon Mega-Mega. Peneliti
memilih teori Kernodle sebagai batasan pengertian tentang struktur dan tekstur
drama. Kernodle (1967) mendefinisikan struktur drama sebagai alur, karakter, dan
tema. Sedangkan, tekstur didefinisikan sebagai dialog, spectacle, dan mood.
Latar tidak dimasukkan dalam kajian teori karena orientasi penelitian ini
hendak mengkaji struktur dan tekstur drama dengan pendekatan teori Kernodle
(1967). Selain itu, pembahasan latar akan bersinggungan langsung dengan
semiotika panggung dan proses intepretasi sutradara yang pada penelitian ini tidak
akan dibahas secara mendalam. Namun, latar hanya dicermati sepintas sebagai
data pendukung karena juga menjadi bagian dalam naskah dan panggung. Oleh
sebab itu, latar tidak dimasukkan ke dalam kajian teori, namun tetap dicermati
sebagai data pendukung.
Selain itu, teori dramaturgi Aristoteles (dalam Cohen, 2010) dan teori akting
juga diambil sebagai penunjang analisis untuk memahami struktur dan tekstur
drama yang diungkapkan oleh Kernodle. Teori dramaturgi yang diambil yaitu
seputar tokoh (characters), alur (plot), tema (theme), gaya bicara (diction), dan
efek suara (music). Teori akting yang diambil yaitu seputar pengertian akting, olah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tubuh, olah suara, dan olah rasa. Teori-teori tersebut dianggap oleh peneliti
mampu menjadi penajam analisis untuk menilik peristiwa panggung.
2.2.1 Struktur Drama
Kernodle (1967: 345) mendefinisikan struktur drama terdiri atas alur,
karakter, dan tema. Struktur tersebut kemudian dapat dilihat dari dua bentuk
yaitu naskah drama dan pementasannya. Dalam penenelitian ini, struktur yang
terdiri atas alur, karakter dan tema dicermati melalui dua bentuk yaitu naskah
drama dan pementasannya. Kedua perspektif tersebut diambil agar informasi
mengenai struktur drama lebih komprehensif.
2.2.1.1 Characters (Penokohan)
Characters (Penokohan) merupakan pelaku alur yang saling
berinteraksi melalui permasalahan dalam peristiwa yang dibangun
(Cohen, 2010:28). Ketika tokoh dimainkan dalam panggung, ia akan
membangun dirinya seperti manusia pada umumnya yang akan turut
menggugah simpati penonton dengan aksinya di panggung. Cohen
(2010:28) mejabarkan sebagai berikut; “Mereka adalah citra keseluruhan,
manusia yang hidup dengan atribut, perasaan, dan harapan yang dimiliki
manusia nyata. Kita dapat mengidentifikasi diri dengan mereka. Kita
dapat bersimpati kepada mereka”.
Penokohan juga dapat dilihat dengan melalui tiga dimensi tokoh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Dimensi pertama adalah dimensi fisiologis yang berhubungan dengan
aspek fisik tokoh. Aspek fisik tersebut yang kemudian akan dibangun
oleh aktor sesuai dengan kebutuhan naskah (usia, warna rambut, kerutan
kulit, cara berdiri, cara berjalan, dll). Dimensi yang kedua yaitu dimensi
psikologis yang berhubungan dengan sifat tokoh yang harus dimainkan
oleh aktor. Sifat tokoh tersebut dapat ditunjukkan secara langsung
maupun tidak langsung melalui dialog-dialog yang tersusun dalam
naskah drama. Dengan referensi tersebut, aktor memiliki
pertanggungjawaban untuk membawakan tokoh sesuai dengan
interpretasi aktor terhadap indikator yang terkandung dalam naskah
drama. Penghadiran tokoh tersebut tidak terlapas dari panduan
interpretasi sutradara. Dimensi yang ketiga adalah dimensi sosiologis
yang berhubungan dengan lingkungan yang dihadirkan dalam permainan.
Lingkungan tersebut dapat mengacu pada perlakuan antartokoh maupun
latar panggung. Lingkungan itu juga yang memberi motifasi dasar aktor
untuk memainkan tokoh.
2.2.1.2 Plot (Alur)
Alur berhubungan dengan cerita yang hendak dibangun. Alur
memberikan cerita berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dibangun dalam
pertunjukan drama. Melalui alur, kausalitas kejadian juga akan dipahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dengan logis sehingga tokoh-tokoh yang hadir dapat memberikan makna
yang jelas terhadap alur cerita seperti yang diungkapkan oleh Barranger
(1993:57); “Sandiwara yang disusun berdasarkan prinsip sebab-akibat”.
Melalui rentetan peristiwa di dalamnya, alur memberikan yang menandai
eksistensi kemanusiaan. Hal tersebut dijelaskan oleh Barranger (1993:57)
sebagai berikut; “alur telah melampaui cara penyampaian cerita dalam
penciptaan penalaran kehadiran manusia yang berlaku”.
Cohen (2010:33) menjabarkan bahwa pengalaman dramatik menurut
Aristoteles yang ada dalam alur setidaknya dibagi menjadi empat;
exposition (perkenalan), conflict (permasalahan), climax (puncak
masalah), denouement (penyelesaian). Exposition (perkenalan)
memberikan pemahaman konteks terhadap apa yang akan terbangun
dalam pertunjukan, baik dari lingkungan panggung maupun kehidupan
tokoh.
Barranger (1993) menjelaskan exposition (perkenalan) sebagai
“permulaan drama yang memperkenalkan para tokoh beserta keadaan
masa lampau dan masa kini mereka”. Conflict (permasalahan) merupakan
permasalahan-permasalahan yang dimunculkan dalam peristiwa yang
dibangun. Permasalahan tersebut akhirnya membawa penonton pada
pemahaman peristiwa dan tokoh yang dikemas dalam alur. Senada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dengan hal tersebut, Cohen (2010:35) mengatakan sebagai berikut;
“bagaimana pun kejadiannya, permasalahan membawa tokoh ke dalam
pembebasan dan membiarkan penonton menilik ke dalam sifat manusia”.
Climax (puncak masalah) merupakan puncak dari permasalahan yang
dibangun dalam alur. Climax (puncak masalah) memberikan penegasan
pada masalah yang sejak awal sudah dimunculkan, seperti yang
dijelaskan Cohen (2010:36); “dalam bentuk dramatik apa pun, klimaks
merupakan permasalahan yang berada di posisi yang paling ekstrem;
momen ketika tekanan paling tinggi terjadi”. Denouement (penyelesaian)
merupakan bentuk simpulan dari cerita yang sudah dibangun sejak awal
pertunjukan. Bagian ini merupakan penjelasan dari akhir masalah yang
dibangun. Cohen (2010:36) mengatakan bahwa denouement
(penyelesaian) dapat dihadirkan dalam bentuk akting atau dialog terakhir,
atau bahkan satu kata atau gestur yang menunjukkan pemahaman dari
segala bentuk masalah yang sudah terbangun.
2.2.1.3 Tema
Tema merupakan kerangka umum yang memberikan penjelasan
topik pada alur dan penokohan. Cohen (2010:29) menjabarkan tema
sebagai pernyataan keseluruhan drama: topiknya, gagasan utamanya, atau
pesan, tergantung keadaannya. Tema hadir berorientasi pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pembangunan masalah dalam lakon. Melalui masalah-masalah tersebut,
makna dan maksud pertunjukan akan ditujukan kepada penonton dan hal
tersebut terkandung dalam tema lakon yang diusung. Senada dengan itu,
Cohen (2010:29) menambahkan dengan pernyataannya; “kendati
demikian, sebuah pertunjukan peran tentunya memiliki sesuatu untuk
disampaikan dan sesuatu itu - temanya - pastinya bersangkut paut dengan
para penontonnya”.
2.2.2 Tekstur Drama
Kernodle (1967: 345) mendefinisikan tekstur drama sebagai pengalaman
langsung yang hadir melalui indra, sesuatu yang didengar (dialog), sesuatu
yang dilihat (spectacle) dan sesuatu yang dirasa lewat pengalaman visual dan
aural (mood/suasana). Dengan penjelasan tersebut, tekstur drama dapat
dijabarkan melalui tiga unsur yaitu dialog, spectacle, dan mood (suasana).
Ketiga unsur tersebut saling melengkapi kehadirannya baik dari naskah drama
maupun pementasannya karena keduanya menjadi referensi yang tidak bisa
dipisahkan. Hanya saja mood dapat muncul setelah dapat mengasosisikan
dialog dengan spectacle. Secara singkat, mood sebagai bentuk simpulan dari
dialog dan spectacle.
Dalam penelitian ini, tekstur drama akan dispesifikkan kajiannya untuk
memahami pemunculan tekstur drama pada pementasan Mega-Mega.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Pemunculan tekstur drama akan dilihat melalui tiga unsur yang dianggap
peneliti mampu memunculkan intepretasi tekstur drama yaitu dialog,
spectacle dan mood. Pemilihan tiga piranti tersebut didasarkan pada
kompleksitas mood yang muncul dalam pementasan perlu dilihat dari banyak
aspek sehingga dapat memunculkan intepretasi yang komprehensif. Selain itu,
pemahamman tekstur drama didukung juga dari aspek dramatrugi lainnya
yaitu diction, music dan akting.
2.2.2.1 Dialog
Dialog merupakan salah satu media dalam drama untuk
menyampaikan informasi. Constance Nash dan Virginia Oakey (dalam
Hamzah,1985:116) menjelaskan empat fungsi dialog yaitu
mengemukakan persoalan langsung, menjelaskan perihal tokoh,
menggerakkan plot, dan membukakan fakta. Fungsi dialog tersebut dapat
dicermati dari dua bentuk yang bisa dimunculkan yaitu naskah drama dan
pementasan drama.
Harymawan (1988: 58-59) menjelaskan bahwa dialog dapat
ditinjau dari dua segi yaitu segi estetis dan segi teknis. Dialog dalam segi
estetis merupakan faktor literer dan filosofis yang mempengaruhi struktur
keindahan sebuah lakon. Sedangkan, dialog dalam segi teknis yaitu
pemberian catatan pengucapan dan permainan yang biasanya diberi tanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kurung.
2.2.2.2 Spectacle (Tontonan)
Spectacle (tontonan) merupakan aspek-aspek visual panggung yang
perlu dihadirkan untuk menambah unsur dramatik sebuah pertunjukan.
Secara etimologi kata, spectacle berasal dari frasa something seen atau
sesuatu yang dilihat. Cohen (2010:30) menjabarkan setidaknya unsur-
unsur spectacle menjadi scenery (latar), costumes (pakaian aktor),
lighting (tata lampu), makeup (tata rias), properties (peralatan yang
digunakan dalam permainan) dan apapun yang terlihat di panggung.
Selain aspek-aspek produksi yang dipenuhi sebagai kriteria visualisasi,
gestur dan blocking (gerak panggung) juga menjadi aspek yang
membangun spectacle terutama membangun visualisasi dramatik dalam
permainan aktor. Semua unsur visual tersebut digunakan untuk
menghidupkan alur dan memberikan konteks peristiwa bagi para aktor
yang memainkan peristiwa di panggung.
2.2.2.3Mood (Suasana)
Kernodle (1967: 345) mendefinisikan sesuatu yang dirasa lewat
pengalaman visual dan aural (mood/suasana). Dengan definisi yang
diungkapkan Kernodle (1967), mood dapat diasumsikan dengan proyeksi
rasa yang dimunculkan dari suatu pertunjukan. Berdasarkan Kamus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Besar Bahasa Indonesia, arti kata ‘rasa’ dijelaskan sebagai 1) tanggapan
indra terhadap rangsangan saraf; 2) apa yang dialami oleh badan; 3) sifat
rasa suatu benda; 4) tanggapan hati terhadap sesuatu; dan 5) pendapat
mengenai baik atau buruk, salah atau benar. Dari pengertian tersebut, rasa
dapat diasumsikan pada tanggapan yang kemudian berhubungan dengan
ranah emosi. Dalam konteks naskah dan pertunjukan drama, rasa inilah
yang kemudian menjadi roh untuk dihadirkan dalam bentuk pengucapan
dialog, mimik wajah, gestur tubuh, respon terhadap ruang, respon
terhadap aktor lainnya dan juga aspek artistik panggung..
2.2.3 Diction (Gaya Bahasa)
Diction (gaya bicara) bukan hanya menyakup tentang bagaimana cara
untuk melafalkan dialog. Diction (gaya bicara) lebih berorientasi pada
bagaimana karakter dibangun berdasarkan orientasi naskah. Pembangunan
karakter tersebut mengacu pada nada dan imaji melalui penuturan dialog.
Penuturan dialog inilah yang melibatkan kompleksitas organ bunyi manusia
untuk menciptakan nada-nada tertentu yang mengasosiasikan perasaan dan
informasi. Peneliti mengutip pernyataan Cohen (2010:29) yang mengatakan,
“lebih penting lagi hal ini merujuk pada tokoh literer dalam sebuah naskah
drama, termasuk nada, imaji, irama, dan artikulasi, dan pada bentuk literer
dan kiasan yang digunakan oleh penulis naskah seperti bait, rima, metafora,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
tanda petik, gurauan, dan epigram”. Dengan mencermati gaya bahasa, mood
dicermati melalui permainan artikulasi aktor dalam memerankan tokoh.
2.2.4Music (Efek Suara)
Music (efek suara), menurut konsep Aristoteles, mengacu pada
penggunaan paduan suara dalam drama Yunani Kuno. Namun pada
perkembangann drama, music (efek suara) lebih mengacu pada produksi
bunyi yang dapat menggambarkan suasana dalam mendukung pertunjukan.
Pengadaan detil suara dapat menambahkan proyeksi pertunjukan kepada
penonton sehingga penonton dibawa pada dunia fiktif panggung yang
dirasakan secara riil. Cohen (2010:29) merincikannya sebagai berikut; “lebih
dalam lagi, musik dalam suatu sandiwara mencakup permainan langsung atau
musik yang direkam secara elektronik, diciptakan dan diterapkan oleh penata
suara yang menyediakan berbagai hal mulai dari musik insidensial
antaradegan hingga lanskap musik yang menguatkan rentang emosional
pertunjukan, mengiringi lakuan, menguatkan ketegangan dan klimaks yang
meninggi, dan menggugah penonton menuju keterikatan yang semakin
mendalam”.
2.2.5 Akting
Berbicara mengenai teater atau pertunjukan drama, salah satu yang
menjadi fokus adalah kepelakonan karena kepelakonan yang kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dijadikan media utama dalam sebuah pertunjukan. Ketika membahas seputar
kepelakonan, basis utama yang disoroti adalah akting. Morettini (2010: 37)
mendefinisikan akting sebagai “ ... kemampuan mencitrakan sifat manusia
yang dikenali dalam suatu konteks pertunjukan”. Cohen (2010: 288-290)
menjelaskan bahwa terdapat dua konsep akting yang menjadi arus besar
dalam dunia teater yaitu meniru (mimesis) dan mencipta (creating). Konsep
meniru mengutamakan pada pembangunan akting dari faktor eksternal, yaitu
meniru dunia dan kemudian dihadirkan sesuai dengan senyatanya. “... bahwa
aktor menciptakan suatu pertunjukan dari 'luar', pertama dengan
membayangkan bagaimana sebaiknya tokohnya akan berjalan, berbicara, dan
berlaku, dan kemudian dengan melakonkan, melalui mimikri (mimesis di
dalam bahasa Yunani), tindakan 'tokoh' yang dibayangkan ini,” (Cohen, 2010:
288). Konsep mencipta mengutamakan pada pembangunan akting
berdasarkan pemaknaan internal aktor, bagaimana aktor dapat merasakan,
menjiwai, mengalami dan memaknai karakter dari dalam diri aktor sendiri,
bukan dari hasil meniru dunia luar dan menerapkannya dalam membangun
aktingnya. “... pelakonan diciptakan dari 'dalam' dan aktor tersebut harus
berkonsentrasi untuk tidak mengimitasi perilaku tokoh yang dibayangkan
tetapi dengan secara sungguh-sungguh 'mengalami' tindakan dan perasaan
yang dialami tokoh tersebut,” (Cohen, 2010: 288-289).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Bahan dasar aktor dalam membangun aktingnya adalah tubuh dan
suara. Kemudian, bahan dasar tersebut diolah menyesuaikan naskah yang
dimainkan dan juga lingkungan panggung yang telah disiapkan. Brockett
(1964: 396-402) memaparkan beberapa poin yang perlu dibangun dalam
perspektif kepelakonan yaitu body (tubuh), voice (suara), observation and
imagination (pengamatan dan imajinasi), concentration (konsentrasi),
technique (teknis kepelakonan), systems of acting (metode akting) dan
additional skills and training (kemampuan dan latihan tambahan).
Tubuh menjadi hal paling prinsipil dan alat utama yang dimainkan
seorang aktor. Tubuh pun perlu dibangun untuk mampu mencapai ekspresi
tertentu sehingga dalam menyampaikan ekspresi tersebut dengan tepat.
Dalam pembangunan tubuh tersebut, kelenturan dan kegunaan perlu disadari
untuk dapat mencapai ekspresi tubuh. Brockett (1964: 396) menjelaskan
sebagai berikut,
“Tubuh. Karena tubuh adalah salah satu sarana pokok untuk berekspresi,aktor harus berusaha membangun tubuh yang fleksibel, disiplin, danekspresif. Fleksibilitas dibutuhkan supaya aktor dapat dengan seketika dankurang lebih tanpa sadar mengekspresikan berbagai sikap, tindakan danreaksi melalui tubuhnya...”
Di dalam tubuh terdapat berbagai organ yang digunakan oleh aktor,
salah satunya adalah organ yang menghasilkan suara. Suara juga merupakan
alat seorang aktor untuk menghadirkan akting. Melalui suara pula, pesan dan
capaian dapat dinikmati serta dipahami. Jika membahas suara, sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pernapasan pun menjadi bagian yang perlu dilatih karena produksi suara juga
mengacu pada pernapasan. Brockett (1964: 397) menjelaskan tentang suara
dan pernapasan sebagai berikut,
“... Aktor sebaiknya memahami bagaimana alat vokal berfungsi dania harus berjuang keras guna mencapai kontrol maksimum atas nada,volume, dan kualitas. Aktor sebaiknya berlatih bagaimana bernapas dengantepat, bagaimana mencapai keragaman, bagaimana cara memastikan bahwadia akan dapat berbicara dengan terbiasa serta sebaiknya memilikipengetahuan fonetik yang baik sebagai bantuan untuk merekam dan melatihdialek dan semua penyimpangan penuturan panggung yang normal. ...Aktor memiliki kemungkinan yang besar untuk sukses dalam tiappelakonan jika suaranya dapat dimanipulasi untuk mencapai hasil yangdiinginkan.”
Tubuh dan suara dibangun melalui pengamatan dan imajinasi sehingga
luaran akting yang muncul dapat menjadi variatif serta sesuai dengan
kebutuhan. Pengamatan terhadap dunia menjadi riil dan diolah menjadi
imajinasi-imajinasi yang membangun akting. Dengan referensi tersebut,
tubuh dan suara akan menjadi lebih hidup dalam berakting karena berpacu
pada orientasi tertentu. Brockett (1964: 397) menjelaskan mengenai konsep
pengamatan dan imajinasi sebagai berikut,
“Sementara tubuh dan suara merupakan sarana utama aktor untukberekspresi, untuk menentukan penggunaannya yang tepat ia harusmengembangkan kemampuan lain yang dapat dikelompokkan secara kasarsebagai pengamatan dan imajinasi. ... Untuk menampilkan peran denganbaik, aktor harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai perasaan,sikap, dan motivasi manusia, dan ia harus mengetahui bagaimana hal-hal inidinyatakan secara eksternal.”
Hal penting yang diperlukan dalam dunia kepelakonan yaitu
konsentrasi. Konsentrasi merupakan cara aktor untuk memusatkan pikiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dan perasaannya (merujuk pada penguasaan tubuh juga), agar tidak terganggu
dalam pembangunan aktingnya. Brockett (1964: 398) menjelaskan bahwa
“konsentrasi merujuk pada kemampuan aktor melebur ke dalam drama dan
untuk menahan diri dari segala gangguan”.
Kepelakonan juga berhubungan dengan bagaimana akting tersebut
dipertontonkan dan dihadirkan dalam sebuah ruang atau panggung. Proses
penghadiran tersebut akan berhubungan dengan hal-hal teknis permainan.
Hal-hal teknis tersebut dibahasakan oleh Brockett sebagai technique. Teknis
kepelakonan tersebut dapat dijelaskan juga sebagai cara seluruh praktisi
menghadirkan pertunjukan, tidak hanya aktor saja. Teknis tersebut akan
bersinggungan dengan tata letak panggung (blocking), tata lampu, tata rias,
properti pertunjukan, penonton, dll.
Keaktoran perlu juga dibangun dengan metode latihan sehingga itu
bukan hanya sebuah proses instant. Brockett (1964: 401) mengatakan bahwa
“seseorang tidak dapat sekadar berkeinginan untuk menjadi seorang aktor
yang baik; ia harus menentukan tujuan dan kemudian berusaha mendapatkan
beberapa sarana untuk mencapainya”. Maka dari itu, proses membangun
kepelakonan dirumuskan dalam metode yang disesuaikan dengan tujuan-
tujuan tertentu sesuai dengan hasil capaian yang diinginkan. Untuk lebih
mendetail, pada bagian selanjutnya akan dijabarkan mengenai metode dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
hasil capaian dari beberapa teori latihan kepelakonan yang akan dibagi
menjadi tiga yaitu olah tubuh, olah suara, dan olah rasa.
2.2.5.1 Olah Tubuh
Tubuh menjadi media paling utama dalam dunia kepelakonan. Dalam
tubuh, setiap bagiannya menjadi alat dalam menghadirkan sebuah bentuk
ekspresi. Otot, sendi dan alat pernapasan yang menghasilkan bunyi
menjadi vital dalam penciptaan suatu karakter. Brockett (1964: 397)
mengatakan “apa pun sumber latihannya atau kemampuannya
sehubungan dengan gerakan, aktor haruslah mampu secara fisik
mewujudkan perannya. Aktor dengan tubuh yang telah terlatih dengan
baik berarti sudah menguasai sarana pokok untuk melakukannya”. Maka
dari itu, penguasaan tubuh aktor menjadi penting perannya membangun
sebuah ekspresi dalam permainan.
Dengan tuntutan pengolahan tubuh, pengenalan seorang aktor
terhadap dirinya menjadi penting. Seorang aktor perlu mengetahui
batasan-batasan dari tubuhnya, dan hingga bisa melampauinya untuk
memenuhi capaian-capain tertentu dalam berekspresi. Sitorus (2002: 59)
mengatakan konsep penguasaan aktor terhadap dirinya juga merupakan
proses seorang aktor memahami dirinya.
“ ... Jika seorang aktor melakukan tingkah yang tidak disadarinya,yang lain dari biasanya dan dia tidak mengenal siapa dia, makasebenarnya dia belum mengenal siapa dirinya itu. Walaupun tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mudah untuk belajar mengenal diri, sudah menjadi tugas utamaseorang aktor untuk mengenal siapa diri sendiri, mencari kehidupannyayang tersembunyi yang tidak dikenalnya.”
Metode latihan olah tubuh mengajak aktor untuk sampai pada tataran
penyadaran diri. Hal tersebut mengantisipasi adanya dikotomi antara
“perasaan dan pikiran” atau “tubuh dan pikiran” karena perasaan dan
pikiran menjadi satu dalam tubuh manusia itu sendiri. Senada dengan
konsep tubuh seorang aktor yang dikatakan Sitorus;
“... Kebanyakan orang berpikir bahwa manusia terdiri dari dua sisiyaitu ‘mental’ dan ‘fisik’ padahal seorang aktor harus menggunakansuara, tubuh, pikiran, dan perasaannya untuk mencapai satu ciptaan,dia harus mengerti bahwa tubuh dan pikirannya adalah satu dan tidakterpisahkan. Bagi seorang aktor, konsep sebuah peran dan realisasi darifisik peran tersebut adalah satu dan sama. Tugas yang paling idealseorang aktor adalah menciptakan satu kesatuan antara konsep danbentuk fisik. ...” (Sitorus, 2002: 59).
Tubuh, sebagai bentuk kesatuan pikiran dan perasaan, memiliki sifat
yang dinamis. Ia tidak hanya melulu sebuah benda padat yang diam dan
kaku, tetapi satu mekanisme dinamis yang kompleks dalam bentuk
aktivitas. Dalam bentuk yang dinamis tersebut, tubuh membutuhkan
pusat yang mengontrol dirinya, yaitu pusat energi tubuh yang dipahami
melalui konsentrasi. Sitorus (2002: 75) menegaskan “... Jika pusat itu
terasa penuh dengan energi, maka gerak, bunyi dan pikiran akan menyatu
dan bekerja lebih efektif. ...”.
Dengan sebuah konsepsi tubuh yang utuh, pada akhirnya tubuh
menjadi bahasa nonverbal yang dihadirkan aktor dalam sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
permainan. Bahasa nonverbal tersebut diartikan sebagai gestur atau juga
dapat diartikan sebagai bahasa tubuh. Gestur memunculkan simbol-
simbol tertentu yang memperkuat tindak komunikasi. Dalam kajian
pragmatik, gestur digunakan untuk membangun konteks untuk
menyampaikan pesan dalam komunikasi, baik secara makna tekstual dan
maksud kontekstual.
Posisi gestur dalam tindak komunikasi adalah membantu
pemahaman makna dan maksud komunikasi. Jika komunikasi verbal
menggunakan media bahasa secara linguistik, terurai dalam kata yang
menyusun kalimat dan membangun suatu wacana tertentu, komunikasi
nonverbal (dalam bidang linguistik dikenal dengan istilah paralinguistik)
memberikan penguatan makna dan maksud melalui nada suara, mimik
dan gerak tubuh. Sejalan dengan itu, Sitorus (2002: 80) menjelaskan “ ...
Karena fungsi simbolis ini, gestur memberikan analogi yang berbentuk
fisik untuk aksi-aksi atau perasaan perasaan yang sedang diekspresikan
atau digambarkan. Ketika bahasa verbal memberikan satu sisem
komunikasi yang artinya sudah cukup jelas dan tepat, bahasa tubuh
memberikan informasi tentang perasaan-perasaan dan aksi-aksi dengan
lebih ekspresif daripada kata-kata. ...”
Sitorus (2002: 80-81) menjelaskan gestur dapat dibagi menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
empat jenis yaitu ilustratif atau imitatif, indikatif, empatik, dan austistik.
Gestur yang bersifat ilustratif adalah gestur yang disebut pantomimik,
ketika mencoba mengomunikasikan infromasi spesifik. Gestur indikatif
digunakan untuk menunjuk. Gestur empatik memberikan informasi yang
subjektif daripada objektif, berhubungan dengan bagaimana orang
merasakan sesuatu. Gestur autistik tidak dimaksud untuk komunikasi
sosial tetapi lebih diutamakan untuk komunikasi dengan diri sendiri. Pada
akhirnya, jenis-jenis gestur digunakan untuk melengkapi proses
komunikasi. Lebih spesifik lagi, gestur digunakan aktor untuk
menghadirkan komunikasi yang multidimensional dalam sebuah
pertunjukan. Seorang aktor menyesuaikan gestur-gestur tersebut
berdasarkan panduan yang dibangun dalam naskah menjadi sebuah
akting yang harmoni antara gerak dan pengucapan. Benedetti (1997: 35-
36) menjelaskannya sebagai berikut;
“Ketika melakonkan bahan tertulis, penulis naskah telahmenyediakan kata-kata yang diperlukan. Anda harus mengembangkanbanyak aspek non-verbal dari pertunjukan peran Anda -- gerak-isyarat,perawakan, nada suara, mimik wajah dan lainnya. Ketika melakukanini, Anda dapat menemukan panduan di dalam naskah, baik melaluiarahan panggung atau dengan implikasi bahasa tubuh yang tinggi yangmerupakan tanda penulis naskah yang baik. Semakin Andamemperoleh pengalaman, Anda akan mulai mengenali dan memperluasimplikasi.”
2.2.5.2 Olah Suara
Bahasa hadir dalam bentuk tuturan bunyi, atau Ferdinand de
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Saussure mengistilahkan sebagai parole. Bunyi tersebut terangkai dalam
gugusan morfem yang membentuk kata dan tersusun dalam rangkaian
frasa serta klausa yang membentuk kalimat. Bentuk kebahasaan tersebut
dihasilkan oleh tubuh manusia yang memiliki organ-organ untuk
menghasilkan suara. Senada dengan yang dikatakan oleh Edward Saphir
(dalam Beneditti, 1997: 39), “Tidak terdapat organ bicara yang pantas.
Hanya secara kebetulan terdapat organ yang berguna untuk menghasilkan
kemampuan berbicara”.
Di dalam tuturan bahasa tersebut, terkandung informasi yang hendak
disampaikan oleh penuturnya. Informasi tersusun dalam kata-kata yang
membentuk kalimat. Kemudian, informasi tersebut didukung
pengungkapannya melalui nada dan gestur yang digunakan. Sitorus
(2002: 93) mengatakan, “Sementara kata-kata yang kita ucapkan
membawa informasi yang ingin disampaikan, sikap diri kita tentang
informasi itu disampaikan oleh nadanya”. Maka, terjadilah kolaborasi
komunikasi antara bahasa verbal (aspek linguitik) dengan bahasa
nonverbal (aspek paralinguistik).
Tubuh manusia memiliki beberapa organ yang digunakan untuk
menghasilkan bunyi dan membantu dalam pengucapan bahasa. Muslich
(2008: 34-42) membagi organ tersebut dalam tiga komponen yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
komponen supraglotal, komponen laring, dan komponen subglotal.
Komponen supraglotal berfungsi sebagai lubang resonansi dalam
pembentukan bunyi yang terdiri dari rongga kerongkongan (faring),
rongga hidung, dan rongga mulut. Komponen laring dengan kerja pita
suara berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara paru-paru,
mulut dan hidung. Komponen subglotal berfungsi untuk mengalirkan
udara ke paru-paru yang terdiri dari paru-paru kiri, paru-paru kanan,
saluran bronkial, dan trakea.
Bunyi atau voice menjadi dasar munculnya tuturan atau speech.
Tuturan inilah yang kemudian menjadi media berkomunikasi
antarmanusia dan menjadi salah satu media dalam berakting. Benedetti
dalam bukunya The Actor At Work (1964: 44) mendefinisikan, “Umat
manusia pernah digambarkan sebagai "binatang yang berbicara".
Kemampuan berbicara merupakan kapasitas yang menakjubkan; sesuatu
yang didasarkan pada kemampuan untuk melambangkan ...”. Selain itu,
Cassier ( dalam Beneditti, 1997: 44) menjelaskan tentang kemampuan
tuturan sebagai berikut,
“Ketika kita berusaha mengikuti bahasa hingga permulaannyayang paling awal, bahasa tampaknya bukan hanya sebuah tandarepresentatif dari suatu gagasan, tetapi juga tanda emosional atasdorongan panca indra dan rangsangan. Orang jaman dahulu telahmengetahui bahwa bentukan bahasa ini berasal dari perasaan derita,suka cita dan rasa sakit ... Ini adalah sumber terakhir yang umum bagimanusia dan binatang dan oleh karena itu sungguh bersifat "alamiah",
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
sehingga kita perlu kembali, supaya dapat memahami asal-usulbahasa.”
Tuturan tersebut muncul dari proses artikulasi organ-organ yang
kemudian membentuk bunyi bahasa. Kahan (1991:169) menjabarkan
bahwa dalam speech terdapat empat bagian yang terlibat dalam speech
itu sendiri, yaitu breathing (pernapasan), phonation or the intitial
creation of sound (pembunyian atau penciptaan bunyi), resonation or the
amplifying of the sound (getaran suara atau penguatan suara), dan
articulation or the shaping of intelligible syllables (pembentukan suku
kata agar dimengerti). Dalam tuturan yang memiliki kompleksitas
tersebut, terkandung informasi dan emosi dari si penutur yang kemudian
dalam drama digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan
naskah oleh aktor.
Dialog-dialog dalam naskah drama dihadirkan melalui akting yang
melibatkan proses artikulasi dalam menuturkan dialog. Capaiannya
adalah untuk membawa energi, makna, dan maksud pertunjukan kepada
penonton. Senada dengan penjelasan mengenai tuturan dan emosi,
Sitorus (2002: 109) menjelaskan sebagai berikut,
“Artikulasi adalah alat yang paling ekspresif dari perasaan seorangaktor tentang situasi sosial. Penekanan terhadap bunyi yang keras danmenggigit dapat memberikan satu indikasi dari sikapnya. Bunyipanjang dan lembut dapat juga memberikan satu indikasi dari satusikap yang berbeda.” (Sitorus, 2002: 109)
Sitorus juga menambahkan bahwa proses artikulasi dialog tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tidak hanya bersifat tekstual naskah tetapi juga perlu dialami secara riil
sehingga mampu menggugah kemanusiaan penonton terhadap peristiwa
kehidupan yang dimainkan. Sitorus (2002: 98) menjelaskannya sebagai
berikut,
“Jika dia (aktor) menyampaikan dialognya hanya sekadar hasil hafalansaja, dia mencabut proses kehidupan yang ada dalam kata-kata. Impuls sikarakter untuk mengekspresikan dirinya datang dari suatu kebutuhan ataudari suatu reaksi, karena kata-kata yang diucapkannya adalah hasil dari satuproses pemilihan sebelum dia membentuknya menjadi kalimat-kalimat.”
2.2.5.3 Olah Rasa
Mengolah rasa membutuhkan kontrol kesadaran dalam berperan
karena aktor memiliki dua kesadaran dalam dirinya ketika bermain;
kesadaran dirinya sebagai aktor yang sedang memainkan karakter dan
kesadaran dirinya sendiri terlepas dari dunia kepelakonannya. Kahan
menjelaskan dilema aktor di antara konsep situasi kesadaran tersebut
dalam membangun rasa bahwa aktor yang terlalu mendalami emosi
karakter aktingnya akan mengesampingkan bentuk akting yang
dimunculkannya. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut,
“Banyak aktor membiarkan diri mereka terbawa sepenuhnya kedalam tokoh yang mereka lakonkan. Secara eksplisit mereka menjadiindividu tersebut, merasakan perasaan dan hasratnya dan sering benar-benar kehilangan diri dalam peran. Aktor yang terbawa perasaanbiasanya tidak memperhatikan teknik berseni peran terkait dengansuara atau tubuh ...” (Kahan, 1991: 10).
Sedangkan, emosi diperlukan dalam berakting karena emosi
merupakan roh dalam membangun karakter peran dan juga emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
merupakan satu kesatuan dalam tubuh yang tidak dapat dipisahkan.
Beneditti menjelaskan sebagai berikut,
“... kita menyebut perasaan sebagai pengenalan akan suatu kondisitubuh yang merupakan respon terhadap situasi eksternal atau dengankata lain, bahwa perasaan tersebut merupakan kondisi fisik. ... Polafisik ini dengan sendirinya cukup kuat untuk membangkitkan suatukeadaan emosional di dalam diri jika dilakonkan dengan partisipasipenuh tubuh dan pikiran ...”. (Benedetti, 1997: 177-178).
Bahan dari seorang aktor untuk memunculkan gerak rasa dan emosi
dalam sebuah pertunjukan adalah naskah. Melalui pemahaman karakter
dalam naskah, aktor mampu memberikan proyeksi emosi sehingga
penonton dapat merasakan proyeksi emosi tersebut dan ikut larut dalam
pertunjukan. Sitorus (2002: 221) menjelaskannya sebagai berikut,
“... Dimulai dengan imitasi fisikal, otot-otot si penonton melaluihubungan empati mengikuti keadaan fisik si aktor. Lalu karena otot-otot si penonton memberikan respon yang sama dengan si aktor,perasaan yang sama timbul dalam diri mereka. Dengan demikian sipenonton merasakan emosi si karakter, bukan dengan hanyamelakukan observasi saja. ...”
Berbicara mengenai emosi dan akting tidak bisa dihilangkan dari
memori emosi manusia terhadap hal-hal yang pernah dialami. Kondisi ini
juga yang membuat emosi yang bisa muncul dapat ditafsirkan secara
berbeda-beda. Misal, ketika orang marah ada banyak cara untuk
mengungkapkannya dan tensi yang akan dibangun. Ada yang marah
dengan cara melotot saja tetapi ada orang yang marah dengan diam saja
sambil mengepalkan tangan. Kondisi yang berbeda inilah yang perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
disadari secara manusiawi bahwa hal tersebut muncul karena memori
emosinya. Stanislavski (dalam Benedetti, 1997: 182) menegaskan bahwa
“aktor dapat mengembangkan sejumlah besar ingatan emosi sebagai
sumber daya untuk proses akting, seperti halnya seorang pelukis berlatih
mencampur warna”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif dijelaskan sebagai penelitian yang berupaya untuk
mendefinisikan penilain atau pemaknaan orang lain (Martono, 2014: 23). Dengan
pengertian tesebut, peneliti bersikap subjektif dalam menafsirkan suatu fenomena
yang diambil sebagai bahan penelitian. Hal tersebut dijelaskan dengan ungkapan
Martono (2014: 22) yang menjelaskan penelitian kualitatif secara ontologis
sebagai berikut, “Gejala sosial disusun melalui definisi hasil pemaknaan dan
intepretasi individu secara subjektif”. Dalam konteks penelitian ini, peneliti
memposisikan naskah dan video pementasan Mega-Mega sebagai objek yang
dikaji untuk mendalami perihal struktur dan tekstur drama.
Secara spesifik, metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik.
Penggunaan metode deskriptif analitik dilakukan untuk mencari unsur-unsur
formal (struktur) kemudian ditafsirkan. Unsur-unsur formal yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah naskah drama untuk melihat susunan narasi sebelum
dipentaskan, dialog saat pentas, bentuk akting yang dilakukan oleh para aktor dan
didukung oleh piranti-piranti yang mendukung pertunjukan. Ratna (2012: 53)
menjelaskan bahwa deskripsi analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan
fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Dengan metode deskriptif
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
analitik tersebut, penelitian ini hendak memaparkan intepretasi struktur dan
tekstur drama yang ditemukan dalam pementasan Mega-Mega.
3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua sumber yaitu sumber
primer dan sekunder. Sumber primer penelitian ini adalah video rekaman
pertunjukan lakon Mega-Mega yang dimainkan oleh Prodi Teater Institut
Kesenian Jakarta. Pertunjukan tersebut dimainkan pada 21 Februari 2013 di
Taman Ismail Marzuki, Jakarta dan video tersebut diunduh dari Youtube. Sumber
sekunder penelitian ini adalah naskah drama Mega-Mega karya Arifin C. Noer.
3.3 Data
Data dalam penelitan ini berupa dialog-dialog antartokoh, bentuk akting yang
dimainkan aktor untuk membangun tokoh, dan unsur artistik panggung yang
dijadikan referensi dalam menganalisis struktur dan tekstur drama.
3.4 Teknik Pengambilan Data
Empat tahapan yang dilakukan untuk mengumpulkan data dari pertunjukan
Mega-Mega karya Arifin C. Noer dimainkan oleh Prodi Teater Institut Kesenian
Jakarta sebagai berikut.
3.4.1 Mengunduh video rekaman pertunjukan drama Mega-Mega karya
Arifin C. Noer yang dimainkan oleh Prodi Teater Institut Kesenian
Jakarta dari Youtube.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3.4.2 Mencermati sembari mencatat peristiwa panggung yang berupa
peristiwa tutur dalam dialog tokoh maupun antartokoh yang dicurigai
memunculkan struktur dan tekstur drama.
3.4.3 Mencermati sembari mencatat bentuk akting berupa gestur dan cara
melafalkan dialog para tokoh saat bermain di panggung.
3.4.4 Mencermati dan mencatat artistik yang dibangun berdasarkan setting,
tata lampu, musik latar, dan kostum terutama pada bagian-bagian
dialog yang diduga mengandung tekstur drama.
3.5 Teknik Analisis Data
Empat tahap yang dilakukan dalam menganalisis data penelitian yang sudah
diperoleh:
3.5.1 Mencocokan video rekaman pertunjukan drama Mega-Mega dengan
naskah dramanya untuk pengecekan pengadeganan setelah melalui
intepretasi adaptasi sutradara.
3.5.2 Memenggal bagian dialog-dialog berdasarkan topik pembicaraan
tertentu Pemenggelan dialog tersebut kemudian diberi kode sesuai
dengan babak, adegan dan letak durasi pada video. Kode angka
romawi merujuk pada keterangan babak ke berapa. Kode angka
merujuk pada adegan ke berapa. Sedangkan, bagian setelah tanda
garis miring menandakan durasi menit pada video.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3.5.3 Mencermati dialog, akting dan lingkungan panggung yang dibangun
dalam pengungkapan dialog antartokoh yang mengandung struktur
dan tekstur drama. Dialog merujuk pada pembangunan struktur dan
tekstur drama. Akting yang dicermati adalah gestur dan cara
melafalkan dialog. Lingkungan panggung yang dicermati adalah
unsur artisitik panggung.
3.5.4 Mengintepretasi dialog, bentuk-bentuk akting dan aspek artistik
panggung untuk menjelaskan struktur dan tekstur drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Struktur Drama dalam PementasanMega-Mega
4.1.1 Gambaran Tokoh
Delapan tokoh akan dibahas dalam subbab berikut. Delapan tokoh
tersebut yaitu Mae, Panut, Retno, Hamung, Koyal, Tukijan, Pemuda dan Mas
Woto. Pemilihan tokoh tersebut dilihat dari dua bahan yang menjadi acuan
penelitian ini yaitu naskah drama Mega-Mega dan video pementasannya. Selain
itu, pembahasan tokoh akan ditilik dari dua sumber yaitu video pementasan dan
juga naskah.
4.1.1.1 Hasil Analisi Tokoh Mae
Mae diidentifikasi sebagai wanita tua dengan usia sekitar enam
Gambar 1. Tokoh Mae
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
puluhan tahun, bahkan merujuk enam puluhan tahun akhir. Dalam dialog,
usia Mae dapat ditafsirkan lebih dari lima puluh tahun yang ditunjukan
dalam dialog Mae berikut, “Saya telah menjalani hidup tidak kurang dari
lima puluh tahun, panjang dan lengang” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi
Adegan kode I.6/13.34). Dalam video pertunjukannya, Usia Mae didukung
dengan tata rias yang penuh kontur kerutan pada kening Mae. Selain itu,
rambut Mae tampak berwarna putih. Kostum Mae juga mengacu pada
rujukan usia enam puluh tahunan dengan mengenakan kebaya cokelat dan
jarik batik yang serba lusuh warnanya.
Mae adalah sosok ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya
walaupun bukan anak kandungnya. Bentuk perhatiannya bermacam-macam
bergantung kepada siapa perhatian itu akan diberikan. Selain itu, Mae
memiliki rasa kekhawatiran yang besar terhadap anak-anaknya. Mae takut
jika terjadi apa-apa pada anak-anaknya karena Mae ingin semua anak-
anaknya menjadi orang yang baik. Sikap sayang Mae sebagai ibu bagi
mereka semua ditunjukkan juga dari kutipan dialog ketika khawatir Panut
ikut Mas Woto. Berikut kutipannya, “Mae tak pernah bertanggung jawab.
Sekarang disini Mae berusaha jadi Ibu kalian. Salah satu di antara kalian
sedang menuju ke penjara tanpa disadarinya. Apakah Mae harus diam
saja?” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Mae dapat dilihat sebagai orang yang ada pada kalangan orang tidak
mampu secara ekonomi. Hal itu ditunjukan dengan tempat tinggal Mae
yang berada di beringin Alun-Alun. Selain itu, lingkungan tokoh Mae juga
merupakan orang-orang tidak mampu yang bekerja sebagai pelacur (Retno),
preman (Tukijan), pengamen (Koyal) dan pencopet (Panut).
4.1.1.2 Hasil Analisis Tokoh Panut
Panut diidentifikasi sebagai seorang pemuda dengan usia sekitar dua
puluhan tahun. Usia Panut yang masih muda dapat dicermati dalam dialog
Mae yang menegur Panut untuk menjadi kuli saja pada dialog berikut,
“Ototmu masih kuat tubuhmu masih utuh” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi
Adegan kode I.5/05.32). Dengan dialog tersebut, Panut ditunjukkan masih
muda dan memiliki tubuh yang kuat. Dari video pementasan, usia Panut
ditunjukkan dengan tata rias Panut yang tidak banyak memiliki kontur
Gambar 2. Tokoh Panut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tegas. Penggunaan kontur yang tidak banyak ini menunjukkan Panut masih
pada tataran usia yang muda. Kostum Panut yang serba lusuh juga
menunjukkan bahwa Panut bukan orang yang mampu.
Panut adalah seorang lelaki yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan
menjadi copet ditunjukan dengan dialog “Saya tidak akan mencopet lagi”
(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32). Dialog tersebut
menunjukkan bahwa pekerjaan Panut adalah pencopet dan dia ingin
berhenti. Pada akhirnya turut bekerja dengan Mas Woto yang dikenal bukan
orang baik-baik (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03).
Panut dapat dilihat sebagai orang yang tidak mampu dan dijelaskan
juga memiliki pekerjaan yang tidak halal, mencopet. Panut ditunjukkan
sering bekerja di lingkungan pasar yaitu pasar Beringharjo. Tempat kerja
Panut di pasar Beringharjo ditunjukkan dengan dialog “Coba di pasar
Bringharjo. Jelas laki-laki itu orang yang ceroboh. Artinya kalau saja
pinter dan cekatan tentu handphonenya sudah saya dapatkan” (lih.
lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32). Melalui tokoh Mae,
Panut juga dijelaskan sebagai anak yang nakal dan tidak menurut dengan
Mae sebagai Ibu angkatnya (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode
I.9/26.03).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
4.1.1.3 Hasil Analisis Tokoh Retno
Retno diidentifikasi sebagai wanita pada usia tiga puluhan tahun dan
tidak ada dialog yang mengacu langsung pada usianya. Dari video
pementasan, tata rias Retno tidak mengacu langsung pada usia tiga puluhan
tahun dengan penggunaan kontur yang tipis. Namun, tata rias Retno
menggambarkan secara tidak langsung usia tersebut dengan penambahan
tata rias yang genit untuk menjelaskan profesinya sebagai pelacur. Profesi
ini didukung dengan dialog Retno berikut, “Dan perempuan seperti aku.
Lonte” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.6/13.34).
Retno adalah seorang wanita yang berprofesi sebagai pelacur dan
memiliki sikap yang keras dalam bertutur kata. Profesi dan sikap keras
Retno ditunjukkan dengan dialog “Banci sintiiing banci sinting banci
Gambar 3. Tokoh Retno
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
sintiing! UUuuh! Pasti Mahasiswa dia. Nafsu melimpah uang cuma
serupiah” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.6/13.34). Dulu,
Retno pernah menikah dan mempunyai anak. Namun, Retno berpisah
dengan suaminya dan anaknya meninggal dunia karena suaminya. Kisah
tragis Retno ditunjukkan dengan dialog sebagai berikut,
“Sejak gadis dulu aku mengidamkan dapat melahirkan anak laki-laki.Anak itu laki-laki dengan mata yang teduh seperti kolam. Hatiku selalubergetaran menyanyi setiap kali bertemu. Tapi makin lama mata itumakin kering sebab bapaknya tidak pernah melakukan apa-apa. Suatuketika aku sakit. (lama diam) Anak itu sakit. Kelaparan. Ia mati. Sejak ituaku hampir gila oleh perasaan kecewa dan kesal. (diam) Suatu harisuamiku pulang setelah menuntaskan bergelas-gelas arak. Bukan mainaku marah. Dan sekonyong nasib turut campur. Rumah itu terbakar(gerahamnya merapat ketat) Setan! Setan!” (lih. lampiran TabelKlasifikasi Adegan kode I.6/13.34)
Retno juga menaruh rasa cinta pada Tukijan, seorang lelaki yang
kemudian ia temui. Namun, Retno tidak mudah lagi percaya terhadap lelaki
karena pengalaman masa lalunya yang pahit. Pengalaman traumatik ini
yang kemudian menjadi motivasi dasar Retno takut untuk diajak
bertransmigrasi bersama Tukijan (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan
kode I.11/39.35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
4.1.1.4 Hasil Analisis Tokoh Hamung
Hamung diidentifikasi sebagai seorang pemuda pada usia tiga puluhan
tahun. Usia Hamung tidak ditunjukkan dalam kutipan dialog hanya dapat
dicermati dari video pementasan. Hal tersebut ditunjukan dengan tata rias
Hamung yang memiliki garis kontur agak tegas. Selain itu, kostum
Hamung yang mengenakan surjan lurik, celana panjang dan sarung yang
diselempangkan juga mendukung untuk pembangunan karakter pada
tataran usia tiga puluhan tahun.
Hamung adalah orang yang selalu bergantung dengan orang lain dan
oportunis. Hamung selalu saja memanfaatkan Panut dengan selalu memuji
apa yang dilakukan Panut sehingga nanti Hamung mendapat imbalan. Hal
tersebut terlihat pada adegan Hamung yang meminta rokok dengan dialog
sebagai berikut:
Gambar 4. Tokoh Hamung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
HAMUNG : Buat saya?
PANUT : Buat Mas Hamung.
HAMUNG : Nanti dulu, dari siapa rokok itu?
PANUT : Dari……
HAMUNG : (menerima rokok) Jangan teruskan. Tak perlu.Tak ada bedanya bagi saya. Yang penting rokok.
PANUT : Saya senang.
HAMUNG : Tidak perduli. Yang terang ini rokok mahal.
(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode III.20/01.21.00)
Hamung juga memiliki sikap yang tidak peduli dengan orang lain. Saat
Panut ikut Mas Woto, Hamung hanya diam aja dan terus saja meyakinkan
Mae untuk tidak khawatir. Yang dilakukan Hamung merupakan bentuk rasa
malas Hamung melihat tingkah khawatir Mae yang berlebihan (lih.
lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03).
4.1.1.5 Hasil Analisis Tokoh Koyal
Koyal diidentifikasi sebagai seorang pemuda pada usia dua puluhan
tahun. Usia Koyal tidak ditunjukkan secara langsung dalam dialog hanya
Gambar 5. Tokoh Koyal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dapat dicermati dari video pementasan. Tata rias Koyal yang tidak penuh
dengan guratan kontur mengacu pada usia yang masih belia. Selain itu,
kostum yang compang-camping dan lusuh menandakan Koyal yang juga
orang tidak mampu secara ekonomi. Properti seruling yang selalu dibawa
Koyal juga menandakan profesi Koyal sebagai pengamen.
Koyal adalah orang yang dianggap tidak waras oleh para tokoh lain
karena kegemarannya mengkhayal. Ketidakwarasan itu ditunjukan dengan
dialog yang diungkapkan oleh Retno dan Hamung sebagai berikut:
RETNO & HAMUNG : Kau menang?KOYAL : Hampir!RETNO : Ha?KOYAL : Hampir! Cuma beda sedikit. Beda satu
(tertawa)RETNO : Edan.HAMUNG : Biasa. Kepala penjol otaknya ya penjol.(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.10/28.36)
Koyal punya kesukaan untuk membeli lotre dan berangan-angan menjadi
orang yang kaya. Kegemaran Koyal untuk mengkhayal tersebut dapat
dicermati pada sepanjang babak dua dengan adegan Koyal mengkhayal
dirinya menang lotre lalu membelanjakan uangnya dengan makan guded
serta membeli keraton.
Pembawaan Koyal juga selalu ceria namun Koyal takut kepada Tukijan.
Tukijan Koyal takut kepada Tukijan karena sebenarnya Koyal juga
menaruh ketertarikan pada Retno. Hal tersebut ditunjukkan dengan adegan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Koyal yang mengelus kaki Retno ketika Retno tertidur. Ketakutan Koyal
juga mengacu pada tubuh Tukijan yang lebih besar daripada Koyal (lih.
lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode III.18/01.11.31).
4.1.1.6 Hasil Analisis Tokoh Tukijan
Tukijan dapat dilihat sebagai seorang pemuda pada usia tiga puluhan.
Tata rias Tukijan tidak terlalu kuat dengan kontur tetapi perawakan aktor
yang memainkan Tukijan menunjukkan tataran usia tiga puluhan tahun.
Perawakan tiggi, gempal, dan berambut panjang sepundak menggambarkan
lelaki keras pada usia tiga puluhan tahun. Usia dan postur Tukijan tidak
ditunjukkan langsung melalui dialog dalam naskah namun dapat dicermati
dari video pementasan.
Tukijan adalah orang yang keras dan mau berusaha bekerja dengan
halal demi masa depan yang baik (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan
Gambar 6. Tokoh Tukijan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
kode I.11/39.35). Tukijan juga menaruh perasaan cinta terhadap Retno
bahkan mengajak Retno menikah. Selain itu, Tukijan juga mengajak Retno
untuk turut ikut dia transmigrasi ke Sumatera. Peristiwa tersebut
ditunjukkan dalam dialog berikut:
TUKIJAN : Sama sekali salah kalau orang mengira bahwa niatsaya ini didorong oleh rasa ingin menolong. Kalauhanya lantaran perasaan itu barangkali tak perlusampai-sampai saya harus memperistri kau. Sayamembutuhkan kau. Tak lebih dari itu.
RETNO : (Masih membisu)TUKIJAN : Impian itu mesti diwujudkan, barulah ada artinya.RETNO : (cuma memandang laki-laki itu. Itupun cuma
beberapa saat).TUKIJAN : Saya juga tidak suka menjanjikan apa-apa.
Semuanyya masih bakal. Yang saya miliki hanyakemauan. Dan lagi kita hanya mendengar bahwatanah di seberang penuh kekayaan yang masihterpendam. Sangat luas. Segalanya masih terpendam.Segalanya. Di dalam tanah dan di dalam diri kita.Kalau kita sungguh-sungguh menghendaki, kita harusmengangkatnya ke permukaan hidup kita. Saya kirabegitu.
RETNO : (kembali memandang lelaki itu).TUKIJAN : Retno! Kau percaya? Saya tak peduli siapa kau.
Saya hanya membutuhkan kau. Tak lebih dari itu. Sayatidak tahu tapi betul saya tak akan melakukan apa-apaseandainya kau tak ada. Itu saja. Itu pun.
(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.11/39.35)
Tukijan tidak suka pada Koyal karena Koyal yang selalu mengkhayal
menjadi kaya namun tidak ada usaha realistis untuk menjadi kaya.
Ketidaksukaan Tukijan terhadap khayalan Koyal tersebut dapat dicermati
sepanjang babak dua yang selalu menjawab dengan kesal. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tukijan juga mengetahui bahwa diam-diam Koyal menaruh ketertarikan
pada Retno (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode III.18/01.11.31
dan III.19/01.14.56).
4.1.1.7 Hasil Analisis Pemuda
Pemuda diidentifikasi pada usia dua puluhan tahun dan berprofesi
sebagai mahasiswa. Hal tersebut ditunjukan dengan properti tas yang
digendong di depan dada. Pemuda hanya berlalu-lalang hendak membeli
jasa Retno sebagai pelacur. Pemuda ini hanya sebagai figuran yang lewat
dengan malu-malu.
4.1.1.8 Hasil Analisis Mas Woto
Mas Woto adalah tokoh yang tidak muncul di panggung hanya
suaranya saja yang terdengar dan keberadaannya diceritakan oleh tokoh
lain. Dialog Mas Woto hanya diungkapakan dengan “NUUUUT!! AYO!!”
Gambar 7. Tokoh Pemuda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dan “Ada makanan! Cepat!” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode
I.9/26.03). Berdasarkan cerita tokoh Mae, Mas Woto memiliki kepribadian
yang buruk karena pekerjaannya bukan pekerjaan yang baik-baik (lih.
lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03).
4.1.2 Alur
4.1.2.1 Gambaran Alur LakonMega-Mega
Mega-Mega karya Arifin C. Noer ini dibagi menjadi tiga bagian.
Dalam naskahnya, setiap bagian diberikan nama-nama tertentu. Bagian
pertama diberi nama “di bawah mega”. Bagian kedua diberi nama “di atas
mega”. Bagian ketiga diberi nama “di atas mega” sama dengan bagian
kedua.
Dalam pementasan Mega-Mega tahun 2013 yang dilakukan oleh Prodi
Teater Institut Kesenian Jakarta, ada beberapa adegan yang dikurangi.
Beberapa adegan pada bagian kedua tidak semua dimainkan seperti adegan
pergi ke toko serba ada dan adegan pergi ke Tawangmangu. Penghilangan
tersebut merupakan bagian dari pilihan sutradara dalam mengadaptasi
naskah ke dalam pertunjukan.
Alur dalam pementasan Mega-Mega ini akan dibagi menjadi empat
bagian besar yaitu perkenalan, konflik, klimas, dan penyelesaian.
Pembagian itu didasarkan pada teori Cohen (2010:33) yang menjabarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
bahwa pengalaman dramatik menurut Aristoteles yang ada dalam alur
setidaknya dibagi menjadi empat; exposition (perkenalan), conflict
(permasalahan), climax (puncak masalah), denouement (penyelesaian).
Berdasarkan rekaman pementasan Mega-Mega, alur cerita dapat dijelaskan
dengan grafik alur sebagai berikut.
4.1.2.2 Hasil Analisis Eksposisi atau Perkenalan
Dalam bagian eksposisi atau perkenalan, ada dua bagian yang
terkandung di dalamnya yaitu perkenalan tokoh dan perkenalan konflik.
Dua hal tersebut menjadi bagian penting dalam menjelaskan asal-muasal
permasalahan yang muncul. Perkenalan tokoh memberikan informasi
tentang latar belakang tokoh dan sekaligus menjadi dasar atas respon tokoh
Klimak berada dibabak tiga dari
bagian awal babaktiga hingga adegansebelum kedatangan
Panut
Penyelesaian beradadi babak tiga dariadegan Panut
datang hingga Maemenyanyikan laguLelo Ledung
Konflik berada dibabak dua
Eksposisi/Perkenalanberada dibabak satu
Grafik 1. Tangga Dramaturgi Lakon Mega-Mega
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
terhadap peristiwa yang terbangun. Perkenalan konflik memberikan
informasi terhadap penyebab terjadinya suatu masalah. Perkenalan konflik
menjadi konteks ketika memahami perumitan konflik di tengah alur cerita.
Pada pementasan Mega-Mega, bagian eksposisi dijabarkan pada babak
satu atau dari kode adegan I.1/00.45 hingga I.11/39.35. Babak satu ini
menjadi bagian dalam perkenalan tokoh yang ada dalam alur cerita Mega-
Mega yaitu Mae, Retno, Panut, Hamung, Koyal, Tukijan. Perkenalan
mengenai tokoh dan konflik ini yang kemudian akan menjadi referensi
konteks awal dalam pengembangan alur cerita.
Mae diperkenalkan latar penokohannya sebagai seorang ibu walaupun
bukan ibu kandung karena setiap adegan dalam babak satu, Mae selalu
mengayomi tokoh-tokoh yang lain. Hal tersebut ditunjukan dengan sikap
Mae yang selalu menyayangi anak-anaknya walaupun nilai rasa yang
muncul bukan nilai rasa mesra. Selain itu saat adegan yang mengandung
pengenalan konflik, Mae selalu ada untuk menjadi tokoh yang terlibat
dalam peristiwa panggung tersebut.
Retno diperkenalkan latar penokohannya sebagai seorang pelacur yang
memiliki masa lalu yang menyakitkan dan seorang wanita yang ragu untuk
jatuh cinta karena latar masa lalunya. Profesi Retno ditunjukan dengan
adegan Pemuda yang masuk ke panggung lalu seketika Retno menawarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
diri untuk mampir. Sedangkan masa lalu yang menyakitkan Retno
ditunjukkan melalui adegan Retno yang kemudian menceritakan tentang
kematian anaknya kepada Mae. Bagian wanita yang ragu untuk jatuh cinta
ditunjukkan ketika Tukijan tiba-tiba datang menghampirinya, Retno
mengatakan isi hatinya lalu meninggalkan Tukijan. Semua adegan tersebut
kemudian juga menjadi bagian perkenalan konflik pada tokoh Retno.
Panut diperkenalkan latar penokohannya sebagai seorang pemuda yang
menghalalkan segara cara untuk mencari uang dan tidak pernah patuh pada
Mae. Penokohan Panut secara eksplisit ditunjukan dengan adegan pertama
kali Panut memasuki panggung, Panut langsung menipu Mae dengan pura-
pura bisu. Lalu, Panut menceritakan bahwa dirinya memiliki kesialan
dalam hal mencopet. Pada akhirnya, Panut memutuskan untuk menjadi
seorang maling dan ikut Mas Woto. Mae telah menasihati dan
memperingatkan Panut berkali-kali, tetapi tak satu pun diperdulikan oleh
Panut.
Koyal diperkenalkan latar penokohannya sebagai pemuda yang sangat
gila dengan lotre dan uang sehingga seluruh hidupnya hanya dicurahkan
untuk main lotre agar dapat banyak uang. Ketidakwarasan Koyal
ditunjukkan dengan obrolan para tokoh tentang ke-edan-nan Koyal
sebelum Koyal masuk ke panggung. Kemudian, adegan pertama Koyal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
masuk panggung adalah Koyal masuk dengan gembira karena ia hampir
menang lotre. Seluruh aktor yang dipanggung, kecuali Panut dan Tukijan,
merasa gembira karena mengira Koyal menang lotre tetapi ternyata hanya
hampir menang. Bagian perkenalan konflik ini yang menjadi tonggak
penting dalam bagian konflik di babak dua karena pada bagian konflik
sudut pandang Koyal yang dipakai.
Hamung diperkenalkan latar penokohannya sebagai orang yang selalu
mengambil jalan aman dan selalu mengambil untung. Ketika Hamung
masuk panggung, ia langsung memaki-maki Tukijan karena tidak jadi
berangkat ke Sumatra untuk ikut program transmigrasi. Peristiwa tersebut
dapat diasumsikan bahwa Hamung ikut Tukijan tetapi Tukijan yang harus
berangkat terlebih dahulu supaya Hamung tidak menjadi yang pertama.
Yang kedua, ketika Koyal masuk dan memberitahu bahwa ia hampir
menang lotre, Hamung hanya mengiyakan saja agar Koyal gembira.
Referensi inilah yang kemudian akan ditegaskan dalam bagian konflik dan
klimaks pada bagian selanjutnya.
Tukijan diperkenalkan latar penokohannya sebagai lelaki yang bersifat
keras. Namun di balik itu, Tukijan lelaki yang mencintai Retno apa adanya.
Sifat keras Tukijan ditunjukan dengan respon takut Koyal dan Hamung
yang memilih untuk pergi ketika tahu Tukijan akan datang. Tukijan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
diasumsikan ditakuti oleh tokoh-tokoh lain kecuali Retno. Kemudian,
kedatangan Tukijan pertama kali ke panggung hanya untuk
mengungkapkan perasaannya kepada Retno yang hendak mengajak
menikah Retno dan membawanya ke Sumatera, walaupun kemudian
ditinggal pergi oleh Retno.
4.1.2.3 Hasil Analisis Konflik
Konflik yang terjadi di dalam pementasan Mega-Mega ini ditunjukkan
dalam babak dua. Konflik tersebut dihadirkan melalui sudut pandang Koyal
yang sedang mengkhayal tentang kemenangannya main lotre. Konflik yang
terbangun dalam babak dua ini masih terbagi menjadi dua bagian besar
yaitu Koyal yang masih ada pada realitas dengan bermonolog dan khayalan
Koyal yang membayangkan dirinya dengan beberapa tokoh dalam suatu
peristiwa imajiner.
Konflik bagian pertama dibuka dengan adegan monolog Koyal yang
sedang membicarakan lamunan kemenangannya pada bulan, rumput dan
beringin tua. Koyal bercerita tentang pengalaman yang sudah dilaluinya
yaitu hampir menang lotre. Setelah mengecek kertas lotrenya, khayalan
menangnya pun muncul. Koyal sangat gembira hingga menari-nari dan itu
ditunjukan dengan tarian dengan gerak yang diperlambat lalu menjadi cepat
lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Setelah bersenang ria sendiri, Koyal merasa kesepian karena
kesenangannya hanya dirayakannya sendiri. Hal tersebut ditunjukkan
dengan dialog, “melamun sendiri ternyata tidak enak”. Lalu, Koyal
membangunkan yang lain agar turut bergembira dengannya. Mae, Retno
dan Hamung langsung percaya dengan Koyal tetapi tidak dengan Tukijan
yang justru marah ketika dibangunkan dari tidurnya.
Dalam bagian kedua konflik ini terdapat tiga adegan khayalan yang
dibangun oleh Koyal. Ketika seluruhnya sudah bangun dari tidur masing-
masing, Koyal mengajak pergi ke bank untuk menukar lotre dengan uang.
Setelah mendapatkan penjelasan bahwa bukti kemenangan lotre itu dapat
dijadikan alat pengganti uang, mereka semua pergi ke pasar untuk makan
gudeg. Selesai makan, Koyal berkhayal untuk membeli keraton dan seluruh
isinya sehingga Koyal yang menjadi raja. Pada bagian kedua ini, tata
panggung yang menjadi penanda imajinasi Koyal adalah permainan lampu
yang berubah dari latar biru sebagai malam menjadi cahaya yang gemerlap
dengan warna jingga dan ungu. Selain itu, beberapa gerak tari yang diikuti
oleh nyanyian juga menjadi penanda pergantian tempat yang ingin
dihadirkan dalam adegan.
Babak dua menjadi representasi keingainan tiap tokoh pada situasi
ideal mereka masing-masing. Semua tokoh berangan-angan dalam bingkai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
khayalan Koyal. Hanya Tukijan saja yang masih waras dan menjadi simbol
realitas yang riil, bahwa kehidupan itu memang sulit dan kejam. Khayalan
ideal tersebut kemudian saling beradu dengan realitas yang berbeda jauh
sehingga memunculkan konflik dalam lakon Mega-Mega.
4.1.2.4 Hasil Analisis Klimaks
Klimaks dalam pementasan Mega-Mega ditunjukan dari bagian awal
babak tiga hingga tengah babak tiga. Adegan pembuka yang merujuk pada
klimaks yaitu Koyal ketahuan oleh Tukijan ketika menyentuh paha Retno.
Setelah ketahuan, Tukijan langsung marah terhadap Koyal dan kemudian
membangunkan setiap tokoh yang sedang tidur.
Adegan tersebut yang memantik respon setiap pemain yang kemudian
menjadi penegas setiap rangkaian peristiwa yang sebelumnya telah
dibangun. Tukijan langsung marah dan mengamuk terhadap tingkah Koyal.
Puncaknya adalah Tukijan menyobek lembaran lotre Koyal. Koyal yang
diperlakukan seperti itu menjadi sakit hati dan langsung pergi
meninggalkan panggung. Retno juga turut pergi ketika Tukijan bertanya
perihal sabuk Tukijan yang dimiliki Koyal karena Retno yang memberikan
sabuk pada Koyal. Mae, Tukijan, dan Hamung kemudian yang tersisa di
panggung.
Hamung mengungkit-ungkit lagi peristiwa Tukijan yang mengejek dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
merobek kertas lotre Koyal. Tukijan tersinggung dengan ucapan Hamung.
Bagi Tukijan, tindakan Koyal adalah tindakan yang tidak masuk akal. Bagi
Hamung, tindakan Tukijan tidak dapat diterima olenya karena merebut
kebahagian orang lain. Tukijan dan Hamung berkelahi karena Hamung
tidak suka dengan tingkah Tukijan.
Mae mencoba melerai Hamung dan Tukijan tapi percuma. Mae
kemudian hanya bisa menangis. Ternyata, tangisan Mae mampu
menghentikan perkelahian di antara Tukijan dan Hamung. Mae hanya terus
menasihati bahwa saat itu bukan saat yang tepat untuk berkelahi karena
malam sura, malam penuh berkah. Beberapa saat setelah dilerai, Tukijan
tiba-tiba pergi meninggalkan Mae dan hanya menyisakan Mae serta
Hamung di panggung.
4.1.2.5 Hasil Analisis Penyelesaian
Bagian penyelesaian ini muncul di tengah babak tiga. Bagian
penyelesaian ini melanjutkan pula bagian dari akhir klimaks. Pada bagian
penyelesaian ini terdapat juga dua bagian sebagai awalan dari penyelesaian
dan akhir. Awalan penyelesaian pada babak tiga ini ditandai dengan adegan
masuknya Panut yang dengan gembira menawarkan rokok yang baru saja
didapatkannya. Lalu, Retno dan Tukijan yang berpamitan dengan Mae
untuk pergi ke Sumatera. Bagian akhir penyelesaiannya adalah monolog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Mae tentang kesepian kemudian menggendong boneka bayinya sambil
menyanyi lagu Lelo Ledung.
Awalan peneyelesaian dimulai saat Hamung menjadi gembira karena
Panut datang membawa rokok yang banyak padahal sebelumnya Hamung
sedang kesal setelah berkelahi dengan Tukijan. Hanya Mae yang masih
menyimpan perasaan tidak gembira, terbukti dengan isak tangis yang
belum selesai. Selain itu, Mae meminta rokok Panut, mencicipinya, lalu
membuangnya sembari berkata, “pahit! Semua terasa pahit!”.
Panut tersinggung dengan perlakuan Mae bukan karena membuang
rokok tetapi karena Mae mengatakan perihal mencuri. Panut merasa
tertuduh padahal Mae tidak mengatakan Panut mencuri. Puncak rasa
tersinggung Panut diungkapkan dengan hendak memukul Mae tetapi tidak
jadi lalu Panut menghampiri Hamung.
Setelah kejadian Panut dengan Mae, Hamung ingin pamit pergi kepada
Panut tetapi tidak pamit pada Mae. Hamung meminta rokok dan uang Panut
sebagai bekalnya melakukan perjalanan jauh. Mae melarang Panut untuk
memberikan uangnya pada Hamung karena Mae tahu bahwa Panut sedang
dibodohi. Panut tidak menuruti Mae dengan mengucapkan “Mae bukan ibu
saya!” dan begitu saja memberikan rokok serta uang pada Hamung.
Hamung pun setelah menerima langsung pergi begitu saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Mae semakin sakit setelah melihat perkelahian anak-anaknya lalu
ditambah dengan tingkah Panut. Mae kemudian hanya menangis di bawah
pohon beringin. Setelah Hamung pergi, Panut mencoba minta maaf tetapi
Panut malah semakin tersinggung dengan jawaban-jawaban yang
dilontarkan Mae. Akhirnya, Panut pergi begitu saja meninggalkan Mae.
Rangkaian penyelesaian selanjutnya adalah adegan Retno dan Tukijan
yang kemudian pamit hendak pergi ke Sumatera. Pada awalnya, Retno ragu
untuk ikut pergi karena tidak ingin meninggalkan Mae sendirian. Mae
kemudian menyakinkan bahwa Mae akan turut bahagia melihat anaknya
juga bahagia. Lalu, pergilah Retno dengan Tukijan dan menyisakan Mae
seorang diri di panggung.
Mae merasa kehilangan dan kesepian karena pada akhirnya semua
pergi meninggalkan dirinya. Lalu, Mae menghampiri boneka bayinya dan
mencoba menghibur diri dengan menceritakan perasaan hatinya. Ungkapan
yang paling miris dari Mae sebagai puncak penyelesaian adalah kalimat
“kita tidak pernah mendapatkan tetapi selalu merasa kehilangan”. Adegan
terakhir ini pun ditutup dengan nyanyian Lelo Ledung.
4.1.3 Hasil Analisis Tema
Tema besar pementasan Mega-Mega adalah penggambaran kerinduan
orang miskin untuk menuju kesejahteraan hidup dengan cara mereka masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
masing. Hal tersebut ditunjukkan dengan pemilihan tokoh, penokohan, latar,
dan pilihan-pilihan akting yang merujuk pada kehidupan kaum marjinal.
Keadaan tiap tokoh tersebut juga dapat dilihat dari penjelasan penokohan dan
juga penjelasan alur bagian perkenalan. Kehidupan mereka sederhana, hanya
tidur di bawah pohon beringin dan beralaskan koran ataupun kardus.
Orang kecil atau kaum marjinal tersebut digambarkan pula selalu berangan-
angan dengan konsep ideal yang hendak mereka capai. Mereka selalu berpikir
tentang kemakmuran. Penegasan konsep tersebut ditunjukkan dengan setiap
tokoh yang selalu membicarakan konten tentang cara mencukupi kebutuhan
hidup dan bahkan berpikir tentang cara untuk menjadi kaya. Secara eksplisit,
adegan-adegan pada babak dua menggambarkan isi khayalan orang miskin
tentang kemakmuran dan kekayaan.
Perihal khayalan orang miskin tersebut juga dapat dicermati dari judul
Gambar 8. Situasi panggung pementasanMega-Mega
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
lakon Mega-Mega. Mega-Mega artinya awan-awan yang berasal dari bahasa
Jawa. Awan diasumsikan sebagai sesuatu yang tinggi. Selain itu didukung juga
dengan pemilihan nama tokoh Koyal, yang dapat didekatkan dengan khayal.
Kunci penting Koyal untuk merepresentasikan khayalan ini ada pada babak dua
di mana setiap tokoh masuk dalam khayalannya yang menjadi orang kaya.
Subtema kecil yang dapat ditafsirkan adalah tentang rasa kesepian kaum
marjinal dengan ilusi kemakmuran. Rasa kesepian yang dimaksud adalah
adanya afeksi-afeksi yang sengaja ataupun tanpa sengaja terepresi dengan ilusi
kemakmuran. Konsep sepi yang dimaksud dapat dicermati dengan sudut
pandang Mae yang selalu menanggapi seluruh isi pembicaraan para tokoh
dengan perspektif merawat kehidupan.
Mae memberikan teguran pada Panut tentang pilihannya untuk melakukan
pekerjaan yang tidak halal. Mae memberikan pertanyaan relfeklif pada Retno
seputar luka masa lalunya dan perasaannya pada Tukijan. Mae tetap
menyanyangi Koyal walaupun dia dianggap gila. Mae menasihati Hamung
untuk tidak membodohi Koyal. Mae juga membantu Tukijan untuk menetapkan
hati berangkat bersama Retno. Semua hal tersebut dilakukan Mae sebagai
bentuk mempertahankan pemaknaan hati nurani di tengah tekanan kebutuhan
untuk bertahan hidup dan ilusi kemakmuran yang dibangun oleh masing-masing
tokoh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Sebagai penyimpul subtema, kutipan dialog Mae pada bagian akhir, “kita
tidak pernah mendapatkan tetapi selalu merasa kehilangan” (lih. Tabel
Klasifikasi Adegan kode III.22/01.37.34). Sebuah kutipan yang merangkum
seluruh alur yang dibangun dari awal. Setiap tokoh memiliki harapan sebagai
orang kecil dan itu berbeda-beda tergantung latar tokoh. Namun pada akhirnya,
mereka tidak mendapatkannya. Semua hanya tesisa sebagai harapan yang terus
saja diimpikan, malah mereka selalu merasa kehilangan dengan apa yang
mereka kejar.
4.2 Tekstur Drama dalam PementasanMega-Mega
4.2.1Mood Kesal
Kesal, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diklasifikasikan dalam
kategori kata sifat (adjektiva) dan diartikan sebagai 1. mendongkol; sebal; 2.
kecewa (menyesal) bercampur jengkel; 3. tidak suka lagi; jemu. Pada data
yang ditemukan oleh peneliti, tekstur kesal dapat dicermati dari dialog,
spectacle dan mood pada kode adegan I.5/05.32.
4.2.1.1 Gambaran Adegan
Pada kode adegan I.5/05.32, adegan yang ditunjukan adalah
peristiwa Panut menceritakan kegiatannya di pasar. Tokoh yang terlibat di
panggung ada dua yaitu Panut dan Mae. Namun tokoh yang lebih
menjadi sorotan adalah Panut. Topik pembicaraan antara Mae dan Panut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
yaitu kesialan Panut ketika mencopet di pasar karena Panut ketahuan saat
melancarkan aksi mencopetnya.
4.2.1.2 Hasil Analisis
Mood kesal yang muncul dalam adegan ini ditandai dengan peristiwa
Panut yang menceritakan kekesalannya karena gagal mencopet di pasar
Beringharjo. Kedatangannya yang buru-buru memberikan tanda pada
Mae bahwa terjadi sesuatu pada Panut. Kemudian, kekesalan Panut mulai
tampak setelah Mae menegur Panut atas pekerjaan yang dilakukannya
yaitu mencopet. Mae menegur dengan mengungkapkan dialog, “Berapa
kali Mae bilang? Tidak usah kau belajar mencopet. Tidak baik“ (lih.
lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32). Dialog tersebut
menjadi pemantik Panut menceritakan peristiwa kesialannya.
Panut kemudian menanggapi ujaran Mae dengan menceritakan
pengalaman mencopet handphone seorang bapak di pasar Beringharjo.
Panut menceritakan dengan kesal secara langsung dengan penggunaan
diksi ‘jengkel’ pada tuturan “Sudah dua tahun saya berlatih tapi tak
pernah saya berhasil. Bagaimana saya tidak jengkel?” (lih. lampiran
Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32). Selain itu, tekstur kesal
ditunjukan secara tidak langsung dengan menceritakan detil pengalaman
mencopetnya pada dialog;
“Pada diri saya sendiri. Coba di pasar Bringharjo. Jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
laki-laki itu orang yang ceroboh. Artinya kalau saja pinter dancekatan tentu handphonenya sudah saya dapatkan. Tapi tangansaya gemetaran. karena gemetar rusak segalanya. Handphonesudah ditangan tapi kaki sukar dilangkahkan. Terpaksahandphone itu saya kembalikan ketika mata laki-laki itu melototdan segera saya menghilang.” (lih. lampiran Tabel KlasifikasiAdegan kode I.5/05.32).
Melalui dua penggalan dialog tersebut, kekesalan Panut bukan
ditujukan pada orang lain tetapi pada dirinya sendiri. Panut merasa kesal
karena nasibnya selalu saja tidak baik ketika mencopet. Hal tersebut
ditegaskan dengan dialog antara Mae dan Panut. Mae melontarkan
pertanyaan “Jengkel pada siapa?” dan disahut oleh Panut, “Pada diri
saya sendiri.... “(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32).
(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32)
Secara spectacle, kekesalan Panut ditunjukan dengan pergerakan
Panut yang berjalan menjauh dari Mae dan tidak menatap Mae. Jarak
yang dibangun antara Panut dan Mae memberikan kesan bahwa Panut
awalnya ingin menyimpan kekesalannya sendiri. Namun akhirnya, Panut
Gambar 9. Panut datang menceritakan kekesalannya(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
bercerita kepada Mae.
Kening yang dikerutkan dan bibir yang sedikit manyun ke depan.
Tangan Panut memainkan tidak bisa tenang dengan terus bergerak dan
kadang memainkan kaosnya. Spectacle ini terlihat pada dialog berikut,
“PANUT : Soal baik tidaknya saya tidak peduli. Soalnya tangan ini. Sial. Sudah
dua tahun saya berlatih tapi tak pernah saya berhasil. Bagaimana saya tidak
jengkel. MAE : Jengkel pada siapa?” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi
Adegan kode I.5/05.32).
Selain itu, kekesalan Panut juga ditunjukkan dengan Panut kembali
duduk di dekat Mae setelah tadi menjauh dari Mae. Pada dialog “Artinya
kalau saja pinter dan cekatan tentu handphonenya sudah saya dapatkan.
Tapi tangan saya gemetaran. karena gemetar rusak segalanya.
Handphone sudah ditangan tapi kaki sukar dilangkahkan. Terpaksa
Gambar 10. Panut menceritakan kesialannya ketika mencopet di pasar(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
handphone itu saya kembalikan ketika mata laki-laki itu melotot dan
segera saya menghilang”(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode
I.5/05.32), Tangan Panut masih saja tidak bisa diam dan memberikan
gestur yang menjadi reka ulang kejadian di pasar. Saat bercerita tentang
tangannya, nada bicara Panut jadi tinggi ditambahkan gestur nafas yang
tersengal-sengal.
4.2.2Mood Sedih
Sedih, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diklasifikasikan dalam
kategori kata sifat (adjektiva) dan diartikan sebagai 1. merasa sangat pilu di
hati; susah hati 2. menimbulkan rasa susah (pilu dsb) dl hati; duka. Pada data
yang ditemukan oleh peneliti, tekstur sedih dapat dicermati dari dialog,
spectacle dan mood pada kode adegan I.6/13.34.
4.2.2.1 Gambaran Adegan
Pada kode adegan I.6/13.34, adegan yang ditunjukan adalah
peristiwa Mae menceritakan perihal kemandulannya. Tokoh yang terlibat
di panggung ada tiga yaitu Panut, Retno dan Mae. Namun, tokoh yang
lebih menjadi sorotan adalah Mae dibantu dengan respon yang diberikan
Retno. Topik pembicaraan antara Mae dan Retno yaitu rasa sedih Mae
yang tidak pernah bisa mengandung dan mempunyai anak dari rahimnya
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
4.2.2.2 Hasil Analisis
Dialog yang menunjukkan kesedihan Mae merujuk pada tanggapan
Mae atas cerita Retno. Kesedihan akan diri Mae yang Mandul kemudian
berkembang menjadi rasa sepi Mae yang tidak memiliki anak. Hal itu
ditunjukan dalam beberapa dialog antara Retno dan Mae sebagai berikut;
RETNO : Mae memang mandul.MAE : (marah) Saya tahu! Tahu! Tahu! Saya tahu!
(menangis dan mengusap-usap matanya)MAE : (seraya menangis) Setiap orang dijagat raya.
Semuanya. Seluruh isi jagat. Semut-semut pun tahusaya perempuan mandul. Tapi tidak sepatutnya kauberkata begitu dihadapan saya. (lih. lampiran TabelKlasifikasi Adegan kode I.6/13.34)
Rasa sedih Mae tidak ditunjukkan secara verbal dalam tautan dialog
yang diucapkan antara Mae dan Retno. Kesedihannya ditunjukkan
melalui cerita tentang kemandulan Mae yang dilebih-lebihkan serta
penegas dengan ucapan “Tapi tidak sepatutnya kau berkata begitu
dihadapan saya “. Kemudian kesedihan Mae berkembang menjadi cerita
tentang rasa sepinya yang dirujuk pada dialog;
“(makin reda tangisnya) Saya kesepian. Saya sungguh-sungguh kesepian sebagai perempuan. Tidak itu saja. Bahkansaya sangat kesepian sebagai manusia. Sampai-sampai sayasangsi pada diri saya sendiri. Sampai-sampai saya tidak tahulagi dimana saya ini berada. Betul-betul seperti mimpi. Mimpiyang sangat buruk! Kalau sampai pada tempat itu alangkahngerinya. Saya tidak lagi dapat melihat apa-apa. Saya mulaimenyangsikan semuanya. Saya sangsi apakah saya ada atautidak ada. Atau apakah yang ada dan apa yang tidak ada.Apakah saya yang ada dan yang lain tidak ada. Atau apakahyang lain ada dan saya tidak ada. apakah….tak taulah!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Seluruhnya hanyalah jalanan panjang yang lengang takberujung. Sementara tapak kaki mulai kabur.(diam) Segala yanghidup disibuki oleh tugas kewajibannya masing-masing. TapiMae…perempuan kertas yang dipinjami nyawa cuma. Tersia dandisingkirkan dimana-mana.” (lih. lampiran Tabel KlasifikasiAdegan kode I.6/13.34).
Secara spectacle, tempo jalan Mae menjadi melambat lalu duduk di
samping Retno. Suara Mae lembut namun memunculkan kesedihan. Di
kalimat “Tidak pernah sekalipun melahirkan anak”, nada suara Mae
mulai bergetar menahan tangis.
Gambar 11. Mae sedang menenangkan Retno yang menangis(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.6/13.34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Ketika dijawab Retno “Mae memang mandul!”, Mae menjauh dari
Retno yang tadinya duduk berdekatan. Nada bicara Mae semakin tinggi
sambil nafas tersengal-sengal. Mae pun mulai menangis sambil teriak-
teriak kepada Retno. Bentuk teriak-teriak ini adalah wujud luapan
kesediahan Mae yang tiba-tiba keluar dengan rangsangan dari dialog
Retno. Walaupun sepintas luapan Mae tampak seperti marah, kesan sedih
lebih dominan muncul sebagai ekspresi yang diungkapkan oleh Mae (lih.
lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.6/13.34).
Gambar 12. Mae tersinggung lalu mengeluarkan segala kesedihannyasebagai seorang wanita mandul (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan
kode I.6/13.34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Di kalimat “Tapi tidak sepatutnya kau berkata begitu di hadapan
Mae”, tempo bicara Mae melambat dan masih tetap menangis. Lalu Mae
menuju bagian belakang panggung dan duduk di dekat beringin sambil
masih menangis tidak mau menatap Retno.
4.2.3Mood Senang
Senang, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diklasifikasikan dalam
kategori kata sifat (adjektiva) dan diartikan sebagai 1. puas dan lega, tanpa
rasa susah dan kecewa; 2. betah; 3. berbahagia (tidak ada sesuatu yg
menyusahkan, tidak kurang suatu apa dl hidupnya); 4. suka; gembira; 5.
sayang; 6. dalam keadaan baik; 7. mudah; serba mudah; praktis. Pada data
yang ditemukan oleh peneliti, tekstur senang dapat dicermati dari dialog,
spectacle dan mood pada kode adegan I.10/28.36.
Gambar 13. Mae menangis karena tersinggung ungkapan Retno(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.6/13.34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
4.2.3.1 Gambaran Adegan
Pada kode adegan I.10/28.36, adegan yang ditunjukan adalah
peristiwa Koyal hampir menang lotre. Tokoh yang terlibat di panggung
ada empat yaitu Koyal, Hamung, Retno dan Mae. Namun, tokoh yang
lebih menjadi sorotan adalah Koyal dibantu dengan respon yang
diberikan Retno, Mae dan Hamung. Topik pembicaraan yang ada pada
adegan ini yaitu cerita Koyal bahwa dirinya membeli lotre yang
angkanya hampir mirip dengan pengumuman di koran, hanya berbeda
angka terakhirnya.
4.2.3.2 Hasil Analisis
Mood senang yang muncul dalam adegan ini ditandai dengan
peristiwa kedatangan Koyal yang mengabarkan bahwa dirinya hampir
menang lotre. Adegan diawali dengan teriakan kegembiraan Koyal yang
tiba-tiba masuk ke dalam panggung. Kedatangan Koyal seketika
membuat seluruh nuansa para tokoh lain menjadi turut gembira. Lalu,
kabar kemenangan itu dilanjutkan dengan cerita Koyal dari ia menyobek
koran umum yang ada di depan Gedung Agung hingga perbedaan tipis
angka lotrenya.
Dialog Koyal yang merujuk pada tekstur senang secara tidak
langsung terdapat dalam penggalan dialog berikut; “Kau lihat, Mung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Pada koran ini tertulis : “hadiah seratus miliar pada nomer 432480,”,
sedangkan punyaku 432488. Ha, beda satu, kan? Hampir aku menang.
Betul tidak?” (lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.10/28.36).
Dalam penggalan tersebut, tekstur senang ditunjukkan dengan penegasan
bahwa Koyal hampir menang hanya berbeda satu angka di belakang.
Dengan kondisi itu, Koyal sudah merasa sangat senang dan berupaya
terus agar menang.
Pada penggalan dialog “Betul! Malam berkah melimpah. Lihatlah
kedua tanganku. Di tangan kiri, lembaran lotre. Di tangan kanan
sobekan koran! Kalian tahu? Aku telah menyobek koran yang terpasang
di muka gedung Agung. Aku terlalu girang. Aku sobek saja koran itu. Tak
peduli!” (lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.10/28.36), rasa
senang dirujuk secara langsung oleh Koyal dengan menggunakan diksi
‘girang’ pada kalimatnya. Rasa senang Koyal itu karena Koyal melihat
pengumuman di koran hampir sama dengan kertas lotre yang
dipegangnya. Pada akhirnya karena terlalu senang, Koyal menyobek
kertas koran tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Secara spectacle, tekstur senang Koyal ditunjukan dengan teknik
muncul Koyal. Koyal berlari dari bagian penonton menuju bagian
panggung dekat dengan tiang lampu sambil tertawa-tawa. Koyal
melompat-lompat tampak kegirangan sambil tangan kanannya membawa
sobekan koran dan tangan kirinya membawa sebuah kertas lotre.
Koyal berlari menuju Hamung sambil tertawa senang. Mimik Koyal
Gambar 14. Koyal masuk dari bagian depan panggung(lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.10/28.36)
Gambar 15. Koyal menceritakan bahwa ia hampir menang pada Hamung(lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.10/28.36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
selalu tersenyum. Koyal menuju ke arah Hamung untuk menunjukan apa
yang dibawanya. Sobekan koran dan kertas lotre selalu dipegang erat
oleh Koyal untuk menandakan bahwa itu sangat berharga. Tempo bicara
Koyal cepat dan menggunakan warna suara yang riang. Gerak tubuh
Koyal juga menggunakan tempo yang cepat sehingga merujuk pada
kegembiraan Koyal yang berlebih.
Pada lanjutan dialog berikutnya untuk menunjukkan rasa senang,
Koyal menutupi senyumnya dengan sobekan koran. Kemudian Koyal
juga memberikan gestur menari-nari kecil. Seluruh gestur tubuh Koyal
digerakkan dengan tempo cepat. Pada dialog “100 milyar” dan nomor
lotre Koyal, nada yang digunakan Koyal diberi penekanan dengan
berteriak.
4.2.4Mood Khawatir
Khawatir, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diklasifikasikan
Gambar 16. Koyal menutupi senyumannya dengan koran yang berisipengumuman nomor lotre (lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan
kode I.10/28.36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
dalam kategori kata sifat (adjektiva) dan diartikan sebagai takut (gelisah,
cemas) terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti. Pada data yang
ditemukan oleh peneliti, tekstur khawatir dapat dicermati dari dialog,
spectacle dan mood pada kode adegan I.9/26.03.
4.2.4.1 Gambaran Adegan
Pada kode adegan I.9/26.03, adegan yang ditunjukan adalah
peristiwa Mae khawatir terhadap Panut. Tokoh yang terlibat di panggung
ada dua yaitu Mae, Hamung, Retno dan Panut. Namun, tokoh yang lebih
menjadi sorotan adalah Mae. Topik pembicaraan Mae yang ada pada
adegan ini yaitu kekhawatiran Mae karena Panut pergi bersama Mas
Woto. Sedangkan, Mae menilai Mas Woto bukan orang yang baik-baik.
4.2.4.2 Hasil Analisis.
Mood khawatir Mae tidak diungkapkan secara eksplisit oleh Mae.
Ungkapan langsung yang merujuk pada rasa khawatir Mae justru
dimunculkan oleh Retno dan Hamung sebagai tanggapan dialog Mae.
Bahkan, tanggapan Retno mengandung diksi ‘khawatir’ yang merujuk
langsung pada perasaan Mae. Berikut kalimat yang menunjukan
kekhawatiran Mae dengan timpalan Retno dan Hamung;
MAE ` : Dia pasti mendapat celaka! Pasti mendapatcelaka! Tapi memang dia masih bocah. Bukansalahnya.
HAMUNG : Jangan pedulikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
MAE : Dia tidak bersalah. Dia masih bocah. Setiaporang harus…….
HAMUNG : Sama sekali tak ada salahnya. Tak ada yang salah.MAE : Orang tuanya yang salah. Tapi siapa orang
tuanya? Di sini saya orang tuanya. Jadi saya yangbersalah. Seharusnya saya terus menahannya.
HAMUNG : Tak ada gunanya.RETNO : Mae tak usah terlalu susah.MAE : Siapa bilang? Mae tak pernah bertanggung jawab.
Sekarang disini Mae berusaha jadi Ibu kalian.Salah satu di antara kalian sedang menuju kepenjara tanpa di sadarinya. Apakah Mae harusdiam saja?
RETNO : Mae tak usah khawatir. Saya tak akanmeninggalkan Mae (lih. Lampiran Tabel KlasifikasiAdegan kode I.9/26.03).
Melalui cuplikan dialog tersebut, kekhawatiran Mae dapat dijelaskan
dengan ketakutan Mae terhadap pilihan Panut yang mengikuti Mas Woto.
Bagi Mae, Mas Woto itu bukan orang yang baik-baik. Hal tersebut
ditunjukan dengan kalimat tidak langsung sebagai berikut; “Salah satu di
antara kalian sedang menuju ke penjara tanpa disadarinya” (lih.
Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03). Dengan kalimat itu,
logika yang muncul adalah jika Panut ikut Mas Woto pasti akan masuk ke
penjara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Secara spectacle, tekstur khawatir Mae ditunjukkan dengan Mae
melihat ke arah keluar Panut. Mae bergerak dengan cepat dan mondar-
mandir seperti orang kebingungan. Warna suara Mae agak tinggi dan
berbicara dengan cepat. Semua itu adalah respon spontan Mae ketika
Panut pergi tiba-tiba.
Gambar 17. Mae memandan ke arah Panut keluar(lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03)
Gambar 18. Mae khawatir dan menunjuk ke arah Panut keluar(lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Pada bentuk gestur selanjutnya, warna suara Mae agak tinggi dan
berbicara dengan cepat. Mae sesekali menunjuk dan melihat ke arah
Panut keluar. Kening Mae dikerutkan dan juga bibir Mae ditekukkan ke
bawah. Suara Mae sedikit bergetar seperti ingin menangis.
4.2.5MoodMarah
Marah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diklasifikasikan dalam
kategori kata sifat (adjektiva) dan diartikan sebagai sangat tidak senang
(karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dsb); berang; gusar. Pada data
yang ditemukan oleh peneliti, tekstur marah dapat dicermati dari dialog,
spectacle dan mood pada kode adegan II.13/46.54.
4.2.5.1 Gambaran Adegan
Pada kode adegan II.13/46.54, adegan yang ditunjukan adalah
peristiwa Tukijan yang memarahi Koyal. Tokoh yang terlibat di
panggung ada lima yaitu Tukijan, Hamung, Koyal, Mae dan Retno.
Namun, tokoh yang lebih menjadi sorotan adalah Tukijan yang terus
diberi tanggapan oleh Koyal. Topik pembicaraan Tukijan yang ada pada
adegan ini yaitu kemarahan Tukijan akibat dibangunkan Koyal hanya
untuk hal yang tidak penting bagi Tukijan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
4.2.5.2 Hasil Analisis
Mood marah Tukijan juga ditunjukkan secara tidak langsung. Dialog-
dialog Tukijan yang merujuk tekstur marah diungkapkan dalam bentuk
umpatan terhadap Koyal. Dialog-dialog seperti “Diam! Anjing!” dan
“Kau Menang! Asu!” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode
II.13/46.54) merupakan bentuk amarah Tukijan secara langsung. Penanda
puncak marah Tukijan juga ditunjukkan dengan sebuah ancaman bagi
Koyal melalui dialog “Kutampar kau nanti!” (lih. lampiran Tabel
Klasifikasi Adegan kode II.13/46.54).
Secara spectacle, tekstur marah Tukijan ditunjukkan dengan gestur
malas-malasan untuk bangun dari tidurnya. Ketika sudah terbangun,
Tukijan memegang kepalanya. Tukijan lalu berteriak “Diam, anjing!”,
memaki Koyal sambil memelototi Koyal.
Gambar 19. Tukijan bangun dengan jengkel(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode II.13/46.54)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Ketika sudah terbangun, Tukijan tiba-tiba bangkit berlutut sambil
masih memelototi Koyal yang duduk di bawah. Jemari-jemari Tukijan
tampak digerakkan menunjukkan kejengkelannya. Pada dialog
“Kutampar kau nanti!”, Tukijan menuding Koyal dengan telunjuk
kirinya. Pada dialog “Kau menang! Asu!”, Tukijan membentak Koyal.
4.2.6MoodMesra
Mesra, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diklasifikasikan dalam
kategori kata sifat (adjektiva) dan diartikan sebagai 1. lekat (terpadu dsb)
benar; merasuk; 2. sangat erat; karib; mendalam (tentang hubungan
persahabatan dsb). Pada data yang ditemukan oleh peneliti, tekstur mesra
dapat dicermati dari dialog, spectacle dan mood pada kode adegan I.11/39.35.
4.2.6.1 Gambaran Adegan
Pada kode adegan I.11/39.35, adegan yang ditunjukan adalah
Gambar 20. Tukijan membentak Koyal(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode II.13/46.54)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
peristiwa Tukijan menyatakan perasaan sayangnya pada Retno. Tokoh
yang terlibat di panggung ada lima yaitu Tukijan, Retno dan Mae. Namun,
tokoh yang lebih menjadi sorotan adalah Tukijan yang terus mengajak
berbicara Retno. Topik pembicaraan Tukijan yang ada pada adegan ini
yaitu rasa sayang Tukijan yang menyakinkan Retno bahwa Tukijan
mencintai Retno apa adanya dan mengajak untuk turut pergi dengannya
merantau .
4.2.6.2 Hasil Analisis
Mood mesra ditunjukkan melalui dua ekspresi tokoh yaitu Retno dan
Tukijan. Tekstur mesra tersebut dibangun oleh Tukijan dan dihidupkan
dengan respon Retno. Kemesraan Tukijan ditunjukkan melalui dialog
berikut; “Sama sekali salah kalau orang mengira bahwa niat saya ini
didorong oleh rasa ingin menolong. Kalau hanya lantaran perasaan itu
barangkali tak perlu sampai-sampai saya harus memperistri kau. Saya
membutuhkan kau. Tak lebih dari itu” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi
Adegan kode I.11/39.35).
Melalui dialog tersebut, Tukijan mengungkapkan rasa cintanya pada
Retno. Penegasannya adalah pada kalimat “saya membutuhkan kau”
sebagai bentuk cinta yang hendak disampaikan oleh Tukijan. Bahkan,
Tukijan hendak memperistri Retno. Sedangkan, kemesraan Retno muncul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
dengan penggunaan diksi ‘mencintaimu’ tetapi muncul secara ironis. Hal
tersebut ditunjukkan dalam balasan Retno terhadap Tukijan sebagai
berikut;
“Lantaran saya sangat mencintaimu, saya terpaksa menolak kauajak. Percayalah, kau akan lebih senang sekiranya kau berangkatsendiri. Tak ada orang yang akan merepoti kau. Waktu kau lebihbanyak” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.11/39.35).
Secara spectacle, tekstur mesra Tukijan diawali dengan teknik
muncul Tukijan yang berjalan pelan menuju Retno. Ketika Tukijan
masuk, efek musik yang memberikan kesan romantis dimainkan.
Sesampainya di dekat Retno, warna suara Tukijan lembut saat melafalkan
dialog untuk Retno.
Gambar 21. Tukijan berjalan pelan menghampiri Retno(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.11/39.35)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Pada dialog “Impian itu mesti diwujudkan, barulah ada artinya”,
Tukijan duduk perlahan di samping Retno namun masih ada jarak di
tempat duduk dengan Retno. Warna suara Tukijan masih lembut. Pada
dialog “Kalau kita sungguh-sungguh menghendaki, kita harus
mengangkatnya ke permukaan hidup kita. Saya kira begitu”, warna suara
Tukijan ditambahi ketegasan untuk meyakinkan Retno.
Gambar 22. Tukijan mengajak Retno untuk ikut merantau(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.11/39.35)
Gambar 23. Tukijan menyatakan perasaan cintanya pada Retno, bahkanmengajak Retno menikah (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode
I.11/39.35)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Pada adegan selanjutnya, Tukijan mendekatkan duduknya pada
Retno. Saat Retno beranjak, Tukijan langsung memegang tangan Retno,
menghalaunya untuk pergi. Warna suara Tukijan semakin meyakinkan
Retno. Pada dialog “Itu saja”, Retno tiba-tiba memeluk Tukijan. Lalu,
tangan Tukijan yang masih menggantung pun merengkuh punggung
Retno. Ketika Retno memeluk, efek musik bernuansa romantis
dimainkan sama seperti musik yang dimainkan saat Tukijan masuk ke
panggung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Periskop struktur dan tekstur drama dalam penelitian ini berawal dengan
menilik naskah drama dalam perspektif sastra (memahami intrinsik naskah drama),
lalu baru menilik pemanggungannya. Melalui naskah drama, suatu adengan dapat
dicermati melalui topik pembicaraan yang diangkat. Topik pembicaraan itu yang
kemudian menjadi dasar dari klasifikasi adegan. Setelah melalui klasifikasi
adegan, kita dapat memahami tangga dramaturgi yang dibangun dalam naskah.
Selain itu, kita dapat mengenali tokoh dan penokohan dalam membangun alur
cerita, seberapa peran dan andil tokoh tersebut dalam cerita.
Dalam pemanggungannya, struktur dan tekstur drama mengambil andil
dominan dalam kajiannya. Teks yang berupa naskah kemudian direalisasikan
menjadi bentuk audio visual. Proses realisasi ini membutuhkan tekstur drama,
yang dijabarkan dalam dialog, spectacle dan mood. Setelah melalui realisasi
panggung, struktur drama (characters, plot, dan tema) akan ditilik dari dua bentuk
bidang drama naskah dan pemanggungan.
Melalui klasifikasi tangga dramaturgi, beberapa adegan dipilah untuk
memahami setiap topik yang ditonjolkan. Dengan topik yang sudah
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
diklasifikasikan tersebut, progresi peristiwa dapat dicermati dengan jelas. Topik-
topik itu muncul dari dialog-dialog tokoh yang dinamis dalam peristiwa panggung
yang dibangun.
Berdasarkan klasifikasi adegan dari naskah dan pemanggungan, tema besar
pementasan Mega-Mega adalah penggambaran kehidupan orang miskin yang
mengejar impian mereka masing-masing. Hal tersebut ditunjukkan dengan
pemilihan tokoh, penokohan, latar, dan pilihan-pilihan akting yang merujuk pada
kehidupan kaum marjinal. Kehidupan mereka sederhana, hanya tidur di bawah
pohon beringin dan beralaskan koran ataupun kardus. Penegasan konsep tersebut
ditunjukkan dengan setiap tokoh yang selalu membicarakan konten tentang cara
mencukupi kebutuhan hidup dan bahkan berpikir tentang cara untuk menjadi kaya.
Secara eksplisit, adegan-adegan pada babak dua menggambarkan isi khayalan
orang miskin tentang kemakmuran dan kekayaan. Panut, Koyal dan Hamung yang
bermimpi memiliki uang banyak agar hidupnya enak. Retno dan Tukijan yang
bermimpi dapat hidup bersama. Mae yang bermimpi dapat hidup bahagia dengan
anak-anaknya.
Subtema kecil yang dapat ditafsirkan adalah tentang rasa kesepian kaum
marjinal dengan ilusi kemakmuran. Rasa kesepian yang dimaksud adalah adanya
afeksi-afeksi yang sengaja ataupun tanpa sengaja terepresi dengan ilusi
kemakmuran. Konsep sepi yang dimaksud dapat dicermati dengan sudut pandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Mae yang selalu menanggapi seluruh isi pembicaraan para tokoh dengan
perspektif merawat kehidupan. Secara keseluruhan, rasa sepi tersebut merupakan
bagian dari alienasi para tokoh antara cita-cita dan realita yang mereka hadapi.
Selain itu, tekstur drama yang muncul di pertunjukan lakon Mega-Mega ada
enam tekstur. Tekstur drama tersebut antara lain adalah tekstur sedih, tekstur
senang, tekstur marah, tekstur khawatir, tekstur kesal, dan tekstur mesra. Tekstur
yang muncul tersebut didukung adanya pendalam lebih juga dari unsur struktur
dramanya. Pada akhirnya, tekstur drama menjadi puncak terakhir dalam
menimbah informasi lakon yang dihadirkan dalam aksi panggung sehingga
informasi menyeluruh mengenai sebuah lakon dapat dipahami secara utuh.
Melaui hasil penelitian drama Mega-Mega, hubungan antara struktur dan
tekstur drama dapat dicermati saling melengkapi keberadaannya dalam bentuk
naskah drama dan pemanggungannya. Naskah sebagai sumber informasi awal dari
pertunjukan drama memberikan acuan teks untuk menilik struktur dan tekstur
drama. Kemudian ketika naskah dialihwahanakan menjadi pertunjukan, struktur
dan tekstur drama menjadi lebih riil untuk dipahami karena ada objek yang
mampu diamati dengan panca indera. Naskah menjadi obyek empiris dalam
bentuk susunan narasi tertulis dan pertunjukan menjadi obyek empiris dalam
bentuk media audio visual yang lebih konkrit. Oleh sebab itu, penelitian mengenai
struktur dan tekstur drama sangat perlu ditinjau dari dua sisi penyajiannya sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
naskah drama dan pertunjukan sebagai sumber referensi data serta acuan
intepretasi.
5.2 Saran
Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran yang
hendak dicermati penelitian lain yang ingin mengembankan topik mengenai
struktur dan tekstur drama:
5.2.1 Bagi Para Peneliti Lain
a. Penelitian ini mencoba mengembangkan pemahaman tekstur dan struktur
drama dengan dua perspektif yaitu naskah dan pemanggungan. Dengan
kesadaran dua perspektif tersebut, perspektif yang didapatkan lebih kaya.
Maka dari itu, ketika melakukan pengkajian mengenai struktur dan
tekstur drama perlu menilik keberadaan drama yang memiliki dua bentuk.
b. Penelitian tentang drama yang mengkaji naskah drama saja hanya akan
terjebak pada keterbatasan wacana yang didapat. Apalagi ketika
penelitian hanya berfokus pada unsur intrinsik drama. Naskah drama
akan menjadi utuh informasinya ketika dimainkan dalam panggung. Dari
situ, kita dapat melihat bentuk utuh realisasi suatu drama. Maka dari itu,
penelitian drama hendaknya didasarkan dari naskah drama dan juga
pemanggungannya.
c. Bagi penelitian selanjutnya yang berfokus dalam mengkaji sturktur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
tekstur drama, perlu untuk mencermati hubungan naskah dan
pemanggugan yang melalui proses penyutradaraan. Dalam penelitian ini,
keberadaan naskah dapat menjadi berbeda sesuai dengan kebutuhan
pemanggungan. Namun dalam realisasinya, proses adaptasi
penyutradaraan tidak mengubah garis cerita dan wacana yang hendak
diangkat.
5.2.2 Bagi Para Guru Bahasa Indonesia dan Guru Drama
Penelitian ini hendaknya menjadi pendoman untuk menyusun rancangan
pembelajaran dengan pada pembelajaran drama di sekolah. Pembelajaran drama
tidak hanya mengacu pada unsur intrinsik tetapi memberikan pemahaman yang
menyeluruh mengenai drama. Dengan bentuk yang ditawarkan penelitian ini,
pencermatan terhadap struktu dan tekstur dapat menjadi tawaran alternatif
dalam memahami topik pengajaran drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
DAFTAR PUSTAKA
Barranger, Milly S. (1993). Understanding Plays (2ed.). Massachusetts: Ally &Bacon ADivision of Simon & Schuster, Inc.
Benedetti, Robert. (1997). The Actor at Work (7ed.). USA: Allyn & Bacon AViacom Company.
Boleslavsky, Richard. (2005). Acting: The First Six Lessons. New York: Routledge
Brockett, Oscar G. (1964). The Theatre an Introduction. USA: Holt, Rinehart andWinston, Inc.
Cameron, Kenneth M & Hoffman, Theodore J. C. (1974). A Guide to TheatreStudy (2ed.). USA: Macmillan Publishing Co. Inc.
Cohen, Robert. (2010). Theatre (9ed.). New York: McGraw-Hill Companies, Inc
Dahana, Radhar Panca. (2001). Homo Theatricus. Magelang: IndonesiaTera.
Hamzah, A. Adjib. (1985). Pengantar Bermain Drama. Bandung: CV. ROSDA.
Harrop, John. (1992). Acting. New York: Routledge.
Harymawan, RMA. (1988). Dramaturgi. Bandung: CV. ROSDA.
Kahan, Stanley. (1991). Introduction to Acting (3ed.). USA: Allyn&Bacon ADivision of Simon & Schuster Inc.
Kernodle, George R.. (1967). Invitation To Theatre. New York: Hancourt, Brace& World, Inc.
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Martono, Nanang. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan AnalisisData Sekunder (2Ed, Cet.4). Jakarta: Rajawali Pers.
Morettini, Donna Soto. (2010). The Philosophical Actor: A Practical Meditationfor Practicing Theatre Artist. USA: Intellect Ltd.
Muslich, Masnur. (2008). Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif SistemBunyi Bahasa Indonesia. Jakarta Timur: Bumi Aksara.
Ratna, Prof. Dr. Nyoman Kutha. (2012). Teori, Metode, dan Teknik PenelitianSastra Dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme: Perspektif WacanaNaratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Satoto, Prof. Dr. H. Soediro. (2012). Analisis Drama dan Teater Bagian 1.Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Sitorus, Eka. (2002). The Art of Acting. Jakarta: Gramedia.
S, Hardo. (1992). “Arifin C Noer, Sineas Lengkap”. Suara Karya Minggu(Minggu Ketiga Agustus).
Wahono, Tri (Ed). “Mega-Mega Karya Arifin C. Noer Pentas di GKJ”.Kompas.com diunggah pada 21 Oktober 2013 pukul 17.14 WIB.
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
LAMPIRAN
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Tabel Klasifikasi Adegan dalam Video PementasanMega-Mega
No Adegan Menit Dialog Kode AdeganBagian Pertamadi bawah mega
1 Mae duduk di bagianbelakang panggung
sedangkan Retno sedangmangkal di lampu taman
00.45 - 03.29 Retno menyanyikan lagu Bukak Sithik Jos
MAE : Tidak kalah dibanding Srimulat. Tambahan diacantik. Seperti aku! Persis. (diam) Cantik dantersia. (tiba-tiba seperti mencari sesuatu di sekelilingnya,tapi ia pun tersenyum apabila sadar yang dicarinya itusebenarnya tak ada. Lalu ia berseru keras) Retno! Suaramumerdu.
RETNO : Ho-oh! (kembali menyanyi)
MAE : Percaya. Asli! tidak dibuat-buat.
(Mereka bercakap tanpa saling menengok dan keduanyamenerima cahaya listrik dari lampu yang tergantung padatiang listrik yang berhadapan dengan beringin itu )
MAE : Sebenarnya dia bisa ngamen (berseru) kamu bisa
I.1/00.45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
ngamen?
RETNO : Segala bisa. Asal mau. Apalagi cuma ngamen..
MAE : Kenapa kau tidak ngamen saja?
RETNO : Sama saja. (Menyanyi lagi)
MAE : Tidak. Kalau kau ngamen, untung-untung bisamasuk radio. Pasti bisa. Kalau kau masuk radio kau akanlebih baik.
RETNO : (pergi menjauh dari tiang lampu)
MAE : Semuanya harus dicoba!
RETNO : Sama saja. Sama edan. (menyanyi lagi tapi barusekecap ia berhenti). Sama edan. Sama…alaaahh setan!(menyanyi lagi)
2 Seorang pemuda masuklewat di depan Retno,kemudian Retno
03.34 - 03.46 MAE : Saya kira enak ngamen. Cobalah. Tidak salahnya.Kenapa?
I.2/03.34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
mengejarnya RETNO : Diam (pada yang lewat). Mampir Mas!
(Pemuda itu cuma lewat tapi jelas ia naik nafsu. Pemuda itulari dan Retno mengejarnya)
3 Panut masuk ke dalampanggung dengan panikkarena suaranya hilang.Mae menjadi khawatir
karena Panut tiba-tiba bisu.Seketika, Panut tertawamengejek Mae karenatertipu oleh Panut.Kemudian Panut larikeluar panggung dan
dilempari botol oleh Mae
03.50 - 04.46 (Muncul Seorang pemuda remaja. Ia mendekati Mae denganisyarat-isyarat tangannya, berlaku seperti orang bisu.Namanya PANUT.)
PANUT : (menunjuk-nunjuk perutnya dengan mulutnya)bbbbb….aaaaa..a….bbbb..bbb,,aaaa
MAE : (jantungnya bergertar sangat cepat) Kenapa? Kenapakau? Kenapa kau? Kenapa kau, Panut? Panut?
PANUT : bbbbb….aaaaaa..bbb….
MAE : Gustiku. Gusti Pangeran. Kenapa? Gusti. Kenapakau jadi bisu?
PANUT : (menggeleng-geleng) AAAaaaaa..aaa..bbbbb..
MAE : (menangis) Gusti. Saya jadi bingung. Siapa yang
I.3/03.50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
salah? Kenapa? Panut, anakku Panut.
( Tiba-tiba Panut tertawa sangat keras.)
MAE : Edan!! (melemparkan botol pada Panut)
(Panut terus tertawa)
MAE : Kurang ajar (mengambil sebilah kayu danmengacung-acungkan kayu itu) Awas kalau kau ulangi.Ayo!
( Panut menyusup kegelapan seraya tertawa )
4 Mae menuju ke belakangmenenangkan bayi yang
menangis denganmenyanyikan lagu karena
ulah Panut
04.47 - 05.31 MAE : Kurang ajar. Anak nakal……Tidak. Bukan kausayang. Diam, sayang, (melemparkan kayu itu) Nah, diamsekarang. Panut nakal, ya? (menyanyikan lagu Lelo Ledung)
I.4/04.47
5 Panut masuk lagi kepanggung lalu mengobroltentang pekerjaan dengan
Mae
05.32 - 12.32 (Panut muncul lagi. Ia masih tertawa)
PANUT : Gampang. Gampang, Mae! Lebih gampang darimencopet,
I.5/05.32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
MAE : Kau ini sedang apa?
PANUT : Tapi ada cara lain. Menari. (menari jawa serayamulutnya memusiki). Ha, ini lebih gampang tapi saya harusmembedaki dan menghiasi muka segala. Terlalu banyakkerja.
MAE : Nanti dulu. Kau ini sedang bicara apa?
PANUT : Saya tidak akan mencopet lagi.
MAE : Berapa kali Mae bilang? tidak usah kau belajarmencopet. tidak baik.
PANUT : Soal baik tidaknya saya tidak peduli. Soalnyatangan ini. Sial. Sudah dua tahun saya berlatih tapi takpernah saya berhasil. Bagaimana saya tidak jengkel.
MAE : Jengkel pada siapa?
PANUT : Pada diri saya sendiri. Coba di pasar Bringharjo.Jelas laki-laki itu orang yang ceroboh. Artinya kalau sajapinter dan cekatan tentu handphonenya sudah sayadapatkan. Tapi tangan saya gemetaran. karena gemetarrusak segalanya. Handphone sudah ditangan tapi kaki sukar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dilangkahkan. Terpaksa handphone itu saya kembalikanketika mata laki-laki itu melotot dan segera sayamenghilang. (sembunyi di kolong kursi)
MAE : Apa kata Mae? Nguli saja, nguli saja. Kau nekatcoba-coba belajar nyopet. Nguli lebih baik dari apapun yangdapat kau lakukan. Mae juga ingin nguli saja kalau adaorang yang suka. Tapi Mae sudah terlalu tua. Cari kerjauntuk orang semacam Mae yang tidak punya tempat tinggaltentu sangat sukar. Orang takut kepada kita. Orang sukarpercaya. Percayalah Panut. kalau nguli kau bisa merasasenang.
PANUT : Saya tidak akan mencopet lagi.
MAE : Nah, itu baik sekali. Mae percaya kau memang anakyang baik. Kau pernah dengar suara adzan tidak?
PANUT : Setiap kali saya dengar.
MAE : Maksudku kau percaya pada Tuhan tidak?
PANUT : Seperti setiap orang. Tapi Mas Woto bilangTuhan itu tidak ada. Tuhan itu arak. Candu. Tuhan itu asap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
rokok. Kata Mas Woto.
MAE : Tidak usah didengarkan. Kau sendiri percaya tidak?kalau kau percaya memang tak layak kau mencopeti barangmilik orang lain.
PANUT : Saya bilang saya tidak akan mencopet lagi.Bajingan. Kemarin saya coba-coba bantu Mas Wiryo tapisial juga.
MAE : Membantu apa?
PANUT : Maling.
MAE : Astaga.
PANUT: Untung saya tidak tertangkap. Kasihan Mas Wiryo
MAE : Maling itu kan lebih jahat daripada mencopet.
PANUT : Tentu saja, maling itu kan tidak berjiwa ksatriaseperti pencopet.
MAE : Bukan itu maksud mae!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PANUT : Soalnya tangan ini Mae. Sial. Tapi Tunggu dulu.Tadi itu Mae betul-betul percaya to? Kalau Panut bisu?
MAE : Haduuuuuuh, hampir Mae tidak bisa bernapas tadi.Kaget bukan kepalang. Kok tiba-tiba kamu jadi bisu tadi.Padahal kamu itu anak mae yang paling cerewet. Banyakomong banyak cerita.
PANUT : Itu sudah cukup. Itu namanya saya berhasil.Besok pagi saya akan mulai
MAE : Mulai apa?
PANUT : Ngemis
MAE : Astaga
PANUT : Apa salah?
MAE : Panut! Kalau kamu anak saya, kupingmu itu sudahsaya jewer. Otot mu masih kuat tubuh mu masih utuh.Kamu mau minta-minta seperti tua bangka yang tersiasebatang kara? Oalah le le. Kakimu itu akan membusukkalau tidak dipakai buat bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PANUT : Ngemis kan juga kerja. Kamu kira ngemis ituenteng? Kan makan tenaga dan perasaan juga. Soalnyabukan itu. Soalnya sial saya ini. Dan lagi soal makan, bukansoal perasaan.
MAE : Ya, tapi kau masih kuat untuk bekerja. Bekerjabaik-baik maksud Mae. Tidak mencelakakan. Ngulimisalnya. Kau bisa seperti Tukijan. Begitu rajin dia bekerjadi pasar. Tapi dasar orang suka bekerja dan rajin. Tadipagi-pagi benar ia pergi ke Sumantrah.
PANUT : Siapa?
MAE : Tukijan. Pagi tadi ia naik kereta api ke Jakarta. Darisana nanti ia nyeberang ke Sumantrah.
PANUT : Mulut rusak. Baru saja saya lihat dia sedangnongkrong dekat bioskop.
MAE : Siapa?
PANUT : Tukijan.
PANUT : Percaya terserah, tidak terserah. Bukan urusansaya! Tikarnya Mae. Saya kira enak sekali malam terang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
bulan ini tidur di tengah alun-alun (tertawa) Tukijan,Tukijan.
6 Retno masuk ke panggunglalu mengobrol tentangmelahirkan dan anak
dengan Mae
12.34 - 22.12 Tiba-tiba muncul Retno dari kegelapan.
RETNO : Sial!
PANUT : (seraya membaringkan badan)
RETNO : Lama-lama aku ingin pergi dari tempat ini
MAE : Ke mana?
RETNO : Ke mana saja
MAE : Kalau kau bilang begitu pada Tukijan dia pastisudah…..
RETNO : Diam! Si banci itu lewat lagi.
(Pemuda yang tadi muncul lagi dari kegelapan)
RETNO : ( membusungkan dadanya) Mlampah-mlampahdik?
I.6/13.34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
(Setelah beberapa lama berpaling dengan nafas yang kacausegera pemuda itu menghilang dalam kegelapan)
RETNO : Banci sintiiing banci sinting banci sintiing!UUuuh! (meludah) Pasti Mahasiswa dia. Nafsu melimpahuang cuma serupiah.
PANUT : Ngaku santri lagi.
RETNO : Tahu saya. Dia sering lihat dia lewat. Kalau sayasedang mencuci ia selalu lewat. Kalau siang ia buangmukanya jauh-jauh dari saya (meludah). Tapi kalau malamniak turun nafasnya melihat kecantikan saya (tertawa).Besok malam saya peluk dia dari belakang (meludah)Pura-pura.
MAE : Kau memang cantik.
RETNO : Menggiurkan! (tertawa pahit lalu meludah)
MAE : kau tidak pernah mengandung?
PANUT : (tertawa keras)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
RETNO : Apa?
MAE : Kau tidak pernah mengandung?
RETNO : Gila! (senyum pahit tapi genit) Diam!
MAE : Tidak habis-habis kau mengutuk.
RETNO : (tak tahu kepada siapa) Gara-gara kau semuanyaserba sial.
MAE : Tidak baik. Apalagi untuk malam ini. Aku bilangsekarang. Malam ini malam terang bulan. Sangatmenyenangkan tidur di alun-alun ini. Di muka pagelaran.Berkat. Sinuwun itu sakti. Alangkah segarnya. Kita bolehmelamun dengan sempurna di sini.
PANUT : Tidak bau air kencing seperti di Musium
MAE : Nyaman. Banyak angin. Tapi juga angin yang baik.Bersih. Anak-anak mesti dilindungi dari angin yang terbaiksekalipun (muncul musik ilustrasi Lelo Ledung)
RETNO : Tukijan edam!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
MAE : Apa?
RETNO : Bulan—–AH, Setan!
MAE : Kuning montok seperti kau (diam) Kau kira enakorang tidak punya anak?
RETNO : (diam)
MAE : Retno!
RETNO : (malas) Hmmmm? (Makin kesal) Alaaaah setan!
MAE : Kau kira enak orang tidak punya anak?
RETNO : (diam)
MAE : Kau pernah mengandung?
RETNO : Ho-oh!
MAE : Berapa kali?
RETNO : Satu kali tapi persetan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
MAE : Berapa?
RETNO : Satu!!
MAE : Enak?
RETNO : Sakit!
MAE : Jadi sungguh-sungguh?
RETNO : (diam) Persetan!
MAE : Sungguh-sungguh sakit?
RETNO : Iya. kalau Mae ingin tahu, melahirkan itu rasanyasakit.
(Sunyi sebentar)
MAE : Anak-anak manis. Semua orang berjuang untukmereka. (tiba-tiba bergetar dadanya) Aduuuuhbiyuuuung…..(kepada Retno) Kemana anak itu?
RETNO : (meledak) Mati!!!! (menyesal) Dia mati!!!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
MAE : (marah) Kau juga yang salah.
RETNO : (meledak) Jangan banyak mulut!!! (diam) MaafMae
MAE : Kau yang patut disalahkan. Sebenarnya kau bisaberrbuat yang lebih baik.
RETNO : Memang. (tiba-tba) Aduuh! Setan!
MAE : Memang. Selalu ada pemecahan buat setiappersoalan. Tapi kau malas mencari.
RETNO : Bukan aku.
MAE : Kau!
RETNO : Bukan.
MAE : Orang punya anak itu mesti prihatin! Mesti hati-hati.kau tahu, Retno? Angin itu lembut ya? Nyaman ya? TapiAngin itu berbahaya bagaimanapun juga. Yang enak dibadan tidak selamanya enak di hati. Yang enak di hati tidakenak di badan. Kau harus jujur. He, Retno angin bukan?Angin itu kosong kelihatannya padahal setan isinya. Kau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
tidak hati-hati. Tidak mau, kau salah.
RETNO : Bukan aku. Suamiku.
MAE : Kau! Kau adalah Ibunya!
RETNO : Dan suamiku adalah bapaknya! Dia harus carimakan.
MAE : Apa dia tidak cari makan?
RETNO : Cari makan! Untuk perkutut! (tiba-tiba iamenangis. ia menghindar. Beberapa lama ia tersedu)Sebenarnya aku sangat sayang padanya.
PANUT : (bangkit). Tadi Koyal makan, Mae? (karena Maetidak menjawab, ia kembali berbaring)
RETNO : Sejak gadis dulu aku mengidamkan dapatmelahirkan anak laki-laki. Anak itu laki-laki dengan matayang teduh seperti kolam. Hatiku selalu bergetaranmenyanyi setiap kali bertemu. Tapi makin lama mata itumakin kering sebab bapaknya tidak pernah melakukanapa-apa. Suatu ketika aku sakit. (lama diam) Anak itu sakit.Kelaparan. Ia mati. Sejak itu aku hampir gila oleh perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
kecewa dan kesal. (diam) Suatu hari suamiku pulang setelahmenuntaskan bergelas-gelas arak. Bukan main aku marah.Dan sekonyong nasib turut campur. Rumah itu terbakar(gerahamnya merapat ketat) Setan! Setan!
MAE : Pendeknya kalian berdua. Kalian berdua salah.Kalian malas. Kalau anak itu sekarang masih hidup,barangkali ia sudah cukup mampu menolong kau. Sayayakin kau sangat menyesal dan suatu ketika kau bisa gilabila kau merasa kangen kepada anak yang malang itu.
RETNO : Sudahlah.
MAE : Retno….
RETNO : (diam pergi dan bersandar pada tiang listrik)
MAE : Tapi tidak semua orang melahirkan anak.
PANUT : Laki-laki tidak.
RETNO : Dan….
MAE : Dan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
RETNO : Dan perempuan seperti aku. Lonte.
MAE : Tidak.
RETNO : Kenapa?
MAE : Perempuan seperti Mae. Ya, tidak?. Tidak semuaperempuan. Saya telah menjalani hidup tidak kurang darilima puluh tahun, panjang dan lengang. Tidak pernahsekalipun melahirkan anak.
RETNO : Mae memang mandul.
MAE : (marah) Saya tahu! Tahu! Tahu! Saya tahu!(menangis dan mengusap-usap matanya)
RETNO : (menyesal akan omong tadi tapi didahului Mae)
MAE : (seraya menangis) Setiap orang dijagat raya.Semuanya. Seluruh isi jagat. Semut-semut pun tahu sayaperempuan mandul. Tapi tidak sepatutnya kau berkatabegitu dihadapan saya.
RETNO : Saya minta maaf. Mae
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
MAE : (makin reda tangisnya) Saya kesepian. Sayasungguh-sungguh kesepian sebagai perempuan. Tidak itusaja. Bahkan saya sangat kesepian sebagai manusia.Sampai-sampai saya sangsi pada diri saya sendiri.Sampai-sampai saya tidak tahu lagi dimana saya ini berada.Betul-betul seperti mimpi. Mimpi yang sangat buruk! Kalausampai pada tempat itu alangkah ngerinya. Saya tidak lagidapat melihat apa-apa. Saya mulai menyangsikansemuanya. Saya sangsi apakah saya ada atau tidak ada. Atauapakah yang ada dan apa yang tidak ada. Apakah saya yangada dan yang lain tidak ada. Atau apakah yang lain ada dansaya tidak ada. apakah….tak taulah! Seluruhnya hanyalahjalanan panjang yang lengang tak berujung. Sementaratapak kaki mulai kabur.(diam) Segala yang hidup disibukioleh tugas kewajibannya masing-masing. TapiMae…perempuan kertas yang dipinjami nyawa cuma.Tersia dan disingkirkan dimana-mana.
RETNO : Kita sama-sama Mae.
7 Hamung masuk ke dalampanggung lalu tiba-tibamembicarakan tentangTukijan. Seketika, Mae,
22.13 - 24.30 HAMUNG : Maunya kita sama-sama, tapi si Tukijan ituplintat-plintut seperti orang banci. Saya kira dia sudah tidurdi Senen dan niat saya pagi nanti akan menyusulnya.Setidaknya saya tidak langsung ke sana. Saya memang
I.7/22.13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Panut dan Retno ikutmembicarakan Tukijan
belum berniat kesana. Ee, tahu-tahu, baru saja keluar daristasiun sore tadi, keluar dengan karcis di tangan,, nyelononghidungnya.
RETNO : Hidung siapa?
HAMUNG : Tukijan.
MAE : Betul, Retno. Panut juga bilang begitu.
PANUT : (bangkit) Betul. Aku juga melihatnya di Bioskop .Mula-mula aku kira mataku yang salah. dan aku mengiracuma hantu atau rohnya., (tertawa) agaknya memangTukijan.Jaaaaan!….. Jan!
MAE : Saya juga heran.
PANUT : Kan saya sudah bilang tadi Dia saya temi dekatbioskop. Lagi melamun. Tapi juga seperti orang bingung.Ah, dia itu. Seperti bukan laki-laki saja. Nih, lihat. Panut!
RETNO : (tak ambil perduli pada Panut seperti yanglainnya juga) Kalau begitu….(tersenyum dan dibaliksenyumnya ia menyembunyikan sesuatu) Aneh sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
bukan?
HAMUNG : Aneh sekali. Dia itu orang yang teguhpendirian. Tapi, eh. Mengherankan sekali. Saya tanyakenapa dia belum berangkat padahal dia sudah pamit padakita, ia cuma diam.
PANUT : Bukan mustahil ia pun telah pamit dan mintarestu pada Kanjeng Sinuwun. (tertawa) Memang sedih jugakalau dia jadi berangkat. Tapi memang aneh….
MAE : Waktu adzan subuh tadi pagi untuk pertama kalinyasaya menangis seperti seorang Ibu yang sedang melepasanaknya pergi jauh. Tidak kurang dari satu jam mata sayameneteskan air. Berkali-kali saya menggelengkan kepala.Mulut saya tak henti-henti berdoa. Eh, tahu-tahu dia belumberangkat. Betul kata orang dulu. Orang yang bepergian takmerasa tenang kalau ada diantara orang yangditinggalkannya belum rela.
8 Hamung dan Panutmenyinggung tentang
Koyal. Mae lalu berceritatentang keinginannya
24.31 - 26.00 RETNO : Biasanya dia sudah datang.
PANUT : Siapa? Tukijan?
I.8/24.31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
terhadap anak-anaknya RETNO : (genit) Cih! Koyal!
PANUT : O, Koyal. Daripada menunggu lama-lama, Kanada saya? (tertawa)
RETNO : Ee
MAE : Memang. Biasanya Koyal terus saja nyelonongkalau kita sedang asyik-asyinya ngobrol
HAMUNG : Yakin saya. Dia bisa gila. Setengah mati diaingin jadi orang kaya.
PANUT : Impiannya selangit
HAMUNG : Lucunya dia cumua ingin punya uangbertumpuk. Tapi sintingnya, sedikitnpun ia tidak maubekerja. Ia cuma ngemis.
PANUT : Makan pun tak mau ia urunan seperti kita-kita ini.Dia cuma makan. Bayar tidak mau.
RETNO : (tertawa) Dan edannya uang hasil minta-mintanya ia belikan lotre. Entah sudah berapa puluh lembar lotre
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
dibelinya. Satu kalipun belum pernah ia menang.
PANUT: Kalau makan dia tidak pernah urunan.
MAE : Biarkan ia tidak urunan. Ini permintaan Mae. Maebilang, kalau kalian semua yang Mae masakkan boleh Maeanggap sebagai anak-anak Mae. Dan sudah umumnyaanak-anak. Tidak semuanya rajin. Mae ingin kalian semuarukun satu sama lain. Sedikit-sedikit yang malas diajarkerja. Sedikit-sedikit yang suka nyopet diajar kerja. Maeingin semua senang lahir batin.
9 Panut diajak Woto untukbekerja. Mae melarang
karena khawatir. Tiba-tibakeluar mengikuti ajakan
Woto, lalu Maemenceritakan
kekhawatirannya.
26.03 - 28.35 (Terdengar suara daari jauh : NUUUUT!! AYO!! )
PANUT : Itu suara Mas Woto. (berseru) Hooooiiii!!
MAE : Tak usah turut Panut. Tak usah. Lebih baik kaupura-pura tak dengar.
PANUT : (berseru) Kemana Mas?
( Terdengar dari jauh : Ada makanan! Cepat! )
MAE : (gelisah) Jangan turut, Nak. Jangan. Kasihan dirimu.
I.9/26.03
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PANUT : (semangat) Sebentar Moaaasss!
( Panut pergi Mae terluka dan sedih )
MAE `: Dia pasti mendapat celaka! Pasti mendaat celaka!Tapi memang dia masih bocah. Bukan salahnya (menangis)
HAMUNG : Jangan pedulikan
MAE : Dia tidak bersalah. Dia masih bocah. Setiap orangharus…….
HAMUNG : Sama sekali tak ada salahnya. Tak ada yangsalah.
MAE : Orang tuanya yang salah. Tapi siapa orang tuanya?Di sini saya orang tuanya. Jadi saya yang bersalah.Seharusnya saya terus menahannya.
HAMUNG : Tak ada gunanya.
RETNO : Mae tak usah terlalu susah.
MAE : Siapa bilang? Mae tak pernah bertanggung jawab.Sekarang disini Mae berusaha jadi Ibu kalian. Salah satu di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
antara kalian sedang menuju ke penjara tanpa di sadarinya.Apakah Mae harus diam saja?
RETNO : Mae tak usah khawatir. Saya tak akanmeninggalkan Mae.
MAE : Semua akan meninggalkan Mae pada akhirnya.Suamiku yang pertama pun berkata begitu dulu, tapiakhirnya ia pun mengusirku juga. Dan kemudian suamikuyang bernama Sutar meninggalkan aku. Malah suamikuyang paling setia dan paling tua pergi juga. dimakan gunungmerapi.
RETNO : Tidak, Mae. Saya juga sebatang kara. Saya jugatersia. sebab itu saya lebih senang dengan Mae. Berkumpulsangat membantu mengurangi kesusahan.
MAE : Tidak. Kau tidak tersia. Kau masih muda. Belummasanya kau berputus asa. Sekiranya kau menurut nasihatMae dan tak usah kau menjadi….
RETNO : (memotong) Mae.
MAE : Retno. Mae sayang sekali padamu. Pada Hamung,pada Tukijan, pada Koyal, pada Panut dan pada siapa saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
yang memandang Mae sebagai Ibunya, Mae betul-betulkesepian.
RETNO : Sudahlah Mae.
10 Koyal masuk denganperasaan gembira karenahampir menang lotre lalumelantur tentang kekayaan
28.36 - 39.23 ( Ketika cuma beberapa angin yang berkata. Tiba-tibaterdengar teriakan Koyal : HOOOOIIII! Aku dapat lotre!!Hoooiiii!!! Aku menang!! )
MAE : (menghapus air matanya) Koyal.
RETNO : Dapat lotre. Dia menang.
( Lelaki kurus tinggi berkulit terang, meski banyak daki,dan berambut lurus, muncul dengan nafas kacau)
KOYAL : Wah! saya cari kemana-mana, rupanya kaliandisini
MAE : Kita disini malam ini. Malam terang bulan. Malamsyyura. Malam penuh berkah.
KOYAL : Betul! Malam berkah melimpah (tertawamenang) Lihatlah kedua tanganku. Di tangan kiri ; lembaran
I.10/28.36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
lotre. Di tangan kanan sobekan koran.! Kalian tahu? Akutelah menyobek koran yang terpasang di muka gedungAgung. Aku terlalu girang. Aku sobek saja koran itu. Takpeduli! ( tertawa )
MAE : Koyal…..
RETNO & HAMUNG : (hampr bersamaan) Kau menang?
KOYAL : ( tersenyum bangga ) Hampir!
RETNO : Ha?
KOYAL : (tersenyum bangga) Hampir! Cuma beda sedikit.Beda satu (tertawa)
RETNO : Edan.
HAMUNG : Biasa. Kepala penjol otaknya ya penjol.
MAE : ( riang ) Anakku dapat lotre!
KOYAL : (bangga) Hampir Mae.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
MAE : Syukur. Syukurlah. Hampir.
KOYAL : Kau lihat, Mung. Pada koran ini tertulis : “hadiahseratus miliar pada nomer 432480,”, sedangkan punyaku432488. Ha, beda satu, kan? (tertawa senang) Hampir akumenang. Betul tidak?
HAMUNG : Belum menang sudah hilang ingatan.
KOYAL : Tak ambil pusing aku. Yang penting aku hampirmenang. Artinya tak lama lagi aku pasti menang. Kau lihat,Muung. (menunjukan lot yang lain) Nih, aku sudah belilagi. tidak cuma itu malah. Baru saja aku tanya tukangnujum. Burung glatik yang cerdik itupun menjanjikankemenangan itu. Satu kartu dengan gambar bunga mawar,satu kartu dengan gambar pohon beringin, satu kartu dengangambar rumah. kau mesti tak percaya?
HAMUNG : Kau sendiri percaya?
KOYAL : Tentu saja. Saya sudah bayar kok
HAMUNG : Ya, udah. Sama saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
KOYAL : Apanya yang sama?
HAMUNG : Ya, kalau kau sendiri percaya pada tukangnujum itu, saya ya turut-turut percaya. Biar kau senang. Kaukan slalu ingin senang?
KOYAL : (tertawa) Bagaimana kau ini. Senang itu kantujuan semua orang?
HAMUNG : Syukur, kalau kau mengerti itu.
KOYAL : Ah. Kalau kau percaya saya mengerti itu. Itusudah sejak semua orang tua saya hilang.
HAMUNG : Ya, sudah. Percaya. (diam) Nah saya yakin kautelah melupakan sesuatu.
KOYAL : Apa?
HAMUNG : Nah betul kan? Belum kejatuhan uang kausudah melupakan sahabatmu sendiri.
(Koyal mengeluarkan suling dan yang lain tertawa melihattingkahnya)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
KOYAL : (tertawa) mana bisa saya lupa? (mengambilsuling dari selipan ikat pinggangnya). Mau lagu apa?
MAE : Leloledung, Yal
KOYAL : Aduh. Lagu nenek-nenek
RETNO : Koyal sih biasanya lagu India.
KOYAL : Dengarkan aku punya lagu baru
(Koyal memainkan lagu india dan semua ikut menari)
HAMUNG : Koyal pintar ya?
RETNO : Kau memang pintar, Yal.
MAE : Anakku pinter…..
KOYAL : (berhenti) Itu sudah bakat. Pinter itu sudah bakatsaya. Kau sendiri pernah dengar cerita ayah saya yang dulupernah jadi Kumico. Sudah lumrah kalau ia punya anaksepintar saya. Cuma sayangnya mereka terlampau cepatmati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
HAMUNG : Maumu kapan?
KOYAL : Apanya yang kapan?
MAE : Hamung, sudah.
HAMUNG : (keras) Maumu kapan orang tuamu mati?
KOYAL : Mau saya setelah saya dewasa. Tapi merekaterburu matii dan membiarkan saya terlunta-lunta(melamun) Semua sudah mati. Saya kan butuh makan danminum. Saya juga kepingin jajan. Makanya saya ngemis,beli lotre. Kalau saya kaya .....
HAMUNG : tentu tidak miskin
KOYAL : Tidak, tentu saya bisa memperkembangkan bakatkepintaran saya. Lalu saya fikir…
HAMUNG : (memotong) Lalu saya melamun (tertawa)
MAE : Hamung.
RETNO : (tertawa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
KOYAL : ( tidak peduli ) Lalu saya fikir saya harus punyabanyak uang dulu. Malah akhir-akhir ini saya mencintaiuang. Mengapa tidak? Saya telah melihat rumah yangbagus-bagus. Saya telah melihat mobil yang bagus-bagus.Saya telah melihat segala apa saja yang hanya bisadidapatkan dengan uang. Lalu…
HAMUNG : …..ngemis (tertawa bersama Retno)
KOYAL : ……lalu saya mulai mengumpulkan uang. Tapipasti terlalu lama. Lalu saya belikan lotre. Dan baru sajasaya hampir menang (tertawa) Itu tandanya tidak lama lagisaya akan menang. Dan kalau saya menang dan menang danmenang dan menang…dan menang lagi….oh, uang saya.Bertumpuk setinggi gunung Merapi. (tertawa) Ya, Mung.Kau boleh pergi ke Jakarta besok dan membuat rumahsetinggi pohon kelapa, dan di sebelahnya, Tukijan bolehmembangun rumah yang besarnya lima kali keraton. Apayang saya perbuat?
HAMUNG : Ngemis. (tertawa bersama Retno)
KOYAL : Tidak. Saya akan mendirikan di antara rumahraksasa itu hanya sebuah gubug kecil saja. Tapi..dengar.Kalau jam tujuh pagi saya, Raja Uang, Keluar dari gubug
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
itu dengan dua buah koper penuh berisi uang. Jangan lupa,becak langganan saya sudah menunggu di muka. Dengandua koper itu saya berkeliling kota. (tertawa) Orang-orangdi sepanjang jalan bersorak sorak ; Hidup Raja Uang,Hiduup Raja uang! Tentu saja saya hanyamanggut-manggut. Dan dari koper itu, sayahambur-hamburkan uang. Pasti saya tertawa menyaksikanorang-orang berebutan uang seperti anak-anak ayam. Nah,kalau sudah jam 2 siang saya pulang. Uang habis samasekali. Dalam gubug ajaib itu saya tidur siang. Tidur di ataskasur yang berisi uang. Berbantalkan bantal yang berisiuang, seraya memeluk guling berisi uang (tertawa). Sorenyasaya keluar jalan-jalan dengan empat buah koper berisiuang. Tentu saja kali ini saya mesti menyewa mobil.Tiap-tiao rumah saya masuki dan saya taburi dengan uang.Terutama sekali rumah kau dan rumah Tukijan. (tertawa)Dan kalau sudah habis…
HAMUNG : (memotong) Ngemis lagi.
HAMUNG : (melihat kejauhan) Itu dia si Tukijan. Ia sedangmenuju kemari.
RETNO : ( berdebar ) Mana?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
KOYAL : ( tak percaya ) Mana? Ah, kau pasti main-mainkan. Dia sudah berangkat ke Jakarta tadi pagi? ( melihat )Eh, betul Mae, si Tukijan. (gemetar) Celaka. Celaka.
HAMUNG : Ada apa?
KOYAL : Tidak (gugup) Itu. Mungkin. Mungkin dia dapatcelaka. Barangkali. Ia (gugup mencari sarung dari dalamkantongnya). (lalu tiba-tiba seperti kedinginan) Hhhhhh,dinginnya. Hhhhhh. (dikenakannya sarungnya sehinggacelananya tak nampak).
MAE : Betul si Tukijan? Kau betul…
HAMUNG : Betul. Kenapa?
MAE : Kalau dia berniat pergi lagi besok atau lusa ataubesok atau lusa seharusnya dia tidak menolak. Tapi kenapa?(diam) Tak tahu saya. Tak tahu. (melihat arah darimanaTukijan akan muncul)
HAMUNG : Barangkali banyak untungnya kelak. Siapatahu? Barangkali kau lebih senang juga. Tapi itu urusanmu.Nah, saya tentu saja tak hendak mencampuri sedikitpun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Salah-salah malah menjerumuskan.
MAE : Kelihatannya sangat aneh. Sangat lesu kelihatannya.
KOYAL : (semakin gemetar dan itu diselimutinya dengangigilan dingin yang dibuat-buat) Hhuuuuufff. Hhhhhhh,dinginya..
KOYAL : Kemana, Mung?
HAMUNG : Ngopi. (lenyap dalam kegelapan)
KOYAL : Ikut, Mung. (bangkit lalu lenyap dalamkegelapan)
11 Tukijan masuk kepanggung lalu mengajakRetno untuk ikut merantau
dengannya
39.35 - 42.07 TUKIJAN : Mae.
MAE : Mae mengerti (menangis)
TUKIJAN : Sama sekali salah kalau orang mengira bahwaniat saya ini didorong oleh rasa ingin menolong. Kalauhanya lantaran perasaan itu barangkali tak perlusampai-sampai saya harus memperistri kau. Sayamembutuhkan kau. Tak lebih dari itu.
I.11/39.35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
RETNO : (Masih membisu)
TUKIJAN : Impian itu mesti diwujudkan, barulah adaartinya.
RETNO : (cuma memandang laki-laki itu. Itupun cumabeberapa saat).
TUKIJAN : Saya juga tidak suka menjanjikan apa-apa.Semuanyya masih bakal. Yang saya miliki hanya kemauan.Dan lagi kita hanya mendengar bahwa tanah di seberangpenuh kekayaan yang masih terpendam. Sangat luas.Segalanya masih terpendam. Segalanya. Di dalam tanah dandi dalam diri kita. Kalau kita sungguh-sungguhmenghendaki, kita harus mengangkatnya ke permukaanhidup kita. Saya kira begitu.
RETNO : (kembali memandang lelaki itu).
TUKIJAN : Retno! Kau percaya? Saya tak peduli siapa kau.Saya hanya membutuhkan kau. Tak lebih dari itu. Sayatidak tahu tapi betul saya tak akan melakukan apa-apaseandainya kau tak ada. Itu saja. Itu pun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
(Tiba-tiba Retno memeluk Tukijan)
RETNO : Lantaran saya sangat mencintaimu, saya terpaksamenolak kau ajak. Percayalah, kau akan lebih senangsekiranya kau berangkat sendiri. Tak ada orang yang akanmerepoti kau. Waktu kau lebih banyak.
TUKIJAN : (bernafas berat. Sebentar menundukankepalanya lalu melihat pada Mae).
MAE : (memandang kosong. ia hanya membayangkandirinya menangis. kosong).
RETNO : (tiba-tiba) Setan! Setan! (sebentar menutupmukanya lalu sekonyong ia melangkah menyusup danlenyap dalam kegelapan)
Bagian Keduadi atas mega
12 Koyal sedang melamunsendirian tentang lotrenya.Dalam lamunannya, diamenyadari bahwa dia
menang lotre.
42.48 - 46.53 KOYAL : Selamat malam, beringin tua. ( kepada bulan )Selamat malam, bulan gendut. ( kepada rumputan ) Selamatmalam rumput, ( memandang keliling ) Selamat malamsemuanya. Huh, malam! ( kepada bulan ) Apa? Melamun?Enak memang. Melamun itu nikmat. ( kepada beringin )
II.12/42.48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Melamun juga kerja kan? Dan tidak cuma itu, Aku membelilotre untuk menjelmakan keinginanku. Uang! Uang! Uang!( tertawa memperlihatkan lotnya ) Lihat. ( kepada bulan )Menang? ……Akan menang. Baru hammpir menang.( kepada rumputan ) Kau yang tuli! ( kepada bulan ) Akubaru akan menang…Tidak…satu bedanya (memperlihatkansobekan koran ) Aku bacakan ya! ( membacanyalambat-lambat ) Di koran tertulis 4-3-2-4-8-0, sedangkankepunyaan saya : 4-3-2-4-8-0, ( terkejut ) Heran aku (takpecaya) Ah, mungkin aku salah baca. 4-3-2-4-8-….0( kepada bulan ) He, aku menang artinya ( matanya makinmelotot ) aku menang sekarang ( tertawa ) Aku menang.Aku menang. Tentu engkau yang telah menyulap. Bulan,kau, main-main. Tapi biarlah. aku senang ( tertawa ) Akumenang. He, rumput aku menang. (tertawa) Biar! Akumenang beringin tua. (tertawa) Biar. Enak! ( kepada bulan )
( Sejak itu maka cahaya pentas pun berubah dengan cahayayang fantastis. Koyal berteriak kegirangan )
KOYAL : Horee!! Aku menang lotre!! Horee (diam)Melamun sendirian kurang nikmat. Lebih asyik kalaukubangunkan semua orang. Semua saja (berteriak)Hoooooooiiiiiii!!! Koyal menaaaaaaaaang!!! Aku menang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
lotreeeeeeeee!!! (tertawa) Kubangunkan saja orang-orangitu.
13 Koyal membangunkansemua orang yang sedangtidur. Koyal memberitakanbahwa dirinya sekarangsudah menang lotre.Tukijan tak percaya
terhadap Koyal karenaKoyal hanya melantur saja.
46.54 - 51.15 KOYAL : Mae, lihat (menunjukan lotnya serta sobekankorannya) Aku menang. Baca. Ayo, baca. Sama ya?
MAE : Mae tidak bisa membaca.
KOYAL : Mae bilang saja. Koyal menang!
MAE : Koyal menang! O, ya. Koyal menang!
KOYAL : (tertawa) Horeeee! Koyal menang!!!!
KOYAL : Ha, lihat. Aku menang, ya?
RETNO : Tadi kau bilang baru hampir menang?
KOYAL : Sekarang bilanglah; Kau menang!
RETNO : Kau menang – Setan
KOYAL : (tertawa) Horeee!!! Menang!!! Menang!!!
II.13/46.54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
( Hamung bangun )
KOYAL : Lihat Mung. Sama kan? 432480, di koran danpunyaku juga 432480.
HAMUNG : Kau sendiri percaya?
KOYAL : Tentu saja. Kau?
HAMUNG : Ya percayaaaa.
KOYAL : Horeee!!! (tertawa) Menang!!! Horeee!!!
(Tukjan malas bangkit)
KOYAL : Jan, katakan aku menang.
TUKIJAN : (diam dan jengkel)
KOYAL : Jan, katakan. Aku menang. Katakan.
TUKIJAN : (masih diam)
KOYAL : Jan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
TUKIJAN : (sekonyong meletus) Diam, anjing!
KOYAL : Tentu aku akan diam nanti setelah kau bilang akumenang.
TUKIJAN : (menahan amarhnya)
KOYAL : Jan, tolong. Tolonglah. Katakan aku menanglotre.
TUKIJAN : DIam tidak?
KOYAL : Tentu. Tapi katakan dulu.
TUKIJAN : Kutampar kau nanti.
KOYAL : Kau mau. Pasti. Pasti. Nah, katakan. Akumenang.
TUKIJAN : (dengan kesal) Kau menang! Asu!
KOYAL : Ah, aku senang (tertawa) Horeee!!!
KOYAL : Horeee!!! Koyal dapat lottre!!!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
MAE : Kau tak boleh enak sendiri.
HAMUNG : Tak boleh
RETNO : Sama sekali tak boleh.
MAE : Kau tak boleh mengucapkan Koyal menang lotre. Disini kau harus bilang; Kita menang lotre (berteriak) KItamenang lotre!!!
KOYAL : Betuul (berteriak) Horeeee!!! Kita menanglotre!!! (tertawa)
MAE : Kau juga harus serukan itu. Retno.
HAMUNG : Ya, kau juga, Retno.
KOYAL : Kau juga, Hamung.
MAE : Juga Tukijan.
KOYAL : Ayo serukan, Retno.
RETNO : Aku menang lotreeee!!!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
MAE : KIta.
KOYAL : Bukan kau!
RETNO : Kita menang lotreeee!!!!
KOYAL : Kau, Hamung.
HAMUNG : Kita menang lotreeee!!!
MAE : Sekarang kau, Tukijan.
TUKIJAN : (terpaksa) Kita menang lotre!
MAE : Sekarang kita sama-sama.
KOYAL : Ya. Kita sama-sama berseru sekarang. Satu, dua,tiga.
SEMUA : Kita menang lotre!!!
KOYAL : Kurang keras. satu, dua tiga!
SEMUA : Kita menang lotre!!!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
KOYAL : Sedikit keras lagi. Biar orang mendengar seruankita.
MAE : Ya, biar langit terbelah dan mengirimkankeajaibannya.
KOYAL : Satu, dua, tiga!!
SEMUA : Kita menang lotre!!!
KOYAL : Satu, dua, tiga!!!
SEMUA : Kita menang lotre!!!!
KOYAL : Satu, dua, tiga!!!!
SEMUA : Kita menang lotre!!!!!!
TUKIJAN : Ini gila. Ini gila. Mimpi gila!
14 Koyal, Mae, Hamung, danRetno berkhayal menujubank untuk mencairkanuang lotre. Tukijan masihsebal dengan khayalan
51.16 - 54.57 KOYAL : Biar. Lezat. (tertawa) Jangan terlampau sadar.Kita sibuk sekarang. Kita harus urus kemenangan kita.Jangan biarkan waktu jadi terbuang. Kita harus punyarancangan. Jadi pertama-tama kita harus menukarkan lot ini
II.14/51.16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
mereka. ke bank. Betul, Mung?
HAMUNG : Betul.
KOYAL : Uang! Uang! Uang! (tertawa) Kita ke banksekarang.
RETNO : Jam berapa sekarang?
( Lonceng keraton berdentang tiga kali.)
RETNO : Terang sudah tutup.
KOYAL : Perduli amat. Begitu, kan Mung?
HAMUNG : Begitu.
KOYAL : KIta mulai, bulan sayang (pada Retno) Iya.Perduli tutup perduli buka. Uang, uang kita. Kalau perlubank itu kita beli. Akur, Mung?
HAMUNG : Akur.
KOYAL : Uang. (tertawa) Kita ke Bank sekarang. Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
jauh dari sini. Dekat kantor pos. Setuju?
SEMUA : Setuju.
KOYAL : Kemana kita?
SEMUA : Ke Bank.
KOYAL : Tukar apa kita?
SEMUA : Tukar uang.
KOYAL : Uang siapa punya?
SEMUA : Uang kita punya.
KOYAL : Siap semua!
(Semua siap berbaris)
KOYAL : Kita serbu gudang uang. Maju jalan!
SEMUA : (sambil jalan ke krii) Kita serbu gudang uang.Kita bongkar kantor Bank.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
( Berkali-kali mereka menyerukan itu. Sampai sayup-sayuodan lenyap. Lampu jalan tergoyang-goyang. Suara merekamulai jelas lagi kedengarannya setelah agak beberapa lama.Dari sebelah kanan itu muncul mereka berada di muka Banksekarang. Gednug itu bertingkat dua.)
KOYAL : Untung sekali kita. Direktur Bank ini berumah dibagian atas gedung ini.
MAE : Mae pernah tidur disana.
HAMUNG : Saya pernah tidur dimana-mana.
RETNO : Tapi kita agak payah juga. Kita tak bisa mengetukpintu itu. Bagaimana bisa? Ketukan kita tak akan adaartinya. Sama sekali pada pintu berterali besi itu.
KOYAL `: Susah-susah. Apa tidak ada yang bernama batudi atas dunia ini. (tertawa) Akur tidak, Mung?
HAMUNG : Akur.
MAE : Tapi sebelum kita pergunakan batu, kita coba duludengan seruan kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
KOYAL : Boleh juga. (berseru) Pak Direktur!!! Ayolah.
SEMUA : Pak Direktur!!! (tertawa) Pak DIrektur!!!!(Tertawa) Pak Direktur!!!!
MAE : Kerbau juga tidur orang gede itu.
HAMUNG : Baru tau? Orang gede itu daging semuanya.Seperti kerbau. Apalagi kalau sedang tidur.
KOYAL : Terpaksa dengan batu.
RETNO : Kalau dia marah?
KOYAL : Kita kan punyya uang. Sumbat saja mulutnyadengan uang.
HAMUNG : Uang itu sumbat ajaib.
KOYAL : Ayo, ambil batu yang besar. Masing-masing satu.
(Semua ambil batu)
KOYAL : Ayo, kita ketuk saja keras-keras.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
(Lima batu pada lima tangan di ketukan pada pintu besi.Sound Effect.. Lima batu pada lima tangan di ketukan padapintu besi.Sound Effect)
SEMUA : Pak Direktut!!!
( lima batu pada lima tangan di ketukan pada pintu besi.Sound effect )
MAE : Hmmmm. Gemuknya. Persis babi.
HAMUNG : Tidak,. Babi di kebiri.
SEMUA : (tertawa)
RETNO : Hush. Betul kataku. Dia marah-marah.
KOYAL : Maaf, pak–Kebutuhan mendesak.
MAE : Betu;, Tuan.
RETNO : — Tapi sangat mendesak sekali.
KOYAL : —Tukar lotre, pak. Maksud kami, kami menang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
lotre. Kami mau tukar. — Tidak pak. Kami butuh malamini.
RETNO : Kasihan dia. Menguap terus.
MAE : Husssh.
KOYAL : Tapi uang, uang kami kan? Kenapa mesti tunggusegala? — Tidak, pak. Tidak bisa.
HAMUNG : Tidak.
MAE : Tidak bisa
RETNO : Tidak. Tidak.
KOYAL : — Apa? —- Sungguh-sungguh pak? — (padakawan-kawannya) Apa betul omongannya?
RETNO : Tentu saja betul.
MAE : Tentu saja.
HAMUNG : Tentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
KOYAL : Bagaimana, Jan?
TUKIJAN : (marah) Betul!!!!
KOYAL : (tertawa) Jadi betul kita bebas beli apa saja cumadengan menunjukan lot ini, Mung?
HAMUNG : Betul.
KOYAL : Cuma dengan menunjukan lot?
HAMUNG : Cuma dengan menunjukan lot.
KOYAL : (tertawa besar kesenangan) Horeee!! Hidup PakDirektur!!!!
SEMUA : Hidup!!
KOYAL : Hidup uang!!!
SEMUA : Hidup!!!
KOYAL : Terimakasih, Pak. Silakan meneruskan tidur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
SEMUA : Selamat tidur, Pak (tertawa).
15 Setelah mengambil uang dibank, Koyal, Mae,Hamung dan Retno
berkhayal makan gudeg diBeringharjo. Tukijan tetapkesal dengan lamunan
mereka
54.58 - 01.00.09 KOYAL : Kemana kita sekarang?
RETNO : Ke mana?
KOYAL : Mae?
MAE : Mae? Mae ingin makan.
RETNO : Makan gudeg.
MAE : Iya, gudeg.
KOYAL : Ke mana, Mung?
HAMUNG : Ke mana saja.
MAE : Ke tempat di mana kita paling sering dihina orang.
KOYAL : Ke pasar Beringharjo.
MAE : Itu salah satunya. Tapi baik juga.
II.15/54.58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
KOYAL : Ayo, Siap semua.
( semua berbaris )
KOYAL : Ke pasar makan gudeg.
SEMUA : (ambil jalan ke kanan) Ke pasar makan gudeg.
( Berkali-kali mereka menyerukan itu.)
KOYAL : (akan duduk) Permisi, mas (duduk) Retno di sisisaya. Yang lain satu deret. (diam) Jangan pergi dulu, mas.Saksikan dulu pesta kami —- Makan lagi? Boleh saja.Sepuas anda (tertawa) Dunia kita yang punya. Semuanyakita yang punyya (tertawa) Monggo, monggo. Silahkan.Sampai ketemu. Kalau kesusahan soal uang temui saja sayamas. Rumah kami di…… (pada Mae) Di mana, Mae?
MAE : Baru dibangun besok. Besok jadi.
KOYAl : Baru dibangun. Besok jadi. (tertawa) Monggo.Monggo
HAMUNG : Kopi susu panas, pak!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
RETNO : Saya coklat susu panas, pak!
KOYAL : Mae apa?
MAE : Teh susu panas.
KOYAL : Teh susu panas satu. Lalu satu gelas campurandari ketiga macam minuman yang tadi (oada Tukijan)Segera kau pesan, Jan. Jangan sampai kadaluarsa.
TUKIJAN : Minuman yang tidak ada, pak!
KOYAL : Bagaimana itu?
HAMUNG: Minumannya ada tapi mereknya tidak ada
(Semua tertawa)
RETNO : Bagaimana, mbak yu? — Dada mentok.
KOYAL : Saya juga mbakyu. (pada yang lain) Kaliansama?
HAMUNG : Tambah telor lima butir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
MAE : Yang lain tidak usah kecuali enam potong hati danrempelo.
TUKIJAN : Campur aduk bijih besi dan kawat yang ruwet.
MAE : Gatotkaca
(Begitulah mereka mendapatkan minuman merekamasing-masing. Begitulah mereka mendapatkan makananmereka masing-masing. Mereka bersantap dengan sopandan rakus sekali, kecuali Tukijan )
KOYAL : Enak jadi orang kaya, bukan?
RETNO : Ya. Terang enak. ( pada Mae ) Bagaimana, Mae?
MAE : Tidak tahu.
KOYAL : Bagaimana menurut kau, Mung?
HAMUNG : Sama saja.
KOYAL : Tentu saja tidak sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
HAMUNG : Ya, tidak sama.
KOYAL : Sudah kenyang semua?
SEMUA : Sudah.
KOYAL : Minuman dulu. Hitung, pak. — Gudeg berapa,mbak yu? — Ya, semuanya saja lihat lot ini dan lihatsobekan koran ini. —- Ha, beres? — (tertawa) Kalian lihat?(tertawa)
SEMUA : (tertawa)
16 Setelah kenyang makan,Koyal, Mae, Hamung danRetno berkhayal membeliKeraton dan menjadi parapenghuni Keraton. Masihsaja Tukijan sebal dengan
khayalan mereka
01.00.10 -01.09.04
KOYAL : Ke mana kita sekarang?
MAE : Keraton.
HAMUNG : Beli saja.
KOYAL : Apa?
HAMUNG : Kalau perlu kau beli saja keraton itu.
KOYAL : (terbahak-bahak) Setuju. Semua menyiapkan diri.
II.16/01.00.10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
( Semua berbaris )
KOYAL : Kita berangkat. Keraton kita beli.
SEMUA : (seraya berangkat) Keraton kita beli. Raja kitabeli. Keraton kita beli.
( Beberapa kali mereka menyerukan itu.)
KOYAL : (menunjuk dirinya) Inii Sinuwun Gusti. Semuajangan salah dan keliru. (berlagak raja jawa) Ha, ha,ha…..Kebetulan. Mereka telah boyong, sebelum kitamenghunus keris dan tombak-tombak prajurit diangkkatkan,paman patih.
HAMUNG : (berlaku sebagai patih) Demikianlah yangtersedia, Gusti.
KOYAL : Paman Patih.
HAMUNG : Hamba, Gusti Prabu?
KOYAL : Ibunda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
MAE : Ada apa, ananda Raja?
KOYAL : Cuma memanggil. (diam) Rajinda.
RETNO : Kanda.
KOYAL : Paman Patih.
HAMUNG : Adakah yang dapat hamba lakukan, Gusti?
KOYAL : Aku hanya memanggil. (tertawa) Bulan, sejakkini permainan yang kau ciptakan luar biasa sekali.Kenikmatan yang kau kirim terasa sangat aneh. Badan sayatergetar-getar jadinya. Enak. Enak. (tergetar-getar sepertikedinginan) Nikmat. Nikmat. (tertawa) Ibunda.
MAE : Mengapa, nanda sayang?
KOYAL : Sewaktu Ibunda melahirkan ananda, apakahmendiang ayahanda tidak kelupaan sesuatu?
MAE : Kelupaan apa, ananda?
KOYAL : Memberi nama ananda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
MAE : Betul juga. Oh, baru ibunda ingat sekarang. (padaHamung) Patih.
HAMUNG : Hamba, bunda Ratu?
MAE : Kita harus mencari nama sekarang.
HAMUNG : Apa tidak sebaiknya nama koyal saja, Gusti?
KOYAL : Nama siapa itu?
HAMUNG : Nama Gusti Prabu.
KOYAL : Cuma satu? Begitu pendek.
MAE : Itu nama kecil (pada Hamung) Sekarang marilahkita cari nama gelar yang sepadan dengan kesaktian dankeagungan dan cita-cita ananda Prabu.
HAMUNG : Tepat saatnya. Bulan Syura. Sang DewaWaktu telah berkenan hadir malam ini untuk meramaikankeraton jaya ini, dengan anugerah kemenangan besarkerajaan mega dan berkenan pula semoga Sang Hyangmembisikkan ilham wahyu sebuah nama yang gagah megahpada telinga Sinuwun Gusti Koyal. Sehingga karenanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
kerajaan mega dengan rakyatnya yang bergumpal-gumpalbanyaknya akan beroleh raja gagah megah dengan namagelar yang megah gagah.
MAE : Dengarlah; Sultan Batara Nirwana. Apakah bukannama yang merdu?
KOYAL : Cukup merdu tapi terlampau pendek untuk bisadinyanyikan.
HAMUNG : Sekiranya hamba diperkenankan, Gusti?
KOYAL : Tentu. Cobalah.
HAMUNG : Sultan Raja Purnama Maha Raja.
RETNO : Kanda.
KOYAL : Ya. Adinda?
RETNO : Apa tidak kena kalau kanda bergelar PangeranEndah Takterperi?
KOYAL : (manggut) Bagus sangat. Tapi saya kira
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
ketiga-tiganya sama-sama bagus.
HAMUNG : Jatuh tersila pada Sinuwun Gusti Prabutentunya.
KOYAL : Saya tidak usah memilih. Yang terbaik adalahmenggunakan ketiga-tiganya.
HAMUNG : Bagaimana, Gusti?
KOYAL : Malam ini saya bergelar, siapa Rajinda?
RETNO : Pangeran Endah Takterperi.
KOYAL : Lengkapnya begini; Sultan Raja Pangeran EndahTakterperi, kau punya usul, Paman?
HAMUNG : Sultan Raja Purnama Maha Raja.
KOYAL : Jadi, Sultan Raja Pangeran Endah Takterperi, ehPurnama Maha Raja, eh, Ibu punya kemauan bagaimanatadi?
MAE : Sultan Batara Nirwana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
KOYAL : Komplit ; Sultan Raja Pangeran EndahTakterperi, eh, Purnama, eh, Maha Raja, eh, BataraNirwana. Bagaimana Paman Patih?
HAMUNG : Agung nian, Gusti Prabu.
KOYAL : Coba kau yang sebutkan.
HAMUNG : Tidakkah lidah hamba terlampau pendek?
KOYAL : Maksud, paman?
HAMUNG : Ampuni hamba, Gusti, hamba bertanyatidakkah nama sepanjag itu tidak sukar menyimpannya.
KOYAL : Panjang sekali sukar dihafal, pendek sekali sukaruntuk dinyanyikan. (diam) Kita bagi empat saja. Begini.Pertama, setiap kali saya menyebutkan Pangeran RajaSultan.
RETNO : (segera) Endah Takterperi.
HAMUNG : (segera) Purnama Maha Raja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
MAE : (segera) Duryudana
KOYAL : (tertawa) Ya, begitu maksud saya. Raja PangeranSultan.
RETNO : Endah Takterperi.
HAMUNG : Purnama Maha Raja.
MAE : Gatotkaca. (gelagapan karena salah)
TUKIJAN : Ampuni hamba, Gusti.
KOYAL : Ya.
TUKIJAN : Apakah jabatan hamba dalam kerajaan megaini, Gusti?
KOYAL : Boleh kau pilih sesuka kau.
TUKIJAN : Kalau begitu hamba akan bertindak, selakuBendahara Istana sahaja.
KOYAL : Terserah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
TUKIJAN : Ampuni hamba, Sinuwun Gusti. Sehubungandengan kewajiban hamba, perkenankanlah hamba bertanyabukankah tatkala Paduka makan di pasar Beringharjo,Paduka telah khilaf, maksud saya Paduka belum bayar?
KOYAL : Apa benar demikian, Paman Patih?
KOYAL : Apakah benar demikian, Ibunda?
MAE : Apakah itu tidak berarti dengan semena-mena kitadituduh ceroboh dan tidak senonoh?
KOYAL : Jadi?
HAMUNG &MAE & RETNO : Ada udang dibalik batu.
KOYAL : (pada Tukijan) Bagaimana?
TUKIJAN : Sama saja.
KOYAL : (tersinggung) Sama bagaimana?
TUKIJAN : Semuanya mega.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
KOYAL : Benar juga.
TUKIJAN : Kalau begitu mari ramai-ramai kita bakar sajakerajaan ini.
KOYAL : (murka) Mau berontak?
MAE : (semangat) Pemberontakan?
HAMUNG : Pemberontakan?
RETNO : Pemberontakan?
TUKIJAN : (meledak) Cape! Kita jadi sinting semua!
MAE : (semangat) Penghinaan!
KOYAL : (murka) Saya yang di sini jadi raja yang bergelarPangeran Sultan Raja.
RETNO : (murka) Endah Takterperi!
HAMUNG : (murka) Purnama Maha Raja!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
MAE : (murka) Batara Durga!
KOYAL : (tertawa dibuat-buat seperti raja) Jangan bicarasembarang bicara. Bicara sopan besar anugrahnya.Penghinaan, perang akibatnya. Di sini raja bukansembarang raja. Raja sakti mandraguna(manggut-manggut). Masih ada ampunan. Nah, kalau kauada usul apa usulmu, kalau ada kehendak, ucapkansemerdu-merdunya.
TUKIJAN : Hamba cape. Kita semua nanti bisa jadi hilangfikiran dan hilang ingatan.
RETNO : Penghinaan lagi!
MAE : Habiskan riwayatnya!
HAMUNG : Huru Hara!
KOYAL : Sabar. Sabar. (pada Tukijan) Ulangi kalimatpertama saja. Kalimat selanjutnya kau simpan saja sendiri.Itu namanya kesopanan.
TUKIJAN : Hamba cape. Kita….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
KOYAL : Cukup (pada Hamung) Bagaimana, usul ituditimbnang, Paman Patih?
HAMUNG : Berdasarkan kebutuhan kerajaan usul itusangat tepat. Memang sebaiknya kita harus segera menukartenaga yang lelah setelah berkeras menghalau prajuritmusuh dalam perang laga baru saja.
KOYAL : Usul diterima. Gatutkoco pun telah binasa. Takada lagi kebutuhan tenaga (bertepuk sekali) Perintah!Paman Patih tidur di kamar sana. Dan selama saya beradu,umumkan pada rakyat bahwa kerajaan dalam bahaya.
HAMUNG : Titah hamba agungkan, Gusti Paduka.(menyingkir dan tidur)
KOYAL : Bendahara hanya boleh tiduran. Rancangkansumber harta dan kekayaan.
TUKIJAN : Hamba patuh, Gusti Prabu. (menyingkir laluterbaring).
KOYAL : Ibunda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
MAE : Bunda di kamar sana.
KOYAL : Bunda bebas memilih ranjang. Hanya satu yangtabu. Ranjang ananda.
MAE : Tentu (menyingkir terus tidur)
( Semuanya ke kamarnya masing-masing )
Bagian Ketigadi atas mega
17 Koyal bermonolog sedihsedangkan yang lain masih
terlelap tidur
01.09.30 -01.11.30
KOYAL : Semua orang sudah tahu Koyal menang lotre.Kau juga sudah tahu. Kelelawar juga sudah tahu, saya telahmenjadi orang yang terkaya. Kau juga, rumput. Kau jugamaklum, beringin tua. Lebih-lebih kau bulan. Kaulah yangpaling tahu segala apa yang sekarang ada pada saya.Seantero jagat raya tahu segalanya tentang diri saya. Tapisemuanya, juga kau bulan gendut tak pernah tahu, takpernah mau tahu……oh kalian…….oh, kau……tak pernahpeduli………pasti! Semuanya tidak tahu bahwa sejak lamaKoyal jatuh cinta……jatuh cinta pada Retno……Kaumenertawakan saya, ndut? Biar. Rumput-rumputan juga
III.17/01.09.30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
mencibir. Biar. Kau juga terkekeh-kekeh, beringin tua. Biar.Sudah sejak lama saya selalu ingin memegang kakinya.(berhenti menangis) Malam ini, ya? Ya? Saya akan pegangkaki itu. (tertawa) — Berani. Kenapa? —- Biar. Kalau diamarah beri saja dia uang satu juta atau dua juta —- . Sayaorang kaya — (tertawa) Kaya (tertawa) Kaki. Biar. (Bangkitperlahan dan dengan bergetar dan nafas berdesah. Iamendekati Retno yang lelap tidur berselimut kain. Betisnyakelihatan. Beberapa saat Koyal cuma memandangi saja dansesekali ia meminta pertimbangan sang rembulan. Laludengan hati-hati sekali ia menyibak ujung selimutnyasehingga betis Retno nampak lebih jelas. Lalu dengannafasnya yang makin kacau ia meraba betis Retno. Barusaja sedikit kulit tangannya menyentuh kulit betis itu segeraditariknya lagi seperti tersentuh api. tersenyum)Bulan……(turun naik nafasnya) Kaki, eh, betis perempuanitu lain, ya? (tertawa berdesis) Halus….. (dirabanya lagikaki itu) Halus….. Dia diam saja. (tertawa berdesis)Barangkali dia juga senang….. (dipegangnya kaki itu agaklama) Bulan, (tertawa) Kau tidak ingin pegang? ……….Mana yang lebih enak, uang atau betis perempuan? …….Saya jadi agak pusing. Pusing-pusing enak. (tertawaberdesis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
18 Koyal ingin menyentuhkaki Retno karena Koyalsuka terhadapnya. Tukijanmelihat itu dan marah
terhadap Koyal. Retno danMae terbangun lalu
Tukijan memarahi Koyal.Setelah tahu siapa yangmemberikan sabuk itu,Retno keluar panggung
01.11.31 -01.14.56
(Sekonyong-konyong Tukijan bangkit dan segera menyeretKoyal menjauh dari Retno )
TUKIJAN : Bajingan.
KOYAL : (terkejut dan takut amat). Tidak, eh, tidak.
TUKIJAN : Tidak? Kau kurang ajar. Kau bangsat. Kau gila.
KOYAL : ….tidak,….
TUKIJAN : Kau mau melawan?
KOYAL : Tidak.
TUKIJAN : Kenapa kau lakukan itu? Kenapa?
KOYAL : Eh, ….. tidak.
TUKIJAN : Tidak?
KOYAl : Tidak.
TUKIJAN : Boleh melakukan apa saja, sesuka hatimu
III.18/01.11.31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
KOYAL : Tidak…..aku tidak macam-macam kok
TUKIJAN : Siapa bisa melarang? Aku tahu dia lonte.(menunjuk Retno) Aku tahu kamu bisa melakukan apa sajapada dia, tapi tidak di depan mataku.
KOYAL : Ampun
TUKIJAN : Diam-diam kau memancing amarahku!(memukuli Koyal)
KOYAL : Ampun jan, ampun
TUKIJAN : Kau gila. Bilang (meledak) Gila!
KOYAL : Ampun
TUKIJAN : Bangsat!
( Sekali Tukijan menempeleng pipi Koyal dan Koyalmenangis meraung-raung)
TUKIJAN : Lagi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
KOYAL : …….tidak…..
TUKIJAN : Bajingan!
( Sekali lagi Tukijan menempeleng pipi Koyal dan Koyalmeraung-raung kesakitan sehingga karenanya Mae terkejutdan terjaga dari tidurnya. Jantung perempuan tua itukencang berdenyut. Segera ia masuk ke dalam persoalanitu )
MAE : E,ee ada apa ini? Kenapa? Jan, jangan pukul dia.
TUKIJAN : Bangsat!
MAE : Ada apa? Kenapa?
( Retno Terbangun )
RETNO : Ada apa?
( Hamung terbangun )
HAMUNG : Tidak ada apa-apa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
RETNO : Mae?
MAE : Nanti dulu. Nanti dulu. (baru saja ia membayangkan.Tukijan seolah-olah akan memukul Koyal) Nanti dulu.(mencucur air dari matanya) Sabar. Sabar. (mendekatiKoyal yang masih terisak dan membelai kepalanya) Kenapamesti bertengkar? Kenapa mesti?
TUKIJAN : Ikat pinggang saya. Bajingan. Setengah matisaya putar-putar mencari barang itu, Kembalikan!
KOYAL : (seraya terisak) Saya tidak mencurinya. Sayamenemukannya.
TUKIJAN : Menemukan di tempat saya.
KOYAL : Tidak.
TUKIJAN : Lepaskan, bangsat.
KOYAl : Saya tidak mencuri. Saya menemukannya.
MAE : Lepaskan nak. Kau nanti boleh beli ikat pinggangyang baru. Lepaskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
KOYAL : Saya tidak mencuri.
TUKIJAN : Bilang lagi!
KOYAL : Tidak. Saya diberi.
TUKIJAN : Bangsat! Siapa yang memberi kamu? Setan?
KOYAL : Bukan. Orang.
TUKIJAN : Bangsat. Siapa?
KOYAL : Bukan. Dia.
TUKIJAN : Dia siapa? Ayo, lepaskan dulu.
KOYAL : (takut menyerahkan ikat pinggang) Jangan pukulsaya. Saya diberi kok.
TUKIJAN : (menyambar ikat pinggangnya) Diberipangeranmu! Siapa yang memberi kamu?
( Koyal melihat kepada Retno )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
TUKIJAN : Siapa?
KOYAL : Dia?
TUKIJAN : Dia siapa?
KOYAL : Retno.
19 Setelah Retno pergi,Tukijan marah besarterhadap Koyal dan
menyobek kertas lotrenya.Hamung tersulut emosilalu terjadi perkelahianantara Hamung danTukijan. Mae meleraimereka berdua lalumenangis terisak-isak
01.14.56 -01.20.59
TUKIJAN : Yal, kemari.
( Koyal diam saja )
TUKIJAN : Ke sini.
KOYAL : (takut-takut) Apa?
TUKIJAN : Maaf, ya?
KOYAL : Saya tidak mau mencuri.
TUKIJAN : Ke sini kau.
KOYAL : Saya juga tidak mau dipukul.
III.19/01.14.56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
TUKIJAN : Tidak.
KOYAL : Tidak mau.
TUKIJAN : Kalau kau tidak mau ke sini malah saya pukul.
( Takut-takut Koyal mendekati Tukijan )
TUKIJAN : Yal.
TUKIJAN : Kau tahu…
KOYAL : Tidak tahu.
TUKIJAN : Ya, kalau kau tahu artinya kau waras Yal. Kauingin sembuh?
KOYAL : Saya tidak sakit kok. Bagaimana?
TUKIJAN : Kau memang tidak sakit. Kau cuma tidakwaras.
MAE : Tukijan! Jaga bicaramu! Tak patut kata-katamu!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
TUKIJAN : Biar dia sembuh, Mae.
MAE : Tidak begitu caranya. Lagi pula dia masih bisamerasa sakit hati seperti kau. Dia juga manusia seperti kau.— Dan adakah perlunya?
HAMUNG : Diam saja. Mae.
MAE : Kau memang begitu. Kau tak pernah ambil pusing.
HAMUNG : Siapa orangnya yang rela pusing danpusing-pusing, Mae? Mae, jagat ini sangat besar dan tidakpernah menghiraukan siapa saja. Sebaiknya Mae diam. Maeakan senang.
MAE : Saya bukan kau.
TUKIJAN : Saya juga. Saya sebenarnya sayang pada Koyal.
HAMUNG : Mae nanti kecewa. Kita tidak akanmendapatkan apa yang kita minta. Orang lain tidak akanmemberikan apa-apa pada kita. Lebih baik diam. Dan apagunanya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
MAE : Kau memang tak punya hati, Hamung.
HAMUNG : Sama saja.
TUKIJAN : Tapi saya punya. He, Yal. Kau butuh apa?
KOYAL : Uang.
TUKIJAN : kalau begitu serahkan kepada saya lot itu?
( Koyal menyerahkan semua lotnya, ragu-ragu dengan tandatanya )
TUKIJAN : Kau ingin uang?
KOYAL : Yang banyak.
TUKIJAN : Kau bisa mendapatkannya lebih banyak tanpakertas ini.
KOYAL : Kali ini saya pasti menang.
TUKIJAN : Saya kira kau nanti akan sembuh kalau sayaberani melakukan sesuatu. Betul kau ingin uang banyak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
KOYAL : Betul?
TUKIJAN : Pasti suatu ketika kau akan menjadi orang kaya,kaya harta dan kaya segalanya. ( disobeknya lot itu).
KOYAL : Jangan! Mae, dia menyobek uang saya.
MAE : (benci) Kau telah menyakiti hatinya.
TUKIJAN : Ini lebih baik.
HAMUNG : Tak ada yang lebih baik. Juga sebaliknya.
TUKIJAN : Jangan menangis. Kau bukan anak kecil. Kalaukau tetap menangis kau tak akan pernah mendapatkan uangyang banyak itu, kecuali angka-angka.
KOYAL : kau jahat (bangkit takut-takut mengancamTukijan). Berikan lot itu!
TUKIJAN : Tak ada gunanya.
KOYAL : Kau terlalu jahat. Berikan lot itu.
TUKIJAN : Lebih berguna untuk angin. (dilemparkannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
sobekkan lot itu tepat tatkala angin menderas).
KOYAL : Mae, dia jahat sekali. Oh, uang saya diterbangkanangin. (mengejar sobekan lot) Tolong….!
(Seraya berteriak-teriak Koyal terus mengejarsobekan-sobekan itu dan menyusup kegelapan. sementaraitu Tukijan duduk terpekur dan Hamung menyatakanketidaksenangannya )
HAMUNG : Kau sebenarnya ingin menampar Retno.
( Tukijan cuma menarik nafas berat )
HAMUNG : Kalau saya jadi kau tentu pipi Retno yang sayatampar dan bukan pipi orang lain, apalagi pipi si kepalakopong itu.
TUKIJAN : Diam, Mung.
HAMUNG : Kau juga tahu saya bisa melakukan hal yangserupa atas diri kau. Saya anggap kau sama dengan Koyal.
MAE : Sudah. semuanya diam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
HAMUNG : Tidak apa-apa, Mae
MAE : Cukup. Mae tak suka ada percekcokan lagi.
HAMUNG : Kau telah memperkosa kebahagiaan oranglain.
MAE : Cukup. Sekali lagi Mae minta. Berhenti kalianbertengkar mulut. Kalian mulai lupa. Kalian sudah lupa.Kalian anak-anak Mae. Sekarang Ibu kalian menyuruhkalian diam. — Oh Betapa enaknya dunia initanpa….tanpa…Maksud saya kita akan lebih bahagia tanpapertengkaran.
HAMUNG : Jangan harapkan itu Mae.
MAE : Ini malam syura. Di alun-alun ini bertebaransemalam suntuk berbagai ragam berkah. Semuanya.Seluruhnya bernama berkah.
HAMUNG : Kecewa pada akhirnya. Jangan terlalu banyakberharap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
20 Panut masuk ke panggunglalu menawari Hamungrokok yang mahal. Maetetap saja menangis dansedih melihat tingkahPanut. Panut diperdaya
Hamung untukmemberikan uangnya. Maemelarang tapi Panut tetapsaja melakukan. Lalu,Hamung meninggalkanPanut dan Mae. Panut
meminta maaf kepada Maetapi Mae tetap menasihatiPanut. Akhirnya, Panut
pergi denganmarah-marah.
01.21.00 -01.31.38
PANUT : Rokok, Mas Hamung.
( Setelah beberapa lama memperhatikan Panut, Hamungtersenyum dan mengambil sebatang. Tanpa diminta, Panutmenggoreskan sebatang geretan dan akhirnya menyalalahkedua ujung rokok. Lagi, Hamung memperhatikan Panut.Karena pandangan itu Panut jadi agak risih dan merasatidak enak. Lalu melentangkan badan )
HAMUNG : Rokok mahal itu marem.
HAMUNG : Berapa harganya sebungkus?
MAE : Sebaiknya saya juga merokok. Barangkali saya bisalebih baik. Berikan sebatang pada saya.
( Panut bangkit dan menyerahkan sebatang rokok. Tatkalarokok itu di bibir Mae itu menyala, Panut mulai bisatersenyum. Satu kali hisapan Mae tidak apa-apa. Dua kalihisapan juga tidak apa-apa. Tiga kali hisapan iabatuk-batuk. Hamung dan Panut tertawa )
MAE : Tidak enak. ( Sambil batuk-batuk) Tidak enak.Tidak ada yang enak.
III.20/01.21.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
PANUT : Belum biasa.
MAE : Kalau sudah biasa?
PANUT : Enak.
MAE : Tidak begitu. Kalau sudah biasa kita tidak akan lagimerasakan pahitnya.
PANUT : Nih. (mengisap dengan nikmat danmenghembuskannya) Nikmat.
MAE : Seperti mencuri.
PANUT : (Marah) Saya tidak mencuri! Bilang lagi!
MAE : Saya tidak mengatakan kau mencuri. Saya hanyabilang kalau sudah biasa mencuri lama-lama juga kita tidakrasakan seperti kerjaan yang jahat.
PANUT : Saya tidak mencuri! Bilang lagi! Saya pukul!Dengar!
MAE : Saya tidak bilang kau mencuri. Kau pasti tidakpernah mencuri. Dan kalau pun pernah melakukannya, kau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
pasti tak akan mengatakannya.
PANUT : Mas Hamung, rokok ini untuk Mas Hamung(menyerahkan sebungkus rokok)
HAMUNG : Buat saya?
PANUT : Buat Mas Hamung.
HAMUNG : Nanti dulu, dari siapa rokok itu?
PANUT : Dari……
HAMUNG : (menerima rokok) Jangan teruskan. Tak perlu.Tak ada bedanya bagi saya. Yang penting rokok.
PANUT : Saya senang.
HAMUNG : Tidak perduli. Yang terang ini rokok mahal.
PANUT : Rokok kretek termahal.
HAMUNG : Kau masih punya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
PANUT : Masih. Barangkali tinggal enam batang.
HAMUNG : Coba beri saya sebatang. Saya isap sekarang.
( Panut memberikan sebatang lagi pada Hamung )
HAMUNG : Yang masih utuh baru saya buka nanti kalaukereta api itu telah membawa saya ke arah barat. Cobanyalakan.
( Panut menggoreskan geretan )
HAMUNG : Nah, lihat. Sekarang saya punya dua sekaligus.Sekali waktu memang tak ada jeleknya kita menikmatisesuatu lebih dari biasanya (tertawa)
PANUT : Saya sungguh-sungguh senang.
HAMUNG : Kau pikir begitu? Kau senang kalau sayamengisap rokok pemberianmu ini?
PANUT : Senang.
HAMUNG : Biar kau lebih senang, berikan rokok itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
semua.
PANUT : Jangan, yang lima batang ini untuk saya sendiri.
HAMUNG : Dan kau senang?
PANUT : Senang.
HAMUNG : Bagus. Kalau begitu kelak kau akan jadilaki-laki yang jantan.
PANUT : Saya makin senang sekarang.
HAMUNG : Dan kalau kereta api itu membawa saya kearah barat, kau juga tetap senang?
PANUT : Tidak.
HAMUNG : Kenapa?
PANUT : Karena saya sedih.
HAMUNG : Jadi kau tidak senang karena kau sedih?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
PANUT : Saya tidak senang karena kita berpisah.
HAMUNG : Betul?
PANUT : Betul.
HAMUNG : Betul tidak senang?
PANUT : Tidak senang.
HAMUNG : Betul sedih?
PANUT : Sedih sekali
HAMUNG : Sungguh sayang. Kalau begitu kau akan jadilaki-laki yang tidak bahagia.
PANUT : Saya sungguh-sungguh tidak paham.
HAMUNG : Kau memang masih bocah.
PANUT : Tapi kau seharusnya menerangkan semua itu.Saya ingin menjadi laki-laki yang jantan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
HAMUNG : Betul?
PANUT : Betul. Bagaimana?
HAMUNG : Itu gampang.
PANUT : Bagaimana?
HAMUNG : Kalau saya berangkat nanti, tepat sewaktu sayamelangkahkan kaki kesana kau harus membenci saya.Setidak-tidaknya kau tidak boleh menyimpan perasaan apapun karena peristiwa itu. Sekalipun kita sudah lama sekalibergaul.
PANUT : Kenapa mesti begitu?
HAMUNG : Tidak apa-apa. Memang harus begitu.
( Lama Panut berpikir. Mereka bertatapan )
PANUT : Bisa.
HAMUNG : Bisa ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
PANUT : Bisa.
HAMUNG : Kau yakin akan berhasil?
PANUT : Yakin. Dua hari ini saya selalu merasa yakin.Memang harus begitu.
HAMUNG : Betul?
PANUT : Percayalah, Mas. Saya tidak tahu kenapa.
HAMUNG : Kalau begitu saya juga yakin kelak kau akanbisa jantan dan bahagia.
( Panut menyalakan rokok lagi menyambung rokoknyasendiri )
PANUT : Semalam ini saya sudah menghabiskansebungkus lebih.
HAMUNG : Kuat betul kau.
PANUT : Saya sudah dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
HAMUNG : Saya lihat begitu.
MAE : Saya lihat malah dia seperti telah berubanrambutnya. Tapi kenapa kumisnya panjang sekali dan amattajam ujungnya.
HAMUNG : Bukan main.
MAE : Gatotkoco.
PANUT : Saya lebih suka Ontorejo.
HAMUNG : (seraya mengamati karcis sepur) Pas Betuluang saya.
PANUT : Saya punya uang.
HAMUNG : Banyak?
PANUT : Tidak. Tapi lebih banyak dari biasanya.
HAMUNG : Berapa?
PANUT : Saya hitung dulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
HAMUNG : Tidak usah. Saya anggap saja jumlahnyaterlampau banyak sehingga sukar dihitung oleh tiga orang.
MAE : (mengancam) jangan berani kau merampasnya,Hamung. Jangan sekali-kali kau ambil uangnya. Uang ituhak miliknya.
HAMUNG : Siapa yang akan merampas uangmu, Nut?
PANUT : Tidak ada. Malah saya ingin memberikan kepadaMas Hamung sedikit.
MAE : Jangan. kau anak tolol. Uang itu uangmu sendiri.Kenapa kau berikan kepada orang lain?
PANUT : Tidak semuanya.
MAE : Jangan.
PANUT : Mae nanti juga saya beri.
MAE : Jangan.
PANUT : Ini uang saya. Uang saya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
MAE : Tapi kau anak saya.
PANUT : Tapi kau bukan ibu saya.
( Hamung tersenyum. Lama diam mereka )
PANUT : Terimalah uang ini, Mas Hamung. Untuk jajan dijalan.
HAMUNG : (setelah menerima uang itu) Sekarang sayaakan pergi ke musium. Saya akan mandi. Lalu sayaberangkat ke stasiun.
( Hamung dan Panut saling memandang )
HAMUNG : Kita mulai.
( Hamung lenyap dalam kabut pagi. Lonceng keratonberdentang empat kali.
PANUT : Mae, terimalah uang ini.
( Mae cuma menangis )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
PANUT : Terimalah, Mae. Semuanya dapat bagian.
MAE : Kau telah mencuri.
PANUT : (marah) Bilang lagi! Saya pukul!
MAE : Saya tidak bertanggung jawab. Saya salah.
PANUT : (menahan diri) Karena saya bukan anak Mae.Lebih baik begitu. Mae nanti bisa senang. Terimalah, Mae.
MAE : Saya tidak mau makan tanpa lebih dulu sayabekerja.
PANUT : (marah) Saya sudah bekerja!
MAE : Kalau begitu makanlah sendiri.
PANUT : (luka) Mae.
( Mae cuma menangis )
PANUT : (pasti) Saya harus jadi laki-laki, tapi saya sedih.Lebih baik merokok banyak-banyak. (membuang ingusnya)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Saya mulai merasa benci entah pada siapa. Persetan..
21 Retno dan Tukijan masukke panggung berdebattentang pergi merantau.Retno tidak mau diajakTukijan merantau karenatidak ingin meninggalkanMae sendirian. Tapi, Maememberikan restu dan
menyuruh Mae dan Retnountuk mengikuti Tukijan.
01.31.41 -01.37.21
RETNO : Sebagian di musium. Biar saya saja yangberkemas. — Tapi nanti dulu. Kau tahu aku tak akanmemberi kau anak?
TUKIJAN : Saya tidak butuh anak. Saya butuh kau.
RETNO : Tapi sebenarnya kita butuh.
TUKIJAN : Bukan halangan.
( Retno diam saja )
TUKIJAN : Apalagi yang kau tunggu?
( Masih diam )
TUKIJAN : Kita nanti terlambat.
( Masih diam )
TUKIJAN : Apalagi yang dipikirkan? Kita sudahkehilangan waktu satu hari.
III.21/01.31.41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
( Retno memandang Mae )
TUKIIJAN : Retno.
RETNO : Kau saja yang pergi.
TUKIJAN : Kenapa? Apalagi?
RETNO : Saya tidak tahu.
TUKIJAN : Semuanya hanya berkisar pada perasaan saja.Ruwet jadinya. Semua tidak ada yang terwujud.
( Di kejauhan melengking peluit kereta api )
RETNO : Saya tidak bisa.
TUKIJAN : Kenapa?
( Retno diam )
TUKIJAN : Berubah lagi. Kau harus berpikir, bukanmerasakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
RETNO : Dan saya tidak sanggup.
( Tukijan memandang beringin tua )
RETNO : Saya mencintai kau, tapi juga mencintai yanglain.
TUKIJAN : Siapa?
RETNO : Saya tidak bisa berdusta.
TUKIJAN : Ya, kau mencintai dirimu juga. Kau tidakpernah mencintai siapapun kecuali mencintai gincumu.
RETNO : (bangkit marah) Apa kau pikir kau juga mencintaisaya? Omong kosong! Kau cuuma mencintai dirimu sendiri.saya akui yang paling saya cintai tentu diri saya sendiri,sebab tak ada orang yang mencintai orang lain lebihdaripada mencintai dirinya sendiri.
TUKIJAN : Kenapa kau jadi marah-marah begitu?
RETNO : (marah) Siapa yang mulai?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
TUKIJAN : Saya marah karena kau berubah sikap lagi.
RETNO : Saya marah karena kau marah. Belum apa-apasudah berani marah-marah. Akan kau jadikan apa saya ditanah seberang sana? Jadi babu? Seenaknya saja. Apa kaupikir saya akan mati kelaparan kalau tetap tinggal di sini?(tiba-tiba menangis) Saya jadi bingung.
TUKIJAN : Tentu saja kau jadi bingung. Sudah saya bilangyang harus kau lakukan sekarang adalah berpikir bukanmerasakan.
RETNO : Saya bingung karena terlampau banyak orangyang saya cintai. Dan, O Gusti, saya tidak bisamelupakannya. Saya sangat mencintai perempuan tua itujuga.
TUKIJAN : Saya mengerti. Bukan kau saja yangmencintainya. Banyak orang yang mencintainya. Kitasemua berhutang budi kepada mae. Dengan sayang iamengurus makanan kita. Paling tidak saya tidak bisamelupakan masakannya. Kita selalu tidak percaya bahwadengan bahan-bahan yang kacau kita dapat menikmatimakanan yang luar biasa lezatnya. Saya yakin, orang-orangyang berumah mewah akan menghabiskan makanan itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
dalam sekejap, sekiranya makanan itu disajikan dalamwadah yang biasa dipergunakan mereka. Apalagi kalaudisajikan dalam wadah yang berukir dari keraton (diam)Tapi apa kau pikir demikian picik Mae, sehingga Maemengharapkan balasan dari setiap yang dilakukannya untukkita? Mae orang tua. Orang tua tidak pernah mengharapapa-apa. Mereka cuma mengharapkan anak-anaknya senangdan bahagia; jauh lebih senang daripada dia sendiri.
RETNO : Justru karena itu saya tidak tega. Saya tidak bisa.Sudahlah. Kau nanti terlambat. Pergilah kau. kalaumungkin, saya akan menyusul kelak. Percayalah, sayamencintai kau kapan saja. Saya akan selalu mengenangkankau.
TUKIJAN : Betul-betul kau tidak punya kepala. Apa kaumau makan tanah karena perempuan bangka itu?
MAE : Retno putriku.
RETNO : Ya, Mae (pada Tukijan)
MAE : Mae akan mengatakan sesuatu.
RETNO : Kali ini saya akan mendengarkan lebih dari yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
pernah saya lakukan.
MAE : Kenapa saya tiba-tiba melihat kau sedang menimanganak di suatu rumah yang teduh di bawah pohon-pohonyang rimbun?
RETNO : Melihat saya?
MAE : Dalam khayalan Mae. Tapi saya harap demikianlahyang sebenarnya. Kau nanti dapat berkah. Sebagai anakperempuan Mae, pergilah kau sebab masih banyak yanglebih baik yang perlu kau kerjakan. Kau harus lebih cepatdari pada matahari sekarang. Apalagi di sana.
TUKIJAN : Segera, Retno.
RETNO : Mae.
MAE : Lebih baik kau tak mengucapkan apa-apa.
RETNO : Saya tidak bisa.
MAE : Apa dulu kau menyangka bisa melakukan apa yangselama ini kau lakukan di sini setiap malam?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
RETNO : Mae.
MAE : Percayalah. lama-lama kau bisa dan biasa.
TUKIJAN : Minta pangestu, Mae.
22 Mae sendirian di panggungsetelah ditinggal pergi olehsemua anak-anaknya. Iabermonolog tentangkesendiriannya lalu
menyanyikan lagu LeloLedung sembari menangis
01.37.34 MAE : Gusti Pangeran. (anaknya bangun) Kau bangun,sayang. Kau tertawa, sayang. (memainkan anak itu) Nah,cah bagus. Kita tak pernah mendapatkan, tapi selalu merasakehilangan. (memejamkan mata) Tak ada. Sama saja —-gustiku, cuma kita berdua. (menyanyikan Lelo Ledung)
III.22/01.37.34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
TRIANGULASI HASIL PENELITIANSTRUKTUR DRAMADALAM PEMENTASAN “MEGA-MEGA” KARYAARIFIN C. NOER
Petunjuk :1. Bapak/Ibu yang menjadi triangulator dimohon untuk memberikan memeriksa kolom triangulasi analisis struktur drama “MEGA-MEGA” karya
Arifin C. Noer.2. Hasil analisis struktur akan dicermati dari tiga aspek yaitu tokoh, alur, dan tema3. Kode adegan mengacu pada Tabel Klasifikasi Adegan yang telah dibuat oleh peneliti dengan keterangan sebagai berikut;- Simbol angka romawi di bagian depan merujuk pada keterangan BABAK- Simbol angka setelah angka romawi merujuk pada keterangan ADEGAN- Simbol angka setelah garis miring merujuk pada keterangan MENIT DALAM VIDEO PEMENTASAN
No StrukturDrama
Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis
1 Tokoh MaeMae adalah sosok ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya walaupunbukan anak kandungnya. Bentuk perhatiannya bermacam-macambergantung kepada siapa perhatian itu akan diberikan. Selain itu, Maememiliki rasa kekhawatiran yang besar terhadap anak-anaknya. Mae takutjika terjadi apa-apa pada anak-anaknya karena Mae ingin semuaanak-anaknya menjadi orang yang baik.
Kehadiran Mae dapat dicermati pada setiap adegandari awal hingga akhir.
Panut Pemunculan karakter Panut dapat dicermati dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
Panut adalah seorang lelaki yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Awalnyadia hanya menjadi pengemis, lalu mencoba menjadi copet, dan padaakhirnya turut bekerja dengan Mas Woto yang dikenal bukan orangbaik-baik. Panut orang yang oportunis selalu memanfaatkan keaadaan yangbaik-baik saja demi keuntungannya. Panut juga orang yang selalumenghalakan banyak cara untuk mencari rezeki.
adegan berikut:I.3/03.50I.5/05.32I.6/13.34I.7/22.13I.8/24.31I.9/26.03
III.20/01.21.00RetnoRetno adalah seorang wanita yang berprofesi sebagai pelacur dan memilikisikap yang keras dalam bertutur kata. Dulu, Retno pernah menikah danmempunyai anak. Namun, Retno berpisah dengan suaminya dan anaknyameninggal dunia karena suaminya. Retno juga menaruh rasa cinta padaTukijan, seorang lelaki yang kemudian ia temui. Namun, Retno tidak mudahlagi percaya terhadap lagi karena pengalaman masa lalunya yang pahit.
Pemunculan karakter Retno dapat dicermati dalamadegan berikut:
I.1/00.45I.2/03.34I.6/13.34I.7/22.13I.8/24.31I.9/26.03I.10/28.36I.11/39.35II.12/42.48II.13/46.54II.14/51.16II.15/54.58
II.16/01.00.10III.17/01.09.30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
III.18/01.11.31III.19/01.14.56III.21/01.31.41
KoyalKoyal adalah orang yang dianggap tidak waras oleh para tokoh lain karenakegemarannya mengkhayal. Koyal punya kesukaan untuk membeli lotredan berangan-angan menjadi orang yang kaya. Pembawaan Koyal jugaselalu ceria namun Koyal takut kepada Tukijan.
Pemunculan karakter Koyal dapat dicermati dalamadegan berikut:I.10/28.36II.12/42.48II.13/46.54II.14/51.16II.15/54.58
II.16/01.00.10III.17/01.09.30III.18/01.11.31III.19/01.14.56
HamungHamung adalah orang yang selalu bergantung dengan orang lain danoportunis. Hamung selalu saja memanfaatkan Panut dengan selalu memujiapa yang dilakukan Panut sehingga nanti Hamung mendapat imbalan.Hamung juga memiliki sikap yang tidak peduli dengan orang lain, dia hanyapeduli dengan dirinya sendiri.
Pemunculan karakter Hamung dapat dicermatidalam adegan berikut:
I.7/22.13I.8/24.31I.9/26.03I.10/28.36II.12/42.48II.13/46.54II.14/51.16II.15/54.58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
II.16/01.00.10III.17/01.09.30III.18/01.11.31III.19/01.14.56
TukijanTukijan adalah orang yang keras dan mau berusaha bekerja dengan halaldemi masa depan yang baik. Tukijan juga menaruh perasaan cinta terhadapRetno bahkan mengajak Retno menikah. Selain itu, Tukijan juga mengajakRetno untuk turut ikut dia transmigrasi ke Sumatera. Tukijan tidak sukapada Koyal karena Koyal yang selalu mengkhayal menjadi kaya namuntidak ada usaha realistis untuk menjadi kaya.
Pemunculan karakter Tukijan dapat dicermatidalam adegan berikut:
I.11/39.35II.12/42.48II.13/46.54II.14/51.16II.15/54.58
II.16/01.00.10III.17/01.09.30III.18/01.11.31III.19/01.14.56
PemudaPemuda adalah orang yang berlalu-lalang hendak membeli jasa Retnosebagai pelacur. Pemuda ini hanya sebagai figuran yang lewat denganmalu-malu.
Pemunculan karakter Pemuda dapat dicermatidalam adegan berikut:
I.2/03.34
MasWotoMas Woto adalah tokoh yang tidak muncul di panggung hanya suaranyasaja yang terdengar dan keberadaannya diceritakan oleh tokoh lain.Berdasarkan cerita tokoh lain, Mas Woto memiliki kepribadian yang burukkarena pekerjaannya bukan pekerjaan yang baik-baik.
Pemunculan karakter Mas Woto dapat dicermatidalam adegan berikut:
I.9/26.03
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
2 Alur EksposisiBagian perkenalan terdapat pada seluruh babak satu. Perkenalan yangdimaksud adalah perkenalan seluruh latar belakang tokoh yang terlibatdalam peristiwa.
Awal babak satu hingga akhir babak satu
KonflikBagian konflik terdapat pada seluruh babak dua. Konflik yang muncul dapatdibagi menjadi dua bentuk yaitu khayalan Koyal dan juga realitaskehidupan mereka semua.
Awal babak dua hingga akhir babak dua
KlimaksBagian klimaks terdapat pada awal babak tiga hingga adegan sebelum Panutmasuk ke panggung. Adegan ini menjadi pergulatan setiap tokoh yangkemudian memilih untuk pergi meninggalkan Mae.
III.17/01.09.30 - III.19/01.14.56
PenyelesaianBagian penyelesaian terdapat pada babak tiga ketika Panut masuk panggunghingga diakhiri dengan Mae yang ditinggal sendirian. Akhir cerita ditandaidengan Mae yang menyanyikan lagu Lelo Ledhung
III.20/01.21.00 - III.22/01.37.34
3 Tema Tema MayorTema Mayor yang ditemukan peneliti yaitu gambaran kehidupan kerasorang-orang marjinal yang tidur di alun-alun. Yang dimaksud orang-orangmarjinal ini adalah orang-orang yang hidup dalam kemiskinan danpekerjaan yang tidak tetap bahkan dalam konteks sosial dianggap pekerjaantabu (pencuri, preman, pelacur, dll)
Pemunculan tema mayor ini dapat dicermati padaadegan-adegan pada babak satu karenamemperkenalkan latar kehidupan tiap-tiap tokoh.
Tema MinorTema Minor yang ditemukan peneliti yaitu tentang kesepian. Semua tokoh
Pemunculan tema minor ini dapat dicermati dariadegan yang paling kuat memunculkan topik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
dalam drama ini memiliki bentuk kesepian masing-masing. Pada akhirnya,semua yang datang akan pergi. Tema minor ini sangat kuat ditunjukkan olehMae sebagai seorang ibu yang ditinggalkan anak-anaknya.
kesepian pada adegan III.22/01.37.34. Terutamadidukut secara eksplisit dengan dialog “Kita takpernah mendapatkan, tapi selalu merasakehilangan”.
TriangulatorYogyakarta, 26 April 2018
Drs. Suharyoso S.K., M.Sn.NIDN: 00-0307-5005
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
TRIANGULASI HASIL PENELITIANTEKSTUR DRAMADALAM PEMENTASAN “MEGA-MEGA” KARYAARIFIN C. NOER
Petunjuk :4. Bapak/Ibu yang menjadi triangulator dimohon untuk memberikan memeriksa kolom triangulasi analisis tekstur drama “MEGA-MEGA” karya Arifin
C. Noer.5. Hasil analisis tekstur akan dicermati dari tiga aspek yaitu dialog, spectacle, dan mood.6. Kode adegan mengacu pada Tabel Klasifikasi Adegan yang telah dibuat oleh peneliti dengan keterangan sebagai berikut;- Simbol angka romawi di bagian depan merujuk pada keterangan BABAK- Simbol angka setelah angka romawi merujuk pada keterangan ADEGAN- Simbol angka setelah garis miring merujuk pada keterangan MENIT DALAM VIDEO PEMENTASAN
NoTeksturDrama
KodeAdegan
KeteranganAdegan
Dialog Spectacle Mood
1. Kesal I.5/05.32 Panutmenceritakankegagalannyamencopet di
pasar
PANUT : Soal baik tidaknya sayatidak peduli. Soalnya tangan ini.Sial. Sudah dua tahun saya berlatihtapi tak pernah saya berhasil.Bagaimana saya tidak jengkel.
MAE : Jengkel pada siapa?
Panut berjalan menjauh dari Maedan tidak menatap Mae.Kening yang dikerutkan dan bibiryang sedikit manyun ke depan.Tangan Panut memainkan tidakbisa tenang dengan terus bergerakdan kadang memainkan kaosnya
Dengan rujukan dialogdan spectacle, mood yangditunjukkan dalam adeganini adalah rasa kesal.Kekesalan tersebut sangatdominan ditujunkan olehPanut yang menceritakanperistiwa kesialan ketikamencopet di pasar.PANUT : Pada diri saya sendiri.
Coba di pasar Bringharjo. Jelaslaki-laki itu orang yang ceroboh.
Panut kembali duduk di dekat Maesetelah tadi menjauh dari Mae.Tangan Panut masih saja tidak bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
Artinya kalau saja pinter dancekatan tentu handphonenya sudahsaya dapatkan. Tapi tangan sayagemetaran. karena gemetar rusaksegalanya. Handphone sudahditangan tapi kaki sukardilangkahkan. Terpaksa handphoneitu saya kembalikan ketika matalaki-laki itu melotot dan segera sayamenghilang.
diam dan memberikan gestur yangmenjadi reka ulang kejadian dipasar.Saat bercerita tentang tangannya,nada bicara Panut jadi tinggiditambahkan gestur nafas yangtersengal-sengal
2. Sedih I.6/13.34 Mae meratapinasibnya yangtak dapat punyaanak karenamandul.
MAE : Perempuan seperti Mae. Ya,tidak?. Tidak semua perempuan.Saya telah menjalani hidup tidakkurang dari lima puluh tahun,panjang dan lengang. Tidak pernahsekalipun melahirkan anak.
RETNO : Mae memang mandul.
Tempo jalan Mae menjadimelambat lalu duduk di sampingRetno sembari mengelus punggungRetno.Di kalimat “Tidak pernah sekalipunmelahirkan anak”, nada suara Maemulai bergetar menahan tangis.
Dengan rujukan dialogdan spectacle, mood yangdimunculkan dalamadegan ini adalah rasasedih. Kesedihan dalampenggalan adegan inididominasi oleh Mae yangmenceritakan bahwadirinya mandul dan tidakbisa memiliki anak.Kesedihan Mae jugadiperkuat oleh Retno yangturut sedih mendengar
MAE : Saya tahu! Tahu! Tahu!Saya tahu!
MAE : (seraya menangis) Setiaporang dijagat raya. Semuanya.
Mae menjauh dari Retno yangtadinya duduk berdekatanNada bicara Mae semakin tinggisambil nafas tersengal-sengal.Mae pun mulai menangis sambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
kisah Mae lalu memintamaaf telah menyinggungperasaan Mae.
Seluruh isi jagat. Semut-semut puntahu saya perempuan mandul. Tapitidak sepatutnya kau berkata begitudihadapan saya.
RETNO : Saya minta maaf. Mae
teriak-teriak kepada Retno.Di kalimat “Tapi tidak sepatutnyakau berkata begitu di hadapanMae”, tempo bicara Mae melambatdan masih tetap menangis. LaluMae menuju bagian belakangpanggung dan duduk di dekatberingin sambil masih menangis takmau menatap Retno.
3. Senang I.10/28.36 Koyal hampirmenang lotre
KOYAL : Wah! saya carikemana-mana, rupanya kalian disini
MAE : Kita disini malam ini.Malam terang bulan. Malamsyyura. Malam penuh berkah.
Koyal berlari dari bagian penontonmenuju bagian panggung dekatdengan tiang lampu sambiltertawa-tawa.Koyal melompat-lompat tampakkegirangan sambil tangan kanannyamembawa sobekan koran dantangan kirinya membawa sebuahkertas lotre.
Dengan rujukan dialogdan spectacle, mood yangdimunculkan dalamadegan ini adalah rasasenang. Kesenangan yangmuncul dalam adegan inididominasi olehpermainan Koyal yangsedang menceritakanbahwa dirinya hampirmenang lotre.KOYAL : Betul! Malam berkah
melimpah (tertawa menang)Lihatlah kedua tanganku. Di tangankiri ; lembaran lotre. Di tangankanan sobekan koran.! Kalian tahu?
Koyal berlari menuju Hamungsambil tertawa senang.Mimik Koyal selalu tersenyum.Sobekan koran dan kertas lotreselalu dipegang erat oleh Koyal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
Aku telah menyobek koran yangterpasang di muka gedung Agung.Aku terlalu girang. Aku sobek sajakoran itu. Tak peduli!
MAE : Koyal…..
RETNO & HAMUNG : Kaumenang?
KOYAL : Hampir!
untuk menandakan bahwa itusangat berharga.Tempo bicara Koyal cepat danmenggunakan warna suara yangriang.
RETNO : Edan.
HAMUNG : Biasa. Kepala penjolotaknya ya penjol.
MAE : ( riang ) Anakku dapat lotre!
KOYAL : (bangga) Hampir Mae.
MAE : Syukur. Syukurlah. Hampir.
KOYAL : Kau lihat, Mung. Padakoran ini tertulis : “hadiah seratusmiliar pada nomer 432480,”,sedangkan punyaku 432488. Ha,beda satu, kan? (tertawa senang)Hampir aku menang. Betul tidak?
HAMUNG : Belum menang sudahhilang ingatan.
Koyal menutupi senyumnya dengansobekan koran.Koyal menari-nari kecil.Koyal memeluk MaeSeluruh gestur tubuh Koyaldigerakkan dengan tempo cepat.Pada dialog “100 milyar” dannomor lotre Koyal, nada yangdigunakan Koyal diberi penekanandengan berteriak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
4. Khawatir I.9/26.03 Mae khawatirkarena Panut
pergi mengikutiMas Woto
MAE : Dia pasti mendapat celaka!Pasti mendaat celaka! Tapi memangdia masih bocah. Bukan salahnya
HAMUNG : Jangan pedulikan
MAE : Dia tidak bersalah. Diamasih bocah. Setiap orangharus…….
HAMUNG : Sama sekali tak adasalahnya. Tak ada yang salah.
MAE : Orang tuanya yang salah.Tapi siapa orang tuanya? Di sinisaya orang tuanya. Jadi saya yangbersalah. Seharusnya saya terusmenahannya.
HAMUNG : Tak ada gunanya.
Mae melihat ke arah keluar Panut.Mae bergerak dengan cepat danmondar-mandir seperti orangkebingungan.Warna suara Mae agak tinggi danberbicara dengan cepat.
Dengan rujukan dialogdan spectacle, mood yangdimunculkan dalamadegan ini adalah rasakhawatir. Kekhawatiranyang muncul dalamadegan ini didominasioleh permainan Mae yangtakut dengan nasib Panutketika Panut memutuskanuntuk ikut Mas Woto.
RETNO : Mae tak usah terlalususah.
MAE : Siapa bilang? Mae tak
Warna suara Mae agak tinggi danberbicara dengan cepat.Mae sesekali menunjuk dan melihatke arah Panut keluar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
pernah bertanggung jawab.Sekarang disini Mae berusaha jadiIbu kalian. Salah satu di antarakalian sedang menuju ke penjaratanpa di sadarinya. Apakah Maeharus diam saja?
RETNO : Mae tak usah khawatir.Saya tak akan meninggalkan Mae.
Kening Mae dikerutkan dan jugabibir Mae ditekukkan ke bawah.Suara Mae sedikit bergetar sepertiingin menangis.
5. Marah II.13/46.54 Tukijan marahkarena
dibangunkanoleh Koyal yang
sedangmengigau bahwadirinya menang
lotre.
KOYAL : Horeee!!! Menang!!!Horeee!!!
KOYAL : Jan, katakan akumenang.
KOYAL : Jan, katakan. Akumenang. Katakan.
KOYAL : Jan.
TUKIJAN : Diam, anjing!
Tukijan malas untuk bangun daritidurnya.Ketika sudah terbangun, Tukijanmemegang kepalanya.Tukijan lalu berteriak memakiKoyal sambil memelototi Koyal.
Dengan rujukan dialogdan spectacle, mood yangdimunculkan dalamadegan ini adalah rasamarah. Kemarahan yangmuncul dalam adegan inididominasi olehpermainan Tukijan yangdibangunkan Koyal hanyauntuk hal yang tidakberguna yaitu khayalanKoyal menang lotre.
KOYAL : Tentu aku akan diam Tukijan tiba-tiba bangkit berlutut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
nanti setelah kau bilang akumenang.
KOYAL : Jan, tolong. Tolonglah.Katakan aku menang lotre.
TUKIJAN : DIam tidak?
KOYAL : Tentu. Tapi katakandulu.
TUKIJAN : Kutampar kau nanti.
KOYAL : Kau mau. Pasti. Pasti.Nah, katakan. Aku menang.
TUKIJAN : Kau menang! Asu!
sambil masih memelototi Koyalyang duduk di bawah.Jemari-jemari Tukijan tampakdigerakkan menunjukkankejengkelannya.Pada dialog “Kutampar kau nanti!”,Tukijan menuding Koyal dengantelunjuk kirinya.Pada dialog “Kau menang! Asu!”,Tukijan membentak Koyal.
6. Mesra I.11/39.35 Tukijanmenngungkapkan rasa sayangnyapada Retno danmengajaknya
untuk merantau.
TUKIJAN : Sama sekali salah kalauorang mengira bahwa niat saya inididorong oleh rasa ingin menolong.Kalau hanya lantaran perasaan itubarangkali tak perlu sampai-sampaisaya harus memperistri kau. Sayamembutuhkan kau. Tak lebih dariitu.
Tukijan berjalan pelan menujuRetno yang duduk di bangkuAda efek musik dimainkan ketikaTukijan melangkah ke arah Retno.Warna suara Tukijan lembut saatmelafalkan dialog untuk Retno
Dengan rujukan dialogdan spectacle, mood yangdimunculkan dalamadegan ini adalah rasamesra. Kemesraan yangmuncul dalam adegan inididominasi olehpermainan Tukijan yangmenyatakan perasaancintanya pada Retno.TUKIJAN : Impian itu mesti
diwujudkan, barulah ada artinya.Tukijan duduk perlahan di sampingRetno namun masih ada jarak di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
TUKIJAN : Saya juga tidak sukamenjanjikan apa-apa. Semuanyyamasih bakal. Yang saya milikihanya kemauan. Dan lagi kita hanyamendengar bahwa tanah di seberangpenuh kekayaan yang masihterpendam. Sangat luas. Segalanyamasih terpendam. Segalanya. Didalam tanah dan di dalam diri kita.Kalau kita sungguh-sungguhmenghendaki, kita harusmengangkatnya ke permukaanhidup kita. Saya kira begitu.
tempat duduk dengan Retno.Warna suara Tukijan masih lembutnamun kini juga ditambahiketegasan untuk meyakinkanRetno.
TUKIJAN : Retno! Kau percaya?Saya tak peduli siapa kau. Sayahanya membutuhkan kau. Tak lebihdari itu. Saya tidak tahu tapi betulsaya tak akan melakukan apa-apaseandainya kau tak ada. Itu saja. Itupun.
Tukijan mendekatkan duduknyapada Retno.Saat Retno beranjak, Tukijanlangsung memegang tangan Retno,menghalaunya untuk pergi.Warna suara Tukijan semakinmeyakinkan Retno.Pada dialog “Itu saja”, Retnotiba-tiba memeluk Tukijan. Lalu,tangan Tukijan yang masihmenggantung pun merengkuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
punggung Retno.Saat Retno memeluk, efek musikbernuansa romantis dimainkan.
TriangulatorYogyakarta, 22 April 2018
Drs. Suharyoso S.K., M.Sn.NIDN: 00-0307-5005
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
SinopsisMega-Mega
Lakon Mega-Mega diciptakan oleh Arifin C. Noer yang terbagi menjadi tiga babak. Tiap babak memiliki judul masing-masing sebagaiberikut di bawah mega (babak pertama), di atas mega (babak kedua), dan di atas mega (babak ketiga). Tokoh dalam lakon Mega-Megaterdiri dari delapan tokoh yaitu Mae, Panut, Retno, Hamung, Koyal, Tukijan, Pemuda, dan Mas Woto. Latar yang dihadirkan adalahAlun-Alun Yogyakarta yang kemudian dapat dicermati dalam video pementasan dihadirkan dengan simbol pohon besar di bagian tengah.
Babak Pertama (di bawah mega)Di panggung, Mae menimang bayi dan Retno sedang berdiri menunggu pelanggan. Retno lalu menyayikan lagu yang bernuansa ceria.
Setelah menyanyi, Mae memuji suara Retno dan mengusulkan Retno untuk menjadi penyiar radio atau mengamen saja. Retno hanyamenanggapi dengan ketus. Tiba-tiba seorang pemuda berlalu, Retno bersiap untuk menyambut. Pemuda tersebut kabur kemudian dikejaroleh Retno.
Panut masuk ke dalam panggung dengan berpura-pura bisu. Mae percaya bahwa Panut benar-benar bisu dan menjadi sangat khawatir.Ketika Panut berhenti berpura-pura dan tertawa hebat, Mae marah-marah. Panut langsung kabur, lari meninggalkan Mae sendirian.
Panut masuk lagi. Kini, Panut sangat ceria karena dirinya sudah menemukan pekerjaan yang lebih menggiurkan. Mae hanyamenasehati bahwa pekerjaannya sebagi pencopet itu tidak baik. Panut tersinggung dengan nasihat Mae lalu menceritakan kesialannyamencopet di pasar tadi.
Retno masuk sambil mengumpat-umpat pemuda yang tak jadi menggunakan jasanya. Mae lalu bertanya apakah Retno pernah memilikianak. Retno tersinggung dengan pertanyaan Mae lalu dia mengeluarkan isi hatinya tentang masa lalu Retno dan anaknya yang sudahmeninggal. Semakin Retno menceritakan, semakin Retno menjadi kesal lalu mengatai Mae mandul. Mae tersinggung dengan ungkapanRetno lalu menceritakan bahwa semua bentuk perhatian Mae kepada mereka adalah bentuk kasih sayang Ibu bagi mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
Hamung masuk ke panggung. Hamung tampak kesal menceritakan bahwa Tukijan tidak jadi berangkat. Topik tersebut menarik bagiaktor-aktor lain yang kemudian ikut menimpali pembicaraan Hamung tentang Tukijan. Di tenah obrolan mereka, Panut dipanggil oleh MasWoto. Mae menjadi khawatir karena Mas Woto bukan orang yang baik dan melarang Panut untuk ikut Mas Woto. Ketika Mae lengah,Panut langsung keluar Panut, menyisakan Mae yang sangat khawatir. Hamung dan Retno mencoba menentramkan Mae agar tak perlukhawatir.
Tiba-tiba Koyal masuk dengan gembira sambil membawa kertas di dua tangannya, kertas koran dan lotre. Koyal menceritakan bahwadirinya hampir menang lotre. Semua tokoh terhibur dengan tingkah Koyal yang konyol. Koyal bercerita bahwa dirinya melihatpengumuman di koran lalu menyobek koran tersebut. Ternyata Koyal hanya hampir menang belum menang lotre.
Ketika tahu Tukijan hendak mendekati tempat mereka, Hamung dan Koyal meninggalkan Mae dan Retno. Mae menuju pohon beringinmemberikan ruang bagi Tukijan dan Retno. Tukijan masuk lalu mendekati Retno. Tukijan menyatakan perasaannya pada Retno dan hendakmengajak Retno untuk ikut merantau. Retno juga mengungkapkan perasaan cintanya pada Tukijan, namun Retno belum bisa ikut denganTukijan. Setelah memeluk Tukijan, Retno pergi meninggalkan Tukijan.
Babak kedua (di atas mega)Koyal bercerita sendiri pada bulan, rumput dan beringin tua. Koyal bercerita bahwa dirinya hampir menang lotre. Lalu, Koyal
mengambil sobekan korannya tadi dan lotrenya. Ketika melihat kedua kertas itu, Koyal sangat kaget dan begitu girang karena diamenemukan bahwa nomor lotrenya sama dengan pengumuman. Koyal begitu senang lalu membangunkkan setiap tokoh yang sedangtertidur. Koyal hanya takut ketika membangunkan Tukijan. Ternyata Koyal kena marah ketika membangunkan Tukijan.
Semua tokoh sudah terbangun. Koyal mengajak mereka untuk pergi ke bank menukarkan lotre dengan hadiah uang yang dijanjikan.Semua tokoh setuju keculi Tukijan yang bermalas-malasan dengan khayalan Koyal. Akhirnya, mereka pergi ke bank dan membangunkandirektur bank yang sedang tertidur. Kata direktur bank, tidak perlu ditukar lotre dengan uang, cukup menunjukkan tiket lotre tersebut sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
dapat menjadi jaminan bagi Koyal.
Akhinya Koyal dan para tokoh lainnya sepakat untuk makan gudeg di pasar Beringharjo. Koyal berjanji akan mentraktir semua tokohuntuk makan sepuasnya karena dia baru saja menang lotre. Semua tokoh kemudian memesan gudeg dengan lauk kesukaannyamasing-masing. Hanya Tukijan yang tetap kesal dengan khayalan yang tak masuk akal baginya. Tukijan hanya mengikuti khayalan Koyaltersebut dengan malas-malasan.
Setelah puas makan gudeg, Koyal berencana membeli keraton dan menjadi raja di keraton. Akhirnya khayalan berpindah ke keratondan Koyal menjadi Rajanya. Koyal memberikan gelar pada masing-masing tokoh dan semua harus menuruti perintah Koyal. Karena sudahsangat muak, Tukijan pun menuturkan kekesalannya. Semua tokoh balik menyerang Tukijan. Pada akhirnya, Koyal merasa lelah danmenitahkan semua tokoh untuk beristirahat.
Babak ketiga (di atas mega)Koyal kembali dari lamunannya. Koyal melihat kaki Retno yang begitu mulus lalu mendekati Retno. Koyal mengelus kaki Retno.
Tiba-tiba, Tukijan membentak Koyal dan memarahi tingkah Koyal. Tukijan mengancam bahkan hendak memukul Koyal. Karena ketakutanKoyal berteriak-teriak sehingga membangunkan semua tokoh.
Hamung membela Koyal saat Tukijan mengintimidasi Koyal. Mae melerai pertengkaran yang terjadi. Koyal pun turut meninggalkanpanggung terpukul dengan amarah Tukijan. Retno tiba-tiba meninggalkan panggung karena perkelahian tersebut kemudian disusul Tukijanyang mengejarnya. Yang tersisa hanya Hamung dan Mae di panggung.
Panut datang membawa beberapa bungkus rokok dan memamerkannya pada Hamung. Masih terguncang oleh peristiwa perkelahianTukijan dan Koyal, Mae tambah terpukul ketika Panut datang membawa banyak rokok yang pasti hasil dari ikut Mas Woto. Hamungmenyanjung jerih payah Panut agar dia diberi rokok yang banyak itu. Panut terus saja mengoceh tentang dirinya yang sekarang merokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
dan sudah menjadi lelaki sejati. Hamung pun turut mendukung argumen-argumen Panut. Hanya Mae yang tersia sendiri melihat tingkahPanut dan Hamung.
Hamung berpamitan hendak pergi jauh lalu meminta rokok yang dibawa Panut. Panut memberikan rokoknya karena dia senang denganperlakuan Hamung. Ketika rokok sudah diberikan, Hamung juga meminta beberapa uang untuk bekal di perjalanan. Mae melarang Panutuntuk memberikan uangnya karena itu hasil jerih payahnya. Namun, Panut lebih percaya Hamung daripada Mae dan pada akhirnyamemberikan beberapa lembar uang pada Hamung.
Tersisa Panut dan Mae setelah kepergian Hamung. Mae terus saja menasihati Panut karena perilakunya yang benar-benar takmencerminkan orang yang baik. Mae menasihati mengenai pekerjaan dan prinsip hidup. Panut terpancing emosinya ketika diberikannasihat oleh Mae. Hampir saja Panut memukul Mae tetapi terhenti begitu saja dan Panut memilih pergi meninggalkan Mae. Mae menangismeratapi tingkah Panut.
Dari kejauhan terdengar suara Retno dan Tukijan, Mae segera menghapus tangisnya dan berpura-pura tak terjadi apa-apa. Tukijan danRetno tampak bersiap-siap untuk pergi merantau. Mereka hendak berpamitan dengan Mae. Mae merestui mereka berdua bahkanmeyakinkan Retno yang masih ragu karena tak sampai hati meninggalkan Mae sendirian. Akhirnya, Retno dan Tukijan berpamitan denganMae dan meninggalkan Mae sendirian.
Tersisalah Mae sendirian, meratapi dirinya yang ditinggalkan oleh anak-anaknya. Mae merasa kesepian dan menceritakan rasa sepinya.Mae bersedih sebagai manusia dia hanya selalu bertemu rasa sepinya. Mae menangis, tiba-tiba Mae menghampiri boneka anak lalumenimangnya, menghiburnya. Mae kemudian menyanyikan lagu lelo ledhung dan pertunjukan berakhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI