Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa...

128
i UNIVERSITAS INDONESIA Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa Angkutan Udara Terhadap Opsi Asuransi Perjalanan Dalam Pembelian Tiket Elektronik Jasa Angkutan Udara Lion Air SKRIPSI Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio 0806341904 FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM DEPOK JULI 2012 Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Transcript of Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa...

Page 1: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

i

UNIVERSITAS INDONESIA

Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna JasaAngkutan Udara Terhadap Opsi Asuransi Perjalanan DalamPembelian Tiket Elektronik Jasa Angkutan Udara Lion Air

SKRIPSI

Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio0806341904

FAKULTAS HUKUMPROGRAM STUDI ILMU HUKUM

DEPOKJULI 2012

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 2: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna JasaAngkutan Udara Terhadap Opsi Asuransi Perjalanan DalamPembelian Tiket Elektronik Jasa Angkutan Udara Lion Air

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio0806341904

FAKULTAS HUKUMPROGRAM STUDI ILMU HUKUM

KEKHUSUSAN HUKUM TENTANG KEGIATAN EKONOMIDEPOK

JULI 2012

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 3: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

iii

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 4: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

iv

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 5: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis berikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

dan karunia-Nya, skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen

Pengguna Jasa Angkutan Udara Terhadap Opsi Asuransi Perjalanan Dalam

Pembelian Tiket Elektronik Jasa Angkutan Udara Lion Air”dapat terselesaikan.

Dengan segala bantuan dan bimbingan yang selama ini didapatkan sejak awal

masa kuliah hingga penulisan skripsi, Penulis mengucapkan terima kasih kepada

para pihak.

1. Allah Bapa di Surga, pemberi pengharapan dan kasih yang tiada terukur. “He

has made everything beautiful in its time. He has also set eternity in the

human heart; yet no one can fathom what God has done from beginning to

end.” (Ecclesiastes 3:11) Dad, Thank you for Your unfailing love to me. I am

nothing without You;

2. Orang tua Penulis, Ir. Elson Siallagan dan Diana Purba, S.Pd., yang telah

merawat dan membimbing Penulis hingga dapat menyelesaikan jenjang

pendidikan S1.

3. Saudara Penulis – Frida Elmindo Ropeta, Melani Purbaningsih, Marsintani

Eltarida dan Julyandi Sautmarito N. A. saudara terbaik bagi Penulis.

4. Henny Marlyna, S. H., M. H., M. LI. selaku Pembimbing Skripsi yang sangat

berjasa dalam memberi masukan dan saran selama kurang lebih satu tahun

proses pembuatan skripsi.

5. Seluruh dosen pengajar FHUI beserta Bang Arman Nefi selaku Pembimbing

Akademis Penulis yang telah memberikan ilmu dan pegetahuan yang sangat

berharga selama 4 tahun studi Penulis.

6. Seluruh staf Fakultas Hukum UI yang telah memberikan bantuan administrasi

maupun semangat selama Penulis menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum.

7. Perpustakaan Pusat UI -- the Crystal of Knowledge, University of Indonesia

beserta seluruh staf yang telah menyediakan tempat, sumber bacaan, dan

inspirasi bagi Penulis.

8. Elizabeth F. P. Sidabutar & Lisbeth Apriyanti Panjaitan. Thank you so much

for the friendship and support you’ve given to me for the past years.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 6: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

vi

9. GADISH – Grace Fan, Desiana Chrismasari, Irawaty Melissa Sinaga,

Priscilla R. Manurung, dan Hanna Friska L. Marbun yang senantiasa

memberikan pembelajaran hidup, semangat, dan doa, serta saling menguatkan

dalam Kristus.

10. Kevin Fridolin Siahaan, Mario Arif B. Simbolon, Frans Pardede, Fajar

Ridwan Siahaan, Jahotman Ambarita, dan Jerika Silalahi yang selalu

memberi semangat dan saran selama proses pembuatan skripsi dan juga canda

tawa yang kalian berikan di sela kejenuhan penulis.

11. CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho Seong

Gyeong, Elda Lunera Hutapea, Mariy Ashley Silitonga, my roommate Ruth

Novida Sihite, Yuwita Margareth, Januar Sianipar, Samuel Sormin, Ricky

Junitri Lumban Gaol, Windy Mulia Lim, Merry Christy, Reinhard Panuturi

Siringoringo, John Louis, dan seluruh anggota CAN Mission yang tidak dapat

disebutkan satu per satu. Thank you guys. Thank you for the prayer and

support.

12. Ms. Jeong-Hyeon Heni dan Mrs. Yu Jeong Eun yang telah memberikan

perhatian dan nasehat kepada Penulis.

13. Dhinhawati Sembiring yang telah menjadi motivatior Penulis dalam kegiatan

di dalam dan luar kampus terutama sebagai partner Penulis dalam HAN-ON

International Forum, Seoul – Korea Selatan.

14. Maryane Anugerah Putri, Dewi Novita Sitorus, Ester Patricia, dan Avokanti

Nur Arimurti, teman berlibur Penulis di tengah hiruk pikuk perkuliahan.

15. SMBC Global Foundation yang telah memberikan beasiswa pendidikan

kepada Penulis selama 2 tahun studi Penulis.

16. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh Penulis. Terima

kasih atas perhatian yang telah diberikan sehingga Penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ini.

Sebagai prasyarat kelulusan program Sarjana pada Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, Penulis senantiasa berupaya untuk memberikan usaha

terbaik dalam proses penulisan skripsi ini. Meskipun demikian Penulis menyadari

bahwa skripsi ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, Penulis dengan kerendahan

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 7: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

vii

hati mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna penelitian lanjutan di

masa mendatang.

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi pembaca sertapengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, Juli 2012

Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 8: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

viii

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 9: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

ix

ABSTRAK

Nama : Elisabeth Saragionova Narotama AllaganioProgram Studi : Hukum Tentang Kegiatan EkonomiJudul : Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa

Angkutan Udara Terhadap Opsi Asuransi Perjalanan DalamPembelian Tiket Elektronik Jasa Angkutan Udara Lion Air

UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mewajibkan setiap penyediajasa angkutan udara untuk menyediakan asuransi dalam bentuk Asuransi JasaRaharja. Di samping menerapkan Asuransi Jasa Raharja, Lion Air menyediakansistem pertanggungan yang disebut Asuransi Perjalanan Lion Air. Denganmenggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini mengkaji status AsuransiPerjalanan Lion Air merujuk pada Asuransi Jasa Raharja sebagai asuransi wajib,pemenuhan hak-hak konsumen pengguna jasa, serta perlindungan terhadapkonsumen yang tidak membayar Asuransi Perjalanan Lion Air. Pengumpulan datamelalui kuesioner menunjukkan sebagian besar responden tidak mengetahuiadanya Asuransi Jasa Raharja dalam jasa penerbangan dan tidak membacaketerangan lebih lanjut mengenai Asuransi Perjalanan Lion Air sebelummelakukan transaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Asuransi PerjalananLion Air merupakan asuransi tambahan; hak atas informasi serta hak untukmendapat pembinaan dan pendidikan konsumen tidak dipenuhi; serta tersedianyapertanggungjawaban dari pihak penyedia jasa penerbangan dan Jasa Raharga bagikonsumen yang tidak membayar Asuransi Perjalanan Lion Air. Dengan demikian,disarankan agar penyedia jasa pengangkutan memberikan informasi yang jelasdan tidak rumit, di sisi lain mendorong konsumen memperlengkapi diri akaninformasi mengenai jasa yang ditawarkan.

Kata kunci:Hukum Perlindungan Konsumen, asuransi perjalanan, penerbangan, tiketelektronik.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 10: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

x

ABSTRACT

Name : Elisabeth Saragionova Narotama AllaganioStudy Program: Hukum Tentang Kegiatan EkonomiTitle :“Juridical Analysis on Consumer Protection of Commercial

Aircraft Passangers Concerning the Option of Travel Insurance inthe Purchase of Electronic Ticket of Lion Air”

Law No. 1 Year 2009 on Aviation stipulated that carriers shall be obligatedto insure their liabilities towards passengers in the form of Jasa Raharja Insurance.Aside from providing Jasa Raharja Insurance, Lion Air provides Lion Air TravelInsurance. Based on qualitative research method, this study examines the status ofLion Air Travel Insurance related to Jasa Raharja Insurance; the fulfillment ofconsumer rights as well as the protection of consumers who do not pay for LionAir Travel Insurance. The questionnaires showed that most of the respondentswere not aware of the existence of Jasa Raharja Insurance in aviation service anddid not read further details about Lion Air Travel Insurance before transaction.The study showed that Lion Air Travel Insurance is an additional insurance;consumer’s rights on information and education are not fulfilled; and the vestedliability on Jasa Raharja along with the carrier to provide insuance for consumerwho does not pay for Lion Air Travel Insurance. Therefore, carrier should give aclear information for the consumers. On the other hand, consumers areencouraged to equip themselves with the information on the services offered.

Key words:Consumer Protection Law, travel insurance, aviation, electronic ticket.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 11: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... iLEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ivKATA PENGANTAR ........................................................................................ vLEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH........................... viiABSTRAK .......................................................................................................... viiiDAFTAR ISI....................................................................................................... xiDAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiiiDAFTAR TABEL............................................................................................... xivDAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvBAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Permasalahan ................................................................. 11.2 Pokok Permasalahan ............................................................................... 61.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 61.4 Definisi Operasional................................................................................ 71.5 Metode Penelitian.................................................................................... 81.6 Sistematika Penulisan ............................................................................. 11

BAB 2 TINJAUAN UMUM TERHADAP HUKUM PERLINDUNGANKONSUMEN DAN HUKUM ASURANSI ..................................................... 13

2.1 Hukum Perlindungan Konsumen ........................................................... 132.1.1 Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen................................. 132.1.2 Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen ....................... 162.1.3 Pihak Dalam Hukum Perlindungan Konsumen ............................. 17

2.1.3.1 Konsumen ......................................................................... 172.1.3.2 Pelaku Usaha..................................................................... 202.1.3.3 Pemerintah ........................................................................ 212.1.3.4 Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat 23

2.1.4 Produk Konsumen.......................................................................... 242.1.5 Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha ........................ 25

2.1.5.1 Hak dan Kewajiban Konsumen ........................................ 252.1.5.2 Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha.................................... 28

2.1.6 Hal-Hal yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha.................................... 292.1.7 Tanggung Jawab Pelaku Usaha ..................................................... 312.1.8 Tahap-Tahap Transaksi ................................................................. 312.1.9 Penyelesaian Sengketa .................................................................. 33

2.2 Hukum Asuransi di Indonesia ................................................................ 352.2.1 Pengertian Asuransi ....................................................................... 352.2.2 Subjek dan Objek Asuransi............................................................ 38

2.2.2.1 Subjek Asuransi .............................................................. 382.1.2.2 Objek Asuransi ................................................................ 39

2.2.3 Risiko ............................................................................................. 402.2.4 Prinsip-Prinsip Asuransi................................................................. 42

2.2.4.1 Prinsip Kepentingan yang Diasuransikan (InsurableInterest) ........................................................................ 42

2.2.4.2 Prinsip Itikad Baik (Utmost Good Faith) ........................ 432.2.4.3 Prinsip Keseimbangan (Idemniteit Principle) ................. 43

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 12: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

xii

2.2.4.4 Prinsip Subrogasi (Subrogation Principle) ..................... 442.2.4.5 Prinsip Sebab-Akibat (Causaliteit Principle).................. 452.2.4.6 Prinsip Kontribusi............................................................ 462.2.4.7 Prinsip Follow the Fortunes ............................................ 47

2.2.5 Jenis Asuransi ................................................................................ 472.2.6 Asuransi Berganda ......................................................................... 48

BAB 3 ASURANSI PENERBANGAN ............................................................ 523.1 Tujuan Asuransi Penerbangan................................................................. 523.2 Tanggung Jawab Pengangkut.................................................................. 533.3. Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut .................................................... 54

3.3.1. Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut Berdasarkan Ilmu Hukum 553.3.1.1 Tanggung Jawab Berdasarkan Kesalahan ........................ 553.3.1.2 Tanggung Jawab Berdasarkan Praduga............................ 563.3.1.3 Tanggung Jawab Mutlak .................................................. 58

3.3.2 Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut Dalam UU No. 1Tahun 2009 .................................................................................... 59

3.4.Asuransi Penerbangan Sebagai Asuransi Wajib ..................................... 613.5. Asuransi Kecelakaan Penumpang Angkutan Udara Jasa Raharja ......... 643.6. Asuransi Perjalanan Lion Air................................................................. 65

BAB 4 ASURANSI PERJALANAN LION AIR DALAM PEMBELIANTIKET SECARA ELEKTRONIK .................................................................. 69

4.1 Status Asuransi Perjalanan Lion Air dalam Lingkup Hukum Asuransi . 694.2. Penutupan Asuransi Dalam Pembelian Tiket Elektronik....................... 704.3. Informasi Asuransi Perjalanan Lion Air Dalam Proses Pembelian Tiket

Online ...................................................................................................... 754.4. Pengetahuan Konsumen Mahasiswa UI Depok Mengenai Asuransi

Perjalanan Lion Air ................................................................................. 764.5. Hak Konsumen Lion Air........................................................................ 784.6. Tanggung Jawab Terhadap Penumpang Lion Air.................................. 81

BAB 5 PENUTUP.............................................................................................. 835.1 Kesimpulan ............................................................................................ 835.2 Saran........................................................................................................ 85

DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 87

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 13: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Input Informasi Penerbangan..............................................................70

Gambar 2 Pilihan Jadwal Penerbangan................................................................70

Gambar 3 Asuransi Perjalanan..............................................................................71

Gambar 4 Informasi Tarif ....................................................................................72

Gambar 5 Persetujuan Pelanggan........................................................................ 73

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 14: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Santunan Jasa Raharja............................................................................65

Tabel 3.2 Premi Asuransi Perjalanan Lion Air......................................................66

Tabel 3.3 Santunan Jasa Raharja............................................................................67

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 15: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun 2011 tentang

Tanggung Jawab Pengangkut Udara

Lampiran 2 Tiket dan Sertifikat Asuransi Perjalanan Lion Air

Lampiran 3 Daftar Pertanyaan Kuesioner

Lampiran 4 Panduan Wawancara

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 16: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

1

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, manusia adalah konsumen sejati. Hal ini dikarenakan

manusia pasti membutuhkan sandang, pangan, dan papan untuk tetap bertahan

hidup dengan memanfaatkan alam sekitarnya. Kebutuhan manusia akan menjadi

semakin kompleks seiring dengan perkembangan jaman. Kita dapat melihat

perubahan yang signifikan dalam kehidupan masyarakat yang mengarah kepada

modernisme. Pola pikir dan kebiasaan masyarakat pedesaan yang lebih mengarah

pada produksi sendiri mulai ditinggalkan dan digantikan oleh pola konsumerisme

daerah perkotaan.

Seiring perkembangan pola konsumerisme masyarakat, pelaku usaha

sebagai penyedia barang dan/atau jasa dalam praktiknya sering memiliki posisi

yang lebih superior dibandingkan dengan konsumen barang dan/atau jasa itu

sendiri. Keadaan ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan hubungan produsen

dan konsumen dalam bertransaksi. Dengan adanya kesenjangan diantara para

pihak, manusia mulai membutuhkan suatu perlindungan sebagai seorang

konsumen terhadap tindakan sebagian produsen “nakal”.

Selain posisi konsumen di Indonesia yang tergolong lemah, alasan yang

sering muncul adalah belum adanya penerapan hukum yang memadai untuk

melindungi konsumen. Tidak banyak masyarakat yang berkeinginan untuk

menyelesaikan permasalahan yang mereka alami terkait barang dan/atau jasa yang

mereka konsumsi melalui jalur hukum. Seperti dikutip dalam “Naskah Final

Sementara Rancangan Akademik UU tentang Perlindungan Konsumen”, alasan di

balik sikap masa bodoh konsumen di Indonesia adalah:

1. Hukum yang belum menjamin kepentingan perlindungan atas konsumen;

2. Aparat penegak hukum belum mampu melaksanakan peraturan perundang-

undangan yang ada;

3. Tingkat kesadaran konsumen yang masih rendah;

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 17: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

2

UNIVERSITAS INDONESIA

4. Masih kuatnya sistem nilai yang tidak mendukung pelaksanaan upaya

perlindungan konsumen secara efektif.1

Bentuk perlindungan bagi konsumen dimaksudkan untuk mempertahankan

dan memperjuangkan hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh rakyat.

Keberpihakan pada konsumen sebenarnya merupakan wujud nyata ekonomi

kerakyatan.2 Indonesia, sebagai salah satu negara di dunia yang menjunjung tinggi

demokrasi kerakyatan, sudah selayaknya menjalankan peran perlindungan

tersebut terhadap rakyat secara keseluruhan. Untuk memberikan perlindungan

menyeluruh kepada masyarakat, pemerintah mengundangkan peraturan yang

mengatur mengenai perlindungan konsumen, yaitu Undang-Undang No. 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen. Untuk memperkokoh perlindungan bagi

konsumen di Indonesia, pemerintah juga membangun sebuah lembaga yang

menangani masalah perlindungan terhadap konsumen yaitu Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia (YLKI).

Jauh sebelum diundangkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, masyarakat internasional melalui Resolusi Perserikatan

Bangsa-Bangsa Nomor 39/248 Tahun 1985 tentang Perlindungan Konsumen

(Guidelines for Consumer Protection) juga telah merumuskan kepentingan

konsumen yang perlu dilindungi yang meliputi:

1. Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan;

2. Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial konsumen;

3. Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan

kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak dan

kebutuhan pribadi;

4. Pendidikan konsumen;

5. Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif;

6. Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi lainnya

yang relevan dan memberikan kesempatan kepada organisasi tersebut untuk

1 Yusuf Shofie, Percakapan tentang Pendidikan Konsumen dan Kurikulum FakultasHukum, (Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 1998) hal. 3.

2 Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya, (Bandung:PT Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 2.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 18: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

3

UNIVERSITAS INDONESIA

menyatakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan yang

menyangkut kepentingan mereka.3

Kesenjangan yang terjadi antara konsumen dan pelaku usaha tidak jarang

menimbulkan permasalahan bagi konsumen. Masalah yang kerap timbul berkaitan

dengan perlindungan konsumen diantaranya penetapan klausula baku oleh

pengusaha, tidak terjaminnya keselamatan kosumen atas suatu produk, atau pun

kurangnya informasi yang diberikan pada konsumen mengenai aturan pemakaian

suatu produk barang dan/atau jasa. Dalam hal pertanggungjawaban pelaku usaha

kerap pula terjadi pelaku usaha yang tidak memberikan tanggung jawab penuh

terhadap konsumen atau bahkan mengalihkan tanggung jawab dari pelaku usaha

kepada konsumen.

Perlindungan Konsumen diartikan sebagai segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.4 Di lain

sisi, yang dimaksud dengan konsumen menurut UU No. 8 Tahun 1999 adalah

setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik

bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain

dan tidak untuk diperdagangkan.5 Penggolongan konsumen tersebut tidak terbatas

pada bidang tertentu. Dengan demikian, perlindungan terhadap konsumen

sangatlah luas di berbagai sektor perdagangan barang dan/atau jasa. Bila kita

mengacu pada pengertian tersebut, perlindungan konsumen juga meliputi pemakai

jasa angkutan udara.

Seiring dengan diratifikasinya WTO/GATTs oleh Indonesia, pemerintah

tidak dibenarkan lagi untuk melakukan monopoli di bidang perusahaan (jasa)

penerbangan. Perusahaan penerbangan mulai menjamur di tanah air Indonesia

secara bebas. Perang tarif dan promosi pun semakin marak dengan tujuan menarik

penumpang sebanyak-banyaknya. Namun, di sisi lain, tarif yang murah sering

menurunkan kualitas pelayanan (servis), bahkan yang lebih mengkhawatirkan lagi

3Widjaja, Gunawan dan Yani, Ahmad, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, cetakan II,2001), hal. 12-13.

4 Indonesia (a), Undang-Undang Perlindungan Konsumen UU No. 8 Tahun 1999 Pasal1(1).

5 Ibid., Pasal 1 angka 2.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 19: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

4

UNIVERSITAS INDONESIA

adalah akan menyebabkan berkurangnya kualitas pemeliharaan pesawat sehingga

rawan terhadap keselamatan penerbangan.6

Dengan melihat kemungkinan yang dapat terjadi, Pemerintah mengeluarkan

kebijakan bagi pengangkut dimana pengangkut bertanggung jawab atas kerugian

penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap, atau luka-luka yang diakibatkan

kejadian angkutan udara di dalam pesawat dan/atau naik turun pesawat udara.7

Hal ini dilakukan mengingat tingginya risiko yang dimiliki oleh jasa angkutan

udara, sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2009

tentang Penerbangan. Tanggung jawab yang diberikan oleh pemerintah melalui

undang-undang tersebut wajib dimasukkan ke dalam suatu pertanggungan atau

asuransi oleh pelaku usaha angkutan udara.

Asuransi atau pertanggungan lahir dari suatu perjanjian. Perjanjian

pertanggungan sebenarnya merupakan suatu perjanjian timbal balik oleh karena

kedua pihak saling mengikatkan diri pada sesuatu dan dengan demikian dapat

pula sebaliknya dipecahkan jika ternyata ada wanprestasi.8 Sesuai amanat yang

diberikan undang-undang asuransi, pertanggungan dalam jasa penerbangan

tersebut dimasukkan ke dalam komponen tiket penumpang angkutan udara.

Bila melihat pada praktik perusahaan jasa angkutan udara, terdapat

keberagaman sistem pembebanan pertanggungan yang diberlakukan terhadap

konsumen dalam pembelian jasa angkutan udara. Sebagian perusahaan jasa

angkutan udara memberlakukan asuransi perjalanan bagi para konsumen hanya

melalui Asuransi Jasa Raharja, yakni dengan memasukkan secara otomatis biaya

premi asuransi ke dalam total biaya yang harus dikeluarkan konsumen. Di sisi lain,

terdapat pula perusahaan jasa angkutan udara yang memberlakukan

pertanggungan konsumen lainnya yakni asuransi perjalanan dari perusahaan

angkutan udara itu sendiri dalam bentuk opsi atau pilihan pada saat membeli tiket

penerbangan.

6 Saefullah Wiradipradja, “Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan TerhadapPenumpang Menurut Hukum Udara Indonesia” dalam Jurnal Hukum Bisnis Vol. 25-NO.1-Tahun2006 hal. 6.

7 Indonesia (b), Undang-Undang Penerbangan UU No. 1 Tahun 1999 Pasal 141.

8 Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, S.H., Hukum Pertanggungan, (Jogjakarta:Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1982), Hal. 9 .

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 20: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

5

UNIVERSITAS INDONESIA

Maraknya dunia penerbangan Indonesia saat ini boleh jadi dipelopori oleh

munculnya maskapai penerbangan murah pertama di Indonesia, yaitu Lion Air.

Dengan slogannya: “We make people fly", maskapai yang baru beroperasi awal

tahun 2000-an tersebut seolah memicu munculnya maskapai low cost lainnya.

Lion Air sebagai maskapai baru segera menjadi bahan perbincangan karena

mampu menyedot banyak penumpang meski kehadirannya sempat diragukan

sebelumnya. Bahkan kini, maskapai tersebut telah menduduki peringkat pertama

sebagai maskapai dengan penumpang terbanyak di tanah air selama tiga tahun

berturut-turut yakni tahun 2008, 2009, dan 2010. Dengan diraihnya prestasi ini,

Lion Air terbukti menjadi maskapai penerbangan favorit di Indonesia. Hal ini

dapat dilihat dari data yang diberikan Kementerian Perhubungan kepada Investor

Daily dimana Lion Air menguasai 42% pangsa pasar penerbangan rute domestik

2010 dengan raihan sebanyak 17.798.685 orang penumpang. Disusul kemudian

pada 2009, Lion Air menguasai kembali 30,7% pangsa pasar yang sama dengan

13.500.000 penumpang. Kesuksesan Lion Air tetap dipertahankan hingga tahun

2008 dimana maskapai itu menguasai pangsa pasar dalam negeri sebesar 24,4%

atau setara dengan 9.147.000 orang.9

Untuk memaksimalkan pelayanan serta memberikan kemudahan bagi

konsumen dalam pemesanan tiket, Lion Air menyediakan pemesanan tiket secara

elektronik atau online melalui website atau sms booking. Sistem pembelian secara

online ini memang dirasakan sangat bermanfaat dan efisien bagi calon penumpang.

Dalam sistem pembelian elektronik ini, pertanggungan terhadap penumpang

dalam bentuk asuransi perjalanan yang diberikan oleh maskapai Lion Air

dilakukan dengan sistem pilih atau opsi. Para calon penumpang saat melakukan

proses pembelian tiket direkomendasikan untuk membeli asuransi perjalanan oleh

maskapai Lion Air. Dengan demikian penumpang mempunyai dua pilihan yaitu

membeli atau tidak membeli asuransi perjalanan yang ditawarkan Lion Air.

Calon penumpang, dalam hal ini sebagai konsumen jasa angkutan udara

yang wajib diberikan perlindungan sesuai amanat peraturan perundang-undangan

9 Tri Listiyarini, “Penumpang Lion Air Masih Teratas; Air Asia Menyalip Garuda”,sumber: Kementerian Perhubungan http://trilistiyarini.blogspot.com/2011/01/penumpang-lion-air-masih-teratas.html.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 21: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

6

UNIVERSITAS INDONESIA

di bidang penerbangan, tentu menginginkan perlindungan yang pasti dalam

perjalanan mereka. Informasi yang mendukung dalam pemakaian jasa

penerbangan beserta perlindungannya menjadi hal krusial yang mempengaruhi

konsumen dalam membeli produk jasa. Dengan melihat pada fakta tersebut,

penulis ingin memaparkan lebih lanjut mengenai posisi asuransi perjalanan

tambahan konsumen jasa angkutan udara di Indonesia serta pemenuhan terhadap

hak konsumen jasa angkutan udara terkait asuransi penerbangan dalam metode

penjualan asuransi perjalanan dalam pembelian tiket secara elektronik pada jasa

angkutan udara Lion Air sebagai asuransi perjalanan tambahan.

1.2 Pokok Permasalahan

Dalam melakukan penelitian ini, Penulis menemukan beberapa

permasalahan diantaranya:

1. Bagaimanakah status Asuransi Perjalanan Lion Air dalam lingkup Hukum

Asuransi?

2. Apakah metode penjualan dari asuransi perjalanan yang disediakan jasa

angkutan udara Lion Air telah memenuhi hak-hak konsumen?

3. Bagaimanakah perlindungan konsumen jasa angkutan udara Lion Air yang

tidak membeli Asuransi Perjalanan Lion Air yang ditawarkan saat membeli

tiket secara elektronik?

1.3. Tujuan Penulisan

Suatu tujuan itu dicapai agar penulisan ini dapat lebih terarah dan dapat

mengenai sasaran yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai dibagi

menjadi 2 (dua) bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk dapat menambah wawasan

dan pengetahuan baik kepada peneliti maupun kepada pembaca melalui studi

keilmuwan tentang Tinjauan yuridis perlindungan konsumen pengguna jasa

angkutan udara terhadap opsi penyertaan asuransi perjalanan dalam pembelian

tiket elektronik jasa angkutan udara.

Sementara itu, tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 22: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

7

UNIVERSITAS INDONESIA

1. Untuk mengetahui bagaimanakah status Asuransi Perjalanan Lion Air dalam

lingkup Hukum Asuransi;

2. Untuk mengetahui pemenuhan hak-hak konsumen dalam metode penjualan

dari asuransi perjalanan yang disediakan jasa angkutan udara Lion Air;

3. Untuk mengetahui bagaimanakah perlindungan konsumen jasa angkutan udara

Lion Air yang tidak membeli Asuransi Perjalanan Lion Air yang ditawarkan

saat membeli tiket secara elektronik.

1.4. Definisi Operasional

Penulisan dalam penelitian ini menggunakan beberapa istilah yang perlu

dijabarkan secara jelas. Penjelasan beberapa istilah tersebut diambil dari kamus

dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penulisan. Beberapa

istilah itu adalah sebagai berikut :

1. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.10

2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.11

3. Tanggung jawab pengangkut adalah kewajiban perusahaan angkutan udara

untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pengirim

barang serta pihak ketiga.12

4. Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,

dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung,

dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada

tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin

akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,

10 Indonesia (a), Pasal 1 angka (1).

11 Ibid., Pasal 1 angka (2).

12 Indonesia (c). Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun 2011 tentangTanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara, Pasal 1 angka 3.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 23: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

8

UNIVERSITAS INDONESIA

atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal

atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.13

5. Objek asuransi adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia,

tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang,

rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya.14

6. Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara

untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan

atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa

bandar udara.15

7. Tiket adalah dokumen berbentuk cetak, melalui proses elektronik, atau bentuk

lainnya, yang merupakan salah satu alat bukti adanya perjanjian angkutan

udara antara penumpang dan pengangkut, dan hak penumpang untuk

menggunakan pesawat udara atau diangkut dengan pesawat udara.16

1.5. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu

atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya.17

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang

bersifat yuridis normatif, artinya penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui norma hukum tertulis, yang dalam hal ini mengetahui perlindungan

konsumen pengguna jasa angkutan udara terkait dengan opsi asuransi tiket

elektronik ditinjau dari Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

13 Indonesia (d). Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, Pasal1 angka (1).

14 Ibid., Pasal 1 angka (2).

15 Indonesia (b), Pasal 1 angka (13).

16 Ibid., Pasal 1 angka (27).

17Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 1986), hlm. 43.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 24: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

9

UNIVERSITAS INDONESIA

Menurut sifatnya, penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan tipe

penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan data

seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya, untuk

mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat

teori-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori-teori baru.18 Dalam hal

penelitian ini menggunakan data yang seteliti mungkin mengenai asuransi

perjalanan pada perusahaan jasa angkutan udara terhadap peraturan terkait

asuransi di bidang jasa angkutan udara dengan mengaitkannya pada praktek usaha

jasa Lion Air.

Menurut bentuknya, penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan tipe

penelitian evaluatif, dimana penelitian ini ditujukan untuk menilai apakah

tindakan perusahaan jasa Lion Air sesuai dengan peraturan yang berlaku di bidang

penerbangan Indonesia.

Menurut penerapannya, penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan

tipe penelitian yang berfokuskan pada masalah, yaitu suatu penelitian yang

bertujuan untuk mengaitkan antara bidang teori dengan bidang praktik, dimana

dalam hal ini, penelitian ini akan mengaitkan antara bidang hukum perlindungan

konsumen terhadap kegiatan jasa angkutan udara Lion Air.

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu data-data yang diperoleh dari bahan pustaka, dimana data-data yang

dipergunakan dalam melakukan penelitian ini adalah berupa buku-buku,

sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya pada bagian tinjauan pustaka dan

dokumen-dokumen tertulis lainnya serta kuesioner sebagai data pendukung.

Adapun karena penelitian ini menggunakan jenis data sekunder, maka jenis

data sekunder itu dibagi lagi ke dalam 3 (tiga) macam bahan hukum, yaitu :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

mengikat berupa peraturan perundang-undangan Indonesia. 19 Dalam

penulisan ini, terdapat data-data yang diambil dari Undang-Undang No. 1

Tahun 2009 tentang Penerbangan, Undang-Undang No. 2 Tahun 1992

18 Ibid, hlm. 10.

19 Ibid., hal. 52.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 25: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

10

UNIVERSITAS INDONESIA

tentang Usaha Perasuransian serta perubahannya, dan Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat kaitannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa bahan hukum primer,

antara lain yaitu : buku, artikel ilmiah, dan sebagainya. Dalam penulisan ini,

terdapat penjelasan yang diperoleh dari buku;

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, misalnya kamus.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

dokumen, wawancara, dan teknik pengambilan data kuesioner. Dalam hal

mengenai studi dokumen, studi dokumen ini dilakukan terhadap data sekunder

yang berupa peraturan perundang-undangan, berupa Undang-Undang No. 1 Tahun

2009 tentang Penerbangan, Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian serta perubahannya, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen beserta peraturan perundang-undangan terkait, dan buku-

buku tentang hukum perlindungan konsumen, khususnya yang berkaitan dengan

asuransi penerbangan di Indonesia.

Dalam hal mengenai wawancara, wawancara ini dilakukan terhadap

narasumber, yaitu pegawai/pihak perusahaan jasa angkutan udara Lion Air

sehingga penulis mendapatkan informasi mengenai kebijakan perusahaan Lion

Air dalam memberikan perlindungan terhadap konsumen.

Teknik pengambilan data kuesioner dilakukan untuk memberikan gambaran

perilaku konsumen dalam melakukan transaksi elektronik terkait pembelian tiket

pesawat dengan disertai asuransi perjalanan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang

“menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh sasaran

penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata”. 20

Bahan penelitian yang sudah terkumpul akan dianalisis sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang akan dikomparasikan dengan kenyataan

yang ada pada praktiknya.

20 Sri Mamudji, et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta : BadanPenerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 67.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 26: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

11

UNIVERSITAS INDONESIA

Bentuk hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik,

dimana dalam peneltitian ini dilakukan analisis terhadap kebijakan perusahaan

jasa angkutan udara Lion Air dengan buku-buku yang memberikan penjelasan

mengenai asuransi penumpang jasa angkutan udara, dan data-data lainnya.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab, yaitu:

BAB 1 Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian,

kerangka konsepsional, metode penlitian, dan sistematika penulisan sebagai

kerangka penelitian ini.

BAB 2 Tinjauan Umum Hukum Perlindungan Konsumen dan Hukum Asuransi

Pada bab ini akan dibahas mengenai pengertian hukum perlindungan

konsumen, asas-asas serta pihak yang terkait dalam perlindungan konsumen, hak

dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha, serta hal-hal yang berkaitan dengan

sengketa konsumen. Selain itu, dalam bab ini juga akan dibahas beberapa hal

mengenai hukum asuransi yaitu, definisi asuransi, jenis asuransi, fungsi asuransi,

tujuan dan manfaat asuransi, serta berakhirnya suatu pertanggungan asuransi.

BAB 3 Asuransi Penerbangan

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai dasar hukum asuransi

penerbangan, prinsip tanggung jawab perusahaan penerbangan, asuransi

penerbangan sebagai salah satu asuransi wajib, tujuan diberlakukannya asuransi

wajib dalam penerbangan, serta asuransi perjalanan terhadap penumpang

angkutan udara.

BAB 4 Asuransi Perjalanan Lion Air dalam Pembelian Tiket Secara Elektronik

Pada bab ini, penulis akan memaparkan metode penjualan Asuransi

Perjalanan Lion Air, pemenuhan hak-hak konsumen mengenai asuransi

penerbangan, serta perlindungan bagi penumpang jasa Lion Air.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 27: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

12

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 5 Penutup

Bab ini merupakan bab penutup yang memberikan kesimpulan dan saran

dari penulis. Pada bab ini, penulis akan menjawab pokok permasalahan yang telah

dikemukakan pada Bab Pendahuluan.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 28: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

13

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 2

TINJAUAN UMUM TERHADAP

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN HUKUM ASURANSI

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai aspek-aspek dalam Hukum

Perlindungan Konsumen dan Hukum Asuransi, pada bagian ini akan dipaparkan

terlebih dahulu aspek-aspek yang ada dalam Hukum Perlindungan Konsumen

maupun Hukum Asuransi.

2.1. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia

Pada bab ini akan dibahas mengenai pengertian hukum perlindungan

konsumen, asas-asas serta pihak yang terkait dalam perlindungan konsumen, hak

dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha, serta hal-hal yang berkaitan dengan

sengketa konsumen.

2.1.1 Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Secara harafiah, kata “perlindungan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) diartikan sebagai tempat berlindung; hal (perbuatan dsb) memperlindungi

dan konsumen diartikan sebagai pemakai barang-barang hasil industri (bahan

pakaian, makanan, dan sebagainya).21 Di sisi lain hukum, dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai “peraturan yang dibuat oleh penguasa

(pemerintah) atau adat yang berlaku bagi semua orang di suatu masyarakat

(negara); undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan

hidup masyarakat. 22 Dengan demikian, hukum perlindungan konsumen dapat

diartikan sebagai undang-undang, adat, dan segala peraturan yang mengatur

pergaulan hidup masyarakat sebagai tempat berlindung pemakai barang-barang

hasil industri (bahan pakaian, makanan, dan sebagainya).

21 Kamus Besar Bahasa Indonesia cet. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990)

22 Ibid.,

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 29: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

14

UNIVERSITAS INDONESIA

Dengan adanya pertumbuhan di bidang perekonomian serta globalisasi yang

semakin menyeluruh, masyarakat sebagai konsumen selain mendapatkan manfaat

dengan semakin banyaknya pilihan akan barang dan/atau jasa juga mendapatkan

kerugian. Banyaknya pilihan produk maupun jasa yang ditawarkan akan

berdampak pada timbulnya ketidakseimbangan antara pelaku usaha dengan

konsumen. Konsumen dalam keadaan ini akan berada pada posisi yang kurang

menguntungkan atau lemah. Pelaku usaha kerap kali memposisikan para

konsumen sebagai objek aktivitas usaha untuk meraup keuntungan yang sebesar-

besarnya. Oleh karena itu, komponen peraturan di bidang perlindungan konsumen

dianggap perlu untuk memberikan “payung hukum” bagi konsumen.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 ayat (1) mengartikan

perlindungan konsumen sebagai segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Kalimat yang

menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan

sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan

pelaku usaha hanya demi kepentingan perlindungan konsumen.23

Az Nasution mengartikan Hukum perlindungan konsumen sebagai

keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi

konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunanan produk

(barang/jasa) antara penyedia dan penggunanya dalam kehidupan

bermasyarakat. 24 Dari pengertian tersebut, komponen pelindung konsumen

dikatakan tidak terbatas oleh satu peraturan yang spesifik mengenai perlindungan

konsumen, tetapi juga segala asas dan kaidah terkait yang berlaku. Oleh karena itu,

perlindungan konsumen tidak hanya diberikan oleh UU Perlindungan Konsumen,

tetapi juga oleh berbagai peraturan khusus di bidangnya seperti misalnya UU

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU Informasi dan Transaksi

Elektronik, UU Penerbangan, serta peraturan terkait di segala bidang. Sebagai

contoh, di dalam UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, perlindungan

23 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PTRajaGrafindo Persada, 2005), hal. 1.

24 Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen. Cet 2, (Jakarta: Diadit Media, 2002),hal. 22.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 30: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

15

UNIVERSITAS INDONESIA

konsumen berarti melindungi konsumen dari pemberlakuan tarif tinggi oleh badan

usaha angkutan udara niaga dan melindungi konsumen dari informasi/iklan tarif

penerbangan yang berpotensi merugikan/menyesatkan sehingga ditetapkan tarif

batas atas.25

Di lain pihak, perlindungan yang diberikan kepada konsumen sudah dimulai

sejak tahap penyediaan barang dan/atau jasa hingga pada tahap pemakaian barang

dan/atau jasa tersebut. Johanes Gunawan dalam bukunya yang berjudul Hukum

Perlindungan Konsumen menjelaskan bahwa perlindungan hukum terhadap

konsumen dapat dilakukan pada saat sebelum terjadinya transaksi (no conflict/pre

purchase) dan/atau pada saat setelah terjadinya transaksi (conflict/post

purchase).26

Menurut Johanes Gunawan, perlindungan hukum terhadap konsumen yang

dapat dilakukan pada saat sebelum terjadinya transaksi dapat dilakukan dengan

cara, antara lain:

1. Legislation, yaitu perlindungan hukum terhadap konsumen yang dilakukan

pada saat sebelum terjadinya transaksi dengan memberikan perlindungan

kepada konsumen melalui peraturan perundang-undangan yang telah dibuat.

Dengan adanya peraturan perundangan tersebut konsumen diharapkan akan

memperoleh perlindungan sebelum terjadinya transaksi karena telah ada

batasan-batasan dan ketentuan yang mengatur transaksi antara konsumen dan

pelaku usaha;

2. Voluntary self regulation, yaitu perlindungan hukum terhadap konsumen yang

dilakukan pada saat sebelum terjadinya transaksi, dimana dengan cara ini

pelaku usaha diharapkan secara sukarela membuat peraturan bagi dirinya

sendiri agar lebih berhati-hati dan waspada dalam menjalankan usahanya.

Sementara itu, untuk perlindungan hukum terhadap konsumen pada saat

telah terjadinya transaksi dapat dilakukan melalui jalur Pengadilan Negeri (PN)

atau di luar Pengadilan oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)

25 Indonesia (b), Pasal 127 ayat (2).

26 Serena Claudia, “Perlindungan Hak Konsumen Terhadap Kejelasan Informasi DalamSuatu Kontrak Elektronik Jual Beli via Websites (Studi Kasus Situs airasia.com danbelibarang.com)”, (Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011), Hal.54.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 31: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

16

UNIVERSITAS INDONESIA

bedasarkan pilihan para pihak yang bersengketa. 27 Dengan demikian,

perlindungan terhadap konsumen tidak hanya berasal dari para penguasa

(pemerintah), tetapi juga dapat berasal dari para pelaku usaha itu sendiri.

2.1.2. Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen

Asas hukum perlindungan konsumen sebagai hukum dasar terbentuknya

perlindungan bagi konsumen tercantum dalam Pasal 2 serta penjelasan UU No. 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:

1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat

sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara

keseluruhan;

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan

secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku

usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil;

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil

ataupun spiritual;

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan

jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

dikonsumsi atau digunakan;

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun

konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan

perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.28

Menurut Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, kelima asas yang disebutkan

dalam pasal tersebut, bila diperhatikan substansinya dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

asas:

27Johanes Gunawan, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung: Universitas Katolik

Parahyangan, 1999), hal. 3.

28Indonesia (a), Pasal 2 dan Penjelasan.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 32: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

17

UNIVERSITAS INDONESIA

1. Asas kemanfaatan yang di dalamnya meliputi asas keamanan dan

keselamatan konsumen;

2. Asas keadilan yang di dalamnya meliputi asas keseimbangan;

3. Asas kepastian hukum.29

Urutan yang diberikan UU Perlindungan Konsumen tidak menunjukkan skala

prioritas diantara kelima asas tersebut. Berbagai ahli berargumen mengenai

prioritas yang seharusnya dimiliki dalam menegakkan perlindungan konsumen.

Namun dalam praktiknya, pencapaian asas-asas tersebut tidak mungkin terjadi

sekaligus. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan benturan kepentingan dalam

setiap permasalahan yang timbul. Terkait dengan hal ini, Achmad Ali dalam

bukunya yang berjudul Menguak Tabir Hukum berpendapat bahwa penerapan

asas prioritas memang diperlukan. Namun, asas tersebut kiranya tidak diterapkan

sesuai urutan prioritas yang diajarkan Radburch, yaitu secara urutan prioritas

dimulai dari keadilan, kemanfaatan, dan yang terakhir adalah kepastian hukum.

Achmad Ali mengungkapkan hal yang lebih realistis yakni dengan menganut asas

prioritas yang kasuistis. Ketiga tujuan hukum tersebut diprioritaskan sesuai kasus

yang dihadapi sehingga pada kasus A mungkin prioritasnya pada kemanfaatan,

sedangkan untuk kasus B prioritasnya pada kepastian hukum.30

Asas-asas perlindungan terhadap konsumen tersebut tidak terlepas dari

adanya tujuan yang hendak dicapai, yaitu:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri;

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan

informasi;

29Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 26.

30 Ibid., hal. 27-28.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 33: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

18

UNIVERSITAS INDONESIA

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam

berusaha;

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan

usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan konsumen.31

2.1.3. Pihak dalam Hukum Perlindungan Konsumen

Untuk mengenal lebih jauh mengenai perlindungan konsumen, pemaparan

mengenai definisi para pihak sangat diperlukan. Konsumen dan pelaku usaha

merupakan pihak dalam Hukum Perlindungan Konsumen.

2.1.3.1 Konsumen

Undang-Undang Perlindungan Konsumen mendeskripsikan konsumen

sebagai setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun

makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. 32 Kata “memperoleh”

digunakan karena perolehan barang atau jasa oleh konsumen tidak saja karena

hubungan hukum jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-pakai, jasa angkutan

perbankan, konstruksi asuransi, dan lain-lain, melainkan juga melalui pemberian

sumbangan, hadiah-hadiah baik yang berhubungan denga komersial maupun

dengan hubungan lainnya.33

Secara universal, belum terdapat kesatuan definisi mengenai konsumen. Hal

ini dapat dilihat dalam beberapa literatur sebagai berikut.

1. UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dalam Pasal 1 ayat (7)

mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang atau badan yang membeli

tenaga listrik dari pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik;

31 Indonesia (a), Pasal 3.

32 Ibid., Pasal 1 ayat (2).

33 Az Nasution, Penulisan Karya Ilmiah tentang Perlindungan Konsumen dan Peradilandi Indonesia, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1995), hal. 8.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 34: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

19

UNIVERSITAS INDONESIA

2. UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi membagi konsumen atau

pengguna menjadi dua yakni pelanggan dan pemakai. Pelanggan dalam Pasal

1 ayat 9 didefinisikan sebagai perseorangan, badan hukum, instansi

pemerintah yang menggunakan jaringan telekomunikasi dan atau jasa

telekomunikasi berdasarkan kontrak, sedangkan pemakai dalam Pasal 1 ayat

(10) didefinisikan sebagai perseorangan, badan hukum, instansi pemerintah

yang menggunakan jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi

yang tidak berdasarkan kontrak. (Undang-undang ini membedakan kedua

jenis konsumen tersebut berdasarkan ada atau tidaknya kontrak.);

3. John Mickelburgh memberikan pengertian konsumen yaitu a person to whom

goods, services or credit are supplied or sought to be supplied by another in

the course of a bussines carried on by him. 34

Dalam kaitannya dengan konsumen, Az Nasution menggolongkan

konsumen dalam tiga katagori yaitu:

1. Konsumen dalam arti umum, yaitu setiap orang yang mendapatkan barang

atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu;

2. Konsumen antara yaitu setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa

untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain atau untuk

diperdagangkan (tujuan komersial);

3. Konsumen akhir, yaitu setiap orang alami yang mendapatkan dan

menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan

hidupnya pribadi, keluarga dan/atau rumah tangga dan tidak untuk

diperdagangkan kembali.35

Bila dikaitkan dengan Penjelasan Pasal 1 ayat (2) UU Perlindungan Konsumen,

konsumen yang menjadi sasaran dari perlindungan konsumen dari undang-undang

tersebut adalah konsumen akhir.

Tim Hukum Perlindungan Konsumen yang dibentuk berdasarkan Keputusan

Menteri Kehakiman RI tentang pembentukan Tim Penelaah Peraturan Perundang-

Undangan di Bidang Hukum dalam rangka Reformasi Hukum Departemen

34John Mickelburgh, Consumer protection, (Abingdon/oxon: Professional books limited,

1979) hal. 3.

35Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, cet. 3, (Jakarta: DiaditMedia, 2007)

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 35: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

20

UNIVERSITAS INDONESIA

Kehakiman No. M59-PRO9.04 tahun 1998 mengkatagorikan konsumen akhir ke

dalam 3 golongan yaitu:

1. Pemakai adalah setiap konsumen yang memakai barang yang tidak

mengandung listrik atau elektronika, seperti pemakaian pangan, sandang,

papan, alat transportasi, dan sebagainya;

2. Pengguna adalah setiap konsumen yang menggunakan barang yang

mengandung listrik dan elektronika seperti penggunaan lampu listrik, radio,

tape, televisi, ATM, atau komputer dan sebagainya;

3. Pemanfaat adalah setiap konsumen yang memanfaatkan jasa-jasa konsumen,

seperti: jasa kesehatan, jasa angkutan, jasa pengacara, jasa pendidikan, jasa

perbankan, jasa transportasi, jasa rekreasi, dan sebagainya.36

Di sisi lain, Pembatasan konsumen tersebut menurut Yayasan Lembaga

Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) terlalu sederhana sehingga YLBHI

memperluas definisi konsumen dari tiga segi, yaitu:

1. Segi akses informasi

Konsumen dapat dibagi menjadi konsumen terinformasi dan konsumen

tidak terinformasi. Ciri-ciri konsumen terinformasi: berpendidikan, status

ekonomi sosial menengah ke atas, dan secara finansial dapat mengakses

bantuan hukum komersial. Sebaliknya, ciri-ciri konsumen tidak terinformasi:

kurang berpendidikan, status ekonomi sosial menengah ke bawah, dan tidak

dapat memperjuangkan hak-haknya sendiri sehingga membutuhkan bantuan

hukum/ pembelaan secara cuma-cuma.

2. Segi pertanggungjawaban produsen

Konsumen terbagi dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit,

konsumen dipahami terbatas pada pihak-pihak yang melakukan transaksi

semata. Sebaliknya, dalam arti luas konsumen tidak hanya terbatas pada pihak

yang melakukan transaksi, tetapi juga korban dari suatu peristiwa/transaksi.

36Eva Novianti, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Produk Pangan

Transgenik (Studi Kasus: Snack Kentang Pringles)”, (Depok: Program Sarjana UniversitasIndonesia,2007) hal. 24.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 36: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

21

UNIVERSITAS INDONESIA

3. Segi ruang lingkup konsumen

Selain sebagai pengguna (user), konsumen juga dapat dipahami dalam

konteks sebagai pemanfaat sumber daya alam, baik berupa air, udara, dan

hutan, dan lain-lain.37

2.3.3.2 Pelaku Usaha

UU Perlindungan Konsumen mengartikan pelaku usaha sebagai:

“Setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan

hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan

atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 38

Pelaku usaha yang termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan,

korporasi, koperasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor,

dan lain-lain.”39

Pengertian pelaku usaha dalam UU Perlindungan konsumen sangatlah luas

meliputi berbagai macam pelaku usaha perseorangan maupun badan hukum.

Pelaku perseorangan cenderung mengarah kepada pelaku usaha kecil hingga

menengah sedangkan pelaku usaha badan hukum merupakan pelaku usaha skala

besar. Pelaku usaha di sini juga tidak dibatasi oleh jenis usaha atau bidang usaha

yang digeluti. Namun, lingkup pelaku usaha dalam UU Perlindungan konsumen

ini hanya berlaku bagi pelaku usaha yang menjalankan usahanya di Indonesia.

Dengan demikian, pengusaha Indonesia yang melakukan usaha di luar negeri

tidak mendapat perlindungan dari UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.

37A. Patra M. Zen dan Daniel Hutagalung, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia:

Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah hukum cet. 2, (Jakarta: YLBHI, 2007),hal. 261-262.

38Indonesia (a), Pasal 3 ayat (1).

39Ibid., Penjelasan Pasal 3 ayat (1) .

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 37: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

22

UNIVERSITAS INDONESIA

Menurut Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, pelaku usaha digolongkan

dalam 3 kelompok, yaitu:

1. Investor, yakni pelaku usaha penyedia dana untuk membiayai kepentingan-

kepentingan usaha seperti bank, lembaga keuangan non-bank, dan para

penyedia dana lainnya.

2. Produsen, yakni pelaku usaha yang membuat, memproduksi barang dan/atau

jasa dari barang dan jasa-jasa lain seperti penyelenggara jasa kesehatan,

pabrik sandang, pengembang perumahan, dan sebagainya.

3. Distributor, yakni pelaku usaha yang mendistribusikan atau

memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut kepada masyarakat seperti

warung, toko, kedai, supermarket, pedagang kaki lima, dan lain-lain.40

2.1.3.3. Pemerintah

Peran pemerintah sebagai pemegang regulasi dan kebijakan sangatlah

penting. Pentingnya intervensi pemerintah didasarkan pada beberapa argumentasi

yaitu:

1. Dalam masyarakat modern, produsen menawarkan berbagai jenis produk baru

hasil kemajuan teknologi dan manajemen secara masal (mass production and

consumption);

2. Hasil produksi secara masal dan teknologi canggih, potensial bagi munculnya

risiko produk-produk cacat yang dapat merugikan konsumen;

3. Hubungan antara konsumen dan produsen yang tidak seimbang;

4. Persaingan yang sempurna sebagai pendukung consumer sovereignty theory

dalam prakteknya jarang terjadi.41

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dimaksudkan untuk

memberdayakan konsumen agar konsumen mendapatkan hak-haknya. Selain itu

pemerintah juga bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan

penyelenggaraan perlindungan konsumen agar pelaku usaha memperhatikan hak-

40Az Nasution, “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Tinjauan Singkat UU No. 8

Tahun 1999”, hal. 7.

41 Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen: Kemungkinan Penerapan TanggungJawab Mutlak, (Jakarta: Program Pasca-sarjana Fakultas Hukum UI, 2004), hal. 30.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 38: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

23

UNIVERSITAS INDONESIA

hak konsumen. Dari penjabaran tersebut, terdapat dua fungsi dari pemerintah

dalam hal perlindungan konsumen, yaitu pembinaan dan pengawasan.

Fungsi pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah diatur dalam Pasal 29

UU Perlindungan Konsumen, yaitu Pemerintah bertanggung jawab atas

pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin

diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban

konsumen dan pelaku usaha. Pembinaan yang dilakukan juga meliputi upaya

untuk:

1. Menciptakan iklim usaha dan hubungan yang sehat antara konsumen dengan

pelaku usaha. Hal ini dilakukan dengan cara:

a. Penyusunan kebijakan di bidang perlindungan konsumen;

b. Pemasyarakatan peraturan perundang-undangan dan informasi

yang berkaitan dengan perlindungan konsumen;

c. Peningkatan peran BPKN dan BPSK melalui peningkatan kualitas

sumber daya manusia dan lembaga;

d. Peningkatan pemahaman dan kesadaran pelaku usaha dan

konsumen terhadap hak dan kewajiban masing-masing;

e. Peningkatan pemberdayaan konsumen melalui pendidikan,

pelatihan, keterampilan;

f. Penelitian terhadap barang dan/atau jasa beredar yang

menyangkut perlindungan konsumen;

g. Peningkatan kualitas barang dan/atau jasa;

h. Peningkatan kesadaran sikap jujur dan tanggung jawab pelaku

usaha dalam memproduksi, menawarkan, mempromosikan,

mengiklankan dan menjual barang dan/atau jasa;

i. Peningkatan pemberdayaan usaha kecil dan menengah dalam

memenuhi standar mutu barang dan/atau jasa serta pencantuman

label dan klausula baku.

2. Mengembangkan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat

dengan cara:

a. Pemasyarakatan peraturan perundang-undangan dan informasi

yang berkaitan dengan perlindungan konsumen;

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 39: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

24

UNIVERSITAS INDONESIA

b. Pembinaan dan peningkatan sumber daya manusia pengelola

LPKSM melalui pendidikan, pelatihan, dan keterampilan.

3. Meningkatkan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan di

bidang perlindungan konsumen dengan cara:

a. Peningkatan kualitas aparat penyidik pegawai negeri sipil di

bidang perlindungan konsumen;

b. Peningkatan kualitas tenaga peneliti danpenguji barang dan/atau

jasa;

c. Pengembangan dan pemberdayaan lembaga penguji mutu barang

d. Penelitian dan pengembangan teknologi pengujian dan standar

mutu barang dan/atau jasa serta penerapannya.42

Selain melakukan pembinaan, Pemerintah sebagai salah satu pihak yang

melaksanakan fungsi pengawasan diatur dalam ketentuan pasal 30 UU

Perlindungan Konsumen, yakni Pengawasan terhadap penyelenggaraan

perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang-

undangannya diselenggarakan oleh pemerintah.

2.1.3.4. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat

Sebagaimana telah diamanatkan dalam Pasal 30 ayat (1) UU Perlindungan

Konsumen, Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM)

juga berfungsi sebagai badan pengawas dalam pelaksanaan perlindungan

konsumen. Fungsi dari LPKSM yakni:

1. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan

kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau

jasa.

2. Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya.

3. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan

konsumen.

4. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima

keluhan atau pengaduan konsumen.

42 Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan danPengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen, Pasal 3-6.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 40: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

25

UNIVERSITAS INDONESIA

5. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap

pelaksanaan perlindungan konsumen.

2.1.4. Produk Konsumen

Az Nasution menjabarkan pengertian produk konsumen sebagai setiap

barang dan/atau jasa akhir yang dipakai, digunakan, dan/atau dimanfaatkan bagi

memenuhi kepentingan/kebutuhan diri sendiri, keluarga, orang lain, dan tidak

untuk diperdagangkan. 43 Sejalan dengan Az Nasution, Philip Kotler juga

mendefinisikan barang konsumen (consumer product) sebagai barang-barang

yang dibeli oleh konsumen akhir untuk konsumen pribadi.44

Kotler membagi barang konsumen ke dalam 4 kategori yaitu:

1. Barang konveniens (convenience goods) adalah barang dan jasa konsumen

yang biasanya dibeli konsumen berkali-kali dengan segera, dan dengan

perbandingan dan upaya pembelian minimum. Barang konveniens umumnya

murah dan mudah didapat. Contoh: rokok, sabun, dan surat kabar;

2. Barang belanja (shooping goods) adalah barang-barang konsumen yang,

dalam proses pemilihan dan pembelian, biasanya diperbandingkan menurut

kecocokan, mutu, harga, dan model. Ketika membeli barang belanja,

konsumen menghabiskan cukup banyak waktu dan usaha dalam

mengumpulkan informasi dan membuat perbandingan. Contoh: furnitur,

busana, mobil, dan peralatan rumah tangga yang besar;

3. Barang khusus (specialty goods) adalah barang-barang konsumen dengan

karakteristik dan identifikasi produk yang unik yang kelompok-kelompok

pembeli tertentu bersedia memperolehnya dengan upaya pembelian khusus.

Contoh: mobil jenis tertentu atau peralatan fotografi mahal;

4. Barang yang tidak dicari (unsought goods) adalah barang-barang yang tidak

diketahui konsumen atau konsumen mengetahuinya tetapi umumnya tidak

43 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, cet 1, (Jakarta: PTRajagrafindo Persada, 2004), hal. 4.

44 Philip Kotler dan Gary Armstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran cet. 1, ed. YatiSumiharti, S.E., (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997), hal. 271.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 41: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

26

UNIVERSITAS INDONESIA

berpikir untuk membelinya. Contoh: audio tape digital yang tidak dicari

sampai konsumen mengetahuinya melalui iklan. 45

UU Perlindungan Konsumen tidak menjabarkan secara tegas mengenai

produk konsumen, tetapi mengulasnya sebagai barang dan jasa. UU Perlindungan

Konsumen mendefinisikan barang sebagai setiap benda baik berwujud maupun

tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun

tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan,

atau dimanfaatkan oleh konsumen.46 Pengertian barang dalam undang-undang ini

juga termasuk barang yang dapat diperdagangkan, namun dikarenakan UU

Perlindungan Konsumen hanya mengakui adanya konsumen akhir maka

pengertian barang ini pun terbatasi. Berkaitan dengan jasa, UU Perlindungan

Konsumen mendefinisikan jasa sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan

atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh

konsumen.47

2.1.5. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha

Untuk dapat menjalankan perannya masing-masing, konsumen dan pelaku

usaha tentunya memiliki hal-hal yang seharusnya mereka lakukan berupa

kewajiban serta hak-hak yang bisa mereka dapatkan yang berbentuk hak. Oleh

karena itu, pemerintah melalui perangkat peraturan perundang-undangan telah

mengatur hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha tersebut.

2.1.5.1 Hak dan Kewajiban Konsumen

Jauh sebelum UU Perlindungan Konsumen terbentuk, Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 1981 telah merumuskan panca hak

konsumen, yaitu:

1. Hak atas keamanan dan keselamatan;

2. Hak atas informasi;

45 Ibid., hal. 271-272

46 Indonesia (a), Pasal 1 ayat (4).

47 Ibid., Pasal 1 ayat (5).

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 42: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

27

UNIVERSITAS INDONESIA

3. Hak untuk memilih;

4. Hak untuk didengar;

5. Hak atas lingkungan hidup;

Mengenai kelima hak tersebut, Az Nasution berpendapat bahwa:

“Kehidupan yang layak bagi manusia sebagai konsumen antara lain

apabila ia berhak mendapatkan kebutuhan hidup keluarganya (barang

atau jasa) yang terjamin bagi keamanan dan keselamatan diri dan

keluarganya; ia pun berhak mendapat informasi yang jujur dan

bertanggung jawab tentang semua kebutuhan hidupnya sehingga ia dapat

menjatuhkan pilihannya dengan benar, dan ia berhak pula untuk

menentukan pilihan atas produk konsumen yang diinginkannya.

Apabila karena penggunaan sesuatu barang atau jasa konsumen, ia

dirugikan harta benda, kesehatan fisik atau keamanan jiwa, maka ia

berhak untuk didengar pengaduan/laporannya oleh aparat pemerintahan

atau gugatannya di lembaga peradilan yang berwenang untuk itu.

Selanjutnya untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga, mereka

berhak mendapatkan lingkungan hidup yang bersih dan mendukung

kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.”48

Hak konsumen menurut UU Perlindungan Konsumen adalah:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan;

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan;

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

48Az Nasution, Konsumen dan Hukum, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1995), hal. 37.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 43: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

28

UNIVERSITAS INDONESIA

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya;

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan

lainnya.49

Keberagaman hak konsumen yang telah disebutkan, menurut Ahmadi Miru

dapat dibagi ke dalam 3 hak yang menjadi prinsip dasar yakni:

1. Hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen dari kerugian, baik

kerugian personal, maupun kerugian harta kekayaan;

2. Hak untuk memperoleh barang dan/atau jasa dengan harga yang wajar;

3. Hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan yang

dihadapi.50

John F. Kennedy menjabarkan 4 hak konsumen yaitu:

1. The right to safety;

2. The right to be informed;

3. The right to choose;

4. The right to be heard.51

Keempat hak konsumen yang dipaparkan oleh Kennedy menjadi pilar utama

dari peraturan International Organization of Consumers Union (IOCU).

Organisasi tersebut kemudian menambahkan 4 hak tambahan yaitu:

1. The right to redress;

2. The right to consumer education;

3. The right to a healthy environment;

4. The right to basic goods and services.52

49 Ibid., Pasal 4

50 Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia,(Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga,2000), hal. 140.

51 Matthew Hilton, Prosperity for All; Consumer Activism In an Era of Globalization,(Amerika Serikat: Cornell University Press, 2009), hal. 185.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 44: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

29

UNIVERSITAS INDONESIA

Keseluruhan hak konsumen yang telah dikemukakan di atas telah

merepresentasikan kebutuhan konsumen dalam suatu transaksi ekonomi. Namun,

hak atas informasi

Segala hak pasti memiliki konsekuensi berupa kewajiban yang harus

dilakukan. UU Perlindungan konsumen pun menjabarkan kewajiban-kewajiban

konsumen tersebut yaitu:

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.53

2.1.5.2 Hak dan Kewajiban Pelaku usaha

Selain hak yang dimiliki oleh konsumen dalam hubungannya dengan pelaku

usaha, pelaku usaha sewajarnya pula memiliki hak-hak yang perlu dilindungi.

Hak-hak pelaku usaha tersebut di antaranya:

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai

kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beritikad tidak baik;

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan

lainnya.54

52 Ibid., hal. 186.

53 Indonesia (a), Pasal 5.

54 Ibid., Pasal 6.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 45: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

30

UNIVERSITAS INDONESIA

Untuk menyeimbangkan hak yang diberikan kepada pelaku usaha, UU

Perlindungan Konsumen mengatur kewajiban-kewajiban yang patut dilakukan

oleh Pelaku Usaha. Kewjiban-kewajiban tersebut adalah:

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan dan pemeliharaan;

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa

yang berlaku;

5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba

barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas

barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

perjanjian.55

2.1.6. Hal-hal yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha

Untuk melindungi kepentingan konsumen serta menciptakan iklim

persaingan usaha yang sehat, pemerintah menerapkan beberapa larangan-larangan

yang untuk membatasi pelaku usaha yang ingin berbuat sewenang-wenang.

Larangan-larangan tersebut diatur dalam Bab IV UU Perlindungan konsumen.

Larangan-larangan itu di antaranya:

1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

55 Ibid., Pasal 7.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 46: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

31

UNIVERSITAS INDONESIA

2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam

hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang

tersebut;

3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan

menurut ukuran yang sebenarnya;

4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran

sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau

jasa tersebut;

5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,

mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau

keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,

iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;

7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu

penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;

8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan

"halal" yang dicantumkan dalam label;

9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama

barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal

pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta

keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/

dibuat;

10. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam

bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang

berlaku.56

Larangan-larangan yang diberikan, menurut Nurmadjito, adalah untuk

mengupayakan agar barang dan/atau jasa yang beredar di masyarakat merupakan

56 Indonesia (a), Pasal 8.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 47: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

32

UNIVERSITAS INDONESIA

produk yang layak edar, antara lain asal-usul, kualitas sesuai dengan informasi

penguasaha baik melalui label, etiket, iklan, dan lain sebagainya.57

2.1.7. Tanggung Jawab Pelaku Usaha

Tanggung jawab pelaku usaha diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UU

Perlindungan Konsumen, yaitu Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan

ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat

mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Dari

uraian tersebut, tanggung jawab pelaku usaha meliputi:

1. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan;

2. Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran;

3. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen.58

Bentuk ganti kerugian yang diamanatkan undang-undang kepada pelaku

usaha dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa

yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian

santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

2.1.8. Tahap-Tahap Transaksi

Transaksi antara konsumen dengan pelaku usaha diartikan sebagai proses

peralihan pemilikan atau penikmatan barang atau jasa dari penyedia barang atau

penyelenggara jasa kepada konsumen. Peralihan dapat terjadi karena suatu

hubungan hukum tertentu sebagaimana yang terdapat dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (KUHPer) atau perundang-undangan terkait. Namun,

peralihan barang atau jasa dapat pula terjadi karena suatu tindakan komersial

tertentu dari perusahaan seperti pemberian hadiah barang, mobil, sepeda motor,

perhiasan, atau berbentuk jasa pariwisata dan lain-lain, karena memenangkan

undian yang diselenggarakan perusahaan tersebut.59

57Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005) hal. 65.

58Ibid., hal. 125-126.

59 Az Nasution, Konsumen dan Hukum, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1995), hal. 37.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 48: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

33

UNIVERSITAS INDONESIA

Tahap-tahap transaksi yang sering terjadi dalam praktik terbagi ke dalam 3

bagian yaitu:

1. Tahap pratransaksi konsumen;

2. Tahap transaksi konsumen;

3. Tahap purnatransaksi konsumen.60

Pada tahap pra-transaksi, konsumen belum melakukan transaksi, melainkan

melakukan proses pencarian informasi mengenai harga maupun persyaratan yang

harus dipenuhi serta melakukan berbagai pertimbangan. Informasi yang

didapatkan bisa berasal dari pelaku usaha itu sendiri ataupun sumber-sumber lain

misalnya pemerintah, lembaga perlindungan konsumen, atau pun dari konsumen-

konsumen secara pribadi. Hasil dari pencarian informasi dan pertimbangan yang

dilakukan konsumen akan merujuk pada keputusan konsumen untuk melakukan

transaksi atau tidak.

Apabila konsumen memiliki kepentingan atau pun manfaat atas produk

barang dan/atau jasa tersebut maka konsumen akan memasuki tahap transaksi.

Pada tahap ini, telah terjadi peralihan antara konsumen dengan pelaku usaha.

Selain itu, terjadi beberapa kesepakatan seperti cara pembayaran, hak dan/atau

kewajiban yang mengikuti dan sebagainya.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi konsumen dalam tahap transaksi

diantaranya perjanjian baku atau pun beberapa praktek bisnis yang dijalankan

pengusaha untuk meningkatkan pemasaran atau penyerapan produk di masyarakat.

Kegiatan pemasaran yang biasa dilakukan misalnya dengan mendesain produk

agar menarik, menyelenggarakan jaringan distribusi, melalui iklan, hingga

menjalankan sistem penjualan tertentu. Cara pemasaran yang wajar akan

mendukung putusan pilihan konsumen yang menguntungkannya. Hal ini dapat

dilihat saat konsumen mempunyai atau mendapatkan:

1. Berbagai pilihan atas barang atau jasa hasil produksi atau pun

penyelenggaraan perusahaan-perusahaan yang berbeda;

2. Berbagai tingkat harga dengan berbagai kualitasnya;

60Ibid., hal. 38.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 49: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

34

UNIVERSITAS INDONESIA

3. Adanya berbagai kondisi pembelian dan jaminan produk yang

menguntungkan dan dapat dipercaya.61

Pada tahap purna-transaksi, pelaksanaan transaksu telah selesai dilakukan.

Kepuasan atau kekecewaan konsumen yang berkaitan dengan transaksi akan

terlihat. Apabila konsumen merasa puas dengan transaksi yang dilakukan maka

kosumen akan setia dan tidak akan beralih ke merek lain. Lain halnya bila terjadi

kekecewaan terhadap transaksi tersebut. Kekecewaan konsumen dapat berdampak

pada timbulnya kerugian materi maupun bahaya atas keselamatan tubuh dan

keamanan jiwa konsumen, keluarga atau orang lain.

2.1.9. Penyelesaian Sengketa

Sengketa konsumen adalah setiap perselisihan antara konsumen dan

penyedia produk konsumen (barang atau jasa konsumen) dalam hubungan hukum

satu sama lain, mengenai produk konsumen tertentu.62 Terdapat dua hal yang

perlu diperhatikan dalam sengketa konsumen ini yaitu pihak konsumen dan

produk yang disengketakan. Pihak konsumen yang dimaksudkan dalam hal ini

adalah pemakai, pengguna, dan/atau pemanfaat barang dan/atau jasa untuk

memenuhi kehidupan hidup diri, keluarga, atau rumah tangganya dan tidak untuk

tujuan komersil, sedangkan produk yang disengketakan haruslah produk

konsumen, yakni barang dan/atau jasa yang umumnya dipakai, digunakan, atau

dimanfaatkan untuk memenuhi kepentingan diri, keluarga, dan/atau rumah tangga

konsumen. Penyelesaian sengketa konsumen telah diatur dalam Bab X UU

Perlindungan Konsumen tentang Penyelesaian Sengketa.

Makna sengketa konsumen tersebut menyimpulkan bahwa sengketa

konsumen hanya berlaku antara konsumen dengan pelaku usaha. Ini berarti UU

Perlindungan Konsumen tidak dapat berlakukan pada sengketa yang terjadi antara

konsumen dengan konsumen.

Berdasarkan Pasal 45 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen, negara

memberikan dua pilihan cara penyelesaian sengketa konsumen, yaitu:

61Ibid., hal 47.

62Ibid., hal 179.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 50: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

35

UNIVERSITAS INDONESIA

1. Penyelesaian sengketa melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan

sengketa antara konsumen dan pelaku usaha;

2. Penyelesaian sengketa melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan

umum.

Namun, ditegaskan kemudian dalam Pasal 45 ayat (2) UU Perlindungan

Konsumen bahwa sengketa konsumen juga dapat dilakukan di luar pengadilan

yakni penyelesaian damai diantara para pihak yang bersengketa. Penyelesaian

secara damai adalah penyelesaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang

bersengketa (pelaku usaha dan konsumen) tanpa melalui pengadilan atau badan

penyelesaian sengketa konsumen dan tidak bertentangan dengan undang-undang

ini.

Gugatan terhadap pelaku usaha dapat diajukan oleh:

1. Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;

2. Kelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama;

3. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi

syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran

dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi

tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah

melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya;

4. Pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang

dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar

dan/atau korban yang tidak sedikit.63

Gugatan yang dilakukan oleh sekelompok konsumen diakui oleh Undang-

undang. Gugatan kelompok atau class action harus diajukan oleh konsumen yang

benar-benar dirugikan dan dapat dibuktikan secara hukum, salah satu di antaranya

adalah adanya bukti transaksi.64

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan memiliki kelemahan tersendiri di

antaranya:

1. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan sangat lambat;

63 Indonesia (a), Pasal 46.

64 Ibid., Penjelasan Pasal 46 huruf (b).

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 51: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

36

UNIVERSITAS INDONESIA

2. Biaya perkara yang mahal;

3. Pengadilan pada umumnya tidak responsif;

4. Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah;

5. Kemampuan para hakim yang bersifat generalis.65

Dengan melihat pada kelemahan-kelemahan pengadilan tersebut, para pihak

yang bersengketa lebih memilih menyelesaikan permasalahan mereka di luar

pengadilan.

2.2. Hukum Asuransi

Dalam bab ini akan dibahas beberapa hal mengenai hukum asuransi yaitu,

definisi asuransi, subjek dan objek asuransi, risiko asuransi, prinsip-prinsip

asuransi, jenis asuransi, serta asuransi berganda.

2.2.1. Pengertian Asuransi

Asuransi semakin berkembang di Indonesia seiring dengan berkembangnya

kegiatan perekonomian. Resiko-resiko yang semakin lama menjadi pertimbangan

yang cukup penting dalam melakukan aktivitas menjadi pemicu masyarakat untuk

melakukan perlindungan bagi diri sendiri maupun orang lain. Prof. Ny. Emmy

Pangaribuan berpendapat:

“Kemungkinan bahwa manusia akan menghadapi suatu kerugian atau

suatu kehilangan sudah menjadi suatu masalah bagi setiap umat manusia

sejak manusia tidak lagi bertempat tinggal di taman firdaus (dimana

segala kebutuhan hidup sudah tersedia) dan harus berusaha dengan

tenaga dan pikirannya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, untuk

memiliki harta kekayaan demi kelangsungan hidup. Dari sejak lahir

sampai mati, setiap orang menghadapi suatu yang tidak pasti.”66

65 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PTRajaGrafindo Persada, 2005) hal. 235-236.

66 Dr. Sri Rejeki Hartono,S.H., Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta:Sinar Grafika, 2008), hal 31 lihat juga Emmy Pangaribuan S, Hukum Pertanggungan danPerkembangan (BPHN, 1980), hal. 3.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 52: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

37

UNIVERSITAS INDONESIA

Mengenai perkembangan asuransi di suatu wilayah, Dr. Sri Rejeki Hartono

dalam bukunya yang berjudul Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi

menyimpulkan bahwa

“Asuransi itu timbul bersamaan dengan lahirnya tingkat perkembangan

sosial tertentu sesuai dengan kebutuhan manusia akan

proteksi/perlindungan maupun dalam suatu tingkat perkembangan

kegiatan ekonomi tertentu yang sudah membutuhkan suatu kepastian

tingkat keuntungan tertentu ssehingga membutuhkan pula adanya

perlindungan tertentu sehingga membutuhkan perlindungan tertentu bagi

kelangsungan kegiatannya.”67

Secara harafiah, asuransi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti

pertanggungan (perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban

membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan

sepenuhnya kepada pembayar iuran, apabila terjadi sesuatu yang menimpa dirinya

atau barang miliknya yang diasuransikan sesuai dengan perjanjian yang

dibuatnya).68 Dalam pengertian ini, asuransi disamakan dengan pertanggungan.

Pertanggungan juga diatur dalam Pasal 1774 KUH Perdata, yaitu perjanjian

kemungkinan adalah suatu perbuatan yang hasilnya mengenai untung-untungan,

baik bagi kedua belah pihak maupun bagi sepihak bergantung pada suatu kejadian

yang belum tentu. Perjanjian untung-untungan yang dimaksudkan adalah

perjanjian pertanggungan, bunga cagak-hidup, perjudian, dan pertaruhan. Dalam

pasal ini, pertanggungan bukan berarti sama dengan perjudian, bunga cagak hidup,

maupun pertaruhan. Perjanjian untung-untungan oleh Wirjono Projodikoro

67 Ibid., hal 32.

68 Kamus Besar Bahasa Indonesia cet. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990).

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 53: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

38

UNIVERSITAS INDONESIA

diartikan sebagai persetujuan yang pelaksanaan kewajibannya tergantung dari

peristiwa yang belum akan terjadi.69

Pertanggungan telah diatur sejak lama dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang (KUHD) yaitu dalam Pasal 246 yang berbunyi:

“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana

seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung

dengan menerima suatu premi, untuk memberikan suatu penggantian

kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan suatu

kemungkinan yang diharapkan, yang mungkin akan diderita karena suatu

peristiwa yang tak tertentu.”

Berdasarkan pengertian yang diberikan KUHD, asuransi merupakan suatu

perjanjian dimana dapat diketahui unsur-unsur atau sifat-sifat dari asuransi. Dr.

Santoso Poedjosoebroto, S. H. berpendapat bahwa pengertian yang diberikan oleh

KUHD mengenai pertanggungan haruslah ada kerugian dan apabila ada kerugian

yang disebabkan karena peristiwa yang tidak pasti maka terbebanlah kepada

penanggung untuk memenuhi prestasi, yaitu membayar uang pertanggungan

(uitkering). 70 Di lain sisi, Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, S.H.

menguraikan sifat-sifat asuransi berdasarkan pasal 246 KUHD, yaitu:

1. Asuransi pada asasnya adalah suatu perjanjian kerugian

2. Asuransi tidak boleh menjurus pada pemberian ganti rugi yang lebih besar

daripada kerugian yang diderita

3. Asuransi adalah perjanjian timbal-balik

Penjabaran pertanggungan berdasarkan KUHD merupakan makna sempit

dari asuransi karena perngertian pertanggungan terbatas pada asuransi kerugian.

Untuk memperbaikinya, pemerintah kemudian memperluas pengertian asuransi,

yaitu:

69Dr. Santoso Poedjosoebroto,S.H., Beberapa Aspekta Tentang Hukum Pertanggungan

Djiwa di Indonesia, (Jakarta: Bhratara, 1969), hal. 76.

70 Ibid., hal . 65.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 54: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

39

UNIVERSITAS INDONESIA

“Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung

mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,

untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,

kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung

jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita

tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk

memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau

hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”71

Dengan adanya pengertian tersebut, asuransi tidak hanya mencakup asuransi

kerugian, melainkan juga asuransi jiwa.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, asuransi merupakan suatu

perjanjian. Oleh karena itu, asuransi secara hukum juga tunduk pada aspek-aspek

perjanjian yang dituangkan dalam KUH Perdata Pasal 1338.

2.2.2. Subjek dan Objek Asuransi

Dalam suatu perjanjian termasuk dalam perjanjian asuransi, terdapat para

pihak yang melakukan perjanjian. Kesepakatan yang terbentuk tentunya

didasarkan pada suatu hal yang menjadi objek perjanjian. Oleh karena itu, perlu

dijelaskan lebih lanjut mengenai subjek dan objek yang ada dalam asuransi.

2.2.2.1. Subjek Asuransi

Subjek asuransi adalah para pihak yang terlibat dalam penutupan asuransi

yaitu tertanggung dan penanggung yang mengadakan perjanjian asuransi.

Tertanggung merupakan pihak yang mengalami kerugian, kerusakan, atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan, sedangkan penanggung dapat diartikan

sebagai pihak yang menanggung kerugian, kerusakan, atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga

yang mungkin akan diderita tertanggung. Penanggung dalam hal ini adalah

perusahaan asuransi yang dapat berbentuk Perusahaan Perseroan, Koperasi, atau

71Indonesia (b), Pasal 1 angka (1).

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 55: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

40

UNIVERSITAS INDONESIA

pun usaha bersama. 72 Dengan demikian, penanggung hanya boleh berbentuk

badan hukum. Di sisi lain, tertanggung dapat berstatus perseorangan, persekutuan,

atau badan hukum baik perusahaan atau bukan perusahaan.

2.2.2.2. Objek Asuransi

Objek dalam hubungan hukum mengenai perjanjian ialah hal yang

diwajibkan kepada pihak yang berkewajiban (debitur), terhadap mana pihak yang

berhak (kreditur) mempunyai hak. Objek asuransi adalah semua kepentingan yang:

1. Dapat dinilai dengan sejumlah uang (op geld waardeerbaar);

2. Dapat takluk pada macam-macam bahaya (aan gevaar onderhevig);

3. Tidak dikecualikan undang-undang.73

Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. menyatakan bahwa bentuk dari objek

asuransi sebenarnya bukanlah barang (rumah) itu selaku benda an-sich, melainkan

kepentingan atas berlangsungnya wujud barang (rumah) itu bagi si terjamin.74

Kepentingan atas suatu barang tidak hanya dimiliki oleh pemilik barang tersebut,

melainkan bisa juga pihak ketiga yang mungkin memilliki kepentingan berupa

jaminan dan sebagainya. Oleh karena itu, pihak yang menjadi terjamin pada

penutupan asuransi selain pemilik barang sebenarnya juga adalah si berpiutang

jika memang terdapat pihak yang berpiutang.

Objek asuransi dapat pula yang berbentuk objek asuransi tanpa benda. Yang

dimaksud dengan objek asuransi tanpa benda ialah adakalanya diadakan asuransi

terhadap kemungkinan orang menderita karena tidak mendapat untung dalam

suatu perusahaan. 75 Dengan demikian, objek asuransi tersebut bukan benda

terlihat dan tidak akan ada kemungkinan musnah atau rusaknya benda seperti

pada asuransi biasa.

72 Ibid., Pasal 7 ayat (1).

73 Prof. Dr. Wirjono Projodikoro, S.H., Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta: PTIntermasa, 1991), hal . 41.

74 Ibid., hal. 42.

75 Djoko Prakoso,S.H., Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hal.86.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 56: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

41

UNIVERSITAS INDONESIA

2.2.3. Risiko

Risiko berkaitan erat dengan asuransi. Asuransi timbul karena diperkirakan

akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti di masa datang. Kemungkinan

manusia menghadapi kehilangan atau kerugian itu merupakan suatu risiko.76 Hal

ini dapat terlihat pula dari tujuan risiko menurut Robert I. Mehr dan E. Cammack

yang menyatakan hubungan serasi antar matematika dan risiko terutama yang

berkaitan dengan asuransi pada umumnya, yakni:

“Tujuan teori risiko adalah untuk memberikan suatu analisa matematika

mengenai keadaan perubahan yang terjadi secara acak (seimbang) dalam

suatu usaha asuransi dan untuk membahas berbagai macam cara untuk

memberikan proteksi terhadap pengaruh-pengaruh yang tidak

menguntungkan.”77

Dengan melihat tujuan teori risiko tersebut, Robert I. Mehr dan E.

Cammack menyimpulkan bahwa risiko mempengaruhi asuransi sehingga secara

sederhana risiko dapat disebut sebagai ketidakpastian mengenai kerugian. Risiko

ini dapat bersifat ekonomis maupun non-ekonomis.

Berdasarkan sifatnya, risiko dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu, risiko

murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculative risk). Dalam risiko spekulatif,

terdapat dua unsur yaitu kemungkinan timbul kerugian (loss) dan kemungkinan

ada keuntungan (gain) sedangkan dalam risiko murni hanya terdapat satu unsur

saja yaitu kehilangan/kerugian. Mengingat sifat-sifat pada risiko spekulatif yaitu

suatu risiko yang mempunyai dua alternatif atau dua kemungkinan yaitu

menang/untung atau kalah/rugi, maka peristiwa tersebut merupakan peristiwa

76 Prof. Dr. H. Man Suparman Sastrawidjaja,S.H.,S.U. dan Endang, S.H., HukumAsuransi, (Bandung: PT Alumni, 2003) hal. 50.

77 Dr. Sri Rejeki Hartono,S.H., Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta:Sinar Grafika, 2008), hal 31 lihat juga Emmy Pangaribuan S, Hukum Pertanggungan danPerkembangan (BPHN, 1980), hal. 59 lihat juga P. L. Wery, Hoofzaken van het Verzekeringsrecht(Deveter: Kluwer B.V., 1984), hal 7 dst.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 57: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

42

UNIVERSITAS INDONESIA

yang dapat dihindari. Lain halnya dengan risiko murni yang hanya mempunyai

satu penyimpangan saja yaitu kehilangan/kerugian saja.78

Berdasarkan objek yang dikenai, Prof. Ny. Emmy Pangaribuan S membagi

risiko menjadi 3 bagian yaitu:

1. Risiko perorangan atau pribadi (personal risk);

2. Risiko harta kekayaan (property risk);

3. Risiko tanggung jawab (liability risk).79

Terhadap risiko-risiko yang mungkin timbul, Prof. Ny. Emmy Pangaribuan

S memaparkan usaha manusia untuk mengatasi suatu risiko yaitu:

1. Menghindari (avoidance);

2. Mencegah (prevention);

3. Memperalihkan (transfer);

4. Menerima (assumption or retention).80

Dari keempat upaya tersebut, usaha memperalihkan adalah bentuk dari

kegiatan asuransi. Apabila peralihan risiko terjadi hanya sebagian, maka yang

terjadi itu dalah pembagian risiko, sedangkan apabila terjadi pengalihan risiko

seluruhnya, maka yang terjadi adalah peralihan risiko.

Risiko yang dapat ditanggung asuransi setidaknya harus memenuhi kriteria:

1. Dapat dinilai dengan uang;

2. Haruslah risiko murni, artinya hanya berpeluang menimbulkan suatu kerugian

bukan untuk tujuan spekulatif;

3. Kerugian yang timbul akibat bahaya atau peristiwa yang tidak pasti;

4. Tertanggung harus memiliki insurable of interest;

5. Tidak dilarang oleh undang-undang dan ketertiban umum.81

78 Ibid., hal. 66.

79Prof. Ny. Emmy Pangaribuan, S.H., Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya,

(Jogjakarta: Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1983), hal. 10.

80Ibid., hal. 2.

81 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, cet. 4, (Bandung: PT Citra AdityaBakti, 2006), hal. 118.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 58: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

43

UNIVERSITAS INDONESIA

2.2.4. Prinsip-Prinsip Asuransi

Asuransi memiliki beberapa prinsip guna lebih mengikat para pihak dalam

asuransi, yaitu:

1. Prinsip kepentingan yang diasuransikan (insurable interest);

2. Prinsip itikad baik;

3. Prinsip keseimbangan;

4. Prinsip subrogasi (subrogation principle);

5. Prinsip sebab-akibat (causaliteit principle);

6. Prinsip kontribusi;

7. Prinsip follow the fortunes.

2.2.4.1 Prinsip Kepentingan yang Diasuransikan (Insurable Interest)

Prinsip ini diatur dalam Pasal 250 KUHD yakni:

“Apabila seorang yang telah mengadakan pertanggungan untuk diri

sendiri, atau apabila seorang, yang untuknya telah diadakan suatu

pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak

mempunyai kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu,

maka penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi.”

Konsekuensi saat terjadinya pelanggaran terhadap prinsip kepentingan yang

diasuransikan ini adalah batalnya perjanjian asuransi. Hal ini terlihat dari

bebasnya penanggung dari kewajiban memberikan ganti rugi. Kepentingan yang

diasuransikan harus dapat dibuktikan pada saat terjadi kerugian.

Pembuktian akan kepentingan ini amat sulit dalam praktiknya. Oleh karena

itu Dr. Sri Rejeki Hartono,S.H. memberikan batasan dimana seseorang dapat

dianggap mempunyai “kepentingan” di dalam perjanjian asuransi, yakni apabila

uang tersebut dapat atau mungkin menderita kerugian yang bersifat kerugian

ekonomi sehingga penanggung harus memberi ganti kerugian. Dengan demikian

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 59: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

44

UNIVERSITAS INDONESIA

kepentingan dapat pula diartikan sebagai “keterlibatan kerugian keuangan, karena

suatu peristiwa yang belum pasti”.82

2.2.4.2. Prinsip Itikad Baik (Utmost Good Faith)

Buku Anglo Saxon memberikan penjelasan mengenai perjanjian asuransi

yakni:

“Perjanjian asuransi adalah perjanjian dengansyarat itikad baik yang

sempurna, maksudnya ialah bahwa perjanjian asuransi merupakan

perjanjian dengan keadaan bahwa kata sepakat dapat tercapai/negosiasi

dengan posisi masing-masing mempunyai pengetahuan yang sama

mengenai fakta, dengan penilaian sama penelaahannya untuk

memperoleh fakta yang sama pula, sehingga dapat bebas dari cacat-cacat

yang tersembunyi.”83

Setiap pihak baik tertanggung maupun penanggung harus memiliki rasa

saling percaya pada penutupan asuransi sebagai bentuk itikad baik masing-masing

pihak. Mengingat asuransi adalah salah satu bentuk perjanjian, Pasal 1338 ayat (3)

KUH Perdata mengatur bahwa setiap pihak harus mempunyai itikad baik. Dalam

pengaturan mengenai asuransi dalam KUHD, terdapat banyak pasal yang

mencerminkan prinsip itikad baik yakni Pasal 251, 252, 276, dan 277 KUHD.

Misalnya dalam Pasal 251, tertanggung diwajibkan untuk memberikan keterangan

yang sejujurnya kepada penanggung. Di lain sisi, penanggung juga diharapkan

memiliki itikad baik bila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian bagi

tertanggung yakni dengan memberikan ganti rugi sesuai perjanjian.

2.2.4.3. Prinsip Keseimbangan (Idemniteit Principle)

Prinsip keseimbangan dalam asuransi tercermin dalam penggantian kerugian

dari pihak penanggung. Penggantian kerugian dari pihak penanggung harus

82Dr. Sri Rejeki Hartono,S.H., Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2008), hal. 101.

83Ibid., hal. 93.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 60: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

45

UNIVERSITAS INDONESIA

seimbang dengan kerugian riil dari tertanggung. Hal ini dapat terlihat dalam Pasal

277 KUHD yang berkaitan dengan asuransi berganda.

Pasal 277 KUHD menentukan bahwa apabila suatu objek asuransi yang

telah diasuransikan dengan itikad baik telah diberikan penggantian seluruhnya

(penuh) maka pertanggungan lainnya (bila ada) akan dibebaskan. Namun, apabila

pada pertanggungan pertama tersebut, tertanggung tidak diberikan pertanggungan

penuh (sebagian) maka pertanggungan selain daripada itu akan menanggung

selebihnya. Prinsip keseimbangan ini mencegah terjadi penerimaan ganti kerugian

yang berlebihan dari penanggung atau para penanggung kepada tertanggung.

Mengenai hal ini, Prof. Ny. Emmy Pangaribuan berpendapat bahwa:

“Sebagai dasar dimasukkannya atau dipakainya asas perseimbangan itu

dalam pertanggungan yang tepat kita tunjuk adalah kepada suatu asas di

dalam hukum perdata: larangan mengenai onrechtmatige verrijking.

Larangan memperkaya diri secara melawan hukum, atau memperkaya

diri tanpa hak.”84

Prinsip indemnitas ini tidak berlaku bagi asuransi untuk sejumlah uang. Hal

ini dikarena dalam asuransi sejumlah uang, kepentingan tidak dapat diukur

dengan uang. Ganti kerugian yang diberikan tidaklah sesuai dengan kerugian yang

sebenarnya dialami oleh tertanggung, melainkan sesuai perjanjian yang telah

dilakukan pada awal penutupan asuransi.

2.2.4.4. Prinsip Subrogasi (Subrogation Principle)

Sesuai Pasal 1365 KUH Perdata, seorang yang mengalami kerugian

mempunyai hak untuk meminta ganti kerugian kepada siapa yang menyebabkan

kerugian tersebut (pihak ketiga). Dalam hal ini, penanggung memiliki dua pilihan

penggantian kerugian, yaitu:

84Prof. Dr. H. Man Suparman Sastrawidjaja,S.H.,S.U. dan Endang, S.H., Hukum

Asuransi, (Bandung: PT Alumni, 2003) hal. 59 lihat juga Prof. Ny. Emmy Pangaribuan, HukumPertanggungan dan Perkembangannya, (Jogjakarta: Seksi Hukum Dagang Fakultas HukumUniversitas Gadjah Mada, 1983) hal. 65.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 61: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

46

UNIVERSITAS INDONESIA

1. Menuntut ganti kerugian dari penanggung;

2. Menuntut ganti kerugian dari seorang pihak ketiga.85

Namun, dengan adanya prinsip subrogasi ini, tertanggung yang mengalami

kerugian tidak dapat meminta ganti rugi kepada pihak ketiga jika tertanggung

telah mendapat ganti kerugian dari penanggung. Sebaliknya, penanggung

memiliki hak untuk meminta ganti kerugian kepada pihak ketiga tersebut.

Prinsip subrogasi tercermin dalam Pasal 284 KUHD bahwa seorang

penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang diasuransikan,

menggantikan pihak tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap

orang-orang ketiga berhubung dengan penerbitan kerugian tersebut. Pihak

tertanggung itu yang bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat

merugikan hak si penanggung terhadap orang-orang ketiga.

Mengenai prinsip subrogasi ini, Prof. Wirjono Prodjodikoro berpendapat

bahwa

“Meskipun tidak ada hubungan langsung antara piutang dan kerugian si

terjamin, namun ada hubungan tak langsung sehingga ada alasan penuh

untuk memberi hak kepada penanggung guna menuntut pembayaran dari

piutangnya si terjamin, sedangkan si terjamin tidak berhak lagi menuntut

pembayaran itu. Ini tentunya hanya apabila kerugian si terjamin diganti

seluruhnya oleh penanggung. Kalau kerugian itu hanya diganti sebagian

saja, maka untuk sisa piutang, si terjamin masih dapat menuntut

pembayaran dari pihak ketiga dan penanggung juga hanya mengambil

alih sebagian dari piutangnya itu.”86

2.2.4.5. Prinsip Sebab-Akibat (Causaliteit Principle)

Suatu kerugian timbul dari adanya suatu peristiwa. Peristiwa tersebut dapat

dikatakan sebagai suatu sebab yang kemudian menimbulkan kerugian atau akibat.

85 Djoko Prakoso,S.H., Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Hal.190

86Prof. Dr. Wirjono Projodikoro, S.H., Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta: PT

Intermasa, 1991), hal. 108.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 62: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

47

UNIVERSITAS INDONESIA

Permasalahan yang kerap muncul adalah pembuktian hubungan diantara peristiwa

dan kerugian yang terjadi yang menjadi salah satu klasifikasi dalam polis. Untuk

itu, ada tiga pendapat untuk menentukan sebab timbulnya kerugian dalam

perjanjian asuransi, yaitu:

1. Pendapat menurut peradilan di Inggris terutama dianut yaitu sebab dari

kerugian itu adalah peristiwa yang mendahului kerugian itu secara urutan

kronologis terletak terdekat kepada kerugian itu (causa proxima);

2. Dalam pengertian hukum pertanggungan, sebab itu tiap-tiap peristiwa yang

tidak dapat ditiadakan tanpa juga akan melenyapkan kerugian itu (conditio

sinequa non);

3. Causa remota: Peristiwa yang menjadi sebab dari timbulnya kerugian itu

ialah peristiwa yang terjauh. Ajaran ini merupakan lanjutan dari pemecahan

suatu ajaran yang disebut “sebab adequate” yang mengemukakan: bahwa

dipandang sebagai sebab yang mennimbulkan kerugian itu ialah peristiwa

yang pantas berdasarkan ukuran pengalaman harus menimbulkan kerugian

itu.87

2.2.4.6. Prinsip Konribusi

Prinsip kontribusi ini terlihat pada asuransi berganda dimana Pasal 278

KUHD mengatur sebagai berikut:

“Bila satu polis saja meskipun pada hari yang berlainan oleh berbagai

penanggung dipertanggungkan lebih dari nilainya, mereka bersama-sama,

menurut perimbangan jumlah yang mereka tandatangani, hanya memikul

nilai sebenarnya yang dipertanggungkan.”

Menurut ketentuan ini, apabila terdapat dua atau lebih penanggung maka

penggantian kerugian tidak dilakukan oleh setiap penanggung sejumlah seluruh

kerugian per penanggung, melainkan penggantian berdasarkan imbangan/porsi

penanggungan sesuai perjanjian yang telah dibuat. Kerugian yang diganti tersebut

87Prof. Dr. H. Man Suparman Sastrawidjaja,S.H.,S.U. dan Endang, S.H., Hukum

Asuransi, (Bandung: PT Alumni, 2003) hal. 62-63.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 63: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

48

UNIVERSITAS INDONESIA

tetap sesuai dengan kerugian sebenarnya yang ditanggung oleh tertanggung. Hal

ini tidak lain juga untuk menghindari tertanggung supaya tidak menerima

penggantian kerugian yang berlebih sehingga mengarah pada pencarian

keuntungan. Selain itu, prinsip ini juga menegakkan keadilan di antara para

penanggung berdasarkan kesepakatan perjanjian.

2.2.4.7. Prinsip Follow the Fortunes

Prinsip ini berlaku pada sistem re-asuransi dimana penanggung ulang

mengikuti penanggung pertama. Prinsip ini menghendaki bahwa tindakan

penanggung ulang tidak boleh mempertimbangkan secara tersendiri terhadap

objek asuransi, akibatnya segala sesuatu termasuk peraturan dan perjanjian yang

berlaku bagi penanggung pertama, berlaku pula bagi penanggung ulang.88 Namun,

klausula ini memiliki pembatasan tertentu. Penanggung ulang wajib membayar

klaim kepada penanggung pertama untuk tanggung gugatnya kepada tertanggung

apabila klaim yang dibayarkan oleh penanggung pertama tersebut dapat

dipertanggungjawabkan menurut hukum.89

2.2.5. Jenis Asuransi

Berdasarkan Pasal 247 KUHD, terdapat 5 macam asuransi, yaitu:

1. Asuransi terhadap kebakaran;

2. Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian;

3. Asuransi terhadap kematian orang (asuransi jiwa);

4. Asuransi terhadap bahaya di laut dan perbudakan;

5. Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan di daratan dan di sungai-

sungai.

Sementara itu Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak juga membagi

asuransi berdasarkan unsur penyesuaian kehendak, yaitu:

1. Pertanggungan sukarela (free/voluntary insurance)

88 Ibid., hal 64.

89Djoko Prakoso,S.H., Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hal.

92.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 64: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

49

UNIVERSITAS INDONESIA

Dalam asuransi sukarela, para pihak tertanggung dan penanggung

dalam mengadakan perjanjian tersebut tidak ada suatu paksaan dari pihak luar

atau dari pihak lawan. Penanggung secara sukarela dengan persetujuannya

sendiri mengikatkan diri untuk memikul risiko sedang pihak tertanggung juga

dengan sukarela membayar premi sebagai imbalan memperalihkan risikonya

kepada pihak penanggung.

2. Pertanggungan wajib (compulsary insurance)

Asuransi ini disebut asuransi wajib karena terdapat salah satu pihak

yang mewajibkan adanya suatu pertanggungan. Pihak yang mewajibkan ini

biasanya adalah pemerintah walaupun tidak selalu dimonopoli oleh

pemerintah. 90 Tujuan pemerintah mewajibkan masuk asuransi ini adalah

dengan pertimbangan melindungi golongan lemah dari bahaya-bahaya yang

bakal menimpanya atau dengan perkataan lain untuk memberikan jaminan

sosial sebagai suatu social security, asuransi sosial ini disebut dengan social

insurance atau social government insurance91. Pertanggungan wajib ini dapat

dilihat dalam pengangkutan laut dan udara.

2.2.6. Asuransi Berganda

Pada hakikatnya KUHD Pasal 252 melarang terjadinya asuransi berganda.

Hal ini dapat dilihat dari bunyi pasal tersebut

“Kecuali jika diperbolehkan oleh undang-undang, maka tidaklah boleh

diadakan asuransi untuk yang kedua dalam jangka waktu yang ditentukan,

dengan adanya bahaya yang serupa pada barang-barang yang sudah

dimasukkan asuransi untuk harga nilai seluruh dari barang-barang itu,

dengan pengertian bahwa apabila larangan ini dilanggar, maka asuransi

yang nomor dua tadi batal.”

90 Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, S.H., Pertanggungan Wajib cet. 2, (Jogjakarta:Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1974), hal. 6 -7.

91Abdul Muis, Bunga Rampai Hukum Dagang, (Medan: Fakultas Hukum USU, 2001),

hal. 39.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 65: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

50

UNIVERSITAS INDONESIA

Ketentuan ini bermaksud memberikan batasan terhadap tertanggung agar

kepada tertanggung tidak diberi sejumlah uang yang melebihi kerugian yang ia

benar-benar derita. Jika terjadi hal tersebut asuransi menjadi bersifat perjudian,

yaitu mendapat keuntungan tanpa kepentingan.92

Lebih lanjut dalam Pasal 277 ayat (1) KUHD diatur mengenai penggantian

kerugian, yakni:

“Bila berbagai pertanggungan diadakan dengan itikad baik terhadap satu

barang saja, dan dengan yang pertama ditanggung nilai yang penuh,

hanya inilah yang berlaku dan penanggung berikut dibebaskan.”

Melalui konstruksi Pasal 277 KUHD tersebut, undang-undang tidak

melarang secara rigid untuk melakukan asuransi berganda. Dengan demikian,

asuransi berganda tetap dapat dilakukan dengan syarat tertentu. Pembebasan

penanggung kedua dan seterusnya hanya dapat dilakukan apabila penanggung

pertama telah membayar seluruh kerugian kepada tertanggung. Namun, apabila

penanggung pertama tidak memberikan ganti kerugian penuh maka penanggung

kedua dan seterusnya yang akan mengganti kerugian selebihnya (asas

keseimbangan).

Kerugian yang mungkin akan diderita oleh tertanggung bisa saja melebihi

jumlah penggantian yang telah disepakati dalam polis. Dalam pengaturan asuransi

berganda Pasal 278 KUHD, para penanggung akan bersama-sama menanggung

hanya harga yang sesungguhnya diasuransikan menurut perbandingan yang telah

ditandatangani para penanggung dalam perjanjian. Hal ini berlaku pada keadaan

dimana satu polis berisikan beberapa asuransi ataupun dimana para penanggung

menanggung atas satu barang yang sama dalam beberapa polis.

Dengan adanya asuransi berganda, para penanggung dapat membagi risiko

yang mungkin akan terjadi. Namun, seiring waktu berjalan tertanggung mungkin

saja melepaskan salah satu penanggung sehingga penanggung yang lain akan

menerima beban yang lebih besar. Untuk melindungi para penanggung dari

92Prof. Dr. Wirjono Projodikoro, S.H., Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta: PT

Intermasa, 1991), hal. 77.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 66: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

51

UNIVERSITAS INDONESIA

tindakan sewenang-wenang tersebut, Pasal 279 KUHD mengatur dimana terjamin

tidak boleh membatalkan pertanggungan yang lama.

Apabila larangan ini dilanggar juga, maka si tertanggung dianggap menjadi

penanggung sendiri untuk mengganti penanggung yang telah tertanggung

lepaskan.93

93 Ibid., hal. 80.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 67: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

52

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 3

ASURANSI PENERBANGAN

Di tengah kemajuan perekonomian saat ini, efisiensi merupakan hal penting

yang dibutuhkan oleh masyarakat. Mobilisasi maupun distribusi dalam waktu

cepat dengan harga terjangkau merupakan solusi yang terbaik. Mobilisasi dari

satu tempat ke tempat lainnya dalam waktu singkat dan terjangkau bukanlah

sesuatu yang mustahil dengan adanya kemajuan teknologi. Dengan adanya

teknologi penerbangan, mobilisasi yang pada awalnya hanya menggunakan

transportasi darat, sungai, atau pun laut yang memakan waktu cukup lama dapat

teratasi dengan munculnya jasa angkutan udara.

Jasa angkutan udara sebagai transportasi udara tidak hanya berfungsi

sebagai sarana migrasi penduduk dan komoditi, tetapi juga sebagai sarana

mobilitas perdagangan dan bisnis baik nasional maupun internasional. Hal ini

tentu memberikan keuntungan bagi masyarakat terutama para pelaku usaha dalam

menjalankan usahanya. Aktifitas usaha menjadi lebih efisien serta tidak terbatas

ke seluruh pelosok negeri bahkan ke luar negeri. Selain dapat mencapai tujuan

dalam waktu singkat, jasa angkutan udara ini juga menggunakan teknologi tinggi

serta memiliki tingkat keselamatan yang tinggi.

Walaupun kemajuan teknologi di bidang penerbangan sangat tinggi, para

ilmuwan tidak akan dapat menghilangkan risiko atau kecelakaan angkutan udara.

Usaha para ilmuwan dalam mengembangkan teknologi tersebut hanya akan

mereduksi tingkat kecelakaan angkutan udara saja. Kecelakaan penerbangan dapat

terjadi karena berbagai faktor seperti kesalahan manusia, cuaca yang buruk,

ataupun teknis penerbangan. Dengan demikian, asuransi penerbangan merupakan

hal yang sangat penting bagi kelangsungan usaha jasa angkutan udara.

3.1. Tujuan Asuransi Penerbangan

Pada dasarnya, asuransi penerbangan bertujuan untuk mengalihkan dan

membagi risiko yang ada mengingat tingkat risiko yang tinggi di bidang jasa

angkutan udara. Selain itu adanya kewajiban asuransi ini dimaksudkan untuk

lebih memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat pengguna jasa angkutan

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 68: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

53

UNIVERSITAS INDONESIA

udara, dan juga pihak ketiga yang menderita kerugian karena pengoperasian atau

jatuhnya pesawat. Penutupan asuransi ini akan memberikan kepastian bagi para

konsumen untuk mendapat ganti kerugian. Di lain sisi, pihak pengangkut pun

tidak akan merasa terbebani dengan ganti kerugian yang sangat besar.

3.2. Tanggung Jawab Pengangkut

Berdasarkan unsur penyesuaian kehendak, asuransi dapat dibedakan

menjadi asuransi sukarela dan asuransi wajib. Bila dilihat dari penggolongan

tersebut, asuransi di bidang penerbangan merupakan bagian dari asuransi wajib

karena pertanggungan ini telah diamanatkan pemerintah dalam peraturan

perundang-undangan. Hal ini dilakukan mengingat tingginya risiko yang dimiliki

jasa transportasi udara yang mengakibatkan semakin tingginya beban tanggung

jawab pelaku usaha.

UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan telah mengatur tanggung jawab

pengangkut. Tanggung jawab pengangkut yang menjadi kewajiban perusahaan

angkutan udara adalah untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang

dan/atau pengirim barang serta pihak ketiga. Tanggung jawab penyedia jasa

angkutan udara atau pengangkut, yakni:

1. Kerugian penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap, atau luka-luka yang

diakibatkan kejadian angkutan udara di dalam pesawat dan/atau naik turun

pesawat udara baik karena tindakan sengaja atau kesalahan dari pengangkut

atau orang yang dipekerjakannya;94

2. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita penumpang

terhadap hilang atau rusaknya bagasi kabin yang disebabkan oleh tindakan

pengangkut atau orang yang dipekerjakannya;95

3. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang

karena bagasi tercatat hilang, musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh

kegiatan angkutan udara selama bagasi tercatat berada dalam pengawasan

pengangkut;96

94 Indonesia (b), Pasal 141.

95 Indonesia (b), Pasal 143.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 69: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

54

UNIVERSITAS INDONESIA

4. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim

kargo karena kargo yang dikirim hilang, musnah, atau rusak yang diakibatkan

oleh kegiatan angkutan udara selama kargo berada dalam pengawasan

pengangkut;97

5. Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita karena

keterlambatan pada angkutan penumpang, bagasi, atau kargo, kecuali apabila

pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan

oleh faktor cuaca dan teknis operasional;98

6. Pengangkut bertanggung jawab atas tidak terangkutnya penumpang, sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan dengan alasan kapasitas pesawat

udara.99

Masalah pertanggung jawaban pengangkut kemudian diatur lebih lanjut

dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 77 Tahun 2011 tentang Tanggung

Jawab Angkutan Udara Pasal 2. Dalam ketentuan ini, pengangkut yang

mengoperasikan pesawat udara wajib bertanggung jawab atas kerugian terhadap:

1. Penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap, atau luka-luka;

2. Hilang atau rusaknya bagasi kabin;

3. Hilang, musnah, atau rusaknya bagasi tercatat;

4. Hilang, musnah, atau rusaknya kargo;

5. Keterlambatan angkutan udara;

6. Kerugian yang diderita pihak ketiga;

3.3. Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut

Dalam mengatur beberapa hal, peraturan sebagai alat pemaksa yang bersifat

mengatur perlu memiliki prinsip-prinsip yang mendasari aturan tersebut. prinsip-

prinsip ini terbentuk berdasarkan kebutuhan objek yang diaturnya. Oleh karena itu

perlu dilakukan pemahaman mengenai prinsip-prinsip tanggung jawab

96 Indonesia (b), Pasal 144.

97 Indonesia (b), Pasal 145.

98 Indonesia (b), Pasal 146.

99 Indonesia (b), Pasal 147.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 70: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

55

UNIVERSITAS INDONESIA

pengangkut yang ada dalam ilmu hukum serta penerapannya dalam hukum positif

di Indonesia.

3.3.1. Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut Berdasarkan Ilmu Hukum

Dalam ilmu hukum, khususnya ilmu pengangkutan dikenal tiga prinsip

tanggung jawab, yaitu:

1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan adanya unsur kesalahan (liability based

on fault);

2. Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga (presumption of liability);

3. Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability);100

3.3.1.1. Tanggung Jawab Berdasarkan Kesalahan

Dalam prinsip tanggung jawab berdasarkan adanya unsur kesalahan,

tanggung jawab pengangkut didasarkan pada ada atau tidaknya unsur kesalahan.

Hal ini tercermin dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang dikenal sebagai tindakan

melawan hukum dimana setiap perbuatan melawan hukum yang menimbulkan

kerugian terhadap orang lain mewajibkan orang yang karena perbuatannya

menimbulkan kerugian itu mengganti kerugian. Tanggung jawab atas dasar

kesalahan harus memenuhi unsur-unsur:

1. Ada kesalahan;

2. Ada kerugian;

3. Yang membuktikan adalah korban yang menderita kerugian;

4. Kedudukan tergugat dengan penggugat sama tinggi dalam arti saling dapat

membuktikan;

5. Bilamana terbukti ada kesalahan maka jumlah ganti kerugian tidak

terbatas.101

Jika penggugat ingin menuntut tanggung jawab dari tergugat maka

penggugat harus membuktikan kesalahan yang dilakukan pihak tergugat. Hal ini

100 E. Saefullah Wiradipradja, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum UdaraInternasional dan Nasional, (Yogyakarta: Liberty, 1989), hal. 19.

101 Prof. Dr. H. K. Martono, S.H.,LL.M. dan Amad Sudiro, S.H.,M.H.,M.M., HukumAngkutan Udara, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hal. 220.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 71: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

56

UNIVERSITAS INDONESIA

akan terlihat mudah apabila pengangkut yang bertindak sebagai penggugat.

Pengangkut memiliki kemampuan yang cukup untuk membuktikan gugatannya.

Namun berbeda dengan posisi pengangkut, penumpang jasa angkutan udara

sebagai konsumen tentu akan mengalami kendala dalam melakukan pembuktian

kesalahan apabila mereka bertindak sebagai penggugat.

3.3.1.2. Tanggung Jawab Berdasarkan Praduga102

Berbeda dengan prinsip tanggung jawab berdasarkan adanya unsur

kesalahan, prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga mengasumsikan bahwa

tergugat dianggap bertanggung jawab atas kerugian yang timbul. Dengan

demikian, apabila tergugat ingin lepas dari gugatan, tergugat harus membuktikan

bahwa ia tidak bersalah (absence of fault). Jadi apabila penumpang mengalami

kerugian maka ia hanya perlu membuktikan adanya kerugian sehingga

pengangkut akan membuktikannya. Pada dasarnya, prinsip ini juga menganut ada

atau tidaknya unsur kesalahan, tetapi hal yang berbeda dengan prinsip lainnya

adalah pemikul beban pembuktian. Komparasi antara prinsip tanggung jawab

berdasarkan praduga dan tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan akan

terlihat dengan adanya beban pembuktian terbalik (omkering van de bewijslaast).

Untuk mengimbangi adanya beban pembuktian terbalik dalam prinsip

tanggung jawab berdasarkan praduga, prinsip ini juga menganut adanya

pembatasan tanggung jawab pengangkut hingga batas tertentu (limitation of

liability). Selain itu, pengangkut juga memiliki hak untuk melindungi diri

(exoneration). Apabila perusahaan penerbangan, termasuk pegawai, karyawan,

agen, atau perwakilannya dapat membuktikan tidak bersalah maka perusahaan

penerbangan bebas bertanggung jawab dan tidak membayar kerugian yang

diderita oleh penumpang dan/atau pengirim barang. 103 Selain itu, perusahaan

penerbangan juga dapat membuktikan bahwa penumpang dan/atau pengirim

barang juga ikut melakukan kesalahan (contributary negligence).

102Bandingkan dengan prinsip praduga lalai dan prinsip praduga bertanggung jawab

dengan pembuktian terbalik yang dikemukakan oleh Inosentius Samsul dalam bukunyaPerlindungan Konsumen: Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab Mutlak, hal. 67.

103 Ibid., hal. 225.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 72: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

57

UNIVERSITAS INDONESIA

Tanggung jawab yang dimiliki perusahaan penerbangan terbatas pada

jumlah ganti kerugian yang ditentukan, tetapi penumpang memiliki hak untuk

mendapatkan ganti kerugian melebihi batas yang telah ditentukan apabila

penumpang dapat membuktikan adanya unsur kesengajaan atau perusahaan

melakukan kesalahan yang disengaja (wilful misconduct). Dengan demikian

unsur-unsur yang terdapat dalam tanggung jawab berdasarkan praduga adalah:

1. Perusahaan dianggap bersalah;

2. Demi hukum bertanggung jawab;

3. Tanggung jawab terbatas;

4. Tergugat membuktikan tidak bersalah;

5. Exoneration;

6. Wilful misconduct;

7. Kedudukan para pihak sama tinggi.

Inosentius Samsul dalam buku Perlindungan Konsumen: Kemungkinan

Penerapan Tanggung Jawab Mutlak mengkatagorikan tanggung jawab produk

berdasarkan praduga sebagai perkembangan dari tanggung jawab berdasarkan

kesalahan. Tanggung jawab berdasarkan praduga merupakan masa transisi antara

tanggung jawab berdasarkan kesalahan dengan tanggung jawab mutlak.

Perubahan terjadi pada penolakan hubungan kontrak dalam tanggung jawab

berdasarkan kesalahan. Di sisi lain, faktor kesalahan tetap merupakan hal penting

dalam gugatan konsumen terhadap produsen. Selain terdapat penolakan terhadap

hubungan kontrak dalam tanggung jawab ini, terdapat modifikasi melalui prinsip

kehati-hatian (standard of care), prinsip praduga bersalah (presumption of

negligence), dan beban pembuktian terbalik.104

Penerapan prinsip praduga bersalah dilakukan dengan menerapkan prinsip

res ipsa loquitor105 dan negligence per se106. Dalam prinsip res ipsa loquitor,

kesalahan tidak perlu dibuktikan kembali karena fakta kerugian yang dialami

104Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen: Kemungkinan Penerapan Tanggung

Jawab Mutlak, (Jakarta: Program Pasca-sarjana Fakultas Hukum UI, 2004), hal. 67.

105 Black’s Law Dictionary: the thing speaks for itself.

106Black’s Law Dictionary: negligence establish as a matter of law, so that breach of

duty is not a jury question. Negligence per se usually arises from a statutory violation.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 73: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

58

UNIVERSITAS INDONESIA

konsumen merupakan hasil kesalahan dari produsen. Konsumen tidak akan

mengalami kerugian bila produsen tidak melakukan kesalahan. Berdasarkan

doktrin negligence per se, pembuat barang yang tidak memenuhi standar

keselamatan konsumen yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

dianggap telah memenuhi unsur kesalahan. 107 Selain penerapan kedua prinsip

tersebut, prinsip praduga bersalah diikuti dengan prinsip praduga bertanggung

jawab dimana tergugat selalu dianggap bertanggung jawab hingga ia dapat

membuktikan dirinya tidak bersalah. Dalam hal ini, beban pembuktian diberikan

kepada tergugat.108

3.3.1.3. Tanggung Jawab Mutlak

Dalam prinsip tanggung jawab mutlak, unsur kesalahan diabaikan. Menurut

Mieke Komar Kantaatmadja dalam tanggung jawab mutlak dimungkinkan adanya

hal-hal yang membebaskan pengangkut untuk membayar ganti rugi. Selain itu,

sistem tanggung jawab mutlak memiliki kekhususan dibanding dengan sistem

tanggung jawab berdasarkan kesalahan karena pembuktian akan menjadi lebih

sederhana dan relatif pendek serta adanya pembatasan jumlah tanggung jawab.

Penerapan prinsip tanggung jawab mutlak cukup memberikan perlindungan

baik bagi pengangkut maupun penumpang karena terdapat penyeimbang bagi

pengangkut yaitu adanya batas jumlah tanggung jawab pengangkut yang tidak

dapat dilampaui dalam keadaan apa pun misalnya apabila terdapat faktor

penyebab kerugian yang timbul dari diri penumpang sendiri. Selain itu dengan

proses yang relatif singkat, hak-hak korban akan lebih terjamin dalam

memperoleh ganti kerugian.109 Tanggung jawab mutlak ini diterapkan terhadap

tanggung jawab perusahaan penerbangan terhadap pihak ketiga.110 Dalam hal ini,

107Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen: Kemungkinan Penerapan Tanggung

Jawab Mutlak, (Jakarta: Program Pasca-sarjana Fakultas Hukum UI, 2004), hal. 68-69.

108 Ibid., hal. 69.

109 Dr. Ridwan Khairandy, S.H.,M.H., “Tanggung Jawab Pengangkut dan AsuransiTanggung Jawab Sebagai Instrumen Perlindungan Konsumen Angkutan Udara”, dalam JurnalHukum Bisnis Vol. 25 No. 1 Tahun 2006.

110 Prof. Dr. H. K. Martono, S.H.,LL.M. dan Amad Sudiro, S.H.,M.H.,M.M., HukumAngkutan Udara, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hal.228.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 74: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

59

UNIVERSITAS INDONESIA

perusahaan penerbangan tidak dapat membebaskan diri dari kewajiban membayar

ganti kerugian.

Di luar ketiga jenis prinsip tanggung jawab di bidang ilmu pengangkutan,

terdapat pula beberapa ahli hukum yang membagi prinsip tanggung jawab ke

dalam tiga bagian besar, yaitu prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan,

prinsip tanggung jawab berdasarkan wanprestasi, serta prinsip tanggung jawab

mutlak. Hal yang menjadi perbedaan terhadap prinsip tanggung jawab yang

dikemukakan sebelumnya adalah prinsip tanggung jawab berdasarkan wanprestasi

(breach of warranty).

Etsuko Fujimoto dalam bukunya Products Liability menyatakan bahwa

tanggung jawab produsen yang dikenal dengan wanprestasi adalah tanggung

jawab berdasarkan kontrak (contractual liability). Dengan demikian, apabila

produk rusak dan mengakibatkan kerugian, konsumen akan melihat isi kontrak

atau perjanjian atau jaminan yang merupakan bagian dari kontrak baik lisan

maupun tulisan.111

3.3.2. Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut dalam UU No. 1 Tahun 2009

Dalam UU No. 1 Tahun 2009 tentang penerbangan, prinsip tanggung jawab

yang digunakan adalah prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga bersalah

(presumption of liability) dan prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan

(based on fault liability). Prinsip praduga bersalah dapat terlihat dari beberapa

pasal mengenai tanggung jawab pengangkut diantaranya:

1. Pasal 141 ayat (1) yang menyatakan bahwa Pengangkut bertanggung jawab

atas kerugian penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap, atau luka-luka

yang diakibatkan kejadian angkutan udara di dalam pesawat dan/atau naik

turun pesawat udara;

2. Pasal 144 yang menyatakan bahwa Pengangkut bertanggung jawab atas

kerugian yang diderita oleh penumpang karena bagasi tercatat hilang, musnah,

atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama bagasi

tercatat berada dalam pengawasan pengangkut;

111Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen: Kemungkinan Penerapan Tanggung

Jawab Mutlak, (Jakarta: Program Pasca-sarjana Fakultas Hukum UI, 2004), hal. 71.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 75: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

60

UNIVERSITAS INDONESIA

3. Pasal 145 yang menyatakan bahwa Pengangkut bertanggung jawab atas

kerugian yang diderita oleh pengirim kargo karena kargo yang dikirim hilang,

musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama

kargo berada dalam pengawasan pengangkut.

4. Pasal 146 yang menyatakan bahwa pengangkut bertanggung jawab atas

kerugian yang diderita karena keterlambatan pada angkutan penumpang,

bagasi, atau kargo, kecuali apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa

keterlambatan tersebut disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis operasional.

Berdasarkan ketentuan tersebut pengangkut secara otomatis bertanggung

jawab memberikan ganti kerugian tanpa perlu dibuktikan terlebih dahulu. Di lain

sisi, pengangkut diberikan perlindungan berupa batas ganti kerugian yang

diberikan oleh UU No. 1 Tahun 2009. Namun, terdapat beberapa kondisi yang

dapat menyebabkan terlampauinya batas ganti kerugian oleh pengangkut misalnya

bila kerugian tersebut disebabkan oleh kesengajaan dari pihak pengangkut (willful

misconduct) atau kesalahan memang berasal dari pengangkut atau orang yang

dipekerjakannya.112 Selain itu pengangkut juga bisa dibebaskan dari tanggung

jawabnya misalnya dalam hal keterlambatan karena alasan cuaca atau teknis

operasional. Bila terjadi hal demikian, Pasal 141 ayat (3) menyatakan bahwa

penumpang berhak melakukan penuntutan ke pengadilan untuk mendapatkan

ganti kerugian tambahan selain ganti kerugian yang telah ditetapkan.

Konsep tanggung jawab berdasarkan kesalahan dapat terlihat dalam

ketentuan mengenai bagasi kabin dimana Pasal 143 menyatakan bahwa

Pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerugian karena hilang atau rusaknya

bagasi kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan bahwa kerugian

tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang yang dipekerjakannya.

Hal ini mengacu pada anggapan bahwa pertanggungjawaban barang yang dibawa

penumpang dalam kabin tidak berpindah kepada pengangkut karena penumpang

masih melakukan penguasaan secara fisik terhadap bagasi tersebut. Namun,

perlindungan terhadap penumpang atas bagasi kabinnya tetap diberikan bilamana

112Indonesia (b), Pasal 141 ayat (2).

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 76: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

61

UNIVERSITAS INDONESIA

kesalahan terdapat pada pengangkut atau pun orang yang dipekerjakan oleh

pengangkut.

3.4. Asuransi Penerbangan Sebagai Asuransi Wajib

Dengan melihat uraian tanggung jawab pelaku usaha di bidang penerbangan

tersebut, pemerintah menciptakan serangkaian peraturan terkait sebagai unsur

pemaksa pemerintah kepada pelaku usaha dalam rangka melindungi konsumen

jasa angkutan udara. Pengaturan tersebut dituangkan dalam beberapa peraturan,

yakni:

1. Undang-Undang No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib

Kecelakaan Penumpang dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dimana dikatakan

bahwa tiap penumpang yang sah dari kendaraan bermotor umum, kereta api,

pesawat terbang, perusahaan penerbangan nasional dan kapal perusahaan

perkapalan/pelayaran nasional, wajib membayar iuran melalui

pengusaha/pemilik yang bersangkutan untuk menutup akibat keuangan

disebabkan kecelakaan penumpang dalam perjalanan;

2. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang. Ketentuan

ini mengatur pertanggungjawaban pengangkut yang diimplementasikan

dalam bentuk pertanggungan wajib kecelakaan penumpang. Dana

pertanggungan wajib tersebut diurus dan dikuasai oleh perusahaan negara

yang khusus ditunjuk oleh menteri. Perusahaan inilah yang akan menjadi

penanggung pertanggungan wajib kecelakaan penumpang. Oleh karena itu,

Pengangkut mengenakan iuran wajib dalam setiap pembelian tiket berupa

Iuran Wajib Jasa Raharja atau yang lebih dikenal dengan IWJR;

3. Keputusan Menteri Perhubungan No. 25 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Udara, yaitu dalam Pasal 42 ayat (1) huruf c, 47

ayat (1) huruf b, dan Pasal 52 ayat (2) huruf b menyatakan bahwa perusahaan

angkutan niaga dalam melakukan usaha kegiatan angkutan udara niaga

berjadwal maupun tidak berjadwal serta angkutan niaga khusus kargo harus

menutup asuransi tanggung jawab pengangkut yang dibuktikan dengan

perjanjian penutupan asuransi;

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 77: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

62

UNIVERSITAS INDONESIA

4. Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Pasal 179 dan 180

yang berbunyi demikian.

a. Pasal 179

Pengangkut wajib mengasuransikan tanggung jawabnya terhadap

penumpang dan kargo yang diangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141,

Pasal 143, Pasal 144, Pasal 145, dan Pasal 146.

b. Pasal 180

Besarnya pertanggungan asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

179 sekurang-kurangnya harus sama dengan jumlah ganti kerugian yang

ditentukan dalam Pasal 165, Pasal 168, dan Pasal 170.

Yang dimaksud dengan “iuran wajib asuransi” dalam ketentuan ini

adalah asuransi pertanggungan kecelakaan penumpang yang dikenakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan di bidang dana pertanggungan wajib

kecelakaan penumpang. 113 Ketentuan ini menjadi dasar Pengangkut untuk

mengenakan iuran wajib dalam setiap pembelian tiket berupa Iuran Wajib

Jasa Raharja atau yang lebih dikenal dengan IWJR;

5. Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab

Pengangkutan Udara dimana dikatakan bahwa tanggung jawab pengangkut

wajib diasuransikan. Di dalam peraturan ini, pemerintah mengatur secara

rinci jumlah ganti kerugian yang wajib diberikan oleh pengangkut kepada

penumpang, yaitu:

1. Penumpang yang meninggal dunia di dalam pesawat akan diberikan ganti

kerugian sebesar Rp 1.250.000.000,00 (satu miliar dua ratus lima puluh

ribu rupiah);114

2. Penumpang yang meninggal dunia karena kejadian yang berhubungan

dengan pengangkutan udara saat proses meninggalkan ruang tunggu atau

turun dari pesawat dan/atau bandar udara persinggahan akan diberikan

ganti kerugian sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);115

113 Indonesia (b), Penjelasan Pasal 126 ayat (3) huruf (c).

114Indonesia, Peraturan Menteri Perhubungan No. 77 Tahun 2011 tentang Tanggung

Jawab Pengangkut Udara Pasal 3 huruf a.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 78: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

63

UNIVERSITAS INDONESIA

3. Penumpang yang mengalami cacat tetap total akan diberikan ganti

kerugian sebesar Rp 1.250.000.000,00 (satu miliar dua ratus lima puluh

ribu rupiah)116 serta apabila penumpang mengalami cacat tetap sebagian

dimana ganti kerugian ditetapkan sebagaimana diatur dalam lampiran

PM No. 77 Tahun 2011117;

4. Penumpang yang mengalami kerugian sehingga diharuskannya menjalani

pengobatan di rumah sakit atau pun balai pengobatan akan diberikan

ganti kerugian paling nyata maksimal Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah);118

5. Penumpang yang mengalami kerusakan pada bagasi tercatat akan

diberikan ganti kerugian sesuai dengan jenis, bentuk, ukuran, dan merk

bagasi tercatat 119 , sedangkan apabila bagasi tercatat hilang maka

penumpang akan diberikan ganti kerugian sebesar Rp 200.000,00 (dua

ratus ribu rupiah) per kilogram dan paling banyak Rp 4.000.000,00

(empat juta rupiah) per penumpang;120

6. Penumpang yang mengalami keterlambatan lebih dari 4 jam akan

diberikan ganti kerugian sebesar Rp 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah)121

serta adanya alternatif lainnya yang disebutkan dalam PM No. 77 Tahun

2011.

3.5. Asuransi Kecelakaan Penumpang Angkutan Udara Jasa Raharja

Asuransi Jasa Raharja bertugas untuk melaksanakan Asuransi Kecelakaan

Penumpang alat angkutan umum dan asuransi tanggung jawab menurut hukum

115 Ibid., Pasal 3 huruf b.

116 Ibid., Pasal 3 huruf c ayat (1).

117Ibid., Pasal 3 huruf c ayat (2).

118 Ibid., Pasal 3 huruf e.

119 Ibid., Pasal 5 ayat (1) huruf b.

120 Ibid., Pasal 5 ayat (1) huruf a.

121Ibid., Pasal 10 huruf a.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 79: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

64

UNIVERSITAS INDONESIA

terhadap pihak ketiga sebagaimana diatur dalam UU No. 33 dan 34 Tahun 1964

serta peraturan pelaksananya. Tujuan utama dari santunan jasa raharja adalah

memberikan jaminan akan kepastian perlindungan negara kepada rakyatnya. Jadi

jaminan sosial jasa raharja adalah compulsory insurance yang bertujuan

memberikan jaminan sosial untuk masyarakat. Asuransi wajib kecelakaan oleh PT.

Jasa Raharja merupakan jenis asuransi sosial dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kepesertaan pada asuransi sosial bersifat wajib;

2. Kemanfaatannya memberikan perlindungan dasar minimal (minimum floor of

income);

3. Perlindungannya menekankan pada kecukupan sosial (social adequacy)

sebagai unsur kesejahteraan;

4. Manfaat dan iurannya ditetapkan dengan undang-undang;

5. Pelaksanaannya dilakukan secara monopoli oleh pemerintah;

6. Pendanaan penuh tidak diperlukan karena iuran wajib dari peserta baru, dan

karena programnya dianggap berlangsung tak terhingga;

7. Tidak diperlukan underwriting karena tidak ada seleksi peserta dan pentarifan

secara individual.122

Compulsory insurance dijalankan dengan paksaan (force saving), oleh

karena itu setiap warga negara diwajibkan ikut serta dangan jalan secara gotong

royong melalui iuran wajib dan sumbangan wajib. penunjukkan PT. Jasa Raharja

sebagai pengelola kedua Undang-Undang tersebut ditetapkan berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI No.

BAPN 1-3-3 tanggal 30 Maret 1965, saat itu PT. Jasa Raharja masih bernama

Penunjukkan PNAK Jasa Raharja.

Jenis premi yang dikenakan oleh Jasa Raharja terbagi menjadi dua jenis

yaitu Iuran Wajib (IW) dan Sumbangan Wajib (SW). Iuran Wajib dikenakan

kepada penumpang transportasi umum termasuk penumpang angkutan udara

berdasarkan Pasal 3 ayat (1) a UU No. 33 Tahun 1964 jo. Pasal 2 ayat (1) PP No.

17 Tahun 1965, sedangkan Sumbangan Wajib dikenakan kepada

pemilik/pengusaha dan dalam hal ini berarti pengangkut mengacu pada ketentuan

122 Komisi Pengawas Persaingan Usaha, “Position Paper Analisis Kebijakan Persaingandalam Industri Asuransi Wajib Kecelakaan Lalu Lintas di indonesia” (2010)http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/ position_paper_asuransi_kecelakaan_laulintas.pdf.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 80: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

65

UNIVERSITAS INDONESIA

Pasal 2 ayat (1) UU No. 34 Tahun 1964 jo. Pasal 2 ayat (1) PP No. 18 Tahun 1965.

Berdasarkan Pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan No. 37/PMK.010/2008, Besar

premi Iuran Wajib yang dikenakan bagi penumpang angkutan udara adalah Rp

5.000,00 dan premi tersebut dimasukkan dalam harga tiket yang dikenakan pada

penumpang.

Dengan membayar premi berupa Iuran Wajib, besarnya santunan Asuransi

Jasa Raharja bagi korban angkutan udara UU No. 33 dan 34 Tahun 1964

ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36/PMK.010/2008

dan 37/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008.

Jenis Santunan Jumlah santunan

Meninggal Dunia Rp 50.000.000,-

Catat Tetap (maksimal) Rp 50.000.000,-

Biaya Rawatan (maksimal) Rp 25.000.000,-

Biaya Penguburan Rp 2.000.000,-Tabel 3.1

Sumber: http://www.jasaraharja.co.id/layanan/jumlah-santunan

Dengan ditetapkannya jumlah santunan penumpang angkutan udara,

pemerintah berharap dapat memberikan perlindungan dasar minimal sebagai

unsur kesejahteraan bagi masyarakat khususnya penumpang sebagaimana fungsi

dari asuransi sosial.

3.6. Asuransi Perjalanan Lion Air

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, setiap penumpang angkutan udara

tanpa terkecuali dimasukkan dalam pertanggungan wajib yang disediakan oleh PT

Jasa Raharja sebagai perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintah. Namun, dalam

perkembangannya, beberapa maskapai penerbangan memberikan asuransi lain

sebagai tambahan seperti halnya yang dilakukan PT Lion Mentari Airlines yang

dikenal dengan nama Asuransi Perjalanan Lion Air.

Asuransi yang disediakan oleh penerbangan Lion Air memberikan

perlindungan dari kejadian-kejadian yang tak diharapkan seperti kecelakaan dan

ketidaknyamanan selama perjalanan seperti kehilangan koper dan penundaan

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 81: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

66

UNIVERSITAS INDONESIA

perjalanan. Produk asuransi perjalanan ini diterbitkan oleh PT Chartis Insurance

Indonesia (Chartis). Pembelian asuransi ini dilakukan secara online melalui situs

resmi lionair.co.id. Produk asuransi tambahan ini juga merupakan poin

peningkatan kenyaman penumpang.

Pihak Lion Air menyatakan bahwa Asuransi Perjalanan Lion Air sebagai

suatu asuransi tambahan tidak memiliki peraturan eksternal yang mendasari

pemberlakuan asuransi tambahan tersebut, melainkan kebijakan dari perusahan

Lion Air itu sendiri. Asuransi ini diberikan pada penumpang dengan kriteria:

1. Berusia kurang dari 75 tahun;

2. Melakukan penerbangan dari Indonesia;

3. Melakukan perjalanan kurang dari 30 hari;

Biaya premi yang dikenakan kepada penumpang berbeda-beda tergantung

dari jenis perjalanan yang dilakukan. Lion Air menyediakan dua jenis asuransi

yakni Asuransi Perjalanan Sekali Jalan dan Asuransi Perjalanan Pulang-Pergi.

Asuransi perjalanan sekali jalan merupakan program asuransi yang ditawarkan

sehubungan dengan penerbangan sekali jalan saja dan hanya disediakan untuk

penumpang perusahaan penerbangan dengan umur antara 9 hari sampai 75 tahun,

sedangkan asuransi perjalanan pulang pergi merupakan program asuransi yang

berhubungan dengan penerbangan kembali. Selain itu, jenis penerbangan

domestik atau internasional juga mempengaruhi besar premi dan santunan yang

diberlakukan bagi penumpang.

RENCANA PERJALANAN DOMESTIK INTERNASIONAL

Sekali Jalan IDR 15.000 IDR 21.000

Pulang pergi 1-7 Hari IDR 35.000 IDR 45.000

Pulang pergi 8-15 Hari IDR 45.000 IDR 70.000

Pulang pergi 16-30 Hari IDR 70.000 IDR 100.000

Tabel 3.2

Sumber: http://www2.lionair.co.id/insurance/id/

Dengan adanya perbedaan jumlah premi yang dibayarkan, tentu terdapat

perbedaan dalam pemberian manfaat asuransi. Secara keseluruhan, manfaat yang

akan didapatkan dengan membeli Asuransi Perjalanan Lion Air adalah:

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 82: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

67

UNIVERSITAS INDONESIA

1. Kecelakaan diri;

2. Biaya medis akibat kecelakaan;

3. Repatriasi dan evakuasi darurat;

4. Penyerangan dengan kekerasan;

5. Penundaan Penerbangan;

6. Pembatalan perjalanan;

7. Pengurangan perjalanan;

8. Kerusakan dan kehilangan bagasi;

9. Kehilangan dokumen perjalanan;

10. Tanggung gugat pribadi;

11. Bantuan medis darurat 24 jam;

Manfaat-manfaat yang ditawarkan tergantung jenis asuransi yang dibeli oleh

penumpang. Pembelian Asuransi Perjalanan Pulang-Pergi tentunya lebih

memberikan banyak manfaat dibandingkan Asuransi Perjalanan Sekali Jalan

mengingat besar premi yang berbeda diantara keduanya.

Besar santunan yang diberikan oleh Asuransi Perjalanan Lion Air adalah

sebagai berikut:

Jenis

Manfaat/Santunan

Batas nilai santunan

untuk Sekali Jalan

Batas nilai santunan

untuk Pulang Pergi

Kecelakaan Diri Rp 500.000.000,00 Rp 350.000.000,00

Biaya Pengobatan Medis

Karena Kecelakaan

Tidak Tersedia Rp 200.000.000,00

Evakuasi Darurat Medis

& Repatriasi

Tidak Tersedia Rp 200.000.000,00

Keterlambatan

Penerbangan

Rp 450.000,00 / 5 jam

keterlambatan sampai

Rp 3.150.000,00

Rp 450.000,00 / 5 jam

keterlambatan sampai

Rp 6.750.000,00

Pembatalan Perjalanan Biaya Aktual Biaya Aktual

Kerusakan & Kehilangan Rp 4.000.000,00 dengan Rp 6.500.000,00

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 83: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

68

UNIVERSITAS INDONESIA

Bagasi Rp 1.000.000,00 batas

nilai per jenis barang

dengan

Rp 1.000.000,00 batas

nilai per jenis barang

Pengurangan Perjalanan Tidak Tersedia Biaya Aktual

Kehilangan Dokumen-

dokumen Perjalanan

Tidak Tersedia Rp 1.500.000,00

Tanggung Gugat Pribadi Tidak Tersedia Rp 500.000.000,00

Penyerangan Dengan

Kekerasan

Tidak Tersedia Rp 1.500.000,00

Layanan Darurat Tidak Tersedia Termasuk

Sumber: http://www2.lionair.co.id/insurance/id/

Berdasarkan tabel santunan di atas, terdapat beberapa poin pada asuransi

pulang-pergi yang tidak menjadi tanggungan dalam asuransi sekali jalan misalnya

biaya pengobatan medis karena kecelakaan, evakuasi darurat medis dan repatriasi,

kehilangan dokumen-dokumen perjalanan, tanggung gugat pribadi, penyerangan

dengan kekerasan, serta layanan darurat. Poin-poin di atas merupakan poin

tambahan dari asuransi tambahan yang ditawarkan Lion Air. Namun perlindungan

tersebut tidak menjadi tambahan bagi penumpang yang melakukan perjalanan

sekali jalan padahal mereka juga memiliki risiko yang sama dalam perjalanan

yang mereka lalui. Jadi, apabila terjadi hal-hal yang berkaitan dengan risiko-risiko

tersebut, penumpang perjalanan sekali jalan tidak akan mendapat perlindungan

asuransi.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 84: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

69

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 4

ASURANSI PERJALANAN LION AIR DALAM PEMBELIAN TIKET

SECARA ELEKTRONIK

Pembelian Asuransi Perjalanan Lion Air dilakukan pada saat calon

penumpang membeli tiket secara elektronik melalui situs resmi Lion Air. Tiket

merupakan bukti dari adanya perjanjian pengangkutan yang memuat keterangan-

keterangan yang berhubungan dengan para pihak serta pokok perjanjian tersebut.

4.1. Status Asuransi Perjalanan Lion Air dalam Lingkup Hukum Asuransi

Dalam teori asuransi yang telah dikemukakan dalam Bab II, asuransi dapat

terbagi dalam dua jenis yaitu asuransi wajib dan asuransi sukarela. Asuransi

sukarela (voluntary insurance) dapat diindikasikan apabila tidak terdapat unsur

paksaan dari pihak ketiga atau pihak lawan dalam penutupan perjanjian asuransi.

Asuransi Perjalanan Lion Air merupakan asuransi yang ditawarkan bagi calon

penumpang pada saat pembelian tiket secara online. Calon penumpang

mempunyai hak untuk membeli atau tidak membeli jasa asuransi yang ditawarkan

pihak Lion Air. Dengan demikian, Asuransi Perjalanan Lion Air merupakan

asuransi sukarela.

Di sisi lain, Asuransi Perjalanan Lion Air tidak memiliki sifat-sifat yang

dimiliki oleh asuransi wajib. Asuransi wajib memiliki unsur paksaan yang berasal

dari pihak ketiga atau pun pihak lawan yang biasanya adalah pemerintah. Unsur

paksaan ini dapat dituangkan dalam bentuk peraturan pemerintah yang

mengamanatkan adanya pengalihan tanggung jawab. Dalam dunia penerbangan

komersial, pemerintah memang mengatur adanya kewajiban pengalihan tanggung

jawab pihak perusahaan terhadap penumpang kepada perusahaan asuransi. Namun,

amanat tersebut ditujukan kepada PT Jasa Raharja sebagai perusahaan asuransi

kecelakaan lalu lintas dan penumpang umum termasuk di dalamnya penerbangan

komersil domestik.

Karena asuransi Jasa Raharja bersifat wajib maka pengguna jasa tidak

diberikan opsi untuk menolak asuransi ini. Kewajiban ini dimasukkan sebagai

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 85: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

70

UNIVERSITAS INDONESIA

komponen iuran wajib bagi penumpang sebesar Rp 5000,00 123 dengan besar

santunan sesuai besaran yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No.

36/PMK.010/2008 dan 37/PMK.010/2008 yaitu sebesar Rp 50.000.000,00 untuk

korban meninggal dunia dan cacat tetap, maksimal Rp 25.000.000,00 untuk

penggantian biaya perawatan dan pengobatan dokter, serta Rp 2.000.000,00 untuk

biaya penguburan bagi korban yang tidak memiliki ahli waris. Apabila terdapat

tambahan besar santunan di luar santunan yang telah ditetapkan oleh Menteri

Keuangan dapat dilakukan dengan penutupan asuransi secara sukarela

berdasarkan perjanjian pertanggungan sendiri.124

Berdasarkan pemaparan di atas, Asuransi Perjalanan Lion Air dapat

dikatagorikan sebagai asuransi tambahan karena sifatnya yang tidak dipaksakan

serta adanya jumlah santunan di luar jumlah santunan yang ditentukan oleh

menteri keuangan.

4.2. Penutupan Asuransi Dalam Pembelian Tiket Elektronik

Pembelian tiket Lion Air dapat dilakukan melalui situs resmi Lion Air

selama 24 jam setiap hari. Calon penumpang yang ingin membeli tiket akan

diminta untuk mengisi kolom pemesanan tiket yang berisi frekuensi perjalanan,

tanggal keberangkatan, jadwal penerbangan, kota keberangkatan dan tujuan, serta

katagori penumpang.

123 Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No.37/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan Iuran Wajib Dana Pertanggungan WajibKecelakaan Penumpang Alat Angkutan Penumpang Umum di Darat, Sungai/Danau,Ferry/Penyeberangan, Laut, dan Udara, Pasal 7.

124 Ibid., Pasal 9.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 86: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

71

UNIVERSITAS INDONESIA

Gambar 4.1www2.lionair.co.id

Sistem akan memberikan seluruh pilihan penerbangan sesuai dengan

informasi yang diberikan konsumen dalam kolom. Calon penumpang akan

diminta untuk memilih jadwal penerbangan yang diinginkan sesuai dengan waktu,

harga, serta kelas penerbangan yang masih tersedia.

Gambar 4.2www2.lionair.co.id

Kemudian pada bagian bawah halaman tersebut terdapat sebuah kolom lain

yang menawarkan Asuransi Perjalanan Lion Air. Calon penumpang diwajibkan

untuk mengisi kolom asuransi bila ingin melanjutkan proses pemesanan tiket.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 87: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

72

UNIVERSITAS INDONESIA

Penumpang akan diberikan pilihan untuk menambahkan atau tidak menambahkan

asuransi Lion Air.

Gambar 4.3www2.lionair.co.id

Premi yang dibayarkan dalam asuransi tersebut tergantung dari jenis

perjalanan yang dilakukan calon penumpang yakni:

1. Sekali jalan : Rp 15.000,00

2. Pulang-pergi 1 – 7 hari : Rp 35.000,00

3. Pulang-pergi 8 – 15 hari : Rp 45.000,00

4. Pulang-pergi 16 – 30 hari: Rp 70.000,00

Apabila penumpang memilih untuk membeli Asuransi Perjalanan Lion Air,

premi asuransi akan dikalkulasikan ke dalam total harga yang harus dibayar calon

penumpang yang terdiri dari:

1. Tarif

2. Total pajak dan biaya lain, yang dijelaskan lebih lanjut terdiri dari:

a. IWJR

b. PPN

c. Biaya administrasi

3. Asuransi Perjalanan Lion Air

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 88: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

73

UNIVERSITAS INDONESIA

Gambar 4.4www2.lionair.co.id

Undang-undang No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan tidak mengatur

ketentuan mengenai penutupan asuransi baik mengenai pengertiannya ataupun

mengenai cara-cara mengadakan serta sahnya perjanjanjian pengangkutan udara.

Oleh karena itu, perjanjian pengangkutan merujuk pada syarat-syarat sahnya

perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu sepakat mereka yang

mengikatkan dirinya.

Kata “sepakat” tidak boleh disebabkan adanya kekhilafan mengenai hakekat

barang yang menjadi pokok persetujuan atau kekhilafan mengenai diri pihak

lawannya dalam persetujuan yang dibuat terutama mengingat dirinya orang

tersebut; adanya paksaan dimana seseorang melakukan perbuatan karena takut

ancaman (Pasal 1324 BW); adanya penipuan yang tidak hanya mengenai

kebohongan tetapi juga adanya tipu muslihat (Pasal 1328 BW). Terhadap

perjanjian yang dibuat atas dasar “sepakat” berdasarkan alasan-alasan tersebut,

dapat diajukan pembatalan.

Kata sepakat dapat tercerminkan dengan diberikannya persetujuan oleh

calon penumpang terhadap asuransi perjalanan tersebut dalam proses pembelian

tiket online. Pada saat persetujuan untuk menambahkan Asuransi Perjalanan Lion

Air, calon penumpang telah melakukan penutupan asuransi dengan nilai

pertanggungan yang telah ditentukan. Dengan demikian perjanjian pengangkutan

udara mempunyai sifat konsensus artinya adanya kata sepakat antara para pihak

perjanjian pengangkutan dianggap ada dan lahir.

Proses pembelian tiket akan berlanjut pada pesan penerbangan. Dalam

pesan penerbangan ini terdapat rincian penerbangan yang sudah dipilih, kolom

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 89: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

74

UNIVERSITAS INDONESIA

rincian penumpang yang harus diisi, rincian tarif yang harus dibayar, rincian

pembayaran, serta persetujuan pelanggan.

Rincian penerbangan merupakan detail pilihan penerbangan yang dipilih

oleh penumpang berupa nomor penerbangan, rute penerbangan, waktu

keberangkatan, durasi penerbangan, serta kelas penerbangan.

Kolom rincian penumpang wajib diisi oleh calon penumpang. Kolom ini

berisi data-data dari penumpang yang akan menggunakan jasa penerbangan

seperti nama, alamat lengkap, nomor telepon, serta alamat surat elektronik.

Rincian tarif yang harus dibayar berisi komponen biaya yang diperlukan.

Hal ini dimaksudkan agar penumpang dapat memastikan kembali tarif yang harus

mereka keluarkan.

Di bagian bawah halaman, penumpang diminta untuk mencentang kotak

persetujuan terhadap syarat dan ketentuan penerbangan serta hal-hal yang

berkaitan dengan Asuransi Perjalanan Lion Air berupa syarat, ketentuan,

pengecualian, serta pernyataan.

Gambar 4.5www2.lionair.co.id

Setelah selesai melakukan pemesanan tiket dengan mengisi keterangan-

keterangan yang diperlukan, calon penumpang akan melakukan pembayaran

melalui bank. Dengan dibayarkannya total harga tersebut, pihak pengangkut (Lion

Air) akan mengirimkan tiket penumpang beserta polis Asuransi Perjalanan Lion

Air melalui. Fungsi polis tersebut adalah:

1. Bagi Tertanggung (penumpang Lion Air)

a. Sebagai bukti tertulis atas jaminan penanggungan untuk mengganti

kerugian yang mungkin dideritannya yang ditanggung oleh polis;

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 90: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

75

UNIVERSITAS INDONESIA

b. Sebagai bukti pembayaran premi kepada penanggung;

c. Sebagai bukti otentik untuk menuntut penanggung bila lalai atau tidak

memenuhi jaminannya;

2. Bagi Penanggung (Chartis)

a. Sebagai bukti atau tanda terima premi asuransi dari tertanggung.

b. Sebagai bukti tertulis atas jaminan yang diberikannya kepada

tertanggung untuk membayar ganti rugi yang mungkin di derita oleh

tertanggung.

c. Sebagai bukti otentik, untuk menolak tuntutan ganti rugi atau klaim bila

penyebab kerugian tidak memenuhi syarat polis.125

4.3. Informasi Asuransi Perjalanan Lion Air dalam Proses Pembelian Tiket

online

Asuransi Perjalanan Lion Air merupakan asuransi tambahan yang

disediakan oleh maskapai penerbangan Lion Air yang bekerja sama dengan PT

Chartis Insurance Indonesia (Chartis). Hal ini tertera di kolom persetujuan

asuransi saat memesan tiket. Selain itu, terdapat tautan yang menunjukkan

penjelasan lebih lanjut mengenai Asuransi Perjalanan Lion Air yang berisi brosur,

polis, pelayanan pelanggan dan klaim, serta daftar tanya-jawab.

1. Brosur

Di dalam brosur yang disediakan Lion Air terdapat informasi-informasi

mengenai:

a. Premi asuransi yang akan dikenakan pada calon penumpang sesuai

dengan jenis penerbangan yang dipilih;

b. Kelebihan manfaat perlindungan yang dapat mengacu pada polis;

c. Manfaat kecelakaan diri;

d. Manfaat biaya pengobatan dan pelayanan medis;

e. Manfaat ketidaknyamanan perjalanan berupa keterlambatan penerbangan,

pembatalan perjalanan, pengurangan perjalanan, kerusakan dan

125 Diunduh dari http://www.wealthindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=671.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 91: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

76

UNIVERSITAS INDONESIA

kehilangan bagasi, kehilangan dokumen-dokumen perjalanan serta

tanggung gugat pribadi;

f. Pelayanan darurat medis 24 jam;

g. Daftar manfaat atau santunan.

2. Polis

Polis yang disediakan terdiri dari dua yaitu polis asuransi penerbangan

sekali jalan dan polis asuransi penerbangan pulang-pergi. Polis tersebut berisi

tentang pokok-pokok perjanjian pertanggungan yang terjadi antara tertanggung

dan penanggung.

3. Pelayanan pelanggan dan klaim

Bagian ini memberikan informasi mengenai pihak yang dapat dihubungi

secara langsung terkait Layanan Bantuan Darurat Medis serta Pelayanan

Pelanggan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Asuransi Perjalanan Lion Air.

Kemudian bila di kemudian hari penumpang mengalami kerugian dan ingin

mengajukan klaim, bagian ini menyediakan formulir pernyataan klaim serta

pelayanan seputar klaim tersebut.

4. Daftar tanya-jawab

Dalam daftar tanya-jawab, penumpang diberikan informasi-informasi dalam

bentuk pertanyaan yang mungkin akan dipertanyakan oleh para penumpang.

4.4. Pengetahuan Konsumen Mahasiswa Universitas Indonesia Depok

Mengenai Asuransi Perjalanan Lion Air

Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan konsumen/penumpang Lion Air

di lapangan, Penulis melakukan observasi sederhana di lingkungan mahasiswa

Universitas Indonesia (UI) depok secara acak dengan mengambil 80 orang

sebagai sample. Ada pun kriteria yang digunakan untuk memilih sample yaitu

mahasiswa UI dan pernah membeli jasa angkutan udara Lion Air secara online.

Observasi dilakukan dengan menyebarkan kuesioner berupa pertanyaan sikap

konsumen mengenai Asuransi Perjalanan Jasa Raharja dalam pemesanan tiket

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 92: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

77

UNIVERSITAS INDONESIA

elektronik. Tujuan yang hendak dicapai dalam observasi ini adalah mengetahui

gambaran berapa banyak penumpang yang mengetahui bahwa Asuransi

Perjalanan Lion Air merupakan asuransi tambahan yang akan memberikan ganti

kerugian apabila terjadi kerugian disamping adanya Asuransi Jasa Raharja serta

ganti kerugian sebagaimana diamanatkan dalam PM Perhubungan No. 77 Tahun

2011.

Berdasarkan observasi yang dilakukan, terdapat beberapa fakta lapangan

yang dapat dijadikan gambaran mengenai konsumen jasa Lion Air. Mengacu pada

observasi tersebut, lebih dari separuh konsumen Lion Air telah mengetahui

adanya Asuransi Jasa Raharja dalam dunia penerbangan yakni berkisar 76,2 %.

Dengan melihat data tersebut, konsumen di lingkungan mahasiswa UI tergolong

mengetahui adanya Asuransi Jasa Raharja yang mencakup transportasi udara.

Observasi juga diarahkan pada pengetahuan konsumen Lion Air mengenai status

Asuransi Perjalanan Lion Air sebagai asuransi tambahan. Berdasarkan data yang

diperoleh, sebagian besar konsumen menyatakan tidak mengetahui bahwa

Asuransi Perjalanan Lion Air merupakan asuransi tambahan saja yakni sebesar

55% dari seluruh konsumen yang diobservasi. Bahkan lebih dari separuh

konsumen (58,8%) juga tidak mengetahui bahwa Asuransi Jasa Raharja sudah

termasuk dalam harga tiket yang telah mereka bayar.

Pengetahuan konsumen akan produk jasa yang hendak mereka beli tidak

tertutup kemungkinan dipengaruhi oleh perilaku yang diambil konsumen terhadap

informasi yang tersedia saat mereka melakukan transaksi. Menurut Lamb, Hair,

dan McDaniel, perilaku konsumen merupakan proses seorang pelanggan dalam

membuat keputusan membeli, juga untuk menggunakan dan mengonsumsi

barang-barang dan jasa yang dibeli juga termasuk faktor-faktor yang

memengaruhi keputusan pembelian dan penggunaan produk. 126 Dilihat dari

observasi yang telah dilakukan hanya 32,5% dari keseluruhan responden yang

menyatakan membaca ketentuan lebih lanjut mengenai produk Asuransi

126 Freddy Rangkuti, Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus IntegratedMarketing Comunication, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009) hal. 92.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 93: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

78

UNIVERSITAS INDONESIA

Perjalanan Lion Air sebelum mengambil keputusan untuk mengambil atau tidak

mengambil produk tersebut.

4.5. Hak Konsumen Lion Air

Hak-hak konsumen barang dan/atau jasa di Indonesia telah diatur dalam UU

Perlindungan Konsumen. Beberapa hak dalam UU Perlindungan konsumen yang

berkaitan dengan pemenuhan hak konsumen jasa penerbangan dengan asuransi

tambahan yang diadakan oleh Lion Air diantaranya:

1. Hak untuk memilih jasa

Penumpang Lion Air dalam membeli tiket secara on-line diberikan

kesempatan memilih untuk membeli atau tidak membeli Asuransi Perjalanan

Lion Air.

2. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

jasa.

Informasi merupakan bagian terpenting yang mempengaruhi

kecenderungan konsumen dalam memutuskan pilihan. Dalam era reformasi,

keberadaan suatu informasi mempunyai arti dan peranan yang sangat penting

dalam semua aspek kehidupan, serta merupakan suatu kebutuhan hidup bagi

semua orang baik secara individu maupun organisasi sehingga dapat

dikatakan berfungsi sebagaimana layaknya aliran darah pada tubuh

manusia. 127 Pencarian informasi akan berlangsung pada saat tahap pra-

transaksi yakni proses pencarian informasi mengenai harga maupun

persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan berbagai pertimbangan.

Hak atas informasi yang jelas dan benar dimaksudkan agar konsumen

dapat memilih produk yang diinginkan atau sesuai kebutuhannya serta

terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk. Informasi

mengenai asuransi akan dapat memberikan dampak yang signifikan untuk

meningkatkan efisiensi dari konsumen dalam memilih produk serta

meningkatkan kesetiaannya terhadap produk tertentu sehingga akan

memberikan keuntungan bagi perusahaan yang memenuhi kebutuhannya.

127 Edmon Makarim, S.Kom.,S.H.,LL.M., Pengantar Hukum Telematika, (Jakarta: PTRajaGrafindo Persada,2005), hal.28.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 94: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

79

UNIVERSITAS INDONESIA

Berdasarkan penuturan Guru Besar Asuransi Kesehatan dan Jaminan

Sosial FKM UI, Hasbullah Tabrani, baru separuh dari populasi masyarakat

Indonesia yang memiliki jaminan kesehatan secara lengkap. Ia menambahkan,

kecenderungan di dunia bahwa masyarakat lebih apatis dan tidak sadar akan

pentingnya asuransi. Oleh karena itu, masyarakat wajib untuk didekati dan

diberitahu hal itu. Di Indonesia, hanya sekitar 20 persen penduduk yang sadar

akan asuransi.128

Dalam metode penjualan Asuransi Perjalanan Lion Air, pihak

pengangkut menyediakan informasi yang dibutuhkan terkait informasi

asuransi tersebut. Namun, Lion Air tidak menyediakan informasi mengenai

status Asuransi Perjalanan Lion Air sebagai suatu asuransi tambahan selain

adanya Jasa Raharja yang telah termasuk dalam harga tiket yang telah

dibayarkan.

Pada dasarnya dalam komponen harga tiket terdapat poin total pajak

dan biaya lainnya yang dijelaskan lebih lanjut terdiri dari IWJR (lihat Gambar

4), tetapi tidak terdapat keterangan lebih lanjut mengenai hal tersebut atau

pun sekedar menjelaskan kepanjangan dari IWJR. Dengan demikian

konsumen akan kehilangan aspek perlindungan dalam mendapatkan kepastian

hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi

dalam proses pemilihan produk jasa yang ditawarkan.

Keseluruhan informasi yang tersedia secara garis besar memberikan

penjelasan mengenai produk Asuransi Perjalanan Lion Air, tetapi informasi

yang telah disediakan tidak mengindikasikan posisi Asuransi Perjalanan Lion

Air sebagai asuransi tambahan di samping Jasa Raharja sebagai asuransi

wajib serta adanya ganti kerugian lain sebagai tanggung jawab pengangkut

sesuai amanat peraturan perundang-undangan yang akan diberikan Lion Air

bila terdapat kerugian pada penumpang. Mengenai informasi lebih lanjut

“Syarat & ketentuan dari penerbangan” pada kolom persetujuan pelanggan,

Lion Air memberikan informasi dalam bahasa asing. Bahasa Indonesia wajib

128 Ester Meryana dan Erlangga Djumena, “Hanya 20 Persen Penduduk Indonesia yangSadar Asuransi” dikutip dalam situs Kompas.com http://nasional.kompas.com/read/2012/02/22/13535252.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 95: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

80

UNIVERSITAS INDONESIA

digunakan dalam informasi tentang produk barang atau jasa dalam negeri atau

luar negeri yang beredar di Indonesia. 129 Dengan demikian, seharusnya

seluruh informasi mengenai penerbangan diberikan dalam bahasa Indonesia.

Pemakaian bahasa asing tersebut mungkin tidak akan menjadi masalah bagi

kaum terpelajar, namun berbeda halnya dengan orang-orang yang tidak

memiliki kemampuan bahasa asing.

3. Hak untuk didengar pendapat dan keluhan atas jasa yang digunakan.

Dalam layanan asuransi Lion Air, konsumen dapat mengajukan

pertanyaan berkaitan dengan asuransi melalui sambungan telepon yang telah

disediakan pihak Lion Air.

4. Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut.

advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan

konsumen dilakukan dengan cara musyawarah dalam waktu paling lambat 60

hari sejak timbulnya sengketa. Apabila tidak tercapai kesepakatan,

tertanggung diberikan kebebasan untuk memilih salah satu cara penyelesaian

sengketa yakni melalui arbitrase yang akan dilakukan oleh Badan Arbitrase

Nasional Indonesia (BANI) atau pengadilan negeri berdasarkan ketentuan

yang terdapat dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku di Indonesia.

5. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

Pembinaan dan pendidikan konsumen tidak secara tegas diberikan oleh

pihak Lion Air. Dalam hal ini, Lion Air tidak melaksanakan kegiatan yang

mendukung atau mendorong adanya pembinaan dan pendidikan konsumen.

6. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

129 Indonesia, UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,serta Lagu Kebangsaan, Pasal 37.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 96: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

81

UNIVERSITAS INDONESIA

Setiap konsumen Lion Air akan diberikan kesempatan untuk melakukan

penutupan asuransi perjalanan kecuali untuk konsumen yang berumur kurang

dari 9 hari atau lebih dari 75 tahun. Hal ini dapat didasari akan kemampuan

manusia secara biologis dimana bayi yang baru lahir atau pun orang yang

lanjut usia tidak disarankan untuk melakukan perjalanan udara berkaitan

dengan faktor kesehatan calon konsumen.

4.6. Tanggung Jawab Terhadap Penumpang Lion Air

Bila dilihat dari risiko yang dimiliki oleh jasa angkutan penerbangan,

maskapai penerbangan tentu perlu melakukan peralihan tanggung jawab kepada

pihak lain. Hal ini sesuai dengan teori risiko yang dipaparkan sebelumnya

menurut Prof. Emmy Pangaribuan mengenai usaha manusia untuk mengatasi

suatu risiko.

Dalam pelaksanaan pemberian perlindungan terhadap konsumen, Para

penumpang jasa penerbangan Lion Air akan mendapat ganti kerugian yang

bersumber dari:

1. Asuransi Jasa Raharja;

2. Tanggung Jawab perusahaan maskapai Lion Air berdasarkan ganti kerugian

yang tertera dalam PM No. 77 Tahun 2011;

3. Asuransi Perjalanan Lion Air jika penumpang membeli asuransi tersebut.

Maskapai penerbangan Lion Air telah memberlakukan PM No. 77 tahun

2011 sesuai dengan peraturan ganti kerugian yang tertera. Jadi apabila terdapat

penumpang Lion Air yang mengalami kerugian namun ia tidak membeli asuransi

tambahan maka penumpang tersebut akan mendapatkan ganti kerugian yang

berasal dari Asuransi Jasa Raharja dan ganti kerugian sesuai PM No. 77 Tahun

2011.

Perlindungan yang diberikan masing-masing sumber ganti kerugian tersebut

tentunya berbeda-beda. Seperti misalnya dalam Asuransi Jasa Raharja, bagasi

penumpang tidak termasuk dalam pertanggungan asuransi, sedangkan Asuransi

Perjalanan Lion Air menjamin hilang atau rusaknya bagasi penumpang Lion Air.

Jumlah ganti kerugian yang diberikan pun berbeda dimana Asuransi Perjalanan

Lion Air lebih memberikan ganti kerugian dalam jumlah besar atau berkali lipat

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 97: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

82

UNIVERSITAS INDONESIA

dari ganti kerugian yang diberikan oleh Jasa Raharja. Hal ini dapat dimaklumi

mengingat bahwa Asuransi Jasa Raharja merupakan asuransi sosial yang

memberikan proteksi minimal sesuai kesejahteraan masyarakat. Berbeda halnya

dengan Asuransi Perjalanan Lion Air yang berorientasi pada bisnis.

Kedua sumber asuransi yaitu Jasa Raharja dan Asuransi Perjalanan Lion Air

merupakan sumber yang berasal dari pihak asuransi berbeda dengan sumber pada

poin dua di atas dimana tanggung jawab ganti kerugian berdasarkan PM No. 77

Tahun 2011 diemban oleh maskapai penerbangan Lion Air sejak peraturan

tersebut dinyatakan berlaku.

Jika melihat pada PM No. 92 Tahun 2011 tentang Perubahan atas No. 77

Tahun 2011 Pasal 16 ayat (1) dikatakan bahwa tanggung jawab tersebut wajib

diasuransikan pengangkut kepada satu atau gabungan beberapa perusahaan

asuransi atau yang dikenal dengan sebutan konsorsium asuransi. Pihak Lion Air

menyatakan bahwa tanggung jawab sebagaimana dalam PM No. 77 Tahun 2011

akan menjadi tanggung jawab Lion Air hingga munculnya kebijakan baru dari

perusahaan mengenai pelaksanaan pengasuransian kewajiban pengangkut.

Sehingga apabila terjadi kecelakaan yang menimbulkan kerugian, penumpang

Lion Air akan mendapatkan santunan Jasa Raharja dan juga ganti kerugian sesuai

dengan PM No. 77 Tahun 2011 di luar ada atau tidaknya penutupan asuransi

tambahan yang dilakukan oleh penumpang Lion Air.

Hak penumpang untuk menambahkan atau tidak menambahkan Asuransi

Perjalanan Lion Air bisa terpengaruh dengan adanya pertimbangan ganti kerugian

Asuransi Jasa Raharja serta ganti kerugian dari pihak pengangkut sesuai amanat

PM No. 77 Tahun 2011 yang pada dasarnya sudah pasti diberikan saat terjadi

kerugian. Hal yang menjadi permasalahan adalah apabila pada saat pengambilan

keputusan tersebut konsumen tidak mengetahui adanya komponen Jasa Raharja

seperti pada fakta yang ditemukan dalam observasi. Dengan demikian, informasi

mengenai seluruh pertanggungan yang diberlakukan bagi penumpang Lion Air

sudah sepatutnya diberitahukan kepada penumpang melalui informasi yang jelas

mengenai jenis-jenis pertanggungan, manfaat pertanggungan serta ganti kerugian

yang diberikan dari pertanggungan yang ada.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 98: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

83

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa yang telah dikemukakan, terdapat beberapa

simpulan di antaranya:

1. Asuransi Perjalanan Lion Air tidak dapat dikatagorikan sebagai asuransi

wajib karena tidak adanya unsur paksaan yang berasal dari pemerintah yang

berwenang maupun unsur kewajiban untuk membeli asuransi tersebut.

2. Metode penjualan Asuransi Perjalanan yang disediakan Lion Air telah

memenuhi beberapa hak konsumen sebagaimana telah diatur dalam UU

Perlindungan Konsumen. Namun, masih terdapat beberapa hak yang kurang

terlindungi diantaranya hak atas informasi Asuransi Perjalanan Lion Air

sebagai asuransi tambahan selain asuransi wajib Jasa Raharja dimana iuran

wajib telah otomatis dibayarkan dalam harga tiket pesawat. Selain itu, hak

untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen juga kurang menjadi

perhatian Lion Air. Hal ini terbukti dengan kurangnya pengetahuan

konsumen mengenai pertanggungan dalam jasa Lion Air.

3. Konsumen yang tidak membeli Jasa Asuransi Perjalanan Lion Air tetap

memiliki jaminan apabila terjadi kecelakaan di kemudian hari. Hal ini

sebagaimana telah diatur dalam UU Penerbangan serta Peraturan Menteri

Perhubungan No. 77 Tahun 2011 serta adanya asuransi wajib Jasa Raharja.

Dengan demikian, konsumen tidak perlu merasa khawatir akan perlindungan

konsumen jasa penerbangan di Indonesia. dalam hal ini, Pemerintah melalui

beberapa perangkat peraturan telah berusaha untuk melindungi konsumen

jasa penerbangan. Perlindungan yang diberikan bagi konsumen yang tidak

memakai jasa Asuransi Perjalanan Lion Air diantaranya.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 99: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

84

UNIVERSITAS INDONESIA

a. Tanggung jawab perusahaan pengangkut yang mencakup

i. Penumpang yang meninggal dunia di dalam pesawat akan diberikan

ganti kerugian sebesar Rp 1.250.000.000,00 (satu miliar dua ratus

lima puluh ribu rupiah);130

ii. Penumpang yang meninggal dunia karena kejadian yang

berhubungan dengan pengangkutan udara saat proses meninggalkan

ruang tunggu atau turun dari pesawat dan/atau bandar udara

persinggahan akan diberikan ganti kerugian sebesar Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);131

iii. Penumpang yang mengalami cacat tetap total akan diberikan ganti

kerugian sebesar Rp 1.250.000.000,00 (satu miliar dua ratus lima

puluh ribu rupiah)132 serta apabila penumpang mengalami cacat tetap

sebagian dimana ganti kerugian ditetapkan sebagaimana diatur

dalam lampiran PM No. 77 Tahun 2011133;

iv. Penumpang yang mengalami kerugian sehingga diharuskannya

menjalani pengobatan di rumah sakit atau pun balai pengobatan akan

diberikan ganti kerugian paling nyata maksimal Rp 200.000.000,00

(dua ratus juta rupiah);134

v. Penumpang yang mengalami kerusakan pada bagasi tercatat akan

diberikan ganti kerugian sesuai dengan jenis, bentuk, ukuran, dan

merk bagasi tercatat 135 , sedangkan apabila bagasi tercatat hilang

maka penumpang akan diberikan ganti kerugian sebesar Rp

130Indonesia, Peraturan Menteri Perhubungan No. 77 Tahun 2011 tentang Tanggung

Jawab Pengangkut Udara Pasal 3 huruf a.

131 Ibid., Pasal 3 huruf b.

132 Ibid., Pasal 3 huruf c ayat (1).

133Ibid., Pasal 3 huruf c ayat (2).

134 Ibid., Pasal 3 huruf e.

135 Ibid., Pasal 5 ayat (1) huruf b.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 100: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

85

UNIVERSITAS INDONESIA

200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per kilogram dan paling banyak

Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah) per penumpang;136

vi. Penumpang yang mengalami keterlambatan lebih dari 4 jam akan

diberikan ganti kerugian sebesar Rp 300.000,00 (tiga ratus ribu

rupiah)137 serta adanya alternatif lainnya yang disebutkan dalam PM

No. 77 Tahun 2011.

b. Asuransi wajib Jasa Raharja yang mencakup

i. Penumpang yang meninggal dunia dengan besar santunan Rp

50.000.000,00.

ii. Penumpang yang mengalami cacat tetap dengan santunan maksimal

Rp 50.000.000,00.

iii. Biaya perawatan penumpang maksimal Rp 25.000.000,00.

iv. Biaya penguburan sebesar Rp 2.000.000,00.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisa di atas adalah:

1. Metode penjualan asuransi tambahan pada jasa angkutan penerbangan

hendaknya lebih diperjelas dan tidak rumit terutama dalam hal informasi jasa

itu sendiri mengingat pengetahuan konsumen akan jasa yang hendak dibeli

merupakan hal yang signifikan yang akan mempengaruhi keputusan

konsumen. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara memperjelas

redaksional Asuransi Perjalanan Lion Air menjadi “asuransi perjalanan

tambahan yaitu Asuransi Perjalanan Lion Air” atau pun dengan perumusan

kalimat lain yang lebih jelas.

2. Upaya pembinaan dan pendidikan konsumen asuransi jasa angkutan udara

perlu menjadi perhatian pemerintah maupun pihak penyelenggara jasa.

Pemerintah dan perusahaan jasa angkutan udara dapat melakukan kerjasama

dalam melakukan sosialisasi baik berupa penyuluhan maupun iklan di media

136 Ibid., Pasal 5 ayat (1) huruf a.

137Ibid., Pasal 10 huruf a.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 101: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

86

UNIVERSITAS INDONESIA

massa atau melalui jasa travel yang menyediakan jasa angkutan penerbangan

Lion Air.

3. Sosialisasi pemerintah akan peraturan yang dikeluarkan terkait perlindungan

konsumen di bidang jasa penerbangan hendaknya lebih diperhatikan. Dengan

adanya pengetahuan akan perlindungan dasar yang diberikan akan membantu

konsumen untuk melindungi diri dari pelaku usaha yang bertindak curang.

4. Sesuai dengan adanya kewajiban konsumen sebagaimana diamanatkan dalam

UU Perlindungan Konsumen, Konsumen hendaknya membaca terlebih

dahulu setiap informasi yang disediakan terkait jasa yang hendak mereka

pakai mengingat sangat pentingnya pengetahuan konsumen akan produk.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 102: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

87

UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR REFERENSI

BUKU

Gunawan, Johanes. Hukum Perlindungan Konsumen. Bandung: Universitas

Katolik Parahyangan, 1999.

Hartono, Sri Rejeki. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Jakarta: Sinar

Grafika, 2008.

Hilton, Matthew. Prosperity for All; Consumer Activism In an Era of

Globalization. Amerika Serikat: Cornell University Press, 2009.

Kamus Besar Bahasa Indonesia cet. 3. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran cet. 1, ed. Yati

Sumiharti, S.E.. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997.

Mamudji, Sri. et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta : Badan

Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Martono, H. K. dan Amad Sudiro. Hukum Angkutan Udara. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2011.

Makarim, Edmon. Pengantar Hukum Telematika. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2005.

Mickelburgh, John. Consumer protection. Abingdon/oxon: Professional books

limited, 1979.

Miru, Ahmad dan Sutarman Yodo. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005.

_____. Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia.

Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2000.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Asuransi Indonesia, cet. 4. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 2006.

Muis, Abdul. Bunga Rampai Hukum Dagang. Medan: Fakultas Hukum USU,

2001.

Nasution, Az. Hukum Perlindungan Konsumen. Cet 2. Jakarta: Diadit Media,

2002.

_____. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, cet. 3. Jakarta: Diadit

Media, 2007.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 103: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

88

UNIVERSITAS INDONESIA

_____. Konsumen dan Hukum. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1995.

_____. Penulisan Karya Ilmiah tentang Perlindungan Konsumen dan Peradilan

di Indonesia. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen

Kehakiman, 1995.

_____. “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Tinjauan Singkat UU No. 8

Tahun 1999”.

Poedjosoebroto, Santoso. Beberapa Aspekta Tentang Hukum Pertanggungan

Djiwa di Indonesia. Jakarta: Bhratara, 1969.

Prakoso, Djoko. Hukum Asuransi Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.

Projodikoro, Wirjono. Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta: PT Intermasa, 1991.

Rangkuti, Freddy. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated

Marketing Comunication. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Samsul, Inosentius. Perlindungan Konsumen: Kemungkinan Penerapan

Tanggung Jawab Mutlak. Jakarta: Program Pasca-sarjana Fakultas Hukum

UI, 2004.

Sastrawidjaja, Man Suparman dan Endang. Hukum Asuransi. Bandung: PT

Alumni, 2003.

Simanjuntak, Emmy Pangaribuan. Pertanggungan Wajib cet. 2. Jogjakarta: Seksi

Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada 1974.

_____. Hukum Pertanggungan dan Perkembangan. Jakarta: BPHN, 1980.

_____. Hukum Pertanggungan, Jogjakarta: Seksi Hukum Dagang Fakultas

Hukum Universitas Gadjah Mada, 1982.

_____. Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya. Jogjakarta: Seksi Hukum

Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1983.

Shofie, Yusuf. Percakapan tentang Pendidikan Konsumen dan Kurikulum

Fakultas Hukum. Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 1998.

_____. Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya. Bandung:

PT Citra Aditya Bakti, 2003.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 1986.

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, cetakan II, 2001.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 104: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

89

UNIVERSITAS INDONESIA

Wiradipradja, E. Saefullah. Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Udara

Internasional dan Nasional. Yogyakarta: Liberty, 1989.

Zen, A. Patra M. dan Daniel Hutagalung. Panduan Bantuan Hukum di Indonesia:

Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah hukum cet. 2.

Jakarta: YLBHI, 2007.

PERATURAN

Indonesia. UU No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib

Kecelakaan Penumpang

Indonesia. UU No. 34 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib

Kecelakaan Penumpang Lalu lintas.

_____. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Lembaran

Negara RI No. 3821.

_____. UU No. 1 Tahun 1999 tentang Penerbangan. Lembar Negara RI No. 4956.

_____. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.

_____. UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,

serta Lagu Kebangsaan, Lembaran Negara RI No. 5035.

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1965 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No.

37/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan Iuran Wajib Dana

Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan Penumpang

Umum di Darat, Sungai/Danau, Ferry/Penyeberangan, Laut, dan Udara.

Kementerian Perhubungan RI. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun

2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara.

____. Keputusan Menteri Perhubungan No. 25 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Udara

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 105: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

90

UNIVERSITAS INDONESIA

JURNAL

Khairandy, Ridwan. “Tanggung Jawab Pengangkut dan Asuransi Tanggung

Jawab Sebagai Instrumen Perlindungan Konsumen Angkutan Udara”,

dalam Jurnal Hukum Bisnis Vol. 25 No. 1 Tahun 2006.

Wiradipradja, Saefullah. “Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap

Penumpang Menurut Hukum Udara Indonesia” dalam Jurnal Hukum Bisnis

Vol. 25-NO.1-Tahun 2006.

ARTIKEL

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, “Position Paper Analisis Kebijakan

Persaingan dalam Industri Asuransi Wajib Kecelakaan Lalu Lintas di

indonesia” (2010) <http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/

position_ paper_asuransi_kecelakaan laulintas.pdf>

Meryana, Ester dan Erlangga Djumena, “Hanya 20 Persen Penduduk Indonesia

yang Sadar Asuransi” dikutip dalam situs Kompas.com

<http://nasional.kompas.com/read/2012/02/22/13535252>

Listiyarini, Tri. “Penumpang Lion Air Masih Teratas; Air Asia Menyalip Garuda”,

sumber: Kementerian Perhubungan <http://trilistiyarini.blogspot.com/2011/

01/penumpang-lion-air-masih-teratas.html>

wealthindonesia.com <http://www.wealthindonesia.com/index.php?option=com_

content&task=view&id=671>

SKRIPSI DAN TESIS

Claudia, Serena. “Perlindungan Hak Konsumen Terhadap Kejelasan Informasi

Dalam Suatu Kontrak Elektronik Jual Beli via Websites (Studi Kasus Situs

airasia.com dan belibarang.com)” Depok: Program Pascasarjana Universitas

Indonesia, 2011.

Novianti, Eva. “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Produk Pangan

Transgenik (Studi Kasus: Snack Kentang Pringles)” Depok: Program

Sarjana Universitas Indonesia, 2007.

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 106: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

MENTERI PERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

NOMOR: PM 77 TAHUN 2011

TENTANG

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 62 ayat (1) hurufc dan d dan ayat (3), Pasal 165 ayat (1), Pasal 168, Pasal 170,Pasal 172, Pasal 179, Pasal 180, Pasal 184 ayat (3), dan Pasal186 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentangPenerbangan, perlu menetapkan Peraturan MenteriPerhubungan tentang Tanggung Jawab Pengangkut AngkutanUdara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang UsahaPerasuransian (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1992 Nomor 13 Tambahan Lembaran. NegaraRepublik Indonesia Nomor 3467);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentangPerlindungan Konsumen (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 42 Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3821);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentangPenerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4956);

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas PeraturanPemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 1992tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 212Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4954);

1

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 107: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

P

5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan Organisasi Kementerian Negara;

6 Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara SertaSusunan, Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon IKementerian Negara sebagaimana telah dmbah denganPeraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010;

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata KerjaKementerian Perhubungan;

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANGTANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1 Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan PesawatUdara untuk mengangkut penumpang, kargo dan/atau pos untuk satuperjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lamatau beberapa bandar udara.

2 Pengangkut adalah Badan Usaha Angkutan Udara, pemegang izinkegiatan angkutan udara bukan niaga yang melakukan kegiatanangkutan udara niaga berdasarkan ketentuan Undang-Undang tentangPenerbangan, dan/atau badan usaha selain Badan Usaha AngkutanUdara yang membuat kontrak perjanjian angkutan udara niaga.

3 Tanggung Jawab Pengangkut adalah kewajiban perusahaan angkutanudara untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/ataupengirim barang serta pihak ketiga.

4. Angkutan Udara Niaga adalah Angkutan Udara untuk umum denganmemungut pembayaran.

5 Badan Usaha Angkutan Udara adalah badan usaha milik negara, badanusaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroanterbatas atau koperasi, yang' kegiatan utamanya mengoperasikanpesawat udara untuk digunakan mengangkut penumpang, kargo,dan/atau pos dengan memungut pembayaran.

tAnalisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 108: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

6. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan denganbatas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udaramendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muatbarang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yangdilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan,serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

7. Tiket adalah dokumen berbentuk cetak, melalui proses elektronik, ataubentuk lainnya, yang merupakan salah satu alat bukti adanya perjanjianangkutan udara antara penumpang dan pengangkut, dan hakpenumpang untuk menggunakan pesawat udara atau diangkut denganpesawat udara.

8. Bagasi Tercatat adalah barang penumpang yang diserahkan olehpenumpang kepada pengangkut untuk diangkut dengan pesawat udarayang sama.

9. Bagasi kabin adalah barang yang dibawa oleh penumpang dan beradadalam pengawasan penumpang sendiri.

10. Kargo adalah setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara termasukhewan dan tumbuhan selain pos, barang kebutuhan pesawat selamapenerbangan, barang bawaan atau barang yang tidak bertuan.

11. Kejadian Angkutan Udara adalah kejadian yang semata-mata adahubungannya dengan pengangkutan udara.

12. Kecelakaan adalah peristiwa pengoperasian pesawat udara yangmengakibatkan kerusakan berat pada peralatan atau fasilitas yangdigunakan dan/atau korban jiwa atau luka serius.

13. Keterlambatan adalah terjadinya perbedaan waktu antara waktukeberangkatan atau kedatangan yang dijadwalkan dengan realisasiwaktu keberangkatan atau kedatangan.

14. Cacat Tetap adalah kehilangan atau menyebabkan tidak berfungsinyasalah satu anggota badan atau yang mempengaruhi aktivitas secaranormal seperti hilangnya tangan, kaki, atau mata, termasuk dalampengertian cacat tetap adalah cacat mental.

15. Cacat Tetap Total adalah kehilangan fungsi salah satu anggota badan,termasuk cacat mental sebagai akibat dari Kecelakaan (accident) yangdiderita sehingga penumpang tidak mampu lagi melakukan pekerjaanyang memberikan penghasilan yang layak diperoleh sesuai denganpendidikan, keahlian, ketrampilan dan pengalamannya sebelummengalami cacat.

^ Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 109: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

16 Catat Tetap Sebagian adalah kehilangan sebagian dari salah satu anggotabadan namun tidak mengurangi fungsi dari anggota badan tersebutuntuk beraktifitas seperti hilangnya salah satu mata, salah satu lenganmulai dari bahu, salah satu kaki.

17 Cacat Mental adalah tidak berfungsi atau kerusakan yang bersangkutandengan batin dan watak manusia yang bukan bersifat kerusakan badanatau tenaga.

18. Ganti Rugi adalah uang yang dibayarkan atau sebagai pengganti atassuatu kerugian.

19 Asuransi Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara adalahperjanjian antara pengangkut dengan konsorsium perusahaan asuransiuntuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/ataupengirim barang serta pihak ketiga.

20. Perusahaan Asuransi adalah Perusahaan Asuransi sesuai denganketentuan perundang-undangan perasuransian.

21 Perusahaan Pialang Asuransi adalah Perusahaan Penunjang Usaha. ft£^Perasuransian yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan .Asuransi Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara dan penangananpenyelesaian ganti kerugian Asuransi dengan bertmdak untukkepentingan pemegang polis dan atau tertanggung.

22 Konsorsium Asuransi Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udaraadalah kumpulan sejumlah perusahaan asuransi sebagai satu kesatuanyang terdiri dari ketua dan anggota yang dibentuk berdasarkan perjanjiansebagai Penanggung asuransi tanggung jawab pengangkut angkutanudara.

23. Merited adalah menteri yang membidangi urusan penerbangan.

24. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

BAB II

JENIS TANGGUNG JAWAB PENGANGKUTDAN BESARAN GANTI KERUGIAN

Pasal 2

Pengangkut yang mengoperasikan pesawat udara wajib bertanggung jawabatas kerugian terhadap :

a. penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap atau luka-luka;b. hilang atau rusaknya bagasi kabin;

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 110: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

c. hilang, musnah, atau rusaknya bagasi tercatat

d. hilang, musnah, atau rusaknya kargo;

e. keterlambatan angkutan udara; dan

f. kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.

Pasal 3

Jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang meninggal dunia, cacattetap atau luka-Iuka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 hurufa ditetapkansebagai berikut:

a. penumpang yang meninggal dunia di dalam pesawat udara karena akibatkecelakaan pesawat udara atau kejadian yang semata-mata adahubungannya dengan pengangkutan udara diberikan ganti kerugiansebesar Rp. 1.250.000.000,00 (satu miliar dua ratus lima puluh jutarupiah) per penumpang;

b. penumpang yang meninggal dunia akibat suatu kejadian yang semata-mata ada hubungannya dengan pengangkutan udara pada saat prosesmeninggalkan ruang tunggu bandar udara menuju pesawat udara ataupada saat proses turun dari pesawat udara menuju ruang kedatangan dibandar udara tujuan dan/atau bandar udara persinggahan (transit)diberikan ganti kerugian sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah) per penumpang;

c. penumpang yang mengalami cacat tetap, meliputi :

•1) penumpang yang dinyatakan cacat tetap total oleh dokter dalamjangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejakterjadinya kecelakaan diberikan ganti kerugian sebesar Rp.1.250.000.000,00 (satu miliar dua ratus lima puluh juta rupiah) perpenumpang; dan

2) penumpang yang dinyatakan cacat tetap sebagian oleh dokter dalamjangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejakterjadinya kecelakaan diberikan ganti kerugian sebagaimana termuatdalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

d. Cacat Tetap Total sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1 yaitukehilangan penglihatan total dari 2 (dua) mata yang tidak dapatdisembuhkan, atau terputusnya 2 (dua) tangan atau 2 (dua) kaki atausatu tangan dan satu kaki pada atau di atas pergelangan tangan ataukaki, atau Kehilangan penglihatan total dari 1 (satu) mata yang tidakdapat disembuhkan dan terputusnya 1 (satu) tangan atau kaki pada ataudi atas pergelangan tangan atau kaki.

t-Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 111: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

e. penumpang yang mengalami luka-Iuka dan harus menjalani perawatan dirumah sakit, klinik atau balai pengobatan sebagai pasien rawat inapdan/atau rawat jalan, akan diberikan ganti kerugian sebesar biayaperawatan yang nyata paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus jutarupiah) per penumpang.

Pasal 4

(1) Pengangkut tidak bertanggung jawab untuk kerugian karena hilang ataurusaknya bagasi kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikanbahwa kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atauorang yang dipekerjakannya.

(2) Apabila pembuktian penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dapat diterima oleh pengangkut atau berdasarkan keputusan pengadilanyang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap (inkracht) dinyatakanbersalah, maka ganti kerugian ditetapkan setinggi tingginya sebesarkerugian nyata penumpang.

Pasal 5

(1) Jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang mengalamikehilangan, musnah atau rusaknya bagasi tercatat sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 huruf c ditetapkan sebagai berikut:

a. kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi tercatat atau bagasitercatat musnah diberikan ganti kerugian sebesar Rp. 200.000,00(dua ratus ribu rupiah) per kg dan paling banyak Rp. 4.000.000,00(empat juta rupiah) per penumpang; dan

b. kerusakan bagasi tercatat, diberikan ganti kerugian sesuai jenisnyabentuk, ukuran dan merk bagasi tercatat.

(2) Bagasi tercatat dianggap hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),apabila tidak diketemukan dalam waktu 14 (empat belas) hari kalendersejak tanggal dan jam kedatangan penumpang di bandar udara tujuan.

(3) Pengangkut wajib memberikan uang tunggu kepada penumpang atasbagasi tercatat yang belum ditemukan dan, belum dapat dinyatakan hilangsebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebesar Rp. 200.000,00 (dua ratusribu rupiah) per hari paling lama untuk 3 (tiga) hari kalender.

Pasal 6

(1) Pengangkut dibebaskan dari tuntutan ganti kerugian terhadap hilangnyabarang berharga atau barang yang berharga milik penumpang yangdisimpan di dalam bagasi tercatat, kecuali pada saat pelaporankeberangkatan (check-in), penumpang telah menyatakan danmenunjukkan bahwa di dalam bagasi tercatat terdapat barang berhargaatau barang yang berharga, dan pengangkut setuju untukmengangkutnya.

tAnalisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 112: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

(2) Dalam hal pengangkut menyetujui barang berharga atau barang yangberharga di dalam bagasi tercatat diangkut sebagaimana dimaksud padaayat (1), pengangkut dapat meminta kepada penumpang untukmengasuransikan barang tersebut.

Pasal 7

(1) Jumlah ganti kerugian terhadap kargo yang dikirim hilang, musnah, ataurusak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d ditetapkan sebagaiberikut:

a. terhadap hilang atau musnah, pengangkut wajib memberikan gantikerugian kepada pengirim sebesar Rp. 100.000,00 (seratus riburupiah) per kg.

b. terhadap rusak sebagian atau seluruh isi kargo atau kargo,pengangkut wajib memberikan ganti kerugian kepada pengirimsebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per kg.

(c. apabila pada saat menyerahkan kepada pengangkut, pengirimmenyatakan nilai kargo dalam surat muatan udara (airway bill),ganti kerugian yang wajib dibayarkan oleh pengangkut kepadapengirim sebesar nilai kargo yang dinyatakan dalam surat muatanudara.

(2) Kargo dianggap hilang setelah 14 (empat belas) hari kalender terhitungsejak seharusnya tiba di tempat tujuan.

Pasal 8

Apabila kargo diangkut melalui lebih dari 1 (satu) moda transportasi,pengangkut hanya bertanggung jawab atas kerusakan sebagian ataukeseluruhan atau atas kehilangan kargo selama dalam pengangkutan udarayang menjadi tanggung jawabnya.

Pasal 9

Keterlambatan angkutan udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf eterdiri dari :

a. keterlambatan penerbangan [flightdelayed);

b. tidak terangkutnya penumpang dengan alasan kapasitas pesawat udara(denied boardingpassanger); dan

c. pembatalan penerbangan (cancelation offlight).

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 113: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

yf^

Pasal 10

Jumlah ganti kerugian untuk penumpang atas keterlambatan penerbangansebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a ditetapkan sebagai berikut:

a. keterlambatan lebih dari 4 (empat) jam diberikan ganti rugi sebesarRp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per penumpang;

b. diberikan ganti kerugian sebesar 50% (lima puluh persen) dari ketentuanhuruf a apabila pengangkut menawarkan tempat tujuan lain yangterdekat dengan tujuan penerbangan akhir penumpang (re-routing), danpengangkut wajib menyediakan tiket penerbangan lanjutan ataumenyediakan transportasi lain sampai ke tempat tujuan apabila tidakada moda transportasi selain angkutan udara;

c. dalam hal dialihkan kepada penerbangan berikutnya atau penerbanganmilik Badan Usaha Niaga Berjadwal lain, penumpang dibebaskan daribiaya tambahan, termasuk peningkatan kelas pelayanan (up gradingclass) atau apabila terjadi penurunan kelas atau sub kelas pelayanan,maka terhadap penumpang wajib diberikan sisa uang kelebihan dari tiketyang dibeli.

Pasal 11

Terhadap tidak terangkutnya penumpang sebagaimana dimaksud dalamPasal 9 huruf b, pengangkut wajib memberikan ganti kerugian berupa:

a. mengalihkan ke penerbangan lain tanpa membayar biaya tambahan;dan/atau

b. memberikan konsumsi, akomodasi, dan biaya transportasi apabila tidakada penerbangan lain ke tempat tujuan

Pasal 12

(1) Dalam hal terjadi pembatalan penerbangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 9 huruf c, pengangkut wajib memberitahukan kepadapenumpang paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum pelaksanaanpenerbangan.

(2) Pembatalan penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),pengangkut wajib mengembalikan seluruh uang tiket yang telahdibayarkan oleh penumpang.

(3) Pembatalan penerbangan yang dilakukan kurang dari 7 (tujuh) harikelender sampai dengan waktu keberangkatan yang telah ditetapkan,

''berlaku ketentuan Pasal 10 huruf b dan c.

\Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 114: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

(4) Pembatalan penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabilabadan usaha angkutan udara niaga berjadwal melakukan perubahanjadwal penerbangan (retiming atau rescheduling).

Pasal 13

(1) Pengangkut dibebaskan dari tanggung jawab atas ganti kerugian akibatketerlambatan penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 hurufa yang disebabkan oleh faktor cuaca dan/atau teknis operasional.

(2) Faktor cuaca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain hujanIebat, petir, badai, kabut, asap, jarak pandang di bawah standarminimal, atau kecepatan angin yang melampaui standar maksimal yangmengganggu keselamatan penerbangan.

(3) Teknis Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain :

a. bandar udara untuk keberangkatan dan tujuan tidak dapatdigunakan operasional pesawat udara;

b. lingkungan menuju bandar udara atau landasan terganggufungsinya misalnya retak, banjir, atau kebakaran;

c. terjadinya antrian pesawat udara lepas landas (take off), mendarat(landing), atau alokasi waktu keberangkatan (departure slot time) dibandar udara; atau

d. keterlambatan pengisian bahan bakar (refuelling).

Pasal 14

Jumlah ganti kerugian untuk pihak ketiga yang meninggal dunia, cacat tetap,luka-Iuka dan kerugian harta benda sebagai akibat dari peristiwapengoperasian pesawat udara, kecelakaan pesawat udara atau jatuhnyabenda-benda dari pesawat udara yang dioperasikan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2 huruf f ditetapkan sebagai berikut:

a. meninggal dunia diberikan ganti rugi sebesar Rp. 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah) per orang;

b. pihak ketiga yang mengalami cacat tetap, meliputi :

1) pihak ketiga yang dinyatakan cacat tetap total oleh dokter dalamjangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejakterjadinya kecelakaan diberikan ganti kerugian sebesar Rp.750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) per orang;

A lAnalisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 115: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

>

2) pihak ketiga yang dinyatakan cacat tetap sebagian oleh dokterdalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejakterjadinya kecelakaan diberikan ganti kerugian sebagaimanatermuat dalam Lampiran Peraturan ini.

:. Jumlah ganti kerugian untuk pihak ketiga yang menderita luka-Iuka danharus menjalani perawatan di rumah sakit, klinik atau balai pengobatansebagai pasien rawat inap dan/atau rawat jalan ditetapkan paling banyakRp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per orang;

1 jumlah ganti kerugian untuk kerusakan barang milik pihak ketiga hanyaterhadap kerugian yang secara nyata diderita berdasarkan penilaian yanglayak, sebagai berikut:

1) untuk pesawat udara dengan kapasitas sampai dengan 30 (tigapuluh) tempat duduk, paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (limapuluh miliar rupiah);

2) untuk pesawat udara dengan kapasitas lebih dari 30 (tiga puluh)tempat duduk sampai dengan 70 (tujuh puluh) tempat duduk, palingbanyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);

3) untuk pesawat udara dengan kapasitas lebih dari 70 (tujuh puluh)tempat duduk sampai dengan 150 (seratus lima'puluh) tempatduduk, paling banyak Rp. 175.000.000.000,00 (seratus tujuh puluhlima miliar rupiah);

4) untuk pesawat udara dengan kapasitas lebih dari 150 (seratus limapuluh) tempat duduk, paling banyak Rp. 250.000.000.000,00 (duaratus lima puluh miliar rupiah).

Pasal 15

Besaran ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal5, Pasal 7, Pasal 10, dan Pasal 14, ditetapkan berdasarkan kriteria:

a. tingkat hidup yang layak rakyat Indonesia;

b. kelangsungan hidup Badan Usaha Angkutan Udara;

c. tingkat inflasi kumulatif;

d. pendapatan perkapita;

e. perkiraan usia harapan hidup; dan

f. perkembangan nilai mata uang.

10

/Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 116: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

BAB III

WAJIB ASURANSI TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT

Pasal 16

(1) Tanggung jawab pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2wajib diasuransikan kepada perusahaan asuransi dalam bentukkonsorsium asuransi.

(2) Bentuk Konsorsium bersifat terbuka kepada seluruh perusahaanasuransi yang memenuhi syarat dan perizinan untuk dapatberpartisipasi dalarn program Asuransi Tanggung Jawab PengangkutAngkutan Udara.

(3) Untuk kepentingan Badan Usaha Angkutan Udara sebagai pemegangpolis dan/atau tertanggung, maka penutupan asuransi dan penangananpenyelesaian klaim Asuransi Tanggung Jawab Pengangkut AngkutanUdara dilakukan dengan menggunakan jasa keperantaraan perusahaanpialang asuransi.

(4) Perusahaan asuransi sebagai anggota konsorsium asuransi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) wajib melaporkan asuransi tanggung jawabpengangkut angkutan udara kepada Menteri yang bertanggung jawab dibidang pengawasan perasuransian.

(5) Nilai pertanggungan asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)'sekurang-kurangnya harus sama dengan jumlah ganti kerugian yangditentukan dalam Peraturan ini.

(6) Premi asuransi untuk menutup nilai pertanggungan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan perhitungan yang layaksesuai prinsip asuransi yang sehat.

(7) Ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 16 ayat 1, 2 dan 3tersebut ditetapkan melalui Keputusan Menteri.

Pasal 17

(1) Penutupan asuransi tanggung jawab pengangkut sebagaimanadimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dibuktikan dengan perjanjianpenutupan asuransi.

(2) Tata cara dan prosedur penutupan asuransi tanggung jawabpengangkut sebagaimana diatur pada ayat (1) dilakukan sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

(3) yPenutupan asuransi tanggung jawab pengangkut sebagaimanadimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan kepada Direktur Jenderaluntuk dicatat dan keperluan evaluasi.

(4) Dalam hal evaluasi mengindikasikan adanya ketidaksesuian terhadapketentuan yang ada atau kelayakan besarnya pertanggungan,Direktur Jenderal dapat meminta penjelasan dari pengangkut danpara pihak yang terkait serta meminta dilakukan peninjauan kembaliperjanjian penutupan asuransi.

11Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 117: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

/

BAB IV

BATAS TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT

Pasal 18

(1) Tanggung jawab pengangkut kepada penumpang dimulai sejakpenumpang meninggalkan ruang tunggu bandar udara menuju pesawatudara sampai dengan penumpang memasuki terminal kedatangan dibandar udara tujuan.

(2) Tanggung jawab pengangkut terhadap bagasi tercatat dimulai sejakpengangkut menerima bagasi tercatat pada saat pelaporan (check-in)sampai dengan diterimanya bagasi tercatat oleh penumpang.

(3) Tanggung jawab pengangkut terhadap kargo dimulai sejak pengirimbarang menerima salinan surat muatan udara dari pengangkut sampaidengan waktu yang ditetapkansebagai batas pengambilan sebagaimanatertera dalam surat muatan udara (airway bill).

Pasal 19

Pengangkut tidak dapat dituntut tanggung jawab untuk membayar ganti rugisebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, Pasal 3 huruf c butir 2, Pasal14, apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa :

a. kejadian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaian pengangkutatau orang-orang yang dipekerjakannya atau agen-agennya; atau

b. kejadian tesebut semata-mata disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian' penumpang sendiri dan/atau pihak ketiga.

Pasal 20

Tanggung jawab pengangkut dalam peraturan ini berlaku terhadappengangkut yang melakukan kegiatan angkutan udara niaga tidak berjadwal(charter) atau pihak-pihak lain sebagai pembuat kontrak pengangkutan(contracting carrier) sepanjang tidak diperjanjikan lain dan tidak bertentangandengan peraturan ini.

BAB V

PERSYARATAN DAN TATA CARAPENGAJUAN TUNTUTAN GANTI KERUGIAN

Pasal 21

(1) Tuntutan ganti kerugian oleh penumpang dan/atau pengirim barang. serta pihak ketiga yang mengalami kerugian sebagaimana dimaksud,dalam Pasal 2 hanya dapat dilakukan berdasarkan bukti sebagaiberikut:

12

/Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 118: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

a. dokumen terkait yang membuktikan sebagai ahli waris sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,tiket, bukti bagasi tercatat (claim tag) atau surat muatan udara(airway bill) atau bukti lain yang mendukung dan dapatdipertanggungj awabkan;

b. surat keterangan dari pihak yang berwenang mengeluarkan buktitelah terjadinya kerugian jiwa dan raga dan/atau harta bendaterhadap pihak ketiga yang mengalami kerugian akibatpengoperasian pesawat udara.

(2) Pemberian ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukankepada pengangkut yang secara nyata melakukan pengangkutan udara(actual carrier), apabila pengangkutan udara tersebut dilakukan lebih

* dari satu Badan Usaha Angkutan Udara.

Pasal 22

(1) Apabila bagasi tercatat dan/atau kargo diterima oleh penumpang atauoleh orang yang berhak untuk menerima tidak ada keluhan, makamerupakan bukti bagasi tercatat dan/atau kargo tersebut diterima dalamkeadaan baik sesuai dengan dokumen yang pada saat diterima.

(2) Apabila bagasi tercatat dan/atau kargo yang diterima dalam keadaanrusak, musnah dan/atau hilang, tuntutan terhadap pengangkut harusdiajukan secara tertulis pada saat bagasi tercatat diambil olehpenumpang atau penerima kargo.

(3) Jika terjadi keterlambatan penerimaan bagasi tercatat dan/atau kargo,tuntutan terhadap pengangkut harus diajukan secara tertulis palinglambat 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak bagasi tercatatditerima pemilik bagasi tercatat sesuai tanda bukti bagasi tercatat (claimtag) di terminal kedatangan atau kargo diterima oleh penerima di tempattujuan yang telah ditetapkan.

BAB VI

PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 23

Besaran ganti kerugian yang diatur dalam peraturan ini tidak menutupkesempatan kepada penumpang, ahli waris, penerima kargo, atau pihakketiga untuk menuntut pengangkut ke pengadilan negeri di dalam wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia atau melalui arbitrase atau alternatifpenyelesaian sengketa lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

-A Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 119: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

Pasal 24

Penyelesaian masalah pembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19dapat diselesaikan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa lainsesuai ketentuaan peraturan perundang-undangan.

BAB VII

EVALUASI, PELAPORAN DAN PENGAWASAN

Pasal 25

(1) Direktur Jenderal melakukan evaluasi setiap 2 (dua) tahun terhadappelaksanaan asuransi tanggung jawab pengangkut angkutan udarasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

(2) Pengangkut dan perusahaan asuransi dan/atau Ketua Konsorsium wajibmenyampaikan laporan pelaksanaan asuransi tanggung jawab

.pengangkut angkutan udara secara berkala setiap 1 (satu) tahun atau-setiap terjadi perubahan pertanggungan kepada Direktur Jenderal.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuatmemuat:

a. data, jumlah dan jenis kepersertaan asuransi;

b. lingkup pertanggungan termasuk besaran pertanggungan;

c. jumlah klaim yang diajukan dan jumlah klaim yang disetujui; dan

d. masa pertanggungan.

BAB VIII

SANKSI

Pasal 26

(1) 'Direktur Jenderal dapat memberikan sanksi administratif kepadapengangkut yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnyasebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :

a. peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengantenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan;

±14

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 120: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

b. apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada huruf a tidakditaati dilanjutkan dengan pembekuan izin usaha angkutan udaraniaga untuk jangka waktu 14 (empat belas) hari kalender.

(3) Apabila pembekuan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf b habis jangka waktunya dan tidak ada usaha perbaikan,dilakukan pencabutan izin usaha.

(4) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)tidak menghapus tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang,dan/ atau pengirim barang serta pihak ketiga.

Pasal 27

(1) Direktur Jenderal melakukan pengawasan terhadap pelaksanaantanggung jawab pengangkut terhadappenumpang dan/atau pengirimbarang serta pihak ketiga.

(2) Direktur Jenderal dapat mengusulkan perusahaan asuransi dan/ataukonsorsium asuransi, termasuk penanggungjawabnya ke dalam daftarhitam (black list) apabila terbukti tidak melakukan pembayaran atautidak sanggup membayar ganti kerugian sesuai kewajibannya.

(3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepadaMenteri untuk selanjutnya diteruskan kepada Menteri yangmelaksanakan pembinaan dan pengawasan di bidang usaha

, perasuransian untuk diambil tindakan lebih lanjut sesuai peraturan-perundang-undangan perasuransian.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 28

(1) Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, perjanjian penutupan asuransiantara pengangkut dan perusahaan asuransi atau konsorsium asuransiyang telah ada tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian;

(2) Badan usaha angkutan udara yang telah melakukan penutupan asuransitanggung jawab wajib menyesuaikan jenis tanggung jawabnya danbesaran ganti kerugian sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteriini paling lama 60 (enam puluh) hari kalender terhitung sejak PeraturanMenteri diberlakukan;

S 15

/Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 121: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

BABX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 29

Peraturan ini mulai berlaku 3 (tiga) bulan sejak tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri Perhubungan ini dengan penempatannya dalam Berita NegaraRepublik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 8 Agustus 2011

MENTERI PERHUBUNGAN,

ttd

FREDDY NUMBERI

Diundangkan di Jakartapada tanggal 10 Agustus 2011

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,REPUBLIK INDONESIA

ttd

PATRIALIS AKBAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 486

suai dengan aslinyaukum dan KSLN

PelsNtfapa Harian

ANTO. SH, DESS^Bu*vBembina (IV/a)

19631115 199203 1 001

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 122: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

Lampiran Peraturan Menteri PerhubunganNomor : PM 77 Tahun 2011

Tanggal : 8 Agustus 2011

BESARAN GANTI KERUGIAN CACAT TETAP SEBAGIAN

CACAT TETAP SEBAGIAN BESARAN GANTI KERUGIAN

a. Satu mata Rp 150.000.000,-b. Kehilangan pendengaran Rp 150.000.000,-

c. Ibu jari tangan kanan Rp 125.000.000,-

- tiap satu ruas Rp 62.500.000,-

d. Jari telunjuk kanan Rp 100.000.000,-

- tiap satu ruas Rp 50.000.000,-

e. Jari telunjuk kiri Rp 125.000.000,-

- tiap satu ruas Rp 25.000.000,-

f. Jari kelingking kanan Rp 62.500.000,-

- tiap satu ruas Rp 20.000.000,-

g. Jari Kelingking Kiri Rp 35.000.000,-- tiap satu ruas Rp 11.500.000,-

h. Jari Tengah atau jari manis Rp 50.000.000,-- tiap satu ruas Rp 16.500.000,-

i. Jari tengah atau jari manis kiri Rp 40.000.000,-

- tiap satu ruas Rp 13.000.000,-

Penjelasan :

Bagi mereka yang kidal, perkataan kanan dibaca kiri, demikian

sebaliknya.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 8 Agustus 2011

MENTERI PERHUBUNGAN,

ttd

FREDDY NUMBERI

sesuai dengan aslinyaHukum dan KSLN

sana Harian

WANTO, SH, DESSPembina (IV/a)

19631115 199203 1 001

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 123: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

This is an eTicket itinerary. To enter the airport and for check-in, you must present this itinerary receipt along with OfficialGovernment issued photo identification such as passport. identity card or Indonesians KTP.

Booking reference no (PNR): HKRIZI Place of issue: JKTTO

Issuing Airline: Lion Air Issued date: Tuesday, 23 Aug, 2011

Passenger Name Lion Passport # eTicket NumberSihite/Ruth Novida Miss 9902166571369

Flight Depart Arrive Stops Class Fare Basis Status BaggageJT 387 Medan (MES) Jakarta (CGK) 0 Promo - T TOW Confirmed 20Kg

31 Aug 2011 31 Aug 201114:00 hrs 16:20 hrs

Operated by Lion Air

FARE IDR 489000 TAX 5000YR TAX 48900ID TAX 10000XX TOTAL IDR 552900FARE CALC MES JT JKT489000TOW IDR489000ENDTRAVEL INSURANCE: IDR 15,000

Legend : YQ = Fuel Surcharge, IWJR = Air Traffic Congestion Fee (for domestic segment) or Admin Fee (International segment)

Booking Class T: Ticket Refund and Exchanges are permitted with payment of fee and fare difference (if any) and within a defineddeadline. Name Change is not permitted.

CASHDATE OF ISSUE-23AUG11 ISSUED AT-JKTTO JKT GIX

NONEND/NONRER/NONEXTEND

IT1880011433262

eTicket Itinerary / Receipt

Booking Details

Passenger Details

Itinerary Details

Fare Details (Includes Base Fare, Taxes, Fees and Surcharges)

Fare Rules

Additional Collections

Form Of Payment

Endorsement

Tour Code

Page 1 of 2Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 124: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

* Please arrive at the airport 90 minutes before the flight for domestic travel and 2 hours for international travel.* Check-in closes 45 minutes before departure time.* Please be at the gate 30 minutes before departure time.* If paid by credit card please note that the credit card used must be presented by the card holder for verification at check-in or you may be denied boarding.* Baggage allowance: 20Kg for Lion Air and 15Kg for Wings Air.* Economy Class Passengers are allowed to bring up to 7kg of hand luggage onboard Lion Air Flights. Please refer to our terms and condition for more information.* Passengers agree with Terms and Conditions of Carriage outlined by Lion Air.

* Mohon tiba di Bandara selambat-lambatnya 90 menit sebelum keberangkatan untuk domestic atau 2 jam untuk internasional.* Cek-in ditutup 45 menit sebelum jam keberangkatan.* Mohon tiba di gerbang keberangkatan 30 menit sebelum keberangkatan.* Bila anda melakukan pembayaran menggunakan kartu kredit mohon menunjukan kartu tersebut berserta pemegang kartu untuk verifikasi pada konter cek in atau proses boarding anda dapat dibatalkan.* Bagasi cuma-cuma: 20Kg untuk maskapai Lion Air dan 15kg untuk maskapai Wings Air.* Penumpang kelas Economi diperbolehkan membawa barang bawaan maksimum seberat 7Kg ke dalam kabin. Silahkan membaca persyaratan dan ketentuan yang berlaku untuk informasi lebih lanjut.* Penumpang/Pemegang tiket ini tunduk kepada Syarat & Ketentuan Penerbangan yang ditetapkan oleh Lion Air.

For any assistance you may contact us on the following numbers

Reservation:Lion Air Call Center Numbers:

0804-1-778899 (Indonesia)6339 1922 (Singapore)8776 6081 (Kuala Lumpur)641 4144 / 5144 (Penang)820 8911 / 8920 ( Ho Chi Minh City)

Important Notes

Catatan Penting

Page 2 of 2Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 125: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

DAFTAR PERTANYAAN

Umur : ______________

Jenis Kelamin : ______________

Penggunaan jasa maskapai penerbangan dalam melakukan perjalanan jarak jauh

sudah menjadi hal biasa. Hal ini didukung oleh munculnya berbagai maskapai penerbangan

yang tidak jarang melakukan aksi “harga promo” untuk beberapa jadwal dan rute tertentu.

Lion Air sebagai salah satu maskapai milik Indonesia muncul sebagai salah satu kompetitor

dengan tingkat harga tiket yang cukup terjangkau. Mengingat tingginya risiko jasa

penerbangan, pemerintah mewajibkan setiap pengangkut untuk mengasuransikan tanggung

jawabnya terhadap penumpang. Oleh sebab itu, pemerintah bersama dengan perusahaan

penerbangan menyediakan sistem pertanggungan atau asuransi perjalanan bagi seluruh

penumpang jasa penerbangan berupa asuransi wajib Jasa Raharja yang langsung dimasukkan

dalam harga tiket yang dibeli. Namun, Dalam pembelian tiket secara online melalui situs

resmi http://www2.lionair.co.id/, calon penumpang Lion Air akan ditawarkan asuransi

perjalanan tambahan dengan membayar sejumlah premi asuransi sebesar Rp 15.000,00.

1. Apakah anda memiliki asuransi pribadi? Ya Tidak

2. Apakah anda mengetahui manfaat asuransi secara umum? Ya Tidak

3. Jika ya, darimanakah Anda mengetahui manfaat asuransi tersebut?

a. Keluarga atau teman

b. Media cetak dan/atau elektronik

c. Promosi perusahaan asuransi

d. Internet

e. Lainnya, __________________

4. Apakah Anda mengetahui adanya Asuransi Jasa Raharja dalam dunia penerbangan

domestik?

Ya Tidak

5. Apakah Anda mengetahui bahwa Asuransi Perjalanan Lion Air merupakan Asuransi

tambahan?

6. Ya Tidak

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 126: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

7. Pernahkah Anda membeli asuransi perjalanan yang ditawarkan Lion Air saat membeli

tiket secara online?

Ya Tidak

8. Jika ya, apakah Anda telah mengetahui adanya Asuransi Wajib Jasa Raharja yang telah

otomatis Anda bayarkan ketika Anda membeli tiket penerbangan domestik Lion Air?

Ya Tidak

9. Jika ya, apakah sebelum Anda memutuskan untuk membeli asuransi tambahan Lion Air

Anda membaca informasi lebih lanjut mengenai asuransi Lion Air yang disediakan

dalam situs tersebut?

Ya Tidak

10. Jika Anda tidak membeli Asuransi Perjalanan Lion Air, apakah alasan Anda tidak

membeli asuransi tersebut?

a. Saya merasa tidak perlu asuransi

b. Tidak tahu asuransi itu apa

c. Sudah mempunyai asuransi pribadi

d. Tidak bisa re-fund kalau tidak ada claim

e. Tahu kalau harga tiket sudah termasuk Asuransi Jasa Raharja

f. Lainnya, _________________________________________

11. Apakah sebelum memutuskan untuk tidak membeli Asuransi Perjalanan Lion Air Anda

terlebih dahulu membaca informasi lebih lanjut yang disediakan mengenai asuransi

tersebut?

Ya Tidak

12. Jika Anda membaca informasi lebih lanjut yang disediakan, apakah Anda mengerti

manfaat Asuransi Perjalanan Lion Air?

Ya Tidak

13. Jika Anda membaca informasi yang disediakan, apakah Anda puas dengan informasi

mengenai jasa asuransi perjalanan Lion Air?

Ya Tidak

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 127: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

PEDOMAN WAWANCARA

Dalam proses penulisan tugas akhir universitas, saya memerlukan beberapa informasi

terkait asuransi tambahan yang disediakan oleh maskapai penerbangan Lion Air. Untuk itu

saya berharap pihak Lion Air dapat membantu saya dalam memperoleh informasi sebagai

berikut.

1. Apakah alasan-alasan dari pihak Lion Air mengeluarkan Asuransi tambahan (Asuransi

Perjalanan Lion Air) selain Asuransi Jasa Raharja?

Supaya menambah perlindungan konsumen Lion Air.

2. Apakah terdapat peraturan internal maupun eksternal yang mendasari penawaran

asuransi tambahan Lion Air tersebut?

Tidak terdapat kebijakan eksternal terkait Asuransi Perjalanan Lion Air. Hal ini

berdasarkan kebijakan perusahaan Lion Air.

3. Tuan X membeli asuransi tambahan yang disediakan oleh Lion Air.

a. Ketika terjadi kecelakaan, kompensasi dari mana sajakah yang akan diterima

Tuan X? Apakah Tuan X akan menerima santunan dari Jasa Raharja beserta

Asuransi Lion Air?

Apabila terjadi kecelakaan, setiap penumpang pasti akan mendapat santunan

Jasa Raharja. Jika Tuan X membayar premi Asuransi Perjalanan Lion Air,

maka pertanggungan yang akan didapat konsumen berasal dari Jasa Raharja

dan Asuransi Perjalanan Lion Air.

b. Apakah ada santunan lain yang akan diberikan misalnya yang berasal dari

perusahaan penerbangan Lion Air?

Berdasarkan PM Perhubungan No. 77 Tahun 2011, setiap perusahaan

penerbangan wajib memberikan pertanggungjawaban sebesar yang

ditetapkan dalam peraturan menteri tersebut. Oleh karena itu, pihak Lion Air

akan tetap memberikan santunan sebesar yang ditetapkan. Namun, karena

hingga saat ini belum terdapat claim kecelakaan, Lion Air belum

melaksanakannya.

4. Tuan X tidak membeli asuransi tambahan yang disediakan oleh Lion Air.Bagaimanakah

perlindungan terhadap Tuan X apabila terjadi kecelakaan yang menimbulkan kerugian?

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012

Page 128: Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20319622-S42452-Analisis... · CAN Mission – Mrs. Joy Kim, Mr. Paulus Kim, Kang Yoo Rim, Cho

Apabila Tuan X tidak membayar untuk Asuransi Perjalanan Lion Air dan

kemudian terjadi kecelakaan, Tuan X akan mendapat santunan Jasa Raharja beserta

tanggung jawab perusahaan jasa angkutan sesuai amanat PM Perhubungan No. 77

Tahun 2011.

Atas perhatian Anda saya ucapkan terima kasih.

Elisabeth S. N. A.

Telp. 081286684078

Fakultas Hukum, Universitas Indonesia

Analisis yuridis ..., Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio, FH UI, 2012