Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

download Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

of 12

Transcript of Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

  • 5/24/2018 Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

    1/12

    Analisis Vegetasi dan Faktor Abiotik

    Analisis Vegetasi dan Faktor abiotik

    Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi lahan yang luas, maka kegiatan

    analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa

    petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perludiperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi

    yang digunakan.

    Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada

    dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat

    dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisavegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh

    yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik KurvaSpesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan :

    (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur,

    (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang

    mewakili jika menggunakan metode jalur.

    Cara peletakan petak contohada dua, yaitu cara acak (random sampling) dan cara sistematik

    (systematic sampling), random samping hanya mungkin digunakan jika vegetasi homogen,

    misalnya hutan tanaman atau padang rumput (artinya, kita bebas menempatkan petak contoh

    dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak contoh relatif kecil). Sedangkanuntuk penelitian dianjurkan untuk menggunakan sistematik sampling, karena lebih mudah dalam

    pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat representative. Bahkan dalam keadaantertentu, dapat digunakanpurposive sampling.

    Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itusendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen

    tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :

    1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai

    yang terbagi menjadi banyak subtangkai.

    2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan

    palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.

    3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma

    seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.

    http://blog.ub.ac.id/zeindiligentstudent/2011/05/09/analisis-vegetasi-dan-faktor-abiotik/http://blog.ub.ac.id/zeindiligentstudent/2011/05/09/analisis-vegetasi-dan-faktor-abiotik/
  • 5/24/2018 Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

    2/12

    4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak

    bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam

    banyak anak daun.

    5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun

    merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.

    6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput.

    Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebihdari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.

    7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau

    tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

    Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :

    a. Semai(Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5m.

    b. Pancang(Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari

    10 cm.

    c. Tiang(Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.

    Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah :

    1. Nama jenis (lokal atau botanis)

    2. Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan

    3. Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan

    4. Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung

    volume pohon/tanaman.

    5. Tinggi pohon/tanaman , baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC),

    penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksirukuran volume pohon.

    Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui kondisi kawasan yangdiukur secara kuantitatif. Dibawah ini adalah rumus yang penting diperhatikan dalam

    menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu :

    a.Indeks Nilai Penting (INP)

    Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenislainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis

  • 5/24/2018 Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

    3/12

    dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan

    Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR), (Mueller-Dombois dan

    ellenberg, 1974; Soerianegara dan Indrawan, 2005).

    b.Keanekaragaman Jenis

    Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk membandingkan dua

    komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan biotik, untuk mengetahui tingkatan

    suksesi atau kestabilan suatu komunitas.

    (Anonymousa, 2010)

    Faktor Abiotik

    Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utamayang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut.

    a. Suhu

    Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organismeuntuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.

    b. Sinar matahari

    Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar

    matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untukberfotosintesis.

    (Anonymousb

    , 2010)

    http://blog.ub.ac.id/zeindiligentstudent/2011/05/09/analisis-vegetasi-dan-faktor-abiotik/

    http://blog.ub.ac.id/zeindiligentstudent/2011/05/09/analisis-vegetasi-dan-faktor-abiotik/http://blog.ub.ac.id/zeindiligentstudent/2011/05/09/analisis-vegetasi-dan-faktor-abiotik/http://blog.ub.ac.id/zeindiligentstudent/2011/05/09/analisis-vegetasi-dan-faktor-abiotik/
  • 5/24/2018 Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

    4/12

    Analisis Vegetasi Metode Titik dan Garis

    Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang

    sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu

    metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang

    pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).

    Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian,

    yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam

    praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode

    intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).

    Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode

    ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila

    vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang

    garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang

    digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka

    garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).

    http://3.bp.blogspot.com/-p7XwlOxXbFE/ULB_bmGVQXI/AAAAAAAAAqM/-s9CE9hzmHc/s1600/37_a.jpg
  • 5/24/2018 Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

    5/12

    Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi

    yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama

    sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.

    Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat

    merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan

    terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies

    yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).

    Sedangkan metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan

    cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang

    benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut.Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan

    frekuensi (Rohman, 2001).

    Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah

    total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife.

    Dari nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar

    pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah

    sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).

    Nah jika anda ingin melakukan analisis vegetasi ini, berikut panduan singkat prosedur pelaksanaannya!

    Metode Garis

    1. Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak atau sistematis.2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, danfrekuensi.

    3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan.4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa

    tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.

    6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilaipenting terbesar.

  • 5/24/2018 Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

    6/12

    Metode Intersepsi Titik

    1. Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali raffia.2. menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali raffia tersebut secara acak atau

    sistematis.

    3. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, danfrekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat atau lidi tersebut.

    4. Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.5. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan.6. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.7. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa

    tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.

    8. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilaipenting terbesar

    Rujukan:

    Michael, P. 1995.MetodeEkologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UIPress.

    Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.Malang: JICA.

    Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB.

    Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

    http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=8744233891887480057&postID=1567033417108716&target=emailhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=8744233891887480057&postID=1567033417108716&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=8744233891887480057&postID=1567033417108716&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=8744233891887480057&postID=1567033417108716&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=8744233891887480057&postID=1567033417108716&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=8744233891887480057&postID=1567033417108716&target=emailhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=8744233891887480057&postID=1567033417108716&target=email
  • 5/24/2018 Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

    7/12

    LAPORAN ANALISIS VEGETASI

    ANALISIS VEGETASI

    Bhima Wibawa Santoso (A1C407003)

    Program Studi Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA

    Fakultas Kegunaandan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi

    ABSTRAK

    Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran

    berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Dilakukan dengan membuat plot dan

    mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada. Pengamatan dilakukan di hutan Universitas

    Jambi dengan menggunakan analisis vegetasi untuk menentukan jumlah populasi pohon yang terdapat

    pada suatu wilayah. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat 18 spesies pada area

    tersebut, dengan 2 spesies telah diketahui tanaman karet dan pulai serta 16 spesies lainnya yang belum

    teridentifikasi. Dominansi vegetasi tebesar adalah pada spesies A dengan Indeks Nilai Penting (INP) 59

    %, dan terendah pada Spesies J dan Spesies M sebesar 7%.

    PENDAHULUAN

    Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi

    yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini

    suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang

    pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).

    Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu

    ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan

    abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati

    habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi

    vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi,

    sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan

  • 5/24/2018 Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

    8/12

    pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena

    pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).

    Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan

    ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait

    dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia

    dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi

    pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur

    dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan

    mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang

    menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.

    Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin

    pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati

    strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati

    lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan

    komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling

    tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas

    morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam sinusie misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit

    dalam sinusie epifit dan sebagainya

    Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk

    penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi

    dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan

    metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).\

    Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Tujuannya untuk

    mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan. atau

    1.Belt transect (transek sabuk)

    Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur

    ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk

    hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya

  • 5/24/2018 Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

    9/12

    pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang transek tergantung

    tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya.

    (Kershaw,1979)

    2.Line transect (transek garis)

    Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada

    garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui

    variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai

    penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai

    jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang

    tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan

    garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi

    diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar

    (Rohman, 2001).

    BAHAN DAN METODE

    Percobaan Analisis Vegetasi dilaksanakan pada bulan Desember 2009 pada area hutan

    Universitas Jambi. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung seberapa luas penyebaran populasi

    vegetasi suatu tumbuhan yang terdapat di suatu lahan. Percobaan dilakukan dengan membuat plot

    berukuran 10x10 meter. Setiap kelompok melakukan pengamatan terhadap dua buah plot membentuk

    pola berseberangan, sehingga antara plot satu dan plot lainnya membentuk arah diagonal dengan

    vegetasi yang berbeda-beda tiap plot. Didalam tiap plot yang telah dibuat diamati vegetasi yang ada,

    kemudian dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel dengan catatan diameter vegetasi yang

    dipilih memiliki diameter lebih dari 10 cm. Sampel yang didapat di identifikasi jenisnya berdasarkan

    strutur morfologi yang terlihat seperti daun, dahan, buah,n dan biji.

    Keseluruhan data vegetasi yang diperoleh dari setiap kelompok dikumpulkan untuk di

    identifikasi apakah terdapat spesies yang serupa. Sampel yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel data

    kelas dan dihitung jumlah spesies vegetasi yang berhasil di identifikasi. Dilakukan pula penghitungan

    terhadap kerapatan, frekuensi, dominansi dan Indeks Nilai Penting (INP).

  • 5/24/2018 Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

    10/12

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengamatan vegetasi yang telah dilakukan memperlihatkan data dengan hasil jumlah vegetasi

    yang ditemukan adalah 18 spesies, dengan diantaranya spesies yang telah teridentifiksasi dan belum

    teridentifikasi.

    Vegetasi yang berhasil di identifikasi adalah dari jenis karet dan pulai, sehingga di asumsikan 16

    spesies lainnya belum diketahui berasal dari vegetasi jenis yang mana. Perhitungan lebih kompleks dari

    vegetasi yang didapat dan di identifikasi meliputi kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi

    relatif, dominasi, dominasi relatif, dan indeks nilai penting disajikan pada tabel lampiran. data

    menunjukkan bahwa komposisi dan struktur tumbuhan yang nilainya bervariasi pada setiap jenis karena

    adanya perbedaan karakter masing-masing pohon.

    Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi umbuhan dalam suatu komunitas

    dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru

    dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan

    struktur dan komposisi masing-masing spesies.

    Kerapatan setiap vegetasi berbeda-beda. Terlihat dari data yang dihitung bahwa kerapatan

    vegetasi tertinggi adalah pada Spesies A sebesar 26%, kemudian diikuti Spesies B, dengan kerapatan

    sebesar 13%, serta berbagai jenis vegetasi dengan kerapatan rendah sebesar 3% pada jenis yang telah

    teridentifikasi pada karet, dan belum teridentifikasi untuk Spesies C, Spesies E, Spesies H, Spesies I,

    Spesies J, Spesies L, Spesies M, dan Spesies N,

    Kerapatan suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies dengan satuan luas tertentu,

    maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah spesies tersebut pada lokasi pengamatan.

    Nilai kerapatan belum dapat memberikan gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola

    penyebarannya. Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu dapat dilihat dari nilai

    frekwensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan dengan membandingkan nilai tengah

    spesies tertentu dengan varians populasi secara keseluruhan (Arrijani.2006).

    Frekuensi terbesar ditemukan pada vegetasi spesies A sebesar 13% dari 10 plot yang diamati,.

    Jenis ini merupakan jenis yang nilai kerapatan dan frekuensinya tertinggi sehingga dapat dianggap

  • 5/24/2018 Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

    11/12

    sebagai jenis yang rapat serta tersebar luas pada hampir seluruh lokasi pengamatan. Kedua nilai ini

    penting artinya dalam analisis vegetasi karena saling terkait satu dengan yang lainnya.

    Menurut Greig-Smith (1983) nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh

    densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan

    tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu

    pada masing-masing plot.

    Dominansi pada setiap vegetasi yang ditemukan terbesar pada spesies A sebesar 20% dan

    Spesies B sebesar 18%, sementara dominansi terendah terdapat pada vegetasi jenis spesies J, Spesies K

    dan Spesies M.

    Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter (kerapatan,

    frekwensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya juga bervariasi. Nilai INP

    tertinggi ditemukan pada jenis pesies A sebesar 59%. Besarnya indeks nilai penting menunjukkan

    peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Sehinga dari

    pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi dominan yang tersebar pada hutan

    Universitas jambi adalah dari Spesies A.

    KESIMPULAN

    Dari percobaan analisis vegetasi yang telah dilkukan diperoleh kesumpulan sebagai berikut:

    Terdapat 18 jenis vegetasi dari 10 plot area pada hutan Universitas jambi, setiap jenis

    vegetasi memiliki kerepatan, frekuensi, dominansi dan INP yang berbeda-beda

    Kerapatan vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies A sebesar 26%

    Frekuensi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies A sebesar 13%

    Dominansi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies A sebesar 20%

    INP vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies A sebesar 59%

  • 5/24/2018 Analisis Vegetasi Dan Faktor Abiotik

    12/12

    Analisis Vegetasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pesatnya penyebaran suatu

    spesies pada suatu area pangamatan/penelitian. Sehingga dapat diketahui kerapata,

    frekuensi, dominansi, dan INP dari spesies itu sendiri

    DAFTAR PUSTAKA

    Arrijani, dkk.2006.Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung

    Gede-Pangrango

    Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford:

    Blackwell Scientific Publications

    Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold Publishers.

    Kimmins, J.P. 1987.Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.

    Setiadi, D. 1984.Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan

    Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH

    Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian

    IPB.

    Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001.Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.

    Malang: JICA.

    Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB