rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR...

29
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: Nama : Rivandi Pranandita Putra NIM : 10/ 304773/ PN/ 12175 LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

Transcript of rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR...

Page 1: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR-DASAR EKOLOGI

ACARA I

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

Disusun oleh:

Nama : Rivandi Pranandita Putra

NIM : 10/ 304773/ PN/ 12175

Gol/Kelompok : B1/ 6

Asisten : Sekar Putri Ningrum

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

ACARA I

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

I. TUJUAN

1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman

2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang

berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu pembatas dalam ekosistem adalah salinitas. Apabila salinitas dalam suatu

tempat terlalu tinggi, maka tanaman yang hidup di daerah tersebut mengalami gangguan

pertumbuhan. Apabila salinitas suatu tempat terlalu rendah, hal ini akan menjadi hambatan

bagi tanaman untuk tumbuh. Hasil analisis pertumbuhan tanaman padi gogo menunjukkan

bahwa konsentrasi garam mempengaruhi luas daun dan bobot kering tanaman yang

dihasilkan. Pemberian garam dengan sesuai ukuran cenderung akan menambah luas daun

dan menaikkan bobot kering tanaman secara nyata dibandingkan bila kekurangan atau

kelebihan (Kurniasih et al., 2002).

Tanah yang salin dapat ditemukan di sepanjang garis pantai dan lahan yang

evaporasinya lebih besar daripada presipitasi. Salinitas yang terjadi pada tanah mengubah

sifat kimia dan fisika tanah dan diikuti defisiensi P dan Zn. Berikut tanah salin dibagi

menjadi tiga (Dobermann and Fairhurst, 2000):

1. Tanah salin (pH < 8,5)

2. Tanah salin-sodic (pH =8,5)

3. Tanah sodic (pH > 8.5)

Salinitas ekologi merupakan faktor lingkungan yang penting di darat. Semua keadaan

atau sifat fisik untuk kehadiran atau hidup tidak saja merupakan faktor-faktor pembatas

dalam arti kata yang merusak tetapi juga faktor-faktor yang mengatur dalam arti yang

menguntungkan bahwa organisme-organisme yang telah menyesuaikan diri menanggapi

faktor-faktor tersebut dalam cara sedemikian sehingga komunitas dari organisme itu

mencapai homeostatis semaksimum mungkin di bawah keadaan atau syarat itu. Garam-

garam yang larut yang sangat diperlukan untuk kehidupan dapat disebut sebagai garam-

garam biogenik. Garam Nitrogen dan Fosfor adalah sangat penting dan pakar-pakar

ekologi memikirkan hal demikian pertama-tama sebagai masalah rutin (Odum, 1994).

Page 3: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

Efek salinitas pada tanaman sangat kompleks. Efek dari salinitas ini berimbas pada

tekanan osmotik dan ketidakseimbangan ion (Greenway and Munns, 1980 cit. Zeng and

Shannon, 2000). Keadaan demikian menyebabkan tanaman mengalami cekaman garam.

Cekaman ini mempunyai efek toksik karena kelebihan ion yang mengganggu

keseimbangan elektrolit dalam sel dan mempengaruhi aktivitas metabolisme (Moons et

al.,1995).

Dalam kajian toleransi garam, euhalofit (halofit sejati yang toleran atau tahan

terhadap garam tinggi) sangat menarik. Beberapa spesies itu tumbuh paling baik pada

tempat yang kadar garam tanahnya cukup tinggi, seperti di gurun, di lahan yang jenuh air

payau di pantai, atau di dekat pesisir yang airnya sangat asin. Beberapa tumbuhan halofit

tidak mengambil larutan tanah secara langsung. Berdasarkan jumlah air yang

ditranspirasikan, sangat untuk menghitung bahwa jika seluruh larutan tanah diserap,

tumbuhan akan mengandung garam 10 sampai 100 kali lebih banyak daripada yang benar-

benar teramati. (Salisbury dan Ross, 1995).

Beberapa tumbuhan Xerophyte dapat bertahan di lingkungan kering. Tumbuhan

kaktus mampu bertahan hidup di gurun pasir dengan adaptasi yang unik. Daunnya tebal

terlapisi lilin. Pada umumnya tumbuhan seperti inilah yang dapat bertahan di lingkungan

salinitas tinggi (Kimball, 1965).

Page 4: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

III. METODOLOGI

Praktikum Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik ini dilaksanakan pada hari

Senin, 7 Maret 2011, di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam

praktikum ini adalah peralatan tanam, penggaris, oven dan timbangan analitik. Sedangkan

bahan yang dibutuhkan adalah tanah, polybag, larutan NaCl 2000 ppm, larutan NaCl 4000

ppm, air, dan benih dari tiga jenis tanaman yaitu padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine

max), dan mentimun (Cucumis sativus).

Ada pun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut: pertama-tama polybag

disiapkan sebanyak dua belas buah yang masing-masing diisi dengan tanah sampai ¾

bagian. Masing-masing jenis tanaman ditanam pada tiga polybag dan masing-masing

polybag ditanam lima benih dari satu jenis tanaman. Setiap hari selama satu minggu

polybag disiram dengan air biasa. Setelah satu minggu, bibit dijarangkan menjadi dua

tanaman per polybag. Setelah itu bibit disiram dua hari sekali dengan larutan NaCl sesuai

dengan perlakuan sampai tujuh kali pemberian (dua minggu). Selang hari di antaranya

tetap dilakukan penyiraman dengan air biasa dengan volume yang sama. Tiga polybag dari

satu jenis tanaman diberi perlakuan yang berbeda, yaitu polybag 1 disiram dengan larutan

NaCl 0 ppm (air biasa), polybag 2 disiram dengan larutan NaCl 2000 ppm, dan polybag 3

disiram dengan larutan NaCl 4000 ppm. Volume larutan yang disiramkan pada masing-

masing polybag harus sama, dan tiap-tiap polybag harus diberi label sesuai dengan

perlakuannya. Setelah tanaman berumur dua minggu, tanaman dipanen. Pada percobaan ini

dilakukan pengamatan setiap hari sampai tanaman siap dipanen. Pada pengamatan tersebut

diukur tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun setiap dua hari sekali. Setelah tanaman

dipanen, tanaman ditimbang untuk diketahui berat segarnya (gr), panjang akar utama

tanaman diukur (cm), dan dilakukan pengamatan abnormalitas tanaman, contohnya

klorosis pada daun. Setelah itu tanaman dioven untuk diketahui berat kering tanaman

tersebut. Setelah semua data diperoleh, dari seluruh data yang ada dicari rata-ratanya, dan

selanjutnya digambar grafik tinggi tanaman pada masing-masing konsentrasi garam vs hari

pengamatan untuk masing-masing tanaman, grafik panjang akar pada masing-masing

konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman, grafik jumlah daun

pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman,

histogram berat segar dan berat kering masing-masing tanaman pada berbagai konsentrasi

Page 5: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

garam, dan histogram panjang akar masing-masing tanaman pada berbagai konsentrasi

garam.

Page 6: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Tinggi Tanaman

Padi (Oryza sativa)

PerlakuanTinggi Tanaman Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 7

0 ppm 8.88 13.63 16.77 18.20 19.37 20.08 20.59

2000 ppm 8.27 12.87 15.95 17.09 18.05 18.71 19.11

4000 ppm 7.38 11.96 14.91 15.88 16.71 17.18 17.68

Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan padi yang dinyatakan dengan tinggi

tanaman menunjukkan perbedaan pada tiap perlakuan. Padi dengan perlakuan

konsentrasi 0 ppm menunjukkan pertumbuhan yang paling tinggi (20,59 cm)

dibandingkan pada konsentrasi 2000 ppm (19,11 cm) dan daripada konsentrasi 4000

ppm (17,68 cm). Dengan demikian, keadaan yang paling optimum untuk pertumbuhan

padi adalah dengan kadar garam (salinitas) 0 ppm. Padi merupakan tanaman glikofit

yang rentan terhadap salinitas. Tinggi tanaman padi dengan konsentrasi 4000 ppm lebih

pendek dari pada konsentrasi 2000 ppm dan 0 ppm. Hal ini disebabkan kadar garam

yang terlalu berlebihan sehingga dapat menghambat pertumbuhan batang dan meracuni

tanaman. Pertumbuhan padi yang terhambat akibat salinitas tinggi ini menunjukkan

bahwa salinitas yang tinggi dapat merusak jaringan meristematik yang merupakan

jaringan yang vital bagi pertumbuhan tanaman.

Page 7: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

Kedelai (Glycine max)

PerlakuanTinggi Tanaman Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 7

0 ppm 13.58 16.77 21.26 26.22 32.85 40.04 48.93

2000 ppm 12.08 15.27 19.50 23.82 28.80 34.85 44.51

4000 ppm 11.08 14.42 17.30 20.26 24.58 30.07 38.38

Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan kedelai yang dinyatakan dengan tinggi

tanaman menunjukkan perbedaan pada tiap perlakuan. Kedelai dengan perlakuan

konsentrasi 0 ppm menunjukkan pertumbuhan yang paling tinggi (48,93 cm)

dibandingkan dengan konsentrasi 2000 ppm (44,51 cm) dan daripada konsentrasi 4000

ppm (38,38 cm). Dengan demikian, keadaan yang paling optimum untuk pertumbuhan

kedelai adalah dengan kadar garam (salinitas) 0 ppm. Kedelai merupakan tanaman

glikofit yang rentan terhadap salinitas. Tinggi tanaman kedelai dengan konsentrasi 4000

ppm lebih pendek dari pada konsentrasi 2000 ppm dan 0 ppm. Hal ini disebabkan kadar

garam yang terlalu berlebihan sehingga dapat menghambat pertumbuhan batang dan

meracuni tanaman. Pertumbuhan kedelai yang terhambat akibat salinitas tinggi ini

menunjukkan bahwa salinitas yang tinggi dapat merusak jaringan meristematik yang

merupakan jaringan yang vital bagi pertumbuhan tanaman. Grafik di atas sedikit

berbeda dengan padi. Pada grafik kedelai tidak terdapat slope seperti pada grafik padi

dan nilai R square dari grafik kedelai bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 8: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

pertumbuhan kedelai lebih baik daripada padi. Kedelai termasuk tanaman non halofit.

Abel dan Mackenzie (1964) mengatakan bahwa tanaman kedelai masih bisa tumbuh

dengan salinitas di bawah 15.000 ppm. Namun demikian, Waisel (1958) keadaan

demikian tidak dapat dikatakan halofit karena tanaman jenis halofit adalah tanaman

tingkat tinggi yang dapat tumbuh optimal pada 1 M NaCl dan tekanan 34 bar.

Mentimun (Cucumis sativus)

PerlakuanTinggi Tanaman Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 7

0 ppm 8.12 9.35 10.15 11.53 15.43 18.29 22.62

2000 ppm 7.32 8.18 9.06 10.14 13.23 16.58 20.07

4000 ppm 6.72 7.69 8.17 9.24 11.61 14.63 18.07

Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan mentimun yang dinyatakan dengan

tinggi tanaman menunjukkan perbedaan pada tiap perlakuan. Mentimun dengan

perlakuan konsentrasi 0 ppm menunjukkan pertumbuhan yang paling tinggi (22,62 cm)

dibandingkan pada konsentrasi 2000 ppm (20,07 cm) dan daripada konsentrasi 4000

ppm (18,07 cm). Dengan demikian, keadaan yang paling optimum untuk pertumbuhan

mentimun adalah dengan kadar garam (salinitas) 0 ppm. Mentimun juga merupakan

tanaman glikofit yang rentan terhadap salinitas. Tinggi tanaman mentimun dengan

konsentrasi 4000 ppm lebih pendek dari pada konsentrasi 2000 ppm dan 0 ppm. Hal ini

Page 9: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

disebabkan kadar garam yang terlalu berlebihan sehingga dapat menghambat

pertumbuhan batang dan meracuni tanaman. Pertumbuhan mentimun yang terhambat

akibat salinitas tinggi ini menunjukkan bahwa salinitas yang tinggi dapat merusak

jaringan meristematik yang merupakan jaringan yang vital bagi pertumbuhan tanaman.

Pada grafik mentimun hampir sama dengan grafik kedelai yaitu tidak terdapat slope

seperti pada grafik padi dan nilai R square dari grafik kedelai bernilai positif. Hal ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan mentimun juga lebih baik daripada padi.

B. Data Jumlah Daun

Padi (Oryza sativa)

PerlakuanJumlah Daun Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 7

0 ppm 2.00 2.25 3.00 3.17 3.67 3.92 4.00

2000 ppm 2.00 2.00 2.83 3.00 3.08 3.58 3.75

4000 ppm 2.00 2.00 2.33 3.00 3.00 3.25 3.50

Grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah daun pada tiap perlakuan menunjukkan

perbedaan. Padi dengan konsentrasi 0 ppm jumlah daunnya paling banyak (yaitu 4,00)

dibandingkan dengan jumlah daun pada konsentrasi 2000 ppm (yaitu 3,75), dan yang

menunjukkan jumlah daun terendah adalah pada konsentrasi 4000 ppm (yaitu 3,50).

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa padi pada tanah dengan kadar 0 ppm dapat

Page 10: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

menyerap unsur hara paling baik. Hal ini membuktikan bahwa padi merupakan glikofit

karena rentan terhadap salinitas yang bisa dilihat dari jumlah daunnya yang semakin

menurun. Semakin banyak jumlah daun yang ada, maka tumbuhan tersebut dapat

berfotosintesis dengan lebih baik, dan hasil dari fotosintesis tersebut lebih banyak

sehingga tanaman tersebut dapat menghasilkan zat-zat yang lebih banyak pula seperti

karbohidrat,glukosa, dan cadangan makanan untuk tanaman itu sendiri. Jumlah daun

juga menunjukkan bahwa metabolisme tanaman terganggu. Hasil fotosintesis sangat

dibutuhkan juga oleh tanaman sendiri untuk melakukan metabolisme seperti glikolisis,

siklus Krebs, dan transpor elektron. Apabila fotosintesis terganggu berarti metabolisme

akan terganggu. Selain itu, fotosintesis yang terganggu menunjukkan adanya penurunan

jumlah klorofil akibat salinitas. Penurunan jumlah klorofil jelas akan menghambat

pengambilan cahaya untuk fotosintesis.

Kedelai (Glycine max)

PerlakuanJumlah Daun Hari Ke-

1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

0 ppm 2.00 3.58 5.50 7.17 9.00 11.08 12.58

2000 ppm 2.00 3.58 5.00 6.50 8.17 10.17 11.33

4000 ppm 2.00 2.92 4.17 5.50 6.83 9.00 10.17

Grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah daun pada tiap perlakuan menunjukkan

perbedaan. Kedelai dengan konsentrasi 0 ppm jumlah daunnya paling banyak (yaitu 12,58)

dibandingkan dengan jumlah daun pada konsentrasi 2000 ppm (yaitu 11,33), dan yang

menunjukkan jumlah daun terendah adalah pada konsentrasi 4000 ppm (yaitu 10,17).

Page 11: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kedelai pada tanah dengan kadar 0 ppm dapat

menyerap unsur hara dengan baik, ini terbukti dengan banyaknya jumlah daun yang

terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa kedelai merupakan glikofit karena rentan terhadap

salinitas yang bisa dilihat dari jumlah daunnya yang semakin menurun. Semakin banyak

jumlah daun yang ada, maka tumbuhan tersebut dapat berfotosintesis dengan lebih baik,

dan hasil dari fotosintesis tersebut lebih banyak sehingga tanaman tersebut dapat

menghasilkan zat-zat yang lebih banyak pula seperti karbohidrat,glukosa, dan cadangan

makanan untuk tanaman itu sendiri. Jumlah daun juga menunjukkan bahwa metabolisme

tanaman terganggu. Hasil fotosintesis sangat dibutuhkan juga oleh tanaman sendiri untuk

melakukan metabolisme seperti glikolisis, siklus Krebs, dan transpor elektron. Apabila

fotosintesis terganggu berarti metabolisme akan terganggu. Selain itu, fotosintesis yang

terganggu menunjukkan adanya penurunan jumlah klorofil akibat salinitas. Penurunan

jumlah klorofil jelas akan menghambat pengambilan cahaya untuk fotosintesis.

Mentimun (Cucumis sativus)

PerlakuanJumlah Daun

1 2 3 4 5 6 7

0 ppm 3.00 3.75 4.83 5.67 6.67 7.67 8.33

2000 ppm 3.00 3.42 4.33 4.92 6.00 6.58 7.33

4000 ppm 3.00 3.25 4.00 4.50 5.83 5.92 6.75

Grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah daun pada tiap perlakuan menunjukkan

perbedaan. Mentimun dengan konsentrasi 0 ppm jumlah daunnya paling banyak (yaitu

12,58) dibandingkan dengan jumlah daun pada konsentrasi 2000 ppm (yaitu 11,33), dan

Page 12: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

yang menunjukkan jumlah daun terendah adalah pada konsentrasi 4000 ppm (yaitu 10,17).

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa mentimun pada tanah dengan kadar 0 ppm dapat

menyerap unsur hara dengan baik, ini terbukti dengan banyaknya jumlah daun yang

terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa mentimun merupakan glikofit karena rentan

terhadap salinitas yang bisa dilihat dari jumlah daunnya yang semakin menurun. Semakin

banyak jumlah daun yang ada, maka tumbuhan tersebut dapat berfotosintesis dengan lebih

baik, dan hasil dari fotosintesis tersebut lebih banyak sehingga tanaman tersebut dapat

menghasilkan zat-zat yang lebih banyak pula seperti karbohidrat,glukosa, dan cadangan

makanan untuk tanaman itu sendiri. Jumlah daun juga menunjukkan bahwa metabolisme

tanaman terganggu. Hasil fotosintesis sangat dibutuhkan juga oleh tanaman sendiri untuk

melakukan metabolisme seperti glikolisis, siklus Krebs, dan transpor elektron. Apabila

fotosintesis terganggu berarti metabolisme akan terganggu. Selain itu, fotosintesis yang

terganggu menunjukkan adanya penurunan jumlah klorofil akibat salinitas. Penurunan

jumlah klorofil jelas akan menghambat pengambilan cahaya untuk fotosintesis.

C. Data Panjang AkarPadi (Oryza sativa)

Perlakuan Panjang Akar(cm)

0 ppm 7.17

2000 ppm 5.20

4000 ppm 4.83

Page 13: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa pada konsentrasi garam 0 ppm akar

tanaman padi dapat mencapai panjang yang paling maksimum. Sedangkan akar tanaman

padi pada konsentrasi garam 2000 ppm dan 4000 ppm kurang dapat tumbuh dengan

optimum, ini disebabkan karena dalam tanah yang salin pertumbuhan akar tanaman

menjadi terhambat. Tanah yang salinitasnya tinggi menyebabkan tekanan osmosis pada

akar terganggu sehingga pertumbuhan akar terhambat. Tekanan osmosis yang terganggu

akan menghambat pertukaran ion yang diperlukan tanaman untuk berkembang dan

tumbuh. Pertukaran ion sangat diperlukan bagi tanaman dalam proses metabolisme.

Akar yang tidak berkembang baik membuat tanaman tidak dapat menyerap unsur hara

secara maksimal sehingga menghambat pertumbuhan batang dan proses pembuatan

cadangan makanan. Keadaan ini menunjukkan bahwa padi termasuk golongan glikofit

yang rentan terhadap salinitas.

Kedelai (Glycine max)

Perlakuan Panjang Akar(cm)

0 ppm 17.93

2000 ppm 13.53

4000 ppm 9.89

Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa pada konsentrasi garam 0 ppm akar

tanaman kedelai dapat mencapai panjang yang paling maksimum. Sedangkan akar

Page 14: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

tanaman kedelai pada konsentrasi garam 2000 ppm dan 4000 ppm kurang dapat tumbuh

dengan optimum, ini disebabkan karena dalam tanah yang salin pertumbuhan akar

tanaman menjadi terhambat. Tanah yang salinitasnya tinggi menyebabkan tekanan

osmosis pada akar terganggu sehingga pertumbuhan akar terhambat. Tekanan osmosis

yang terganggu akan menghambat pertukaran ion yang diperlukan tanaman untuk

berkembang dan tumbuh. Pertukaran ion sangat diperlukan bagi tanaman dalam proses

metabolisme. Akar yang tidak berkembang baik membuat tanaman tidak dapat

menyerap unsur hara secara maksimal sehingga menghambat pertumbuhan batang dan

proses pembuatan cadangan makanan. Keadaan ini menunjukkan bahwa kedelai

termasuk golongan glikofit yang rentan terhadap salinitas.

Mentimun (Cucumis sativus)

Perlakuan Panjang Akar(cm)

0 ppm 24.48

2000 ppm 19.18

4000 ppm 13.09

Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa pada konsentrasi garam 0 ppm akar

tanaman mentimun dapat mencapai panjang yang paling maksimum. Sedangkan akar

tanaman mentimun pada konsentrasi garam 2000 ppm dan 4000 ppm kurang dapat

tumbuh dengan optimum, ini disebabkan karena dalam tanah yang salin pertumbuhan

Page 15: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

akar tanaman menjadi terhambat. Tanah yang salinitasnya tinggi menyebabkan tekanan

osmosis pada akar terganggu sehingga pertumbuhan akar terhambat. Tekanan osmosis

yang terganggu akan menghambat pertukaran ion yang diperlukan tanaman untuk

berkembang dan tumbuh. Pertukaran ion sangat diperlukan bagi tanaman dalam proses

metabolisme. Akar yang tidak berkembang baik membuat tanaman tidak dapat

menyerap unsur hara secara maksimal sehingga menghambat pertumbuhan batang dan

proses pembuatan cadangan makanan. Keadaan ini menunjukkan bahwa mentimun

termasuk golongan glikofit yang rentan terhadap salinitas.

D. Data Berat Basah dan Berat Kering

Padi (Oryza sativa)

Perlakuan 0 ppm 2000 ppm 4000 ppm

BB(g) 0.22 0.15 0.14

BK(g) 0.06 0.07 0.08

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa berat segar dari tanaman padi pada

konsentrasi garam 0 ppm adalah yang paling berat. Dengan demikian, tanaman padi

pada kondisi tanah tidak salin dapat menyerap unsur-unsur hara dengan lebih baik

sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur dibandingkan dengan tanaman padi pada

konsentrasi garam 2000 ppm dan 4000 ppm, berarti tanaman padi merupakan tanaman

glikofit (tanaman yang rentan terhadap salinitas). Berat segar dari tanaman padi pada

konsentrasi garam 4000 ppm adalah yang paling rendah, hal ini membuktikan bahwa

tanaman padi tidak dapat tumbuh baik dalam tanah yang memiliki salinitas tinggi. Berat

Page 16: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

kering tanaman padi yang paling besar adalah pada konsentrasi garam 4000 ppm,

kemudian 2000 ppm, dan yang paling kecil adalah pada konsentrasi 0 ppm. Berat kering

menunjukkan berat biomassa tanaman. Berat kering diperoleh dari pengovenan. Dengan

dioven berarti semua kandungan zat yang ada/diserap pada tanaman tersebut akan

hilang. Oleh karena itu, selisih antara berat segar dan berat kering akan menunjukkan

banyaknya zat yang ada/diserap oleh tanaman. Semakin besar selisih antara berat segar

dan berat kering tanaman maka zat yang dihasilkan tanaman tersebut akan lebih banyak,

dan sebaliknya jika selisih antara berat segar dan berat kering tanaman semakin kecil

maka zat yang dihasilkan dalam tanaman tersebut pun sedikit. Berat kering padi pada

konsentrasi garam 4000 ppm memiliki selisih yang paling kecil dengan berat segarnya.

Hal ini menunjukkan bahwa zat yang di hasilkan tanaman sangat sedikit. Sedangkan

padi pada konsentrasi 2000 ppm memiliki selisih berat segar dan berat kering yang

paling besar, sehingga padi pada konsentrasi ini merupakan yang paling optimal dalam

memproduksi zat-zat hasil metabolisme dan foto sintesis.

Kedelai (Glycine max)

Perlakuan 0 ppm 2000 ppm 4000 ppm

BB(g) 3.98 3.24 2.65

BK(g) 0.75 0.86 1.13

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa berat segar dari tanaman kedelai pada

konsentrasi garam 0 ppm adalah yang paling berat. Dengan demikian, tanaman kedelai

pada kondisi tanah tidak salin dapat menyerap unsur-unsur hara dengan lebih baik

sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur dibandingkan dengan tanaman kedelai pada

konsentrasi garam 2000 ppm dan 4000 ppm, berarti tanaman kedelai merupakan

Page 17: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

tanaman glikofit (tanaman yang rentan terhadap salinitas). Berat segar dari tanaman

kedelai pada konsentrasi garam 4000 ppm adalah yang paling rendah, hal ini

membuktikan bahwa tanaman kedelai tidak dapat tumbuh baik dalam tanah yang

memiliki salinitas tinggi. Berat kering tanaman kedelai yang paling besar adalah pada

konsentrasi garam 4000 ppm, kemudian 2000 ppm, dan yang paling kecil adalah pada

konsentrasi 0 ppm. Berat kering menunjukkan berat biomassa tanaman. Berat kering

diperoleh dari pengovenan. Dengan dioven berarti semua kandungan zat yang

ada/diserap pada tanaman tersebut akan hilang. Oleh karena itu, selisih antara berat

segar dan berat kering akan menunjukkan banyaknya zat yang ada/diserap oleh

tanaman. Semakin besar selisih antara berat segar dan berat kering tanaman maka zat

yang dihasilkan tanaman tersebut akan lebih banyak, dan sebaliknya jika selisih antara

berat segar dan berat kering tanaman semakin kecil maka zat yang dihasilkan dalam

tanaman tersebut pun sedikit. Berat kering kedelai pada konsentrasi garam 4000 ppm

memiliki selisih yang paling kecil dengan berat segarnya. Hal ini menunjukkan bahwa

zat yang di hasilkan tanaman sangat sedikit. Sedangkan kedelai pada konsentrasi 2000

ppm memiliki selisih berat segar dan berat kering yang paling besar, sehingga kedelai

pada konsentrasi ini merupakan yang paling optimal dalam memproduksi zat-zat hasil

metabolisme dan foto sintesis.

Mentimun (Cucumis sativus)

Perlakuan 0 ppm 2000 ppm 4000 ppm

BB(g) 10.61 7.67 5.35

BK(g) 0.91 1.45 2.01

Page 18: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa berat segar dari tanaman mentimun pada

konsentrasi garam 0 ppm adalah yang paling berat. Dengan demikian, tanaman

mentimun pada kondisi tanah tidak salin dapat menyerap unsur-unsur hara dengan lebih

baik sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur dibandingkan dengan tanaman kedelai

pada konsentrasi garam 2000 ppm dan 4000 ppm, berarti tanaman mentimun

merupakan tanaman glikofit (tanaman yang rentan terhadap salinitas). Berat segar dari

tanaman mentimun pada konsentrasi garam 4000 ppm adalah yang paling rendah, hal

ini membuktikan bahwa tanaman kedelai tidak dapat tumbuh baik dalam tanah yang

memiliki salinitas tinggi. Berat kering tanaman mentimun yang paling besar adalah

pada konsentrasi garam 4000 ppm, kemudian 2000 ppm, dan yang paling kecil adalah

pada konsentrasi 0 ppm. Berat kering menunjukkan berat biomassa tanaman. Berat

kering diperoleh dari pengovenan. Dengan dioven berarti semua kandungan zat yang

ada/diserap pada tanaman tersebut akan hilang. Oleh karena itu, selisih antara berat

segar dan berat kering akan menunjukkan banyaknya zat yang ada/diserap oleh

tanaman. Semakin besar selisih antara berat segar dan berat kering tanaman maka zat

yang dihasilkan tanaman tersebut akan lebih banyak, dan sebaliknya jika selisih antara

berat segar dan berat kering tanaman semakin kecil maka zat yang dihasilkan dalam

tanaman tersebut pun sedikit. Berat kering mentimun pada konsentrasi garam 4000 ppm

memiliki selisih yang paling kecil dengan berat segarnya. Hal ini menunjukkan bahwa

zat yang di hasilkan tanaman sangat sedikit. Sedangkan mentimun pada konsentrasi

2000 ppm memiliki selisih berat segar dan berat kering yang paling besar, sehingga

mentimun pada konsentrasi ini merupakan yang paling optimal dalam memproduksi

zat-zat hasil metabolisme dan foto sintesis.

Page 19: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

V. KESIMPULAN

1. Salinitas tanah dapat menjadi faktor pembatas bagi tanaman.

2. Salinitas dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan akar tanaman akibat

terganggunya tekanan osmosis, selain itu salinitas juga dapat mempengaruhi

penyerapan unsur hara oleh tanaman yang dapat berakibat bagi produksi tanaman.

3. Salinitas dapat meracuni tanaman.

4. Salinitas dapat mempengaruhi laju fotosintesis dan metabolisme tanaman.

5. Tanaman padi tidak tahan terhadap salinitas, karena padi dapat tumbuh maksimal

pada tanah dengan konsentrasi garam 0 ppm. Padi merupakan tanaman golongan

glikofit.

6. Tanaman kedelai tidak tahan tahan terhadap salinitas, karena kedelai tumbuh paling

maksimal pada tanah dengan konsentrasi garam 0 ppm. Kedelai merupakan

tanaman golongan glikofit.

7. Tanaman mentimun sangat rentan terhadap salinitas, karena mentimun tumbuh

paling maksimal pada tanah dengan konsentrasi garam 0 ppm. Mentimun

merupakan tanaman golongan glikofit.

Page 20: rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewDASAR-DASAR EKOLOGI ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK Disusun oleh: LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA …

Referensi

Abel, G. and A. J. Mackenzie. (1964). Salt tolerance of soybean (Glycine max L. Merrill) during germination and later growth. Crop Sci. 4: 157-161.

Dobermann, A. and T. Fairhurst. (2000). Rice Nutrient Disorders & Nutrient Management Handbook series. Potash & Phosphate Institute of Canada (PPPIC) and International Rice Institute. < http://www.knowledgebank.irri.org/RiceDoctor/Fact_sheets/DeficienciesTOXIcities/salinity.htm>. Diakses tanggal 8 Maret 2009.

Kimball, J. W. (1965). Biology. Addison Wesley Publishing Company Inc., Massachusetts.

Kurniasih, B., D. Indradewa, dan Melasari. (2002). Hasil dan sifat perakaran varietas padi gogo pada beberapa tingkat salinitas. Jurnal Ilmu Pertanian 9: 2-3.

Moons, A., G. Bauw, E. Prinsen, M. van Montagu, and D. van Des Straeten. (1995). Molecular and physiological response to abscisic acid and salt in roots of salt-sensitive and salt-tolerance Indica Rice varieties. Plant Physiol. 107: 177-186.

Odum, E. P. (1994). Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Salisbury, F. dan C. W. Ross. (1995). Fisiologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Waisel, Y. (1958). Germination behaviour of some halophytes. Bull. Res. Counc. Isr. 6D:187-189

Zeng, L. and M. C. Shannon. (2000). Salinity effects on grain yield and yield components of rice. Agronomy Journal 92:418-423.