Analisis Upaya Masyarakat Dalam Mewujudkan Kampung Hijau

17
Analisis Upaya Masyarakat Dalam Mewujudkan Kampung Hijau (Studi Kasus : Kelurahan Gayamsari, Kota Semarang) Abstrak Permukiman saat ini sudah seharusnya mengarah pada sistem yang berkelanjutan, dimana akan menjadi komunitas yang seimbang bagi seluruh kalangan masyarakat dan manusia dapat tinggal, bekerja, menikmati kehidupan komunitas yang heterogen (Littlewood dalam Barton, 1998). Prioritas keberlanjutan permukiman perkotaan yaitu tidak merusak ekosistem lingkungan dan kelestarian sumberdaya alam. Salah satu konsep permukiman yang tetap mengedepankan aspek ekologi adalah permukiman berwawasan lingkungan. Konsep kampung hijau atau secara istilah disebut green-village merupakan permukiman berwawasan lingkungan. Konsep tersebut berusaha memperhatikan aspek lingkungan di tengah pembangunan perkotaan yang semakin pesat. Kampung hijau merupakan permukiman dengan prinsip yang berusaha mengintegrasikan kelestarian lingkungan melalui aspek ekologi berupa bangunan ramah lingkungan, produksi hijau, energi alternatif, pengolahan limbah dan sampah serta tetap mengedepankan dimensi sosial masyarakat dan ekonomi (Global Eco-village Network, 1994). Konsep kampung hijau diharapkan dapat diterapkan pada sistem pembangunan permukiman di Indonesia, terutama di kawasan perkotaan. Kampung yang mulai mencoba mengedepankan aspek ekologi adalah Kelurahan Gayamsari, Semarang. Pemerintah kelurahan mencanangkan program green-village menuju permukiman yang berkelanjutan. Upaya yang dilakukan masyarakat Kelurahan Gayamsari menuju kampung hijau atau permukiman green-village adalah gerakan penghijauan dan optimalisasi ruang terbuka hijau, penerapan teknologi ramah lingkungan, meningkatan kenyamanan, dan pengolahan sampah secara mandiri. Partisipasi masyarakat juga muncul dengan pembentukan kelompok-kelompok peduli lingkungan seperti kelompok masyarakat peduli lingkungan, kelompok klaster rumah sehat, kelompok usaha kaligrafi payet dan sebagainya. Namun, adanya implementasi Kelurahan Gayamsari menuju kampung hijau atau green-village belum terwujud secara optimal, hal ini dikarenakan masih adanya permasalahan seperti banjir, peningkatan pencemaran udara, minimnya kulitas ruang terbuka hijau, dan sebagainya. Upaya masyarakat dalam perwujudan permukiman Kelurahan Gayamsari menjadi kampung hijau ada, namun belum optimal. Dari permasalahan tersebut muncul research question penelitian ini yaitu “Seberapa besar Upaya Yang Dilakukan Masyarakat Kawasan Permukiman Kelurahan Gayamsari Dalam Mewujudkan Kampung Hijau ?”. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk menilai upaya-upaya yang dilakukan masyarakat kawasan permukiman Kelurahan Gayamsari dalam mewujudkan kampung hijau. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan analisis pembobotan. Dalam mencapai tujuan, dilakukan analisis Upaya Pemanfaatan Ruang Permukiman, Perilaku Ramah Lingkungan, Keterlibatan Masyarakat, dan Kegiatan Ekonomi Masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upaya masyarakat Kelurahan Gayamsari dalam mewujudkan kampung hijau secara umum sudah cukup baik, yaitu dengan nilai indeks 1,99. Hal ini dapat terlihat dari upaya keterlibatan masyarakat yang tinggi (nilai indeks 2,43,) pemanfaatan ruang permukiman yang cukup (nilai indeks 1,99, dan perilaku ramah lingkungan cukup (nilai indeks 1,91). Namun pada upaya kegiatan ekonomi masih rendah (nilai indeks 1,56) karena disebabkan oleh kurangnya motivasi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi. Meskipun dalam perilaku ramah lingkungan dalam kategori cukup, masih perlu dimaksimalkan upaya masyarakat dalam menerapkan perilaku pemanfaatan sampah, limbah, teknologi ramah lingkungan, dan transportasi ramah lingkungan. Upaya masyarakat Kelurahan Gayamsari dalam menerapkan permukiman berwawasan lingkungan diwujudkan dalam program Gayamsari Green-village, namun upaya yang dilakukan dalam mewujudkannya masih perlu dimaksimalkan. Oleh karena itu rekomendasi untuk masyarakat yaitu agar lebih meningkatkan upaya perilaku ramah lingkungan melalui kesadaran terhadap lingkungan

description

upaya masyarakat

Transcript of Analisis Upaya Masyarakat Dalam Mewujudkan Kampung Hijau

Analisis Upaya Masyarakat Dalam Mewujudkan Kampung Hijau(Studi Kasus : Kelurahan Gayamsari, Kota Semarang)AbstrakPermukiman saat ini sudah seharusnya mengarah pada sistem yang berkelanjutan, dimana akan menjadi komunitas yang seimbang bagi seluruh kalangan masyarakat dan manusia dapat tinggal, bekerja, menikmati kehidupan komunitas yang heterogen (Littlewood dalam Barton, 1998). Prioritas keberlanjutan permukiman perkotaan yaitu tidak merusak ekosistem lingkungan dan kelestarian sumberdaya alam. Salah satu konsep permukiman yang tetap mengedepankan aspek ekologi adalah permukiman berwawasan lingkungan. Konsep kampung hijau atau secara istilah disebut green-village merupakan permukiman berwawasan lingkungan. Konsep tersebut berusaha memperhatikan aspek lingkungan di tengah pembangunan perkotaan yang semakin pesat. Kampung hijau merupakan permukiman dengan prinsip yang berusaha mengintegrasikan kelestarian lingkungan melalui aspek ekologi berupa bangunan ramah lingkungan, produksi hijau, energi alternatif, pengolahan limbah dan sampah serta tetap mengedepankan dimensi sosial masyarakat dan ekonomi (Global Eco-village Network, 1994). Konsep kampung hijau diharapkan dapat diterapkan pada sistem pembangunan permukiman di Indonesia, terutama di kawasan perkotaan. Kampung yang mulai mencoba mengedepankan aspek ekologi adalah Kelurahan Gayamsari, Semarang. Pemerintah kelurahan mencanangkan program green-village menuju permukiman yang berkelanjutan. Upaya yang dilakukan masyarakat Kelurahan Gayamsari menuju kampung hijau atau permukiman green-village adalah gerakan penghijauan dan optimalisasi ruang terbuka hijau, penerapan teknologi ramah lingkungan, meningkatan kenyamanan, dan pengolahan sampah secara mandiri. Partisipasi masyarakat juga muncul dengan pembentukan kelompok-kelompok peduli lingkungan seperti kelompok masyarakat peduli lingkungan, kelompok klaster rumah sehat, kelompok usaha kaligrafi payet dan sebagainya. Namun, adanya implementasi Kelurahan Gayamsari menuju kampung hijau atau green-village belum terwujud secara optimal, hal ini dikarenakan masih adanya permasalahan seperti banjir, peningkatan pencemaran udara, minimnya kulitas ruang terbuka hijau, dan sebagainya. Upaya masyarakat dalam perwujudan permukiman Kelurahan Gayamsari menjadi kampung hijau ada, namun belum optimal. Dari permasalahan tersebut muncul research question penelitian ini yaitu Seberapa besar Upaya Yang Dilakukan Masyarakat Kawasan Permukiman Kelurahan Gayamsari Dalam Mewujudkan Kampung Hijau ?. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk menilai upaya-upaya yang dilakukan masyarakat kawasan permukiman Kelurahan Gayamsari dalam mewujudkan kampung hijau. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan analisis pembobotan. Dalam mencapai tujuan, dilakukan analisis Upaya Pemanfaatan Ruang Permukiman, Perilaku Ramah Lingkungan, KeterlibatanMasyarakat, dan Kegiatan Ekonomi Masyarakat.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upaya masyarakat Kelurahan Gayamsari dalam mewujudkan kampung hijau secara umum sudah cukup baik, yaitu dengan nilai indeks 1,99. Hal ini dapat terlihat dari upaya keterlibatan masyarakat yang tinggi (nilai indeks 2,43,) pemanfaatan ruang permukiman yang cukup (nilai indeks 1,99, dan perilaku ramah lingkungan cukup (nilai indeks 1,91). Namun pada upaya kegiatan ekonomi masih rendah (nilai indeks 1,56) karena disebabkan oleh kurangnya motivasi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi. Meskipun dalam perilaku ramah lingkungan dalam kategori cukup, masih perlu dimaksimalkan upaya masyarakat dalam menerapkan perilaku pemanfaatan sampah, limbah, teknologi ramah lingkungan, dan transportasi ramah lingkungan. Upaya masyarakat Kelurahan Gayamsari dalam menerapkan permukiman berwawasan lingkungan diwujudkan dalam program Gayamsari Green-village, namun upaya yang dilakukan dalam mewujudkannya masih perlu dimaksimalkan. Oleh karena itu rekomendasi untuk masyarakat yaitu agar lebih meningkatkan upaya perilaku ramah lingkungan melalui kesadaran terhadap lingkungan terutama dalam memanfaatkan ruang secara efisien dan tetap mempertahankan ruang terbuka hijau sebagai area resapan dan meningkatkan fungsi rumah secara ekologis. Selain itu diperlukan pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk meningkatkan kualitas ekonomi. Sedangkan untuk upaya yang sudah cukup tinggi perlu dimaksimalkan dalam mewujudkan kampung hijau. Rekomendasi untuk pemerintah yaitu agar lebih meningkatkan optimalisasi program Gayamsari Green-village melalui sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih sadar terhadap permasalahan lingkungan.

Kata Kunci : Kampung Hijau, Upaya Masyarakat, Program Gayamsari Green-village

1. Latar Belakang

Desa mandiri energi merupakan salah satu program agar desa bisa memenuhi kebutuhan energinya sendiri, sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi penggangguran serta kemiskinan dengan mendorong kemampuan masyarakat dan pengguna sumber daya setempat. Dengan program tersebut diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pasokan energi kepada pihak / daerah lain dan masyarakat pedesaan tidak hanya bergantung pada bahan bakar minyak, khususnya minyak tanah dalam memenuhi kebutuhannya sehari hari.

2. Metoda Analisis3. Hasil dan Diskusi4. Kesimpulan

a. Definisi KonseptualDalam definisi konseptual yang dimaksud adalah definisi istilah dalam penelitian. Padapenelitian ini terdapat konsep Gayamsari Green-village yang dicanangkan oleh KelurahanGayamsari, dimana program tersebut secara konseptual sama dengan konsep permukimaneco-village. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel I.1.TABEL I.1GAYAMSARI GREEN-VILLAGE YANG MENGACU PADA KONSEP ECO-VILLAGEProgram Gayamsari Green-village Konsep Eco-village Menerapkan konsep kampung berbasislingkungan Bertujuan untuk menerapkan KelurahanGayamsari Yang Bersih, Hijau, dan RamahLingkungan Tujuan umum adalah meningkatkan peranserta dan memberdayakan warga di wilayahRT, RW dan Kelurahan untuk mencintai ,mengembangkan dan menjaga Lingkunganguna menciptakan Kelurahan Gayamsariyang Bersih, Hijau dan berwawasanLingkungan Misi :1. Optimalisasi pengolahan sampah2. Meningkatkan kualitas dan kuantitastaman / openspace3. Pemanfaatan & pengelolaan sampah4. Revitalisasi dan optimalisasi TPS5. Peningkatan Penghijauan6. Aksi kerja bakti setiap minggu dlmrangka sadar lingkungan.7. Membangun partisipasi aktif antarawarga dalam pembenahan sarana fisiklingkungan dengan pendekatanPartisipasi yg Humanis8. Penggunaan teknologi ramahlingkungan9. Optimalisasi penghijauan dipekarangan rumah (penanamantanaman produktif) Kampung berbasis lingkungan yang dapatmengatasi permasalahan lingkungan(Nurlaelih, 2005) Permukiman yang menggunakan prinsipberkelanjutan dengan mengedepankan aspeklingkungan dan berintegrasi dengan dimensisosial, ekonomi, dan budaya (GlobalEcovillage Network, 1994) Prinsip-prinsip (Kennedy,et al 1997):1. Peningkatan desain dan penggunaan openspaces untuk tujuan sosial dan ekologi2. Peningkatan kualitas air bersih3. Reduksi konsumsi energi4. Kondisi permukiman yang car-free5. Partisipasi masyarakat6. Penggunaan teknologi ramah lingkunganSumber : Hasil Analisis Penyusun, 2013

Dari definisi diatas maka dapat diketahui bahwa program Gayamsari Green-village adalah konsep program yang pada intinya menyelenggarakan kampung hijau atau dalam definisi program disebut Green-village sebagai upaya mereka dalam mengatasi permasalahan lingkungan. Program tersebut merupakan inisiasi dari pemerintah Kelurahan Gayamsari yang dibentuk pada tanggal 30 Oktober 2010 untuk mewujudkan kawasan permukiman Kelurahan Gayamsari menjadi lebih ramah lingkungan. Pencanangan program tersebut diwujudkan dalam aksi atau tindakan seperti optimalisasi pengelolaan danpemanfaatan sampah, gerakan penghijauan lingkungan, penggunaan teknologi ramah lingkungan, dan sebagainya. Adanya program tersebut juga didukung oleh masyarakatdengan keterlibatan mayarakat dalam pengelolaan lingkungan yang sudah cukup baik,misalnya dengan kegiatan kerjabakti, tamanisasi oleh warga, dan sebagainya.Dengan adanya rincian konsep Gayamsari Green-village tersebut maka dapat ditarikkesimpulan bahwa secara konseptual, program tersebut sama dan mengacu pada konseppermukiman eco-village. Menurut (Nurlaelih, 2005) permukiman eco-village merupakankonsep kampung berbasis lingkungan yang dapat mengatasi permasalahan lingkunganperkotaan pada saat ini. Sedangkan menurut (Global Ecovillage Network, 1994) adalahpermukiman yang menggunakan prinsip berkelanjutan dengan mengedepankan aspeklingkungan dan berintegrasi dengan dimensi sosial, ekonomi, dan budaya (Global EcovillageNetwork, 1994).Oleh karena itu, secara konseptual program Gayamsari Green-village dapat dikatakanmengacu pada konsep permukiman eco-village, yang pada intinya menyelenggarakan konseppermukiman/kampung yang ramah lingkungan dengan aspek pendukung yaitu sosial,ekonomi, dan budaya. Secara konseptual, permukiman green-village / eco-village padaKelurahan Gayamsari ini dapat diterjemahkan sebagai kampung hijau yang berusahamewujudkan suatu kawasan permukiman yang ramah lingkungan. Kampung hijaumenerapkan asas pelestarian fungsi lingkungan dalam mewujudkan pembangunanberkelanjutan, baik pelestarian fungsi pada komponen lingkungan (biotik, abiotik maupunkomponen sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat) (Subintomo, 2011).Sedangkan menurut (Yudo, 2009) kampung hijau merupakan kawasan permukimanperkotaan yang menerapkan perilaku berwawasan lingkungan dengan mengintegrasikankomponen fisik, manajemen, peran masyarakat, dan budaya.Selain itu yang tidak kalah penting, dari segi pemanfaatan ruang, konsep kampung hijaumelakukan pemanfaatan lahan dengan memaksimalkan ruang terbuka hijau sehingga akanmembantu terciptanya permukiman yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu definisikonsep permukiman green-village / eco-village ini secara istilah dapat disebut sebagaikampung hijau yang secara umum konsep dan prinsipnya sama, sehingga istilah inilahyang akan digunakan dalam penelitian.b. Kajian Penelitian Kajian penilaian upaya pemanfaatan ruangDalam mewujudkan kampung hijau, aspek pemanfaatan ruang perlu dikaji karenamenentukan pembangunan yang memperhatikan ruang terbuka hijau. Aspekpemanfaatan ruang ini meliputi kajian karakteristik penggunaan lahan permukiman meliputi kesesuaian rencana tata ruang, koefisien dasar bangunan, dan koefisien dasarhijau. Kajian penilaian upaya perilaku ramah lingkunganAspek penting dalam mewujudkan kampung hijau adalah mengedepankan ekologi,dimana dalam menerapkannya diperlukan perilaku ramah lingkungan. Perilaku ramahlingkungan berarti perilaku untuk mengedepankan openpaces, penggunaan danpengelolaan air bersih, pengolahan air hujan, teknologi hijau, penghematan sumberenergi, dan penghijauan. Kajian penilaian upaya keterlibatan masyarakatAspek keterlibatan masyarakat dalam mewujudkan kampung hijau yang dimaksudadalah peran serta dan keterlibatan masyarakat, serta komitmen dan upaya merekauntuk memelihara dan mengelola lingkungan Kajian penilaian upaya kegiatan ekonomi masyarakatAspek ekonomi masyarakat dalam mewujudkan kampung hijau, yang dimaksudadalah jenis kegiatan ekonomi atau usaha yang dapat meningkatkan perekonomiansetempat, selain itu pengolahan usaha tersebut juga harus berdampak minimumterhadap lingkungan.1.5.2 Ruang Lingkup WilayahRuang lingkup wilayah yang menjadi obyek identifikasi penelitian yaitu KelurahanGayamsari yang berada pada pusat Kota Semarang. Kelurahan Gayamsari merupakan salah satukelurahan terbaik di Kota Semarang dan kelurahan terbaik kedua se-Jawa Tengah. Adapun batas batas wilayah Kelurahan Gayamsari adalah sebagai berikut :a. Sebelah Utara :Kelurahan Siwalanb. Sebelah Selatan :Kelurahan Sendangguwo & Kelurahan Lamper Tengahc. Sebelah Barat :Kelurahan Pandean Lamperd. Sebelah Timur :Kelurahan KalicariSelengkapnya dapat dilihat pada peta I.1 dan I.2Adapun alasan pemilihan permukiman Kelurahan Gayamsari sebagai wilayah studi adalahsebagai berikut.1. Kelurahan Gayamsari merupakan salah satu kawasan permukiman di Kota Semarangyang berusaha mengutamakan aspek lingkungan di tengah pembangunan perkotaanyang semakin pesat

MENDALAMI KONSEP "SMART CITY DEVELOPMENT" (Smart Technology - Smart Investment Smart Development)Diposkan oleh rumah bunda di20.48

*) Artikel ini diambil sepenuhnya dari summary Institute Investasi Indonesia bekerjasama dengan APEKSI, APKASI dan Federasi Pembangunan Perkotaan Indonesia.1.Lebih dari sekedar teknologiUntuk sebuah kota, apakah arti kata"PINTAR atau SMART"? Salah satu dimensi terpenting adalahbahwa kota saat ini seharusnyamemberikanpelayanan yang menggunakan teknologi terkini,membangun infrastruktur yang pintar, sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif dan murah kepadaseluruh masyarakatyang tinggal di kota tersebut.Kemampuan ini sekarang menjadi persyaratan utama sebuah kota di seluruh dunia, mulai dari : pengelolaan listrikdan air dengan sistem otomatis, penggunaan stiker RFID, teknologi smart grids untuk meningkatkan produksidan pendistribusian energi; perangkat lunak canggih,jaringan teknologi komunikasi yang menghubungkankota, masyarakat dan pelayanan bisnis yang satu dengan lainnya.

ini semua adalah bagian dari sebuah pelayanankota yang disebut infrastruktur pintar.

Tetapi masihbanyak tantangan dan kesulitan untukmengintegrasikan semua teknologi ini. Banyak kota yangmasih harus berjuang meminimalisir hambatan dari sistemterdahulu, sistem konvensional yang biasanya didasarkanpada prioritas kedekatan infrastruktur dan teknologi.Seiring waktu, sistem konvensional ini menjadi mahal untukdikelola; dimana satu unit pelayanan pada sebuah kotasulit untuk diintegrasikan dengan unit pelayanan lainnya.Dampak negatif dari fregmentasi ini adalah ekonomi biayatinggi, pelayanan yang mahal dan infrastruktur yang tidakberdaya saing untuk memenuhi kebutuhan di masa depan.Namun, perspektif teknologi-sentris saja tidak akanmembuat sebuah kota menjadi lebih pintar, modern,berkelanjutan dan menarik. Tantangan integrasi melibatkanlebih dari sekedar teknologi, tetapi juga mencakup seluruhpaket layanan kota, termasuk pengelolaan sumberdaya alam, transportasi, perkantoran dan perumahan,kesehatan, pengelolaan sampah, pendidikan, kebudayaan,pariwisata dan pelayanan masyarakat.

Dengan kata lain, kebutuhan untuk mengintegrasikansemua perangkat kota meluas ke segala bidang yangakhirnya membuat sebuah kota layak untuk dihuni. Initermasuk struktur organisasi pelayanan masyarakat,perencanaan pembangunan kota dan pengelolaannya.Kota yang maju di seluruh dunia secara aktif berinovasidengan menggunakan teknologi tinggi untuk memberikanpelayanan maksimal kepada warganya.Para pemimpindan perencana kota seharusnya terus berkordinasimemaksimalkan penggunaan teknologi terbarukan, untukmeningkatkan pelayanan publik dengan managemen yangefektif dan terbuka.

Untuk mencapai tujuan iniperlu dilakukan pengintegrasianberbagai teknologiseperti; menggunakan alat pengukurcanggih, pembuatan kendaraan bertenaga listrik sertadesain bangunan yang modern dan pintar. Ini semua dapatmemberikan efisiensi energi pada bidang transportasi,konstruksi, pengelolaan perumahan, area bisnis dangedung pemerintahan. Tidak kalah pentingnya, perludibangun sistem koneksi yang bisa menghubungkansemua jaringan listrik dengan teknologi informasi dantelekomunikasi sehingga dapat memberikan pelayananlistrik yang maksimal, aman, murah, ramah lingkungansehingga dapat mengurangi emisi karbon.Salah satu ciri terpenting dari sebuah kota pintar adalahadanya landasan yang sama dan dapat diukur, yangtidak berdasarkan kepemilikan tetapi harus dapat salingterkoneksi.Infrastruktur ini memanfaatkan teknologitinggi dan arsitektur yang terintegrasi sehingga dapatdengan mudah dibangun dan dipelihara pada seluruhdomain pelayanan perkotaan.Ini adalah pondasi dari seluruh pelayanan perkotaan dalamsatu kesatuan sistem pintar yang saling terintegrasi,sehingga dapat berinteraksi secara efektif melalui sebuahpusat kontrol.

Bayangkan jika hal ini menjadi pondasi yang dapatmemberikan solusi terhadap kemacetan lalu lintas denganlebih efektif. Peniadaan gerbang tol sekarang ini sedangdigalakkan oleh beberapa kota terkemuka di dunia sebagaicara untuk mengendalikan lalu lintas agar lebih efektif.Pemasangan sensor pada tol dapat membantu mengurangikemacetan (juga dapat mengurangi emisi gas karbon) danmenghasilkan pendapatan tambahan melalui penetapanharga berbasis tingkat kemacetan atau kelancaran lalu lintas.Sebagai contoh, Stockholm dan London telahmemberlakukan tarif tol yang lebih tinggi bagi kendaraanyang masuk ke pusat kota yang sedang mengalamikemacetan. Singapura bahkan sudah melangkah lebihmaju dengan memberlakukan tarif tol dinamis yangmenyesuaikan penggunaan jalan pada waktu yang berbedasesuai tingkat kemacetan.Agar menjadi lebih efektif lagi, program pengelolaan lalulintasini seharusnya terkordinasi dengan sistem logistikperkotaan, transportasi umum dan pelayanan darurat.

Semua kendaraan harus dilengkapi dengan teknologi yangterintegrasi dengan jaringan pintar. Disinilah peran pondasimanagemen satu pintu dan terbuka dapat digunakan.Pondasi ini juga meningkatkan kemampuan untukmenambah layanan baru dengan cepat, atau untukmengukur skala kemajuan yang sudah ada. Jaringanyang terbuka dan fleksibel memungkinkan pertukarandata, meningkatkan kontribusi serta layanan baru sesuaiaplikasi pada pondasi tersebut.

Perbedaan kota pintar dengan kota konvensionalPerbedaan kota pintar dengan kota lain yang konvensionaladalah sistem pembangunan dan pelayanan yangberkelanjutan dan terintegrasi. Program ramah lingkunganberjalan lebih dari sekedar karena kewajiban moral. Programkeberlanjutan sangat penting sebagai konsekuensi interaksisosial yang positif dan juga sebagai faktor kunci dalammenciptakan lingkungan yang layak huni, lingkungan yangkondusif terhadap kesehatan dan mendorong kemakmuranwarga dan pertumbuhan ekonominya.

Setiap kota berbeda satu dengan lainnya, tidak adaistilah cara yang paling benar untuk mengembangkankemampuannya menjadi kota yang pintar. Salah satu caraterbaik untuk memulai adalah dengan menetapkan titikawal berdasarkan karakter yang unik dari kota tersebutberdasarkan ekonomi, geografis dan politik. Dari titikini kemudian dapat dirancang cara yang paling sesuaimengikuti anggaran yang tersedia, dilanjutkan denganpilihan teknologi, strategi, pelatihan, aspek tata kelola danmanajemen pembangunan.

Mengingat pengaruh kota pada kesehatan planet ini, agendaKota Pintar (Smart City) adalah sangat penting bagi semuaelemen masyarakat, terlepas dari mana mereka tinggal.Jika seluruh kota di Indonesia telah fokus menuju smartcity, dimulai dengan menanamkan pemahaman tentangkota pintar dan dilanjutkan dengan menerapkan teknologipintar dalam semua pelayanan perkotaan. PemerintahKabupaten/Kota, para pemimpin dan masyarakat harusbekerja sama untuk memulai dalam pondasi (platform)yang tepat. Perencanaan yang pintar dan terintegrasi akanmenghasikan pelayanan yang efektif kepada masyarakatsaat ini dan dimasa depan, disesuaikan dengan skalakebutuhan masing-masing kota untuk dapat tumbuh danberkembang dengan sukses.

2.Berkelanjutan dan Attraktif

Teknologi modern serta perencanaan kota yangramah lingkungan telah menghasilkan sejumlahinovasi baru. Banyak kota besar di dunia berusahameningkatkan keseimbangan secara berkelanjutan, yangakan menjadi daya tarik kota itu sendiri. Berbagai macaminovasi berkembang ke berbagai unsur layanan kotapintar. Berikut adalah contoh dari fasilitas kota dengankonsep Smart City.

Perumahan dan Gedung PerkantoranUntuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungandalam pengoperasian bangunan dan konstruksi, di beberapakota telah dilakukan perbaikan pada infrastruktur sertasertifikasi bangunan untuk mengurangi penggunaan listrikdan air. Penggunaan smart metering dan smart buildingteknologi membantu memaksimalisasi kontrol penggunaan.Pengaturan kode etik dalam proses pembangunan,standarisasi dan sertifikasi adalah salah satu cara pentinguntuk menciptakan bangunan yang ramah lingkungan.Banyak kota telah menjalankan program pengawasan kodeetik dan standar dalam proses pembangunan dan renovasigedung. Sebagai contoh; pada tahun 2030, kota Seouldi Korea mentargetkan untuk menstandarisasi seluruhbangunan dengan sertifikasi bangunan ramah ingkungan.Singapore mentargetkan 80% bangunan yang sudah ada agarmendapatkan sertifikasi ramah lingkungan dari pemerintah.

Pengelolaan sumber daya alamDalam hal pasokan dasar sumber daya alam, banyak kotayang bekerja keras untuk mengurangi intensitas karbondari energi yang digunakan masyarakat serta meningkatkanefektifitas, efisiensi pasokan dan jaringan distribusi.Pembangkit listrik konvensional hanya memiliki efisiensisekitar 33 persen, dua-pertiga dari sumber daya alamdibakar untuk menghasilkan listrik (sebagian besargas alam dan batu bara) hilang dalam proses produksi,transmisi dan distribusi.

Dengan mengembangkankapasitas pembangkit listrik yang lebih terdesentralisasi,kota dapat secara signifikan akan mengurangi kehilanganenergi. Misalnya, Kota Sydney berencana untuk membangunjaringan generator listrik dengan konsep desentralisasi,yang pada tahun 2030 direncanakan akan menghasilkan70 persen dari seluruh pasokan listrik kota tersebut, inimerupakan proses konversi gas alam dan limbah menjadilistrik, termasuk proses pemanasan dan pendinginan.Berbagai sumber energi terbarukan seperti energi tenagaair, angin, sampah, ombak, matahari, dan panas bumiakan menjadi sumber energi penting. Pada tahun 2010,lebih dari 100 negara telah menetapkan target untukenergi terbarukan, naik dari hanya 55 negara pada tahun2005. Sampai tahun 2020 penggunaan energi terbarukanditargetkan sekitar 15% hingga 25%, tetapi ada beberapanegara sudah melampaui target ini. Di So Paulo, 56%dari konsumsi energi yang digunakan masyarakat di kotatersebut berasal dari energi terbarukan.

Kesehatan dan keselamatanTeknologi informasi dan telekomunikasi secara inovatiftelah mengubah kemampuan kota untuk menyediakanpelayanan kesehatan jarak jauh kepada masyarakat,terutama masyarakat yang tinggal di panti jompo dandaerah terpencil. Di Taiwan, misalnya, Pilot ProjectTelehealth telah memberikan manfaat dalam penyediaanjasa telecare khususnya untuk masyarakat lansiayang jumlahnya meningkat drastis di negeri tersebut.Penyediaan layanan telecare sangat bermanfaat khususnyabagi anggota masyarakat yang semakinmenua di Taiwan.Proyek ini menggunakan transmisi digital untuk mengeloladata medis yang dikumpulkan dari pasien di puskesmas,rumah pribadi dan rumah jompo.Penerapan teknologi modern merupakan bagianterpenting dari proyek ini. Beberapa pasien dilengkapidengan perangkat yang dapat mengukur tekanan darahdan glukosa darah secara otomatis, menggunakan sebuahtelevisi set-top box yang berfungsi sebagai komputeryang mampu meng-upload hasil tes ke Service CenterTelecare. Para perawat kemudian menganalisa hasildiagnosa tersebut dan merekomendasikan perawatan yangdiperlukan. Salah satu manfaat dari program ini adalahbahwa pasien tidak harus meninggalkan tempat tinggalnyauntuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.

Pendidikan dan budayaModel pelayanan pendidikan pada kota pintar (SmartCity) baik negeri maupun swasta, diterapkanterutamamenggunakan teknologi modern. Termasuk penyediaanfasilitas untuk kegiatan rekreasi dan kebudayaan seperti;musik, teater, olahraga dan kegiatan rekreasi lainnya.Tidak kalah pentingnya, pendidikan dalam konteks KotaPintar (Smart City) adalah kebutuhan untuk melibatkanmasyarakat dalam proses pendidikan, dimana akan terjadiperubahan perilaku untuk menjadi lebih baik sehinggadapat meningkatkan keseluruhan aspek keberlanjutan dankesehatan lingkungan kota.

Melbourne misalnya, telah merancang kerangka dan modeldimana pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kotabekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat menujukehidupan yang modern dan berkelanjutan. Berdasarkanprogram ini, Melbourne adalah salah satu dari tiga kotayang telah menerima penghargaan Lee Kuan Yew WorldCity Prize di tahun 2010, yang merupakan penghargaaninternasional dua tahunan untuk individu dan organisasiyang telah memberikan kontribusi luar biasa dalam halpenciptaan komunitas perkotaan yang layak huni danberkelanjutan bagi masyarakat dunia.

HOW TO BECOME A SMART CITY :Berikut ini adalah beberapa faktor yang penting untukdipertimbangkan saat merencanakan sebuah kotamenjadi Smart City.

Mendorong dan mengembangkan pola baru strukturkepemimpinan dan tata kelolaKota dan para pelaku usaha harus dapat bekerjasama dalammemperjuangkan konsep Smart City, menyikapi tantangandengan bijaksana untuk mendapatkan keberhasilan dalammelayani masyarakat. Pemimpin Kabupaten/Kota perlukepercayaan dan dukungan dari mitra usaha; demikian jugasebaliknya, para pelaku usaha membutuhkan dukungan daripara pemimpin kota.

Bekerjasama dengan melibatkan semua pihakUntuk berhasil melaksanakan misi sebagai Kota pintar,Pemimpin Kabupaten/Kota harus dapat bekerjasamamenyelaraskan kepentingan dan tujuan dari berbagai sektor,lembaga masyarakat, sektor swasta dan seluruh komponenmasyarakat. Misalnya bagaimana pemerintah Kota Yokohamamembuat warganya berperan aktif dalam mengubah perilakudan sikap keseluruhan warga untuk kepentingan bersamayang menguntungkan seluruh komponen masyarakat.

Membangun dan menggunakan infrastruktur pintarPemimpin Kabupaten/Kota harus mulai menjajaki teknologidan konsep infrastruktur yang modern, terintegrasi dan pintar.Dengan menghadiri Konferensi dan pameran teknologi diseluruh dunia sehingga memiliki pengetahuan dan menimbapengalaman dari berbagai kota di negara lain sehingga akanlebih mudah untuk memulai inisiatif pembangunan kotapintar di daerahnya.

Mempersiapkan model pembiayaan yang mampumenjawab tantangan dan peluang ke depanModel standar pembiayaan investasi infrastrukturkonvensional biasanya tidak memadai dalam membangunsebuah kota pintar, sehingga diperlukan model danpendekatan baru. Misalnya, menggunakan tabungan dariteknologi dengan model jatuh tempo seperti smart meter, bisamendanai penelitian teknologi lainnya dan pengembanganbersama berbagai bagian dari infrastruktur pintar.

Dalam kebanyakan kasus, kemitraan publik-swasta akandapat mendanai investasi infrastruktur yang dibutuhkanuntuk merevitalisasi kota. Misalnya, 1990-2009, lebih dari1.400 kemitraan publik-swasta, yang mewakili sekitar $ 350miliar modal kerja, telah didirikan di seluruh Uni Eropa dalammendukung pembanguan Kota Pintar.Pengelolaan kota bisa menjadi katalisator untuk menyatukansektor publik dan swasta dalam membangun modelpembiayaan dan managemen yang menghasilkan polakemitraan yang lebih baik. Pendekatan ini membutuhkaninisiatif dan koordinasi dari semua pihak, baik pemerintahmaupun pihak swasta. Koordinasi dan kerjasama yangbaik dapat menyelaraskan kepentingan dan keseimbanganpembagian risiko di antara semua pihak.

Model Pembiayaan :Untuk membangun dan mengembangkan sebuah kotakonvensional menjadi Kota Pintar dapat menggunakansumber pembiayaan sebagai berikut;

APBN dan APBDSumber pendanaan ini merupakan pendanaan yang sudahdilakukan selama ini dalam membangun kota, yaitu dariAnggaran Pemerintah termasuk dari Anggaran PemerintahPusat dan Pemerintah Daerah yang cukup terbatas, denganpola perencanaan pembangunan tiap tahun dan dieksekusipada tahun berikutnya. Kekurangan dari pola pendanaanini adalah sulit menciptakan program pembangunan yangberkelanjutan.

Obligasi DaerahPendanaan bersumber dari obligasi daerah merupakanpendanaan dengan melibatkan masyarakat untuk bisamenjadi shareholder pada pembangunan di kotanya.Sumber dana dari capital market yang cenderung memilkikemampuan sebagai sumber dana tanpa batas. Obligasidaerah bisa menjadi potensi pendanaan masa depan untukmewujudkan Kota Pintar dengan melibatkan masyarakat danpelaku bisinis di daerah untuk aktif sebagai shareholder.

Public Private Partnership (PPP)PPP atau Kemitraan Pemerintah Swasta menjadi alternativependanaan yang cukup mudah diterapkan untuk pembangunankota, yaitu melibatkan swasta untuk membantu mendanaiprogram-program pemerintah dengan diberikan hak kelolapada swasta dalam durasi konsesi kerjasama tertentu.

Foreign Direct Investment (FDI)Foreign Direct Investment adalah sumber pendanaanyang secara langsung datang dari investor asing, untukmendanai program-program pembangunan perkotaan. FDIakan membutuhkan dukungan kemudahan administrasidari Pemerintah Kota untuk mencairkan dana dari asingtersebut. FDI bisa untuk mendanai program pemerintah ataukerjasama langsung dengan swasta.

Specific Purposed Bonds (SPB)Specific Purposed Bonds juga merupakan sumber pendanaanmasa depan yang sangat baik. Program pemerintah yangsangat besar misalnya membangun MRT (Mass RapidTransport) atau membangun system transportasi massalyang memerlukan investasi yang sangat besar, dimana terjadisituasi Pemerintah tidak sanggup mendanai dan Swasta jugatidak berani mendanai, sehingga SPB bisa menjadi solusidengan menerbitkan bonds/saham yang khusus untukmembangun MRT dan saham ditawarkan pada masyarakat.Masyarakat yang memahami arti penting adanya transportmasal yang effektif di sebuah kota akan dengan senanghati akan membeli saham tersebut dan akan ikut aktifberpartisipasi agar program tersebut dapat terealisasi danterjaga dengan baik.

Palasah, SM,Keberadaan Pondok Pesantren "Saung Balong Al-Barokah" sebagai lembaga profesional, yang dikenal fokus dalam pemberdayaan berbasis masjid dengan mengedepankan kearifan potensi lokal membangun umat mewujudkan masyarakat madani, dalam kiprahnya kepada masyarakat tidak diragukan lagi.

Gagasan penuh kreatif dan inspiratif ini lahir dari buah pikir seorang Ustad Drs.Khoeruman atau yang akrab disapa Abah otong ini dimulai sejak 2007. Dengan keteguhan hatinya, Khoeruman merintis komunitasnya sebagai Pesantren Alam Internasional Saung Balong Al-Barokah di Desa Cisambeng Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka.

Pesantren di atas tanah 7 hektare yang ini diresmikan pada 12 Juli 2010 oleh Bupati Majalengka H.Sutrisno, SE, M.Si dan baru-baru ini juga Gubernur Jawa Barat H.Ahmad Heryawan sangat terkesan dengan kreativitas pengelola Saung Balong Al Barokah yang di antaranya sukses dalam program Rumah Tahfidz dan usaha mandiri peternakan yang memanfaatan energi bio gas. Selain itu, dirintisnya usaha masyarakat mandiri dengan berdirinya rumah makan, usaha pertanian dan pemancingan.

Menurut Khoeruman, pihaknya punya misi seperti mengembangkan kegiatan dakwah, sosial budaya, pendidikan dan pemberdayaan serta kegiatan lain yang berkaitan pembangunan bangsa dan umat. Selain itu, dia juga ingin melakukan peningkatan manajemen dan SDM lembaga serta kapasitas pembangunan masyarakat, meningkatkan sarana dan prasarana pembangunan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan mengoptimalisasikan peran jejaring kemitraan sinergis, pemerintah dan pihak-pihak akses lainnya.

"Saya terketuk oleh panggilan dakwah. Karena itu, saya ingin membangun umat mawadah dan ukhuwah yang berakhlakul karimah, meningkatkan taraf kesejahteraan ekonomi, pendidikan,kesehatan dll," cetus Khoeruman yang dikenal suka menolong warga ini.

Dia juga mengajak kita untuk tsiqqoh istiqomah dalam beribadah taqorrub kepada Allah SWT, dakwah bil hal sesuai kebutuhan umat dan tuntutan zaman. Ke depan, dia berharap, jamaah masjid Saung Balong Al-Barokah diharapkan menjadi sosok muslim tauladan, berakhlakul karimah, bermanfaat bagi umat, gemar dan benar beribadah, berilmu, sehat dan kuat.

Lebih dari itu, Ustad yang sering mendapatkan penghargaan ini mengajak kita untuk mandiri dalam usaha kuat etos kerja, disiplin, tekun dan ulet, mampu mengendalikan diri, kuat dan mampu mengenal program dan jamaah (organisasi), serta terbina kerjasama sinergis antara umat, stakeholder pelaku pembangunan.

Menyikapi peringatan Hari Jadi Ke-521 Majalengka, Khoeruman mengatakan dengan adanya peringatan hari jadi Majalengka pihaknya mendukung siapa pun pimpinan dan seluruh stakeholder untuk meningkatkan kinerjanya dalam ikut menyejahterakan masyarakat.

"Yang terpenting adalah bagaimana para pelaku menyikapi peringatan hari jadi ini. Namun, bagi kami adalah bagaimana program Tahfid Al Quran yang dilaksanakan di Saung Balong Al Barokah ini mudah-mudahan menjadi inspirasi lembaga lain, khususnya di Kabupaten Majalengka untuk mendukung fii sabillah dalam menggerakkan potensi daerah," katanya. Jay/SM