ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN...
-
Upload
truongthuan -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
Transcript of ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN...
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN
BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE CAMEL
PERIODE 2011-2015
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Fathu Rezky Gustisyaf
NIM: 1112085000026
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M / 1438 H
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama : Fathu Rezky Gustisyaf
Tempat & Tanggal Lahir : Ujungpandang, 16 Juni 1995
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Matraman Dalam II No. 6 RT 09 RW 08
peganggsaan. Menteng, Jakarta Pusat
No. Telepon : 081318301101
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
2000 – 2006 : SD Yapis Timika
2006 – 2009 : SMP Negeri 5 Mimika Baru
2009 – 2012 : SMA Al Falah HMM Timika
2012 – 2017 : Program Sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
1. Koordinator Departemen Hubungan Luar Kampus Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2013 – 2014.
2. Kerua Bidang II Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Periode 2014 – 2015.
vii
ANALYSIS OF THE HEALTH LEVEL OF ISLAMIC AND
CONVENTIONAL COMMERCIAL BANKS WITH CAMEL METHOD
PERIOD 2011 – 2015
Fathu Rezky Gustisyaf
Abstract
This study to analyze the health level of Islamic commercial banks and
conventional banks with CAMEL period 2011 - 2015. Sampling method used
purposive sampling technique, each of which amounted to 10 Islamic commercial
banks and 10 conventional commercial banks. CAMEL method with the ratio used
Capital Adequacy Rasio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Non Performing
Financing (NPF), Bad Debt Ratio (BDR), Net Profit Margin (NPM), Return On
Asset (ROA), Operational costs and Income costs (BOPO), Loan to deposit ratio
(LDR), Financing to Deposit Ratio (FDR) and Loan to Asset Ratio (LAR). The
study uses hypothesis testing of Independent t-Test. The results showed that
Islamic banks and conventional commercial banks are having significant
differences with significants value least than 0.05 or 5% in CAR, NPL, BDR,
NPM, ROA, BOPO and LAR. Conventional commercial banks have the value of
NPM, ROA, dan BOPO higher than Islamic banks. But the value of CAR of
Islamic banks higher than conventional banks. While in LDR is not a significant
difference between bank of Islamic and conventional banking with significants
value more than 0.05.
Key words: CAMEL Method, Capital Adequacy Rasio, Non Performing Loan,
Non Performing Financing, Bad Debt Ratio, Net Profit Margin,
Return On Asset, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional,
Loan to deposit ratio, Financing to Deposit Ratio, dan Loan to Asset
Ratio
viii
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN
BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE CAMEL
PERIODE 2011 – 2015
Fathu Rezky Gustisyaf
Abstrak
Penelitian ini menganalisis tingkat kesehatan bank umum syariah dan bank
umum konvensional dengan metode CAMEL periode 2011 – 2015. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yang
masing-masing berjumlah 10 bank umum syariah dan 10 bank umum
konvensional. Motode CAMEL dengan rasio yang digunakan yaitu Capital
Adequacy Rasio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Non Performing Financing
(NPF), Bad Debt Ratio (BDR), Net Profit Margin (NPM), Return On Asset
(ROA), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to deposit
ratio (LDR), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Loan to Asset Ratio (LAR).
Dalam penelitian ini menggunakan uji hipotesis Independent Samplet-Test dengan
membandingkan masing-masing dari rasio CAMEL. Hasilnya menunjukkan
bahwa Terdapat perbedaan yang signifikan pada variabel CAR, NPL, BDR, NPM,
ROA, BOPO dan LAR antara perbankan syariah dan konvensional karena nilai
signifikansi kurang dari 0.05 atau 5%. Perbankan konvensional memiliki nilai
NPM, ROA, dan BOPO lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan syariah.
Sebaliknya, nilai CAR bank syariah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional.
Sedangkan variabel LDR antara bank syariah dan bank konvensional memiliki
nilai signifikansi diatas 0.05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
Kata kunci: Metode CAMEL, Capital Adequacy Rasio, Non Performing Loan,
Non Performing Financing, Bad Debt Ratio, Net Profit Margin,
Return On Asset, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional,
Loan to deposit ratio, Financing to Deposit Ratio, dan Loan to Asset
Ratio.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman kegelapan hingga zaman yang penuh
kemajuan pada berbagai aspek yang dapat kita rasakan saat ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi, doa serta
semangat. Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua, Ayahanda tercinta Syafruddin, SE dan Ibunda tersayang
Gustiati, SE, M.pd yang telah memberikan curahan kasih sayang yang tiada
hentinya serta selalu memotivasi untuk terus semangat dan maju sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya.
3. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah SE., MBA., selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta seluruh jajarannya.
4. Bapak Dr. Indo Yama selaku Dosen Pembimbing I, yang senantiasa
memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini hingga
selesai.
5. Ibu Aini Masruroh, SE., MM selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, khususnya Dosen-dosen manajemen, terima kasih atas ilmu dan
bimbingannya.
7. Kakak dan adik adikku yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah
serta memotivasi penulis untuk tetap maju.
x
8. Eva Ahsanti, SE yang selalu meluangkan waktu untuk menemani dan
berjuang, selalu memberikan pelajaran dan pengalaman yang sangat berarti
serta membuat penulis semakin termotivasi hingga skripsi ini terselesaikan
dengan baik.
Semoga dengan segala kebaikan dan bantuan dari semua pihak yang telah
diberikan kepada penulis akan mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari
Allah SWT. Amin
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat kekurangan, hal ini dikarenakan adanya keterbatas dari penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan pembaca serta penliti selanjutnya.
Jakarta, Mei 2017
Fathu Rezky Gustisyaf
9. Dan kepada semua teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah angkatan
2012 yang telah mendukung, dan mendo’akan dalam penyusunan ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJAN SKRIPSI .................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11
A. Landasan Teori ............................................................................................... 11
1. Definisi Bank ............................................................................................. 11
2. Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional .............................................. 12
3. Tingkat Kesehatan Bank ........................................................................... 16
4. Ketentuan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank .......................................... 20
a. Bank Konvensional .............................................................................. 20
b. Bank Syariah ........................................................................................ 21
5. Faktor-Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank .................................... 23
a. Faktor Permodalan (Capital) ................................................................ 23
b. Faktor Kualitas Aktiva (Asset Quality) ................................................ 25
xii
c. Faktor Manajemen (Management) ....................................................... 29
d. Faktor Rentabilitas (Earning) ............................................................... 30
e. Faktor Likuiditas (Liquidity) ................................................................ 34
f. Faktor Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)
.............................................................................................................. 37
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 38
C. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 45
D. Hipotesis ........................................................................................................ 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 49
A. Ruang Lingkup penelitian .............................................................................. 49
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................................. 50
1. Populasi ..................................................................................................... 50
2. Sampel ....................................................................................................... 50
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 51
D. Metode Analisis Data ..................................................................................... 52
1. Uji Normalitas ........................................................................................... 52
2. Uji Beda ..................................................................................................... 52
E. Definisi Operasional Variabel ........................................................................ 55
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 58
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 58
1. Lembaga Keuangan Bank ......................................................................... 58
2. Deskriptif Variabel Penelitian ................................................................... 59
a. Perkembangan CAR ............................................................................. 59
b. Perkembangan NPL .............................................................................. 60
c. Perkembangan BDR ............................................................................. 61
d. Perkembangan NPM ............................................................................. 62
e. Perkembangan ROA ............................................................................. 63
f. Perkembangan BOPO ........................................................................... 64
g. Perkembangan LDR ............................................................................. 65
h. Perkembangan LAR ............................................................................. 66
B. Analisis dan Pembahasan ............................................................................... 67
1. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ........................................................... 67
a. Faktor Permodalan (Capital) ................................................................ 67
b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality).................................................... 69
c. Faktor Manajemen (Management) ....................................................... 73
d. Faktor Rentabilitas (Earning) ............................................................... 75
e. Faktor Likuiditas (Liquidity) ................................................................ 79
xiii
2. Uji Normalitas .........................................................................................83
3. Uji t-Test Independent .............................................................................85
4. Interpretasi ...............................................................................................89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................93
A. Kesimpulan ..................................................................................................93
B. Implikasi dan Saran ......................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................97
LAMPIRAN .......................................................................................................101
xiv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Hal
1.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah Di Indonesia ...............3
2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional ..............................................14
2.2 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ...............................................................16
2.3 Predikat Kesehatan Bank ...........................................................................19
2.4 Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Umum Konvensional ........21
2.5 Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah ..................22
2.6 Kriteria Pengukuran Rasio CAR ................................................................25
2.7 Kriteria Pengukuran Rasio NPL/NPF ........................................................27
2.8 Kriteria Pengukuran Rasio BDR ................................................................28
2.9 Kriteria Pengukuran Rasio NPM ...............................................................30
2.10 Kriteria Pengukuran Rasio ROA ................................................................32
2.11 Kriteria Pengukuran Rasio BOPO .............................................................33
2.12 Kriteria Pengukuran Rasio LDR/FDR .......................................................37
2.13 Rangkuman Penelian Terdahulu ................................................................41
3.1 Daftar Sampel Penelitian Bank ..................................................................51
3.2 Operasional Variabel dan Pengukuran Skala .............................................57
4.1 Nilai Rata-Rata CAR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 .................68
4.2 Nilai Rata-Rata CAR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .......69
4.3 Nilai Rata-Rata NPF Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 ..................70
4.4 Nilai Rata-Rata NPL Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 ........71
4.5 Nilai Rata-Rata BDR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 .................72
4.6 Nilai Rata-Rata BDR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .......73
4.7 Nilai Rata-Rata NPM Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 .................74
xv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Hal
4.8 Nilai Rata-Rata NPM Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .......75
4.9 Nilai Rata-Rata ROA Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 .................76
4.10 Nilai Rata-Rata ROA Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .......77
4.11 Nilai Rata-Rata BOPO Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 ...............78
4.12 Nilai Rata-Rata BOPO Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .....79
4.13 Nilai Rata-Rata FDR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 ..................80
4.14 Nilai Rata-Rata LDR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .......81
4.15 Nilai Rata-Rata LAR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 .................82
4.16 Nilai Rata-Rata LAR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015 .......83
4.17 Uji Normalitas Untuk Uji Beda..................................................................84
4.18 Uji Normalitas Setelah Transformasi Data ................................................84
4.19 Hasil Uji Beda Bagian Pertama..................................................................85
4.20 Hasil Uji Beda Bagian Kedua ....................................................................87
4.21 Rangkuman Hasil Uji Beda ........................................................................89
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Hal
2.1 Bagan Kerangka Pemikiran..........................................................................46
4.1 Perkembangan CAR pada Perbankan Konvensional dan Syariah ...............59
4.2 Perkembangan NPL pada Perbankan Konvensional dan Syariah ................60
4.3 Perkembangan BDR pada Perbankan Konvensional dan Syariah ...............61
4.4 Perkembangan NPM pada Perbankan Konvensional dan Syariah ...............62
4.5 Perkembangan ROA pada Perbankan Konvensional dan Syariah ...............63
4.6 Perkembangan BOPO pada Perbankan Konvensional dan Syariah .............64
4.7 Perkembangan LDR pada Perbankan Konvensional dan Syariah ...............65
4.8 Perkembangan LAR pada Perbankan Konvensional dan Syariah ...............66
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia cukup pesat. Hal ini
terlihat dari data yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Pada tahun 2011
terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS) dan 24 Unit Usaha Syariah (UUS) dan
155 BPRS. Dengan semakin ketatnya persaingan antar bank syariah maupun
dengan bank konvensional, membuat bank syariah dituntut untuk memiliki
kinerja yang baik agar dapat bersaing pada perbankan nasional di Indonesia.
Perbankan mempunyai peranan strategis dalam kegiatan perekonomian.
Peran strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama perbankan
sebagai financial intermediary, yaitu sebagai suatu wahana yang dapat
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efesien.
Perbankan pada akhirnya akan memiliki peranan yang strategis untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, yakni dalam rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Dengan demikian, diperlukan berbagai terobosan baru di bidang perbankan
untuk menggerakkan roda perekonomian Nasional. Sedangkan Kondisi
kesehatan maupun kinerja bank dapat kita analisis melalui laporan keuangan.
Salah satu tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi
bagi para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan keputusan (Sabir, et
al, 2012: 80).
2
Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang
No.7 tahun 1992 tentang perbankan telah memberikan amanat kepada bank
indonesia untuk mengakomodasi pengaturan dan pengawasan perbankan
berdasarkan prinsip syariah. Keberadaan dual banking system atau sistem
perbankan ganda, yaitu perbankan berdasar konvensional dan syariah. Undang-
Undang tersebut memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk
membuka cabang syariah atau mungkin mengkonversi diri secara total bank
syariah (Nuryati dan Amethysa, 2010). Selain itu, pemerintah juga telah
mengeluarkan regulasi terbaru yang mengatur secara khusus mengenai
perbankan syariah melalui UU No. 21 tahun 2008, dengan adanya dukungan
dari pemerintah maka sejak 2007 secara kualitatif lembaga keuangan syariah
mengalami kemajuan yang sangat baik. (Pratikto dan Iis, 2011:109).
Eksistensi perbankan syariah di Indonesia semakin meningkat sejak
adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang
memberikan landasan operasi yang lebih jelas. Hal ini tampak dari
perkembangan kelembagaan perbankan syariah yang semakin meningkat sejak
dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Dimana pada tahun 1992, hanya ada satu Bank Umum Syariah yang beroperasi
di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia dan sembilan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah. Perkembangan kelembagaan bank syariah menunjukkan
bahwa dilakukannya amandemen UU No. 7 tahun 1992 menjadi UU No. 10
tahun 1998 direspon positif oleh pelaku industri perbankan dengan adanya
penambahan satu Bank Umum Syariah dan 1 Unit Usaha Syariah, serta 69
3
BPRS pada tahun 1999. Sehingga pada tahun 2010, jumlah Bank Umum
Syariah yang beroperasi menjadi 11, diikuti oleh 23 Unit Usaha Syariah, dan
150 BPRS (LPPS, 2010) Tabel dibawah ini menunjukkan perkembangan
kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia dari tahun 2011-2015
(www.ojk.go.id, 2015).
Tabel 1.1
Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah Di Indonesia
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
BUS 11 11 11 12 12
UUS 24 24 23 22 22
BPRS 155 158 163 163 161
Jaringan Kantor 2.101 2.663 2.990 2.910 2.881
Sumber:www.ojk.go.id (2015)
Dari tabel 1.1 diatas dapat disimpulkan bahwa sampai dengantahun 2015,
industri perbankan syariah sebanyak 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit
Usaha Syariah (UUS), dan 161 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS),
dengan total jaringan kantor mencapai 2.881 kantor yang tersebar hampir
diseluruh penjuru nusantara.
Perkembangan bank syariah tidak lepas dari kemampuannya yang dapat
bertahan disaat krisis moneter di tahun 1998. Menurut Muharam dan
Pusvitasari (2007:82), perbankan syariah tidak mengalami negative spread
seperti yang dialami oleh perbankan konvensional pada umumnya. Hal ini
dikarenakan kewajiban membayar bunga oleh bank kepada para nasabahnya
akan selalu melekat pada bank apapun kondisinya. Padahal di sisi lain,
pembayaran bunga oleh bank kepada nasabah merupakan beban bagi bank. Hal
4
ini berbeda dengan perbankan syariah pada waktu itu yang tidak memiliki
kewajiban membayar bunga kepada nasabahnya karena prinsip bagi hasil yang
diterapkannya tidak mengandung kewajiban seperti demikian, melainkan
keuntungan dan kerugian selalu dibagi dengan nasabahnya sesuai dengan
ketentuan nisbah yang telah disepakati bersama oleh kedua belah pihak. Sejak
saat itulah perbankan syariah muncul sebagai kekuatan baru dalam dunia
perbankan nasional karena kemampuannya, dan dapat memenuhi keinginan
masyarakat akan perbankan yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.
Perkembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam
kerangka dual banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa
perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara
bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara
sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian
nasional (Rosyadi dan Fauzan, 2011: 131). Maka dalam situasi seperti ini
lembaga perbankan harus meningkatkan kinerja untuk dapat bertahan serta
menciptakan sebuah lembaga perbankan yang baik, sehat, dan stabil. Dalam
perkembangan perbankan yang pesat ini maka bank harus lebih berhati-hati
dalam menjalankan fungsinya karena keadaan ekonomi yang suatu waktu bisa
mengalami perubahan (Vini, 2013)
Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh perbankan baik
konvensional maupun syariah agar dapat terus bertahan hidup adalah penilaian
5
tentang kesehatan bank. Hal ini tercantum di dalam Undang-Undang
Perbankan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut Bank Indonesia memberikan
petunjuk pelaksanaan berupa surat Edaran No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993
yang isinya mengatur tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank yang
dikenal dengan metode CAMEL (Boy & Sonny. 2007). Penilaian tingkat
kesehatan bank merupakan gambaran dari kinerja bank yang dipakai sebagai
tolak ukur bagi pihak yang berkepentingan dalam mengevaluasi pengelolaan
bank sejalan dengan prinsip operasional bank yang sehat dan hati-hati (Laksito
dan Sutapa, 2010).Penilaian tingkat kesehatan bank telah diatur pada Peraturan
Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum yang diperkuat dengan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang analisis terhadap faktor CAMEL”
(Karya Utama, 2012: 139).
Peraturan Bank Indonesia No.9/1/PBI/2007 yang menjelaskan metode
untuk mengukur kinerja bank syariah dalam penilaiannya menggunakan
pendekatan CAMELS (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity dan
Sensitivity Market Risk). Ini merupakan alat ukur resmi yang telah ditetapkan
oleh BI untuk menghitung kesehatan bank syariah di Indonesia.
Peraturan ini menyebutkan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank
dilakukan melalui penilaian kualitatif dan penilaian kuantitatif. Penilaian
secara kualitatif berkaitan dengan peniaian terhadap faktor-faktor yang
mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan
kepatuhan bank. Sedangkan penilaian secara kuantitatif didefinisikan sebagai
6
penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan
bank (Agung, 2012). Kedua pendekatan tersebut dilakukan dalam penilaian
tingkat kesehatan bank atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
suatu bank, seperti faktor permodalan (capital), kualitas aktiva (asset quality),
manajemen (management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (likuidity).
Permodalan (Capital) adalah faktor penting bagi bank dalam rangka
pengembangan usaha dan menampung kerugian. Menurut Rivai, et al
(2007:709) bahwa permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan
modal bank untuk mengcover eksposur saat ini dan mengantisipasi eksposur
risiko dimasa datang. Sedangkan kualitas aktiva (Asset Quality) merupakan
penilaian terhadap kondisi aset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit.
Penilaian aset harus sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia dengan
memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan
aktiva produktif.
Selain itu, faktor yang berpengaruh kinerja suatu bank diantaranya adalah
aspek manajemen. Menurut Ismail (2011: 120) bahwa aspek manajemen adalah
aspek untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip
manajemen bank yang sehat, terutama yang terkait dengan manajemen umum
dan manajemen risiko serta mencerminkan tingkat efektifitas yang dapat
dicapai oleh usaha operasional bank. Menurut Kasmir (2014: 327) rasio lain
yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai oleh bank yang bersangkutan disebut juga Rentabilitas (earning).
Aspek Rentabilitas (Earnings) merupakan ukuran kemampuan bank dalam
7
meningkatkan labanya. Kemudian Likuiditas (Likuidity) merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencarian dana
deposannya pada saat ditagih serta dapat menmcukupi permintaan kredit yang
telah diajukan.
Beberapa penelitian yang terkait dengan tingkat kesehatan pada bank
syariah dan bank konvensional yang telah dilakukan, diantaranya oleh Sabir, et
al, (2012) tentang perbedaan rasio kesehatan bank terhadap kinerja keuangan
bank syariah dan bank konvensional di Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan pada bank umum syariah CAR dan NPF tidak berpengaruh
terhadap ROA, BOPO berpengaruh negatif, NOM dan FDR berpengaruh
positif. Sedangkan pada bank konvensional CAR dan NIM berpengaruh positif
terhadap ROA, BOPO tidak berpengaruh, NPL dan LDR berpengaruh negatif.
Dan terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank syariah dengan bank
konvensional di Indonesia. Perbedaan pada penelitian ini adalah pada sampel
yang diambil, metode analisis, tahun penelitian dan variabel yang digunakan
yaitu berdasarkan metode CAMEL.
Majid, et al (2014), meneliti perbandingan kualitas manajaemen aset
bank konvensional dan syariah di Indonesia periode 2009-2011. Hasilnya
menunjukkan bahwa bank syariah memiliki tingkat kualitas manajemen aset
yang lebih baik dibandingkan bank konvensional. Bank syariah juga terbukti
memiliki tingkat kualitas yang lebih baik dalam mengelola risiko, terutama
risiko pembiayaan. Perbedaannya adalah dalam penelitian ini tidak hanya
8
menganalisis dan membandingkan kualitas manajemen aset, namn mencakup
seluruh aspek pada metode CAMEL.
Tunena, et al, (2015), juga menganalisis perbedaan tingkat kesehatan
bank dengan metode camel studi perbandingan pada BRI tbk & BTN tbk
periode 2010-2014. Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif CAMEL
yaitu CAR, NPL, NPM, ROA, BOPO, dan LDR. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan tersebut. Perbedaan
pada penelitian ini adalah sampel yang digunakan lebih banyak dan metode
analisis yang digunakan tidak hanyak analisis deskirptif, namun manggunakan
uji normalitas dan uji beda untuk membandingkan hasilya.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa kesehatan atau
kondisi keuangan bank merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan oleh perbankan baik konvensional maupun syariah dan tingginya
minat masyarakat untuk menempatkan dananya di bank syariah dikarenakan
produk dana perbankan syariah memiliki daya tarik bagi deposan mengingat
nisbah bagi hasil dan margin produk tersebut masih kompetitif dibanding
bunga pada bank konvensional. Maka peneliti tertarik untuk meneliti
perbedaan tingkat kesehatan bank syariah dan bank konvensional sehingga
penelitian ini diberi judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah Dan Bank Umum Konvensional Dengan Metode CAMEL Periode
2011-2015”.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dalam
penelitian ini masalah yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kesehatan bank umum syariah dengan menggunakan
metode CAMEL?
2. Bagaimana tingkat kesehatan bank umum konvensional dengan
menggunakan metode CAMEL?
3. Apakah terdapat perbedaan tingkat kesehatan bank umum syariah dan bank
umum konvensional dengan menggunakan metode CAMEL
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis tingkat kesehatan bank umum syariah dengan menggunakan
metode CAMEL.
2. Menganalisis tingkat kesehatan bank umum konvensional dengan
menggunakan metode CAMEL.
3. Menganalisis ada atau tidaknya perbedaan tingkat kesehatan bank umum
syariah dan bank umum konvensional dengan menggunakan metode
CAMEL.
Sedangkan manfaat penelitian ini, antara lain:
1. Bagi Pengelola Bank
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelola bank yaitu
agar Pengelola dapat lebih berhati-hati dalam mengelola bank dan
diharapkan dapat memberi masukan kepada lembaga perbankan dalam
10
menilai knerja keuangan bank. Selain itu, agar bank dapat mengembalikan
kepercayaan masyarakat sehingga mereka dapat tetap menyimpan dananya
di bank dan penelitian ini berguna sebagai dasar pengambilan keputusan
dalam pemberian kredit.
2. Bagi Nasabah
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Nasabah yaitu,dapat
dijadikan tolak ukur keberhasilan kinerja bank konvensional dan bank
syariah dalam menjalankan usahanya. Serta dapat dijadikan pilihan dalam
hal penitipan dana, pengelolaan dana, dan pembiayaan yang tepat
3. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman secara
akademis dan juga sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya
baik menggunakan metode penelitian yang sama ataupun menggunakan
metode penelitian yang berbeda.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi Bank
Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa
bank lainnya, sedangkan perngertian lembaga keuangan adalah setiap
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiataannya baik
hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya
menghimpun dan menyalurkan dana (kasmir, 2014: 12).
Pengertian bank menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 tahun
1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.
Dalam Rivai, et al. (2007:322) menurut Howard D. Crosse dan
George J. Hemple menyatakan bahwa bank adalah suatu organisasi yang
menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan untuk
melaksanakan fungsibank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat
dan untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik. Sementara itu menurut
F.E. Perry, bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan
12
dengan uang, menerima simpanan (deposito) dari nasabah, menyediakan
dana atas setiap penarikan, melakukan penagihan cek-cek atas perintah
nasabah, memberikan kredit, dan atau menambah kelebihan simpanan
tersebut sampai dibutuhkan untuk pembayaran kembali.
Dari bebarapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bank adalah
lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa bank lainnya dalam rangka meningkatkam taraf hidup
masyarakat.
2. Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah
bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah
juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional
dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi
SAW. Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya meninggalkan
riba, dengan adanya pengindaran bunga yang dianggap riba merupakan
salah satu tantangan yang dihadapi dunia Islam. Perbankan yang berbasis
syariah didirikan berdasarkan pada alasan filosofi yang terdapat dalam Al-
Quran surat Q.S Al-Baqarah (2);279 yaitu “….Allah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba” (Prasetyo, 2008).
Menurut PSAK 59 Bank Syariah adalah bank yang dalam
aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran
dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah
13
yaitu jual beli dan bagi hasil, sedangkan menurut Undang-Undang No. 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menyatakan bahwa Perbankan
Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan
Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Sedangkan Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada
pengertian bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun
1992 dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip
syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sedangkan menurut Kasmir Bank Konvensional adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti bahwa bank
ini dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
Bank konvensional menggunakan konsep biaya (cost concept) untuk
menghitung keuntungan. Artinya, bunga yang dijanjikan di muka kepada
nasabah penabung merupakan ongkos atau biaya yang harus dibayar oleh
bank. Transaksi pembukaan rekening, baik giro, tabungan maupun deposito
berdasarkan perjanjian titipan, namun prinsip titipan ini tidak sesuai dengan
aturan syariah, misalnya wadi’ah, karena dalam produk giro, tabungan
maupun deposito menjanjikan imbalan dengan tingkat bunga tetap terhadap
uang yang disetor.
14
Adapun perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional dapar
dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional
Parameter Bank Konvensional Bank Syariah
Landasan hukum UU Perbankan UU Perbankan dan
Landasan Syariah
Return Bunga, Komisi/fee
Bagi hasil, margin
pendapatan sewa,
komisi/fee
Hubungan dengan
nasabah Debitur-Kreditur
Kemitraan, investor-
investor, investor-
pengusaha
Fungsi dan kegiatan
Bank Mekanisme dan
Objek Usaha
Intermediasi, Jasa
Keuangan
Intermediasi, manager
investasi, investor, sosial,
jasa keuangan
Prinsip Dasar Operasi Tidak anti riba dan
anti maysir Anti riba dan anti maysir
Prioritas Pelayanan
Bebas nilai
(prinsip materialis)
Uang sebagai
komoditi
Bunga
Tidak bebas nilai
(prinsip syariah islam)
Uang sebagai alat tukar
dan bukan komoditi
Bagi hasil, jual beli,
sewa
Orientasi Kepentingan pribadi Kepentingan publik
Bentuk Usaha Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi
Islam, keuntungan
Evaluasi Nasabah Bank komersial
Bank komersial, bank
pembangunan, bank
universal atau multi-
purpose
Hubungan Nasabah
Kepastian
pengembalian pokok
dan bunga
(creditworthiness
dan collateral)
Lebih hati-hati karena
partisipasi dalam risiko
Sumber Likuiditas
Jangka Pendek
Terbatas debitur-
kreditur Erat sebagai mitra usaha
Pinjaman yang
diberikan
Pasar uang, Bank
Sentral Terbatas
15
Parameter Bank Konvensional Bank Syariah
Prinsip Usaha
Komersial dan
nonkomersial,
berorientasi laba
Komersial dan
nonkomersial,
berorientasi laba dan
nirlaba
Pengelolaan dana Aktiva ke Pasiva Pasiva ke Aktiva
Lembaga Penyelesai
Sengketa
Pengadilan,
Arbitrase
Pengadilan, Badan
Arbitrase Syariah
Nasional
Risiko Investasi
Risiko bank tidak
terkait langsung
dengan debitur,
risiko debitur tidak
terkait langsung
dengan bank
Kemungkinan
terjadi negative
spread
Dihadapi bersama
antara bank dan
nasabah dengan prinsip
keadilan dan kejujuran
Tidak mungkin terjadi
negative spread.
Monitoring
Pembiayaan
Terbatas pada
administrasi
Memungkinkan bank
ikut dalam manajemen
nasabah
Struktur Organisasi
pengawas Dewan Komisaris
Dewan Komisaris,
Dewan Pengawas
Syariah, Dewan Syariah
Nasional
Kriteria Peembiayaan Bankable
Halal atau Haram
Bankable
Halal
(sumber: Rivai, et al. 2007: 766)
Islam mendorong praktik bagi hasil serta mengharamkan riba,
keduanya sama-sama memberi keuntungan bagi pemilik dana, namun
keduanya memiliki perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan antara Bnga
dan Bagi hasil dapar dijelaskan pada tabel berikut ini:
16
Tabel 2.2
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil
Perbedaan bunga dibuat pada waktu
akad dengan asumsi usaha akan
selalu menghasilkan keuntungan.
Penentuan besarnya rasio/nisbah
bagi hasil disepakati pada waktu
akad dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi.
Besarnya persentase didasarkan
pada jumlah dana/modal yang
dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil
didasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh.
Bunga dapat mengambang/variabel,
dan besarnya naik turun sesuai
dengan naik turunnya bunga
patokan atau kondisi ekonomi.
Rasio bagi hasil tetap tidak
berubah selama akad masih
berlaku, kecuali diubah atas
kesepakatan bersama.
Pembayaran bungan tetap seperti
yang dijanjikan tanpa pertimbangan
apakah usaha yang dijalankan
peminjam untung atau rugi.
Bagi hasil bergantung pada
keuntungan usaha yang
dijalankan. Bila usaha merugi,
kerugian akan ditanggung
bersama.
Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun keuntungan
naik berlipat ganda.
Jumlah pembagian laba
meningkat sesuai dengan
peningkatan keuntungan.
Eksistensi bunga diragukan (kalau
tidak kecam) oleh semua agama.
Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil.
(sumber: Rivai, et al. 2007: 764)
3. Tingkat Kesehatan Bank
Kamir (2012:46) mengatakan bahwa kesehatan merupakan hal yang
paling penting di dalam berbagai bidang kehidupan, baik bagi manusia
maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan gairah kerja
dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya. Sama seperti halnya
manusia yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga harus
selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para
nasabahnya. Bank yang tidak sehat, bukan hanya membahayakan dirinya
sendiri, akan tetapi pihak lain. Penilaian kesehatan bank sangat penting
17
disebabkan karena bank mengelola dana masyarakat yang dipercayakan
kepada bank.
Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan
peraturan perbankan yang berlaku (Arif & Rahmawati, 2015: 221). Bank
harus dapat melakukan kegiatan usaha antara lain:
1) Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain
dan modal sendiri.
2) Kemampuan mengelola data.
3) Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.
4) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,
pemilik modal, dan pihak lain.
5) Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Tingkat kesehatan bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam
melakukan evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi bank
serta menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau
permasalahan bank, baik corrective action oleh bank maupun supervisory
action oleh Otoritas Jasa Keuangan. Kesehatan bank yang merupakan
cerminan kondisi dan kinerja bank merupakan sarana bagi otoritas
pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank.
Bank indonesia dalam menilai tingkat kesehatan suatu bank pada
dasarnya menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang
18
berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian
tingkat kesehatan bank tersebut kemudian dikenal dengan metode
CAMELS, untuk saat ini yang diberlakukan di Indonesia). CAMELS
merupakan aspek yang banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan
bank, yang memengaruhi pula kesehatan bank (Rivai, et al, 2007:616).
Tatacara penilaian kesehatan bank ini secara umum telah mengalami
perubahan sejak peraturan pertama kali diberlakunya pada tahun 1999 yaitu
CAMEL lalu peraturan tersebut dirubah pada tahun 2004 yaitu CAMELS.
Struktur atau kompenen penilaian CAMELS tertuang dalam Peraturan
Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 april 2004 serta ketentuan
pelaksanaannya sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal
31 MEI 2004. Arif & Rahmawati (2015: 221) mengatakan bahwa semua
komponen terlihat lebih mengarah pada ukuran kinerja perusahaan secara
internal, mulai dari permodalan (capital), kualitas aktiva (Asset Qaulity),
manajemen (Management), Rentabilitas (Earning), likuiditas (Liquidity),
dan sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk). Jika
dibandingkan sistem penilaian kesehatan sebelumnya yaotu dengan metode
CAMEL (tanpa faktor S yaitu Sensitivity to Market Risk), sistem yang
berlaku sekarang memang lebih komprehensif, atau bisa diartikan lebih
banyak komponen atau rasio-rasio yang dinilainya.
Menurut Kasmir (2014: 303) penilaian kesehatan bank di samping
dilakukan untuk bank konvensional juga dilakukan untuk bank syariah, baik
untuk bank umum bank syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat. Hal ini
19
dilakukan sesuai perkembangan metodologi penilaian kondisi bank yang
bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali sistem peilain tingkat
kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah. Tujuannya adalah agar dapat
memberi gambaran yang lebih tepat mengenai kondisi saat ini dan
mendatang.
Mengenai penilaian kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah ialah
sesuai dengan PBI No.9/1/PBI/2007 tanggal 24 Januari 2007 sebagaimana
diatur lebih teknis dalam Surat Edaran No.9/24/DPBS tanggal 30 Oktober
2007 dinyatakan bahwa bank wajib melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah dalam rangka menjaga
atau meningkatkan kesehatan bank (Arif & Rahmawati, 2015: 223).
Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi.
Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam
kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat. Bagi bank
sehat agar tetap mempertahankan kesehatannya, sedangkan bank yang sakit
untuk segera mengobati penyakitnya (Kasmir, 2012: 46). Adapun peringkat
kesehatan bank digolongkan sebagai berikut:
Tabel 2.3
Predikat Kesehatan Bank
Nilai Kredit Predikat
81 – 100 Sehat
66 – 80 Cukup Sehat
51 – 67 Kurang Sehat
0 < 51 Tidak Sehat
Sumber : Kasmir, 2014
20
4. Ketentuan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
a. Bank Umum Konvensional
Bank wajib memelihara dan/atau meningkatkan Tingkat Kesehatan
Bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko
dalam melaksanakan kegiatan usaha. Bank wajib melakukan penilaian
tingkat kesehatan dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based
Bank Rating) baik secara individual maupun secara konsolidasi. Bank
wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas TKS bank
paling kurang setiap semester untuk posisi akhir bulan Juni dan
Desember. Bank wajib melakukan pengkinian self assesment Tingkat
Kesehatan Bank sewaktu-waktu apabila diperlukan (Booklet Perbankan
Indonesia, 2014).
Dalam rangka pengawasan Bank, apabila terdapat perbedaan hasil
penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang dilakukan oleh BI dengan hasil
self assesment penilaian Tingkat Kesehatan Bank maka yang berlaku
adalah hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang dilakukan oleh BI.
Faktor-Faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank meliputi:
1) Profil risiko (risk profile)
2) Good Corporate Governance (GCG)
3) Rentabilitas (earnings)
4) Permodalan (capital)
Peringkat Komposit (PK) TKS bank ditetapkan berdasarkan
analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap peringkat setiap
21
faktor dengan memperhatikan materialitas dan signifikansi masing-
masing faktor, serta mempertimbangkan kemampuan bank dalam
menghadapi perubahan kondisi eksternal yang signifikan. Kategori PK
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4
Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Umum Konvensional
PK Kriteria
PK-1 Kondisi bank secara umum sangat sehat sehingga dinilai
sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan
dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
PK-2 Kondisi bank secara umum sehat sehingga dinilai mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan
kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
PK-3 Kondisi bank secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup
mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
PK-4 Kondisi bank secara umum kurang sehat sehingga dinilai
kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan
dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
PK-5 Kondisi bank secara umum tidak sehat sehingga dinilai kurang
mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
Sumber: (Booklet Perbankan Indonesia, 2014)
b. Bank Umum Syariah
Penilaian tingkat kesehatan BUS mencakup penilaian terhadap
faktor-faktor sebagai berikut permodalan, kualitas aset, manajemen,
rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar,
1) Penilaian peringkat komponen atau rasio keuangan pembentuk faktor
permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas
terhadap risiko pasar dihitung secara kuantitatif.
22
2) Penilaian peringkat komponen pembentuk faktor manajemen
dilakukan melalui analisis dengan mempertimbangkan indikator
pendukung dan unsur judgement.
3) Berdasarkan hasil penilaian peringkat faktor finansial dan penilaian
peringkat factor manajemen, PK yang ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 2.5
Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah
PK Kriteria
PK-1 Mencerminkan bahwa bank atau UUS tergolong sangat baik
dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian
dan industri keuangan.
PK-2 Mencerminkan bahwa bank atau UUS tergolong baik dan
mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan
industri keuangan, namum bank dan UUS masih memiliki
kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh
tindakan rutin.
PK-3 Mencerminkan bahwa bank atau UUS tergolong cukup baik,
namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan
peringkat komposit memburuk apabila bank dan UUS tidak
segera melakukan tindakan kerektif.
PK-4 Mencerminkan bahwa bank atau UUS tergolong kurang baik
dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian
dan industri keuangan atau bank dan UUS memiliki
kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi
beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak
dilakukan tindakan yang efektif berpotensi mengalami
kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha.
PK-5 Mencerminkan bahwa bank atau UUS tergolong sangat
sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian,
industri keuangan, dan mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usaha.
Sumber: (Booklet Perbankan Indonesia, 2014)
5. Faktor-Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Untuk menganilisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank umum
di Indonesia dapat menggunakan beberapa metode, salah satu metodenya
23
ialah dengan metode atau cara penilaian tingkat kesehatan bank yang
dikenal dengan metode CAMELS. Metode CAMELS diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor
9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah (Arif & Rahmawati, 2015: 244). Penilaian
tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mencakup
penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari:
a. Faktor Permodalan (Capital)
Faktor Permodalan (Capital), Modal secara umum adalah sejumlah
dana yang ditanamkan kedalam suatu perusahaan oleh para pemiliknya
untuk pembentukan suatu badan usaha dan menghendaki agar uang yang
ditanamkannya memberikan hasil. Sedangkan modal bank adalah dana
yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha
yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping
untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter, (Taswan
dalam Fitri Ruwaida, 2011:10). Penilaian terhadap faktor permodalan
(Capital) dalam penelittian ini menggunakan indikator, yaitu sebagai
berikut:
1). Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung aktiva risiko
(kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
24
dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari
sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-
lain. Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya
finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha
dan mengatisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran
kredit (Wardiantika& Rohmawati, 2014: 1552).
Kasmir (2012: 48) mengatakan dalam aspek ini yang dinilai adalah
aspek permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada
kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penelitian tersebut
didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy ratio) yang telah diterapkan
BI. Perbandingan rasio CAR adalah asio modal terhadap Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (AMTR). Sesuai ketetntuan yang telah
diterpkan pemerintah, maka CAR perbankan untuk tahun 2002 minimal
harus 8%. Bagi bank yang memiliki CAR dibawah 8% harus segera
memperoleh perhatian dan penanganan yang serius untuk segea
diperbaiki. Penambahan CAR untuk mencapai seperti yang diterapkan
memerlukan waktu, sehingga pemerintah pun memberikan waktu yang
sesuai dengan ketentuan. Apabila sampai waktu yang telah ditentukan,
target CAR tidak tercapai, maka bank yang bersangkutan akan dikenakan
sangsi.
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi
25
nilai CAR menunjukkan semakin sehat bank tersebut. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 13/24/DPNP/2011):
Adapun penilaian rasio Capital Adequacy Ratio (CAR)
berdasarkan peraturan Bank Indonesia antara lain:
Tabel 2.6
Kriteria Pengukuran Rasio CAR
Kriteria Peringkat Nilai
CAR ≥ 12% 1 Sangat Sehat
9% ≤ CAR < 12% 2 Sehat
8% ≤ CAR < 9% 3 Cukup Sehat
6% ≤ CAR < 8% 4 Kurang Sehat
CAR < 6% 5 Tidak Sehat
Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012
b. Faktor Kualitas Aktiva (Asset Quality)
Faktor Kualitas Aset (Asset Quality) yaitu untuk menilai jenis-jenis
aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan
Peraturan oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva
produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio
penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif
diklasifikasikan. (Yanti & Susila. 2014)
Kasmir (2012: 48) mengatakan dalam aspek ini upaya yang
dilakukan adalah untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank.
Penilaian aset harus sesuai dengan Peraturan oleh Bank Indonesia dengan
𝐶𝐴𝑅 =𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑥 100%
26
membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap
aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva
produktif terhadap aktiva produktif di klasifikasikan. Penilaian terhadap
faktor kualitias Aktiva (Asset Quality) dalam penelittian ini
menggunakan dua indikator, yaitu sebagai berikut:
1) Non Performing Loan (NPL) / Non Performing Financing (NPF)
NPL merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset
bank. NPL yang digunakan adalah NPL neto yaitu NPL yang telah
disesuaikan. Kuncoro (dalam Mulyaningrum, 2008) mengatakan
penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset
Bank dan kecukupan manajemen risiko kredit.
Menurut Riyadi & Yulianto (2014:469) Non Performing
Financing (NPF) Merupakan pembiayaan macet, ini sangat
berpengaruh terhadap laba bank syariah NPF erat kaitannya dengan
pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah kepada nasabahnya.
Apabila NPF menunjukan nilai yang rendah diharapkan pendapatan
akan meningkat sehingga laba yang dihasilkan juga akan meningkat,
namun sebaliknya apabila nilai NPF tinggi maka pendapatan akan
menurun sehingga laba yang didapat akan turun.
Bank sangat memperhatikan risiko ini, mengingat sebagian
besar bank melakukan pemberian kredit sebagai bisnis utamanya. Saat
ini, sejarah menunjukan bahwa risiko kredit merupakan kontributor
utama yang menyebabkan kondisi bank memburuk, karena nilai
27
kerugian yang ditimbulkannya sangat besar sehingga mengurangi
modal bank secara cepat. Indikator yang menunjukan kerugian akibat
risiko kredit adalah tercermin dari besarnya Non Performing
Financing (NPF) (Tabrizi, 2014:24). Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut (SE BI No. 13/24/DPNP/2011):
Adapun besaran rasio Non Performing Loan (NPL) / Non
Performing Financing (NPF) berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
antara lain:
Tabel 2.7
Kriteria Pengukuran Rasio NPL/NPF
Kriteria Peringkat Nilai
NPL ≤ 2% 1 Sangat Sehat
2% < NPL ≤ 5% 2 Sehat
5% < NPL ≤ 8% 3 Cukup Sehat
8% < NPL ≤ 11% 4 Kurang Sehat
NPL > 11% 5 Tidak Sehat
Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012
2) Bad Debt Ratio (BDR)
Bad Debt Ratio (BDR) atau aktiva produktif diklasifikasikan
adalah seluruh aset yang dimiliki oleh bank yang mengalami masalah
karena sesuatu yang menyebabkan masalah pada arus kas dari bisnis
debitur dan membuat debitur sulit untuk membayar cicilan ke bank.
𝑁𝑃𝐿 =𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑥 100%
𝑁𝑃𝐹 =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑥 100%
28
Menurut Rivai, et al (2007:714) Aktiva produktif yang
diklasifikasikan ialah semua aktiva yang dimiliki oleh bank yang
karena suatu sebab terjadi gangguan sehingga usaha debitur
mengalami kesulirtan dalam cash flow yang dapat mengakibatkan
kesulitan membayar bunga dan bahkan angguran utang pokoknya.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 13/24/DPNP/2011):
Adapun besaran rasio Bad Debt Ratio (BDR) berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia antara lain:
Tabel 2.8
Kriteria Pengukuran Rasio BDR
Kriteria Peringkat Nilai
BDR ≤ 2% 1 Sangat Sehat
2% < BDR ≤ 3% 2 Sehat
3% < BDR ≤ 6% 3 Cukup Sehat
6% < BDR ≤ 9% 4 Kurang Sehat
BDR > 9% 5 Tidak Sehat
Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012
c. Faktor Manaajemen (Management)
Yanti & Susila (2014), mengatakan aspek kualitas manajemen,
mencerminkan tingkat efektifitas yang dapat dicapai oleh usaha
operasional bank. Manajemen bertujuan untuk memastikan kualitas dan
tingkat kedalaman penerapan prinsip manajamen bank yang sehat,
terutama yang terkait dengan manajemen umum dan manjemen risiko.
(Rivai, et al, 2007:715)
𝐵𝐷𝑅 =𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑙𝑎𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%
29
Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam
bekerja. Di samping itu, kualitas manajemen juga dilihat dari segi
pendidikan dan pengalaman dari karyawan dalam manangani berbagai
kasus-kasus yang terjadi (Kasmir, 2012: 48). Penilaian terhadap faktor
manajemen (Management) dalam penelittian ini menggunakan indikator,
yaitu sebagai berikut:
1). Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin adalah rasio yang mengganbarkan tingkat
keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan
yang diterima dan kegiatan opersioanal (Dendawijaya, 2009: 120)
Tunena, et al, (2015: 1352) mengatakan rasio ini menggambarkan
kegiatan bank sehari-hari juga harus dinilai kualitas manajemennya. Hal
ini dilakukan dengan alasan untuk menjaga stabilitas seluruh kegiatan
manajemen bank yang mencakup manajemen umum dan manajemen
resiko pada akhirnya akan mempengaruhi pada perolehan laba pada bank
tersebut. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.
13/24/DPNP/2011):
Adapun penilaian rasio Net Profit Margin (NPM) berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia antara lain:
𝑁𝑃𝑀 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100%
30
Tabel 2.9
Kriteria Pengukuran Rasio NPM
Kriteria Peringkat Nilai
NPM ≥ 100% 1 Sangat Sehat
81% ≤ NPM < 100% 2 Sehat
66% ≤ NPM < 81% 3 Cukup Sehat
51% ≤ NPM < 66% 4 Kurang Sehat
NPM < 51% 5 Tidak Sehat
Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012
d. Faktor Rentabilitas (Earning)
Penilaian rentabilitas merupakan penilaian terhadap kondisi dan
kemapuan rentabilitas bank untuk mendukung kegiatan operasionalnya
dan permodalan. Rentabilitas adalah hasil perolehan dari investasi
(penanaman modal0 yang dikarenakan yang dikatakan dengan persantase
dari besarnya investasi (Rivai, et al, 2007: 720)
Menurut Kasmir (2012: 49) rentabilitas (Earning) merupakan aspek
yang diguankan untuk mengatur kemapuan bank dalam meningkatkan
keuntungan. Kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode. Kegunaan
aspek ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas
yang dicapai bank yang bersangkutan bank yang sehat adalh bank yang
diukur secara rentabilitas secara meningkat di atas standar yang telah
diterapkan.
Dendawijaya (2009: 116) mengatakan analisis rasio rentabilitas
bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.
31
Penilaian terhadap faktor rentabilitas (Earning) dalam penelittian ini
menggunakan dua indikator, yaitu sebagai berikut:
1) Return On Assets (ROA)
Menurut Dendawijaya (2009: 118) rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin beasar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pada posisi bank tersebut dan segi
penggunaan aset. Perlu diketahui, bahwa dalam penentuan tingkat
kesehatan suatu bank , Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian
besarnya return on asset (ROA) dan tidak memasukkan unsur return
on equity (ROA). Hal ni dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina
dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas
suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar
berasal dari dana simpanan masyrakat.
Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat
perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara
perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis,
laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam
sistem CAMEL, laba yang diperlukan adalah laba sebelum pajak.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 13/24/DPNP/2011):
32
Adapun penilaian rasio ROA berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia, antara lain:
Tabel 2.10
Kriteria Pengukuran Rasio ROA
Kriteria Peringkat Nilai
ROA > 1,5% 1 Sangat Sehat
1,25% < ROA ≤ 1,5% 2 Sehat
0,5% < ROA ≤ 1,25% 3 Cukup Sehat
0% < ROA ≤ 0,5% 4 Kurang Sehat
ROA ≤ 0% 5 Tidak Sehat
Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012
2) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasioanl (BOPO)
Rasio ini adalah perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasional. Biaya
operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka
menjalankan aktivitas usaha utamanya seperti biaya bunga, biaya
pemasaran, biaya tenaga kerja dan biaya operasi lainnya Sedangkan
pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu
pendapatan yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit
dan pendapatan operasi lainnya (Prasnanugraha, 2007).
Semakin rendah tingkat BOPO berarti semakin baik kinerja
manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan
sumber daya yang ada di perusahaan. Jika angka rasio BOPO
menunjukan angka diatas 90% dan mendekati 100% ini berarti bahwa
𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑥 100%
33
kinerja bank tersebut menunjukan tingkat efisiensi yang sangat
rendah. Tetapi jika rasio ini rendah, misalnya mendekati 75% ini
berarti kinerja bank bersangkutan menunjukan tingkat efisiensi yang
tinggi. (Slamet Riyadi, 2006:159). Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut (SE BI No. 13/24/DPNP/2011):
Adapun penilaian rasio BOPO berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia, antara lain:
Tabel 2.11
Kriteria Pengukuran Rasio BOPO
Kriteria Peringkat Nilai
BOPO ≤ 94% 1 Sangat Sehat
94% < BOPO ≤ 95% 2 Sehat
95% < BOPO ≤ 96% 3 Cukup Sehat
96% < BOPO ≤ 97% 4 Kurang Sehat
BOPO > 97% 5 Tidak Sehat
Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012
e. Faktor Likuiditas (Liquidity)
Rivai, et al (2007:715) menyatakan bahwa likuiditas untuk
memastiakn dilaksanakannya manajemen aset dan kewajiban dalam
menentukan dan menyediakan likuiditas yang cukup. Penilaian likuiditas
merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara dan
memenuhi kebutuhan likuiditas yang memadai dan kecukupan
manajemen risiko likuiditas..
𝐵𝑂𝑃𝑂 =𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100%
34
Suatu bank yang likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu
membayar semua utangnya terutama utang-utang jangka pendek. Dalam
hal ini yang dimaksud dengan utang-utang pendek yang ada di bank
antara lain adalah simpanan masyarakat seperti simpanan tabungan, giro,
dan deposito. Dikatakan likuit jika pada saat ditagih bank mampu
membayar. Kemudian bank juga harus dapat pula memnuhi semua
permohonan kredit yang layak dibiayai (Kasmir (2012: 49-50). Penilaian
terhadap faktor likuiditas (Liquidity) dalam penelittian ini menggunakan
dua indikator, yaitu sebagai berikut:
1) Loan to Deposito Ratio (LDR) / Financing to Deposit Ratio (FDR)
Perbankan syariah yang dalam aktivitasnya menggunakan
prinsip-prinsip syariah tidak mengenal istilah kredit (loan) dalam
fungsinya sebagai penyalur dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu,
aktivitas penyaluran dana yang dilakukan bank syariah lebih
mengarah kepada pembiayaan (financing).
Loan to Deposit Ratio (LDR) /Financing to Deposit Ratio
(FDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit atau
pembiayaan yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana
dari berbagai sumber. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tanggal
29 Mei 1993, dana yang dihimpun bank dalam penerapan rasio
tersebut adalah dana masyarakat/dana pihak ketiga dan modal inti
bank (Dendawijaya, 2009: 59).
35
Menurut Kasmir (2014: 318) bahwa Loan to Deposito Ratio
(LDR) merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit
yang diberikan dibandingkan dengan jumlah data masyarakat dan
modal sendiri yang digunakan. Loan to Deposito Ratio tesebut
merupakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana ynag dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang duberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain,
seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat
mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan
deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan
oleh bank untuk memberikan kredit (Dendawijaya, 2009: 116)
Dendawijaya (2009: 116) mengatakan semakin tinggi rasio
tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan.hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Bank Indonesia menetapkan ketentuan bahwa untuk rasio LDR
sebesar 110% atau lebih diberi nelai kredit 0, artinya likuiditas bank
tersebut dinilai tidak sehat. sedangkan untuk raso LDR dibawah 110%
diberi nilai kredit 100, asrtinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP
tanggal 29 Mei 1993, besarnya Financing to Deposit Ratio ditetapkan
oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110%, yang berarti bank
36
boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana
pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110%.
Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan
dari suatu bank. Sedangkan praktisi perbankan menyepakati bahwa
batas aman dari Loan to Deposito Ratio suatu bank adalah sekitar
80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 86 % dan 100%..Rasio
ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 13/24/DPNP/2011):
Adapun penilaian rasio LDR/FDR berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia, antara lain:
Tabel 2.12
Kriteria Pengukuran Rasio LDR/FDR
Kriteria Peringkat Nilai
LDR ≤ 75% 1 Sangat Sehat
75% < LDR ≤ 85% 2 Sehat
85% < LDR ≤ 100% 3 Cukup Sehat
100% < LDR ≤ 120% 4 Kurang Sehat
LDR > 120% 5 Tidak Sehat
Sumber : Kodifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tahun 2012.
𝐿𝐷𝑅 =𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑥 100%
𝐹𝐷𝑅 =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑥 100%
37
2) Loan to Asset Ratio (LAR)
`Rasio ini untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang
menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit
dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank (Rivai, et al, 2007:
724). Dengan kata lain LAR merupakan perbandingan antar besarnya
kredit yang diberikan bank dengan besarnya total aset yang dimiliki
bank.
Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil
karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya
menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2009: 117). Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut
f. Faktor Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)
Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar merupakan penilaian
terhadap kemampuan modal bank untuk mengcover akibat yang
ditimbulkan oleh perubahan risiko pasar dan kecukupan manajemen
risiko paasar. Risko pasar merpakan risiko yang timbul karena adanya
pergerakan varibael pasar dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang
dapat merugikan bank (adverse movement) (Rivai, et al, 2007:725 &
812).
𝐿𝐴𝑅 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑠𝑒𝑡
⬚
𝑥 100%
38
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang mengkaji analisis tingkat kesehatan bank
antara bank syariah dan bank konvensional telah banyak diteliti dari berbagai
pandangan diberbagai sektor. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
Youssef Latif, Abbas, Akram, et al. (2016) meneliti perbandingan kinerja
antara perbankan syariah dan konvensional di Pakistan periode 2006 – 2010.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perbankan syariah memiliki
risiko lebih kecil dan lebih efisien dibandingkan dengan bank konvensional.
Namun tidak ada perbedaan yang signifikan pada rasio profitabilitas dari
keduanya.
Ibrahim Mukdad (2015) dalam penelitiannya tentang perbandingan
kinerja keuangan antara perbankan konvensional dan syariah di United Arab
Emirates selama tahun 2002 – 2006. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa perbankan syariah memiliki rasio likuiditas, profitabilitas, kapasitas
manajemen dan struktur modal yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perbankan kovensional.
Handayati (2015) menganalisis perbandingan kinerja keuangan dengan
membandingkan tingkat kesehatan antara bank syari'ah dan bank konvensional
di Indonesia periode 2012-2014. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan signifikan antar bank syariah dan bank konvensional. CAR BDR
dan ROA bank syariah tingkat siginifikannya lebih rendah dibandingkan
dengan bank konvensional. Sedangkan ROE, BOPO, dan LDR bank syariah
tingkat signifikannya lebih tinggi dibandingkan bank konvensional.
39
Tunena, et al, (2015), menganalisis perbedaan tingkat kesehatan bank
dengan metode camel studi perbandingan pada BRI tbk & BTN tbk periode
2010-2014. Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif CAMEL yaitu
CAR, NPL, NPM, ROA, BOPO, danLDR. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan tersebut.
Majid, et al, (2014), meneliti perbandingan kualitas manajaemen aset
bank konvensional dan syariah di Indonesia selama periode 2009-2011.
Peneltian ini menemukan bahwa Bank Syariah BRI adalah bank dengan tingkat
kualitas manajemen aset tertinggi dengan skor CAMEL tertinggi 50,33,
sedangkan Bank Mandiri Indonesia adalah bank dengan tingkat kualitas
manajemen aset terendah dengan skor CAMEL terendah 26,33. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa bank syariah memiliki tingkat kualitas
manajemen aset yang lebih baik dibandingkan bank konvensional. Bank
syariah juga terbukti memiliki tingkat kualitas yang lebih baik dalam
mengelola risiko, terutama risiko pembiayaan.
Siraj dan Sudarsanan Pillai (2012) melakukan penelitian tentang studi
perbandingan kinerja perbankan syariah dan konvensional di GCC region
tahun 2005 – 2010. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa bank
syariah memiliki jumlah ekuitas yang lebih besar dibandingkan dengan bank
konvensional. Selama periode penelitian bank konvensional mampu
meningkatkan pendapatannya namun tidak dapat meningkatkan
profitabilitasnya terhadap kegagalan pembayaran kredit atau kredit macet.
40
Penelitian perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dan
konvensional juga diteliti oleh Jahja & Iqbal (2012) pada tahun 2005-2009
dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE,
BOPO dan LDR menunjukkan bahwa rata-rata rasio keuangan perbankan
syariah (ROA, ROE dan LDR) lebih baik secara signifikan dibandingkan
dengan perbankan konvensionl. Secara keseluruhan penilaian kinerja bank
syariah masih berada di atas atau lebih baik dibandingkan dengan bank
konvensional.
Sabir, et al, (2012) yang meneliti pengaruh dan menganalisis perbedaan
rasio kesehatan bank terhadap kinerja keuangan bank umum syariah dan bank
konvensional di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bank
umum syariah CAR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA,
BOPO berpengaruh negatif, NOM dan FDR berpengaruh positif. Sedangkan
pada bank konvensional CAR dan NIM berpengaruh positif terhadap ROA,
BOPO tidak berpengaruh, NPL dan LDR berpengaruh negatif. Dan terdapat
perbedaan kinerja keuangan antara bank umum syariah dengan bank
konvensional di Indonesia.
Hasil dari penjelasan penelitian terdahulu di atas, dapat dilihat secara
ringkas pada table 2.2 sebagai berikut:
41
Tabel 2.13
Rangkuman Penelian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul
peneltian
Variabel
Penelitian Perbedaan Hasil Penelitian
1.
Youssef
Latif,
Abbas,
Akram, et
al. (2016)
Study of
Performance
Comparison
between
Islamic and
Conventional
Banking in
Pakistan
ROA,
ROE,
PER,
LDR,
LAR,
CPID,
DER,
DTAR,
EM, IER,
AU dan
Operating
Efficiency.
Variabel dan
alat ukur yang
digunakan
lebih banyak,
namun dalam
penelitian ini
menambahkan
rasio
manajemen
dan
pengelolaan
aset.
Perbankan
syariah memiliki
risiko lebih kecil
dan lebih efisien
dibandingkan
dengan bank
konvensional.
Namun tidak
ada perbedaan
yang signifikan
pada rasio
profitabilitas
dari keduanya.
2.
Ibrahim
Mukdad
(2015)
A
Comparative
Study of
Financial
Performance
between
Conventional
and Islamic
Banking in
United Arab
Emirates
CDTA,
Customers
Deposits
to Total
Asset,
SETA,
ROI,
ROE,
ROA,
BOPO,
ITA,
TLTA,
TLTE MV
dan PER
Alat ukur yang
digunakan
hampir
seluruhnya
berbeda,
namun dalam
pengambuilan
rasio keungan
hanya berbeda
pada struktur
modal.
Hasil penelitian
tersebut
menunjukkan
bahwa
perbankan
syariah memiliki
rasio likuiditas,
profitabilitas,
kapasitas
manajemen dan
struktur modal
yang lebih tinggi
dibandingkan
dengan
perbankan
kovensional.
3. Handayati
(2015)
Analysis
Comparative
Of Financial
Performance
Of Syari’ah
And
Conventional
Banking In
Indonesia
CAR,
BDR,
ROA,
ROE,
BOPO,
dan LDR
Peneltian ini
tidak
menggunakan
penilaian ROE,
namun
menambahkan
penilaian
diantara lain:
NPL/NPF,
NPM, LAR,
Hasil penelitian
menunjukkan
terdapat
perbedaan
signifikan antar
bank syariah dan
bank
konvensional.
CAR BDR dan
ROA bank
42
No Peneliti
(Tahun)
Judul
peneltian
Variabel
Penelitian Perbedaan Hasil Penelitian
syariah tingkat
siginifikannya
lebih rendah
dibandingkan
dengan bank
konvensional.
Sedangkan
ROE, BOPO,
dan LDR bank
syariah tingkat
signifikannya
lebih tinggi
dibandingkan
bank
konvensional.
4. Tunena, et
al, (2015)
Analisis
Tingkat
Kesehatan
Bank Dengan
Metode
Camel Studi
Perbandingan
Pada BRI
Tbk & BTN
Tbk Periode
2010-2014.
CAR,
NPL,
NPM,
ROA,
BOPO,
LDR
Peneltian ini
menambahkan
penilaian
diantara lain:
BDR, LAR
Terdapat
perbedaan yang
signifikan
kinerja
keuangan antara
Bank BRI &
Bank BTN,
dimana BRI
lebih sehat dari
BTN dalam
penilaian rasio-
rasio CAMEL
5. Majid, et
al, (2014)
A
Comparative
Analysis of
the Quality of
Islamic and
Conventional
Banks’ Asset
Management
in Indonesia
Variable
dependen:
CAR,
NPL,
NPM,
NIM,
OCOI,
LDR
Variabel
independe
n: ROA,
TLTA,
OITL
Peneltian ini
menambahkan
penilaian
diantara lain:
BDR, NPM,
LAR. Namun
tidak
menggunakan
penilaian NIM,
OITL, dan
TLTA
Peneltian ini
menemukan
bahwa Bank
Syariah BRI
adalah bank
dengan tingkat
kualitas
manajemen aset
tertinggi dengan
skor CAMEL
tertinggi 50,33,
sedangkan Bank
Mandiri
Indonesia adalah
bank dengan
tingkat kualitas
manajemen aset
43
No Peneliti
(Tahun)
Judul
peneltian
Variabel
Penelitian Perbedaan Hasil Penelitian
terendah dengan
skor CAMEL
26,33
6.
Siraj dan
Sudarsana
n Pillai
(2012)
Comparative
Study on
Performance
of Islamic
Banks and
Conventional
Banks in
GCC region
OER,
NPR,
ROCA,
ROA,
ROE,
EOA,
operating
expense,
profit,
assets,
operating
income,
deposits
and total
equity
Terdapat
perbedaan
sampel dan
variabel yang
digunakan
antara lain
OER, ROCA,
EOA.
Bank syariah
memiliki jumlah
ekuitas yang
lebih besar
dibandingkan
dengan bank
konvensional.
Selama periode
penelitian bank
konvensional
mampu
meningkatkan
pendapatannya
namun tidak
dapat
meningkatkan
profitabilitasnya
terhadap
kegagalan
pembayaran
kredit atau
kredit macet.
7.
Sabir, et
al,
(2012)
Pengaruh
Rasio
Kesehatan
Bank
Terhadap
Kinerja
Keuangan
Bank Umum
Syariah Dan
Bank
Konvensional
Di Indonesia
Variabel
independe
n: CAR,
BOPO,
NOM,
NPF,
FDR,
NIM, NPL
dan LDR
Variabel
dependen:
ROA
Peneltian ini
menambahka
n penilaian
diantara lain:
NPL/NPF,
BDR, NPM,
LAR, Namun
tidak
menggunakan
penilaian
NOM/NIM
CAR dan NPF
tidak signifikan
terhadap ROA,
BOPO
signifikan
negative
terhadap ROA,
NOM dan FDR
signifikan
positif terhadap
ROA pada Bank
Umum Syariah.
CAR dan NIM
signifikan
positif terhadap
ROA, BOPO
tidak signifikan
terhadap ROA,
NPL dan LDR
44
No Peneliti
(Tahun)
Judul
peneltian
Variabel
Penelitian Perbedaan Hasil Penelitian
signifikan
negative
terhadap ROA,
pada Bank
Konvensional.
Dan terdapat
perbedaan
Kinerja
Keuangan antara
Bank Umum
Syariah dengan
Bank
Konvensional
8. Jahja&Iqb
al (2012)
Analisis
Perbandingan
Kinerja
Keuangan
Perbankan
Syariah
Dengan
Perbankan
Konvensional
CAR,
NPL,
ROA,
ROE,
BOPO dan
LDR
Peneltian ini
menambahkan
penilaian
diantara lain:
BDR, NPM,
LAR
Namun tidak
menggunakan
penilaian ROE
ROA, ROE dan
LDR perbankan
syariah lebih
baiks ecara
signifikan
dibandingkan
dengan
perbankan
konvensional
45
C. Kerangka Pemikiran
Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
(financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana
(surplus Unit) denganpihak-pihak yang memerlukan dana (deficit Unit) srta
sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Maka
dapat disimpulkan bank mempunyai peran penting dalam kegiatan bisnis,
sehingga perlu diketahui apakah bank tersebut sehat atau tidak dalam
menjalankan usahanya. Sehubungan dengan hal tersebut maka penelitian ini
meganalisis tingkat kesehatan bank menggunakan metode CAMEL, Indikator
yang digunakan untuk penilaian disetiap faktor-faktor CAMEL, yaitu diantara
lain: faktor capital menggunakan CAR, faktor asset quality menggunakan
NPL/NPF dan BDR, faktor management menggunakan NPM, faktor earning
menggunakan ROA dan BOPO, faktor likuidity menggunakan LDR/FDR dan
LAR. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat
kesehatan bank yang signifikan antara bank syariah dan bank konvensional.
Berdasarkan konsep-konsep dasar, hasil penelitian terdahulu dan masalah
yang ada yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat dibuat kerangka
pemikiran dari analisistingkat kesehatan bank syariah dan bank konvensional
dengan metode CAMEL, secara sistematis dapat disusun pada gambar berikut:
46
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran
LAPORAN KEUANGAN BANK
TAHUN 2011-2015
METODE CAMEL
BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL
MANAGEMENT ASSET LIQUIDITY EARNING CAPITAL
LDR/FDR
LAR
ROA
BOPO
NPM NPL/NPF
BDR
CAR
TINGKAT KESEHATAN BANK
SYARIAH TAHUN 2011-2015
TINGKAT KESEHATAN BANK
KONVENSIONAL TAHUN 2011-2015
UJI NORMALITAS
UJI BEDA
HASIL DAN INTERPRETASI
KESIMPULAN DAN SARAN
47
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya mengenai
tingkat kesehatan perbankan syariah dan perbankan konvensional di Indonesia
dan terdapat hasil penelitian yang berbeda-beda mengenai tingkat kesehatan
bank, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Hipotesis untuk Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Hipotesis 1
H0,1 : μ ≤ 51 persen, peringkat kesehatan bank termasuk dalam predikat
tidak baik.
Ha,1 : μ ≥ 51 persen, peringkat kesehatan bank termasuk dalam predikat baik
2. Hipotesis untuk Uji Beda
Hipotesis 2
H0,2 : CAR antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama
Ha,2 : CAR antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda
Hipotesis 3
H0,3 : NPL antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama
Ha,3 : NPL antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda
Hipotesis 4
H0,4 : BDR antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama
Ha,4 : BDR antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda
Hipotesis 5
H0,5 : NPM antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama
Ha,5 : NPM antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda
48
Hipotesis 6
H0,6 : ROA antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama
Ha,6 : ROA antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda
Hipotesis 7
H0,7 : BOPO antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama
Ha,7 : BOPO antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda
Hipotesis 8
H0,8 : LDR antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama
Ha,8 : LDR antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda
Hipotesis 9
H0,9 : LAR antara perbankan syariah dan konvensional adalah sama
Ha,9 : LAR antara perbankan syariah dan konvensional adalah berbeda
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku (Arif & Rahmawati, 2015: 221). Oleh karena itu,
penelitian ini memilih sampel perbankan syariah dan perbankan konvensional
untuk menganalisis tingkat kesehatan bank dan data yang digunakan adalah
data kuantitatif, yaitu penelitian yang menganalisa data yang berbentuk angka
(numerik). Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu lima tahun, dari tahun
2011 sampai dengan tahun 2015. Penelitian ini dilakukan dengan melihat
laporan keuangan yang dipublikasikan dari Bank Indonesia.
Analisis tingkat kesehatan bank pada penelitian ini menggunakan
variabel yang diteliti dan dipengaruhi oleh penelitian terdahulu seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya penelitian ini menggunakan motode CAMEL
dengan rasio yang digunakan yaitu Capital Adequacy Rasio (CAR) sebagai
ukuran dari aspek Permodalan (Capital), Non Performing Loan (NPL) / Non
Performing Financing (NPF) dan Bad Debt Ratio (BDR) sebagai ukuran dari
aspek Kualitas Aktiva (Asset Quality), Net Profit Margin (NPM) sebagai
ukuran dari aspek Manajemen (Management), Return On Asset (ROA) dan
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) sebagai ukuran dari
aspek Rentabilitas (Earnings), Loan to deposit ratio (LDR) / Financing to
50
Deposit Ratio (FDR) dan Loan to Asset Ratio (LAR) sebagai ukuran dari aspek
Likuiditas (Liquidity).
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Menurut Husaini dan setiady (2006: 181), populasi adalah semua nilai
baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kualitatif maupun
kuantitatif mengenai keseluruhan objek dalam penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah bank syariah dan bank konvensional yang terdaftar di
Bank Indonesia selama periode 2011-2015.
2. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari anggota populasi dan
membatasi berlakunya daerah generalisasi (Husaini & Setiady, 2006: 181).
Sampel penelitian diambil adalah 10 Bank Syariah dan 10 Bank
Konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode 2011-2015.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling yaitu metode pemilihan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan
(judgement sampling) yang berarti pemilihan sampel secara tidak acak
dimana informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu. Kriteria
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bank konvensional dan bank syariah yang beroperasi di Indonesia yang
berskala nasional selama periode pengamatan 2011 - 2015, tidak
51
termasuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS), dan Bank Pembangunan Daerah (BPD).
2) Bank konvensional dan bank syariah yang mempublikasikan laporan
keuangan secara berkala selama periode penelitian tahun 2011 - 2015.
3) Bank konvensional dan bank syariah yang tidak memiliki nilai CAR,
NPL, BDR, NPM, ROA, BOPO, LDR dan LAR negatif (-) selama
periode penelitian.
Hasil dari kiteria sampel yang ditentukan di atas, maka didapatkan
sejumlah sampel perbankan syariah dan konvensional sebagai berikut:
Tabel 3.1
Daftar Sampel Penelitian Bank
No Bank Konvensional Bank Syariah
1 Bank Mandiri (Persero) Bank Syariah Mandiri
2 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Bank Muamalat Indonesia
3 Bank Central Asia Bank Rakyat Indonesia Syariah
4 Bank Negara Indonesia (Persero) Bank Negara Indonesia Syariah
5 Bank CIMB Niaga Bank Panin syariah
6 Bank Danamon Indonesia Bank Jabar Banten Syariah
7 Bank Panin Bank Bukopin Syariah
8 Bank Permata Bank Syariah Mega Indonesia
9 Bank Tabungan Indonesia (Persero) Bank Central Asia Syariah
10 May Bank Indonesia Bank Victoria Syariah
Sumber: Screening Data
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode studi kepustakaan, yaitu metode yang menghimpun
informasi dan data berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti maupun
bahan yang bersifat teoritis dan relevan untuk dijadikan referensi melalui buku
52
literatur, jurnal, artikel, internet, website (SSRN.com, pdfsearchengine.org,
etc.) dan lainnya yang dapat membantu dalam menyelesaikan penelitian ini
yang berarti data tersebut bersifat sekunder. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber yang ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh
peneliti. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan bank syariah dan
bank konvensional yang dipublikasikan secara berkala melalui Bank Indonesia
selama periode pengamatan 2011-2015.
D. Metode Analisis Data
Penelitian menganalisis data dilakukan menggunakan alat bantu
perangkat lunak yaitu SPSS.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual yang
telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak
(Suliyanto, 2011: 69). Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik distribusi
dan analisis P-P Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar
pengambilan keputusannya jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah arah garis diagonal, atau garis histogramnya menunjukkan
pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
(Ghazali, 2009).
Uji normalitas data akan dilakukan menggunakan one sample
kolomogrov - smirnov dengan melihat asymp.sig. (2-tailed). Jika nilai
53
asymp.sig.(2-tailed) lebih besar dari tingkat alpha yang telah ditetapkan
sebesar 5% maka H0 diterima karena dapat dinyatakan data dari populasi
yang berdistribusi normal. Menurut Bhuono Agung Nugroho (2005) uji one
sample kolomogrov - smirnov sangat membantu peneliti untuk mengetahui
apakah sampel yang dipilih berasal dari data yang terdistribusi secara
normal atau data yang tidak terdistribusi normal.
Hipotesis yang dapat dibuat sebagai berikut:
H0 :Variabel terdistribusi normal
Ha :Variabel tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan:
Jika probabilitas < 0.05 maka H0 diterima
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 ditolak
2. Uji Beda ( t-test)
Uji beda t-test digunakan untuk menetukan apakah sampel yang tidak
berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test dilakukan
dengan cara membandingkan perbedaan antara nilai rata-rata dengan
standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel, atau secara rumus
maematis dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
µ1 : rata-rata sampel pertama
𝑡 =𝜇1+𝜇2𝑆.𝐸
54
µ2 : rata-rata sampel kedua
S.E : Standar Error perbedaan rata-rata kedua sampel
Jadi, tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua grup
yang tidak berhubungan satu dengan yang lain. Apakah kedua kelompok
tersebut mempunyai nilai rata-rata yang sama ataukah tidak sama secara
signifikan (Ghozali,2009 : 60).
Untuk pengambilan keputusan pada uji t-test, terdapat beberapa
langkah yang harus dilakukan , yaitu (Ghozali, 2009: 61):
a. Membandingkan nilai absolut pada tabel Group Statsitik.
b. Membandingkan secara statsitik dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menguji asumsi varian populasi dengan hipotesis:
Ho : σi2 = σj
2 , varian populasi sampel i dan sampel j adalah sama.
Ha : σi2 ≠ σj
2 , varian populasi sampel i dan sampel j adalah berbeda.
Adapun pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas signifikansi two tail bernilai diatas 0.05, maka H0
tidak dapat ditolak.
Jika probabilitas signifikansi levene test bernilai dibawah 0.05, maka
H0 ditolak.
Apabila H0 diterima, maka analisis uji beda harus menggunakan
asumsi equal variance assumed. Dan jika H0 ditolak, maka analisis uji
beda harus menggunakan asumsi equal variance not assumed.
2) Melakukan uji beda t-test dengan hipotesis:
55
Ho : Ẍi = Ẍj , rata-rata populasi sampel i dan sampel j adalah sama.
Ha : Ẍi ≠ Ẍj , rata-rata populasi sampel i dan sampel j adalah berbeda.
Adapun pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas signifikansi two tail bernilai diatas 0.05, maka H0
tidak dapat ditolak.
Jika probabilitas signifikansi levene test bernilai dibawah 0.05, maka
H0 ditolak.
E. Definisi Operasional Variabel
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung aktiva risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana
modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar
bank. (Wardiantika& Rohmawati, 2014: 1552).
2. Non Performing Loan (NPL) / Non Performing Financing (NPF)
Apabila NPL/NPF menunjukan nilai yang rendah diharapkan
pendapatan akan meningkat sehingga laba yang dihasilkan juga akan
meningkat, namun sebaliknya apabila nilai NPL/NPF tinggi maka
pendapatan akan menurun sehingga laba yang didapat akan turun. (Riyadi &
Yulianto, 2014:469)
3. Bad Debt Ratio (BDR)
Bad Debt Ratio (BDR) atau aktiva produktif diklasifikasikan adalah
seluruh aset yang dimiliki oleh bank yang mengalami masalah karena
56
sesuatu yang menyebabkan masalah pada arus kas dari bisnis debitur dan
membuat debitur sulit untuk membayar cicilan ke bank. (Rivai, et al,
2007:714)
4. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin adalah rasio yang mengganbarkan tingkat
keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan
yang diterima dan kegiatan opersioanal. (Dendawijaya, 2009: 120)
5. Return On Assets (ROA)
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu bank, semakin beasar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pada posisi bank tersebut dan segi penggunaan
aset. (Dendawijaya, 2009: 118)
6. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasioanl (BOPO)
BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasional. Semakin rendah tingkat BOPO
berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut. (Prasnanugraha,
2007).
7. Loan to Deposito Ratio (LDR) /Financing to Deposit Ratio (FDR)
Loan to Deposito Ratio (LDR) /Financing to Deposit Ratio (FDR)
adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit atau pembiayaan yang
disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.
57
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. (Dendawijaya, 2009: 59)
8. Loan to Asset Ratio (LAR)
Rasio ini untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan
kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan
total aset yang dimiliki bank. (Rivai, et al, 2007: 724)
Tabel 3.2
Operasional Variabel dan Pengukuran Skala
Aspek Variabel Pengukuran
Permodalan
(Capital)
Capital Adequacy
Ratio (CAR) =
100%
Kualitas
Aktiva
(Asset
Quality)
Non Performing
Loan (NPL) / Non
Performing
Financing (NPF)
= ℎ
100%
= ℎ
100%
Bad Debt Ratio
(BDR) =
100%
Manaajemen
(Management)
Net Profit Margin
(NPM)
= ℎ
100%
Rentabilitas
(Earning)
Return On Assets
(ROA) =
100%
Beban Operasional
terhadap Pendapatan
Operasioanl (BOPO
=
100%
Likuiditas
(Liquidity)
Loan to Deposito
Ratio (LDR)
/Financing to
Deposit Ratio (FDR)
=
ℎ 100%
=
ℎ 100%
Loan to Asset Ratio
(LAR)
= ℎ
ℎ 100%
Sumber: (SE BI No. 13/24/DPNP/2011)
58
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Lembaga Keuangan Bank
Perbankan merupakan lembaga keuangan yang sangat penting
peranannya dalam kegiatan ekonomi, karena melalui kegiatan perkreditan
dan berbagai jasa yang diberikan oleh bank maka dapat melayani berbagai
kebutuhan pada berbagai sektor ekonomi dan perdaganga. Sehingga dapat
dikatakan bahwa bank merupakan perusahaan keuangan yang bergerak
dalam memberikan layanan keuangan yang mengandalkan kepercayaan dari
masyarakat dalam mengelola dananya. (Kasmir, 2011: 4)
Salah satu sumber yang dapat digunakan untuk menilai sehat tidaknya
suatu bank adalah dengan menganalisis laporan keuangan bank. Hasil
analisis laporan keuangan akan memberikan informasi tentang kelemahan
dan kekuatan yang dimiliki suatu bank. Dalam hal ini untuk menilai kinerja
perusahaan dengan tingkat kesehatan perbankan dapat menggunakan
metode CAMELS antara lain aspek permodalan (Capital), kualitas aset
(Asset quality), manajemen (Management), likuiditas (Liquidity) dan
sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to market risk). Struktur atau
kompenen penilaian CAMELS tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia
nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 april 2004 serta ketentuan pelaksanaannya
sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004.
Kemudian mengenai penilaian kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah
59
ialah sesuai dengan PBI No.9/1/PBI/2007 tanggal 24 Januari 2007
sebagaimana diatur lebih teknis dalam Surat Edaran No.9/24/DPBS tanggal
30 Oktober 2007 dinyatakan bahwa bank wajib melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah dalam rangka
menjaga atau meningkatkan kesehatan bank.
2. Deskriptif Variabel Penelitian
a. Perkembangan CAR
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung aktiva risiko
(kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) dibiayai dari
dana modal sendiri. Perkembangan CAR pada perbankan konvensional
dan syariah dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Gambar 4.1
Perkembangan CAR pada Perbankan Konvensional dan Syariah
Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015
KONVENSIONAL 14.96 15.84 15.40 16.27 18.06
SYARIAH 24.95 20.13 16.70 17.85 18.54
(Sumber: data diolah)
Berdasarkan Gambar 4.1, rata-rata CAR pada perbankan syariah
memiliki angka yang lebih tinggi dari pada perbankan konvensional
14.96 15.84 15.40 16.27
18.06
24.95
20.13
16.70 17.85 18.54
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
2011 2012 2013 2014 2015
CARKONVENSIONAL
CAR SYARIAH
60
selama periode penelitian tahun 2011 sampai 2015. Pada tahun 2011
CAR perbankan syariah mampu mencapai rata-rata 24.95 persen, namun
pada tahun 2012–2015 mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Sedangkan perbankan konvensional selama periode penelitian tidak
mengalami banyak peningkatan atau penurunan secara signifikan, namun
hanya mampu mencapai rata-rata 18.06 persen pada tahun 2015.
b. Perkembangan NPL
Non Performing Loan (NPL) merupakan pembiayaan macet yang
sangat berpengaruh terhadap laba bank. Hal ini kaitannya dengan kredit
atau pembiayaan yang disalurkan oleh bank kepada nasabahnya.
Perkembangan NPL pada perbankan konvensional dan syariah dapat
dilihat pada grafik sebagai berikut:
Gambar 4.2
Perkembangan NPL pada Perbankan Konvensional dan Syariah
Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015
KONVENSIONAL 1.02 0.93 1.09 1.13 1.37
SYARIAH 2.00 2.13 2.46 3.00 3.15
(Sumber: data diolah)
Berdasarkan Gambar 4.2 rata-rata NPL pada perbankan syariah
memiliki angka yang lebih tinggi dari pada perbankan konvensional
1.02 0.93 1.09 1.13
1.37 2.00
2.13 2.46
3.00 3.15
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
2011 2012 2013 2014 2015
NPLKONVENSIONAL
NPL SYARIAH
61
selama periode penelitian tahun 2011 sampai 2015. Perbankan syariah
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2011 rata-rata NPL
sebesar 2.00 persen dan mencapai angka 3.15 persen pada tahun 2015.
Sedangkan perbankan konvensional mengalami penurunan pada tahun
2012 sebesar 0.93 persen dan angka tertinggi mencapai rata-rata 1.37
persen pada tahun 2015.
c. Perkembangan BDR
Bad Debt Ratio (BDR) atau aktiva produktf yang diklasifikasikan
adalah seluruh aset yang dimiliki oleh bank yang mengalami masalah
pada arus kas yang membuat nasabah sulit untuk membayar cicilan ke
bank. Perkembangan BDR pada perbankan konvensional dan syariah
dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Gambar 4.3
Perkembangan BDR pada Perbankan Konvensional dan Syariah
Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015
KONVENSIONAL 1.78 1.60 1.59 1.90 2.05
SYARIAH 3.38 3.57 3.98 3.72 2.80
(Sumber: data diolah)
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa rata-rata BDR selama
periode penelitian tahun 2011–2015 pada bank syariah dan konvensional.
3.38
3.57
3.98 3.72
2.80
1.78 1.60
1.59
1.90
2.05
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
2011 2012 2013 2014 2015
BDR Syariah
BDR Konvensional
62
Bank syariah memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan
bank konvensional. Artinya jika nilai BDR semakin tinggi maka akan
semakin buruk tingkat kesehatan bank tersebut karena aset yang dimiliki
mengalami masalah pada arus kas. Pada tahun 2013 rata-rata BDR
syariah mengalami kenaikan sebesar 3.98 persen, sedangkan pada bank
konvensional cenderung stabil dari 1.78 hingga 2.05 persen. Dalam hal
ini BDR pada bank konvensional lebih baik dibandingkan dengan bank
syariah.
d. Perkembangan NPM
Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menggambarkan
tingkat keuntungan yang diperoleh bank atas pendapatan yang diterima
dari kegiatan operasonalnya. Perkembangan NPM pada perbankan
konvensional dan syariah dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Gambar 4.4
Perkembangan NPM pada Perbankan Konvensional dan Syariah
Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015
KONVENSIONAL 135.22 145.59 151.26 143.13 119.07
SYARIAH 80.67 110.10 124.63 99.74 117.20
(Sumber: data diolah)
80.67
110.10 124.63
99.74
117.20 135.22
145.59 151.26
143.13
119.07
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
2011 2012 2013 2014 2015
NPM Syariah
NPM Konvensional
63
Berdasarkan Gambar 4.4 rata-rata NPM pada perbankan syariah
memiliki angka jauh lebih rendah dari pada perbankan konvensional
selama periode penelitian tahun 2011 sampai 2015. Perbankan syariah
mengalami penurunan yang cukup siginifikan pada tahun 2014 sebesar
99.74 persen dan hanya mampu mencapai angka rata-rata 124.63 persen
pada tahun 2013. Sedangkan perbankan konvensional mulai mengalami
penurunan pada tahun 2014 dan 2015 hingga sebesar 119.07 persen dan
angka tertinggi mencapai rata-rata 151.26 persen pada tahun 2013.
e. Perkembangan ROA
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba
berdasarkan total aset yang dimiliki oleh bank. Perkembangan ROA pada
perbankan konvensional dan syariah dapat dilihat pada grafik sebagai
berikut:
Gambar 4.5
Perkembangan ROA pada Perbankan Konvensional dan Syariah
Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015
KONVENSIONAL 2.73 2.83 2.79 2.38 1.93
SYARIAH 1.78 1.58 1.08 0.48 0.41
(Sumber: data diolah)
2.73 2.83 2.79
2.38
1.93 1.78
1.58
1.08
0.48 0.41
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
2011 2012 2013 2014 2015
ROAKONVENSIONAL
ROA SYARIAH
64
Berdasarkan Gambar 4.5 rata-rata ROA pada perbankan
konvensional dan syariah cemderung mengalami penurunan selama
periode penelitian. Namun perbankan konvensional memiliki angka rata-
rata lebih tinggi dari perbankan syariah dan mampu mencapai angka rata-
rata 2.83 persen pada tahun 2012. Sedangkan perbankan syariah hanya
mampu mencapai rata-rata 1.78 persen di tahun 2011 dan terendah
hingga 0.41 persen di tahun 2015 yang mengalami penurunan yang
signifikan pada tiap tahunnya.
f. Perkembangan BOPO
Rasio ini merupakan perbandingan antara beban operasional
terhadap pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Perkembangan BOPO pada perbankan konvensional dan syariah dapat
dilihat pada grafik sebagai berikut:
Gambar 4.6
Perkembangan BOPO pada Perbankan Konvensional dan Syariah
Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015
KONVENSIONAL 73.17 70.29 70.84 77.68 81.84
SYARIAH 85.38 83.46 87.03 98.71 95.59
(Sumber: data diolah)
73.17 70.29 70.84 77.68 81.84
85.38 83.46 87.03 98.71 95.59
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
2011 2012 2013 2014 2015
BOPOKONVENSIONAL
BOPO SYARIAH
65
Berdasarkan Gambar 4.6 rata-rata BOPO tahun 2011 – 2015 pada
perbankan syariah memiliki angka yang lebih tinggi dari perbankan
konvensional. Namun di tahun 2015 angka rata-rata BOPO perbankan
syariah mengalami penurunan dari angka 98.71 persen menjadi 95.59
persen. Sedangkan perbankan konvensional mampu mencapai rata-rata
81.84 persen di tahun 2015 dan mengalami penurunan dari angka 73.17
persen menjadi 70.29 persen di tahun 2012.
g. Perkembangan LDR
Loan to Deposit Ratio (DPR) merupakan rasio antara besarnya
seluruh volume kredit atau pembiayaan yang disalurkan oleh bank atas
jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. Perkembangan LDR pada
perbankan konvensional dan syariah dapat dilihat pada grafik sebagai
berikut:
Gambar 4.7
Perkembangan LDR pada Perbankan Konvensional dan Syariah
Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015
KONVENSIONAL 82.75 86.56 89.02 90.65 90.99
SYARIAH 87.08 90.48 93.95 91.32 92.52
(Sumber: data diolah)
82.75
86.56
89.02 90.65 90.99
87.08
90.48
93.95
91.32 92.52
75.00
80.00
85.00
90.00
95.00
2011 2012 2013 2014 2015
LDRKONVENSIONAL
LDR SYARIAH
66
Berdasarkan Gambar 4.7 rata-rata LDR tahun 2011 – 2015 pada
perbankan syariah memiliki angka yang lebih tinggi dari perbankan
konvensional. Namun di tahun 2014 angka rata-rata LDR perbankan
syariah mengalami penurunan dari angka 93.95 persen menjadi 91.32
persen, meskipun pada tahun 2011 – 2013 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Sedangkan perbankan konvensional selama periode
penelitian mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2011 bank
konvensional memiliki nilai rata-rata LDR sebesar 82.75 persen dan
mampu mencapai angka rata-rata tertinggi di tahun 2015 yaitu sebesar
90.99 persen.
h. Perkembangan LAR
Loan to Asset Ratio (LAR) merpakan rasio yang mengukur
kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan
menggunakan total aset yang dimiliki bank. Perkembangan LAR pada
perbankan konvensional dan syariah dapat dilihat pada grafik sebagai
berikut:
Gambar 4.8
Perkembangan LAR pada Perbankan Konvensional dan Syariah
65.02
71.27 71.96
74.38
74.22
63.45 66.29
68.37 68.28 69.09
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
2011 2012 2013 2014 2015
LAR Syariah
LAR Konvensional
67
Jenis Bank 2011 2012 2013 2014 2015
KONVENSIONAL 63.45 66.29 68.37 68.28 69.09
SYARIAH 65.02 71.27 71.96 74.38 74.22
(Sumber: data diolah)
Dari gambar 4.8 dapat dijelaskan bahwa selama periode penelitian
tahun 2011 – 2015 nilai rata-rata LAR bank syariah jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan bank konvensional. Artinya pada bank syariah
cenderung memiliki jumlah pembiayaan lebih besar daripada asetnya.
Pada tiap tahunnya bank syariah cenderung mengalami peningkatan.
Namun pada tahun 2015 mengalami penurunan yang tidak signifikan
yaitu sebesar 74.22 persen. Sedangkan pada bank konvensional
mengalami kenaikan selama periode penelitian. Pada tahun 2011 rata-rata
CAR bank konvensional sebesar 63.45 persen hingga mencapai sebesar
69.09 persen pada tahun 2015.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
a. Faktor Permodalan (Capital)
Penilaian terhadap faktor permodalan (Capital) dalam penelitian
ini menggunakan CAR (Capital Adequacy Ratio), yang disajikan dalam
tabel yaitu sebagi berikut:
68
Tabel 4.1
Nilai Rata-Rata CAR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
CAR Kriteria Keterangan
Bank Syariah Mandiri 13.89% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank Muamalat Indonesia 13.90% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
BRI Syariah 13.48% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
BNI Syariah 18.70% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank Panin Syariah 23.80% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank Jabar Banten Syariah 21.55% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank Bukopin Syariah 14.06% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank Syariah Mega Indonesia 15.31% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
BCA Syariah 32.70% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank Victoria Syariah 24.62% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
(Sumber: data diolah)
Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa seluruh bank syariah
memiliki nilai CAR di atas 12%. Artinya bahwa seluruh aktiva bank
syariah yang mengandung aktiva risiko baik kredit, surat berharga,
maupun tagihan pada bank lain dibiayai dari keseluruhan modal sendiri
disamping memperoleh dari sumber di luar bank yang dihitung
berdasarkan modal bank atas aktiva tertimbang menrut risiko. BI
menentukan ketentuan CAR minimal 8% yang tergolong cukup sehat.
Namun pada seluruh bank syariah memenuhi ketentuan tersebut dan
dapat mengelola modalnya dengan baik sehingga mampu mencapai nilai
di atas 12 persen yang tergolong sangat sehat.
Kemudian nilai rata-rata CAR bank umum konvensional selama
periode penelitian adalah sebagai berikut
69
Tabel 4.2
Nilai Rata-Rata CAR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
CAR Kriteria Keterangan
Bank Mandiri 16.19% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank Rakyat Indonesia 17.56% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank Central Asia 15.64% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank Negara Indonesia 17.02% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank CIMB Niaga 15.11% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank Danamon Indonesia 18.34% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank Panin 16.98% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank Permata 14.57% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
Bank Tabungan Indonesia 15.99% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
May Bank Indonesia 13.67% CAR ≥ 12% Sangat Sehat
(Sumber: data diolah)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada bank konvensional
juga tergolong dalam predikat sangat sehat. Namun nilai yang dimiliki
bank konvensional cenderung stabil, berbeda dengan bank syariah yang
lebih berfluktuatif. Nilai CAR yang termasuk dalam predikat sangat sehat
yaitu jika nilai CAR lebih besar dari 12 persen. Dengan demikian bank
konvensional mampu mengelola modalnya atas aktiva yang dimiliki oleh
bank sehingga mampu memenuhi ketentuan nilai CAR yang ditetapkan
BI sebesar 8 persen.
b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality)
Penilaian terhadap faktor Kualitas Aset (Asset Quality) dalam
penelitian ini menggunakan 2 indikator yaitu NPF/NPL dan BDR, yang
telah disajikan dalam tabel di bawah ini:
70
Tabel 4.3
Nilai Rata-Rata NPF Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
NPF Kriteria Keterangan
Bank Syariah Mandiri 2.54% 2% < NPF ≤ 5% Sehat
Bank Muamalat Indonesia 3.83% 2% < NPF ≤ 5% Sehat
BRI Syariah 3.15% 2% < NPF ≤ 5% Sehat
BNI Syariah 1.49% NPL ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Panin Syariah 0.78% NPL ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Jabar Banten Syariah 3.19% 2% < NPF ≤ 5% Sehat
Bank Bukopin Syariah 3.22% 2% < NPF ≤ 5% Sehat
Bank Syariah Mega Indonesia 3.57% 2% < NPF ≤ 5% Sehat
BCA Syariah 0.24% NPL ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Victoria Syariah 3.45% 2% < NPF ≤ 5% Sehat
(Sumber: data diolah)
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada sampel bank syariah
memiliki nilai rata-rata NPF diantara 2% hingga 5% yang tergolong
dalam predikat sehat. Akan tetapi, terdapat 3 bank syariah yang memiliki
nilai kurang dari 2% yang termasuk dalam kategori sangat sehat dan
memiliki pembiayaan macet yang rendah yaitu BNI Syariah, Panin
Syariah, Syariah Mega Indonesia dan BCA Syariah. Hal ini dikarenakan
bank syariah mampu mengatasi pembiayaan bermasalah dan mampu
mengelola dengan sangat baik atas kredit atau pembiayaan yang
disalurkannya kepada nasabah sehingga pembiayaan bermasalah pada
bank dapat diatasi dan dihindari.
Kemudian nilai rata-rata NPL bank umum konvensional selama
periode penelitian adalah sebagai berikut:
71
Tabel 4.4
Nilai Rata-Rata NPL Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
NPL Kriteria Keterangan
Bank Mandiri 0.45% NPL ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Rakyat Indonesia 1.87% NPL ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Central Asia 0.20% NPL ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Negara Indonesia 1.87% NPL ≤ 2% Sangat Sehat
Bank CIMB Niaga 1.53% NPL ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Danamon Indonesia 1.00% NPL ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Panin 0.64% NPL ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Permata 0.65% NPL ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Tabungan Indonesia 2.65% 2% < NPF ≤ 5% Sehat
May Bank Indonesia 1.47% NPL ≤ 2% Sangat Sehat
(Sumber: data diolah)
Pada bank konvensional memiliki rata-rata NPL kurang dari 2%
yang tergolong dalam predikat sangat sehat. Artinya bahwa pada bank
konvensional memiliki kredit macet yang rendah. Namun terdapat satu
bank yang memiliki nilai NPL diatas 2% yang masih tergolong dalam
predikat sehat yaitu pada bank BTN. Nilai rata-rata NPL pada bank
konvensional memiliki nilai lebih rendah dari bank syariah. Namun
keduanya mampu mengatasi dan mengelola kredit bermasalah atas total
kredit yang disalurkan kepada nasabah sehingga mampu mengatasi nilai
NPF yang tidak lebih dari 2 persen.
Kemudian nilai rata-rata BDR bank umum syariah selama periode
penelitian adalah sebagai berikut:
72
Tabel 4.5
Nilai Rata-Rata BDR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
BDR Kriteria Keterangan
Bank Syariah Mandiri 2.64% 2% < BDR ≤ 3% Sehat
Bank Muamalat Indonesia 4.95% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat
BRI Syariah 3.12% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat
BNI Syariah 1.96% BDR ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Panin Syariah 3.39% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat
Bank Jabar Banten Syariah 4.72% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat
Bank Bukopin Syariah 3.08% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat
Bank Syariah Mega Indonesia 3.36% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat
BCA Syariah 3.00% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat
Bank Victoria Syariah 4.66% 3% < BDR ≤ 6% Cukup Sehat
(Sumber: data diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada sampel bank syariah
memiliki nilai rata-rata BDR diantara 3% hingga 6% yang tergolong
dalam predikat cukup sehat. Namun terdapat satu bank yang memiliki
nilai kurang dari 2% yang tergolong dalam predikat sangat sehat yaitu
pada bank BNI Syariah. Hal ini dikarenakan mayoritas bank syariah
belum mampu memaksimalkan pengelolaan aktiva produktif yang
diklasifikan sehingga aktiva atau aset yang dimiliki oleh bank syariah
mengalami masalah pada arus kas yang menyebabkan nasabah sulit
membayar angsuran atas pembiayaannya.
Kemudian nilai rata-rata BDR bank umum konvensional selama
periode penelitian adalah sebagai berikut:
73
Tabel 4.6
Nilai Rata-Rata BDR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
BDR Kriteria Keterangan
Bank Mandiri 1.57% BDR ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Rakyat Indonesia 1.48% BDR ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Central Asia 0.52% BDR ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Negara Indonesia 1.92% BDR ≤ 2% Sangat Sehat
Bank CIMB Niaga 2.75% 2% < BDR ≤ 3% Sehat
Bank Danamon Indonesia 2.03% 2% < BDR ≤ 3% Sehat
Bank Panin 1.92% BDR ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Permata 1.10% BDR ≤ 2% Sangat Sehat
Bank Tabungan Indonesia 2.41% 2% < BDR ≤ 3% Sehat
May Bank Indonesia 2.20% 2% < BDR ≤ 3% Sehat
(Sumber: data diolah)
Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada bank konvensional
memiliki rata-rata kurang dari 2% yang tergolong dalam predikat sangat
sehat. Artinya bahwa pada bank konvensional memiliki aset yang
mengalami masalah cenderung rendah. Akan tetapi, setengah dari sampel
bank konvensional memiliki rata-rata BDR diantara 2% hingga 3% yang
tergolong dalam predikat sehat yaitu bank Mandiri, CIMB Niaga,
Danamon, BTN dan Maybank. Nilai BDR pada bank konvensional
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan bank syariah. Hal ini
dikarenakan bank konvensional mampu mengelola aktiva produktifnya
dengan baik sehingga dapat mencegah penurunan pada arus kas yang
disebabkan oleh kegagalan angsuran nasabah atas kreditnya.
c. Faktor Manajemen (Management)
Faktor manajemen dalam penelitian ini menggunakan alat ukur
yaitu NPM, yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini:
74
Tabel 4.7
Nilai Rata-Rata NPM Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
NPM Kriteria Keterangan
Bank Syariah Mandiri 51.81% 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat
Bank Muamalat Indonesia 53.15% 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat
BRI Syariah 53.63% 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat
BNI Syariah 132.67% NPM ≥ 100% Sangat Sehat
Bank Panin Syariah 54.34% 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat
Bank Jabar Banten Syariah 51.41% 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat
Bank Bukopin Syariah 61.97% 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat
Bank Syariah Mega Indonesia 217.11% NPM ≥ 100% Sangat Sehat
BCA Syariah 181.28% NPM ≥ 100% Sangat Sehat
Bank Victoria Syariah 231.59% NPM ≥ 100% Sangat Sehat
(Sumber: data diolah)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa bank syariah memiliki
rata-rata nilai diantara 51% hingga 66% yang tergolong dalam predikat
kurang sehat. Namun terdapat beberapa bank syariah yang tergolong
dalam predikat sangat sehat yaitu pada BNI Syariah, Syariah Mega
Indonesia, BCA Syariah dan Victoria Syariah yang memiliki nilai NPM
lebih dari 100 persen. Bank syariah yang tergolong dalam predikat
kurang sehat disebabkan oleh rendahnya laba yang diperoleh atas
pendapatan opersional bank. Sebaliknya bank yang tergolong dalam
predikat sangat sehat berarti bank tersebut mampu mengelola kegiatan
operasionalnya dengan baik untuk meningkatkan keuntungan dari
pendapatan yang diperoleh.
Kemudian nilai rata-rata NPM bank umum konvensional selama
periode penelitian adalah sebagai berikut:
75
Tabel 4.8
Nilai Rata-Rata NPM Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
NPM Kriteria Keterangan
Bank Mandiri 125.33% NPM ≥ 100% Sangat Sehat
Bank Rakyat Indonesia 241.01% NPM ≥ 100% Sangat Sehat
Bank Central Asia 174.23% NPM ≥ 100% Sangat Sehat
Bank Negara Indonesia 106.02% NPM ≥ 100% Sangat Sehat
Bank CIMB Niaga 128.95% NPM ≥ 100% Sangat Sehat
Bank Danamon Indonesia 74.47% 66% ≤ NPM < 81% Cukup Sehat
Bank Panin 139.77% NPM ≥ 100% Sangat Sehat
Bank Permata 136.91% NPM ≥ 100% Sangat Sehat
Bank Tabungan Indonesia 189.43% NPM ≥ 100% Sangat Sehat
May Bank Indonesia 72.45% 66% ≤ NPM < 81% Cukup Sehat
(Sumber: data diolah)
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada bank konvensional
memiliki rata-rata NPM yang tergolong dalam predikat sangat sehat yaitu
lebih dari 100%. Nilai tertinggi sebesar 241.01% pada bank BRI
sedangkan bank Danamon dan Maybank yang tergolong dalam kategori
cukup sehat memiliki nilai diantara 66% hingga 81%. Namun hal ini
dikarenakan bank konvensional mampu mengelola kegiatan
operasionalnya dengan baik untuk meningkatkan keuntungan dari
pendapatan yang diperoleh dibandingkan dengan keuntungan atas
pendapatan yang diperoleh bank syariah.
d. Faktor Rentabilitas (Earning)
Penilaian terhadap faktor Rentabilits (Earning) dalam penelitian ini
menggunakan 2 indikator yaitu ROA dan BOPO, yang telah disajikan
dalam tabel di bawah ini:
76
Tabel 4.9
Nilai Rata-Rata ROA Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
ROA Kriteria Keterangan
Bank Syariah Mandiri 1.34% 1,25% < ROA ≤ 1,5% Sehat
Bank Muamalat Indonesia 0.39% 0% < ROA ≤ 0,5% Kurang Sehat
BRI Syariah 0.82% 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Sehat
BNI Syariah 1.37% 1,25% < ROA ≤ 1,5% Sehat
Bank Panin Syariah 1.94% ROA > 1,5% Sangat Sehat
Bank Jabar Banten Syariah 0.73% 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Sehat
Bank Bukopin Syariah 0.56% 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Sehat
Bank Syariah Mega Indonesia 1.66% ROA > 1,5% Sangat Sehat
BCA Syariah 0.90% 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Sehat
Bank Victoria Syariah 0.93% 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Sehat
(Sumber: data diolah)
Pada tabel di atas dapat diketahui pada bank syariah memiliki rata-
rata ROA diantara 0.5% hingga 1.25% yang tergolong dalam predikat
cukup sehat. Ada beberapa yang tergolong dalam predikat sangat sehat
yang memiliki nilai rata-rata lebih dari 1.5% yaitu pada Panin Syariah
dan Syariah Mega Indonesia. Terdapat juga Bank Syariah Mandiri dan
BNI Syariah tergolong dalam predikat sehat yang memiliki nilai rata-rata
1.25% hingga 1.5%. Sedangkan Muamalat Indonesia memiliki nilai rata-
rata diantara 0% hingga 0.5% yang tergolong dalam predikat kurang
sehat. Hal ini dikarenakan bank syariah belum mampu mengelola dengan
baik seluruh asetnya untuk menghasikan keuntungan pada kegiatan
operasionalnya sehingga tergolong dalam predikat kurang sehat.
Kemudian nilai rata-rata ROA bank umum konvensional selama
periode penelitian adalah sebagai berikut:
77
Tabel 4.10
Nilai Rata-Rata ROA Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
ROA Kriteria Keterangan
Bank Mandiri 3.46% ROA > 1,5% Sangat Sehat
Bank Rakyat Indonesia 4.81% ROA > 1,5% Sangat Sehat
Bank Central Asia 3.78% ROA > 1,5% Sangat Sehat
Bank Negara Indonesia 3.06% ROA > 1,5% Sangat Sehat
Bank CIMB Niaga 2.05% ROA > 1,5% Sangat Sehat
Bank Danamon Indonesia 2.08% ROA > 1,5% Sangat Sehat
Bank Panin 1.87% ROA > 1,5% Sangat Sehat
Bank Permata 1.27% 1,25% < ROA ≤ 1,5% Sehat
Bank Tabungan Indonesia 1.70% ROA > 1,5% Sangat Sehat
May Bank Indonesia 1.24% 1,25% < ROA ≤ 1,5% Sehat
(Sumber: data diolah)
Pada bank konvensional memiliki nilai rata-rata ROA yang
tergolong dalam predikat sangat sehat yaitu nilai ROA kurang dari 1.5%.
Namun terdapat dua bank yang memiliki nilai diantara 1.25% hingga
1.5% yang tergolong dalam predikat sehat yaitu pada bank Permata dan
Maybank. Hal ini dikarenakan bank konvensional mampu mengelola
dengan baik seluruh asetnya untuk menghasikan keuntungan pada
kegiatan operasionalnya sehingga tergolong dalam predikat sehat
maupun sangat sehat. Dalam hal ini bank konvensional memiliki nilai
ROA yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah.
Kemudian nilai rata-rata BOPO pada bank umum syariah selama
periode penelitian adalah sebagai berikut:
78
Tabel 4.11
Nilai Rata-Rata BOPO Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
BOPO Kriteria Keterangan
Bank Syariah Mandiri 87.46% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
Bank Muamalat Indonesia 94.29% 94% < BOPO ≤ 95% Sehat
BRI Syariah 93.97% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
BNI Syariah 89.44% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
Bank Panin Syariah 74.02% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
Bank Jabar Banten Syariah 95.18% 95% < BOPO ≤ 96% Cukup Sehat
Bank Bukopin Syariah 93.30% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
Bank Syariah Mega Indonesia 90.26% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
BCA Syariah 76.66% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
Bank Victoria Syariah 105.75% BOPO > 97% Tidak Sehat
(Sumber: data diolah)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada bank syariah
memiliki nilai rata-rata BOPO kurang dari 94% yang tergolong dalam
predikat sangat sehat. Namun terdapat satu bank yang memiliki nilai
lebih dari 97% yang tergolong dalam predikat tidak sehat yaitu pada
Victoria Syariah. Hal ini disebabkan karena bank tersebut memiliki biaya
operasional yang jauh lebih besar daripada pendapatan operasionalnya.
Bank tidak mampu menekan total biaya yang dikeluarkan atas kegiatan
operasionalnya.Sedangkan Muamalat Indonesia memiliki nilai diantara
94% hingga 95% yang termasuk dalam predikat sehat yang mampu
menekan dan meminimalkan total beban yang dikeluarkannya.
Kemudian nilai rata-rata BOPO pada bank umum konvensional
selama periode penelitian adalah sebagai berikut:
79
Tabel 4.12
Nilai Rata-Rata BOPO Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
BOPO Kriteria Keterangan
Bank Mandiri 65.64% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
Bank Rakyat Indonesia 64.12% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
Bank Central Asia 62.08% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
Bank Negara Indonesia 70.84% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
Bank CIMB Niaga 81.37% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
Bank Danamon Indonesia 79.87% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
Bank Panin 62.45% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
Bank Permata 88.04% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
Bank Tabungan Indonesia 83.70% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
May Bank Indonesia 89.53% BOPO ≤ 94% Sangat Sehat
(Sumber: data diolah)
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh sampel pada bank
konvensioal tergolong dalam predikat sangat sehat karena nilai BOPO
kurang dari 94 persen. Nilai terendah yaitu pada bank Panin sebesar
62.45% yang berarti bahwa bank tersebut memiliki pendapatan
operasional yang jauh lebih besar dari biaya operasionalnya namun masih
termasuk dalam predikat sangat sehat karena nilai BOPO pada bank
Panin jauh lebih kecil dari 94 persen.
e. Faktor Likuiditas (Liquidity)
Penilaian terhadap faktor Likuiditas (Liquidity) dalam penelitian
ini menggunakan 2 indikator yaitu FDR/LDR dan LAR, yang dijelakan
dalam tabel di bawah ini yaitu sebagai berikut:
80
Tabel 4.13
Nilai Rata-Rata FDR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
FDR Kriteria Keterangan
Bank Syariah Mandiri 86.74% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat
Bank Muamalat Indonesia 89.07% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat
BRI Syariah 94.88% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat
BNI Syariah 89.20% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat
Bank Panin Syariah 98.85% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat
Bank Jabar Banten Syariah 92.69% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat
Bank Bukopin Syariah 91.85% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat
Bank Syariah Mega Indonesia 91.47% 85% < FDR ≤ 100% Cukup Sehat
BCA Syariah 84.96% 75% < FDR ≤ 85% Sehat
Bank Victoria Syariah 79.00% 75% < FDR ≤ 85% Sehat
(Sumber: data diolah)
Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata FDR bank syariah
memiliki rata-rata nilai rata-rata antara 85% hingga 100% yang tergolong
dalam predikat cukup sehat. Namun terdapat dua bank yang lebih baik
yang tergolong dalam predikat sehat yaitu nilai FDR diantara 75%
hingga 85% pada BCA syariah dan Victoria syariah. Hal ini dikarenakan
bank syariah memiliki sumber dana dari pihak ketiga yang diperlukan
untuk membiayai kredit menjadi semakin besar yang mengindikasikan
bahwa bank syariah memiliki kemampuan likuiditas bank yang semakin
rendah. Dengan kata lain, seberapa besar pemberian kredit kepada
nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk memenuhi
permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya.
Kemudian nilai rata-rata LDR bank umum konvensional selama
periode penelitian adalah sebagai berikut:
81
Tabel 4.14
Nilai Rata-Rata LDR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
LDR Kriteria Keterangan
Bank Mandiri 80.27% 75% < LDR ≤ 85% Sehat
Bank Rakyat Indonesia 82.63% 75% < LDR ≤ 85% Sehat
Bank Central Asia 72.72% LDR ≤ 75% Sangat Sehat
Bank Negara Indonesia 81.76% 75% < LDR ≤ 85% Sehat
Bank CIMB Niaga 96.28% 85% < LDR ≤ 100% Cukup Sehat
Bank Danamon Indonesia 94.84% 85% < LDR ≤ 100% Cukup Sehat
Bank Panin 90.17% 85% < LDR ≤ 100% Cukup Sehat
Bank Permata 87.74% 85% < LDR ≤ 100% Cukup Sehat
Bank Tabungan Indonesia 105.09% 100% < LDR ≤ 120% Kurang Sehat
May Bank Indonesia 88.41% 85% < LDR ≤ 100% Cukup Sehat
(Sumber: data diolah)
Tabel di atas menunjukkan pada bank konvensional hanya ada satu
bank yang memiliki rata-rata kurang dari 75% yang tergolong dalam
predikat sangat sehat yaitu pada BCA. Namun pada BTN memiliki nilai
lebih dari 100% yang tergolong dalam predikat kurang sehat. Bank
konvensional lainnya yang termasuk dalam predikat cukup sehat yaitu
yang memiliki nilai LDR diantara 85% hingga 100%. Sedangkan Mandii,
BRI, BNI tergolong dalam predikat sehat dengan nilai diantara 75%
hingga 85%. Hal tersebut disebabkan karena bank konvensional mampu
mengatasi kewajibannya untuk memenuhi permintaan deposan yang akan
menarik kembali uangnya atas pemberian kredit kepada nasabah.
Kemudian nilai rata-rata LAR bank umum syariah selama periode
penelitian adalah sebagai berikut:
82
Tabel 4.15
Nilai Rata-Rata LAR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
LAR Kriteria Keterangan
Bank Syariah Mandiri 76.57% 75% < LAR ≤ 85% Sehat
Bank Muamalat Indonesia 72.39% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
BRI Syariah 78.03% 75% < LAR ≤ 85% Sehat
BNI Syariah 73.04% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
Bank Panin Syariah 76.35% 75% < LAR ≤ 85% Sehat
Bank Jabar Banten Syariah 65.10% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
Bank Bukopin Syariah 72.81% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
Bank Syariah Mega Indonesia 71.79% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
BCA Syariah 66.20% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
Bank Victoria Syariah 60.40% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
(Sumber: data diolah)
Pada bank syariah memiliki rata-rata nilai LAR yang tergolong
dalam predikat sangat sehat yaitu tidak lebih dari 75%. Namun ada
beberapa yang termasuk dalam predikat sehat yaitu yang memiliki nilai
diantara 75% hingga 85% antara lain Syariah Mandiri, BRI syariah dan
Panin syariah. Hal ini dikarenakan bank syariah mampu untuk memnuhi
permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh
bank sehingga bank mampu mengatasi tingkat likuiditasnya karena
jumlah aset yang dimiliki oleh bank lebih besar dibandingkan dengan
jumlah kredit yang diberikan.
Kemudian nilai rata-rata LAR bank umum konvensional selama
periode penelitian adalah sebagai berikut:
83
Tabel 4.16
Nilai Rata-Rata LAR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2015
Nama Bank Rata-Rata
LAR Kriteria Keterangan
Bank Mandiri 62.00% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
Bank Rakyat Indonesia 65.95% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
Bank Central Asia 60.81% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
Bank Negara Indonesia 62.06% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
Bank CIMB Niaga 74.13% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
Bank Danamon Indonesia 71.93% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
Bank Panin 61.75% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
Bank Permata 69.91% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
Bank Tabungan Indonesia 70.47% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
May Bank Indonesia 71.93% LAR ≤ 75% Sangat Sehat
(Sumber: data diolah)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada seluruh sampel bank
konvensional memiliki nilai rata-rata kurang dari 75% yang tergolong
dalam predikat sangat sehat. Nilai terendah sebesar 60.81% pada bank
BCA yang artinya tingkat likuiditasnya semakin baik dibandingkan
dengan bank konvensional lainnya. Semakin rendah nilai LAR maka
akan semakin tinggi tingkat likuiditas yang dimiliki oleh suatu bank
tersebut. Bank konvensional memiliki nilai rata-rata LAR lebih rendah
dibandingkan dengan bank syariah namun keduanya mampu mengelola
dengan baik jumlah kredit yang diberikn atas jumlah aset yang dimiliki.
2. Uji Normalitas
Menurut Sugiyono (2008: 209) uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah di dalam model memiliki residual berdistribusi normal atau tidak.
Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji statistik.
Uji normalitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
84
Tabel 4.17
Uji Normalitas Untuk Uji Beda
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CAR NPL BDR NPM ROA BOPO LDR LAR
N 100 100 100 100 100 100 100 100
Normal Parametersa
,b
Mean .1810 .0180 .0288 1.2267 .0180 .8243 .8956 .6891
Std. Deviation
.07442 .01435 .02626 .74016 .01563 .15143 .12657 .08405
Most Extreme Differences
Absolute .252 .201 .232 .093 .206 .083 .124 .134
Positive .252 .201 .232 .093 .206 .083 .124 .075
Negative -.187 -.108 -.207 -.061 -.144 -.079 -.085 -.134
Kolmogorov-Smirnov Z 2.519 2.013 2.318 .933 2.056 .830 1.237 1.343
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .349 .000 .497 .094 .054
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(Sumber: data diolah)
Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa variabel NPM, BOPO,
LDR dan LAR berdistribusi normal karena memiliki nilai signifikansi
diatas α = 5% atau 0.05. Sedangkan variabel CAR, NPL, BDR dan ROA
memiliki nilai signifikansi kurang dari α yaitu masing masing sebesar 0.00,
0.001 dan 0.00 yang artinya tidak berdistribusi normal sehingga perlu
dilakukan transformasi. Setelah dilakukan pengamatan maka bentuk yang
tepat adalah LN atau Logaritma 10, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.18
Uji Normalitas Setelah Transformasi Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LN_CAR LN_NPL LN_BDR LN_ROA
N 100 100 100 100
Normal Parametersa,b
Mean 2.8300 .1970 .8213 .3242 Std. Deviation
.26796 1.03207 .60830 .87238
Most Extreme Differences
Absolute .122 .114 .103 .098 Positive .122 .090 .050 .070
Negative -.081 -.114 -.103 -.098
Kolmogorov-Smirnov Z 1.221 1.137 1.027 .984 Asymp. Sig. (2-tailed) .101 .150 .242 .287
(Sumber: data diolah)
85
Setelah dilakukan transformasi data ke dalam bentuk Ln, maka dapat
dilihat dari hasil tabel 4.2 bahwa variabel CAR, NPL, BDR dan ROA
memiliki nilai signifikansi diatas 0.05 yaitu masing-masing sebesar 0.101,
0.150, 0.242 dan 0.287. Dengan demikian asumsi normalitas untuk uji beda
seluruh variabel dalam penelitian ini telah terpenuhi.
3. Uji t-Test Independent
Ghozali (2009: 60) mengatakan bahwa Uji beda t-test bertujuan untuk
menentukan apakah sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata
yang berbeda yaitu dengan membandingkan apakah kedua kelompok
mempunyai nilai rata-rata yang sama atau tidak secara signifikan.
Tabel 4.19
Hasil Uji Beda Bagian Pertama
Group Statistics
GROUPS N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
LN_CAR S 50 2.8885 .34963 .04944
K 50 2.7715 .12588 .01780
LN_NPL S 50 .5903 1.07497 .15202 K 50 .1963 .82514 .11669
LN_BDR S 50 1.1861 .36984 .05230 K 50 .4565 .58238 .08236
NPM S 50 1.0644 .85817 .12136 K 50 1.3890 .56271 .07958
LN_ROA S 50 .1159 .83360 .11789 K 50 .7643 .66890 .09460
BOPO S 50 .9004 .13677 .01934 K 50 .7482 .12571 .01778
LDR S 50 .9110 .14733 .02084 K 50 .8802 .10088 .01427
LAR S 50 .7076 .10040 .01420
K 50 .6706 .05912 .00836
(Sumber: data diolah)
Berdasarkan tabel 4.19, dapat dilihat bahwa variabel CAR, NPL,
BDR, BOPO, LDR dan LAR pada perbankan syariah memiliki nilai mean
86
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional. Namun semakin
rendah nilai NPL, BDR, BOPO, LDR dan LAR maka akan semakin baik
kondisi kesehatan bank tersebut. Sedangkan nilai mean dari variabel NPM
dan ROA perbankan syariah lebih rendah dari perbankan konvensional.
Artinya bahwa NPM dan ROA bank konvensional lebih baik pada kondisi
kesehatannya dibandingkan dengan bank syariah karena semakin tinggi nilai
CAR, NPM, dan ROA maka akan semakin baik kondisi kesehatan bank
tersebut.
Variabel CAR pada bank syariah dan konvensional memiliki nilai
mean yang berbeda masing-masing sebesar 2.8885 dan 2.7715. Variabel
NPL pada kedua jenis bank tersebut juga memiliki nilai mean yang berbeda
dan memiliki selisih yang cukup signifikan yaitu pada bank syariah sebesar
0.5903 sedangkan bank konvensional sebesar 0.1963. Selain NPL, variabel
BDR juga berbeda dengan nilai mean pada bank syariah 1.1861 dan bank
konvensional 0.4565. Variabel NPM pada kedua jenis bank tersebut masing-
masing 1.0644 dan 1.3890 sedangkan nilai mean ROA pada bank syariah
sebesar 0.1159 dan bank konvensional 0.7643. Nilai mean variabel BOPO
bank syariah yaitu 0.9004 dan 0.7482 pada bank konvensional. Nilai mean
LDR pada kedua jenis bank tersebut tidak memiliki perbedaan yang cukup
signifikan yaitu masing-masing sebesar 0.9110 dan 0.8802. Sedangkan pada
variabel LAR masing-masing sebesar 0.7076 dan 0.6706.
87
Untuk memastikan adanya perbedaan nyata secara statistik pada
perbankan konvensional dan syariah, maka perlu dilakukan uji independent
sample sebagai berikut:
Tabel 4.20
Hasil Uji Beda Bagian Kedua
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t Df Sig. (2-tailed)
LN_CAR Equal variances assumed 2.227 98 .028
Equal variances not assumed 2.227 61.493 .030
LN_NPL Equal variances assumed 4.104 98 .000 Equal variances not assumed 4.104 91.862 .000
LN_BDR Equal variances assumed 7.479 98 .000 Equal variances not assumed 7.479 82.993 .000
NPM Equal variances assumed -2.237 98 .028 Equal variances not assumed -2.237 84.562 .028
LN_ROA Equal variances assumed -5.824 98 .000 Equal variances not assumed -5.824 93.608 .000
BOPO Equal variances assumed 5.793 98 .000 Equal variances not assumed 5.793 97.311 .000
LDR Equal variances assumed 1.220 98 .226 Equal variances not assumed 1.220 86.668 .226 LAR Equal variances assumed 2.245 98 .027
Equal variances not assumed 2.245 79.337 .028
(Sumber: data diolah)
Menurut Ghozali (2009: 61), ada dua tahapan untuk melihat adanya
perbedaan nyata secara statistik antara perbankan konvensional dan syariah.
Pertama, menguji apakah variance populasi kedua sampel tersebut sama
(equal variance assumed) atau berbeda (equal variance not assumed).
Kedua, melihat nilai t-test untuk menentukan adanya perbedaan nilai rata-
rata secara signifikan. Dalam penelitian ini menggunakan tahapan yang
88
kedua yaitu dengan membandingkan nilai t statistic dengan t tabel pada DF
adalah N – 2 yaitu 100 – 2 = 98 dan tingkat signifikansi α = 5 %.
Dari tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa nilai t statistik variabel CAR
sebesar 2.227 dan t tabel dengan df 98 sebesar 1.984. nilai t statistic lebih
besar dari t tabel yaitu 2.227 > 1.984 dan nilai signifikansi 0.028 < 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa variabel CAR antara perbankan
konvensional dan syariah memiliki perbedaan secara signifikan. Selain
CAR, variabel NPL, BDR, NPM, ROA, BOPO dan LAR juga memiliki
signifikansi 0.000 yang lebih rendah dari 0.05, masing masing nilai t
statistic dan t tabel sebesar 4.104 > 1.984, 7.479 > 1.984, -2.237 < -1.984, -
5.824 < -1.984, 5.793 > 1.984 dan 2.245 > 1.984 yang artinya bahwa adanya
perbedaan yang signifikan pada CAR, NPL, BDR, NPM, ROA, BOPO dan
LAR antara perbankan konvensional dan syariah. Sedangkan variabel LDR
memiliki t statistic sebesar 1.220 lebih besar dari t tabel 1.984 dan
signifikansi 0.226 lebih besar dari 0.05, maka antara perbankan
konvensional dan syariah pada variabel LDR adalah sama atau tidak
memiliki perbedaan.
Dari Independent Sample Test diatas, maka dapat disimpulkan dengan
rangkuman dalam tabel dibawah ini:
89
Tabel 4.21
Rangkuman Hasil Uji Beda
Variabel Hasil Uji t Keterangan
t-statistik t-tabel α Sign.
LN_CAR 2.227
1.984
0.05
0.030 Berbeda
LN_NPL 4.104 0.000 Berbeda
LN_BDR 7.479 0.000 Berbeda
NPM -2.237 -
1.984
0.000 Berbeda
LN_ROA -5.824 0.028 Berbeda
BOPO 5.8793
1.984
0.000 Berbeda
LDR 1.220 0.226 Sama
LAR 2.245 0.028 Berbeda
(Sumber: data diolah)
4. Interpretasi
Penilaian perbedaan tingkat kesehatan bank dengan metode CAMEL
pada bank syariah dan konvesnsional yang menggunakan variabel CAR,
NPL, BDR, NPM, ROA, BOPO, LDR dan LAR masing-masing memiliki
kriteria tertentu. Pada variabel CAR dapat dilihat pada perbedaan nilai mean
dan nilai signifikansi pada uji beda yaitu sebesar 2.8885 dan 0.030. Hal ini
dikarenakan CAR adalah aspek permodalan yang didasarkan pada
kewajiban penyediaan modal minimum bank yang ditetapkan oleh BI yaitu
pada perbedaan modal bank dan aktiva tertimbang menurut risiko yang
dimiliki oleh bank tersebut. Namun bank syariah memiliki nilai CAR yang
lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional.
Pada variabel NPL dapat dilihat dari nilai mean pada kedua jenis bank
tersebut masing-masing 0.5903 dan 0.1963 dengan nilai signifikasni 0.000.
Hal ini dikarenakan pada bank konvensional memiliki nilai yang cenderung
lebih rendah, artinya bank konvensional memiliki kredit macet yang rendah
90
sehingga pendapatan disertai laba yang diperoleh akan meningkat.. Jika
dibandingkan dengan bank syariah masih memiliki nilai cenderung lebih
tinggi yang artinya bank syariah memiliki pembiayaan bermasalah yang
besar yang disalurkan ke nasabahnya sehingga dapat menurunkan
pendapatan dan laba yang diperoleh.
Nilai mean dari BDR kedua jenis bank tersebut pada uji beda masing-
masing 1.1861 dan 0.4565 dan nilai signifikansi 0.000. Perbedaan ini
disebabkan karena rasio pada bank syariah cenderung lebih tinggi daripada
bank konvensioal. Artinya aktiva yang dimiliki oleh bank syariah
mengalami masalah terjadinya gangguan sehingga cukup berdampak pada
kesulitan arus kas untuk membayar bunga dan angsuran utang lainnya.
Berbeda dengan bank konvensional yang mampu mengelola aktiva
produktifnya dengan baik.
Pada variabel NPM nilai mean kedua jenis bank tersebut pada uji beda
masing-masing 1.0644 dan 1.3890 dan nilai signifikansi 0.000. Perbedaan
ini dikarenakan bank konvensional memiliki keuntungan yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan pendapatan operasionalnya. Hal ini juga
disebabkan oleh perbedaan prinsip yang digunakan oleh kedua jenis sampel
tersebut. Pada bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil loss and profit
sharing yang memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan bunga pada
bank konvensional sehingga bank syariah cenderung memiliki keuntungan
yang lebih rendah.
91
Nilai ROA yang dimiliki oleh bank syariah juga memiliki perbedaan
yang cukup signifikan terhadap bank konvensional. Nilai mean kedua jenis
bank tersebut pada uji beda masing-masing 0.1159 dan 0.7643 dan nilai
signifikansi 0.028. Hal tersebut dikarenakan pada bank konvensional
mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari penggunaan aset
yang dimiliki yang sebagian besar dananya diperoleh dari simpanan
nasabahnya. Namun pada bank syariah belum mampu menghasilkan
keuntungan yang cukup tinggi dibandingkan dengan bank konvensional.
Pada variabel BOPO yang dimiliki bank konvensional cenderung
lebih rendah dari pada bank syariah. Nilai mean kedua jenis bank tersebut
pada uji beda masing-masing 0.9004 dan 0.7482 dan nilai signifikansi
0.000.. Hal tersebut dikarenakan pendapatan operasional yang diperoleh
bank konvensional jauh lebih tinggi dari biaya operasionalnya. Bank
konvensional mampu menggunakan sumber daya yang dimiliki secara
efektif dan efisien.
Rasio LDR dari nilai mean kedua jenis bank tersebut pada uji beda
masing-masing 0.9110 dan 0.8802 dan nilai signifikansi 0.226. Artinya
keduanya tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan walaupun istilah
kredit (loan) hanya digunakan pada bank konvensional sedangkan pada
bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan (financing). Hal tersebut
dikarenakan besarnya kredit atau pembiayaan yang disalurkan oleh bank
dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber telah memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh BI yaitu tidak lebih dari angka 100%
92
Pada variabel LAR bank konvensional memiliki nilai yang lebih
rendah dari bank syariah. Artinya bahwa bank konvensional lebih mampu
memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang
dimilikinya. Semakin rendah nilai LAR maka akan semakin tinggi tingkat
likuiditas yang dimiliki oleh suatu bank. Namun pada bank syariah
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional yang berarti
bahwa tingkat likuiditasnya semakin rendah. Hal tersebut juga dapat dilihat
pada nilai mean kedua jenis bank tersebut pada uji beda masing-masing
0.7076 dan 0.6706 dan nilai signifikansi 0.028.
Jadi dapat disimpulkan bahwa selama periode penelitian tahun 2011–
2015 pada bank konvensional memiliki tingkat kesehatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bank syaiah pada seluruh variabel penelitian yang
digunakan. Artinya bank konvensional mampu menjaga rasio kecukupan
modal baik dari asetnya, laba yang diperoleh dan kegiatan operasionalnya.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kesehatan
pada Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional dengan
menggunakan metode CAMEL. Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan yang telah dijelaskan pada bab IV, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat kesehatan bank umum syariah dengan menggunakan metode
CAMEL cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan bank
konvensional. Namun dari seluruh aspek pada camel bank syariah memiliki
nilai tingkat kesehatan yang baik. Hal ini dikarenakan bank syariah mampu
mengelola modal, kualitas aset, manajemen dan laba serta likuiditasya
dengan baik.
2. Tingkat kesehatan bank umum konvensional dengan menggunakan metode
CAMEL cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan bank syariah.
Dari seluruh aspek pada camel bank konvensional memiliki nilai tingkat
kesehatan yang sangat baik. Hal ini dikarenakan bank konvensional mampu
secara konsisten mengelola modal, kualitas aset, manajemen dan laba serta
likuiditasya dengan sangat baik.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik pada variabel CAR,
NPL, BDR, NPM, ROA, BOPO dan LAR antara perbankan syariah dan
konvensional. Nilai CAR pada bank umum syariah lebih baik dibandingkan
94
bank umum konvensional. Dan nilai NPL, BDR dan LAR yang dimiliki
bank umum syariah lebih tinggi dibandingan dengan bank umum
konvensional. Namun semakin tinggi nilai NPL, BDR dan LAR maka akan
semakin menurun tingkat kesehatan pada bank tersebut. Artinya bahwa
penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah memiliki risiko
lebih tinggi karena menggunakan prinsip profit and loss sharing. Sedangkan
nilai NPM, ROA, BOPO, NPL, BDR dan LAR pada bank umum
konvensional lebih baik dibandingkan dengan bank umum syariah. Hal
tersebut disebabkan adanya perbedaan aktiva yang mengandung risiko yang
dimiliki oleh Bank Umum Syariah dan Konvensional serta perbedaan
prinsip yang digunakan yang dapat meningkatkan keuntungan lebih besar
pada bank umum konvensional. Sedangkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada nilai LDR antara bank umum syariah dan bank umum
konvensional. Artinya kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya tidak memiliki nilai yang berbeda
secara signifikan.
B. Implikasi dan Saran
Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku.
95
Berdasarkan kesimpulan diatas, terdapat beberapa implikasi dari
penelitian ini yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuannya.
1. Bagi Pengelola Bank
Bagi pihak manajemen perbankan diharapkan untuk lebih
memperhatikan dalam penilaian tingkat kesehatan bank terhadap kinerja
keuangan bank baik dalam pengelolaan aset, menyalurkan kredit dan
memperoleh laba.
2. Bagi Nasabah
Bagi pihak nasabah dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan
informasi untuk dijadikan pilihan dalam hal penitipan dana, pengelolaan
dana, dan pembiayaan yang tepat.
3. Bagi Akademisi
Bagi pihak akademisi penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pemahaman secara akademis dan juga sebagai referensi untuk melakukan
penelitian selanjutnya baik menggunakan metode penelitian yang sama
ataupun menggunakan metode penelitian yang berbeda.
Berdasarkan hasil dan analisa yang dilakukan dalam penelitian ini masih
banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih banyak yang perlu
diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk para peneliti selanjutnya guna
melakukan penelitian yang lebih baik lagi. Adapun sarannya adalah sebagai
berikut:
96
1. Dalam penelitian selanjutnya, peneliti diharapkan mampu mengembangkan
terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank
dengan menggunakan variabel yang berbeda maupun menambahkan
variabel-variabel yang terkait.
2. Dalam penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2011 – 2015.
Peneliti selanjutnya diharapkan mampu memperpanjang periode penelitian
agar dapat menghasilkan data yang lebih normal.
3. Dalam penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti menggunakan metode
analisis yang berbeda dan mencari teori yang relevan sesuai dengan
perkembangan dan keadaan saat ini.
97
DAFTAR PUSTAKA
Agung. Trian. Cahyadi. 2012. Mengukur Tingkat Kesehatan Bank Umum.
http://www.agungtriancahyadi.wordpress.com/2012/10/21/mengukurtingk
at-kesehatan-bank-umum-2// (diakses pada 4 Mei 2013)
Arif. Al. Rianto. Nur. M & Rahmawati Yuke. 2015. Manajemen Risiko
Perbankan Syariah. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Booklet Perbankan Indonesia. 2014. Edisi 1. Maret 2014. Otoritas Jasa Keuangan.
Boy. Loen & Sonny. Ericson. 2007. Manajemen Aktiva Pasiva Bank Non Devisa,
Jakarta: PT Grasindo.
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Difah. Siti. Syamsiroh. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Dividend Payout Ratio. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas
Diponegoro Semarang.
Ghozali. Imam. 2009. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan Ke-
4. Badan Penerbit Universitas Dipenegoro.
Ghozali. Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Handayati. Puji. 2015. Analysis Comparative Of Financial Performance Of
Syari’ah And Conventional Banking In Indonesia. BEST: International
Journal of Management. Vol. 3, Issue 11
Harjanti, Reny Sri. 2011. Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap
Perdiksi Kebangkrutan Bank. Jurnal
Hartono. I, Djohar. S, & Daryanto. H.K. 2008. Analisis Efisiensi Bank
Perkreditan Rakyat di Wilayah Jabodetabek dengan Pebdekatan Data
Envelopment Analisys. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. 5(2): 52-63
Husaini. Usman & Setiady. Akbar Purnomo. 2006. Pengantar Statistika. Edisi
Kedua. PT. Bumi Aksara. Jakarta
Ibrahim. Mukdad. 2015. A Comparative Study of Financial Performance between
Conventional and Islamic Banking in United Arab Emirates. International
Journal of Economics and Financial Issues. 5(4), 868-874.
Indroes. N. Ferry. 2008. Manajemen Risiko Perbankan. PT. Rajagrafindo Persada.
Jakarta
98
Jahja. Susilo. Adi & Iqbal. Muhammad. 2012. Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional. Institut
Perbanas Jakarta
Karya Utama, I Made. 2012. Jurnal Analisis Camel: Penilaian tingkat Kesehatan
Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana
Lasta, Heidy Arrvida, Zainul Arifin dan Nila Firdausi Nuzula. 2014. Analisis
Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Pendekatan RGEC (Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Volume 13 Nomor 2.
Latif, Abbas, Akram, et al. 2016. Study of Performance Comparison between
Islamic and Conventional Banking in Pakistan. European Journal of
Educational and Development Psychology. Vol.4, No.1, pp.17-33.
Majid. M. Shabri Abd., Said Musnadi, and Indra Yadi Putra. 2014. A
Comparative Analysis of the Quality of Islamic and Conventional Banks’
Asset Management in Indonesia. Gadjah Mada International Journal of
Business Vol. 16, No. 2
Mulyaningrum, Penni. 2008. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kebangkrutan
Bank di Indonesia. Tesis. Semarang : Magister akuntansi UNDIP.
Nur’aini. Ihsan. Dwi. 2015. Manajemen Treasury Bank Syariah. UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta
Nuryati & Amethysa. Gendis. Gumilar. 2010. Analisis Perbandingan Bank Umum
Konvensional Dan Bank Umum Syariah. Surakarta.
Pratikto. Heri & Iis. Sugianto. 2011. Kinerja Efisiensi Bank Syariah Sebelum Dan
Sesudah Krisis Global Berdasarkan Data Envelopment Analysis. Malang
Prasetyo. Indra. 2008. Analisis Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di
Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen. Volume 6. Nomor 2. Agustus
2008. Hal. 164-174. Universitas Wijaya Putra. Surabaya.
Prasnanugraha P, Ponttie, 2007. Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan
Terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia. Tesis. Semarang : Program
Magister Akuntansi Universitas Diponegoro
Riyadi. Slamet. 2006. Banking Asset & Liability Management. LPUI : Jakarta.
Riyadi. Slamet & Yulianto. Agung. 2014. Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil,
Pembiayaan Jual Beli, Financing To Deposit Ratio (FDR) dan Non
Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah
Di Indonesia. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
99
Rosyadi. Imron & Fauzan. 2011. Komparatif Efisiensi Perbankan Syariah Dan
Perbankan Konvensional di Indonesia, Jurnal Manajemen dan Bisnis.
Surakarta.
Ruwaida, Fitri. 2011. Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Tingkat
Kesehatan Keuangan Pada PD BPR BANK Klaten. Universitas Negri
Yogyakarta : Jawa Tengah
Sabir. M. Muh, Ali Muhammad, Hamid Habbe Abd. 2012. Pengaruh Rasio
Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dan
Bank Konvensional Di Indonesia. Manajemen dan Keuangan, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar. Jurnal Analisis,
Vol.1 No.1 : 79 – 86
Siraj and Sudarsanan. Pillai 2012. Comparative Study on Performance of Islamic
Banks and Conventional Banks in GCC region. Journal of Applied
Finance & Banking, vol.2, no.3
Sumarsan. Thomas. 2013. Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi,
dan pengukuran kinerja. Edisi 2. Jakarta Barat
Suhartono, dan F. Qudsi. 2009. Portofolio Investasi dan Bursa Efek : Pendekatan
Teori dan Praktik. Edisi Petama, Cetakan Pertama. Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN. Yogyakarta.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. Edisi
Pertama. Yogyakarta: ANDI Offset.
Sun C. C. 2011. Assessing Taiwan Financial Holdings Companies Performance
Using Window Analysis And Malmquist Productivity Index. African
Journal of Business Management. 5(26), pp:10508-10523.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011.
Tabrizi. Ahmad. 2014. Pengaruh Variabel Makro terhadap Non Performing
Financing (NPF) Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode 2005-
2013. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tunena. Andreas, S.L.V.H. Joyce. Lapian, & Jantje. L. Sepang. 2015. Analisis
Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode Camel Studi Perbandingan Pada
Bri Tbk & Btn Tbk Periode 2010-2014. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Manajemen Universitas Sam Ratulangi. Manado. Jurnal EMBA.
Vol.3 No.3
Vini. 2013. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah Dan Bank
Konvensional Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis
(Dea). Skripsi yang dipublikasikan Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah. Jakarta
100
Wardiantika. Lifstin & Rohmawati. Kusumanigtias. 2004. Pengaruh DPK, CAR,
NPF, dan SWBI Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum
Syariah (Tahun 2008-2012). Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Surabaya.
Widarjono. A. 2009. Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakart:
Ekonosia FEUII.
Yanti & Susila. 2014. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan
Metode Camel Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen. e-
Journal Bisma. Vol.2
100
LAMPIRAN
Data Variabel Penelitian Bank Syariah
No Nama Bank
Variabel (%)
Tahun CAR NPL ROA BOPO LDR BDR NPM LAR
1 Syariah Mandiri
2011 14.57 0.95 1.95 76.44 86.03 2.53 0.53 0.75
2012 13.82 1.14 2.25 73.00 94.40 1.4 0.67 0.83
2013 14.10 2.29 1.53 86.46 89.37 2.44 0.55 0.79
2014 14.12 4.29 0.40 106.60 81.92 3.68 0.45 0.73
2015 12.85 4.05 0.56 94.78 81.99 3.16 0.4 0.73
2 Muamalat Indonesia
2011 17.78 2.99 1.13 85.52 76.76 4.6 0.55 0.7
2012 11.03 3.63 0.20 97.38 94.15 5.52 0.11 0.74
2013 14.43 3.46 0.27 93.78 99.99 4.9 0.37 0.78
2014 13.91 4.85 0.17 97.38 84.14 5.86 0.19 0.69
2015 12.36 4.20 0.20 97.41 90.30 3.87 0.22 0.71
3 BRI
Syariah
2011 14.74 3.12 0.20 99.25 90.55 2.42 0.12 0.82
2012 11.35 1.84 1.19 86.63 103.07 2.55 0.6 0.81
2013 14.49 3.26 1.15 90.42 102.70 3.49 0.94 0.81
2014 12.89 3.65 0.80 99.77 93.90 3.77 0.08 0.77
2015 13.94 3.89 0.76 93.79 84.16 3.38 0.94 0.69
4 BNI
Syariah
2011 20.75 2.42 1.29 90.89 78.60 2.72 1.07 0.63
2012 19.29 1.42 1.48 88.79 84.99 1.58 1.21 0.72
2013 16.54 1.13 1.37 88.11 97.86 1.53 0.8 0.76
2014 18.76 1.04 1.27 89.80 92.60 1.61 1.63 0.77
2015 18.16 1.46 1.43 89.63 91.94 2.35 1.92 0.77
5 Panin
syariah
2011 20.00 0.69 2.06 69.30 107.70 3.33 0.58 0.74
2012 32.20 0.19 3.48 47.60 105.66 4.62 1.23 0.76
2013 20.83 0.77 1.03 81.31 90.40 3.8 0.47 0.79
2014 25.69 0.29 1.99 82.58 94.04 3.21 0.21 0.77
2015 20.30 1.94 1.14 89.29 96.43 1.98 0.22 0.76
6 Jabar
Banten Syariah
2011 30.29 2.89 1.23 84.07 79.61 4.7 0.51 0.58
2012 21.09 3.27 0.59 110.34 87.99 5.64 0.66 0.62
2013 17.99 2.57 0.91 85.76 97.40 5.5 0.55 0.53
2014 15.83 3.78 0.69 96.94 93.69 4.32 0.45 0.75
2015 22.53 3.43 0.25 98.78 104.75 3.45 0.41 0.78
7 Bukopin Syariah
2011 15.29 1.74 0.52 93.86 83.54 3.25 0.36 0.7
2012 12.78 4.59 0.55 91.59 91.98 2.86 0.89 0.73
2013 11.10 3.68 0.69 92.29 100.29 3.61 0.77 0.76
2014 14.80 3.34 0.27 96.77 92.89 3.26 0.3 0.72
2015 16.31 2.74 0.79 91.99 90.56 2.44 0.77 0.74
101
No Nama Bank
Variabel (%)
Tahun CAR NPL ROA BOPO LDR BDR NPM LAR
8 Syariah Mega
Indonesia
2011 12.03 3.03 1.58 90.80 83.08 3.04 2.1 0.69
2012 13.51 2.67 3.81 77.28 88.88 4.22 2.25 0.71
2013 12.99 3.98 2.33 86.09 93.37 4.3 2.14 0.64
2014 19.26 3.89 0.29 97.61 93.61 3.1 2.13 0.76
2015 18.74 4.26 0.30 99.51 98.41 2.15 2.23 0.79
9 BCA
Syariah
2011 45.90 0.20 0.90 77.30 78.80 2.92 1.66 0.56
2012 31.50 0.10 0.80 74.10 79.90 2.01 1.12 0.4
2013 22.40 0.10 1.00 74.10 83.50 3.79 2.08 0.69
2014 29.40 0.10 0.80 76.30 91.20 4.17 1.71 0.71
2015 34.30 0.70 1.00 81.50 91.40 2.11 2.49 0.68
10 Victoria Syariah
2011 45.20 1.94 6.93 86.40 46.08 4.27 0.58 0.33
2012 28.08 2.41 1.43 87.90 73.78 5.34 2.26 0.51
2013 18.40 3.31 0.50 91.95 84.65 6.41 3.79 0.65
2014 15.27 4.75 -1.87 143.31 95.19 4.2 2.83 0.75
2015 16.14 4.82 -2.36 119.19 95.29 3.1 2.12 0.78
(Sumber: data diolah)
Data Variabel Penelitian Bank Konvensional
No. Nama Bank
Tahun Variabel (%)
CAR NPL ROA BOPO LDR BDR NPM LAR
1 Mandiri
2011 15.34 0.45 3.37 67.22 71.65 1.59 1.08 0.57
2012 15.48 0.37 3.55 63.93 77.66 1.45 1.35 0.61
2013 14.93 0.37 3.66 62.41 82.97 1.43 1.28 0.64
2014 16.60 0.44 3.57 64.98 82.02 1.42 1.41 0.62
2015 18.60 0.60 3.15 69.67 87.05 1.96 1.15 0.65
2 BRI
2011 14.96 2.30 4.93 66.69 76.20 1.85 2.61 0.63
2012 16.95 1.78 5.15 59.93 79.85 1.46 2.23 0.66
2013 16.99 1.55 5.03 60.58 88.54 1.28 2.56 0.72
2014 18.31 1.69 4.73 65.42 81.68 1.26 2.61 0.64
2015 20.59 2.02 4.19 67.96 86.88 1.57 2.05 0.66
3 BCA
2011 12.70 0.20 3.80 60.90 61.70 0.4 1.82 0.53
2012 14.20 0.20 3.60 62.40 68.60 0.4 1.84 0.57
2013 15.70 0.20 3.80 61.50 75.40 0.5 1.79 0.62
2014 16.90 0.20 3.90 62.40 76.80 0.6 1.76 0.61
2015 18.70 0.20 3.80 63.20 81.10 0.7 1.5 0.71
102
No. Nama Bank
Tahun Variabel (%)
CAR NPL ROA BOPO LDR BDR NPM LAR
4 BNI
2011 17.60 0.50 2.90 72.60 70.40 2.7 0.89 0.55
2012 16.70 0.80 2.90 71.00 77.50 2.1 0.97 0.6
2013 15.10 0.50 3.40 67.10 85.30 1.5 1.19 0.65
2014 16.20 0.40 3.50 68.00 87.80 1.4 1.22 0.66
2015 19.50 0.90 2.60 75.50 87.80 1.9 1.03 0.64
5 CIMB Niaga
2011 13.16 1.46 2.85 76.10 94.41 2.55 1.28 0.75
2012 15.16 1.11 3.18 71.70 95.04 2.23 1.32 0.74
2013 15.36 1.55 2.56 73.79 94.49 2.1 1.25 0.72
2014 15.58 1.94 1.44 87.86 99.46 3.53 1.32 0.76
2015 16.28 1.59 0.24 97.38 97.98 3.35 1.28 0.74
6 Danamon
2011 17.40 0.50 2.60 79.30 98.30 2.1 0.81 0.72
2012 18.90 0.20 2.70 75.00 100.70 2 0.89 0.75
2013 17.90 1.10 2.50 82.86 95.10 1.6 0.81 0.73
2014 17.80 1.30 1.40 76.61 92.60 1.95 0.62 0.71
2015 19.70 1.90 1.20 85.56 87.50 2.5 0.6 0.69
7 Panin Bank
2011 17.50 0.92 2.02 49.06 80.36 2.02 0.97 0.55
2012 14.67 0.48 1.96 47.86 88.46 1.96 1.25 0.61
2013 15.32 0.75 1.85 48.88 87.71 1.85 1.85 0.63
2014 17.30 0.52 2.23 79.81 95.47 1.69 1.38 0.65
2015 20.13 0.55 1.31 86.66 98.83 2.07 1.54 0.64
8 Pernata
Bank
2011 14.07 0.55 1.66 85.40 83.10 1.77 1.28 0.67
2012 15.86 0.40 1.70 83.10 89.50 1.22 1.61 0.71
2013 14.30 0.30 1.60 85.00 89.20 0.9 1.68 0.71
2014 13.60 0.60 1.20 89.80 89.10 1.4 1.98 0.71
2015 15.00 1.40 0.20 96.90 87.80 0.2 0.29 0.69
9 BTN
2011 15.03 2.23 2.03 81.75 102.50 1.07 2.09 0.67
2012 17.69 3.12 1.94 80.74 100.90 1.52 2.39 0.67
2013 15.62 3.04 1.79 82.19 104.42 2.7 2.04 0.7
2014 14.64 2.76 1.14 88.97 108.86 3.57 1.28 0.74
2015 16.97 2.11 1.61 84.83 108.78 3.2 1.67 0.74
10 May Bank
2011 11.83 1.10 1.14 92.64 88.86 2.5 0.7 0.71
2012 12.83 0.81 1.64 87.22 87.34 1.64 0.73 0.7
2013 12.74 1.55 1.74 84.10 87.04 2.01 0.68 0.71
2014 15.76 1.48 0.68 92.94 92.67 2.14 0.74 0.73
2015 15.17 2.42 1.01 90.77 86.14 3 0.78 0.74
(Sumber: data diolah)
103
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CAR NPL BDR NPM ROA BOPO LDR LAR
N 100 100 100 100 100 100 100 100
Normal Parametersa
,b
Mean .1810 .0180 .0288 1.2267 .0180 .8243 .8956 .6891
Std. Deviation
.07442 .01435 .02626 .74016 .01563 .15143 .12657 .08405
Most Extreme Differences
Absolute .252 .201 .232 .093 .206 .083 .124 .134
Positive .252 .201 .232 .093 .206 .083 .124 .075
Negative -.187 -.108 -.207 -.061 -.144 -.079 -.085 -.134
Kolmogorov-Smirnov Z 2.519 2.013 2.318 .933 2.056 .830 1.237 1.343
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .349 .000 .497 .094 .054
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(Sumber: data diolah)
Uji Normalitas Setelah Transformasi Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LN_CAR LN_NPL LN_BDR LN_ROA
N 100 100 100 100
Normal Parametersa,b
Mean 2.8300 .1970 .8213 .3242 Std. Deviation
.26796 1.03207 .60830 .87238
Most Extreme Differences
Absolute .122 .114 .103 .098 Positive .122 .090 .050 .070
Negative -.081 -.114 -.103 -.098
Kolmogorov-Smirnov Z 1.221 1.137 1.027 .984 Asymp. Sig. (2-tailed) .101 .150 .242 .287
(Sumber: data diolah)
104
Hasil Uji Beda Bagian Pertama
Group Statistics
GROUPS N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
LN_CAR S 50 2.8885 .34963 .04944
K 50 2.7715 .12588 .01780
LN_NPL S 50 .5903 1.07497 .15202 K 50 .1963 .82514 .11669
LN_BDR S 50 1.1861 .36984 .05230 K 50 .4565 .58238 .08236
NPM S 50 1.0644 .85817 .12136 K 50 1.3890 .56271 .07958
LN_ROA S 50 .1159 .83360 .11789 K 50 .7643 .66890 .09460
BOPO S 50 .9004 .13677 .01934 K 50 .7482 .12571 .01778
LDR S 50 .9110 .14733 .02084 K 50 .8802 .10088 .01427
LAR S 50 .7076 .10040 .01420
K 50 .6706 .05912 .00836
(Sumber: data diolah)
Hasil Uji Beda Bagian Kedua
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t Df Sig. (2-tailed)
LN_CAR Equal variances assumed 2.227 98 .028
Equal variances not assumed 2.227 61.493 .030
LN_NPL Equal variances assumed 4.104 98 .000 Equal variances not assumed 4.104 91.862 .000
LN_BDR Equal variances assumed 7.479 98 .000 Equal variances not assumed 7.479 82.993 .000
NPM Equal variances assumed -2.237 98 .028 Equal variances not assumed -2.237 84.562 .028
LN_ROA Equal variances assumed -5.824 98 .000 Equal variances not assumed -5.824 93.608 .000
BOPO Equal variances assumed 5.793 98 .000 Equal variances not assumed 5.793 97.311 .000
LDR Equal variances assumed 1.220 98 .226 Equal variances not assumed 1.220 86.668 .226 LAR Equal variances assumed 2.245 98 .027
Equal variances not assumed 2.245 79.337 .028
(Sumber: data diolah)