ANALISIS TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI PADA SISWA SMP ... · TUUGAS AKHIR . Diajukan untuk Memenuhi...

31
ANALISIS TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI PADA SISWA SMP BERKEMAMPUAN MATEMATIKA TINGGI BERDASARKAN TEORI VAN HIELE TUUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika Disusun Oleh : MEGA KUSUMAWATI DEWI ASTUTI 202013090 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Transcript of ANALISIS TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI PADA SISWA SMP ... · TUUGAS AKHIR . Diajukan untuk Memenuhi...

  • ANALISIS TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI PADA SISWA SMP

    BERKEMAMPUAN MATEMATIKA TINGGI BERDASARKAN

    TEORI VAN HIELE

    TUUGAS AKHIR

    Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana

    Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika

    Disusun Oleh :

    MEGA KUSUMAWATI DEWI ASTUTI

    202013090

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2017

  • ANALISIS TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI PADA SISWA SMP

    BERKEMAMPUAN MATEMATIKA TINGGI BERDASARKAN

    TEORI VAN HIELE

    Mega Kusumawati Dewi Astuti1, Novisita Ratu

    2

    Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga, Jawa Tengah 50711 1Mahasiswa pendidikan Matematika FKIP UKSW, email : [email protected] 2Dosen pendidikan Matematika FKIP UKSW, email : [email protected]

    ABSTRAK

    Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika, karena banyaknya konsep-konsep yang

    termuat di dalamnya. Meskipun demikian, bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar geometri

    siswa masih rendah. Agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari geometri, pengajar harus

    memperhatikan tahapan berpikir belajar geometri. Van Hiele menyatakan, terdapat lima level berpikir siswa

    dalam memahami geometri. Tingkatan level tersebut yaitu visualisasi (level 0), analisis (level 1), deduksi

    informal (level 2), deduksi formal (level 3) dan Rigor (level 4). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif

    kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat berpikir geometri pada siswa SMP Kristen 2 Salatiga

    berkemampuan matematika tinggi berdasarkan teori Van Hiele. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas

    VIII-D SMP Kristen 2 Salatiga tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri dari 3 subjek berkemampuan matematika

    tinggi dengan teknik pengambilan subjek secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan

    metode tes dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat berpikir geometri pada siswa kelas

    VIII SMP berkemampuan matematika tinggi berdasarkan teori Van Hiele pada materi segiempat berada pada

    tingkat analisis. Pada tingkat visualisasi ketiga subjek sudah mampu dalam mengidentifikasi dan beroperasi

    dengan bangun datar segiempat dan bangun datar geometri lainnya (misalnya garis, sudut, garis berpotongan)

    berdasarkan tampilannya. Sedangkan pada tingkat analisis ketiga subjek sudah mampu dalam menganalisis

    bangun datar segiempat dalam hal komponen dan hubungan antar komponen, menetapkan sifat dari kumpulan

    bangun datar segiempat secara empiris, dan menggunakan sifat untuk menyelesaikan masalah. Dan pada tingkat

    deduksi informal ketiga subjek belum mampu dalam merumuskan dan menggunakan definisi, memberi

    argument informal yang menjadi penemuan sifat sebelumnya, dan mengikuti dan memberi argument deduktif.

    Kata Kunci : tingkat berpikir geometri teori Van Hiele, segiempat.

    PENDAHULUAN

    Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika, karena banyaknya

    konsep-konsep yang termuat di dalamnya. Menurut Burger & Shaughnessy

    (Abdussakir,2010) dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi

    dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan.

    Sedangkan dari sudut pandang matematika, geometri menyediakan pendekatan-pendekatan

    untuk pemecahan masalah, misalnya gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, vektor, dan

    transformasi. Dalam pembelajaran geometri diperlukan pemikiran dan penalaran yang kritis,

    serta kemampuan abstraksi yang logis. Pada dasarnya, geometri mempunyai peluang yang

    lebih besar untuk dipahami siswa dibandingkan dengan cabang matematika yang lain. Hal ini

    dikarenakan ide-ide geometri sudah dikenal oleh siswa sejak sebelum mereka masuk sekolah,

    misalnya garis, bidang, dan ruang (Kusniati,2011). Menurut TIMSS (2011) distribusi bidang

    kajian materi matematika sekolah menengah pertama, untuk kajian geometri dan pengukuran

    sebesar 41% dari seluruh bidang kajian matematika SMP/MTs.

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • National Caucil of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan bahwa secara umum

    kemampuan geometri yang harus dimiliki siswa adalah : 1) Mampu menganalisis karakter

    dan sifat bentuk geometri baik dua dimensi maupun tiga dimensi, dan mamapu membangun

    argumen-argumen matematika mengenai hubungan geometri dengan yang lainnya; 2) mampu

    menentukan kedudukan suatu titik dengan lebih spesifik dan gambaran hubungan spasial

    dengan menggunakan koordinat geometri serta menghubungkannya dengan sistem yang lain,

    3) aplikasi transformasi dan menggunakannya secara simetris untuk menganalisis situasi

    matematika; menggunakan visualisasi, penalaran spasial, dan model geometri untuk

    memecahkan permasalahan (Setiadi,dkk,2012).

    Meskipun demikian, bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar

    geometri masih rendah. Hasil review TIMSS 2011 yang menilai kemampuan matematika dan

    sains menunjukkan skor pencapaian dalam konten geometri untuk kelas 4 dan kelas 8 di

    berbagai negara termasuk Indonesia masih rendah yaitu hanya 49% dan 39% dibanding

    konten matematika lainnya. Skor rata-rata siswa Indonesia pada kelas 8 hanya 386 dan untuk

    konten geometri hanya 377 dari skala internasional yaitu 500 (Kurniawati,dkk,2015).

    Kesulitan siswa dalam geometri juga dialami oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1

    Winong. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan Kusniati (2011) dengan guru

    matematika, kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan geometri masih lemah

    khususnya pada materi segiempat. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari SMP

    Negeri 1 Winong yang dinyatakan pada tabel berikut.

    Tabel 1. Nilai Rata-rata Tes Formatif Materi Pokok Segiempat Siswa Kelas VII

    SMP Negeri 1 Winong Tahun Ajaran 2009/2010

    Kelas

    VII A VII B VII C VII D VII E VII F

    Nilai rata-rata 61,5 50,76 58,72 46,26 47,92 46,84

    Sumber : SMP Negeri 1 Winong

    Agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari geometri, pengajaran harus

    memperhatikan tahapan berpikir belajar geometri, tahap-tahap pembelajaran dalam geometri

    dan sifat-sifat atau karakter yang terkait dengan tingkat-tingkat berpikir peserta didik dalam

    geometri. Van hiele (Aisyah,dkk,2007) menyatakan, terdapat lima level berpikir siswa dalam

    memahami geometri. Tingkatan level tersebut yaitu visualisasi (level 0), analisis (level 1),

    deduksi informal (level 2), deduksi formal (level 3) dan Rigor (level 4). Tiap tingkatan

    menggambarkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri. Tingkatan-

    tingkatan tersebut menjelaskan tentang bagaimana cara berpikir dan jenis ide-ide geometri

    apa yang dipikirkan, bukan berapa banyak pengetahuan yang dimiliki. Perbedaan yang

    signifikan dari satu level ke level berikutnya adalah objek-objek pikiran apa yang mampu

    dipikirkan secara geometris (Van de Walle,2008:151).

    Perbedaan kategori level berpikir geometri Van Hiele sudah banyak diteliti. Beberapa

    penelitian yang dilakukan, menunjukan bahwa siswa pada Sekolah Menengah Pertama

    (SMP) baru sampai pada tingkat visualisasi sampai tingkat deduksi informal. Pada penelitian

    Muhassanah (2014) menemukan tingkatan berpikir geometri Van Hiele tertinggi yang bisa

    dicapai siswa kelas VIII SMP Negeri 16 Surakarta adalah tingkat 2 (deduksi informal).

    Penelitian lain yang dilalukan oleh Lestariyani (2013) menemukan siswa kelas VII dan VIII

    SMP Negeri 2 Ambarawa berada pada tingkat 1 dan 2 berpikir van Hiele. Sedangkan

  • penelitian lain yang dilakukan oleh Nuansari (2016) menemukan siswa kelas IX SMP yang

    berkemampuan tinggi mencapai tingkat analisis, yang berkemampuan sedang mencapai

    tingkat visualisasi, dan siswa berkemampuan rendah mencapai tingkat visualisasi.

    Berdasarkan paparan di atas, tingkat berpikir geometri pada siswa yang berkaitan

    dengan materi segiempat menjadi bagian yang menarik untuk ditelusuri. Makalah ini ditulis

    dengan tujuan mendeskripsikan hasil penelitian tentang tingkat berpikir geometri pada siswa

    SMP berkemampuan matematika tinggi berdasarkan teori Van Hiele. Hasil penelitian ini

    diharapkan dapat memberi gambaran mengenai tingkat berpikir geometri siswa dan

    membantu para pendidik mendesain pembelajaran geometri yang tepat untuk siswa agar

    penguasaan konsep geometri siswa menjadi kuat serta level berpikir geometri dan hasil

    belajar meningkat.

    METODE

    Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam hal ini analisis yang

    akan disampaikan adalah mengenai deskripsi dari sesuatu hal, yaitu level berpikir geometri

    siswa menurut teori Van Hiele. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-D SMP

    Kristen 2 Salatiga tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri dari 3 subjek berkemampuan

    matematika tinggi dengan teknik pengambilan subjek secara purposive sampling, di mana

    siswa telah mendapatkan pembelajaran mengenai geometri pada tingkatan sebelumnya. Data

    diperoleh melalui tes, dilanjutkan dengan wawancara kepada subjek. Instrumen penelitian ini

    adalah instrumen tes tertulis level berpikir geometri yang dibuat berdasarkan deskriptor

    tingkatan Van Hiele menurut David Fuys, et al. tahun 1995 dan sudah melalui validasi

    kepada dosen pembimbing dan pedoman wawancara yang dibuat berdasarkan penjelasan dari

    setiap indikator soal tes tingkat berpikir geometri Van Hiele. Soal terdiri dari 50 butir soal

    yang terdiri dari 12 butir soal pada tingkat visualisasi, 13 butir soal pada tingkat analisis dan

    8 butir soal pada tingkat deduksi informal dan 12 butir soal pada tingkat deduksi. Metode

    analisis data berdasarkan teori Miles and Huberman yang meliputi reduksi data, penyajian

    data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berdasarkan teknik pengambilan subjek secara purposive sampling pada siswa kelas

    VIII SMP berkemampuan matematika tinggi, terpilih 3 subjek untuk mengerjakan soal tes

    tingkat berpikir geometri menurut Van Hiele dan diwawancarai. Adapun subjek yang akan

    diteliti ditampilkan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Subjek Penelitian

    Nama Subjek Inisial Kemampuan Matematika Nilai UTS Nilai UAS

    Tabita S1 Tinggi 100 100

    Beryl S2 Tinggi 98 95

    Petrina S3 Tinggi 100 98

    1. Analisis Tingkat Berpikir Geometri pada Level 0 (Visualisasi)

    Tahap pengenalan atau tahap visualisasi (level 0) merupakan tahap pertama dalam

    tahap berpikir geometri Van Hiele. Pada tahap ini siswa mengidentifikasi dan beroperasi

    dengan bangun datar (misalnya persegi, segitiga) dan bangun datar geometri lainnya

  • (misalnya garis, sudut, garis berpotongan) berdasarkan tampilannya. Berdasarkan hasil

    jawaban soal tes dan wawancara pada indikator level 0 yang pertama menunjukkan

    bahwa S1, S2 dan S3 sudah bisa menyebutkan mana yang merupakan bangun datar

    segiempat dan bukan segiempat berdasarkan tampilan secara keseluruhan pada gambar

    sederhana yaitu pada soal nomor 1. Sedangkan berdasarkan tampilan secara keseluruhan

    pada posisi yang berbeda pada soal nomor 2 S1 dan S2 sudah bisa menyebutkan mana

    yang merupakan bangun datar segiempat dan bukan segiempat dengan benar, tetapi tidak

    dengan S3. S3 masih ada kesalahan dalam menyebutkan mana yang merupakan bangun

    datar segiempat. Hal ini ditunjukkan dengan hasil jawaban S1, S2 dan S3 pada gambar 1.

    a. Jawaban S1 pada soal nomor 2

    b. Jawaban S2 pada soal nomor 2

    c. Jawaban S3 pada soal nomor 2

    Gambar 1. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 2

    Dari gambar 1 pada jawaban S3 yang dilingkari merah terlihat bahwa masih belum

    bisa membedakan bangun mana yang merupakan bangun datar segiempat dan bukan

    segiempat dari macam-macam bangun datar yang diberikan dengan posisi yang berbeda,

    menurut S3 gambar bangun d, i, l dan w merupakan bangun datar segiempat. Padahal

    bangun tersebut bukan merupakan bangun datar segiempat. Hal ini dibuktikan dengan

    hasil wawancara antara peneliti (P) kepada S3.

    Tabel 3. Cuplikan wawancara S3 pada jawaban soal nomor 2

    P : Kenapa bangun d disebut bangun datar segiempat ?

    S : Karena sisinya ada 4.

    P : Jadi sisi yang lebih ini termasuk sisinya ?

    S : Iya, itu termasuk sisi yang ini (sambil menunjuk sisi pada bangun d).

    P : Jadi bangun d termasuk bangun datar segiempat ?

    S : Iya.

    P : Kenapa bangun i bukan merupakan bangun datar segiempat ?

    S : Ini ada sisi yang putus.

    P : Harusnya sisinya bagaimana ?

    S : Harusnya sisinya tersambung.

    P : Disini sisinya ada berapa ?

    S : Ada 4.

    P : Jadi walaupun sisinya ada 4 tapi sisinya tidak tersambung ini tetap bukan bangun datar

    segiempat ?

    S : Belum tentu juga.

    P : Jadi bangun i termasuk bangun datar segiempat atau bukan ?

    S : Ini bangun segiempat.

    P : Jadi segiempat atau bukan Petrina ?

    S : Bisa termasuk.

    P : Kenapa tadi tidak Petrina pilih ?

    S : Tadi tidak yakin.

  • P : Kenapa bangun l disebut bangun datar segiempat ?

    S : Sisinya ada 4.

    P : Sisinya yang mana saja ?

    S : Yang ini 1, 2, 3, 4 (sambil menunjuk sisi pada bangun l).

    P : Jadi garis yang lebih ini juga termasuk sisinya ?

    S : Iya, yang ini ikut yang ini dan ini ikut yang ini (sambil menunjuk sisi pada bangun l).

    P : Lanjut bangun w, kenapa bangun w disebut bangun datar segiempat ?

    S : Ada 4 sisi.

    P : Walaupun ada sisi yang tidak tersambung tetap disebut bangun datar segiempat ?

    S : Termasuk segiempat.

    Dalam menyebutkan mana yang merupakan segiempat berdasarkan tampilan

    keseluruhan pada bangun datar atau bangun lain yang lebih kompleks pada soal nomor 3

    S1, S2 dan S3 masih belum tepat. Hal ini ditunjukkan dengan hasil jawaban subjek pada

    gambar 2.

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    Gambar 2. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 3

    Dari gambar 2 yang sudah dilingkari merah menunjukkan bahwa S1, S2 dan S3 masih

    kurang tepat dalam menyebutkan mana yang merupakan bangun datar segiempat. S1

    masih menyebutkan bahwa gambar bangun f merupakan bangun datar segiempat.

    Sedangkan S2 masih menyebutkan bahwa gambar bangun a adalah bangun datar

    segiempat dan bangun y adalah bangun datar segiempat karena mempunyai 4 sisi. Dan S3

    menyebutkan bahwa bangun g, i dan y merupakan bangun datar segiempat.

    Untuk indikator yang kedua dalam menyusun, menggambar dan mengkopi bangun

    datar segiempat S1, S2 dan S3 sudah bisa walaupun masih ada yang kurang tepat. Seperti

    pada soal nomor 4 dalam menyusun macam-macam bangun datar segiempat

    menggunakan potongan lidi, ketiga subjek sudah benar dalam menyusun. Hal ini

    ditunjukkan dari hasil jawaban subjek pada soal nomor 4, 5 dan 7 pada gambar 3.

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    a. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 4

  • Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    b. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 5

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    c. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 7

    Gambar 3. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 4, 5 dan 7

    Dari gambar 3 terlihat bahwa S1, S2 dan S3 sudah bisa dalam menyusun, menggambar

    dan mengkopi bangun datar segiempat dari soal yang diberikan. Tetapi dalam

    menggambar pada soal nomor 5 S1 dan S3 masih ada yang salah pada ukurannya,

    sedangkan dalam mengkopi atau mencari pasangan bangun yang belum ada S2 masih ada

    yang salah yaitu dalam mencari pasangan dari bangun persegipanjang. S2 menyebutkan

    bahwa pasangan bangun persegipanjang adalah bangun K karena bangun yang lain

    ukurannya tidak sesuai.

    Indikator yang ketiga yaitu menamai atau memberi label pada bangun dan bangun

    datar segiempat dan menggunakan nama dan/atau label standar atau non standar yang

    tepat, dalam menamai bangun yang sudah disusun dan digambar pada soal nomor 4 dan 5

    S1, S2 dan S3 sudah benar semua. Sedangkan dalam memberi nama ABCD dan memberi

    tanda pada sisi dan sudutnya pada soal nomor 8 S1 dan S3 masih kurang tepat.

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    Gambar 4. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 8

  • Dari gambar 4 yang sudah dilingkari merah terlihat bahwa S1 dan S3 masih belum tepat

    dalam menamai atau memberi label pada bangun dan bangun datar segiempat dan

    menggunakan nama dan/atau label standar atau non standar. S1 hanya kurang dalam

    memberi tanda sisi pada bangun trapesium, sedangkan S3 masih kurang memahami

    dalam memberi nama ABCD pada bangun yang disediakan, S3 justru memberi nama

    pada setiap bangunnya dengan nama bangun pada masing-masing gambar. Hal ini

    dibuktikan dengan hasil wawancara antara peneliti (P) kepada S3.

    Tabel 4. Cuplikan wawancara S3 pada jawaban soal nomor 8

    P : Sekarang perhatikan soal nomor 8, tadi perintah dari soal nomor 8 apa pet ?

    S : Berilah nama ABCD pada bangun datar dibawah ini dan lengkapi tanda pada sisi dan sudut

    dengan tepat dan benar.

    P : Berilah nama ABCD pada setiap bangun, apakah sudah diberi nama ABCD ?

    S : ABCD-nya belum, tetapi disini sudah ada.

    P : Disinikan baru ada A nya saja, dilengkapi dulu.

    S : Sudah.

    P : Sekarang untuk melengkapi sisi dan sudutnya, sudah Petrina lengkapi belum ?

    S : Sudutnya belum.

    P : Dilengkapi dulu.

    S : Sudah.

    P : Dalam melengkapi nama ABCD sudah semua ?

    S : Sudah.

    P : Dalam melengkapi sisi dan sudutnya sudah semua ?

    S : Sudah.

    Untuk indikator yang keempat dalam membandingkan dan menggolongkan bangun

    datar berdasarkan tampilan secara keseluruhan pada soal nomor 9 S1 sudah benar,

    sedangkan untuk S2 dan S3 masih kurang tepat dalam menjawab. Hal ini ditunjukkan

    dengan jawaban subjek pada gambar 5.

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    Gambar 5. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 9

    Dari gambar 5 yang dilingkari merah menunjukkan bahwa S2 dan S3 masih ada

    kesalahan dalam menjawab, S2 masih menyebutkan bahwa bangun i adalah bangun

    trapesium dan bangun j adalah bangun persegipanjang. Sedangkan untuk S3 masih

    mengebutkan bahwa bangun j adalah bangun persegipanjang dan tidak mengelompokkan

    bangun p kedalam bangun datar trapesium.

  • Dalam mendefinisikan bangun datar segiempat pada indikator kelima pada soal

    nomor 10, S1, S2 dan S3 sudah sesuai tampilan yang ada dan saat diwawancarai S1, S2

    dan S3 dalam menjelaskan maksud dari yang sudah mereka tulis. Tetapi S2 masih ada

    yang kurang jelas dalam mendefitnisikan bangun datar layang-layang dan trapesium. S2

    mendefinisikan bahwa layang-layang adalah bangun yang memiliki bentuk seperti

    layang-layang dan trapesium adalah bangun yang memiliki 4 sisi. Sedangkan untuk S1

    dan S3 sudah jelas dalam mendefinisikan macam-macam bangun datar segiempat.

    Indikator yang keenam adalah menyelesaikan permasalahan sehari-hari dengan

    mengoprasikan bangun datar segiempat daripada menggunakan sifat umum, disini

    peneliti memberikan sebuah gambar rumah dan subjek diperintahkan untuk mencari

    gambar yang mana merupakan bangun datar segiempat dan memberi nama pada setiap

    gambar yang sudah didapatkannya. Disini S1, S2 dan S3 sudah memahami maksud dari

    soal dan menjawab dengan benar. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban subjek pada

    gambar 6.

    Dari gambar 6 menunjukkan bahwa S2 dan S3 sudah benar dalam menjawab, saat disuruh

    menunjukkan bangun lain yang merupakan bangun datar segiempat selain yang dinomori,

    subjek bisa menyebutkan. Tetapi S1 masih ada yang salah dalam memilih gambar, yaitu

    pada gambar yang diberi lingkaran merah pada nomor 4 dan 5. S1 menyebutkan bahwa

    gambar nomor 4 dan 5 adalah jajargenjang, padahal belum pasti kalau gambar itu seperti

    jajargenjang karena gambarnya kurang jelas. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara

    antara peneliti (P) kepada S1.

    Tabel 5. Cuplikan wawancara S1 pada jawaban soal nomor 11

    P : Bangun yang nomor 4 yang mana ?

    S : Yang ini (sambil menunjuk gambar nomor 4 yaitu atab rumah)

    P : Ini itu yang mana ?

    S : Atabnya.

    P : Ow atabnya, atabnya itu yang mana ?

    S : Yang ini (sambil menunjuk gambar nomor 4 yaitu atab rumah)

    P : Berarti bangunnya yang mana ?

    S : Ini atabnyakan miring, jadi gambarnya yang ini.

    P : Menurut tabita ini bangun apa ? (sambil menunjuk gambar nomor 4 yaitu atab rumah)

    S : Jajargenjang.

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    Gambar 6. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 11

  • Sedangkan untuk indikator yang terakhir yaitu mengidentifikasi bagian dari bangun

    tetapi tidak menganalisis berdasarkan istilah bagiannya, tidak menganggap sifat sebagai

    karakteristik golongan bangun dan tidak menggeneralisasikan bangun datar atau

    menggunakan bahasa yang terkait pada soal nomor 12, S1, S2 dan S3 sudah benar. Hal ini

    ditunjukkan dengan jawaban subjek pada gambar 7.

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    Gambar 7. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 12

    Dari gambar 7 menunjukkan bahwa subjek sudah memahami dalam menyebutkan ciri-ciri

    macam-macam bangun datar segiempat berdasarkan tampilannya. Ketiga subjek sudah

    mampu mendeskripsikan sebuah bangun berdasarkan tampilannya dengan benar.

    Berdasarkan penjelasan setiap indikator pada level 0 tingkat berpikir geometri Van

    Hiele, subjek berkemampuan matematika tinggi sudah dapat melewati level 0 dengan

    baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil tes dan wawancara peneliti kepada subjek. Pada

    tahap pengenalan siswa sudah mampu mengidentifikasi dan beroperasi dengan bangun

    datar segiempat dan bangun datar geometri lainnya (misalnya garis, sudut, garis

    berpotongan) berdasarkan tampilannya. Namun dari ketiga subjek berkemampuan

    matematika tinggi yang sudah mengikuti tes tingkat berpikir geometri Van Hiele, ketiga

    subjek masih kurang memahami dalam menyebutkan mana yang merupakan segiempat

    berdasarkan tampilan secara keseluruhan pada bangun datar segiempat atau bangun lain

  • yang lebih kompleks. Disitu siswa masih mengalami kesalahan, walaupun hanya

    beberapa bangun saja. Tetapi kemampuan subjek dalam mendeskripsikan bangun datar

    segiempat secara verbal berdasarkan tampilannya dan mengidentifikasi bagian dari

    bangun sudah bisa.

    2. Analisis Tingkat Berpikir Geometri pada Level 1 (Analisis)

    Tahap kedua dari tahap berpikir Van Hiele ialah tahap analisis. Tahap ini juga dikenal

    dengan tahap deskriptif. Pada tahap ini siswa menganalisis bangun datar dalam hal

    komponen dan hubungan antar komponen, menetapkan sifat dari kumpulan bangun datar

    secara empiris, dan menggunakan sifat untuk menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil

    jawaban soal tes dan wawancara pada indikator level 1 yang pertama menunjukkan

    bahwa S1, S2 dan S3 sudah bisa mengidentifikasi dan mengetes hubungan dari komponen

    bangun dengan menentukan sifat-sifat yang dimiliki jajar genjang, persegi panjang,

    persegi, belah ketupat dan layang-layang dari pernyataan-pernyataan yang diberikan.

    Tetapi S3 masih ada yang salah dalam menjawab misalnya pada soal nomor 1 yaitu dalam

    menentukan sifat persegi panjang dan persegi S3 memilih pernyataan h yaitu mempunyai

    2 buah sudut siku-siku, padahal pada bangun persegi dan persegi panjang jumlah sudut

    siku-sikunya ada 4.

    Untuk indikator yang kedua S1 dan S3 pada butir soal nomor 5 sudah bisa dalam

    mengingat dan menggunakan istilah-istilah yang sesuai untuk komponen dan hubungan

    dengan melengkapi pernyataan yang diberikan mengenai sifat-sifat jajargenjang, persegi

    panjang, persegi, belah ketupat, layang-layang dan trapesium yang diberikan. Tetapi S2

    masih ada kesalahan dalam menyebutkan sudut yang berhadapan sama besar pada bangun

    persegipanjang. Hal ini ditunjukkan dengan hasil jawaban S2 yang sudah diberi lingkaran

    merah pada gambar 8 dan hasil wawancara peneliti dengan S2.

    P : Apakah semua sudut yang berhadapan

    sama besar ?

    S : Iya.

    P : Kalau iya yang mana saja ?

    S : Sudut C sama sudut A dan sudut D sama

    sudut B.

    P : Kalau sudut D dan sudut A sama besar

    tidak ?

    S : Tidak.

    P : Kalau sudut C dan sudut D sama besar

    tidak ?

    S : Tidak.

    Gambar 8. Jawaban S2 pada Soal Nomor 5

    Dilihat dari hasil jawaban dan wawancara peneliti dengan S2, terlihat bahwa S2 masih

    belum memahami mana sudut yang berhadapan sama besar pada bangun datar.

    Indikator yang ketiga dalam membandingkan dua bangun datar berdasarkan hubungan

    komponennya yaitu mencari sifat bangun yang tidak dimiliki oleh bangun lainnya pada

    soal nomor 2 dan 4, S1 dan S2 sudah bisa mengerjakan dengan benar. Untuk S3 masih

    ada yang salah, dikarenakan S3 masih belum memahami perintah dari soal yang diberikan

    pada soal nomor 2. S3 tidak menjawab sifat apa saja yang membedakan dari kedua

  • bangun yang sudah disediakan, tetapi S3 justru mencari perbedaannya dari pernyataan

    yang ada di soal nomor 1. Tetapi pada soal nomor 4 S3 sudah memahami perintah dari

    soal yang diberikan dan mengerjakan dengan benar. Hal ini dutunjukkan dengan jawaban

    subjek pada gambar 9.

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    Gambar 9. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 2 dan 4

    Sedangkan dalam mengelompokan bangun datar segiempat berdasarkan sifat tertentu,

    termasuk mengelompokan berdasarkan contoh dan bukan contoh pada soal nomor 6

    S1sudah benar, sedangkan untuk S2 dan S3 masih ada kesalahan dalam menjawab. S2

    masih kurang memahami dalam menyebutkan bangun yang kedua diagonalnya sama

  • panjang. Sedangkan S3 masih kurang memahami dalam menyebutkan bangun mana yang

    mempunyai 2 pasang sisi yang sama panjang dan sudut yang berhadapan sama besar.

    Lanjut pada indikator keempat, S1 sudah memahami dalam mengartikan dan

    menggunakan deskripsi verbal untuk istilah sifat dan menggunakannya untuk

    menggambar / menyusun bangun yang diberikan pada soal nomor 7. Tetapi untuk S2 dan

    S3 masih kurang memahami maksud dari pernyataan yang diberikan. Misal pada

    pernyataan bangun segiempat yang memiliki dua pasang sisi berdekatan sama panjang,

    S2 dan S3 hanya menggambar bangun layang-layang, bahkan saat diwawancarai oleh

    peneliti S2 dan S3 tetap menjawab hanya layang-layang. Padahal bangun persegi dan

    belah ketupat juga termasuk kedalam pernyataan tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan

    jawaban subjek pada gambar 10.

    Jawaban S1 Jawaban S2

    Jawaban S3

    Gambar 10. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 7

    Dari gambar 10 terlihat bahwa S2 dan S3 masih kurang lengkap dalam menyebutkan

    bangun yang termasuk kedalam segiempat yang memiliki dua pasang sisi berdekatan

    sama panjang, seharusnya masih ditambah bangun belah ketupat dan persegi. Hal ini

    dibuktikan dengan hasil wawancara antara peneliti (P) kepada S3.

    Tabel 6. Cuplikan wawancara S3 pada jawaban soal nomor 7

    P : Sekarang lanjut kepernyataan yang ketiga, pernyataan yang ketiga apa Petrina ?

    S : Segiempat yang memiliki dua pasang sisi berdekatan sama panjang.

    P : Menurut Petrina segiempat yang memiliki dua pasang sisi berdekatan sama panjang itu apa

    saja ?

    S : Layang-layang.

    P : Sudah itu saja ?

    S : Iya.

    Pada indikator kelima soal nomor 9 dan 10, S1, S2 dan S3 sudah benar dalam

    menemukan sifat sebuah bangun spesifik secara empiris dan menggeneralisasikan sifat

    untuk grup bangun yang diberikan. Dalam menyebutkan sifat jajargenjang dari macam-

    macam bangun yang disediakan (jajargenjang, persegi, persegi panjang dan belah

    ketupat) S1, S2 dan S3 menyebutkannya dengan tepat, ketiga subjek dapat menyebutkan

    bahwa sifat jajargenjang dari macam-macam bangun yang disediakan (jajargenjang,

    persegi, persegi panjang dan belah ketupat) adalah mempunyai dua pasang sisi yang

    sejajar dan sama panjang dan sudut yang berhadapan sama besar, tetapi dalam

  • menyebutkan sifat layang-layang dari macam-macam bangun yang disediakan (layang-

    layang, persegi dan belah ketupat) S2 masih kurang lengkap dalam menyebutkan. S2

    hanya menyebutkan sifat yang dimiliki layang-layang yaitu memiliki 4 sisi, memiliki 1

    simetri lipat dan memiliki 2 pasang sisi yang sama panjang. Dalam mendeskripsikan grup

    sebuah bangun berdasarkan sifatnya pada indikator keenam yaitu menyebutkan sifat yang

    membedakan dari ketiga grup bangun yang diberikan (bangun jajargenjang, layang-

    layang dan trapesium) S1, S2 dan S3 sudah bisa. Seperti pada jawaban S3, S3 dapat

    menyebutkan perbedaan sifat yang dimiliki mulai dari grup 1 (jajargenjang) yaitu sisi

    yang berhadapan sejajar dan sama panjang dan sudut yang berhadapan sama besar,

    sedangkan untuk grup 2 (layang-layang) yang membedakan sifatnya dari bangun lainnya

    adalah sisi yang besebelahan sama panjang dan diagonalnya berpotongan tegak lurus dan

    untuk grup 3 (trapesium) sifat yang membedakan adalah memiliki 2 sudut siku-siku untuk

    trapesium siku-siku dan kedua diagonalnya sama panjang untuk trapesium sama kaki. Hal

    ini ditunjukkan dengan jawaban subjek pada gambar 11.

    Gambar 11. Jawaban S1 pada Soal Nomor 9 dan 10

    Untuk menggambarkan sifat apa yang digunakan untuk mengkarakterisasikan sebuah

    grup bangun yang juga bisa diaplikasikan pada grup bangun lain dan membandingkan

    grup-grup tersebut berdasarkan sifatnya pada indikator ketujuh S1, S2 dan S3 sudah

    mampu. Hal ini ditunjukkan subjek dalam mencari karakteristik yang dimiliki oleh

    bangun datar segiempat pada soal nomor 8. Dari 9 karakteristik bangun datar segiempat

    yang diberikan. Dalam mencari bangun yang mempunyai 2 diagonal sama panjang S1

    juga memilih bangun belah ketupat, padahal bangun belah ketupat kedua diagonalnya

    tidak sama panjang. Sedangkan dalam memilih bangun yang memiliki 2 buah sudut siku-

    siku S2 dan S3 tidak memilih satupun bangun segiempat yang ada. Padahal trapesium

    termasuk kedalam karateristik tersebut khususnya untuk trapesium siku-siku, yang

    menjawab trapesium hanya S1. Dan dalam memilih bangun yang mempunyai 2 pasang

    sisi yang sama panjang S2 masih kurang tepat. S2 hanya memilih bangun jajargenjang,

    persegipanjang dan layang-layang. Padahal bangun persegi dan belah ketupat juga

    termasuk kedalam karakteristik tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban subjek pada

    gambar 12.

  • Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    Gambar 12. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 8

    Sedangkan dalam menemukan sifat grup bangun yang tidak familiar pada indikator

    kedelapan S1, S2 dan S3 sudah benar dalam mencari bangun dan sifat-sifat trapesium

    siku-siku dan trapesium sama kaki dari macam-macam bangun yang telah disediakan. S1

    sudah benar dan lengkap dalam menyebutkan bangun trapesium sama kaki dan trapesium

    siku dan sifat-sifatnya. Tetapi untuk jawaban S2 masih kurang lengkap dalam mencari

    sifat bangun trapesium siku-siku dan trapesium sama kaki. S2 hanya menjawab yang

    termasuk kedalam sifat trapesium siku-siku adalah memiliki 4 sisi, memiliki sudut siku-

    siku dan salah satu sisinya sejajar, sedangkan dalam mencari sifat trapesium sama kaki S2

    hanya menyebutkan memiliki 4 sisi dan memiliki 1 pasang sisi sejajar. S3 masih ada

    kesalahan dalam menyebutkan mana saja yang merupakan bangun trapesium sama kaki.

    S3 menyebutkan yang termasuk kedalam trapesium sama kaki adalah c, i, n, l dan j,

    padahal bangun j bukan merupakan bangun trapesium sama kaki. Hal ini ditunjukkan

    dengan jawaban subjek pada gambar 13 dan bukti wawancara peneliti dengan S3.

  • Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    P : Bangun mana saja yang merupakan bangun

    trapesium sama kaki ?

    S : c, i, n, j.

    P : Kenapa bangun j termasuk kedalam trapesium

    sama kaki ?

    S : Karena memenuhi sifat-sifatnya.bangun j sisinya

    ada berapa ?

    P : Ada 4.

    S : Yang mana saja ?

    P : Yang ini, ini, ini dan ini.

    Gambar 13. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 12

    Dan untuk indikator yang terakkhir pada level 1 yaitu menyelesaikan masalah

    geometri dengan menggunakan sifat yang diketahui atau dengan pendekatan yang

    berwawasan. Pada indikator ini S1, S2 dan S3 sudah bisa dalam menyelesaikan masalah

    geometri dengan menggunakan sifat yang diketahui atau dengan pendekatan yang

    berwawasan. Dari soal yang diberikan pada soal nomor 13, S1, S2 dan S3 punya cara

    tersendiri dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil

    jawaban subjek pada gambar 14.

  • Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    Gambar 14. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 13

    Dari gambar 14, dapat dilihat bahwa setiap subjek memiliki caranya sendiri dalam

    mengerjakan. Misalkan untuk jawaban S2, S2 menjawab bahwa besar sudut A adalah 800

    dan S2 bisa menjelaskan 800 itu dari 180

    0 – 100

    0 = 80

    0. Garis lurus sudutnya adalah 180

    0,

    jadi 1800 – 100

    0 = 80

    0. Sedangkan untuk jawaban S3, S3 juga menjawab 80

    0. Sudut D dan

    sudut B itu sama besar maka jumlah sudut B dan D adalah 2000, karena jumlah sudut

    dalam segiempat adalah 3600, jadi 360

    0 – 200

    0 = 160

    0. 160

    0 di bagi dua karena sudut A =

    sudut C, jadi dapat ditemukan bahwa sudut A adalah 800.

    Berdasarkan penjelasan setiap indikator pada level 1 tingkat berpikir geometri Van

    Hiele, subjek berkemampuan matematika tinggi sudah dapat melewati level 1 dengan

    baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil tes dan wawancara peneliti kepada subjek. Pada

    tahap analisis atau deskriptif ini subjek sudah mampu menganalisis bangun datar

    segiempat dalam hal komponen dan hubungan antar komponen, menetapkan sifat dari

    kumpulan bangun datar segiempat secara empiris, dan menggunakan sifat untuk

    menyelesaikan masalah.

    3. Analisis Tingkat Berpikir Geometri pada Level 2 (Deduksi Informal)

    Tahap ketiga dari tahap berpikir Van Hiele ialah tahap deduksi informal. Tahap ini

    juga dikenal dengan tahap abstrak, tahap abstrak/relasional, tahap teoritik, dan tahap

    keterkaitan. Pada tahap ini pemahaman siswa terhadap geometri lebih meningkat lagi dari

    sebelumnya yang hanya mengenal bangun-bangun geometri beserta sifat-sifatnya, maka

    pada tahap ini siswa sudah mampu merumuskan dan menggunakan definisi, memberi

    argument informal yang menjadi penemuan sifat sebelumnya, dan mengikuti dan

    memberi argument deduktif. Berdasarkan hasil jawaban soal tes dan wawancara pada

    indikator level 2 yang pertama menunjukkan bahwa S1, S2 dan S3 masih belum

    memahami dalam mengidentifikasi sifat yang berbeda berdasarkan karakteristik kelas

  • dari bangun dan mengetes apakah itu cukup, mengidentifikasi sifat minimal yang bisa

    dikarakterisasi dari bangun dan merumuskan dan menggunakan definisi untuk grup dari

    bangun. Seperti pada soal nomor 1, subjek masih belum memahami dalam mencari mana

    yang merupakan bangun datar jajargenjang dari sifat-sifat yang sudah diketahui. Dari

    ketiga subjek tidak ada satupun subjek yang menjawab dengan benar, ketiga subjek hanya

    menjawab yang termasuk kedalam bangun jajargenjang adalah bangun d. Padahal dari

    sifat-sifat bangun datar yang sudah dipahami pada level 1, yang termasuk kedalam

    bangun datar jajargenjang adalah bangun a, c, d dan f. Sedangkan yang termasuk kedalam

    bangun datar layang-layang, ketiga subjek menjawab bangun e. Padahal dari sifat-sifat

    yang sudah dipahami pada level 1 yang termasuk kedalam bangun datar layang-layang

    adalah bangun c, e dan f. Sedangkan dalam menjelaskan sifat yang harus dimiliki bangun

    agar bisa disebut bangun jajargenjang, ketiga subjek menjelaskan belum secara rinci

    berdasarkan teori yang ada. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban hasil tes subjek pada

    gambar 15.

    Soal Nomor 1

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    Gambar 15. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 1

    Salah satu penjelasan sifat-sifat yang harus dimiliki sebuah bangun datar agar

    dikatakan sebagai bangun datar jajargenjang dan layang-layang yaitu dari jawaban dari

    S3. S3 menjelaskan bahwa sifat yang harus dimiliki bangun datar agar bisa disebut

    bangun jajargenjang adalah harus memiliki 4 sisi, sisi yang berhadapan harus sejajar dan

    sama panjang dan harus memiliki 2 sudut tumpul dan 2 sudut lancip. Sedangkan sifat

    yang harus dimiliki sebuah bangun datar agar bisa disebut bangun layang-layang adalah

    harus memiliki 4 sisi, harus memiliki 2 sudut tumpul dan 2 sudut lancip, sisi yang

    bersebelahan harus sama panjang dan diagonalnya harus memotong tegak lurus dan

    berbentuk salib. Dari jawaban yang dituliskan oleh S3, bisa disimpulkan bahwa subjek

    masih belum memahami indikator pertama pada level 2 tingkat berpikir Van Hiele. Hal

    ini dibuktikan dengan hasil wawancara antara peneliti (P) kepada S3.

  • Tabel 7. Cuplikan wawancara S3 pada jawaban soal nomor 1

    P : Menurut Petrina yang merupakan bangun datar jajargenjang yang mana saja ?

    S : Bangun d.

    P : Sudah itu saja ?

    S : Iya.

    P : Menurut Petrina sifat-sifat yang harus dimiliki sebuah bangun datar agar dikatakan sebagai

    bangun datar jajargenjang itu apa saja ?

    S : Harus memiliki 4 sisi, sisi yang berhadapan harus sejajar dan sama panjang dan harus

    memiliki 2 sudut tumpul dan 2 sudut lancip.

    P : Dari sifat yang Petrina tulis, apakah hanya bangun d yang termasuk kedalam bangun

    jajargenjang ?

    S : Iya cuma d.

    P : Selanjutnya, menurut Petrina yang merupakan bangun datar layanglayang yang mana saja ?

    S : Bangun e.

    P : Sudah itu saja ?

    S : Iya.

    P : Menurut Petrina sifat-sifat yang harus dimiliki sebuah bangun datar agar dikatakan sebagai

    bangun datar layang-layang itu apa saja ?

    S :

    Harus memiliki 4 sisi, harus memiliki 2 sudut tumpul dan 2 sudut lancip, sisi yang

    bersebelahan harus sama panjang dan diagonalnya harus memotong tegak lurus dan berbentuk

    salib.

    P : Dari sifat yang Petrina tulis, apakah hanya bangun e yang termasuk kedalam bangun layang-

    layang ?

    S : Iya cuma e.

    Dalam memberi argument informal (menggunakan diagram, potongan bangun datar

    yang ditekuk, atau materi lainnya) pada indikator kedua, ketiga subjek masih belum bisa

    memahami maksud dari soal yang diberikan. Jawaban yang diberikan masih belum sesuai

    dengan indikator yang ada. Pada soal nomor 2 terkait menjelaskan tentang hubungan

    antara dua bangun berdasarkan sifat yang dimiliki, untuk S1 dan S3 masih salah dalam

    menjawab. Sedangkan untuk S2 ada yang menjawab dengan benar tetapi dalam memberi

    penjelasakan masih belum tepat. Misal pada soal apakah persegi panjang merupakan

    jajargenjang, S2 menjawab iya tetapi dengan penjelasan jika salah satu sisi

    persegipanjang dipotong membentuk segitiga sama kaki dan diletakkan disisi yang lain

    makan akan membentuk jajargenjang. Jawaban tersebut tidak sesuai dengan indikator

    yang ada. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban hasil tes subjek pada gambar 16.

    Jawaban S1

    Jawaban S2

  • Jawaban S3

    Gambar 16. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 2

    Pada soal nomor 3 tentang menghubungkan beberapa sifat kedalam pohon keluarga,

    ketiga subjek masih salah. Ketiga subjek masih belum mengerti hubungan antar bangun

    datar segiempat berdasarkan sifat yang dimiliki setiap bangun. Hal ini ditunjukkan

    dengan jawaban hasil tes subjek pada gambar 17 dan bukti wawancara peneliti kepada S3.

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    P : Kenapa E ditaruh disini ?

    S : Karena ini layang-layang dan ada sifat layang-

    layang yang dimiliki bangun lain.

    P : Kalau B ini apa ?

    S : Persegipanjang ?

    P : Kalau A kenapa ditaruh diantara layang-layang

    dan persegipanjang ?

    S : Karena jajargenjang mempunyai sifat persegi

    dan layang-layang.

    P : Kalau yang D ini bangun apa ?

    S : Belah ketupat.

    P : Kenapa belah ketupat ditaruh disini ?

    S : Karena belah ketupat mempunyai sifat layang-

    layang dan jajargenjang.

    P : Kalau C ini kenapa ditaruh disini ?

    S : Karena persegi mempunyai sifat semuanya.

    P : Kenapa F ditaruh disini?

    S : Karena trapesium mempunyai sifat yang sama

    paling sedikit diantara bangun lainnya.

    Gambar 17. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 3

  • Dari gambar 17 bisa dilihat bahwa subjek masih belum bisa memahami hubungan

    antar bangun yang terkait berdasarkan sifat yang dimiliki pada setiap bangun. Misal pada

    jawaban S3, S3 masih salah dalam memposisikan hubungan antar bangun pada diagram

    yang diberikan walaupun sudah benar dalam menjelaskan. S3 bisa menjelaskan bahwa

    jajargenjang mempunyai sifat dari layang-layang dan persegipanjang, sedangkan belah

    ketupat mempunyai sifat layang-layang dan jajargenjang, untuk persegi mempunyai sifat

    dari semua bangun dan trapeisum mempunyai sifat yang sama paling sedikit diantara

    bangun-bangun datar segiempat lainnya.

    Indikator yang ketiga adalah memberi argument deduksi informal, pada indikator ini

    ketiga subjek masih belum memahami maksud dari soal yang diberikan. Pada soal nomor

    4 dengan perintah menjelaskan hubungan antar bangun berdasarkan definisi pada setiap

    bangun datar segiempat yang diberikan, ketiga subjek menjelaskan menggunakan

    bahasanya masing-masing tanpa melihat petunjuk yang diberikan. Hal ini dapat

    ditunjukkan dengan jawaban subjek pada gambar 18.

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    Gambar 18. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 4

    Dari gambar 18, dapat dilihat bahwa subjek masih belum memahami pada indikator

    ketiga pada level 2 tingkat berpikir geometri Van Hiele. Saat peneliti menanyakan kepada

    lagi kepada subjek apakah persegipanjang adalah jajargenjang, apakah persegi adalah

    belah ketupat, apakah persegi adalah persegipanjang dan apakah belah ketupat adalah

    jajargenjang, subjek menjawab tidak. Sedangkan pada indikator keempat yaitu

    memberikan lebih dari satu penjelasan untuk membuktikan sesuatu dan membenarkan

    penjelasan itu menggunakan pohon keluarga, ketiga subjek sudah cukup dalam

  • memahami soal yang diberikan dengan menjelaskan apakah sudut dalam persegi

    berjumlah 3600

    menggunakan dua cara yang ada. Ketiga subjek sama-sama menggunakan

    cara pertama yang sama yaitu menjumlahkan keempat sudut dalam persegi yaitu 4 x 900

    =

    3600. Sedangkan cara kedua, ketiga subjek menggunakan cara yang berbeda-beda.

    Bahkan S1 hanya menjelaskan menggunakan 1 cara. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

    jawaban soal tes subjek pada gambar 19.

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    Gambar 19. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 5

    Indikator yang kelima yaitu secara informal mengenali perbedaan pernyataan dan

    kebalikannya. Seperti pada soal nomor 6 yaitu menjelaskan pernyataan mana yang

    bernilai sama dan pernyataan mana yang bernilai berbeda, S1 sudah bisa menjawab

    dengan benar dengan penjelasan yang benar, sedangkan untuk S2 menjawab bahwa

    pernyataan a dan b bernilai sama dan untuk S3 masih salah dalam menjawab karena

    belum memahami perintah soal yang diberikan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

    jawaban soal tes subjek pada gambar 20 dan bukti wawancara antara peneliti dengan S1.

    Jawaban S1

    P : Pernyataan yang bernilai sama itu yang mana ?

    S : Yang b.

    P : Kenapa pernyataan b bernilai sama ?

    S : Karena merupakan sifat persegi.

    P : Jadi kalau gitu persegi bisa dikatakan jajargenjang

    tidak ?

    S : Tidak.

    P : Kalau persegi bisa dikataka persegipanjang tidak ?

    S : Tidak.

    P : Pernyataan yang bernilai beda itu yang mana ?

    S : Yang a.

    P : Kenapa pernyataan a bernilai beda ?

    S : Karena belum tentu suatu bangun yang jumlah

    sudutnya 3600 memiliki 4 sisi dan 4 sudut.

  • Jawaban S2 Jawaban S3

    Gambar 20. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 6

    Dari gambar 20, dapat dilihat bahwa bahwa S1 sudah memahami maksud dari soal

    yang diberikan. S1 dapat menjelaskan bahwa pernyataan a bernilai beda karena belum

    tentu bangun yang jumlah sudutnya 3600 memiliki 4 sisi dan 4 sudut dan bahwa

    pernyataan b bernilai sama karena merupakan sifat persegi. Tetapi saat ditanyakan apakah

    persegi merupakan jajargenjang dan apakah persegi merupakan persegipanjang, S1 tetap

    menjawab tidak.

    Indikator yang keenam adalah mengidentifikasi dan menggunakan strategi atau

    pemikiran mendalam untuk menyelesaikan masalah. Seperti pada soal nomor 7 tentang

    mencari luas bangun yang diarsir, hanya S3 yang memahami perintah soal yang diberikan

    dan menjawab dengan benar. Sedangkan untuk S1 dan S2 masih belum memahami

    perintah soal yang diberikan dan menjawab dengan salah. Hal ini dapat ditunjukkan

    dengan jawaban soal tes subjek pada gambar 21.

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    P : Menurut Petrina luas bangun yang diarsir itu

    berapa ?

    S : 16 cm2.

    P : Dapat 16 cm2 dari mana ?

    S : 4 x 4 = 16 cm2.

    P : Dapet panjang sisinya 4 cm dari mana ?

    S : Panjang sisi LM kan 8 cm, karena titik sudut B

    ada ditengah sebagai pusat simetri putar maka

    persegi KLMN bisa diputar sampai jadi

    seperempat persegi. Maka panjang sisi bangun

    yang diarsir 8 cm dibagi 2 sama dengan 4 cm.

    Jadi luas bangun yang diarsir 16 cm2.

    Gambar 21. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 7

  • Dari gambar 21, dapat dilihat bahwa S3 sudah benar dalam menjawab. Bahkan S3

    dapat menjelaskan cara mengerjakannya, S3 dapat memahami bahwa titik B adalah titik

    pusat simetri putar persegi KLMN dan dapat menjelaskan bahwa persegi KLMN dapat

    diputar hingga daerah yang diarsir menjadi seperempat bagian dari persegi KLMN dan

    setelah diputar akan diketahui bahwa panjang sisi daerah yang diarsir adalah setengah

    dari panjang sisi persegi KLMN yaitu 4 cm, dengan hasil akhir yaitu 16 cm2.

    Untuk indikator yang terakhir adalah mengenali peran argumen deduktif dan

    menyelesaikan masalah dengan cara deduktif tetapi tidak mengerti arti deduksi pada

    aksiomatis, tidak membedakan secara formal antara pernyataan dan kebalikannya dan

    belum membuktikan hubungan timbal balik antara jaringan dari teorema. Pada indikator

    ini tidak ada subjek yang bisa menjawab dengan benar dari perintah soal yang diberikan.

    Soal nomor 8 adalah menjelaskan mengapa pada bangun belah ketupat kedua diagonalnya

    berpotongan tegak lurus, disini hanya S1 yang jawabannya benar walaupun dapat

    menjelaskan masih belum tepat. Hal ini dapat ditunjukkan dengan jawaban soal tes subjek

    pada gambar 22.

    Jawaban S1

    Jawaban S2

    Jawaban S3

    Gambar 22. Jawaban Subjek pada Soal Nomor 8

    Dari gambar 22 dapat dilihat bahwa ketiga subjek masih belum bisa menjelaskan

    mengapa pada bangun belah ketupat kedua diagonalnya berpotongan tegak lurus dengan

    benar. S1 hanya menjawab karena diagonalnya membentuk sudut 900, sedangkan S2

    menjawab karena pada belah ketupat kedua pasang sudutnya berhadapan, sehingga jika

    dihubungkan menggunakan garis maka akan terbentuk diagonal yang tegak lurus dan

    untuk S3 menjawab karena belah ketupat memiliki sudut yang berada pada atas dan

    bawah, kanan dan kiri sehingga memiliki titik potong yang tegak lurus.

    Berdasarkan penjelasan setiap indikator pada level 2 tingkat berpikir geometri Van

    Hiele, subjek berkemampuan matematika tinggi belum mampu memenuhi semua

    indikator yang ada. Jadi ketiga subjek tidak dapat melewati level 2. Hal ini ditunjukkan

    dengan hasil tes dan wawancara peneliti kepada subjek. Pada tahap deduksi informal ini

    subjek belum mampu merumuskan dan menggunakan definisi, memberi argument

    informal yang menjadi penemuan sifat sebelumnya, dan mengikuti dan memberi

    argument deduktif.

  • SIMPULAN DAN SARAN

    Setiap subjek memiliki cara berpikir geometri yang berbeda dalam menjawab setiap

    soal yang diberikan. Subjek kategori kemampuan tinggi, yakni S1, S2 dan S3 siswa SMP

    kelas VIII berada pada level 1 (analisis) tingkat berpikir geometri Van Hiele. Ketiga subjek

    sudah dapat mengidentifikasi dan beroperasi dengan bangun datar segiempat dan bangun

    datar geometri lainnya (misalnya garis, sudut, garis berpotongan) berdasarkan tampilannya.

    Ketiga subjek juga sudah dapat menganalisis bangun datar segiempat dalam hal komponen

    dan hubungan antar komponen, menetapkan sifat dari kumpulan bangun datar segiempat

    secara empiris, dan menggunakan sifat untuk menyelesaikan masalah. Tetapi pada level 2

    (deduksi informal) subjek belum dapat merumuskan dan menggunakan definisi, memberi

    argument informal yang menjadi penemuan sifat sebelumnya, dan mengikuti dan memberi

    argument deduktif.

    Penelitian ini menunjukan bahwa siswa SMP kelas VIII berkemampuan matematika

    tinggi memiliki kemampuan geometri yang sama. Penelitian ini hanya dapat

    digeneralisasikan kepada subjek dengan kategori yang sama, artinya apabila terdapat siswa

    yang memiliki kriteria yang sama dengan subjek, ia dapat dikategorikan berada pada level

    yang telah dicapai oleh subjek.

    Penelitian ini memberikan informasi kepada pembaca mengenai deskripsi level berpikir

    geometri siswa SMP berkemampuan matematika tinggi menurut tingkatan Van Hiele. Selain

    itu penelitian ini memberikan informasi untuk guru agar mempersiapkan pembelajaran yang

    lebih memperhatikan perbedaan capaian level berpikir siswa sehingga dapat meningkatkan

    pemahaman dan hasil belajar siswa dalam materi geometri.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Abdussakir. 2010. Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele, El Hikmah:

    Jurnal Kependidikan dan Keagamaan, Vol. VII, No. 2, Januari 2010, ISSN 1693 – 1499.

    Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang

    Aisyah, N., dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:

    Deriktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

    Kurniawati, Maya, dkk. 2015. Analisis Karakteristik Berpikir Geometri dan

    Kemandirian belajar dalam pembelajaran Fase Van Hiele Berbantuan Geometers Sketchpad.

    Unnes Journal of Mathematics Education Research 4. Vol.2, November 2015

    Kusniati. 2011. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Materi Pokok

    Segiempat Menurut Tingkat Berpikir Geometri Van Hiele. Skripsi. Universitas Negeri

    Semarang

    Lestariyani, Susi. 2013. Identifikasi Level Berpikir Geometri Siswa SMP Negeri 2

    Ambarawa berdasarkan Teori Van Hiele. UKSW. Skripsi Tidak diterbitkan

    Muhassanah, Nur`aini, dkk. 2014. Analisis Keterampilan Geometri Siswa dalam

    memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tingkat Berpikir Van Hiele. Jurnal Elektronik

    Pembelajaran Matematika, ISSN: 2339-1685, Vol.2, No.1, hal 54 - 66, Maret 2014

    Nuansari, Ariska Ade.2016.Deskripsi Berpikir Siswa SMP Kelas IX Pada Materi

    lingkaran Berdasarkan Tahapan Van Hiele.Skripsi.Universitas Kristen Satya Wacana

    Setiadi, Hari, dkk. 2012. Kemampuan Matematika Siswa SMP Indonesia Menurut

    Benchmark Internasional TIMSS 2011. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian

    dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

    Van De Walle, John A. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2 Edisi

    keenam. Jakarta: Erlangga