ANALISIS TERHADAP PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN DI …digilib.uin-suka.ac.id/15868/1/BAB I, V, DAFTAR...
Transcript of ANALISIS TERHADAP PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN DI …digilib.uin-suka.ac.id/15868/1/BAB I, V, DAFTAR...
ANALISIS TERHADAP PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A YOGYAKARTA
SEBAGAI MODEL PEMBINAAN BAGI NARAPIDANA
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT
MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU
DALAM ILMU HUKUM
OLEH:
MU’AFIF
NIM: 10340163
PEMBIMBING:
1. Dr. H. MAKHRUS MUNAJAT., S.H., M.Hum
2. AHMAD BAHIEJ S.H., M.Hum
ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
ii
ABSTRAK
.
Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia tanpa diskriminasi. Begitu juga dengan seorang yang menyandang status
sebagai narapidana tidak boleh dirampas hak-haknya begitu saja, namun dalam
hal ini memang sebagai narapidana ruang geraknya dibatasi tidak seperti halnya
manusia bebas pada umumnya. Mengenai apa yang menjadi hak-hak seorang
narapidana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan. Dari beberapa hak yang harus dipenuhi salah satunya yaitu hak
mengenai pendidikan. Sama halnya dengan hak-hak lainnya yang begitu penting
untuk diperhatikan, tetapi hak untuk mendapat pendidikan begitu berpengaruh
besar untuk bekal bagi narapidana ketika telah selasai menjalani masa pidananya.
Dengan pendidikan bisa meningkatakan kualitas sumber daya manusia suatu
bangsa untuk ikut serta dalam pembangunan nasional. Untuk mengetahui fakta
keadaan narapidana tentang pemenuhan hak tersebut maka diadakannya
penelitian. Penelitian dalam hal ini dilakukan di Lapas Klas II A Yogyakarta
karena Lapas tersebut merupakan salah satu Lapas terbaik yang ada di
Yogyakarta.
Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan pokok permasalahan mengenai
bagaimana pelaksanaan pemenuhan hak pendidikan di Lapas Klas II A
Yogyakarta sebagai model pembinaan bagi narapidana dan apakah pelaksanaan
pemenuhan hak pendidikan di Lapas Klas II A Yogyakarta sesuai dengan
pembinaan yang telah diatur dalam Undang-Undang nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang objeknya yaituLapas Klas II A
Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
empiris yaitu suatu penelitan yang diawali dari menganalisa terhadap pasal-pasal
dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang permasalahan
pembinaan narapidana, kemudian dilanjutkan dengan melihat penerapannya di
lapangan. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu pemenuhan hak pendidikan bagi
narapaidana terpenuhi secara baik dan tata cara pelaksanaan hak tersebut bila
melihat dan meninjau yang ada di undang-undang dan peraturan yang mengatur
hal itu, Lapas Klas II A Yogyakarta sudah sesuai. Pendidikan yang ada di Lapas
tersebut ada dua yaitu pendidikan kepribadian dan kemandirian. Pendidikan
kepribadian meliputi pembinaan rohani, buta aksara dan buta huruf, dan
bimbingan bangga berbangsa dan bernegara serta olahraga, sedangkan pendidikan
kemandirian meliputi pertukangan kayu, las listrik, pembuatan keset, sablon,
persepatuan, menjahit, potong rambut, elektronika, dan peternakan. Narapidana
menjadi lebih baik setelah dibina dalam Lapas dan itu menjadi bukti nyata dari
tujuan Lapas, tetapi dalam pelaksanaan pemenuhan hak pendidikan yang masih
perlu diperhatikan yaitu mengenai sarana dan prasarana yang belum memadai
secara keseluruhan. Hal ini yang menjadi kendala dan kurang efektif dalam
pemenuhan pendidikan.
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO
Tidakada orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan hal yang
sempurna, tetapi setiap orang diberi banyak kesempatan untuk melakukan hal
yang benar.
(penyusun)
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruhkamu) apabila menetapkan hokum diantara
manusia supaya menetapkan dengan adil”
QS. An-Nisa (4) : 58
Experience Is Important More Than Knowledge
(Albert Einstein)
Kemenangan Yang Seindah-Indahnya Dan Sesukar-Sukarnya Yang Boleh
Direbut Oleh Manusia Ialah Menundukan Diri Sendiri.
(IbuKartini )
Dalam Gelap Pasti Ada Setitik Cahaya Yang Terang Dan Dalam Terang Ada
Bayangan Yang Gelap
(Penyusun)
Kecerdasan Bukan Penentu Kesuksesan, Tetapi Kerja Keras Merupakan
Penentu Kesuksesanmu Yang Sebenarnya
(Penyusun)
viii
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan skripsi ini untuk:
Ayah dan Ibuku tercinta, terima kasih atas segala doa, cinta kasih, kesabaran,
kepercayaan, dan ketulusan yang diberikan kepada penyusun tanpa pamrih.
Untuk kakakku tercinta yang selalu memberikan dukungan semangat kepada
penyusun dalam menyelesaikan tugas akhir
Dan buat Almamaterku...
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
ix
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الر حمن الر حيم
ان ال أشهدلّدين واالّدنيا ستعين على أمور وبه ن، العالمينّب لحمد لله را
لّصالة له واوه ورسدعب ادمحّمّن اد ال شريك له وأشهده إله إال الله وح
.وعلى آله واصحابهأجمعيند لنا محّموومدنا سّي لّسالمعلىوا
. دأّما بع
Segala puji bagi Allah atas segala limpahan karunia, hidayah, serta inayah-
Nya kepada penyusun, sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan karya
tulis ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad
saw beserta keluarganya, sahabat serta orang-orang yang senantiasa mengikuti
sunnah-sunnahnya.
Seiring bergulirnya waktu akhirnya penyusunan karya ilmiah ini dapat
selesai. Penyusun sadari bahwa karya ilmiah ini tidak terselesaikan dengan baik
tanpa adanya dukungan, bantuan sert aarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan penuh kerendahan hati, penyusun haturkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Musa Asy’arieselaku Rektor UIN SunanKalijaga Yogyakarta
2. Prof. Noorhaidi Hasan, M.A.,M.Phil.,Ph.D.selaku Dekan Fakultas
Sya’riah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
3. Udiyo Basuki, S.H.,M.Hum.selaku Ketua Progam Studi Ilmu Hukum
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
4. Ach. Tahir, S.H.I., S.H., LL.M.,M.A.selaku Sekretaris Progam Studi
Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
x
5. Dr. H. Makhrus Munajat.,S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I
penyusun yang telah memberi arahan kepada penyusun terkait dengan
akademik.
6. Ahmad Bahiej S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing Akademik
dan sekaligus Dosen Pembimbing II penyusun yang senantiasa selalu
meluangkan waktunya dan memberikan arahan kepada penyusun
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini
7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas
Sya’riah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga yang tidak pernah lelah
memberikan ilmunya kepada penyusun serta para karyawan TU
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga maupun karyawan
TU Prodi Ilmu Hukum yang telah membantu kelancaran administrasi
penyusun
8. Kedua orang tua penyusun, terimakasih atas segala doa, cinta kasih,
dukungan yang tanpa henti baik moril maupun materiil, kesabaran,
kepercayaan, dan ketulusan yang diberikan kepada penyusun tanpa
pamrih, sehingga penyusun dapat lebih bersemangat
9. Terima kasih juga buat sahabat-sahabat penyusun (ifan, hamid, farid,
taufiq, rista ).
10. Teman-teman IH D dan teman-teman se-angkatan IH 2010, terima
kasih buat kalian semua.
11. Kelompok KKN ’80 Kota, mantrijeron, mantrijeron, Yogyakarta.
xi
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ iii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................ iv
PENGESAHAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR ............................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 8
C. Tujuan dan KegunaanPenelitian .............................................. 8
D. Telaah Pustaka ......................................................................... 9
E. Kerangka Teoretik .................................................................... 11
F. Metode Penelitian .................................................................... 17
G. Sistematika Penulisan .............................................................. 23
BAB II GAMBARAN UMUM PEMASYARAKATAN DAN
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A
YOGYAKARTA……………………………………………….. 25
A. SistemmPemasyarakatan dalam Pidana Penjara ...................... 25
B. Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta.................... 28
1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan ................................ 28
2. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Yogyakarta ......................................................................... 29
3. Letak Geografis Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Yogyakarta ......................................................................... 30
4. Visi, Misi dan Tujuan......................................................... 32
xiii
5. Tugas Pejabat Struktural .................................................... 34
6. Keadaan Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Yogyakarta ......................................................................... 35
7. Keadaan Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Yogyakarta ......................................................................... 38
BAB III PEMBINAAN DAN HAK NARAPIDANA ................................ 42
A. Pembinaan Narapidana ............................................................ 42
B. Hak-Hak Narapidana................................................................ 45
C. Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II
A Yogyakarta ........................................................................... 59
BAB IV PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN BAGI NARAPIDANA
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A
YOGYAKARTA .......................................................................... 67
A. Hak Pendidikan bagi Narapidana ............................................. 67
B. Pendidikan sebagai Model Pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta .................................... 70
1. Pendidikan Kepribadian ..................................................... 70
2. Pendidikan Kemandirian .................................................... 81
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 99
A. Kesimpulan .............................................................................. 99
B. Saran ........................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 103
LAMPIRAN - LAMPIRAN
A. Surat Ijin Penelitian .................................................................. i
B. Bukti Wawancara ..................................................................... ii
C. Kuisioner Narapidana .............................................................. iii
D. Curiculum Vitae ....................................................................... iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (iptek), perilaku manusia
didalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan bahkan
multikompleks. Perilaku demikian apabila ditinjau dari segi hukum tentunya ada
perilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan norma dan ada perilaku yang tidak
sesuai dengan norma. Perilaku yang tidak sesuai dengan norma tersebut dapat disebut
sebagai penyelewengan terhadap norma yang telah disepakati. Hal ini menyebabkan
terganggunya ketertiban dan ketenteraman kehidupan manusia.1
Berbagai pengaruh dari kemajuan iptek, kemajuan budaya, dan perkembangan
pembangunan pada umumnya bukan hanya orang dewasa, akan tetapi, anak-anak
juga terjebak melanggar norma terutama norma hukum, sehingga dalam keadaan
seperti ini kemungkinan akan terjebak dalam pola asosial yang makin lama dapat
menjurus pada tindakan kriminal, seperti narkotika, pemerasan, pencurian,
penganiayaan, pemerkosaan, dan sebagainya. Dari hal itu menjadikan banyaknya
masyarakat yang masuk dalam penjara atau sebagai narapidana. Narapidana adalah
terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas sebagaimana yang
disebut dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan (UU Pemasyarakatan). Sedangkan pengertian terpidana itu sendiri
1 Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan ,(Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm.1.
2
adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 1 angka 6 UU Pemasyarakatan)2.
Sedangkan Lapas itu adalah salah satu institusi negara yang ditugaskan untuk
menampung narapidana atau anak didik yang telah dinyatakan oleh hakim melalui
putusannya atau kadangkala dipakai juga untuk pelaksanaan penahanaan yang
dilakukan oleh Polisi, Jaksa maupun Hakim3. Secara historis sejak tahun 1963 di
Indonesia dikenal istilah pemasyarakatan. Istilah tersebut merupakan pengganti
istilah pemenjaraan.
Berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan (selanjutnya disebut Undang-Undang Pemasyarakatan), diatur
bahwa pengertian pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan
Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem kelembagaan, dan cara pembinaan
yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
Selanjutnya dalam pasal 1 angka 2 ditentukan bahwa pengertian sistem
pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan
Warga Binaan Pemasyarakatan berdasar Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu
antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga
Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
3 Adi Sujatno dan Didin Sudirman, Pemasyarakatan Menjawab Tantangan Zaman, (Jakarta:
VETLAS, 2008), hlm. 88.
3
masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan,dan dapat hidup secara wajar
sebagai warga negara yang baik dan bertanggungjawab.4
Selain memperhatikan hal itu Lapas juga harus memenuhi segala hal yang
menjadi hak bagi narapida.
Adapun yang menjadi hak-hak narapidana yang telah diatur dalam Pasal 14 ayat
(1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yaitu:
1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;
2. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;
3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;
4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;
5. Menyampaikan keluhan;
6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang
tidak dilarang;
7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;
8. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya;
9. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);
10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga;
11. Mendapatkan pembebasan bersyarat;
12. Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan
13. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.5
Lebih khusus lagi mengenai hak-hak narapidana itu diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana yang telah diubah oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006, dan diubah kedua kalinya Nomor 99 Tahun
4 Widodo, Sistem Pemidanaan dalam Cyber Crime, (Yogyakarta: CV.Aswaja Pressindo, 2009),
hlm. 77-78.
5 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
4
20126. Penyusun akan mengambil contoh salah satu hak yang dimiliki narapidana
yang terdapat dalam Pasal 14 ayat (1) angka 3 UU Pemasyarakatan, yakni
mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
Ketika seseorang menyandang status sebagai narapidana (istilah sekarang warga
binaan) seringkali merasa hidupnya sudah tidak berguna, menjadi “sampah
masyarakat” dan menganggap masa depannya suram. Oleh karena itu kemudian
menjadi permisif terhadap dirinya dan menjalani program-program pembinaan di
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) hanya untuk sekedar menghabiskan masa
pidananya. Akibatnya setelah bebas, narapidana merasa tidak mendapat pencerahan
di Lapas dan kepribadiannya tidak berubah secara signifikan sehingga konsep
rehabilitasi dan reintegrasi sosial, agar narapidana menyadari kesalahannya, tidak lagi
berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga masyarakat
yang bertanggung jawab tidak bisa tercapai.
Di sinilah pentingnya pembinaan pendidikan dan pengajaran agar setelah keluar
dari lembaga pemasyarakatan seorang warga binaan bisa menjadi warga yang baik
dan mendapatkan pelajaran yang baik selama menjalani kehidupannya di Lembaga
Pemasyarakatan.
Selama ini di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) terdapat dikotomi tentang
pembinaan yaitu pembinaan kepribadian yang menjadi domain seksi Pembinaan
Narapidana dan Anak Didik (Binadik) dan pembinaan keterampilan yang menjadi
6 Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Warga
Binaan Pemasyarakatan
5
domain seksi Kegiatan Kerja. Secara struktural dikotomi itu perlu untuk memperjelas
tanggungjawab kerja masing-masing seksi tapi secara fungsional seharusnya kedua
jenis pembinaan itu bisa saling melengkapi. Untuk mengintegrasikannya diperlukan
sebuah program yang bisa mengakomodir keduanya yaitu Pendidikan Karakter bagi
narapidana.
Pendidikan karakter bagi narapidana pada umumnya baru dilaksanakan secara
lisan, baik secara perorangan atau kelompok namun belum terpola secara sistemik
dan sistematis; seperti ketika petugas mengingatkan narapidana yang membuang
sampah sembarangan akan pentingya kebersihan, mengingatkan narapidana yang
makan di tempat umum ketika bulan Ramadhan agar menghormati narapidana lain
yang sedang menjalankan ibadah puasa serta memotivasi narapidana ketika mereka
sedang ada masalah keluarga. Namun cara-cara tersebut belum efektif karena tidak
bisa menjangkau seluruh narapidana sehingga diperlukan program yang bersifat
menyeluruh agar karakter-karakter yang baik itu bisa tertanam di setiap sanubari
narapidana.
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan karakter bersifat situasional yang bisa
dilaksanakan di dalam kelas (indoor) maupun luar kelas (outdoor) tergantung dengan
kompetensi dasar yang akan diajarkan. Dengan strategi belajar mengajar yang
inovatif, diharapkan narapidana antusias mengikuti program ini sehingga tujuan akhir
program ini bisa tercapai dan sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam
6
rancangan KUHP nasional, yaitu mengenai tujuan penjatuhan pidana atau disebut
dengan tujuan pemidanaan yakni:
1. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma-norma
hukum demi pengayoman masyarakat;
2. Mengadakan koreksi terhadap terpidana dan demikian menjadikannya orang
yang baik dan berguna, serta mampu untuk hidup bermasyarakat;
3. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat;
4. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.7
Sejatinya sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk
warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima
kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan
dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Dari
uraian tersebut maka penyusun tertarik untuk melakukan penelitian melalui penulisan
skripsi dengan judul “ANALISIS TERHADAP PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN
DI LAPAS KLAS II A YOGYAKARTA SEBAGAI MODEL PEMBINAAN BAGI
NARAPIDANA”.
Penyusun tertarik dalam hal pemenuhan hak pendidikan karena dengan sumber
daya manusia yang berkualitas itu merupakan modal utama suatu bangsa untuk
7 Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1993),
hlm. 33.
7
melakukan pembangunan. Pendidikan merupakan elemen dasar dari hak asasi
manusia. Di dalam hak atas pendidikan terkandung berbagai elemen yaitu hak
ekonomi, sosial dan budaya dan juga hak sipil dan hak politik. Hak atas pendidikan
adalah hak asasi manusia dan sarana yang mutlak diperlukan demi terpenuhinya hak-
hak yang lain.
Pendidikan akan mengantarkan seseorang untuk dapat dipilih dan memilih dan
berperan serta dalam pemerintahan. Pendidikan juga mengantarkan seseorang untuk
dapat membaca kartu suara dalam pemilihan umum, sehingga pilihan yang diberikan
adalah pilihan sehat dan bukan pilihan buta.8 Semua manusia mempunyai hak untuk
mendapatkan pendidikan tak terkecuali, seorang warga binaanpun berhak atas
pendidikan. Hak untuk mendapatkan pendidikan adalah salah satu hak asasi manusia
yang tercantum dalam BAB XA tentang Hak Asasi Manusia. Dan juga merupakan
salah satu hak dasar warga negara pada BAB XIII tentang Pendidikan dan
Kebudayaan dalam UUD 1945 setelah amandemen. Kemudian dalam penelitian ini
penyusun menentukan objek sebagai penelitian yaitu di Lapas Klas II A Yogyakarta
karena di Lapas tersebut merupakan salah satu Lapas terbaik di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
8 Supriyanto Abdi dkk, Potret Pemenuhan Hak Atas Pendidikan dan Perumahan di Era Otonomi
Daerah, ( Yogyakarta: PUSHAM UII, 2012 ), hlm. 26-27.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pemenuhan hak pendidikan di Lapas Klas II A
Yogyakarta sebagai model pembinaan bagi narapidana?
2. Apakah pelaksanaan pemenuhan hak pendidikan di Lapas Klas II A
Yogyakarta sesuai dengan pembinaan yang telah diatur dalam Undang-
Undang nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemenuhan hak pendidikan di Lapas Klas
II A Yogyakarta sebagai model pembinaan bagi narapidana.
b. Untuk mengetahui pelaksanaan pemenuhan hak pendidikan di Lapas Klas
II A sesuai atau tidak dengan pembinaan yang telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara ilmiah, penelitian ini dapat memberi kontribusi dalam hukum
pidana, khususnya pada lembaga pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta.
9
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti
selanjutnya.
b. Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah, terlebih
yang berhubungan dengan lembaga pemasyarakatan untuk memperhatikan
hak-hak narapidana, khususnya dalam peneletian ini terkait dengan
pendidikan yang ada dalam lembaga pemasyarakatan Klas II A
Yogyakarta.
D. Telaah Pustaka
Untuk menghindari terjadinya kesamaan terhadap penelitian yang telah ada
sebelumnya maka penyusun mengadakan penelusuran terhadap penelitian-penelitian
yang telah ada sebelumnya diantaranya adalah sebagai berikut:
Skripsi karya Andi Soraya Tenrisoji Amiruddin dari Universitas Hasanudin
Makassar yang berjudul “Pemenuhan Hak Narapidana Dalam Hal Mendapatkan
Pendidikan Dan Pelatihan Anak Di Lemabaga Pemasyarakatan Klas II B Kota
Parepare”. Skripsi tersebut menjelaskan tentang pemenuhan pendidikan dan pelatihan
khusus pada anak9. Sedangkan dalam skripsi yang akan penyusun buat menjelaskan
mengenai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan secara umum pada semua
narapidana.
9 Andi Soraya Tenrisoji, “Pemenuhan Hak Naradipana Dalam Hal Mendapatkan Pendidikan Dan
Pelatihan Anak Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Kota Parepare”, Skripsi, Makassar: Fakultas
Hukum Universitas Hasanudin, 2013.
10
Skripsi karya Octavia Sri Handayani dari Universitas Sebelas Maret yang
berjudul “Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Rangka Mencegah
Pengulangan Tindak Pidana (Recidive) Di Lapas Klas II A Sragen”. Skripsi tersebut
menjelaskan tentang pembinaan narapidana yang nantinya bisa mencegah untuk tidak
mengulangi kejahatan lagi10
. Sedangkan dalam skripsi yang akan penyusun buat
menjelaskan pembinaan narapidana khusus dalam hal pendidikan.
Skripsi karya I Wayan Wahyu Wira Udytama dari Universitas Atma Jaya
Yogyakarta yang berjudul “Efektifitas Pembinaan Narapidana Melalui Pembekalan
Ketrampilan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kabupaten Sleman”. Skripsi
tersebut menjelaskan tentang efektifitas pembinaan ketrampilan kerja bagi
narapidana, yang pada penelitiannya berjalan secara efektif sesuai dengan Undang-
Undang Pemasyarakatan11
. Sedangkan Dalam skripsi yang akan penyusun buat
menjelaskan tentang pembinaan narapidana dalam hal pendidikan.
Skripsi karya Muhammad Syafari Muhammad dari Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang yang berjudul “Pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam Bagi Narapidan Di Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Jember”. Skripsi
10
Octavia Sri Handayani, “Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Rangka Mencegah
Pengulangan Tindak Pidana (Recidive) Di Lapas Klas II A Sragen”, Skripsi, Surakarta: Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret, 2010.
11 I Wayan Wahyu Wira Udytama, “Efektivitas Pembinaan Narapidana Melalui Pembekalan
Keterampilan Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten Sleman”, skripsi, Yogyakarta:
Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya, 2010.
11
tersebut membahas tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam12
. Sedangkan
skripsi yang akan penyusun buat membahas tentang pelaksanaan pendidikan secara
umum.
Skripsi karya Edi Presetya dari Universitas Widya Mataram Yogyakarta yang
berjudul “Bentuk dan Proses Pembinaan Narapidana Dalam Sistem Pemasyarakatan
di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Sleman”. Menjelaskan tentang upaya dan
proses pembinaan narapidana13
. Sedangkan dalam skripsi yang akan penyusun buat
membahas tentang pembinaan khususnya dalam bidang pendidikan.
E. Kerangka Teoretik
Teori sangat diperlukan dalam setiap penulisan penelitian. Teori digunakan
sebagai dasar atau acuan penulis untuk menguraikan pokok-pokok permasalahan
yang diangkat oleh penyusun dalam suatu penelitian. Teori menguraikan jalan pikiran
menurut kerangka logis yang mendudukkan masalah penelitian dalam suatu kerangka
teoritis yang relefan atau yang mampu menerangkan suatu masalah.14
Dalam hal ini menurut penyusun teori yang sesuai dengan tema ini adalah teori
pemidanaan. Pemidanaan adalah proses pemberian atau penjatuhan pidana oleh
12
Muhammad Syafari Muhammad, “Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Bagi Narapidan Di
Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Jember”, Skripsi, Malang: Fakultas Tarbiyah Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2010.
13 Edi Prasetya, “Bentuk Dan Proses Pembinaan Narapidana Dalam Sistem Pemasyarakatan Di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Sleman”, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas
Widya Mataram, 2004.
14 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Pers, 1986)
hlm. 122.
12
hakim ini disebut pemidanaan. Selain teori tersebut ada pula teori yang perlu
dijelaskan dalam hal ini yaitu teori hak. Dalam kasus ini seorang warga binaanpun
tetap diberi hak karena semua manusia dari berbagai lapisan kehidupan harus
mendapat perlakuan yang sama.
Mengenai tujuan pemidanaan, teori yang saat ini popular dan banyak digunakan
adalah teori utilitarian.15
Filsuf Plato mengatakan bahwa teori utilitarian pada
hakekatnya pelaksanaan hukuman untuk memperbaiki si penjahat.16
Tujuan
pemidanaan ini diadopsi oleh Indonesia dalam praktek pemberian hukuman bagi
narapidana seperti tertuang dalam konsideran Undang-Undang No. 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan huruf d:
Bahwa sistem pemasyaraktan sebagaimana dimaksud dalam huruf b,
merupakan rangkaian penegakan hukum yang bertujuan agar warga binaan
pemasyarakatan menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup
secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Selain itu tujuan pemidanaan secara umum dirumuskan dalam Pasal 43 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu untuk memasyarakatkan terpidana
dengan mengadakan pembinaan, sehingga menjadikannya orang yang baik dan
berguna.17
15
Dwidja Priyatno, Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama. 2002),
hlm. 26.
16 C. S. T. Cansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1989), hlm. 17.
17 Asruan Sakijo dan Bambang Purnomo, Hukum Pidana:Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Kodifikasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hlm. 70.
13
Maka dapat dikatakan sistem pemidanaan mencakup keseluruhan ketentuan
undang-undang yang mengatur bagaimana hukum pidana itu ditegakkan atau
dioperasionalkan secara konkret, sehingga seseorang dijatuhi sanksi (hukum pidana).
Ini berarti semua aturan perundang-undangan mengenai Hukum Pidana Substantif.
Hukum Pidana formal dan Hukum Pelaksanaan Pidana dapat dilihat sebagai satu
kesatuan sistem pemidanaan.18
Bertolak dari pengertian diatas, maka apabila peraturan perundang-undangan (the
statutory rules) dibatasi pada hukum pidana substantife yang terdapat dalam KUHP,
dapatlah dikatakan bahwa keseluruhan ketentuan dalam KUHP baik berupa aturan
umum ( Buku I ) maupun aturan khusus mengenai tindak pidana ( Buku II dan III )
pada hakikatnya satu kesatuan sistem pemidanaan.19
Dalam sistem pemidanaan tentunya ada suatu tujuan yang hendak dicapai.
Berdasarkan hasil penelitian Muladi, pemidanaan mempunyai tujuan integratife yaitu
perlindungan masyarakat, pemeliharaan solidaritas masyarakat, pencegahan umum
dan khusus, dan pengimbalan atau pengimbangan. Teori integratife memungkinkan
untuk mengadakan artikulasi terhadap teori pemidanaan yang mengintegrasikan
terhadap beberapa fungsi sekaligus, yang secara terpadu diarahkan untuk mengatasi
dampak individual dan sosial yang ditimbulkan oleh tindak pidana atas dasar
kemanusiaan dalam sistem Pancasila. Kombinasi tersebut mencangkup seperangkat
18
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijkan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan
KUHP Baru) ,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 115.
19 Ibid, hlm. 116.
14
tujuan pemidanaan yang harus dipenuhi oleh setiap penjatuhan sanksi pidana. Ini
selaras dengan kondisi filosofis, sosiologis, dan ideologis masyarakat Indonesia20
.
Ada 4 tujuan pemidanaan dalam teori pemidanaan integratife yakni:
1. Memberikan Perlindungan Masyarakat
Pengertian perlindungan masyarakat mengarah pada semua keadaan yang
mendukung agar masyarakat terlindung dari bahaya pengulangan tindak
pidana. Tujuan ini merupakan tujuan setiap pemidanaan.
2. Pemeliharaan Solidaritas Masyarakat
Pemeliharaan solidaritas mengarah pada upaya penegakan adat-istiadat atau
kebiasaan masyarakat dan pencegahan balas dendam perseorangan atau balas
dendam tidak resmi terhadap penjahat. Solidaritas sering dikaitkan dengan
kompensasi terhadap korban kejahatan berupa ganti kerugian.
3. Sarana Pencegahan Umum dan Pencegahan Khusus
Pencegahan umum ditujukan kepada masyarakat agar tidak melakukan tindak
pidana. Sedangkan pencegahan khusus ditujukan agar pelaku tindak pidana
yang sudah dijatuhi pidana tidak melakukan tindak pidana lagi di kemudian
hari. Muladi menyebutkan, bahwa dalam pencegahan khusus mencakup 3
faktor utama, yaitu tipologi kejahatan, karakteristik pelaku kejahatan,
kepastian dan kecepatan pidana.
20
Muladi, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Semarang: Universitas Diponegoro, 1992), hlm, 11.
15
4. Pengimbalan atau Pengimbangan
Pengertian pengimbalan atau pengimbangan adalah diperlukannya
keseimbangan antara perbuatan pidana dengan pidana yang dijatuhkan. Hal
ini perlu diperhatikan dalam setiap tahap pembinaan.21
Selain teori tersebut diatas,berkaitan dengan tujuan pidana dan yang sesuai
dengan judul ini maka ada 2 teori yang akan di paparkan yakni:22
1. Teori relatife atau tujuan (doeltheorien)
Teori ini mencari dasar hukum pidana dalam menyelenggarakan tertib
masyarakat dan akibatnya yaitu tujuan pidana untuk prevensi terjadinya
kejahatan. Wujud pidana ini berbeda-beda: menakutkan, memperbaiki, atau
membinasakan. Lalu dibedakan prevensi umum dan khusus. Prevensi umum
menghendaki agar orang-orang pada umumnya tidak melakukan delik.
Bentuk tetua dari prevensi umum dipraktekkan sampai revolusi Prancis.
Prevensi umum dilakukan dengan menakutkan orang-orang lain dengan jalan
pelaksanaan pidana yang dipertontonkan. Kadang-kadang pelaksanaan pidana
yang telah diputuskan untuk dipertontonkan di depan umum dengan sangat
ganasnya supaya anggota masayarakat ngeri melihatnya. Sedangkan prevensi
khusus yang dianut oleh Van Hamel dan Von Liszt mengatakan tujuan
prevensi khusus adalah mencegah niat buruk pelaku bertujuan mencegah
21
Ibid., hlm, 87.
22 Ibid, Andi Hamzah, Sistem Pidana dan…, hlm. 26.
16
pelanggar mengulangi perbuatannya atau mencegah bakal pelanggar
melaksanakan perbuatan jahat yang direncanakannya.
Van Hamel menunjukan bahwa prevensi khusus suatu pidana adalah:
a) Pidana harus memuat suatu unsur yang menakutkan supaya mencegah
penjahat yang mempunyai kesempatan untuk tidak melaksanakan niat
buruknya.
b) Pidana harus memenuhi unsur memperbaiki terpidana.
Pidana mempunyai unsur membinasakan penjahat yang tidak mungkin
diperbaiki.
c) Tujuan satu-satunya pidana adalah mempertahankan tata tertib
hukum.23
2. Teori gabungan (verenigings theorien)
Teori ini merupakan gabungan antara pembalasan dan prevensi berfariasi
pula. Ada yang menitikberatkan pembalasan ada pula yang ingin agar unsur
pembalasan dan prevensi seimbang.
Yang pertama yaitu menitikberatkan pada pembalasan yang dianut antara
lain oleh Pompe. Pompe mengatakan: ”Orang tidak boleh menutup mata pada
pembalasan, memang pidana dapat dibedakan dengan sanksi-sanksi lain,
tetapi tetap ada ciri-cirinya. Tetap tidak dapat dikecilkan artinya bahwa pidana
adalah suatu sanksi dan demikian terikat dengan tujuan sanksi-sanksi itu. Dan
23
Ibid., hlm. 31.
17
karena itu hanya akan diterapkan jika menguntungkan pemenuhan kaidah-
kaidah dan berguna bagi kepentingan umum.”
Van Bemmelan juga menganut teori gabungan dengan menyakatakan:
”Pidana bertujuan membalas kesalahan dan mengamankan masyarakat.
Tindakan bermaksud mengamankan dan memelihara tujuan. Jadi pidana dan
tindakan keduanya bertujuan mempersiapkan untuk mengembalikan terpidana
kedalam kehidupan masyarakat.”24
Yang kedua yaitu teori gabungan yang menitikberatkan pada pertahanan
tata tertib masyarakat. Teori ini tidak boleh lebih berat daripada yang
ditimbulkannya dan gunanya juga tidak boleh lebih besar daripada yang
seharusnya. Teori ini sejajar dengan teori Thomas Aquino yang menyatakan
bahwa kesejahteraan umum menjadi dasar hukum pidana khususnya.
Pidana bersifat pembalasan karena dijatuhkan terhadap delik-delik, yaitu
perbuatan yang dilakukan secara sukarela. Pembalasan adalah sifat suatu
pidana tetapi bukan tujuan. Tujuan pidana adalah melindungi kesejahteraan
masyarakat.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan rangkaian dari cara atau kegiatan pelaksanaan
penelitian yang didasari oleh pandangan filosofis, asumsi dasar, dan ideologis serta
24
Ibid., hlm. 32
18
pertanyaan dan isu yang dihadapi. Sebuah penelitian memiliki rancangan penelitian
tertentu.
Rancangan ini menjelaskan prosedur atau langkah-langkah yang harus dijalani,
waktu penelitian, kondisi data dikumpulkan, sumber data serta dengan cara apa data
tersebut dibuat dan diolah. Tujuan dari rancangan ini adalah menggunakan metode
yang baik dan tepat, dirancang kegiatan yang bisa memberikan jawaban yang benar
terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Untuk mencapai tujuan yang tepat
dalam penelitian ini, penyusun menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penyusun adalah penelitian lapangan
(field research).25
Karena dalam penelitian ini penyusun menjadikan Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta sebagai objek penelitian. Penyusun
akan mengambil data-data langsung dari Lembaga Pemasyarakatan tersebut.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan suatu keadaan berupa fenomena sosial, praktek dan
kebiasaan yang ada dalam masyarakat.26
Selanjutnya dilakukan analisis
terhadap pokok masalah yang sudah ditentukan.
25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), hlm. 11.
26 Kontjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1985), hlm. 19.
19
3. Pendekatan Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penelitian ini menggunakan pendekatan
yuridis-empiris, yaitu suatu penelitan yang secara deduktif atau diawali dari
menganalisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang permasalahan pembinaan narapidana (ekstra vonis) kepada
narapidana, kemudian dilanjutkan dengan melihat penerapannya di lapangan.
4. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini,penyusun menjadikan lembaga pemasyarakatan Klas
II A Yogyakarta sebagai lokasi atau objek penelitian.
5. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber di
lapangan27
. Data primer dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan
pemahaman yang jelas, lengkap dan konprehensif terhadap data sekunder
yang diperoleh langsung. Data primer ini dapat dihasilkan dari wawancara
atau interview.
27
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 12.
20
b. Data Sekunder
1) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah suatu bahan hukum yang mempunyai
otoritas (autoritatif)28
. Bahan hukum primer yang akan digunakan oleh
penyusun meliputi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata
Cara Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan, yang telah diubah oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006, dan dirubah kedua kalinya
Nomor 99 Tahun 2012.
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi yang berkaitan dengan
hukum.29
Bahan hukum sekunder yang akan digunakan penyusun
meliputi hasil-hasil penelitian, buku, majalah, makalah-makalah, jurnal-
jurnal, internet, dan lain sebagainya.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penyusun dalam melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
28
H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 47.
29 Ibid, hlm. 54.
21
a. Wawancara atau Interview
Wawancara atau iinterview yaitu proses tanya jawab secara lisan dimana
dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Di dalam interview terdapat dua
pihak yang menempati kedudukan yang berbeda, satu pihak berkedudukan
sebagai pencari informasi atau penanya atau disebut interviewer sedangkan
pihak yang lain sebagai pemberi informasi atau responden30
. Selain itu ada
juga yang disebut sebagai narasmber yaitu orang yang mengetahui langsung
dibidang itu.
Pada penelitian ini penyusun sebagai interview dan respondennya adalah
orang-orang yang dirasa layak dan memiliki pengetahuan dan pengalaman
cukup dalam memberikan informasi tentang perlindungan hukum atas hak
memperoleh pendidikan dan pengajaran bagi narapidana,sedangkan yang
sebagai narasumber disini yaitu orang-orang yang mengetahui langsung
pokok permasalahan yang sesuai dengan tema yang diangkat seperti, Ketua
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta, Kepala bagian pembinaan
di Lapas tersebut, dan narapida (sepuluh narapidana) tentunya yang di
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta.
b. Kepustakaan dan Studi Dokumen
Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara membaca atau
mempelajari buku, peraturan perundang-undangan dan sumber kepustakaan
30
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hlm.
24.
22
lainnya yang berhubungan dengan penelitian31
. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai permasalahan yang ada hubungannya dengan
masalah yang akan dibahas.
7. Metode Pengumpulan Data
Data primer yang akan diperoleh penyusun melalui proses penelitian lapangan
(field research) yang merupakan pengumpulan dokumen maupun keterangan-
keterangan dari Ketua Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta, petugas
di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta dan beberapa narapidana yang
ada di lembaga pemasyarakatan tersebut. Data sekunder penyusun peroleh dari
penelitian pustaka (library research). Penelitian pustaka ini dilakukan untuk
mendapatkan beberapa teori, doktrin maupun pendapat ahli hukum serta
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan obyek penelitian ini.
Pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan wawancara kepada Kepala Lembaga dan Petugas Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta serta sejumlah narapidana yang ada di
lembaga pemsyarakatan tersebut. Wawancara dilakukan dengan membuat
pedoman wawancara terlebih dahulu agar proses wawacara dapat berjalan efektif.
31
Hilman Hadikusuma, Pembuatan Kertas Kerja Skripsi Hukum, (Bandung: Mandar Maji, 1991),
hlm. 80.
23
8. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data dalam bentuk yang
mudah dibaca dan diinterpretasikan32
. Penyusun menggunakan metode descripsi
analitik, yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data, selanjutya
penyusun melakukan analisis terhadap data yang didapat.
G. Sistematika Penulisan
Penyusun akan memaparkan sistematika sementara pembahasan untuk
memperjelas dalam penyusunan skripsi ini, yaitu :
Bab pertama berisi latar belakang masalah yang kemudian dilanjutkan dengan
menguraikan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka,
kerangka teoretik sebagai ujung tombak dalam menganalisis pokok masalah, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua menguraikan tentang tinjauan umum lembaga pemasyarakatan
Klas II A Yogyakarta. Dalam bab ini, penyusun akan menyajikan gambaran umum
pemasyarakatan dan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta. Menjelaskan
sistem pemasyarakatan dalam pidana penjara.
Bab ketiga menguraikan tentang pembinaan dan hak narapidana. Apa saja
yang menjadi hak dari seorang warga binaan dalam suatu Lembaga Pemasyarakatan.
32
Masri Singaribun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm.
263.
24
Bab keempat berisi tentang pemenuhan hak pendidikan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta. Menguraikan pelaksanaan pemenuhan hak
pendidikan seperti apa dan sesuaikah dengan peraturan yang ada, khususnya dalam
undang-undang nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Bab kelima berisikan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran
dalam penelitian yang belum terdeskripsikan dalam penelitian ini.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa dalam bab terdahulu, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Atas perumusan masalah yang telah dijabarkan pada Bab I yaitu bagaimana
pelaksanaan pemenuhan hak pendidikan di Lapas Klas II A Yogyakarta
sebagai model pembinaan bagi narapidana ternyata pelaksanaan pemenuhan
hak pendidikan bagi narapidana di dalam Lapas tersebut terjadwal dengan
baik, dan kegiatan pembinaan dalam rangka untuk memenuhi hak narapidana
khususnya dalam hal pendidikan sudah bisa dikatakan berhasil yang sesuai
dengan tujuan pemidanaan untuk merubah narapidana menjadi lebih baik lagi
dan dapat diterima kembali ke masyarakat.
2. Pelaksanaan pemenuhan hak pendidikan sebagai model pembinaan bagi
narapidana ternyata telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan dan juga Peraturan Pemerintah Republik Indoneia Nomor 32
Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanan Hak Warga Binaan
100
Pemasyarakatan, yang masih perlu diperhatikan yaitu ada beberapa program
pembinaan yang kurang efektif, kurangnya pengampu yang benar-benar
menguasai di berbagai bidang pembinaan dan masih belum memadainya
sarana atau alat-alat yang menunjang dalam pembinaan tersebut.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan peneliti pada Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta ini bisa dijadikan bahan masukan dan
pertimbangan bagi pihak - pihak yang terkait secara formal maupun pihak yang
berkepentingan dalam hal ini. Saran yang akan dikemukakan peneliti secara umum
yang ditemukan di lapangan adalah adanya harapan narapidana terhadap pembinaan
yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta yaitu peningkatan
kualitas dan kuantitas sarana dan fasilitas dalam pembinaan pendidikan kepribadian
dan kemandirian. Pada program pembinaan ini membutuhkan sarana dan prasarana
yang cukup agar pembinaan pendidikan yang diperoleh narapidana bisa optimal.
Adapun saran-saran peneliti terhadap pembinaan pendidikan yang ada di
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta sebagai berikut:
1. Pembinaan narapidana perlu didukung oleh faktor kualitas dan kuantitas dari
para petugas lembaga pemasyarakatan. Kualitas petugas dari berbagai disiplin
ilmu sehingga dapat mampu menghadapi tantangan dari perkembangan
101
masyarakat diluar. Kuantitas petugas dapat menjadikan kegiatan pembinaan
lebih intensif dan efektif menyangkut kesesuaian antar pembina, yang dibina
dan proses pengawasan lebih lanjut.
2. Pembinaan pendidikan kepribadian dan kemandirian diharapkan benar - benar
bisa menjadi bekal narapidana ketika kembali bermasyarakat.
3. Perlu diusahakan adanya anggaran untuk pendidikan ketrampilan bekerja
sehingga pendidikan ketrampilan bekerja bisa berjalan baik, bahkan dengan
adanya anggaran pendidikan ketrampilan bisa meningkat.
4. Perlu diusahakan ditingkatkannya kerjasama dengan instasi - instasi luar yang
terkait dengan pembinaan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Yogyakarta.
5. Untuk meningkatkan respon sosial dan kepedulian berbagai pihak diperlukan
sarana dan usaha untuk mempublikasikan hasil dari program pembinaan
secara lebih luas. Hasil program pembinaan yang telah dilaksanakan
diperkenalkan kepada masyarakat agar memancing respon positif dari
berbagai pihak untuk ikut serta dalam membina, karena masyarakat sangat
berpengaruh besar terutama dalam mengubah pola pandangan sosial yang
negatif terhadap lembaga pemasyarakatan. Narapidana tentunya pasti akan
kembali lagi bermasyarakat, dengan demikian untuk menerima narapidana
kembali dengan secara lebih baik dan berkesesuaian. Hal ini dapat tercapai
102
dengan memperkenalkan pembinaan narapidana melalui surat kabar (media
mssa), penulisan buku dan peningkatan pembinaan keluar lembaga, sehingga
dapat berbaur dengan masyarakat sekelilingnya dan narapidana tidak merasa
diasingkan.
103
DAFTAR PUSTAKA
A. Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Warga Binaan Pemasyarakatan.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1987 tentang
Pengurangan Masa Menjalani Pidana (Remisi).
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PK.04-10
Tahun 1995 tentang Asimilasi, Pembebasan bersyarat dan Cuti Menjelang
Bebas.
B. Buku Hukum
Abdi, Supriyanto dkk, Potret Pemenuhan Hak Atas Pendidikan dan Perumahan
di Era Otonomi Daerah, Yogyakarta: PUSHAM UII, 2012.
Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijkan Hukum Pidana, (Perkembangan
Penyusunan KUHP Baru), Jakarta: Kencana, 2010.
C. S. T. Cansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1989.
104
Dirdjosisworro, Soedjono, Sejarah dan Azaz-Azaz Penologi, Bandung: C.V.
Armico, 1984.
Gunakarya, A.Widiana, Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan, Armico,
Bandung, 1998.
Hamzah, Andi, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Jakarta: Pradnya
Paramita, 1993.
Handayani, Octavia Sri, “Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Rangka
Mencegah Pengulangan Tindak Pidana (Recidive) Di Lapas Klas II A
Sragen”, Skripsi, Surakarta: Fakultaas Hukum Universitas Sebelas Maret,
2010.
Muladi, Kapita Selekta Hukum Pidana, Semarang: Universitas Diponegoro, 1999.
Prasetya, Edi, “Bentuk Dan Proses Pembinaan Narapidana Dalam Sistem
Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Sleman”, Skripsi,
Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram, 2004.
Priyatno, Dwidja, Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Bandung: Refika
Aditama, 2002.
Rizako, Yusafat, Implementasi Sistem Pemasyarakata, Jakarta: Fisif-UI, 2009.
Romli Atmasasmita, 2013, Remisi = Hak, Bukan Hadiah, Bukan Pencitraan.
nasional.sindonews.com. read /2013/07/31/18/767478/ remisi-hak-bukan
hadiah-bukan-pencitraan. Diakses tanggal 14 September 2014.
Sakijo, Asruan, dan Bambang Purnomo, Hukum Pidana: Dasar Aturan Umum
Hukum Pidana Kodifikasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990.
105
Sujatno, Adi, dan Didin Sudirman, Pemasyarakatan Menjawab Tantangan
Zaman, Jakarta: VETLAS, 2008
Tenrisoji, Andi Soraya, “Pemenuhan Hak Naradipana Dalam Hal Mendapatkan
Pendidikan Dan Pelatihan Anak Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Kota
Parepare”, Skripsi, Makassar: Fakultas Hukum Universitas Hasanudin, 2013.
Udytama, I Wayan Wahyu Wira, “Efektivitas Pembinaan Narapidana Melalui
Pembekalan Keterampilan Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten
Sleman”, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya, 2010.
Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008
Widodo, Sistem Pemidanaan dalam Cyber Crime, Yogyakarta: CV.Aswaja
Pressindo, 2009.
Wirayani Indra Andi, “Peranan Lembaga Pemasyarakatan dalam Membina
Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Kota Malang”, Skripsi,
Malang: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang, 2011.
C. Lain-lain
Kusuma, Ambar, Selayang Pandang Lapas Klas IIA Yogyakarta, Lapas Klas II
A Yogyakarta tanggal 10 September 2014.
Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 1998.
106
Hadikusuma, Hilman, Pembuatan Kertas Kerja Skripsi Hukum, Bandung:
Mandar Maji,1991.
I, Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Muhammad, Muhammad Syafari, Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Bagi
Narapidan Di Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Jember, Skripsi, Malang:
Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2010.
Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Singaribun, Masri, dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES,
1989.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia
Pers, 1986.
Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1982.
Surachman, Winarto, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik,
Bandung: Tarsito, 1990.
www.putraprabu.wordpress.com, diakses pada tanggal 17 September 2014
www.carapedia.com_pengertian_definis_pengajaran_diakses 17 September 2014