BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan...

53
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, baik dari perpustakaan atau website penulis menemukan penelitian tentang: NO NAMA JUDUL SKRIPSI RUMUSAN MASALAH KESIMPULAN 1 Anisah Mundar i Analisis Yuridis Pencantuman Agama Dalam E- KTP Konsep Agama dan Kepercayaan, penganut Agama dan Penganut Kepercayaan Indonesia? Konsep Hukum Persamaan Hak Penganut Agama dan Penganut Kepercayaan di Indonesia? Pengaturan tentang Kepercayaan yang sesuai dengan Hakikat Kesamaan Penganut Kepercayaan Agama dan Penganut Kepercayaan serta Konsep Hukum Kesamaan Hak Penganut Agama dan Penganut Kepercayaan Penulis menyatakan bahwa setelah mengkaji konsep yuridis tentang persamaan hak atau kebebasan menganut agama dan menganut kepercayaan di Indonesia penulis mengambil kesimpulan bahwa telah terjadi inkoherensi antara peraturan perundang-undangan tentang kepercayaan dengan hakikat kesamaan agama dan kepercayaan serta kesamaan hak penganut agama dan kepercayaan. Karena itu pengaturan yang tidak koheren itu harus dihapus supaya penganut agama dan penganut kepercayaan diperlakukan sama secara setara. Konsep agama dan konsep kepercayaan pada hakikatnya sama. Setiap individu baik yang beragama maupun berkepercayaan sama-sama memiliki rasa kerinduan terhadap sesuatu kekuatan yang melebihi dirinya (lazimnya disebut Tuhan, Allah, Sang Hyang Widi, dsb). Kesamaan itu menjadi berbeda setelah negara melembagakan agama atau kepercayaan melalui peraturan perundang-undangan. Karena itu, pilihan terbaik pengaturan relasi antara agama dan negara adalah negara tidak mengaturnya dalam peraturan perundang-undangan. Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Transcript of BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan...

Page 1: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, baik dari

perpustakaan atau website penulis menemukan penelitian tentang:

NO NAMA JUDUL SKRIPSI RUMUSAN MASALAH KESIMPULAN

1 Anisah

Mundar

i

Analisis Yuridis

Pencantuman

Agama Dalam E-

KTP

Konsep Agama dan

Kepercayaan,

penganut Agama dan

Penganut

Kepercayaan

Indonesia?

Konsep Hukum

Persamaan Hak

Penganut Agama dan

Penganut

Kepercayaan di

Indonesia?

Pengaturan tentang

Kepercayaan yang

sesuai dengan Hakikat

Kesamaan Penganut

Kepercayaan Agama

dan Penganut

Kepercayaan serta

Konsep Hukum

Kesamaan Hak

Penganut Agama dan

Penganut

Kepercayaan

Penulis menyatakan bahwa setelah

mengkaji konsep yuridis tentang

persamaan hak atau kebebasan

menganut agama dan menganut

kepercayaan di Indonesia penulis

mengambil kesimpulan bahwa telah

terjadi inkoherensi antara peraturan

perundang-undangan tentang

kepercayaan dengan hakikat kesamaan

agama dan kepercayaan serta

kesamaan hak penganut agama dan

kepercayaan. Karena itu pengaturan

yang tidak koheren itu harus dihapus

supaya penganut agama dan penganut

kepercayaan diperlakukan sama secara

setara. Konsep agama dan konsep

kepercayaan pada hakikatnya sama.

Setiap individu baik yang beragama

maupun berkepercayaan sama-sama

memiliki rasa kerinduan terhadap

sesuatu kekuatan yang melebihi

dirinya (lazimnya disebut Tuhan,

Allah, Sang Hyang Widi, dsb).

Kesamaan itu menjadi berbeda setelah

negara melembagakan agama atau

kepercayaan melalui peraturan

perundang-undangan. Karena itu,

pilihan terbaik pengaturan relasi antara

agama dan negara adalah negara tidak

mengaturnya dalam peraturan

perundang-undangan.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 2: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

10

2 Sigit

Riono

Kesamaan Hak

Kebebasan

Beragama di

Indonesia (Studi

Socio-Legal Dalam

Kasus Ahmadiyah)

Bagaimana

pengaturan hak

kebebasan beragama

di Indonesia dalam

peraturan Hak Asasi

Manusia secara

hukum pada

kelompok aliran

agama Ahmadiyah

Bagaimanakah

implementasi

Undang-undang

Nomor 39 Tahun

1999 tentang Hak

Asasi Manusia dalam

mengatasi konflik

horizontal yang ada di

masyarakat terhadap

kelompok Ahmadiyah

Penulis menyatakan bahwa Kebebasan

beragama dalam kelompok

Ahmadiyah sudah memiliki hak

kebebasan beragama yang telah di

bingkai dalam pasal 28E UUD 1945,

Pasal 22 UU No.39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia, pasal 18

UU No.12 Tahun 2005 tentang

Internasional Covenant On Civil and

Political Right (Kovenan Internasional

tentang Hak-hak sipil dan politik,

implementasi UU No.39 Tahun 1999

tentang HAM dalam mengatasi

Konflik belum terlaksana jika dilihat

dalam kasus 2005 masih banyak

pelnggaran HAM seperti aksi

penyarangan terhadap kelompok

Ahmadiyah sehingga banyak korban

yang dirugikan terlebih lagi dengan

dikeluarkan Surat Keputusan Bersama

(SKB) membuat kaum intoleran

merasa mendapat dukungan untuk

melakukan kekerasan kepada

kelompok Ahmadiyah.

Dari Kajian diatas penelitian terdahulu ditas terdapat beberapa

persamaan dengan Peneliti yaitu:

1. Kajian yang diteliti adalah kajian mengenai Hak Asasi Manusia

Dalam Penelitian ini juga terdapat perbedaan dengan peneltian

terdahulu antara lain sebagai berikut:

1. Penulis meneliti mengenai Putusan Mahkamah Konstitusi

mengenai Pencantuman Penghayat Kepercayaan di Kartu Tanda

Penduduk Elektrinik dan Kartu Keluarga.

2. Penulis meneliti dengan metode Yuridis Normatif.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 3: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

11

B. Landasan Teori

1) Teori tentang Negara Hukum

Akar konsepsi pemikiran tentang negara hukum dalam sejarah

dimulai sejak Magna Charta 1215, hanya saja baru kemudian pada abad

ke-XVII, perbincangan tentang negara hukum sudah mulai serius

dilakukan 5. Lahirnya pemikiran tentang negara hukum adalah

sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari adanya tindakan sewenang-

wenang yang digulirkan oleh penguasa kala itu. Bahkan kemudian,

konsepsi negara hukum dipandang sebagai bentuk reaksi atas tindakan

sewenang-wenang yang dilakukan penguasa.

Atas dasar itulah, maka kemudian pembatasan kekuasaan penguasa

menjadi sangat urgen untuk dilakukan melalui perangkat hukum agar

pemerintahan yang sedang memegang kendali kekuasaan suatu negara

dapat terkendali. Cita negara hukum untuk pertama kalinya

dikemukakan oleh seorang filosof Yunani bernama Plato. Plato, dalam

bukunya yang berjudul Nomoi 6, menggambarkan bagaimana

pentingnya posisi hukum dalam mengatur negara dengan menyatakan

bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah pemerintahan

yang diatur oleh hukum.

Konsep negara hukum sering diterjemahkan dengan berbagai

istilah yang berbeda-beda seperti the rule of law, rechtsstaat, etat de

5 Dalam Jurnal Janpara Simamora, Tafsiran Makna Negara Hukum Dalam Perspektif Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 2014, hlm 549 6 Dalam jurnal Prof.Dr.Jimmly Asshiddiqie,S.H., Gagasan Negara Hukum, 2011, hlm 2

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 4: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

12

droit atau estado de derecho 7. Di negara-negara Eropa Continental,

konsep negara hukum disebut dengan istilah rechtsstaat. Istilah

rechtsstaat adalah merupakan bahasa Belanda yang memiliki makna

dan pengertian sejajar dengan rule of law di negara-negara yang

menganut sistem Anglo Saxon. Di Indonesia dikenal dengan istilah

“negara hukum”, yang dalam bahasa Jerman disebut dengan istilah

“rechtsstaat” atau dalam bahasa Perancis disebut dengan istilah “Etat

de Droit”.

Sebagaimana dikemukakan oleh Ni’matul Hud 8, bahwa Dilihat

dari latar belakang dan sistem hukum yang menopangnya, terdapat

perbedaan antara konsep rechstsaat dengan konsep rule of law,

meskipun dalam perkembangannya dewasa ini tidak lagi

dipermasalahkan lagi perbedaan antara keduanya dan keduanya

berjalan dengan sistem sendiri, karena pada dasarnya kedua konsep itu

mengarah pada satu sasaran yang utama, yaitu pengakuan dan

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Konsep rechsstaat lahir

dari suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga sifatnya

revolusioner, sebaliknya konsep rule of law berkembang secara

evolusioner 9.

7 Susi Dwi Harijanti, 2011, Negara Hukum dalam Undang- Undang Dasar 1945, dalam

“Negara Hukum yang Ber-keadilan: Kumpulan Pemikiran dalam Rangka Purnabakti

Prof.Dr.H.Bagir Manan, SH., MCL”, Cetakan Pertama, Bandung: PSKN FH UNPAD, 8 Dalam Jurnal Dayanto, “Rekonstruksi Paradigma Pembangunan Negara Hukum Indonesia

Berbasis Pancasila”, Purwokerto, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, hlm. 500 9 Ibid.,

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 5: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

13

Konsep rechsstaat bertumpu atas sistem hukum kontinental yang

disebut civil law yang berkarakter administratif, sedangkan konsep

rule of law bertumpu atas sistem hukum yang disebut common law

yang berkarakter judicial atau peradilan. Konsep rechtsstaat diawali

dari sistem Romawi Jerman pada dasarnya mengembangkan kaidah

hukum yang sistematis, doktrinal, dan berdasarkan perundang-

undangan yang dibuat oleh lembaga legislatif, sedangkan konsep the

rule of the law yang dilatar belakangi oleh sistem common law, norma

hukumnya tidak dirumuskan secara sistematis dan doktrinal. Jadi, ciri

common law terletak pada normanya yang bersifat konkret yang

dilahirkan melalui suatu putusan hakim 10. Disini tampak bagaimana

pentingnya fungsi peradilan dalam sistem common law. Makna

esensial dari the rule of law adalah pembatasan kekuasaan terhadap

pemerintah oleh hukum (termasuk konstitusi karena konstitusi adalah

hukum). Asas the rule of law juga berusaha untuk memastikan bahwa

pembatasan kekuasaan terhadap pemerintah oleh hukum mampu

terjadi secara factual 11.

2) Teori tentang Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan seperangkat yang yang

melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan

Yang Maha Esa dan merupakan anugrahnya yang wajib dihormati,

dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan

10 Ibid., hlm. 500-501. 11 Ibid

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 6: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

14

setiap orang. Secara formal konsep mengenai Hak Asasi Manusia

(HAM) lahir pada tanggal 10 Desember 1948, ketika PBB

memproklamirkan Deklarasi Universal HAM. Yang di dalamnya

memuat 30 pasal, yang kesemuanya memaparkan tentang hak dan

kewajiban umat manusia. Secara eksplisit, Hak Asasi Manusia (HAM)

adalah suatu yang melekat pada manusia, yang tanpanya manusia

mustahil dapat hidup sebagai manusia, sifatnya tidak dapat dihilangkan

atau dikurangi oleh siapapun. Adapun isi dalam mukadimah Deklarasi

Universal tentang HAM oleh PBB adalah:

1. Pengakuan atas martabat dan Hak-hak yang sama bagi semua

anggota keluarga, kemanusiaan dan keadilan di dunia.

2. Mengabaikan dan memandang rendah Hak Asasi Manusia (HAM)

akan menimbulkan perbuatan yang tidak sesuai dengan hati nurani

umat manusia.

3. Hak-hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum.

4. Persahabatan antara Negara-negara perlu dianjurkan.

5. Memberikan Hak-hak yang sama baik laki-laki maupun

perempuan.

6. Memberi penghargaan terhadap pelaksanaan Hak-hak manusia dan

kebebasan asa umat manusia.

Melaksanakan Hak-hak dan kebebasan secara tepat dan benar.

Berikut ini pengertian HAM menurut beberapa ahli:

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 7: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

15

1. Menurut Tilaar dalam Syarbaini HAM adalah Hak-hak yang

melekat pada diri manusia, dan tanpa Hak-hak itu manusia tidak

dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh

bersama dengan kelahirannya atau kehadirannya di dalam

kehidupan masyarakat .

2. Hak Asasi Manusia (HAM) menurut Musthafa Kemal Pasha adalah

Hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir yang melekat pada

esensinya sebagai anugrah Allah.

HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang

bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah tuhan yang

harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu,

masyarakat, atau negara. Dengan demikian, hakekat penghormatan dan

perlindungan terhadap HAM ialah menjaga keselamatan eksistensi

manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan, yaitu keseimbangan

antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara kepentingan

perseorangan dengan kepentingan umum.

2. Tinjauan Umum tentang Agama dan Aliran Kepercayaan

1. Pengertian Agama

Beberapa alasan sulitnya mengartikan kata agama, sebagaimana

yang ditulis oleh A. Mukti Ali dalam buku Universalitas dan

Pembangunan yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa pertama,

pengalaman agama adalah soal batin, subjektif dan sangat individualis

sifatnya. Kedua, ruang begitu bersemangat dan emosional dalam

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 8: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

16

membicarakan agama, karena itu setiap pembahasan tentang arti

agama selalu ada emosi yang melekat erat sehingga kata agama sulit

untuk di definisikan, ketiga konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh

tujuan dari orang yang memberikan definisi tersebut. Senada dengan

itu sukarnya mencari kata-kata yang dapat digunakan untuk membuat

definisi agama, sebagaimana ditulis oleh Abuddin Nata yang

mengutip tulisan Zakiah Daradjat bahwa karena pengalaman agama

yang subyektif, intern dan individual, dimana setiap orang akan

merasakan pengalaman agama yang berbeda dari orang lain.

Disamping itu, tampak bahwa pada umumnya orang lebih condong

kepada mengaku beragama, kendatipun ia tidak menjalankannya 12.

Dalam kamus bahasa Indonesia, agama berarti segenap

kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa dsb) serta dengan ajaran kebaktian

dan kewajiban–kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu 13.

Agama dari sudut bahasa (etimologi) berarti peraturan-peraturan

tradisional, ajaran–ajaran, kumpulan-kumpulan hukum yang turun

temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan. Agama asalnya terdiri

dari dua suku kata, yaitu a berarti tidak gama berarti kacau. Jadi

agama mempunyai arti tidak kacau. Arti ini dapat dipahami dengan

melihat hasil yang diberikan oleh peraturan-peraturan agama kepada

moral atau materiil pemeluknya, seperti yang diakui oleh orang yang

12 Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja GrafindoPersada), 2011.hlm 8 13 Dalam Jurnal Muhamaddin, Kebutuhan Manusia Terhadap Agama, IAIN Raden Patah

Palembang, 2013, hlm 101

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 9: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

17

mempunyai pengetahuan 14. dalam bahasa Arab, agama berasal dari

kata ad-din, dalam bahasa latin dari kata religi, dan dalam bahasa

Inggris dari kata religion. Religion dalam bahasa Inggris (dinun)

dalam bahasa Arab memikiki arti sebagai berikut: a. oraganisasi

masyarakat yang menyusun pelaksanaan segolongan manusia yang

periodik, pelaksanaan ibadah, memiliki kepercayaan, yaitu

kesempurnaan zat yang mutlak, mempercayai hubungan manusia

dengan kekuatan rohani yang lebih mulia dari pada ia sendiri. Rohani

itu terdapat pada seluruh alam ini, baik dipandang esa, yaitu Tuhan

atau dipandang berbilang-bilangan. b. keadaan tertentu pada

seseorang, terdiri dari perasaan halus dan kepercayaan, termasuk

perkerjaan biasa yang digantungkan dengan Allah SWT,

penghormatan dengan khusuk terhadap sesuatu perundang-undangan

atau adat istiadat dan perasaan 15. Agama semakna juga dengan kata

ad-din (bahasa Arab) yang berarti cara, adat kebiasaan, peraturan,

Undang-undang, taat dan patuh, mengesakan Tuhan, pembalasan,

perhitungan, hari kiamat dan nasihat.

Pengertian ini sejalan dengan kandungan agama yang di dalamnya

terdapat peraturan peraturan yang merupakan hokum yang harus

dipatuhi penganut agama yang bersangkutan. Selanjutnya agama juga

menguasai diri seseorang dan membuat dia tunduk dan patuh kepada

Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Agama lebih lanjut

14 Abdullah, M. Yatimin, Studi Islam Kontemporer, (Pekan Baru:Amzah), 2004.hlm 2 15 Ibid hlm 3

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 10: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

18

membawa utang yang harus dibayar oleh penganutnya. Orang yang

menjalankan kewajiban dan patuh kepada perintah agama akan

mendapat balasan yang baik dari Tuhan, sedangkan orang yang tidak

menjalankan kewajiban dan ingkar terhadap perintah Tuhan akan

mendapatkan balasan yang menyedihkan.

Durkheim dalam bukunya Gambaran Pertama Bagi Penghidupan

Keagamaan menegaskan bahwa agama adalah alam gaib yang tidak

dapat diketahui dan tidak dapat dipikirkan oleh akal dan pikiran

manusia sendiri. Tegasnya agama adalah suatu bagian dari

pengetahuan yang tidak dapat dicapai oleh ilmu pengetahuan biasa

dan tidak dapat diperoleh dengan pikiran saja. Teori Durkheim juga

berkesinambungan dengan pandangan agama dilihat dari sudut

sosiologis, dimana agama merupakan fenomena kebudayaan, yakni

sebagai suatu pandangan dan pola hidup berkelompok yang

mengandalkan kepercayaan akan dimensi transden atau suatu wahyu

khusus yang diekspresikan melalui kelompok, persekutuan atau umat,

dengan ajaran yang menafsirkan dan mengarahkan kehidupan, serta

ritus atau ibadat yang dihayati dalam wujud keterlibatan dalam dunia

masyarakat 16. Brunetiere berpendapat bahwa agama sebagai sesuatu

yang lain dari biasa. Sedangkan Asy-syahrastani ketaatan dan

kepatuhan yang terkadang bisa diartikan sebagai pembalasan dan

perhitungan (amal dan perbuatan di akhirat).

16 Gaguk, Bastian. Agama dan Perubahan Sosial: (Sebuah Telaah Pemikiran Karl Marx dan

Emile Durkheim), 2011, hlm 3

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 11: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

19

Menurut Ath-Thanwi dalam buku Kasyaf Isthilahat Al-Funun

disebutkan bahwa agama adalah intisari Tuhan yang mengarahkan

orang orang berakal dengan kemauan mereka sendiri untuk

memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan khusus untuk Islam

saja. Agama dihubungkan dengan Allah karena ia merupakan

sumbernya, dihubungkan kepada para nabi karena mereka sebagai

perantara kemunculannya, dihubungkan kepada umat karena mereka

memeluk dan mematuhinya.

Harun Nasution dalam bukunya Islam ditinjau dari berbagai

aspeknya yang dikutip oleh Abuddin Nata memberikan definisi agama

sebagai berikut: 1). Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia

dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi 2). Pengakuan terhadap

adanya kekuatan gaib yag menguasai manusia 3). Mengikatkan diri

pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu

sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi

perbuatan-perbuatan manusia; 4). Kepercayaan pada suatu kekuatan

gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu 5). Suatu sistem tingkah

laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan gaib 6). Pengakuan

terhadap adanya kewajiban–kewajiban yang diyakini bersumber pada

suatu kekuatan gaib; 7). Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul

dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 12: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

20

yang terdapat dalam alam sekitar manusia; 8). Ajaran yang

diwahyukan Tuhan kepada manusa melalui seorang Rasul 17.

Dari beberapa definisi tersebut diatas, ada empat unsur yang

menjadi karakteristik agama sebagai berikut:18 pertama, unsur

kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib tersebut dapat

mengambil bentuk bermacam-macam. Dalam agama primitif kekuatan

gaib tersebut dapat mengambil bentuk benda–benda yang memiliki

kekuatan misterius (sakti), ruh atau jiwa yang terdapat pada benda-

benda yang memiliki kekuatan misterius; dewa–dewa dan Tuhan atau

Allah dalam istilah yang lebih khusus dalam Agama Islam.

Kepercayaan pada adanya Tuhan adalah dasar utama sekali dalam

paham keagamaan. Tiap agama kecuali Budhisme yang asli dan

beberapa agama lain berdasar atas kepercayaan pada sesuatu kekuatan

gaib dan cara hidup setiap manusia yang percaya pada agama di dunia

ini amat rapat hubungannya dengan kepercayaan. Kedua, unsur

kepercayaan bahwa kebahagian dan kesejahteraan hidup di dunia ini

dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik itu,

kesejahteraan dan kebahagian yang dicari akan hilang pula. Hubungan

baik ini selanjutnya diwujudkan dalam bentuk peribadatan, selalu

mengingat-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya, dan menjauhi

larang-Nya. Ketiga, unsur respon yang bersifat emosional dari

manusia. Respon tersebut dapat mengambil bentuk rasa takut, seperti

17 Abuddin, Op.Cit, hlm 14 18 Ibid, hlm 15

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 13: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

21

yang terdapat pada agama primitif, atau perasaan cinta seperti yang

terdapat pada agama–agama monoteisme. Selanjutnya respon tersebut

dapat pula mengambil bentuk penyembahan yang terdapat pada

agama-agama monoteisme dan pada akhirnya respon tersebut

mengambil bentuk dan cara hidup tertentu bagi masyarakat yang

bersangkutan. Keempat, unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan

suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab suci yang

mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, tempat-tempat

tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara, dan sebabainya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa agama

adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia

yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh

suatu generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman

hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat,

yang di dalamnya mencakup unsur kepercayan kepada kekuatan gaib

yang selanjutnya menimbulkan respon emosional dan keyakinan

bahwa kebahagiaan hidup tersebut tergantung pada adanya hubungan

yang baik dengan kekuatan gaib tersebut. Dengan demikian dapat

ditegaskan bahwa ada lima aspek yang terkandung dalam agama.

Pertama, aspek asal- usulnya, yaitu ada yang berasal dari Tuhan

seperti agama samawi, da nada yang berasal dari pemikiran manusia

seperti agama Ardhi atau agama kebudayaan. Kedua, aspek tujuannya,

yaitu untuk memberikan tuntunan hidup agar bahagia di dunia dan

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 14: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

22

akhirat. Ketiga, aspek ruang lingkupnya, yaitu keyakinan akan adanya

kekuatan gaib, keyakinan manusia bahwa kesejahteraan di dunia ini

dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik

dengan kekuatan gaib, respon yang bersifat emosional, dan adanya

yang dianggap suci. Keempat, aspek pemasyarakatan, yaitu

disampaikan secara turun menurun dan diwariskan dari generasi ke

generasi lain. Kelima, aspek sumbernya, yaitu kitab suci.

2. Agama dan Kepercayaan dalam Perspektif HAM

Tanggal 28 Oktober 2005, Pemerintah Indonesia mengesahkan

ICESCR (Internasional Covenant on Economic, Sosial, and Culture

Right) menjadi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2005 dan ICCPR

(Internasional Covenant on Civil and Politicial Right) menjadi

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005. Ratifikasi tersebut

menimbulkan konsekuensi terhadap pelaksanaan Hak Asasi Manusia,

karena Indonesia telah mengikatkan diri secara hukum. Artinya,

Pemerintah Indonesia memiliki kewajiban untuk menghormati,

melindungi, dan memenuhi HAM serta membuat laporan yang

bertalian dengan penyusuaian hukum, langkah kebijakan dan tindakan

yang dilakukan.

HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan

dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 15: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

23

kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia 19. Hak

yang melekat pada keberadaan manusia ini yang kemudian

memunculkan konsep kebebasan.

Ketika orang membicarakan kebebasan, maka sering kali

melupakan bahwa ada empat hal tentang kebebasan, yaitu: kebebasan

beragama dan beribadah, kebebasan berserikat dan berpendapat,

kebebasan memperoleh kesejahteraan dan kebebasan dari ketakutan

dan rasa aman. Meskipun ini semua merupakan kebebasan manusia,

akan tetapi senyatanya bahwa semua selalu berada di dalam koridor

hukum, sebab HAM dan kebebasan di era sekarang sesungguhnya

terkait dengan hukum (positif). Terkait mengenai kebebasan beragama

dan beribadah yang akhirnya bermuara pada kehidupan bertoleransi

dalam beragama itu sendiri kadangkala sering menjadi bersoalan.

toleransi beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat

terlindungi dengan baik. Keduanya tidak dapat diabaikan. Namun

yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, yaitu

penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi, dan usaha untuk

merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu

kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman

yang benar mengenai kebebasan bergama dan toleransi beragama

merupakan sesuatu yang penting.

19 Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 16: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

24

Di dalam kebebasan beragama, maka ada dua hal yang mesti

diperhitungkan, yaitu: freedom to be dan freedom to act. Freedom to

be terkait dengan kebebasan agama yang asasi, yaitu kebebasan

menjadi beragama. Di sini maka orang bebas untuk mengekspresikan

agamanya dalam ranah individunya dan negara tidak bisa campur

tangan terhadapnya. Misalnya, ketika orang Islam harus menyebut

nama Tuhannnya dengan sebutan Allah, yang berbeda dengan cara

orang Katolik atau Protestan menyebutnya atau orang Budha atau

Hindu harus menyebutnya. Begitu pula cara orang melakukan relasi

dengan Tuhannya melalui ritual-ritual agamanya. Semua ini tidak bisa

diintervensi oleh siapapun termasuk negara. Akan tetapi yang tidak

boleh dilupakan adalah freedom to act, yaitu kebebasan yang terkait

dengan orang banyak atau masyarakat. Di sini maka ada hak dan

kewajiban. Orang tidak bisa mengekspresikan agamanya di depan

orang banyak atau masyarakat dengan semau-maunya. Demikian pula

apa yang dilakukan juga tidak boleh membuat orang lain sakit hati

atau merasa ternodai. Di sinilah negara bisa melakukan intervensi 20.

Mukti Ali menjelaskan bahwa ada beberapa pemikiran diajukan

orang untuk mencapai kerukunan dalam kehidupan beragama.

Pertama, sinkretisme, yaitu pendapat yang menyatakan bahwa semua

agama adalah sama. Kedua, reconception, yaitu menyelami dan

meninjau kembali agama sendiri dalam konfrontasi dengan agama-

20 Jurnal Filsafat: Vol 18 Nomor 3, Dalam Jurnal Sartini, “Etika Kebebasan Beragama”,

(Fakultas Filsafat Univeristas Gajah Madda, 2008), hlm. 252

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 17: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

25

agama lain. Ketiga, sintesis, yaitu menciptakan suatu agama baru yang

elemen-elemennya diambilkan dari pelbagai agama, supaya dengan

demikian tiaptiap pemeluk agama merasa bahwa sebagian dari ajaran

agamanya telah terambil dalam agama sintesis (campuran) itu.

Keempat, penggantian, yaitu mengakui bahwa agamanya sendiri

itulah yang benar, sedang agama-agama lain adalah salah; dan

berusaha supaya orang-orang yang lain agama masuk dalam

agamanya. Kelima, agree in disagreement (setuju dalam perbedaan),

yaitu percaya bahwa agama yang dipeluk itulah agama yang paling

baik, dan mempersilahkan orang lain untuk mempercayai bahwa

agama yang dipeluknya adalah agama yang paling baik. Diyakini

bahwa antara satu agama dan agama lainnya, selain terdapat

perbedaan, juga terdapat persamaan.

Negara dalam hal ini pemerintah memiliki tanggung jawab untuk

mewujudkan pemenuhan Hak Asasi Manusia dalam 3 (tiga) bentuk:

a. ‘To Respect’

“The Obligation to respect requires the state to abstain from

doing anything that violates the integrity of the individual or

infringes on her or his freedom, including the finds best to

satisfy basic needs”21

Kewajiban negara menghormati hak-hak asasi manusia

mensyaratkan, artinya menjauhkan diri dari melakukan sesuatu yang

21 Sigrun I Skogly, The Human Rights Obligations of The World Bank And The International

Monetary Fund, ( London:Cavendish Publishing Limited, 2001), hlm. 44.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 18: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

26

melanggar integritas individu atau melanggar kebebasannya. Dalam

rangka menghormati hak asasi manusia membutuhkan negara untuk

menahan diri dari campur tangan langsung atau tidak langsung dengan

kenikmatan hak-hak manusia. Pemerintah tidak boleh menyiksa,

menghambat hak, sewenang-wenang terhadap kelompok minoritas,

atau penggusuran paksa tanpa proses hukum 22.

b. ‘To Protect’

“The obligation to protect requires from the states the measure

neccessary to prevent other individuals or groups from violating

the integrity, freedom of action, or other human rights of the

individual-including the preventing of infringement of his or her

material resources”23

Kewajiban negara untuk melindungi hak asasi membutuhkan

langkah negara untuk mencegah individu atau kelompok lain dari

melanggar integritas, kebebasan bertindak, atau hak sasi individu

lainnya. Dibawah kewajiban untuk melindungi hak asasi manusia,

negara harus mencegah, menyelidiki, menghukum, dan memastikan

ganti rugi atas kerugian yang disebabkan oleh pelanggaran hak asasi

manusia oleh pihak ketiga perorangan, perusahaan komersial atau

aktor non-negara lainnya. Pemerintah harus memantau, misalnya,

penggunaan emisi industri yang berpotensi berbahaya, pelakuan

22 Dalam Jurnal Sebastiao Salgado, Human rights for human dignity A primer on economic,

social and cultural rights, (United Kingdom: Alden Press, Oxford, 2005), hlm. 19-20 23 Skogly, Loc.Cit, hlm 44

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 19: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

27

terhadap pekerja oleh majikannya, dan kesesuaian layanan privatisasi

negara 24.

c. ‘To Fullfil’

“The obligation to fulfil requires the state to take the measure

necessary to ensure for each person within its jurisdiction

opportunities to obtain satisfaction of those needs, recognised in

the human rights instruments, which cannot be secure by

personal efforts”25

Kewajiban negara dalam memenuhi hak asasi manusia

memerlukan negara untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk

memastikan setiap orang mendapatkan kepuasan dari kebutuhannya.

Negara berkewajiban memenuhi hak-hak asasi manusia dengan

mengambil legislatif, administratif, anggaran, dan yudisial sebagai

langkah pemenuhan hak asasi. Kewajiban ini meliputi tugas untuk

memfasilitasi dan memberikan. Di atas semua itu, pemerintah harus

memberikan prioritas untuk memenuhi standar kebutuhan minimum

dari setiap hak, terutama bagi kelompok rentan 26.

Ketiga teori ini terkait dengan pembedaan kewajiban negara yang

sering dibuat tugas ‘negatif’ dan ‘positif’. Berpijak dari dua kewajiban

negara ini, Sigrun I Skogly menambahkan kewajiban negara dalam

24 Salgado, Loc.Cit, hlm 19-20 25 Skogly, Loc.Cit, hlm 44 26 Salgado, Loc.Cit, hlm 19-20

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 20: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

28

arti netral digunakan pada kondisi menahan diri dari kegiatan yang

akan membuat situasi lebih buruk 27.

Tiga prinsip utama dalam pandangan normatif HAM, yaitu berlaku

secara universal, bersifat non–diskriminasi dan imparsial 28. Prinsip

keuniversalan ini dimaksudkan agar gagasan dan norma-norma HAM

telah diakui dan diharapkan dapat diberlakukan secara universal atau

internasional. Prinsip ini didasarkan atas keyakinan bahwa umat

manusia berada dimana–mana, disetiap bagian dunia baik di pusat–

pusat kota maupun di pelosok bumi yang terpencil. Berdasarkan hal

itu HAM tidak bisa didasarkan secara partikular yang hanya bersifat

kedaerahan dan diakui secara lokal.

Prinsip kedua dalam norma HAM adalah sifatnya yang non–

diskriminasi. Prinsip ini bersumber dari pandangan bahwa semua

manusia setara (all human being are equal). Setiap orang

diperlakukan setara. Seseorang tidak boleh dibeda–bedakan antara

satu dengan yang lainnya. Hal ini tidak bisa dipandang sebagai suatu

hal yang negatif, melainkan harus dipandang sebagai kekayaan umat

manusia karena manusia berasal dari keanekaragaman warna kulit

seperti kulit putih, hitam, kuning dan lainnya. Keanekaragamaan

agama merupakan sesuatu hal yang mendapat tempat dalam sifat non–

diskriminasi. Pembatasan seseorang dalam beragama merupakan

sebuah pelanggaran HAM. Istilah diskriminasi tidak didefinisikan

27 Skogly, Op.Cit., hlm 45 28 Srijanti dkk, Etika Berwarga Negara, Penerbit Salemba Empat, Jakarta; 2008, Hlm 131

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 21: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

29

dalam Kovenan Internasional Hak Sipil dan Hak Politik (International

Covenant on Civil and Political Rights/ICCPR), termasuk di

dalamnya prinsip non diskriminasi. Namun, Komite Hak Asasi

Manusia (The Human Rights Committee), melalui Komentar Umum

Nomor 18 (General Comment), menekankan bahwa prinsip ”non

diskriminasi” semestinya ditampakan dalam tataran implementasi.

Kesejajaran di muka hukum dan kesamaan perlindungan hukum tanpa

diskriminasi, menjadi basis dan prinsip umum bagi upaya

perlindungan HAM 29.

Prinsip ketiga ialah imparsialitas. Maksud dari prinsip ini

penyelesaian sengketa tidak memihak pada suatu pihak atau golongan

tertentu dalam masyarakat. Umat manusia mempunyai beragam latar

belakang sosial maupun latar belakang kultur yang berbeda antara satu

dengan yang lain hal ini merupakan sebuah keniscayaan. Prinsip

imparsial ini dimaksudkan agar hukum tidak memihak pada suatu

golongan.

Tujuan pembentukan negara adalah untuk melindungi hak warga

negara dan memenuhi kepentingan seluruh rakyatnya. Dalam konteks

ke-Indonesian, salah satu tujuan nasional adalah melindungi segenap

bangsa Indonesia, tentu saja tanpa diskriminasi baik berdasarkan suku,

bahasa, maupun agama. Oleh karena itu, menjadi salah satu tugas

negara untuk melindungi hak kebebasan setiap orang dalam beragama

29 Dalam Jurnal Oki Wahju Budijanto, Penghormatan Hak Asasi Manusia Bagi Penghayat

Kepercayaan di kota Bandung, 2016, hlm 38

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 22: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

30

dan beribadat. Dengan demikian, hak beragama merupakan salah satu

hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Tanpa

kebebasan beragama tidak mungkin ada toleransi antar umat

beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk

menyembah Tuhan, diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun

yang boleh mencabutnya.

Di dalam studi agama, kata kepercayaan (belief) biasanya selalu

bersanding dengan kata agama (religion), sehingga frasa religion

and belief atau religion or belief kerapkali ditemukan dalam

referensi atau dokumen hak asasi manusia di barat. Dalam The World

University Encyclopedia30 pengertian religion dijelaskan sebagai

sebuah terma yang menunjukkan hubungan antara manusia dengan

satu atau lebih Tuhan. Beberapa bahasa mengaitkan religion dengan

kata relegere, to gather together (berkumpul bersama), atau juga

dikaitkan dengan kata religare, yang artinya mengikat kembali (to

bind back) atau mengikatkan (to fasten).

Secara semantik kata kepercayaan memiliki beberapa arti, yakni:

pertama, iman kepada agama. Kedua, anggapan atau keyakinan bahwa

benar sungguh ada. Ketiga, dianggap benar dan jujur. Keempat, setuju

kepada kebijaksanaan 31.

Di Indonesia, kelompok yang merujuk pada sebutan penghayat

kepercayaan, setidaknya mengandung empat elemen:

30 The World University Encyclopedia, Vol II, Washington, D.C. Publishers Company, Inc,

hlm. 4250 31 Bujianto, Op.Cit, 39

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 23: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

31

a) Kelompok penghayat kepercayaan yang tergolong

kepercayaan atau agama-agama lokal (suku), seperti

kepercayaan Suku Dayak (kaharingan, Manyaan), suku Batak

(Parmalim, si Raja Batak, Namulajadinabolon), Suku Badui,

Sunda Wiwitan, Buhun (Jawa Barat), Suku Anak Dalam atau

Kubu, Suku Wana (Sulawesi Tengah), Tonaas Walian

(Minahas, Sulawesi Utara), Tolottang (Sulawesi Selatan),

Wetu Telu (Lombok), Naurus (Pulau Seram, Maluku), dan

berbagai Kepercayaan di Papua

b) Kelompok penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Masuk dalam kategori ini adalah penganut kebatinan

Kejawen pada umumnya yang berpusat di Jawa antara lain

Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu), Sumarah, Susila Budi

Dharma (Subud), Perjalanan, Sapta Dharma, Tri Tunggal dan

Manunggal, Persatuan Eklasing Budi Murko, Sumarah Purbo,

Paguyuban Hardo Pusoro, Ngesti Tunggal, Mardi Santosaning

Budi (MSB), Budi Luhur dan lain sebagainya.

c) Kelompok Penghayat Kepercayaan yang berindikasikan

keagamaan meliputi sekte keagamaan, aliran keagamaan,

pengelompokan jemaah keagamaan seperti Ahmadiyah, Buda

Jawi Wisnu, Children of God, Yehova, Hari Krisna dan

lainnya.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 24: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

32

d) Kelompok penghayat kepercayaan mistik atau klenik seperti

pedukunan, paranormal, peramalan, pengobatan, santet,

tenung, sihir dan metafisika.32

Dari aspek tersebut, dapat dimengerti kalau suku bangsa Indonesia

mula-mula adalah menganut paham Animesme. Animisme

mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini, (seperti kawasan

tertentu, goa, pokok atau batu besar), mempunyai jiwa yang harus

dihormati agar semangat tersebut tidak mengganggu manusia, malah

membantu mereka dari semangat dan roh jahat dan juga dalam

kehidupan keseharian mereka 33.

3 Hak Beragama dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Pancasila sebagai norma dasar Bangsa Indonesia menjadikan

Ketuhanan sebagai norma yang fundamental dari empat norma yang

lain. Ketuhanan yang Maha Esa selain menjadi norma rohani yang

diyakini oleh masyarakat, juga menjadi nilai moral yang dipahami

mengandung norma baik buruk, salah benar sebagai tuntunan moral

masyarakat. Tidak hanya itu, sila pertama Pancasila tersebut

mengandung ajaran toleransi antarumat beragama. Artinya sila

“Ketuhanan Pancasila” mendukung hak asasi manusia, yang

didalamnya terdapat penghormatan terhadap hak untuk beragama.

Oleh karena itu jika manusia meyakini kedaulatan Tuhan, maka setiap

manusia yang menganut suatu agama juga harus memahami bahwa

32 IGM Nurdjana, Hukum dan Aliran Kepercayaan Menyimpang di Indonesia, Pustaka Pelajar,

Jogjakarta, 2009, hlm 53. 33 Bujianto, Loc.Cit

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 25: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

33

persoalan keimanan manusia adalah hak prerogatif dari Tuhan yang

tidak boleh dibatasi maupun dilarang.

Kebebasan untuk memilih agama maupun meyakini sebuah

kepercayaan adalah hak setiap individu yang ada dan melekat dalam

diri manusia sejak mereka dilahirkan. Kebebasan berkehendak yang

paling sakral adalah kebebasan untuk memilih agama dan

keyakinannya. Oleh karena itu sebagai sebuah hak yang sangat suci,

Memilih suatu agama dan keyakinan merupakan hubungan

transendental antara manusia dengan penciptanya. Beragama

berkaitan erat dengan bagaimana seseorang berkehendak bebas untuk

menentukan keyakinannya dan tidak jarang pula menjurus kepada

sikap yang fanatik. Fanatisme adalah sebuah sikap melahirkan sikap

intoleran terhadap pemeluk agama yang berbeda dengan yang dianut

oleh suatu kelompok. Tindakan intoleransi seperti menebar kebencian

(hate speech) dan mendorong terjadinya kekerasan (condoning)

merupakan modal buruk bagi penguatan demokrasi dan hak asasi

manusia. Sila Pertama memberikan ruang kepada pemeluk agama dan

keyakinan yang berbeda untuk hidup berdampingan secara damai

dalam kehidupan yang beragam latar belakang kebudayaan. Secara

filsafati, sila pertama ini melandasi semangat kebangsaan yang

menghormati keberagaman agama, keyakinan dan budaya dalam

bingkai Bhineka Tunggal Ika yang bermakna berbeda-beda tetapi

tetap satu jua. Cita-cita dari sila pertama adalah semangat

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 26: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

34

keberagaman yang dilandasi penghormatan tertinggi atas

kemerdekaan memilih satu agama dan kepercayaan tertentu.

Sila pertama dari Pancasila sebagai sumber dari segala sumber

hukum di Indonesia telah dikukuhkan kedalam Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia 1945 baik sebelum dan sesudah amandemen.

Pasal 29 UUD 1945 menyatakan bahwa negara berdasarkan atas

ketuhanan yang maha Esa. Artinya negara mendorong bagi warganya

untuk mengimani dan meyakini agama serta menjalankan peribadatan

sebagaimana agama dan kepercayaannya itu. Hak beragama

merupakan amanah dari Undang-Undang Dasar 1945 yang harus

diturunkan dalam bentuk aturan yang lebih operasinal sehingga dapat

dilaksanakan. Amanah itu berisi hak kepada setiap warga negara

untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama

dan kepercayaannya.

Yang menjadi masalah adalah tentang klasifikasi agama yang

diakui dan agama yang belum diakui. Agama yang berstatus sebagai

agama kepercayaan atau dikenal dengan agama penghayat tidak

mendapat perlakuan yang sama dalam rangka pencantuman dalam

kolom agama pada Kartu Tanda Penduduk. Hal ini bertentangan

dengan PNPS Nomor 1 Tahun 1965 yang menjelaskan bahwa negara

mengakui agama dan kepercayaan lain selain agama resmi dan

memiliki hak yang sama sebagaimana disebutkan dalam Pasal 29 ayat

(2) UUD 1945 .

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 27: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

35

Meskipun agama kepercayaan tetap dicatat dalam data

kependudukan, disisi lain konsekuensi kolom yang tidak diisi

sebenarnya juga mengindikasikan negara melakukan diskriminasi

dalam regulasi. Yang pertama, negara melakukan tindakan

diskriminatif terhadap agama dengan mengisi kolom agama bagi

agama-agama resmi dan mengkosongkan kolom agama pada agama

kepercayaan. Ketika negara menegaskan tidak melarang adanya

agama atau kepercayaan, maka negara harus memastikan aksebilitas

bagi pemeluknya. Hak warga negara atas pengakuan sebagai

penduduk mulai dari identitas seperti Kartu Keluarga, Kartu Tanda

Penduduk, Akta Nikah, Akta lahir harus diberikan dan dijamin

kepastian hukum terhadap pelaksanaannya. Tidak hanya lalu

memberikan, namun juga harus melakukan pengawasan dan jaminan

perlindungan hukum bagi penganut kepercayaan diluar pemeluk

agama resmi yang diakui negara. Sering kali warga negara yang

kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduknya dikosongi atau

bertanda strip, mendapat tuduhan sebagai komunis, atheis dan

beraliran sesat dan berimbas pada isu-isu agama yang bernuansa

SARA. hal ini sangat tidak sejalan dengan nafas kebangsaan yang

berarah pada nilai luhur Pancasila, bahwa penghormatan terhadap

kebebasan beragama sangat dijunjung tinggi sebagai pengamalan sila

pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 28: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

36

Kompleksitas agama-agama minoritas yang tidak masuk dalam

kategori agama resmi di Indonesia mengindikasikan bahwa meskipun

Indonesia tidak mengenal konsep negara teokrasi dimana sumber

hukum tertinggi berasal dari suatu ajaran agama tertentu, namun

didalam praktik kenegaraan pengaruh agama tidak bisa dihindarkan

dari praktik hukum dan kebijakan pemerintah. Indonesia adalah

negara Pancasila dimana semua hukum positif harus senafas dengan

lima sila yang terkandung didalamnya. Namun nilai-nilai yang

terkandung di Pancasila juga tidak bisa dilepaskan dari diskursus

agama didalam sejarah Indonesia. Artinya konsep perlindungan hak-

hak dasar agama minoritas juga tidak bisa dilepaskan dari sila pertama

Pancasila karena Indonesia adalah negara yang Berketuhanan Yang

Maha Esa atau Tuhan Theistik yang sekuler. Saya sebut sebagai

“Theistik-Sekuler” karena Pancasila tidak menyebut salah satu nama

Tuhan dalam agama-agama. Siapa saja yang percaya kepada ke-Esaan

Tuhan harus mendapat hak-hak yang sama dengan warga negara

lainnya. Perbedaan keyakinan atau cara memahami wahyu Tuhan

seharusnya tidak bisa dijadikan dasar hukum bagi negara dan

masyarakat untuk mendiskriminasi suatu kelompok agama tertentu.

Pada kenyataannya, hingga kini masih banyak kelompok-kelompok

keagamaan yang mendapatkan perlakuan diskriminatif dan bahkan

jumlahnya semakin banyak pasca runtuhnya Era Orde Baru di tahun

1998.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 29: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

37

Membaca fenomena hak beragama bagi kelompok agama

minoritas berdasarkan perspektif Pancasila menjadi penting karena

Pancasila adalah sumber hukum tertinggi dalam hirarkhi hukum

nasional di Indonesia. Selain itu, Pancasila juga sudah ditetapkan oleh

para pendiri bangsa sebagai falsafah negara sehingga sila-sila yang

terkandung didalamnya harus menjadi sumber inspirasi

pengembangan hukum dan hak asasi manusia di Indonesia. Oleh

karena itu, menguraikan persoalan agama minoritas tidak bisa akurat

tanpa mengetahui doktrin Pancasila. Namun karena sila yang

terkandung di Pancasila sangat umum, seringkali Pancasila dipahami

secara bebas di era demokrasi sekarang ini. Oleh karena itu,

penegakan prinsip-prinsip agama dan keyakinan monotheisme

Pancasila untuk melindungi kelompok-kelompok agama minoritas

sering berbenturan dengan pengaruh orthodoksi agama.

4 Pengertian Aliran Kepercayaan

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau disebut juga

Agama Lokal Nusantara merupakan sistem keyakinan yang dianut,

dihayati dan dijalankan secara turun-temurun oleh masyarakat

nusantara jauh sebelum masuk agama-agama yang datang kemudian.

Rahmat Subagya menyebutnya sebagai agama asli 34. Dalam bukunya

Agama Asli Indonesia Subagya mendefinisikan Agama Lokal

34 Dalam Jurnal Seri Laporan Kebebasan Beragama, Titikkoma, Jakarta, 2017, hlm 10

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 30: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

38

Nusantara sebagai sistem spiritualitas asli yang tidak bercampur

dengan agama-agama lain yang datang ke Nusantara 35.

Term ‘Kepercayaan’ merupakan konsep religiusitas tertua yang

ada di Indonesia. Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa

keberadaan penganut kepercayaan ada sejak sebelum Agama Hindu

datang dari India 36. Kepercayaan sudah melekat dianut mayarakat

Nusantara. Meskipun secara definisi berbada–beda namun yang

dimaksud adalah sama. Kepercayaan adalah sistem keyakinan individu

atau kelompok dengan sesuatu (dzat) yang melebihi dirinya (lazimnya

disebut Tuhan Yang Maha Esa). Sementara penganut kepercayaan

merujuk pada subjek yang meyakini itu. Namun, seiring penataan

pemerintahan melalui peraturan perundang–undangan, kepercayaan

kerap didefinisikan dengan suatu sistem keyakinan diluar agama-

agama yang diakui di Indonesia.

Pemerintah Indonesia melalui peraturan bersama menteri

mendefinisikan penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha

Esa sebagai: Pernyataan dan pelaksanaan hubungan pribadi dengan

Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keyakinan yang diwujudkan

dengan perilaku ketaqwaan dan peribadatan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa serta pengamalan budi luhur yang ajarannya bersumber dari

kearifan lokal bangsa Indonesia. Dan Penghayat Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, adalah setiap orang yang mengakui dan

35 Ibid, 36 Dalam Skripsi Anisah Mundari, Analisis Yuridis Pencantuman Agama Dalam E-KTP, 2016,

hlm 30

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 31: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

39

meyakini nilai-nilai penghayatan Kepercayaan terhadap TuhanYang

Maha Esa 37.

Keberadaan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

selanjutnya disebut “Penghayat Kepercayaan” secara teologis hanya

bisa dimengerti dan dipahami jika adanya kesadaran dari penganut

agama-agama dominan, bahwa pada semua bangsa didunia juga

mendapat bimbingan dari Tuhan melalui pewahyuan-Nya yang

diterima oleh para nabi. Mereka meyakini adanya kaweruh

(pemahaman), ilham, wahyu atau istilah lainnya 38. Sedangkan secara

sosiologis, konsep agama asli adalah realitas yang ditemukan ditengah-

tengah suatu masyarakat, hidup dan berkembang di dalamnya baik

secara individu maupun kelompok. Keyakinan tersebut telah dianut

secara turun-temurun oleh masyarakat Indonesia jauh sebelum agama-

agama yang datang kemudian.

Merujuk pada konsep agama dan kepercayaan serta penganut

agama dan penganut kepercayaan diatas, jelas bahwa hakikatnya

mempunyai kesamaan kedudukan. Pendapat yang membedakan antara

agama dan kepercayaan cenderung politisi, karena agama justru secara

eksplisit mengacu pada enam agama yang diakui oleh pemerintah.

Penjelasan diatas menegaskan bahwa agama dan kepercayaan menjadi

berbeda karena konstelasi poitik dan kajian kultural yang kemudian

37 Peraturan bersama Menteri Dalam Negeri dan Kebudayaan dan Menteri Kebudayaan

Pariwisata N. 41/43 tahun 2009 tentang Pedoman Pelayanan kepada Penghayat Kepercayaan

Terhadap Tuhan yang Maha Esa. 38 Sudarto (2016). “Religionisasi Indonesia; Sejarah Perumpaan Agama-agama Local dan

Agama Pendatang”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama., hlm.1

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 32: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

40

dijadikan rujukan dalam membuat kebijakan dan peraturan perundang-

perundangan. Seharusnya, definisi agama dan kepercayaan yang

berbeda–beda hanya sebatas kajian kultural yang digunakan untuk

kajian akedemik. Kajian kultural yang menunjukan adanya perbedaan

kreteria antara agama dan kepercayaan tidak tepat jika dijadikan

panduan dalam pembuatan peraturan-peraturan perundangan–

undangan karena berimplikasi pada perlakuan diskriminatif negara

terhadap penganut kepercayaan.

Secara eksternal, Soemarno W.S. mengklasifikasi kelompok

penghayat kepercayaan ke dalam beberapa bentuk. Pertama, golongan

Kepercayaan perorangan (satu atau dua orang) yang menghayati

Kepercayaan untuk kepentingan diri pribadi tanpa usaha perluasan

pengikut. Kelompok ini melakukan ritual puasa (nglakoni), samadi,

atau bertapa, tanpa berniat mengajak/menyebarkan kepada masyarakat.

Kelompo kini digolongkan dengan aliran Hinayana.Presiden Soeharto

termasuk dalam kelompok ini 39.

Kedua, golongan perguruan Kepercayaan yang menyiarkan atau

memprogandakan ajarannya dan mengadakan semacam “sekolah”

perguruan dengan menerima murid. Inilah aliran Mahayana 40

Kelompok ini mengajak orang untuk bergabung, baik sepenuhnya

sebagai penghayat maupun dalam bentuk pelatihan olah rasa.

39 Dalam Jurnal Seri Laporan Kebebasan Beragama, Titikkoma, Jakarta, 2017, hlm. 45 40 Ibid, hlm 46

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 33: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

41

Ketiga, golongan perdukunan, yaitu kelompok kebatinan yang

menghikmati ilmu perdukunan dan pengobatan asli untuk menolong

masyarakat yang memerlukannya. Terhadap kelompok-kelompok

tersebut, kecuali kelompok kedua, pemerintah Orde Baru cenderung

membiarkan atau tidak melarangnya, sebab pada kenyataan banyak

pejabat dan orang penting pada zaman Orde Baru juga menjalani

praktik perdukunan dan pengobatan ala tradisi agama lokal tersebut.

5 Motif Aliran kepercayaan.

Kendati aliran kepercayaan dan kebatinan yang tumbuh dan

berkembang di Indoensia tampak memiliki tujuan “damai” yaitu

mencari kebahagian dan keselamatan hidup. Tetapi sesungguhnya

tradisi dan budaya sinkretis yang dipraktikan oleh pendukung aliran

kepercayaan dan kebatinan serta sebagian besar masyarakat Jawa itu,

menunjukkan apa yang dimiliki oleh kelompok ini berupa berbagai

kemungkinan yang bisa diraih dimasa yang akan datang, dengan

rencana dan strategi yang mereka siapkan, tidak bisa dipandang

sebagai sebuah aliran dan kegiatan yang remeh. Aliran ini, menurut

KH. Imam Zarkasyi merupakan arus kekuatan yang bertolak belakang

dengan ajaran Islam, dan politiknya bertujuan menghilangkan kesucian

Islam yang telah lama dimiliki 41. Hal ini bisa dicermati dari beberapa

gagasan dan usulan mereka yang disampaikan pada acara konggres

41 Dalam Jurnal Jarman Fahmi, Aliran Kepercauaan & kKebatinan: Membaca Tradisi dan

Budaya Sinkretis Masyarakat Jawa, 2015, hlm 7

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 34: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

42

nasional aliran kepercayaan dan kebatinan pada tahun 1970 yang

dihadiri kurang lebih dari 1000 kelompok dari berbagai aliran.

Dalam konggres tersebut disampaikan beberapa usulan

diantaranya: Pertama, meminta pemerintah agar mengakui keberadaan

organisasi Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dan mempersamakannya

dengan organisasi keagamaan yang telah ada di Indoensia. Kedua,

meminta pemerintah agar aliran ini diberi kantor kelembagaan khusus

di lingkungan Departemen Agma yang akan menangani pembinaan

aliran ini secara adil oleh pemerintah sebagaimana agama-agama lain.

Ketiga, menjadikan tanggal 1 Muharam (Suro) sebagai Hari Raya

resmi kelompok Aliran Kepercayaan dan Kebatinan. Keempat,

meminta pemerintah agar memasukkan Hari Raya 1 Suro tersebut

sebagai hari raya besar nasional yang diakui keberadaanya oleh

Negara. Kelima, meminta perlakuan yang adil dari pemerintah untuk

kelompok ini dalam hal perkawinan, yaitu dengan membiarkan

pengikut aliran ini untuk secara bebas melaksanakan perkawinan

sesuai dengan ajaran yang dianut nenek moyang mereka 42.

Penyampaian pengikut aliran ini bisa kita cermati usulan dari

gagasan dan ide mereka, bahwa usulan pertama dan kedua merupakan

upaya memperluas jalan bagi mereka untuk melakukan penggantian

nama dari Depertemen Agama menjadi Departemen Kepercayaan. Dua

usulan tersebut akan memberikan jalan bagi mereka untuk

42 Ibid.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 35: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

43

mengadakan berbagai kegiatan untuk menyerang dan menentang

kesucian Islam atas dasar undang-undang Negara. Adapun usulan

ketiga dan keempat, mengandung maksud memperkecil arti hari besar

Tahun Baru Hijriah bagi umat Islam dengan menggantikannya menjadi

Hari Raya 1 Suro, sebab hal itu jatuh tepat pada hari yang sama. Ide

dan gagasan mereka bukan berhenti sampai disitu saja. Pada tahun

1957 mereka meminta langsung kepada Presidan agar memberikan

pengakuan, bahwa kebatinan mempunyai derajat yang sama dengan

agama-agama resmi yang teroganisir, dan untuk mengurus supaya

mistisiesme memiliki perwakilan di parlemen. Tetapi usulan itu, pada

tahun 1958 ditolak oleh Presiden Seokarno, dan mengingatkan pada

Badan Konggres Koordinasi Kebatinan Indonesia yang sedang

melakukan konggres ketiga, akan bahaya dari praktik klenik sebagai

ekspresi mistisiesme 43. Kegiatan yang bisa dikatakan sebagai kegiatan

klenik maupun sinkret itu selalu diadakan perayaan besar besaran

seperti contoh selamatan, larung sesaji, tahlilan dan juga ada dalam

bentuk pertunjukan seperti dangdutan dan lain-lain

Adapun usulan kelima, diakui atau tidak, mengindikasikan

ketidakmauan mereka untuk menerima ajaran agama Islam sebagai

agama yang secara tertib telah mengatur masalah perkawinan. Untuk

menguatkan gagasan itu, mereka pernah menyampaikan satu statemen

bahwa sensungguhnya umat Islam Indonesia yang mencapai

43 Dalam Jurnal Jarman Fahmi, Aliran Kepercauaan & kKebatinan: Membaca Tradisi dan

Budaya Sinkretis Masyarakat Jawa, 2015, hlm 8

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 36: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

44

jumlahnya 90% itu adalah hasil dari dukungan orang-orang Jawa yang

mengucap dua kalimat syahadat pada waktu akad nikah. Dengan

pengucapan ini semata, mereka sudah dianggap sebagai orang Islam.

Peryataan ini langsung mendapatkan respon balik dari tokoh Islam dan

menyatakan bahwa statamen itu adalah tidak mendasar dan juga tidak

benar. Jika orang-orang tersebut disuruh memilih diantara bernaung di

dalam Islam (meski tidak melaksanakan secara sempurna kewajiban-

kewajiban yang disyariatkan agama) dan meninggalkan Islam untuk

masuk ke dalam kelompok kebatinan, belum tentu mereka akan

memilih aliran kebatinan 44.

3. Pengertian Umum Mengenai Administrasi Penduduk

1) Pengertian Administrasi Kependudukan

Administasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan

dan penertiban dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran

penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi

kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik

dan pembangunan sektor lain. Penyelenggara yang mengelola adalah

pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang

bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan administrasi

kependudukan. Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab

menyelenggarakan administrasi kependudukan secara nasional, yang

dilakukan oleh menteri dengan kewenangan meliputi koordinasi antar

44 Ibid. hal. 321

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 37: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

45

instansi dalam urusan administrasi kependudukan, penetapan sistem,

pedoman, dan standar pelaksanaan.

Negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada

hakikatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan

terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa

kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk

Indonesia dan warga Indonesia, perlu dilakukan pengaturan tentang

administrasi kependudukan. Administrasi kependudukan telah diatur

lebih khusus dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2013 yang

merupakan amandemen dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006

tentang administrasi kependudukan serta peraturan pemerintah Nomor

37 Tahun 2007 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 tahun

2006 tentang administrasi kependudukan. Peraturan pemerintah ini

tetap berlaku meskipun telah ada amandemen terhadap Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2006. Perubahan Undang-undang Nomor 23

Tahun 2006 menjadi Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013

dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan Administrasi

Kependudukan sejalan dengan tuntutan pelayanan Administrasi

Kependudukan yang profesional, memenuhi standar teknologi

informasi, dinamis, tertib, dan tidak diskriminatif dalam pencapaian

standar pelayanan minimal menuju pelayanan prima yang menyeluruh

untuk mengatasi permasalahan kependudukan.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 38: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

46

Kependudukan dan peristiwa penting memerlukan bukti yang sah

untuk dilakukan pengadministrasian dan pencatatan sesuai dengan

ketentuan Undang-undang. Pada pemenuhan hak penduduk, terutama

di bidang Pencatatan Sipil, masih ditemukan penggolongan penduduk

yang berdasarkan pada perlakuan diskriminatif yang membeda-

bedakan suku, keturunan, dan agama sebagai mana diatur dalam

berbagai peraturan produk kolonial Belanda. Penggolongan penduduk

dan pelayanan diskriminatif yang demikian itu tidak sesuai dengan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Kondisi tersebut mengakibatkan administrasian

kependudukan mengalami kendala yang mendasar sebab sumber data

kependudukan belum terkoordinasi dan terintegrasi, serta terbatasnya

cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem

administrasi kependudukan yang utuh dan optimal. Kondisi sosial dan

administratif tersebut tidak memiliki sistem database kependudukan

yang menunjang pelayanan administrasi kependudukan 45.

Menyediakan pelayanan publik yang baik adalah tugas negara

melalui pemerintah. Pemenuhan kebutuhan publik diartikan sebagai

pemenuhan hak-hak sipil warga negara. Individu dan rakyat tidak lagi

merupakan faktor yang diperhitungkan, kecuali memiliki identitas

yang berhubungan dengan negara.

45 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 39: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

47

Pencatatan sipil sendiri merupakan hak dari setiap warga negara

dalam arti hak memperoleh akta otentik dari pejabat negara. Dalam

kasus perkawinan, sebuah akta perkawinan yang diterbitkan oleh

pejabat Kantor Catatan Sipil memiliki arti yang sangat besar di

kemudian hari, apabila terjadi sesuatu nantinya misalnya seperti untuk

memberikan kejelasan terhadap status anak, untuk menentukan ahli

waris, untuk menentukan dan memastikan bahwa mereka adalah

muhrimnya, atau dapat memberi arah ke pengadilan mana ia

mengajukan cerai dan lain sebagainya. Dalam rangka penataan dan

administrasi kependudukan, diperlukan suatu sistem regisrasi

penduduk dengan menggunakan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) dimana data penduduk direkam dalam data

base yang dimuktakhirkan secara terus menerus manakalah ada

perubahan diakibatkan oleh peristiwa kependudukan dan peristiwa

penting yang dialami penduduk. Catatan di buat bagi individu dan

perubahan-perubahan dilakukan semasa hidupnya.

a. Pelayanan Administrasi Kependudukan

Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan Bab I dijelaskan beberapa konsep

atau pengertian yang berkaitan dengan Administrasi

Kependudukan sebagai berikut :

a) Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan

penataan dan penerbitan dokumen dan data kependudukan

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 40: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

48

melalui program pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,

pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta

pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan

pembangunan sektor lain.

b) Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Warga

Negara Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

c) Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa

indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan

dengan undang-undang sebagai warga negara Indonesia.

d) Orang asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia

e) Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam

urusan pemerintahan dalam negeri.

f) Penyelenggara adalah pemerintah, pemerintah provinsi dan

pemerintah kabupaten atau kota yang bertanggung jawab

dan berwenang dalam urusan administrasi kependudukan.

g) Instansi pelaksana adalah perangkat pemerintah kabupaten

atau kota yang bertanggung jawab dan berwenang

melaksanakan pelayanan dalam urusan Administrasi

Kependudukan.

h) Dokumen kependudukan adalah dokumen resmi yang

diterbitkan oleh instansi pelaksana yang mempunyai

kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan

dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 41: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

49

i) Data kependudukan adalah data perseorangan dan atau data

agregat yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

j) Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata penduduk,

pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan

pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan

serta penerbitan dokumen kependudukan berupa kartu

identitas atau surat keterangan kependudukan.

k) Peristiwa kependudukan adalah kejadian yang dialami

penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat

terhadap penerbitan atau perubahan kartu keluarga, kartu

tanda penduduk dan atau surat keterangan kependudukan

lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta

status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

l) Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK,

adalah nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau

khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar

sebagai penduduk Indonesia.

m) Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah kartu

identitas yang memuat data tentang nama, susunan dan

hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.

n) Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP, adalah

identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 42: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

50

oleh instansi pelaksana yang berlaku diseluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

o) Pencatatan sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang

dialami oleh seseorang dalam register pencatatan sipil pada

instansi pelaksana.

p) Izin tinggal tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada

orang asing untuk tinggal di wilayah NKRI sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

q) Sistem informasi administrasi kependudukan, selanjutnya

disingkat SIAK, adalah sistem informasi yang

memanfaatkan teknologi dan komunikasi untuk

memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi

kependudukan ditingkat penyelenggara dan instansi

pelaksana sebagai satu kesatuan.

r) Data pribadi adalah data perseorangan tertentu yang

disimpan, dirawat, dan dijaga kebenarannya serta dilindungi

kerahasiaannya.

s) Database adalah kumpulan berbagai jenis data

kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur

dan saling berhubungan dengan menggunakan perangkat

lunak, perangkat keras dan jaringan komunikasi data.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 43: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

51

b. Kewenangan Administrasi Kependudukan

Wewenang penyelenggaraan administrasi kependudukan

sebenar-benarnya menurut Undang-undang 23 Tahun 2006 adalah

wewenang penuh Menteri Dalam Negeri. Kabupaten atau Kota

adalah instansi pelaksana. Namun instansi pelaksana diberikan

kewenangan delegasi kepada desa. Undang-undang 23 Tahun

2006, seakan memberikan wujud wewenang yang melekat pada

kementerian dari Undang-undang tanpa pemerintah melalui

peraturan pemerintah, tanpa presiden melalui peraturan presiden.

Setelah Undang-undang memberikan kewenangan penuh pada

menteri, baru presiden dipaksa membuat suatu peraturan

pemerintah dan peraturan presiden.

c. Wewenang administrasi kependudukan.

Pasal 2 penyelenggaraan pendaftaran penduduk yang

dilakukan oleh pemerintah kabupaten atau kota (dalam hal ini unit

kerja yang mengelola pendaftaran penduduk dan catatan sipil)

meliputi:

a) Pencatatan biodata untuk penerbitan NIK, pencatatan

peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan

administrasi kependudukan.

b) Penerbitan biodata penduduk untuk kartu Keluarga, KTP

dan surat keterangan kependudukan.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 44: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

52

Pasal 3 menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendaftaran

penduduk yang dilakukan oleh pemerintah provinsi meliputi:

a) Koordinasi penyelenggaraan pendaftaran penduduk dan

catatan sipil skala provinsi.

b) Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan

pendaftaran penduduk dan catatan sipil skala provinsi.

c) Pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan pendaftaran

penduduk dan catatan sipil skala provinsi.

d) Koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan pendaftaran

penduduk dan pencatatan sipil skala provinsi.

d. Pengguna Data Administrasi Kependudukan, antara lain :

a) Polri atau Polda Metro Jaya, KPU, Departemen Keuangan

(Ditjen Pajak), BKKBN, BPS, Departemen Pendidikan

Nasional, Departemen Kesehatan.

b) Pemerintah Daerah yang melayani penduduk dengan

dokumen kependudukan, yaitu Pemprov, Pemkab dan

Pemkot yang mencakup lembaga atau dinas Pendaftaran.

c) Penduduk, Catatan Sipil, KUA, Pengadilan Agama,

Pengadilan Negeri.

d) Ornop dan Konsorsium Catatan Sipil.

e) Swasta: Bank dan Asuransi.

e. Kebijakan umum administrasi kependudukan:

a) Kebutuhan pemerintah dan pembangunan.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 45: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

53

b) Pemenuhan tuntutan masyarakat atas kualitas pelayanan

publik.

c) Landasan kerja: untuk menopang program kerja kabinet

gotong royong.

d) Landasan program: Propenas 2000-2004, program

pengembangan dan keserasian kependudukan.

e) Landasan program: Ketetapan MPR VI/MPR/2002,

menciptakan sistem pengenal tunggal atau nomor induk

tunggal dan terpadu bagi seluruh penduduk Indonesia.

f) Landasan hukum pembangunan sistem administrasi

kependudukan dalam era otonomi.

f. Fungsi Administrasi Kependudukan

Dinas kependudukan dan catatan sipil memiliki fungsi-

fungsi berikut :

a) Perumusan kebijakan teknis di bidang kependudukan dan

catatan sipil.

b) Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di

bidang kependudukan dan catatan sipil.

c) Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas di bidang

kependudukan dan catatan sipil.

d) Pengelolaan urusan ketatausahaan

Masalah administrasi kependudukan di Indonesia

merupakan hal yang sangat berperan dalam pembangunan,

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 46: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

54

dimana dari sistem administrasi penduduk tersebut dapat

diketahui tentang data penduduk dan informasi yang sesuai

dengan keadaan penduduk dan tentang kondisi daerah tempat

tinggal penduduk. Negara Kesatuan Republik Indonesia

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban

untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap

penentuan status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa

Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh

penduduk yang berada di dalam dan atau di luar wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Status hukum diberikan untuk memeberikan jaminan

kepada penduduk agar memperoleh keadilan. Keadilan

merupakan tuhuan dari usaha penegakan hukum. Tiga unsur

dalam penegakkan hukum dan keadilan adalah:

a. Diperlukan adanya peraturan hukum yang sesuai dengan aspirasi

masyarakat.

b. Adanya aparat penegak hukum yang profesional dan bermental

tangguh atau memiliki integritas moral yang terpuji.

c. Adanya kesadaran hukum masyarakat yang memungkinkan

dilaksanakannya penegakan hukum.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 47: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

55

Semua akta yang dikeluarkan oleh Catatan Sipil ialah merupakan

akta otentik yang mengandung kebenaran murni, mempunyai

kekuatan dan kepastian hukum, tidak dapat dikatakan palsu sebelum

dinyatakan oleh Pengadilan Negeri dengan ketetapan atau

keputusannya, dan tidak dapat diralat atau dibatalkan atau

diperbaharui, selain izin Pengadilan Negeri serta mengikat semua

pihak. Dengan demikian Akta Catatan Sipil tersebut merupakan hal

yang sangat menentukan akan kebenaran dari suatu permasalahan

apabila diperkarakan. Dan dalam lingkungan internasional Akta

Catatan Sipil mendapat pengakuan yang sah. Dalam pemenuhan hak

penduduk, terutama di bidang pencatatan sipil, masih ditemukan

penggolongan penduduk yang didasarkan pada perlakuan

diskriminatif yang membeda-bedakan suku, keturunan, dan agama

sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan produk Kolonial

Belanda.Penggolongan penduduk dan pelayanan diskriminatif yang

demikian itu tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kondisi tersebut

mengakibatkan pengadministrasian kependudukan mengalami kendala

yang mendasar sebab sumber data kependudukan belum terkoordinasi

dan terintegrasi, serta terbatasnya cakupan pelaporan yang belum

terwujud dalam suatu sistem Administrasi Kependudukan yang utuh

dan optimal.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 48: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

56

Dengan demikian, dibentuklah Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2006 tentang Administrasi Kependudukan yang memuat pengaturan

dan pembentukan sistem yang mencerminkan adanya reformasi di

bidang administrasi kependudukan. Salah satu hal yang penting adalah

pengaturan mengenai penggunaan Nomor Induk Kependudukan

(NIK). NIK adalah identitas penduduk Indonesia dan merupakan

kunci akses dalam melakukan verifikasi dan validasi data jati diri

seseorang guna mendukung pelayanan publik di bidang administrasi

kependudukan.

4. Pengertian Umum Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP)

1) Pengertian Kartu Tanda Penduduk Elektronik.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006, Kartu Tanda

Penduduk Elektronik, selanjutnya disingkat E-KTP adalah identitas

resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi

Pelaksanaan yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, yang dimaksud

dengan E-KTP adalah elektronik Kartu Tanda Pengenal merupakan

Kartu Tanda Penduduk yang dibuat secara elektronik, dalam artian

baik dari segi fisik maupun pengunaan berfungsi secara

komputerisasi.

Menurut Permendagri Nomor 9 tahun 2011 tentang pedoman

penerbitan Kartu Tanda Penduduk berbasis Nomor Induk

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 49: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

57

Kependudukan secara nasional dalam pasal 1 ayat (9) menjelaskan

tentang KTP berbasis NIK secara nasional yang selanjutnya disebut

KTP Elektronik adalah KTP yang memiliki spesifikasi dan format

KTP Nasional dengan sistem pengamanan khusus yang berlaku

sebagai identitas resmi yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kabupaten atau Kota. Jadi yang dimaksud

dengan E-KTP ialah Kartu Tanda Penduduk yang dibuat secara

elektronik yang berfungsi secara komputerisasi dan memiliki

spesifikasi dan Format KTP Nasional yang dilindungi dengan sistem

pengamanan khusus sebagai identitas resmi penduduk yang

diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

atau Kota.

2) Fungsi dan Manfaat Penggunaan E-KTP

Menurut Oktaf 46, ada beberapa fungsi dan manfaat dari

penggunaan E-KTP, diantaranya :

a. E-KTP merupakan langkah strategis menuju tertib administrasi

kependudukan yang mengamanatkan adanya identitas tunggal

bagi setiap penduduk dan terbangunya basis data kependudukan

yang lengkap dan akurat.

b. Mencegah adanya pemalsuan.

c. Mencegah adanya penggandaan penggunaan KTP.

d. Kebutuhan untuk mewujudkan keamanan negara.

46 Dalam Jurnal Masrin, Studi Tentang Pelayanan Pembuatan KTP Elektronik (E-KTP) di

Kantor Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda, 2013, hlm 74-75

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 50: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

58

e. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

f. Bisa digunakan berbagai kegiatan yang sudah diberlakukan.

g. Kartu bukti tanda penduduk Indonesia

h. Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam pemilu, pilkada dan

lain-lain

i. Pengidentifikasian untuk memecahkan suatu pperkara kejahatan

yang sulit seperti terorisme, pembobolan bank via ATM,

pemilikan KTP ganda, dan lain-lain membuat pengembangan

teknologi identifikasi semakin diperlukan.

j. Lebih awet penggunaanya sampai 10 tahun.

Sedangkan sedangkan kementerian dalam negeri indonesia melalui

direktorat jendral kependudukan dan pencatatan sipil menambahkan

manfaat E-KTP bagi masyarakat, bangsa dan negara yakni diataranya

sebagai berikut :

a. Untuk mencegah dan menutup peluang adanya KTP ganda dan

KTP palsu sehingga memberikan rasa aman dan kepastian

hukum

b. Untuk mendukung terwujudnya database kependudukan yang

akurat, khususnya yang berkaitan dengan data penduduk wajib

KTP Yang identik dengan data penduduk pontesial pemilih

pemilu (DP4), sehingga DPT pemilu yang selama ini sering

bermasalah tidak akan terjadi.

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 51: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

59

c. Dapat mendukung peningkatan keamanan negara sebagai

dampak positif dari

d. tertutupnya peluang KTP ganda dan KTP palsu, dimana selama

ini para

e. pelaku kriminal termasuk teroris selalu menggunakan KTP

ganda dan KTP palsu.

f. Bahwa E-KTP merupakan KTP Nasional yang sudah memenuhi

semua

g. ketentuan yang di atur dalam UU No.23 Tahun 2006 dan

Perpres No.26 Tahun 2009, sehingga berlaku secara Nasional,

dengan demikian mempermudah masyarakat untuk

mendapatkan pelayanan dari lembaga pemerintahan dan swasta,

karena tidak lagi memerlukan KTP setempat.

Menurut Permendagri Nomor 9 Tahun 2011 tentang pedoman

penerbitan kartu tanda penduduk berbasis Nomor Induk

kependudukan secara Nosional dalam pasal 2 ayat (1) menjelaskan

tujuan pemerintahan menerbitkan KTP Elektronik untuk mewujudkan

kepemilikan satu KTP untuk satu penduduk yang memiliki kode

keamanan dan rekaman elektronik data kependudukan yang berbasis

NIK secara Nasional.

Jadi, ada beberapa manfaat dari menggunakan E-KTP , diataranya

dapat menciptakan basis data kependdudukan yang lengkap dan

akurat, sehingga mampu mencegah adanya penduduk yang memiliki

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 52: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

60

KTP lebih dari satu atau ganda , dan dapat di pakai sebagai kartu suara

dalam pemilu,pilkada,dan lain-lain 47. serta mampu untuk

mengidentifikasi atau memecahkan suatu perkara kejahatan yang sulit

seperti tindak pidana terorisme, pembongan bank via ATM , dan

tindak

47 eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 1, Nomor 1, 2013: 68-81

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018

Page 53: BAB II - UMPrepository.ump.ac.id/9388/3/CHRISTO APRILIO_BAB II.pdf · Kesamaan Hak Kebebasan Beragama di Indonesia (Studi Socio-Legal Dalam Kasus Ahmadiyah) Bagaimana pengaturan hak

61

5. Kerangka Pemikiran

Latar belakang Masalah

Pada tanggal 28 September para

pemohon yaitu Nggay mehang, Pagar

Demanra Sirait, Arnol Purba, dan

Carlim mengajukan permohonan ke

Mahkamah Konstitusi dengan Nomor

Perkara 97/PUU-XIV/2016. Pokok

permasalahan ada di dalam pasal 61 dan

64 Undang-undang Adminduk No.23

Tahun 2006 yang bertentangan dengan

pasal 28 dan 29 Undang-Undang Dasar

1945 yang memberikan ketentuan utnuk

mengosongkan E-KTP dan KK Bagi

para penghayat kepercayaan.

Peraturan Perundang-undangan

1.Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945

2.Putusan Mahkamah nomor 97/PUU-

XIV/2016 tentang Pencantuman

Penghayat Kepercayaan dalam Kolom

Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-

KTP) dan Kartu Keluarga (KK).

3.Undang-undang Nomor 24 Tahun

2013 tentang perubahan atas Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan

Rumusan Masalah:

1. Bagaimana

Pertimbangan Hukum

Hakim Mahkamah

Konstitusi dalam Putusan

MK No.97/PUU-

XIV/2016.?

Teori yang digunakan:

1. Pengertian Negara Hukum

2. Pengertian HAM

Hasil Penelitian:

Pertimbangan hukum hakim Mahkamah Konstitusi

mengabulkan seluruh isi permohonan para penghayat

kepercayaan tersebut yang konsekuensinya. Pertama, kata

“agama” dalam pasal 61 dan pasal 64 yang sudah diubah

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak

mempunyai kekuatan hukum mengikat secara bersyarat

sepanjang tidak termasuk kepercayaan. Kedua, pasal 61 dan 64

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak

mempunyai kekuatan hukum tetap.

PANCASILA

Analisis Putusan Mahkamah...Christo Aprilio, Fakultas Hukum Ump, 2018