Analisis Teks Anekdot 'Hukum Peradilan'

11

Transcript of Analisis Teks Anekdot 'Hukum Peradilan'

Page 1: Analisis Teks Anekdot 'Hukum Peradilan'

Anekdot

Pengertian

Struktur

Unsur

Bentuk

Ciri-ciri

Analisis

Page 2: Analisis Teks Anekdot 'Hukum Peradilan'

A. Pengertian

Anekdot adalah sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan.

biasanya mengenai orang penting atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya.

B. Struktur Teks Anekdot

Abstraksi : Bagian awal yang berupa isyarat tentang apa yang akan di

ceritakan, berupa kejadian yang tidak biasa.

Orientasi : Bagian yang berisi pendahuluan atau pembuka yang berupa

pengenalan, tokoh dan waktu tempat.

Krisis : Bagian yang berisi pemulaan masalah.

Reaksi : Bagian yang berisi tindakan atau respon dalam menghadapi

menghadapi masalah.

Koda : Bagian yang berisi perubahan yang terjadi pada tokoh dan

pelajaran yang dapat dipetik.

Reorientasi : Bagian penutup. Berupa ungkapan-ungkapan yang menunjukan

cerita berakhir

C. Unsur Teks Anekdot

Tema : Inti dari cerita Anekdot.

Latar : Tempat terjadinya kisah.

Tokoh : Orang-orang yang terdapat pada kisah.

Alur : Rangkaian kejadian peristiwa.

Sudut pandang : Penampatan penulis pada kisah.

Amanat : Pesan yang disampaikan penulis pada pembaca.

D. Bentuk Teks Anekdot

Cerita : Anekdot yang disajikan dalam bentuk satu kesatuan cerita.

Dialog : Anekdot yang terjadi karena percakapan dua orang atau lebih.

Puisi : Anekdot yang terdiri dari beberapa bait.

Monolog : Berasal dari diri sendiri.

Page 3: Analisis Teks Anekdot 'Hukum Peradilan'

E. Ciri-ciri Teks Anekdot

Dipergunakannya majas

Kosa kata gaul

Bahasa yang membuat pembaca tertawa geli

Digunakannya konjungsi (kata penghubung)

Verba Material

F. Analisis anekdot yang berjudul ‘Hukum Peradilan’

Anekdot Hukum Peradilan

          Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang tukang

pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan

pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata kayu

yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai.

Kuda beserta dagangannya hanyut.

           Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara

jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk

mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi. Zaman dahulu

orang dapat melapor langsung ke hakim karena belum ada polisi.

          Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat

Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia

menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu.

Kemudian, hakim memanggil si Tukang Kayu.

          Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada hakim "Yang Mulia

Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?" Yang Mulia Hakim

menjawab, "Kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu

ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta

kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan mengganti segala kerugian si Tukang

Pedati." Si Tukang Kayu membela diri, "Kalau itu permasalahannya, ya jangan salahkan saya,

salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek." Yang Mulia Hakim berpikir,

"Benar juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang menyebabkan

Page 4: Analisis Teks Anekdot 'Hukum Peradilan'

tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan. " Lalu, hakim berkata

kepada pengawalnya, "Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk

mempertanggungjawabkan perbuatannya!" Pergilah si Pengawal menjemput si Penjual Kayu.

          Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan hakim. "Yang Mulia Hakim,

apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?" kata si Penjual Kayu. Sang

Hakim menjawab, "Kesalahanmu sangat besar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus

kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan

seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati. " Si Penjual Kayu menjawab,

"Kalau itu permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang

menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu yang jelek

kepada si Tukang Kayu itu." Benar juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu. "Hai pengawal

bawa si Pembantu ke hadapanku!" Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu.

          Seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu pun

bertanya kepada hakim perihal kesalahannya. Sang Hakim memberi penjelasan tentang

kesalahan si Pembantu yang menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan dagangannya

sepedati. Si Pembantu tidak secerdas tiga orang yang telah dipanggil terlebih dahulu sehingga ia

tidak bisa memberi alasan yang memuaskan sang Hakim. Akhirnya, sang Hakim memutuskan si

Pembantu harus dihukum dam memberi ganti rugi. Berteriaklah sang Hakim kepada pengawal,

"Hai, Pengawal, masukkan si Pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya sekarang juga!"

         Beberapa menit kemudian, sang Hakim bertanya kepada si Pengawal, "Hai, Pengawal

apakah hukuman sudah dilaksanakan?" Si Pengawal menjawab, "Belum, Yang Mulia, sulit sekali

untuk melaksanakannya." Sang Hakim bertanya, "Mengapa sulit? Bukankah kamu sudah biasa

memenjarakan dan menyita uang orang?" Si Pengawal menjawab, "Sulit, Yang Mulia. Si

Pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat karena terlalu

sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita." Sang Hakim marah besar, "Kamu

bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu yang lebih pendek, kurus, dan

punya uang!". Kemudian,si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain yang

berbadan pendek, kurus, dan punya uang.

          Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang bertanya kepada hakim,

"Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?" Dengan

entengnya sang Hakim menjawab,"Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uaaaaaang!!!"

Page 5: Analisis Teks Anekdot 'Hukum Peradilan'

         Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke

penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan

pengadilan tersebut, "Saudara-saudara semua, bagaimanakah menurut pandangan kalian,

peradilan ini sudah adil?" Masyarakat yang ada serempak menjawab, "Adiiiiilll!!!!"

Abstraksi : Pada zaman dahulu di suatu negara ada seorang tukang pedati

yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan

ke pasar dengan pedatinya.

Orientasi : Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke Pasar dengan

pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru

dibangun.

Krisis : Si Tukang Pedati mengadukan si Pembuat Jembatan kepada

hakim agar dihukum karena Jembatan yang dibuatnya tidak kuat.

sehingga si Tukang Pedati jatuh ke Sungai, kuda beserta

dagangannya hanyut.

Reaksi : Hakim memanggil si Pembuat Jembatan, si Tukang Kayu, si

Penjual kayu untuk diadili. Namun mereka akhirnya lolos dari

tuduhan karena mereka memiliki alasan yang cerdas. Lalu Hakim

memanggil si Pembantu Penjual kayu untuk diadili dan di

penjara. Namun hal tersebut tidak dilakukan karena Pembantu itu

terlalu gemuk dan tidak mempunyai uang.

Koda : Si pembantu berbadan pendek, kurus dan punya uang bertanya

kepada hakim apa kesalahan beliau. Tetapi hakim menjawab

bahwa kesalahannya adalah pendek, kurus dan punya uang.

Re-Orientasi : Hakim bertanya kepada khalayak ramai peradilan sudah adil atau

belum. Dan masyarakat berkata bahwa peradilan sudah adil.

G. Unsur teks anekdot ‘Hukum Peradilan’

1) Tema

Page 6: Analisis Teks Anekdot 'Hukum Peradilan'

Teks anekdot yang telah kita analisis bertema tentang pengadilan yang tak adil.

2) Latar

Teks anekdot yang telah kita analisis bertema di Pengadilan Hukum.

3) Tokoh

a) Tukang Pedati

b) Hakim

c) Si Pembuat Jembatan

d) Si Tukang Kayu

e) Si Penjual Kayu

f) Si Pembantu

g) Masyarakat

4) Alur

Teks anekdot yang telah kita analisis beralur maju. Karena diawali dengan

pengenalan cerita, awal perselisihan, menuju konflik, konflik memuncak, dan

diakhiri dengan penyelesaian konflik.

5) Sudut Pandang

Teks anekdot yang telah kita analisis menggunakan sudut pandang orang ketiga.

Karena si penulis hanya menceritakan orang lain dan si penulis tidak ada

hubungannya sebagai pusat pengisahan.

6) Amanat

Amanat dari teks anekdot yang telah kita analisis adalah jangan menyalahkan orang dari letak fisiknya.

H. Bentuk teks anekdot ‘Hukum Peradilan’

Bentuk teks anekdot yang telah kita analisis berbentuk cerita. Karena teks anekdot

‘Hukum Peradilan’ disajikan dalam bentuk cerita.

I. Ciri-ciri teks anekdot ‘Hukum Peradilan’

Page 7: Analisis Teks Anekdot 'Hukum Peradilan'

a) Menggunakan Majas

Dalam teks anekdot yang berjudul ‘Hukum Peradilan’ tidak terdapat majas apapun.

b) Menggunakan bahasa gaul

Setelah kita analisis teks anekdot, bahasa gaul pada teks tersebut adalah ‘dong’, dan

‘amat’.

Sang Hakim marah besar “Kamu bego amat! Gunakan dong akalmu,” (Paragraf 7).

c) Bahasa yang membuat pembaca tertawa geli

Setelah kita analisis teks, bahasa yang membuat pembaca tertawa geli adalah

Dengan entengnya sang Hakim menjawab “Kesalahanmu adalah pendek, kurus dan

punya uang!!” (Paragraf 8).

d) Digunakannya Konjungsi

Terdapat banyak konjungsi pada teks anekdot yang berjudul ‘Hukum Peradilan’ yaitu

1. Dan

Setelah si pembantu yang berbadan pendek, kurus dan banyak uang itu

dimasukkan ke penjara dan uangnya disita (Parafgraf 9).

2. Oleh karena itu

Sehingga menyebabkan orang jatuh. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan

mengganti segala kerugian (Paragraf 4).

3. Karena

Si Tukang Pedati tidak terima karena mendapat kerugian (Paragraf 2).

e) Verb Material

Setelah kita analisis verb material yang ada pada teks anekdot ‘Hukum Peradilan’.

Yaitu :

1. Membawa

Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya.

2. Memanggil

Hakim memanggil si Pembuat Jembatan untuk diadili

Page 8: Analisis Teks Anekdot 'Hukum Peradilan'