Analisis Teks Anekdot 'Hukum Peradilan'
-
Upload
herninda-n-shabrina -
Category
Education
-
view
699 -
download
13
Transcript of Analisis Teks Anekdot 'Hukum Peradilan'
Anekdot
Pengertian
Struktur
Unsur
Bentuk
Ciri-ciri
Analisis
A. Pengertian
Anekdot adalah sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan.
biasanya mengenai orang penting atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya.
B. Struktur Teks Anekdot
Abstraksi : Bagian awal yang berupa isyarat tentang apa yang akan di
ceritakan, berupa kejadian yang tidak biasa.
Orientasi : Bagian yang berisi pendahuluan atau pembuka yang berupa
pengenalan, tokoh dan waktu tempat.
Krisis : Bagian yang berisi pemulaan masalah.
Reaksi : Bagian yang berisi tindakan atau respon dalam menghadapi
menghadapi masalah.
Koda : Bagian yang berisi perubahan yang terjadi pada tokoh dan
pelajaran yang dapat dipetik.
Reorientasi : Bagian penutup. Berupa ungkapan-ungkapan yang menunjukan
cerita berakhir
C. Unsur Teks Anekdot
Tema : Inti dari cerita Anekdot.
Latar : Tempat terjadinya kisah.
Tokoh : Orang-orang yang terdapat pada kisah.
Alur : Rangkaian kejadian peristiwa.
Sudut pandang : Penampatan penulis pada kisah.
Amanat : Pesan yang disampaikan penulis pada pembaca.
D. Bentuk Teks Anekdot
Cerita : Anekdot yang disajikan dalam bentuk satu kesatuan cerita.
Dialog : Anekdot yang terjadi karena percakapan dua orang atau lebih.
Puisi : Anekdot yang terdiri dari beberapa bait.
Monolog : Berasal dari diri sendiri.
E. Ciri-ciri Teks Anekdot
Dipergunakannya majas
Kosa kata gaul
Bahasa yang membuat pembaca tertawa geli
Digunakannya konjungsi (kata penghubung)
Verba Material
F. Analisis anekdot yang berjudul ‘Hukum Peradilan’
Anekdot Hukum Peradilan
Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang tukang
pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan
pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata kayu
yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai.
Kuda beserta dagangannya hanyut.
Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara
jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk
mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi. Zaman dahulu
orang dapat melapor langsung ke hakim karena belum ada polisi.
Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat
Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia
menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu.
Kemudian, hakim memanggil si Tukang Kayu.
Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada hakim "Yang Mulia
Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?" Yang Mulia Hakim
menjawab, "Kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu
ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta
kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan mengganti segala kerugian si Tukang
Pedati." Si Tukang Kayu membela diri, "Kalau itu permasalahannya, ya jangan salahkan saya,
salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek." Yang Mulia Hakim berpikir,
"Benar juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang menyebabkan
tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan. " Lalu, hakim berkata
kepada pengawalnya, "Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya!" Pergilah si Pengawal menjemput si Penjual Kayu.
Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan hakim. "Yang Mulia Hakim,
apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?" kata si Penjual Kayu. Sang
Hakim menjawab, "Kesalahanmu sangat besar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus
kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan
seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati. " Si Penjual Kayu menjawab,
"Kalau itu permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang
menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu yang jelek
kepada si Tukang Kayu itu." Benar juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu. "Hai pengawal
bawa si Pembantu ke hadapanku!" Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu.
Seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu pun
bertanya kepada hakim perihal kesalahannya. Sang Hakim memberi penjelasan tentang
kesalahan si Pembantu yang menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan dagangannya
sepedati. Si Pembantu tidak secerdas tiga orang yang telah dipanggil terlebih dahulu sehingga ia
tidak bisa memberi alasan yang memuaskan sang Hakim. Akhirnya, sang Hakim memutuskan si
Pembantu harus dihukum dam memberi ganti rugi. Berteriaklah sang Hakim kepada pengawal,
"Hai, Pengawal, masukkan si Pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya sekarang juga!"
Beberapa menit kemudian, sang Hakim bertanya kepada si Pengawal, "Hai, Pengawal
apakah hukuman sudah dilaksanakan?" Si Pengawal menjawab, "Belum, Yang Mulia, sulit sekali
untuk melaksanakannya." Sang Hakim bertanya, "Mengapa sulit? Bukankah kamu sudah biasa
memenjarakan dan menyita uang orang?" Si Pengawal menjawab, "Sulit, Yang Mulia. Si
Pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat karena terlalu
sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita." Sang Hakim marah besar, "Kamu
bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu yang lebih pendek, kurus, dan
punya uang!". Kemudian,si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain yang
berbadan pendek, kurus, dan punya uang.
Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang bertanya kepada hakim,
"Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?" Dengan
entengnya sang Hakim menjawab,"Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uaaaaaang!!!"
Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke
penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan
pengadilan tersebut, "Saudara-saudara semua, bagaimanakah menurut pandangan kalian,
peradilan ini sudah adil?" Masyarakat yang ada serempak menjawab, "Adiiiiilll!!!!"
Abstraksi : Pada zaman dahulu di suatu negara ada seorang tukang pedati
yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan
ke pasar dengan pedatinya.
Orientasi : Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke Pasar dengan
pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru
dibangun.
Krisis : Si Tukang Pedati mengadukan si Pembuat Jembatan kepada
hakim agar dihukum karena Jembatan yang dibuatnya tidak kuat.
sehingga si Tukang Pedati jatuh ke Sungai, kuda beserta
dagangannya hanyut.
Reaksi : Hakim memanggil si Pembuat Jembatan, si Tukang Kayu, si
Penjual kayu untuk diadili. Namun mereka akhirnya lolos dari
tuduhan karena mereka memiliki alasan yang cerdas. Lalu Hakim
memanggil si Pembantu Penjual kayu untuk diadili dan di
penjara. Namun hal tersebut tidak dilakukan karena Pembantu itu
terlalu gemuk dan tidak mempunyai uang.
Koda : Si pembantu berbadan pendek, kurus dan punya uang bertanya
kepada hakim apa kesalahan beliau. Tetapi hakim menjawab
bahwa kesalahannya adalah pendek, kurus dan punya uang.
Re-Orientasi : Hakim bertanya kepada khalayak ramai peradilan sudah adil atau
belum. Dan masyarakat berkata bahwa peradilan sudah adil.
G. Unsur teks anekdot ‘Hukum Peradilan’
1) Tema
Teks anekdot yang telah kita analisis bertema tentang pengadilan yang tak adil.
2) Latar
Teks anekdot yang telah kita analisis bertema di Pengadilan Hukum.
3) Tokoh
a) Tukang Pedati
b) Hakim
c) Si Pembuat Jembatan
d) Si Tukang Kayu
e) Si Penjual Kayu
f) Si Pembantu
g) Masyarakat
4) Alur
Teks anekdot yang telah kita analisis beralur maju. Karena diawali dengan
pengenalan cerita, awal perselisihan, menuju konflik, konflik memuncak, dan
diakhiri dengan penyelesaian konflik.
5) Sudut Pandang
Teks anekdot yang telah kita analisis menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Karena si penulis hanya menceritakan orang lain dan si penulis tidak ada
hubungannya sebagai pusat pengisahan.
6) Amanat
Amanat dari teks anekdot yang telah kita analisis adalah jangan menyalahkan orang dari letak fisiknya.
H. Bentuk teks anekdot ‘Hukum Peradilan’
Bentuk teks anekdot yang telah kita analisis berbentuk cerita. Karena teks anekdot
‘Hukum Peradilan’ disajikan dalam bentuk cerita.
I. Ciri-ciri teks anekdot ‘Hukum Peradilan’
a) Menggunakan Majas
Dalam teks anekdot yang berjudul ‘Hukum Peradilan’ tidak terdapat majas apapun.
b) Menggunakan bahasa gaul
Setelah kita analisis teks anekdot, bahasa gaul pada teks tersebut adalah ‘dong’, dan
‘amat’.
Sang Hakim marah besar “Kamu bego amat! Gunakan dong akalmu,” (Paragraf 7).
c) Bahasa yang membuat pembaca tertawa geli
Setelah kita analisis teks, bahasa yang membuat pembaca tertawa geli adalah
Dengan entengnya sang Hakim menjawab “Kesalahanmu adalah pendek, kurus dan
punya uang!!” (Paragraf 8).
d) Digunakannya Konjungsi
Terdapat banyak konjungsi pada teks anekdot yang berjudul ‘Hukum Peradilan’ yaitu
1. Dan
Setelah si pembantu yang berbadan pendek, kurus dan banyak uang itu
dimasukkan ke penjara dan uangnya disita (Parafgraf 9).
2. Oleh karena itu
Sehingga menyebabkan orang jatuh. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan
mengganti segala kerugian (Paragraf 4).
3. Karena
Si Tukang Pedati tidak terima karena mendapat kerugian (Paragraf 2).
e) Verb Material
Setelah kita analisis verb material yang ada pada teks anekdot ‘Hukum Peradilan’.
Yaitu :
1. Membawa
Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya.
2. Memanggil
Hakim memanggil si Pembuat Jembatan untuk diadili